Anda di halaman 1dari 79

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

Mudita,S.Farm,M.Farm.,Apt

AKADEMI FARMASI HANG TUAH JAKARTA


KULIAH 7

BAHAN TAMBAHAN DALAM SEDIAAN LIQUD DAN SEMI SOLID


Humektan (Pelembab)

Pengertian

Ciri
Alasan Humektan humektan
ideal

Contoh
Pengertian
• Bahan tambahan untuk mencegah kekeringan pada sediaan semi solid 
krim dan salep.
• Mempertahankan kadar air atau meminimalisir hilangnya kadar air dalam
sediaan semisolid

• Mekanisme : mampu mengikat atau menyerap air sehingga air tidak


menguap dan sediaan tetap terjaga kelembaban dan stabilitasnya selama
penyimpanan dan aplikasi di kulit.

• Pelembab kulit Moisturizer (berpenetrasi dalam kulit)


• Contoh: minyak kelapa organik, minyak zaitun dan
almond.
Ciri Humektan ideal

 Higroskopisitas
 Kompatibilitas
 Warna, bau, rasa
 Toksisitas
 Tingkat kerusakan
 Stabilitas
 Reaksi
 Availabilitas
Urgensi & Pertimbangan
Penggunaan
 Mencegah kekeringan sediaan
 Mempermudah penyebaran produk di kulit
Gliserol
 RM : C3H8O3
 OTT dengan oksidator kuat :
CrO3, KClO, KMnO4
 BM : 92,09
 Jika terpapar oleh cahaya, warna
 Cairan jernih, tidak berwarna, berubah menjadi hitam.
tidak berbau, kental, bersifat
higroskopis, berasa manis
 Stabil jika bercampur dengan air,
etanol, dan propilenglikol.
 Larut dalam pelarut polar
 Humektan : ≤ 30%
 Tidak mudah teroksidasi oleh
kondisi udara penyimpanan biasa
 Pemanasan : terurai, suhu rendah
: dapat mengkristal
 Penyimpanan : suhu kamar
Propilen glikol
 BM : 76,09
 Cairanyang jernih, tidak berwarna, kental, hampir tidak berbau,
dengan rasa manis dan sedikit tajam seperti gliserol
 Bercampur dalam air, aseton, alkohol, kloroform. Larut eter (1:6)
 Penyimpanan : temperatur sejuk, wadah tertutup rapat. Pada
temperatur tinggi dan dalam keadaan terbuka, senyawa ini akan
mulai teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat, asam
piruvat, dan asam asetat
 Stabil jika dicampur dengan etanol 95%, gliserol, atau air
 OTT dengan oksidator KMnO4
 Konsentrasi sebagai humektan : sampai 15%
 Propilen glikol dan PEG kadang dikombinasi dgn gliserin 
kemampuan menyerap lembab propilen glikol dan PEG lebih kecil
dari gliserin.
Sorbitol
 RM : C6H14O6
 BM : 182,17
 Serbuk kristal higroskopis, tidak berbau, berwarna putih atau hampir
tidak berwarna.
 Manis, ± 50-60% rasa manis dari sukrosa.
 Secara kimia, sorbitol relatif inert dan dapat bercampur dengan
sebagian besar eksipien.
 Stabil di udara terbuka selama tidak ada katalis, asam encer, dan basa.
Sorbitol tidak menghitam dan tidak rusak pada suhu tinggi atau pada
kehadiran amin.
 Senyawa ini juga tidak mudah terbakar, tidak korosif, dan tidak
menguap.
 Pada sediaan topikal, konsentrasi sorbitol yang digunakan sebagai
humektan adalah 3-15 %.
Polietilen Glikol (PEG)

 RM : HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH dimana m gugus oxyethylene,


 PEG 200-600 cairan jernih dan kental.
 Bentuk padat (PEG >1000)  serbuk putih atau putih pucat, berbau wangi, dapat
berupa pasta hingga serpihan wax.
 Semua tipe PEG dapat larut air. PEG dengan BM tinggi larutannya dapat membentuk
gel.
 PEG yang berbentuk cair dapat larut aceton, alkohol, benzene, glycerin, dan glycols.
 PEG padat dapat larut acetone, dichloromethane, ethanol (95%), dan methanol,
sedikit larut pada hidrokarbon alifatik dan ether, tetapi tiadk larut lemak dan
minyak mineral
 PEG bersifat stabil, hidrofilik, mudah dicuci dengan air dan secara esensial tidak
mengiritasi kulit.
 Inkompatibilitas : Antibiotik (penisilin dan basitrasin), pengawet derivat paraben,
pewarna, asam tanat, asam salisilat, fenol, sulfonamida, dithranol dan sorbitol.
XYLITOL

 RM C5H12O5 dengn berat molekul 152,15.


 Xylitol berbentuk granul yang menyerupai kristal dan berwarna putih.
 Xylitol tidak berbau, rasanya manis dengan sensasi menyejukkan.
 Dalam sediaan kosmetik, xylitol digunakan sebagai humektan dan bersifat
emolient dan dilaporkan juga meningkatkan stabilitas karena aksinya
sebagai pengawet, yakni bakteriostatik dan bakterisidal.
 Inkompatibilitas dengan agen pengoksidasi. Xylitol stabil namun bersifat
higroskopis, dapat terjadi karamelisasi bila dipanaskan mendekati titik
didihnya.
 Keamanan xylitol karena merupakan bahan yang non-toksik, non-iritan,
dan non-alergenik.
PENGENTAL
(Thickening
Agent)
Pengental (Thickening Agent)

 Bahan Pengental adalah bahan tambahan yang biasa


digunakan untuk memperbaiki konsistensi sediaan
semisolid (mengentalkan)
 Mekanisme kerja : Meningkatkan viskositas  sediaan
semisolid memiliki konsistensi yg baik.
 Contoh : Guar Gum, Carbomer, Cetil Alkohol dll.
 Alasan pemilihan
Diperoleh sediaan dgn konsistensi baik  mudah
dioleskan, tidak meningglakan bekas, tidak terlalu
melekat & berlemak, mudah dikeluarkan dari kemasan.
Cetil alkohol
 RM : C16H34O
 BM : 242.44
 Diperoleh dari esterifikasi dan hidrogenolisis dari asam lemak atau
dengan hidrogenasi trigliserida dari minyak kelapa
 Cetil alkohol berbentuk granul, serpihan, dan kotak seperti lilin,
mempunyai bau yang bias membuat pingsan, dan rasanya lembut.
 Tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam etanol 95% dan
eter.
 Sifat melembutkan (emolient), mengabsorpsi air, dapat
bertindak sbg pengemulsi.
 Konsentrasi yang sering digunakan 2-10%.
 Efek emolient dan pengemulsi 2-5%, efek absorpsi air 5%
 Stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan udara.
 Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat.
Guar Gum

 Didapat dari biji tanaman Guar, Cyanopsis tetragonolobus.


 berbentuk serbuk yang berwarna putih sampai kuning keputihan, tidak
berbau, dan mempunyai tekstur lembut
 Konsentrasi yang digunakan pada sediaan topikal dan semisolid
adalah 2,5%
 Untuk mendapatkan viskositas yang maksimal, didiamkan di atas air 2
hingga 4 jam pada teperatur kamar
 Viskositas yang ditimbulkannya bergantung pada temperaturnya,
konsentrasi, pH, dan ukuran partikel dari serbuk guar gom sendiri
 Inkompatibilitas: tragacanth, aseton, alkohol, tannin, asam atau basa
yang sangat kuat
Carbomer

 Karbomer adalah suatu polimer sintetis dari asam akrilat dengan kandungan
kopolimer alil sukrosa sebanyak 0,75-2%.
 Terdapat beberapa jenis karbomer dengan berat molekul yang berbeda-
beda carbomer 940, 934, 941
 berbentuk serbuk putih yang bersifat korosif, higroskopis dan asam dengan
bau khas yang samar
 Perhatian: pakailah wadah yang tahan korosi
 Konsentrasi yang sering digunakan untuk gelling agent = 0,5-2%
 Karakteristik: pada pH 6-11 akan menjadi lebih kental. Viskositas akan
berkurang jika pH kurang dari 3 atau lebih dari 12
 Gel umunya stabil dengan suhu mencapai 104 oC, tetapi kurang stabil jika
terpapar oleh cahaya, mikroba, dan elektrolit dengan konsentrasi tinggi
 inkompatibel dengan resorsinol, fenol, kationik polimer, asam kuat dan
elektrolit dalam konsentrasi tinggi
Cara buatnya..

Aduk Netralisa
kuat si
hingga dengan
terdisper basa Pada bentuk garamnya,
Dispersik si dan misal Natrium Carbomer
an jauhkan
 tidak perlu
1 gram carbomer ditambahkan basa.
carbomer gelembun
dinetralisasikan
dalam air dengan ± 0,4 gram
g NaOH
Xanthan Gum
 Diperoleh dari kultur murni fermentasi aerob karbohidrat Xanthomonas
campestris.
 merupakan serbuk halus yang berwarna krem hingga putih berwarna, tidak
berbau, dan mudah mengalir
 Konsentrasi yang biasa digunakan: 1%
 Xanthan gum bersifat tidak toksik dan memiliki stabilitas dan viskositas yang
baik pada rentang pH dan temperatur yang luas.
 Pada pelarut air stabilitasnya berkisar pada pH 3-12 dengan temperatur 10-600C.
 Xanthan gum ini juga relatif stabil dengan kemunculan enzim, garam, asam,
maupun basa
 inkompatibel dengan bahan yang bersifat kationik, zat pengoksidasi, karboksi
metal selulosa, alumunium hidroksida gel, dan beberapa zat aktif seperti
amitriptyline, tamoxifen, dan verapamil.
 sering dikombinasikan dengan guar gum, locust bean gum, dan magnesium
aluminum silikat
Metil Selulosa
 diperoleh dari selulosa pulp kayu dengan pembasaan dan dilanjutkan dengan
metilasi dengan klorometana
 berbentuk granul atau serbuk dengan warna putih hingga putih kekuningan,
tidak berbau, tidak berasa, dan bersifat higroskopis.
 Konsentrasi yang sering digunakan: 1-5%
 Viskositas turun jika ada kenaikan suhu dan penurunan pH. Namun hal ini
bersifat reversible, sehingga pada saat suhu turun maka viskosistasnyapun
akan naik kembali
 Konsentrasi elektrolit yang tinggi dapat meningkatkan viskositas dispersi
metil selulosa.
 inkompatibel dengan: aminakrin hidroklorida, klorokresol, merkuri klorida,
fenol, resorsinol, asam tannat, perak nitrat, asam p-hidroksibenzoat, metal
paraben, asam p-aminobenzoat, propel paraben,butyl paraben, dan kadar
elektrolit yang tinggi.
Cara Pembuatan dispersi
metil selulosa
Metil selulosa
ditambahkan dalam
air panas sebanyak Metil selulosa
setengah jumlah air Campur metil dilembutkan dahulu
yang dipakai. selulosa dengan dengan pelarut
Selanjutnya sisa air bahan lain organic seperti
dingin ditambahkan kemudian ditambah alkohol 95%
untuk dengan air dingin kemudian
mendinginkan ditambahkan air
larutan metil
selulosa
Bentonit
 Merupakan koloid hidrat aluminium silikat
 berbentuk serbuk kristal halus, tidak berbau, bersifat
higroskopis, dan berwarna krem hingga kuning pucat.
 Dapat mengembang 12 kali dari volume awal dengan air,
tetapi tidak mengembang dengan pelarut organik
 Biasanya bentonit digunakan sebagai bentonit magma dengan
konsentrasi 5%
 Inkompatibel dengan asam, alkohol, bahan bermuatan positif,
elektrolit kuat.
Cara Pembuatan

Bentonit
Biarkan selama
ditaburkan pada
24 jam
air hangat

 Perhatian: Air sebaiknya tidak dicampur


dengan bentonit saja, melainkan dengan
mencampur bentonit terlebih dahulu
dengan serbuk lain seperti zinc oxida atau
dengan gliserin. Aduk secara
berkala (setelah
semua
terbasahi)
PEWARNA
(Coloring Agent)
Pewarna

 Tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat meningkatkan


bioavailabilitas atau stabilitas produk.
 Alasan pemilihan :
- Menutupi warna obat yg kurang baik
- Identifikasi produk (cegah kepalsuan) & jaga keseragaman hasil
pabrik
- Membuat sediaan menjadi lebih menarik.
 Jumlah zat pewarna yang boleh ditambahkan didalam suatu
formulasi berkisar antara 0,1%-3,5%.
 Hati hati pemilihan penggunaan warna yang kurang tepat !
 Studi toksikologi  FDA, WHO.
 Pewarna ditambahkan ke dalam fase air atau fase minyak tergantung
kelarutan dari perwarna tersebut.
Klasifikasi Pewarna

