Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia ini,


ternyata filum Arthropoda menduduki urutan nomor satu diantara jenis-jenis
hewan lain. Dari filum Arthropoda ini, kelas Insecta atau serangga merupakan
jenis yang terbesar (sekitar satu juta spesies). Hal ini disebabkan oleh daya
tahan

tubuhnya

yang

baik,

cepatnya

menyesuaikan

diri

dengan

lingkungannya dan penyebaran yang sangat luas yaitu mulai dari daerah
tropis hingga daerah kutub.
Diantara anggota filum Arthropoda diketahui ada yang sangat berguna
bagi kehidupan manusia dan sebaliknya diketahui pula ada yang berperan
merugikan manusia dan hewan. Kelompok yang terakhir ini lebih dikenal
sebagai ektoparasit atau pengganggu atau hama. Yang termasuk di dalam
kelompok ektoparasit adalah kelas Insecta (serangga) dan kelas Arachnida
(caplak dan tungau).
Kalajengking tergolong artropoda pengganggu kesehatan. Ia menjadi
perhatian

manusia

karena

kemampuannya

menimbulkan

kesakitan

dan

ketakutan akan racun yang dikeluarkan ketika menyengat. Kalajengking juga


merupakan komponen penting di dalam suatu ekosistem, dan merupakan satu di
antara artropoda terstian tertua. Fosilnya ditemukan sejak zaman Paleozoik 430
juta tahun yang lalu dengan penanpilan yang serupa dengan yang ditemukan
saat ini.
Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk
dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Dalam kelas ini juga termasuk
laba-laba, harvestmen, mites, dan tick. Ada sekitar 2000 spesies kalajengking.
Mereka banyak ditemukan selatan dari 49 U, kecuali New Zealand dan
Antarctica. Di Indonesia sendiri, kalajengking hampir tersebar di seluruh hutan di
wilayah Indonesia, terutama di wilayah Jawa, Sumatera, dan Maluku.
Kalajengking adalah makhluk kecil yang sangat menakjubkan. Dengan
hampir dua ribu spesies yang telah berhasil diidentifikasi dan ditemukan di enam
dari tujuh benua, arthropoda ini telah mampu beradaptasi dengan beberapa
lingkungan dengan kondisi paling keras di bumi. Terbukti hanya di Antartika saja
yang merupakan tempat di bumi di mana anda tidak akan menemukan
kalajengking.
1

Karakteristik kalajengking yang paling mudah untuk dikenali adalah


ekornya yang ramping dan panjang melengkung di bagian ujungnya, dan di
bagian ujung tersebut terdapat alat penyengat (yang disebut telson) yang
digunakan untuk menginjeksikan racun ke dalam tubuh mangsanya, predatornya,
atau mungkin juga manusia yang dianggap sebagai ancaman oleh kalajengking.
Kalajengking mendiami habitat yang luas mulai dari gurun, hingga hutan,
gua dan padang rumput luas, bahkan ditemukan di bawah tumpukan batu salju
pada ketinggia di atas 12000 kaki di pegunungan Himalaya Asia. Contoh jenis
kalajengking yang banyak ditemukan di Asia termasuk Indonesia adalah jenis
Heterometrus spinifer (Asian forest scorpion).
1.2 Rumusan Masalah
1. Jenis hewan apakah kalajengking?
2. Bagaimana karakteristik, morfologi, makanan, habitat, sistem reproduksi
dari kalajengking tersebut?
3. Bagaimana kegunaan kalajengking bagi manusia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis hewan apakah kalajengking
2. Mengetahui karakteristik, morfologi, makanan, habitat, sistem reproduksi
dari kalajengking tersebut
3. Mengetahui kegunaan kalajengking bagi manusia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arthropoda
Arthropoda adalah phylum yang paling besar dalam dunia hewan dan
mencakup serangga, laba-laba,udang, lipan dan hewan mirip lainnya. Arthropoda
adalah nama lain hewan berbuku-buku. Filum Arthropoda (arthro = sendi atau
ruas; pada = kaki atau juluran) adalah golongan makhluk hewan yang paling
besar di dunia ini. Diperkirakan lebih dari 80% dari seluruh jenis hewan sekarang
ini adalah Arthropoda, menghuni semua jenis habitat yang ada, baik terestrial
maupun akuatik.

