Anda di halaman 1dari 2

1.

Sistem Reproduksi Pinjal


Menurut Pollitzer (1954) pinjal X. cheopis ini menggunakan inang utama tikus
rumah (R. tanezumi) selain itu juga ditemukan pada beberapa mamalia kecil lainnnya
seperti cecurut rumah Suncus murinus. Istilah inang utama atau sejati sering
digunakan untuk menandai suatu inang tunggal atau inang pilihan yang dianggap
paling utama jika seandainya satu pinjal ditemukan pada beberapa inang. Inangnya
terutama hewan peliharaan seperti kucing, dan anjing, juga hewan lainnya seperti
tikus, unggas bahkan kelelawar dan hewan berkantung (Soviana dkk, 2003). Inang
utama adalah yang cocok untuk kelanjutan reproduksi pinjal dalam jangka waktu
yang tidak terbatas.
Menurut Sen & Fetcher (1962) pinjal yang masuk ke dalam sub spesies C. felis
formatipica memiliki dahi yang memanjang dan meruncing di ujung anterior. Pinjal
betina tidak memiliki rambut pendek di belakang lekuk antenna. Kaki belakang dari
sub spesies ini terdiri dari enam ruas dorsal dan manubriumnya tidak melebar di
apical, sedangkan pinjal yang masuk ke dalam sun spesies C. felis formatipica
memiliki dahi yang pendek dan melebar serta membulat di anterior. Pinjal pada sub
spesies ini memiliki jajaran rambut satu sampai delapan yang pendek di belakang
lekuk antena. Kaki belakang dari pinjal ini terdiri atas tujuh ruas dorsal dan
manubrium melebar di apical. Pinjal merupakan insekta yang tidak memiliki sayap
dengan tubuh berbentuk pipih bilateral dengan panjang 1,5 - 4,0 mm. Sedangkan
pinjal yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang
dewasa menghisap darah. Pinjal mempunyai kritin yang tebal. Tiga segmen thoraks
dikenal sebagai pronotum, mesonotum dan metanotum (metathoraks). Segmen yang
terakhir tersebut berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong
pinjal tersebut saat meloncat. Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat
sebaris duri yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal. Sedangkan tepat
diatas alat mulut pada beberapa jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir
lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri-duri tersebut sangat berguna untuk membedakan
jenis pinjal.
Perbedaan pinjal jantan dan betina terutama terlihat dari bentuk alat
reproduksinya yang hanya dapat diamati pada sediaan pinjal di bawah mikroskop.
Pinjal jantan memiliki alat genital berbentuk setengah lingkaran seperti siput yang
tampak tembus pandang pada pertengahan abdomen. Sedangkan pinjal betina
memiliki kantung sperma (spermateka) yang berbentuk koma. Spermateka berfungsi
menampung sperma di saat perkawinan.
Referensi :
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59395/3/Hama%20Permukima
n%20Indonesia%20-%20Upik%20Kesumawati%20Hadi%20-%20PINJAL.pdf

file:///C:/Users/admin/Downloads/5360-9611-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai