Anda di halaman 1dari 2

Uji Fisik Sediaan Gel

1. pH

Menurut Walters dan Roberts (2008) pH kulit manusia ialah sekitar 4,5-6,5. pH yang
terlalu asam dapat mengiritasi kulit, sedangkan apabila terlalu basa dapat menyebabkan kulit
kering. Berdasarkan hal tersebut maka sediaan yang berkaitan dengan kulit manusia perlu
disesuaikan dengan pH kulit tersebut. Uji pH dilakukan dengan cara mencelupkan elektrode pH
meter ke dalam setiap sediaan gel. Setelah elektrode tercelup, nyalakan pH meter kemudian
didiamkan hingga layar pada pH meter menunjukkan angka yang stabil

2. Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat sediaan gel homogen atau tidak. Homogenitas
sediaan ditunjukan dengan ada tidaknya butiran kasar. Homogenitas penting dalam sediaan
berkaitan dengan keseragaman kandungan jumlah zat aktif dalam setiap penggunaan (Dirjen
POM, 1995).

3. Viskositas

Viskositas merupakan pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu sistem dibawah
stress yang digunakan (Martin dkk, 2012). Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan
Brookfield viscometer. Sediaaan gel ditempatkan dalam Brookfield viscometer hingga spindel
terendam. Diatur spindel dan kecepatan yang akan digunakan. Brookfield viscometer dijalankan,
kemudian viskositas dari gel akan terbaca.

Viskositas ditunjukkan dengan persamaan :

η: Viskositas

𝜎: Gaya geser (shearing stress)

𝛾: Kecepatan geser (shearing rate)

Peningkatan gaya geser akan berbanding lurus dengan peningkatan viskositas. Hal ini
berlaku untuk senyawa yang termasuk tipe Newtonian (Martin dkk, 2012). Pada tipe non-
Newtonian viskositas tidak berbanding lurus dengan kecepatan gaya geser. Tipe non-Newtonian
antara lain plastis, pseudoplastis, dan dilatan (Lieberman dkk, 1996).

Tipe pseudoplastis menunjukan penurunan viskositas seiring meningkatnya kecepatan


gaya geser. Pada suatu larutan, molekul dengan berat molekul besar serta struktur panjang akan
saling terpilin dan terperangkap bersama-sama dengan solvent yang tidak bergerak. Gaya geser
menyebabkan molekul terbebas dan menyusun diri secara terarah kemudian mengalir. Dengan
demikian molekul akan memiliki sedikit tahanan untuk mengalir dan viskositas akan menurun
(Aulton, 2001).

Semakin kental suatu cairan maka semakin besar kekuatan yang diperlukan untuk cairan
tersebut dapat mengalir dengan laju tertentu (Martin dkk, 2012). Peningkatan viskositas akan
meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi menurunkan daya sebar (Garg,
Aggarwal, Singla, 2002).

Penggunaan karbopol sebagai basis gel pada konsentrasi 0,2% pH 7,5 viskositas karbopol
dapat mencapai 200–300 mPas. Viskositas gel karbopol stabil dalam perubahan suhu karena
adanya struktur cross-linked dari mikrogel. Penambahan bahan humektan seperti propilen glikol
dapat memodifikasi ikatan hidrogen antara air, pelarut, dan polimer sehingga dapat
mempengaruhi sifat viskoelastis dari karbopol (Islam, 2004).

4. Daya sebar

Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di tempat aplikasi. Hal
ini berhubungan dengan sudut kontak dari sediaan dengan tempat aplikasinya. Daya sebar
merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam keefektifan dalam pelepasan
zat aktif dan penerimaan konsumen dalam penggunaan sediaan semisolid. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya sebar yaitu viskositas sediaan, lama tekanan, temperatur tempat aksi (Garg
dkk, 2002). Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang sediaan gel sebanyak 1 gram dan
diletakkan pada plat kaca. Kemudian di atas plat kaca tersebut diletakkan plat kaca lain tanpa
diberi tekanan, setelah itu diukur diameternya. Selanjutnya di atas plat kaca diletakkan beban
sebesar 50 gram dan didiamkan selama 1 menit kemudian diukur diameter dari sediaan gel.
Tahap selanjutnya dilakukan hal yang sama dengan beban 100, 200 dan 500 gram.

5. Daya lekat

Kemampuan sediaan untuk melekat di tempat aplikasi sangat penting. Daya lekat
merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab terhadap keefektifan sediaan dalam
memberikan efek farmakologis. Semakin lama daya lekat suatu sediaan pada tempat aplikasi
maka efek farmakologis yang dihasilkan semakin besar.

6. Konsistensi

Uji konsistensi dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan gel yang dibuat dengan
cara mengamati perubahan konsistensi sediaan setelah disentrifugasi. Uji konsistensi biasanya
dilakukan dengan cara mekanik menggunakan sentrifugator dengan cara disentrifugasi pada
kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Perubahan fisik yang diamati adalah terjadinya pemisahan
antara bahan pembentuk gel dan pembawanya yaitu air dan pengujian dilakukan pada awal
evaluasi (Djajadisastra, 2009).

Anda mungkin juga menyukai