Ciri-ciri umum filum Arthropoda adalah sebagai berikut :


1. Tubuh terbagi atau ruas-ruas (segmen), yang biasanya terkelompok
menjadi dua atau tiga daerah yang nyata.
2. Terdapat pasangan-pasangan juluran yang beruas-ruas.
3. Tubuhnya simetris bilateral.
4. Bagian luar tubuh terdiri dari eksoskelet (kerangka luar) mengandung
khitin, yang dapat mengelupas apabila tubuhnya berkembang.
5. Sistem alat pencernaan berupa saluran tubular (kurang lebih lurus), ada
mulut dan anus.
6. Sistem peredaran darah terbuka, satu-satunya buluh darah yang ada
berupa saluran lurus terletak di atas saluran pencernaan, yang di daerah
abdomen mempunyai lubang-lubang di sebelah lateral.
7. Rongga tubuh berisi darah, disebut hemosul.
8. Sistem syaraf terdiri dari ganglion anterior yang merupkan otak terletak
di atas saluran pencernaan, sepasang syaraf yang menghubungkan otak
dengan syaraf sebelah ventral, serta pasangan-pasangan ganglion
ventral yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh urat syaraf ventral,
berjalan sepanjang tubuh dari depan ke belakang di bawah saluran
pencernaan.
9. Urat-urat dagingnya bergaris melintang.
10. Sistem pengeluaran (ekskresi) berupa saluran-saluran Malphigi yang
bermuara di saluran pencernaan, limbah dikeluarkan melalui anus.
11. Respirasi berlangsung memakai insang, trakhea dan spirakel.
12. Tidak mempunyai silia atau nefridia.
13. Kelamin hampir selalu terpisah.
2.2 Kalajengking
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum: Chelicerata
Kelas: Arachnida
Subkelas: Dromopoda
Ordo: Scorpiones
Genus : Scorpion
Spesies : Scorpion.sp

Sebagaimana Arachnida, kalajengking mempunyai mulut yang disebut


khelisera, sepasang pedipalpi, dan empat pasang tungkai. Pedipalpi seperti capit
terutama digunakan untuk menangkap mangsa dan alat pertahanan, tetapi juga
dilengkapi dengan berbagai tipe rambut sensor. Tubuhnya dibagi menjadi dua
bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks ditutup oleh karapas atau
pelindung kepala yang biasanya mempunyai sepasang mata median dan 2-5
pasang mata lateral di depan ujung depan. Beberapa kalajengking yang hidup di
guwa dan di liter sekitar permukiman tidak mempunyai mata

Morfologi dasar Scorpion yaitu tubuh terbagi menjadi tiga bagian utama, ekor
atau metasome (mt); perut atau mesosoma (ms); dan kepala daerah atau prosoma
(pr); Struktur yang berbeda juga disorot termasuk pinchers atau pedipalp (pd);
rahang atau chelicerae (ch); chemosensors kontak (pectines-pt), dan racun
apperatus atau telson (t).

Abdomen terdiri atas 12 ruas yang jelas, dengan bagian lima ruas terakhir
membentuk ruas metasoma yang oleh kebanyakan orang menyebutnya ekor.
Ujung abdomen disebut telson, yang bentuknya bulat mengandung kelenjar
racun (venom). Alat penyengat berbentuk lancip tempat mengalirkan venom.
Pada bagian ventral, kalajengking mempunyai sepasang organ sensoris yang
bentuknya seperti sisir unik disebut pektin. Pektin ini biasanya lebih besar dan
mempunyai gigi lebih banyak pada yang jantan dan digunakan sebagai sensor

terhadap permukaan tekstur dan vibrasi. Pektin juga bekerja sebagai


kemoreseptor (sensor kimia) untuk mendeteksi feromon (komunikasi kimia).
Berikut ini beberapa ciri khusus kalajengking:
1. Karakteristik Kalajengking yang paling mudah untuk dikenali adalah
ekornya yang ramping dan panjang melengkung di bagian ujungnya, dan
di bagian ujung tersebut terdapat alat penyengat (yang disebut Telson)
yang