 Pewarna alami, contoh : klorofil, antosianin, kurkumin,


beta karoten, karamel, dll.
 Pewarna organik sintestis, diklasifikasikan lagi menjadi :
 dyes (larut dalam air), contoh: Rhodamin B, Trifenilmetana
dyes, Anthraquinone dyes
 lakes (pigmen anorganik), contoh: Sunset yellow FCF
 pigmen (tidak larut dalam air), contoh: Titanium dioksida
Pewarna Buatan
 Meliputi FD&C Blue No.1 (atau brilliant blue FCF atau E133),
FD&C Red No.40 (atau allura red AC atau E129), FD&C Yellow
No.5 (atau tartrazine atau E102), FD&C Blue No.2 (atau
indigotine atau E132), FD&C Green No.3 (atau fast green FCF
atau E143), FD&C Red No.3 (atau erythrosine atau E127), dan
FD&C Yellow No.6 (atau sunset yellow FCF atau E110).
 Tanda FD&C FDA telah menyetujui penggunaan zat warna
bersangkutan pada makanan, obat, dan kosmetik. Sedangkan
simbol E, seperti pada zat warna E143, berarti bahwa zat warna
tersebut telah disetujui untuk digunakan di wilayah Uni Eropa
 Zat warna tersebut disebut zat warna primer, sedangkan
campuran dari zat-zat warna tersebut dinamakan warna sekunder.
BETA KAROTEN

 Merupakan zat warna kuning yang pertama kali


diekstrak dari wortel. biasa digunakan sebagai pewarna
pada milky lotion dan krim.
 Sifat-sifat:. mudah sekali hancur pada pH asam dan
mudah sekali dirusak oleh ion logam.
TITANIUM DIOKSIDA

 Seringkali digunakan sebagai pigmen warna putih


maupun pengeruh pada penggunaan sediaan topikal.
 Zat warna putih yg dominan karna bersifat tidak
menyerap sinar tampak, mudah diproduksi sesuai
keinginan, stabilitas tinggi, dan non toksik. Biasa
digunakan pada sabun.
 Sifat-sifat: amorf, berwarna putih, tidak berbau, tidak
berasa, nonhigroskopis, stabil pada temperatur tinggi.
Ada 3 bentuk kristal titanium dioksida, antara lain:
rutile (struktur tetragonal), anatase (struktur
tetragonal), dan brookite (struktur orthorhombik)
ANTHRAQUINONE dyes

 Sifat-sifat: mempunyai toleransi yang tinggi terhadap


cahaya, larut air, dan lazim digunakan dalam
pembuatan lotion. Mempunyai daya tahan luntur yang
sangat baik.
Pengawet dan
Enhancer
PENGAWET
Syarat pengawet ideal: Mekanisme kerja pengawet:
 Mampu mencegah pertumbuhan  Memodifikasi permeabilitas
mikroorganisme yang membran sel dan menlisiskan sel
mengkontaminasi sediaan (lisis parsial).
 Larut atau cukup larut dalam air  Menlisiskan sitoplasma.
 Stabil pada pH sediaan  Koagulasi yang bersifat
 Tidak menyebabkan efek samping ireversibel pada sitoplasma
terhadap pasien  Menginhibisi metabolisme sel
 Tidak bereaksi dengan bahan aktif dengan menginhibisi sintesis
lainnya dalam sediaan (kompatibel) dinding sel atau
menginterferensi sistem enzim
 Tidak bereaksi dengan
wadah/kemasan sediaan
pada sel.
 Bersifat stabil dan tidak tereduksi
 Oksidasi
oleh bahan lainnya  Hidrolisis.
Contoh Pengawet
Metilparaben (Nipagin) Propilparaben (Nipasol)

• Umumnya memiliki kadar 0,02% • Penggunaan propilparaben


hingga 0,3%.
sebagai pengawet umumnya
• Metilparaben bekerja pada pH 4-8.
Aktivitasnya menurun dengan
memiliki kadar 0,01% hingga
peningkatan pH 0,6%.
Contoh Pengawet

Asam benzoat  Asam sorbat

 Konsentrasi 0,1-0,2%.  Konsentrasi 0,05-0,2%.