digunakan

untuk

meng-injeksikan

racun

ke

dalam

tubuh

mangsanya, predatornya, atau mungkin juga manusia yang dianggap


sebagai ancaman oleh Kalajengking.
2. Kalajengking memiliki sepasang cakar pada tubuh bagian depan, dan hal
itu sangat mudah untuk dikenali.
3. Kalajengking bukanlah serangga atau insekta. Kalajengking, seperti labalaba, digolongkan ke dalam kelas Arachnida. Oleh karena itu,
kalajengking memiliki ciri khusus hewan Arachnida, yaitu memiliki 8 kaki.
Dan, tidak seperti serangga, Kalajengking tidak memiliki sayap dan
antenna.
4. Kalajengking tidak memiliki tulang, namun mereka memiliki kerangka luar
atau eksoskelelton seperti yang akan dijelaskan pada poin berikut.
5. Kalajengking memiliki kerangka luar atau eksoskeleton (eksternal
skeleton) yang terbuat dari kitin, seperti yang ada di udang. Eksoskeleton
yang dimiliki kalajengking berfungsi untuk melindungi dirinya,, oleh
karenanya sangat kuat dan fleksibel. Selain sebagi perlindungan,
eksoskeleton kalajengking juga berperan dalam menghambat hilangnya
air dari tubuh mereka, mengingat lingkungan mereka tinggal memiliki
temperature yang cukup tinggi, sehingga air mudah menguap.
6. Berbeda dengan laba-laba yang tubuhnya terbagi atas 2 bagian,
Kalajengking memiliki 3 bagian tubuh, yaitu prosoma atau sefalotoraks
(kepala), mesosoma (abdomen), dan metasoma (ekor).
- Pada Bagian Prosoma Kalajengking terdapat mata, mulut, dan
sepasang cakar yang disebut dengan pedipalp dan memiliki capit (chelae)
di bagian ujungnya.
- Pada Mesosoma terbagi atas 7 segmen dan terdapat 4 pasang kaki.
Pada

segmen-segmen

di

mesosoma

terdapat

organ

reproduksi,

pernapasan, dan organ-organ lainnya.


- Metasoma terbagi atas 5 segmen dan berakhir di Telson yang oleh
Kalajengking difungsikan sebagai alat penyengat. Pada Telson terdapat
sepasang kelenjar yang memproduksi racun.

7. Kalajengking merupakan seekor predator yang bekerja dengan sangat


efektif. Dia memiliki mata yang dapat digunakan untuk mendeteksi
mangsanya, kedelapan kakinya dapat digunakan pada permukaan
apapun sehingga dapat mengejar mangsanya dengan cepat, apalagi
gerakan Kalajengking terbilang cepat dan gesit. Pedipalp miliknya dapat
digunakan untuk menangkap dan menggenggam mangsanya, di saat
yang sama racun di ujung ekornya diinjeksikan ke dalam tubuh
mangsanya

dengan

tujuan

untuk

melumpuhkan

atau

bahkan

membunuhnya. Setelah itu, dengan pedipalp dan capit di ujungnya, tubuh


mangsa akan dimasukkan ke dalam mulut Kalajengking.
8. Kalajengking memiliki racun dengan derajat toksisitas yang berbeda, ada
kalajengking yang beracun, contohnya Kalajengking Arizona Bark, dan
ada juga yang tidak beracun, contohnya Kalajengking Desert Hairy. Untuk
kalajengking Arizona Bark, meski masih berukuran kecil atau masih anak,
dia tetap bisa menyengat dan menginjeksikan racun, jadi tetap harus
berhati-hati

terhadap

kalajengking,

berapapun

ukurannya.

Racun

kalajengking umumnya mengandung senyawa neurotoksin yang dapat


membuat lumpuh dan membunuh mangsanya.
9. Habitat Kalajengking umumnya di gurun, namun ada juga yang hidup di
sekitar perkotaan dan dekat pegunungan.
10. Kalajengking termasuk ke dalam golongan hewan nokturnal, yaitu hewan
yang aktif mencari makanan di malam hari. Pada siang hari, Kelajengking
bersembunyi di bawah bebatuan atau di celah-celahnya.
11. Kalajengking betina sekali melahirkan bisa mencapai 4 hingga 8 atau 9
bayi Kalajengking.
2.3 Perilaku
Kalajengking tergolong serangga yang aktif di malam hari (nokturnal) dan
siang hari (diurnal). Ia juga merupakan hewan predator pemakan serangga, labalaba, kelabang, dan kalajengking lain yang lebih kecil. Kalajengking yang lebih
besar kadang-kadang makan vertebrata seperti kadal, ular dan tikus. Mangsa
terdeteksi oleh kalajengking melalui sensor vibrasi organ pektin. Pedipalpi
mempunyai susunan rambut sensor halus yang merasakan vibrasi dari udara.
Ujung-ujung tungkai mempunyai organ kecil yang dapat mendeteksi vibrasi di
tanah. Kebanyakan kalajengking adalah predator penyerang yang mendeteksi
mangsa ketika ia datang mendekat.

Permukaan tungkai, pedipalpi, dan tubuh juga ditutupi dengan rambut


seta yang sensitif terhadap sentuhan langsung. Meskipun kalajengking
dilengkapi

dengan

venom

untuk

pertahanan

dan

mendapat

mangsa,

kalajengking sendiri jatuh menjadi mangsa bagi mahluk lain seperti kelabang,
tarantula, kadal pemakan serangga, ular, unggas (terutama burung hantu), dan
mamalia (termasuk kelelawar, bajing dan tikus pemakan serangga).
Seperti halnya predator lainnya, kalajengking cenderung mencari makan
di daerah teritori yang jelas dan terpisah, dan kembali ke tempat yang sama
pada setiap malam. Kalajengking bisa masuk ke dalam komplek perumahan dan
gedung ketika daerah teritorialnya hancur oleh pembangunan, penebangan
hutan atau banir dan sebagainya.
Kalajengking aktif pada malam hari, berdiam dibawah batu, potongan
kayu, dan ditempat yang gelap dan lembab. Binatang ini kadang-kadang masuk
kedalam tempat tinggal manusia terutama selama musim hujan di negeri tropic.
Mereka menangkap mangsanya, biasanya laba-laba serangga, diplopoda
danrodent, di dalam kukunya dan dengan dorongan kebelakang dan kebawah
dari abdomen yang menyerupai ekor memasukkan sengat dengan racunnya
yang dapat membuat lumpuh. Sebagian besar kalajengking aktif di malam hari.
Sebagaimana di tempat yang panas dan kering, kalajengking juga ditemukan di
padang rumput, savana, gua, dan hutan hujan/hutan berganti daun/hutan pinus.
Bisa dari kalajengking berdampak pada sistem syaraf korban. Setiap spesies
memiliki perpaduan yang unik.
2.4 Siklus hidup
Kalajengking mempunyai masa hamil dari beberapa bulan sampai lebih
satu tahun, tergantung jenis, tempat embrio berkembang di dalam ovariuterus
atau dalam divertikula khusus yang bercabang dari ovariuterus. Anak-anak yang
dilahirkan hidup akan anaik ke punggung ibunya. Ibunya membantu mereka
dengan membuatkan kantong melahirkan dengan kaki terlipat untuk menangkap
mereka ketika lahir dan untuk menyediakan mereka menaiki punggung ibunya.
Beberapa jenis kalajengking tidak membentuk kantong lahir.
Rata-rata, seekor betina bisa melahirkan 25-35 ekor anak. Mereka tetap
pada punggungnya, sampai mereka molting untuk pertama kali. Setelah
kalajengking muda putih turun dari punggung betina, moling, kemudian balik lagi
ke punggung induk selama 4-5 hari sebelum meninggalkan induk, biasanya
dalam waktu 1-3 minggu setelah lahir.