 Bekerja optimal pada pH  Bekerja optimal pada pH
4,5. Pada pH diatas 5, 4,5-6
asam benzoat akan
menjadi inaktif.
E
N
H
A
N
CE
R
Chemical Enhancer Iontophoresis
• Enhanced Partitioning • Electrophoresis
• Lipid Bilayer Disordering • Lipid Bilayer Disordering
• Keratin Desaturation • Electroosmosis

Enhanced Cavitation
Reduced Skin Impedance
Increased Enhancer Deposition
Reduced Size-Selectivity
Enhancer Dispersion
Enhanced Electrophoresis
Ultrasound
• Lipid Bilayer Disordering
• Enhanced Diffusion
• Convection

Reduced Skin Impedance


Enhanced Convection
Reduced Size-Selectivity

Electroporation
• Pore Formation
• Electrophoresis
• Electroosmosis
Contoh enhancer

Dimetilsulfoksida Isopropil Miristat

 Konsentrasi ≥ 80%.  Konsentrasi 1-10%


 Meningkatkan penetrasi obat  Banyak digunakan dengan
topikal dengan menggantikan
teknik ultrasound dan
air yang terikat dengan
iontophoresis
stratum corneum.
 Inkompatibilitas dengan
 Inkompatibilitas dengan
oksidator parafin padat dan oksidator
kuat
Contoh enhancer
Mentol

Isopropil palmitat

 Mekanisme kerja: menyebabkan dilatasi


pada pembuluh darah  sensasi dingin
 Dapat bekerja sebagai controlled
yang diikuti dengan efek analgesik.
release pada lapisan perkutan.  Konsentrasi yang digunakan berkisar
 Konsentrasi yang digunakan antara 0,05-10%
berkisar antara 0,05-5,5%  Inkompatibilitas dengan butil
 Inkompatibilitas dengan parafin kloralhidrat; kamfer, kloralhidrat,
padat dan oksidator kuat kromium trioksida, β naftol, fenol,
potassium permanganat, pirogalol,
resonsinol dan timol.
Pewangi
(Fragrance)
& Dapar (Buffer)
Pewangi
 Aroma memiliki peranan yang penting dalam sediaan farmasi yang dibuat.

Alami
Pewang
i
Buatan
• Pewangi yang digunakan harus sesuai
dengan warna sediaan yang dibuat dan
disesuaikan dengan konsumen yang
ditargetkan
Pertimbangan Pemilihan
Pewangi
 Warna sediaan yang dibuat
 Konsumen yang ditargetkan
 Pertimbangan durasi
 High-volatility fragrance
 Medium-volatility fragrance
 Low-volatility fragrance
pH mempengaruhi kestabilan
 Laju degradasi obat dipengaruhi oleh pH
 Sebagian besar obat stabil pada pH 4-8
 Obat-obat asam/basa lemah lebih mudah
terdekomposisi ketika terionisasi
 Digunakan pH adjusting agent untuk
 Menekan ionisasi obat
 Meningkatkan kelarutan
pH
Adjusters

Acidifying Alkalizing
Agents Agent
Dapar

 Digunakan untuk menentukan dan mempertahankan


aktivitas ion dalam batas yang sempit
Pembuatan Buffer

 Pencampuran asam lemah dengan larutan garam dari


basa konjugasinya.
 Pencampuran basa lemah dengan larutan garam dari
asam konjugasinya.
 Pencampuran asam lemah berlebih dengan basa kuat
 Pencampuran basa lemah berlebih dengan asam kuat
Contoh Dapar
 Dapar Asetat • Dapar Fosfat
CH3COOH(aq) ↔ H+(aq) + CH3COO-(aq) H3PO4 (aq) ↔ H2PO4-(aq) + H+(aq)
KA= 1.8x10-5 ; pKA = 4.74 KA1 = 7.11x10-3 ; pKA1 = 2.15
H2PO4-(aq) ↔ HPO42-(aq) + H+(aq)
 Dapar Amonia KA2 = 6.34x10-8 ; pKA2 = 7.20
NH3(aq)­ + H2O(aq) ↔ NH4+­(aq) + OH-(aq) HPO42-(aq) ↔ PO43-(aq) + H+(aq)
KB= 1.8x10-5 ; pKB = 4.74pKB = KA3=4.20x10-13 ; pKA3 = 12.38
14.00-4.74 = 9.26
Faktor yang Mempengaruhi
Pemilihan Dapar
 Nilai pKA atau pKB berada pada daerah pH dimana obat
yang digunakan lebih stabil dan masih aman serta
nyaman digunakan.
 Warna dan aroma yang masih bisa ditoleransi.
Antioksidan dan
Pengompleks
Antioksidan