Sekali mereka turun, mereka sudah mampu bebas, dan secara periodik
molting untuk mencapai dewasa. Biasanya molting terjadi 5 atau 6 kali selama 26 tahun untuk mencapai dewasa. Rata-rata kalajengking kemungkinan hidup 3-5
tahun, tetapi beberapa spesies bisa hidup sampai 25 tahun. Beberapa jenis
menunjukkan perilaku sosial, seperti membentuk agregasi selama musim dingin,
menggali koloni dan mencari makan bersama.
Pertama kalajengking bertelur di perut ibunya lalu menetas disitu juga.
Lalu keluar anaknya dari perutnya. Lalu anaknya bertumbuh besar dan menjadi
kalajengking dewasa. Kalajengking tidak bermetamorfosis.
Hewan arachnida atau hewan berkaki delapan biasanya memiliki anak
dengan cara bertelur, namun ternyata kalajengking tidak temasuk kedalam
hewan arachnida yang bertelur. Kalajengking justru seperti mamalia, melahirkan
anak.
Cara beranak seperti ini dikenal dengan nama ovovivipar, yaitu telur
berkembang di dalam tubuh hewan betina, janinnya memanfaatkan makanan
dari induk, dan saatnya melahirkan tiba, bayinya akan keluar.
Ketika melahirkan, jumlah anak yang dikeluarkan kalajengking berjumlah
12 ekor atau lebih. Mereka keluar satu per satu. Setelah semua anaknya lahir,
mereka diletakkan diatas punggung induknya hingga anak-anak ini cukup besar
dan kuat untuk hidup sendiri.
2.5 Reproduksi
Kebanyakan

kalajengking

bereproduksi

secara

seksual.

Namun,

beberapa spesies, seperti hottentotta Hottentotta, caboverdensis Hottentotta,


australasiae Liocheles, columbianus Tityus, metuendus Tityus, serrulatus Tityus,
stigmurus Tityus, trivittatus Tityus, dan urugayensis Tityus, memperbanyak diri
melalui partenogenesis , sebuah proses di mana telur yang tidak dibuahi
berkembang menjadi embrio hidup.
Reproduksi seksual dicapai dengan cara transfer spermatofora dari
pejantan ke betina. Kalajengking memiliki ritual seks semalam suntuk dalam
pembuahan. Mulai dari kimpoi dengan pejantan, sang betina menemukan dan
mengidentifikasi satu sama lain menggunakan campuran feromon dan getaran
komunikasi.
Setelah perkimpoian selesai, pejantan dan betinanya akan terpisah.
Pejantan umumnya akan mundur cepat, kemungkinan besar untuk menghindari

kanibalisme oleh sang betina, meskipun kanibalisme seksual ini jarang terjadi
pada kalajengking.
Berkembang

biak

secara

ovovivipar

dan

anak-anaknya

dibawa

untuk beberapa waktu dipunggung yang betina. Metamorfosis Buthus Tumulus


tidak sempurna yaitu telur larva nimpa dewasa, masa hidupnya sekitar 2-6
tahun.
1. Periode Kehamilan dari 2-18 bulan
2. Tiap betina melahirkan 25-35 anak yang memanjat ke punggung induknya
3. Mereka ada di punggung induknya 1-2 minggu setelah kelahiran
4. Setelah turun dari punggung, mereka butuh 2-6 tahun untuk mencapai
kematangan.
5. Rata-rata kalajengking hidup 3-5 tahun, tapi sejumlah spesies hidup hingga
10-15 tahun.
Kalajengking mempunyai ritual perkawinan yang kompleks, jantan
menggunakan pedipalpinya mencengkeram pedipalpi betina. Jantan kemudian
membimbing betina melakukan tarian percumbuan. Detailnya setiap jenis
berbeda, dengan memperlihatkan alat penyengatnya yang panjang pada jantan.
Sperma dari jantan dimasukkan ke dalam struktur yang disebut spermatofor,
yang diletakkan oleh jantan ke atas permukaan yang kelak akan diambil oleh
betina. Yang jantan menyapukan pektin ke atas permukaan tanah untuk mebantu
menentukan lokasi yang sesuai untuk meletakkan spermatofor. Selanjutnya
kalajengkin betina akan menarik sperma ini ke dalam lubang kelamin, yang
letaknya dekat ventral abdomen.
2.6 Racun
Racun kalajengking digunakan untuk menangkap mangsa, proses
pertahanan diri dan untuk proses perkawinan. Semua kalajengking mempunyai
venom dan dapat menyengat, tetapi secara alamiah kalajengking cenderung
bersembunyi atau melarikan diri. Kalajengking dapat mengendalikan aliran
venom, oleh karena itu pada beberapa kasus sengatan tidak mengeluarkan
racun atau hanya menimbulkan keracunan ringan. Racun kalajengking adalah
campuran kompleks dari neurotoksin atau racun syaraf dan bahan lainnya.
Setiap jenis mempunyai campuran unik.
Di Amerika Serikat diketahui hanya jenis yang dianggap berbahaya bagi
manusia, yaitu . Centruroides exilicauda dan sekitar 25 jenis lain diketahui

menghasilkan racun berpotensi merugikan manusia, tersebar di seluruh dunia.


Adapun kalajengking berbahaya di Afrka Utara dan Timur Tengah adalah genus
Androctonus, Buthus, Hottentotta, Leiurus), Amerika Selatan (Tityus), India
(Mesobuthus), and Mexico (Centruroides). Di beberapa daerah ini, sengatan
kalajengking dapat menyebabkan kematian, tetapi data realistis tidak tersedia.
Beberapa studi menduga angka kematian pada kasus-kasus di rumah sakit
sekitar 4% pada anak-anak yang lebih rentan daripada yang lebih tua. Bila terjadi
kematian akibat sengatan ini umunya disebabkan oleh kegagalan jantung dan
pernafasan beberapa jam setelah kematian. Selama tahun 1980 di Meksiko
terjadi kematian rata-rata 800 orang per tahun. Namun demikian, dalam 20 tahun
terakhir di Amerika Serikat tidak ada laporan kematian akibat sengatan
kalajengking, demikian pula di Indonesia tidak pernah terdengar.
Kalajengking merupakan salah satu binatang yang sangat berbahaya.
Hewan yang umumnya kita temui memiliki warna tubuh hitam legam ini, tidak
memiliki gigi. Jadi tidak mungkin kalau kalajengking menggigit, ya. Yang
biasanya

dilakukan

kalajengking

untuk

melindungi

diri

adalah

dengan

menggunakan sengat. Tidak seperti lebah, sengat kalajengking agak bengkok


dan ada di ujung ekornya. Di Indonesia sengatan yang paling berbahaya dan
berbisa adalah sengatan milik si kalajegking hitam.
Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa
kalajengking termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian
adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa sitotoksik (racun sel).
Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan juga natrium dan kalium, yang berguna
untuk mengganggu transmisi saraf sang korban. Kalajengking menggunakan
bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan m angsa mereka agar mudah
dimakan.
Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap artropoda lainnya dan
kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan menghasilkan
efek lokal (seperti rasa sakit,pembengkakan). Namun beberapa spesies
kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi manusia.
Salah satu yang paling berbahaya adalah Leiurusquinquestriatus, dan anggota
dari genera Parabuthus, Tityus, Centruroides, dan terutama Androctonus.
Kalajengking yang paling banyak menyebabkan kematian manusia adalah
Androctonusaustralis.
2.7 Makanan