 Suatuzat yang menghambat


oksidasi dan digunakan untuk
mencegah penguraian preparat
dengan proses oksidasi.
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Howard C. Ansel
Oksidasi

 Oksidasi adalah reaksi kimia di mana elektron ditransfer


dari suatu bahan ke bahan oksidasi lain.
 Zat-zat yang mengandung ikatan rangkap paling mudah
mengalami oksidasi.
Antioksidan berdasarkan
sumbernya
 Antioksidan Alami
 Antioksidan Sintetik
Antioksidan alami

 Senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua


komponen makanan
 Senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi
selama proses pengolahan
 Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami
dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan
pangan.
 Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan
yang dapat dimakan, tetapi tidak selalu dari bagian
yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di
beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit
kayu, akar, daun, buah, bunga, biji, dan serbuk sari
Antioksidan sintetik

 Antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis reaksi


kimia dan telah diproduksi untuk tujuan komersial.
Contoh: Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi
Toluen (BHT), propil galat, Tert-Butil Hidoksi Quinon
(TBHQ), Tokoferol .
Antioksidan berdasarkan
mekanismenya
 Antioksidan Primer
 Antioksidan Sekunder
Antioksidan primer

 Merupakan antioksidan yang berfungsi sebagai pemberi


atom hidrogen.Senyawa ini dapat memberikan atom
hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau
mengubahnya ke bentuk lebih stabil. Sementara
turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki
keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.
Antioksidan sekunder

 Merupakan antioksidan yang berfungsi memperlambat


laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar
mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan
pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil.
Mekanisme Antioksidan
Contoh Antioksidan

Askorbil
palmitat
Tokoferol
butilated
hidroksianiso
l (BHA)
Butilated
hidroksitolue
n Propil galat
(BHT)
Askorbil palmitat butilated
hidroksianisol (BHA)
 Konsentrasi sediaan topikal 0,005%-0,02%.
 BHA memiliki kemampuan antioksidan yang
baik pada lemak hewan dalam sistem
makanan panggang, namun relatif tidak
efektif pada minyak tanaman.
 BHA bersifat larut lemak dan tidak larut air,
berbentuk padat putih dan dijual dalam
bentuk tablet atau serpih, bersifat volatil
sehingga berguna untuk penambahan ke
materi pengemas.
Butilated hidroksitoluen
(BHT)
 Penggunaan sediaan topikal 0,0075-0,1%.
 Antioksidan sintetik BHT memiliki sifat serupa BHA,
akan memberi efek sinergis bila dimanfaatkan bersama
BHA, berbentuk kristal padat putih dan digunakan
secara luas karena relatif murah.
Propil galat

 Penggunaan pada sediaan dapat mencapai 0,1% w/v


untuk mencegah ketengikan minyak dan lemak, dapat
juga digunakan konsentrasi 0,002% w/v untuk mencegah
pembentukan peroksida pada eter, dan 0,01% w/v untuk
mencegah oksidasi pada paraldehida. Propil gallat
memiliki sifat dapat bersinergis dengan BHA dan BHT.
Pengompleks

  Zat yang ditambahkan dengan tujuan


zat ini dapat membentuk kompleks
dengan logam yang mungkin terdapat
dalam sediaan, timbul pada proses
pembuatan atau pada penyimpanan
karena wadah yang kurang baik.
 Contoh Asam sitrat monohidrat , Asam
etilen diamin tetra asetat (EDTA), Asam
Dietilen Triamin Penta Asetat (DTPA).
Asam Sitrat Monohidrat

 Konsentrasi sebagai agen pengompleks digunakan


sebesar 0,3-2,0%.
Asam Dietilen Triamin Penta
Asetat (DTPA)
 Konsentrasi : Sebagai agen pengompleks digunakan
sebesar 2,5 mmol/g.
Asam Etilen Diamin Tetra
Asetat (EDTA)
 Konsentrasi sebagai agen pengompleks digunakan
sebesar 0,005-0,1 %.
 Keuntungan : Sangat stabil dan sangat resisten
terhadap regradasi mikrobas.
 Kerugian: Merupakan pengompleks sintetik, sehingga
tidak diproduksi oleh tumbuhan.
EDTA