10

Kalajengking termasuk karnivora, dia biasanya memakan serangga kecil,


cacing tanah, atau hewan kecil tanah lainnya Serangga-serangga kecil seperti
jangkrik, kecoa atau udang. Selain itu kalajengking juga bisa diberi pakan berupa
cacing tanah dan hewan-hewan kecil tanah lainnya. Kalajengking juga memiliki
sifat kanibal (memakan sesamanya).
Salah satu hasil adaptasi yang mereka miliki adalah kemampuan untuk
memperlambat tingkat metabolisme mereka. Kalajengking juga memiliki organ
yang disebut "hepatopancreas" yang sangat efisien dan memenuhi fungsi setara
dengan hati dan pankreas pada manusia. Selain itu, kalajengking juga memiliki
kemampuan untuk mengkonsumsi makanan yang cukup banyak untuk ukuran
tubuh mereka. Fakta menunjukkan bahwa mereka diketahui dapat makan
sampai sepertiga berat tubuh mereka dalam sekali makan. Karena besarnya
jumlah makanan yang dikonsumsi, cara tubuh mereka yang sangat efisien dalam
menghemat nutrisi, dan kemampuan untuk memperlambat metabolisme mereka,
kalajengking diketahui mampu bertahan hingga satu tahun penuh atau selama
12 bulan tanpa makan sedikit pun. Diperkirakan bahwa kalajengking hanya
makan paling banyak 5-50 kali per tahun. Seiring dengan kemampuan luar biasa
untuk tidak makan selama setahun, beberapa spesies kalajengking juga dapat
menahan untuk tidak minum air yang selama dua hari.
2.8 Habitat
Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk
dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Dalam kelas ini juga termasuk
laba-laba, harvestmen, mites, dan tick. Ada sekitar 2000 spesies kalajengking.
Mereka banyak ditemukan selatan dari 49 U, kecuali New Zealand dan
Antarctica. Tubuh kalajengking dibagi menjadi dua segmen: cephalothorax dan
abdomen. Abdomen terdiri dari mesosoma dan metasoma.
Kalajengking mendiami habitat yang luas mulaidari gurun, hingga
hutan,gua dan padang rumput luas,bahkan ditemukan di bawah tumpukan batu
salju pada ketinggia di atas 12000 kakidi pegunungan Himalaya Asia.Contoh
jenis kalajengking yang banyak ditemukan diAsia termasuk Indonesia adalah
jenis Heterometrus spinifer (Asian forestscorpion).
2.9 Kegunaan
Ada 1.300 spesies kalajengking yang masing-masing memiliki 300
jenis bisa beracun yang berbeda untuk melumpuhkan jenis mangsa yang
berbeda pula. Setiap jenis racun hanya mematikan mangsa jenis tertentu tetapi

11

aman untuk yang lain. Setetes cairan bisa kalajengking tersusun dari molekul
dan protein kecil pepsida yang bersifat toksik. Artinya, bisa tersebut mempunyai
daya rusak terhadap sel-sel tubuh si mangsa, berupa kelumpuhan atau bahkan
menghancurkan sel dari dalam.
Selain itu, para ilmuwan tersebut juga mencoba meniru cara kerja bisa
kalajengking yang merembes masuk ke dalam sel dan menghancurkan dari
dalam. Mereka membuat senyawa racun pembunuh sel lalu disuntikkan kedalam
sel tumor untuk melawan kanker di tubuh manusia. Senyawa racun kalajengking
lain yang bertugas membuat sel-sel mangsa lumpuh, ditiru untuk disuntikkan
menjadi penghilang rasa sakit.
Racun kalajengking ternyata dapat di pakai sebagai pembersih tumor.
Para peneliti menggunakan bahan sintetisnya sebagai pembawa yodium yang
bersifat radioaktif se-sel tumor otak yang masih tertinggal setelah pembedahan.
Sejauh ini teknik ini telah di uji pada 18 pasien , dan percobaan medis masih
terus di lakukan, hasilnya sementara menunjukan bahwa proses pengobatan ini
dapat di terima tubuh dan efektif.
Kalangan ilmuwan Kuba menggiatkan riset medis untuk mengembangkan
ramuan tradisional racun kalajengking sebagai obat anti kanker. Demikian prolog
artikel bersumber dari Garit 7 April 2010. Sumber itu mengatakan Kementerian
Kesehatan dan Kalangan Pakar Kuba mengundang peneliti Amerika Serikat dan
para pengusaha guna mengembangkan obat yang diyakini dapat mengobati
penyakit kanker stadium akhir.
Dalam keterangan pers di Havana Kuba, Dokter Jose Fraga dari
Laboratoriom Farmasi dan Biologi Kuba, mengungkapkan racun kalajengking
biru dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Dokter Fraga juga telah
mendaftarkan obat tradisional Kuba yang dikenal dengan nama Escozul tersebut
untuk penjualan internasional. Penelitian terakhir terhadap 8 ribu pasien kanker
menunjukkan hasil positip.
Racun

kalajengking

tidak

berbahaya

bagi

manusia

serta

tidak

menimbulkan efek samping jika diberikan secara oral. Obat tradisional anti nyeri
itu sesungguhnya telah digunakan secara luas oleh warga Kuba, namun pertama
kali dikembangkan di tahun 1990-an di Provinsi Guantanamo. Effektifitas obat
dari racun kalajengking kini semakin meningkatkan penelitian akademis terhadap
kalajengking.

12

Pihak berwenang Brasil juga mengundang peneliti asing untuk bekerja


sama dengan Kuba mengembangkan obat anti kanker. Tahun 1998 Badan
Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) mengkaji dan menyetujui peredaran tiga
obat berbahan dasar racun yakni bisa Teknik ini telah diuji pada 18 pasien dan
percobaan medis masih terus dilakukan. Hasil sementara menunjukkan bahwa
peruses pengobatan ini dapat diterima tubuh dan efektif. Analisis menunjukkan
bahwa sifat radio aktif akan hilang secara keseluruhan setelah 24 jam zat
disuntikkan. Radiasi tersebut juga bekerja disekitar luka operasi saja sehingga
tidak merusak sel-sel otak yang sehat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalajengking adalah sebuah arthropoda dengan delapan kaki, termasuk
dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Dalam kelas ini juga termasuk
laba-laba, harvestmen, mites, dan tick. Ada sekitar 2000 spesies kalajengking.
Mereka banyak ditemukan selatan dari 49 U, kecuali New Zealand dan
Antarctica. Di Indonesia sendiri, kalajengking hampir tersebar di seluruh hutan di
wilayah Indonesia, terutama di wilayah Jawa, Sumatera, dan Maluku.
Karakteristik Kalajengking yang paling mudah untuk dikenali adalah
ekornya yang ramping dan panjang melengkung di bagian ujungnya, dan di
bagian ujung tersebut terdapat alat penyengat (yang disebut Telson) yang
digunakan

untuk

meng-injeksikan

racun

ke

dalam

tubuh

mangsanya,

predatornya, atau mungkin juga manusia yang dianggap sebagai ancaman oleh
Kalajengking.
Kebanyakan

kalajengking

bereproduksi

secara

seksual.

Namun,

beberapa spesies, seperti hottentotta Hottentotta, caboverdensis Hottentotta,


australasiae Liocheles, columbianus Tityus, metuendus Tityus, serrulatus Tityus,
stigmurus Tityus, trivittatus Tityus, dan urugayensis Tityus, memperbanyak diri
melalui partenogenesis , sebuah proses di mana telur yang tidak dibuahi
berkembang menjadi embrio hidup.
Racun kalajengking digunakan untuk menangkap mangsa, proses
pertahanan diri dan untuk proses perkawinan. Semua kalajengking mempunyai

13

venom dan dapat menyengat, tetapi secara alamiah kalajengking cenderung


bersembunyi atau melarikan diri. Kalajengking termasuk karnivora, dia biasanya
memakan serangga kecil, cacing tanah, atau hewan kecil tanah lainnya
Serangga-serangga kecil seperti jangkrik, kecoa atau udang.Kalajengking juga
memiliki sifat kanibal (memakan sesamanya).

DAFTAR PUSTAKA
Arif Priadi, Tri Silawati. 2006. Sains BIOLOGI : SMA kelas X. Jakarta : yudhistira.
Chapman, R.F. 1983. The insects Structure and Function. Hodder and
Stoughton. London
Daly, H.V., J.T. Doyen & P.R. Ehrlich. 1978. Introduction to Insect Biology and
Diversity. McGraw-Hill, Tokyo
Gerozisis, J & P. Hadlington. 1995. Urban Pest Control in Australia. University of
New South Wales Press Ltd. Australia.
Istamar Syamsuri,dkk.2007.biologi:untuk SMA kelasX semester 2.Jakarta:
erlangga.
Mallis, A. 1983. Handbook of Pest Control. 6th ed. Cleveland, OH: Franzak and
Foster Co.
Mullen, GR & SA Stockwell. 2002. Scorpion (Scorpiones). Dalam Gary Mullen &
Lance Durden. Medical and Veterinary Entomology. Academic Press.
New York, Tokyo.
Ross, H.H. & C.A. Ross. 1982, A Textbook of Entomology. John Wiley, New york
Taboada, O. 1967. Medical Entomology. Naval Medical School, National
Naval Medical center, Bethesda Maryland, USA
Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta :
EGC;2000.
Smith, R. L. 1982. Venomous Animals of Arizona. Tucson: Univ. Arizona, College
of Agriculture, Bulletin 8245.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Yogyakarta

14

Anda mungkin juga menyukai