EDTA
Foaming Agent
& Antifoaming Agent
Pengertian dan perbedaan
Foaming agent Antifoaming agent
 senyawa kimia yang memfasilitasi  Substansi yang menyebar pada
pembentukan busa atau foam, larutan berbusa sebagai partikel
membantu menjaga integritas padat, tetesan minyak, atau
busa dengan memperkuat globul campuran minyak-padat.
gelembung film.  Fungsi utama adalah untuk
mencegah terbentuknya busa
yang berlebihan.
 Defoaming agent mengurangi
jumlah busa berlebih yang
tercipta selama proses
pembuatan sediaan.
A. Foaming Agent

 Digunakan ketika membuat sediaan yang membutuhkan kehadiran busa atau untuk sediaan-sediaan
yang diharapkan berbusa.
 Busa digunakan sebagai agen pembersih
 Busa memiliki dinding film yang sangat kaku dan tegas, beberapa lainnya lembut, bergerombol dan
pecah pada waktu tertentu.
 Sifat yang berbeda ini menjadi salah satu alasan pemilihan agen busa yang tepat.
 Misalnya, pasta gigi sering diformulasikan agar memiliki busa yang kecil-kecil, lembut, dan
bergerombol sementara deterjen diformulasi agar memiliki busa yang besar-besar dan kaku sehingga
dapat menutupi permukaan dan mengikat kotoran saat pembersihan.
Urgensi dan Pertimbangan Penggunaan

1. Berdasarkan sifat sediaan yang diinginkan


2. Berdasarkan tempat bekerja sediaan
3. Berdasarkan efek kerja sediaan yang diinginkan.
Nama Kimia Bentuk/ Penampilan Penggunaan

Sodium Lauril Sulfat Butiran, jarum, Serbuk Pasta gigi, serbuka atau
basis pasta, shampoo
dan detergent

Sodium Lauril Eter Sulfat Larutan melekat, Cair Shampoo pada


Oksipolietilena umumnya, body wash,
facial wash, pembersih
lantai, pencuci piring

Alkylether Cairan melekat Shampoo pada


polioksietilena sulfat umumnya, body wash,
natrium facial wash, pembersih
lantai, pencuci piring

Ammonium Lauril Sulfat Cair Shampoo

Trietanolamin Lauril Cair Shampoo


Sulfat
Antifoaming Agent
Dibutuhkan sedikit dan dalam konsentrasi yang rendah pula.
Agar dapat aktif di konsentrasi yang rendah antifoaming agent harus tidak dapat
larut di dalam larutan busa
1) Droplet halus antifoam memasuki film cairan 2) Seperti mekanisme pertama, hanya saja droplet
(diantara gelembung) kemudian secara cepat halus antifoam membentuk lapisan sangat tipis
menutupi permukaan gelembung. Film yang berbeda kestabilannya dengan lapisan
terkungkung dan tekanan udara di dalam film film gelembung sehingga menyebabkan
naik sehingga menyebabkan hancurnya gelembung busa tidak stabil dan pecah.
gelembung busa
Tipe Antifoaming

Minyak Nonpolar Minyak Polar


 Silikon = Campuran  Glycoles atau Alkohol BM
minyak siloxane dengan tinggi = Campuran
padatan anorganik minyak polar dengan
seperti silica hidrofobik, surfaktan lain yang
Al2O3, TiO2 dalam memilki BM tinggi
berbagai konsentrasi  Fatty Alkohol, Alkilamid,
 Minyak mineral Tributilfosfat, dan
Tioether.
Urgensi dan Alasan
Penggunaan
1. Pada sediaan yang mengandung senyawa organik dan serbuk partikulat
2. Digunakan untuk sediaan yang diharapkan tidak berbusa namun justru membentuk busa selama
proses pembuatannya atau terbentuk busa saat pemakaiannya
Contoh Antifoaming Agent

 Polydimethylsiloxane
 Silicones
Daftar Pustaka

 Howard C. Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan


Farmasi. UI Press : Jakarta.
 Raymond C Rowe, Paul J Sheskey, Marian E Quinn.
2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
ed. Pharmaceutical Press : London.
 Harry’s Cosmetology 8th edition.
 http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Keput
usan+Direktur+Jenderal+Pengawasan+Obat+dan+M
akanan+Nomor+00386/C/SK/II/90&source=web&c
d=7&cad=rja&ved=0CD4QFjAG&url=http%3A%2F%
diakses 15 Oktober 05.10 WIB

Anda mungkin juga menyukai