Anda di halaman 1dari 20

MENGANALIS CPOB

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah GMP

NAMA : Hapipah Nurjamilah

NPM : 11171094

KELAS : 3FA3

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITY BHAKTI KENCANA BANDUNG

2019
1. Jelaskan hubungan vido bareskrim dengan CPOB
https://youtu.be/iFTpkcEmrlA

Jawab :

2. Jelaskan perbvedaan meracik dengan memproduksi sediaan kosmetik, Berdasarkan


paparan kepala balai besar pengawasan obat & makanan di provinsi dki dan jabar, serta
regulasi yang berlaku

Jawab :

3. Contoh proses produksi di industri farmasi untuk sediaan


 Tablet Salut
 Kapsul keras
 Kapsul lunak
 Sirup
 Suspense
 Suspense kering
 Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Sebaliknya, jika air atau
larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan
fase pembawa, sistem ini disebut sistem emulsi air dalam minyak.

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi,
yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang
memisah. Bahan pengemulsi (Surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan
antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan
berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antar fase, sehingga
meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.

a) Contoh Proses Produksi

1. Metode Gom Basah

Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dengan mucilago atau gom yang tidak larut
sebagai emulgator. Metode ini penting digunakan meski lebih lembab dan tidak sebaik metode
kontinental. Penting juga digunakan jika emulgator yang tersedia hanya dalam bentuk air atau
harus dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan.
Caranya : Gom dibuat dengan jumlah kecil lalu sejumlah kecil minyak di tambahkan dengan
pengadukan teratur. Setelah emulsi sangat visko, ditambahkan lagi dengan pengadukan teratur
sampai semua minyak tercampur. Setelah semua minyak ditambahkan, campuran dicukupkan
volumenya dengan air.

2. Metode gom kering

Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dari emulgator gom kering. Caranya : Gom
kering (dengan jumlah setara dari 1 – 4 dari jumlah minyak), dideskripsikan sekaligus dengan
pengadukan teratur sampai semua minyak tercampur dengan volume air ½ X jumlah minyak.
Ditambahkan sekaligus dengan pengadukan teratur. Perbandingan 4 bagian dari minyak, 2
bagian air dan 1 bagian emulgator. Kemudian pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan tinggi
menggunakan gerakan spiral sampai terbentuk emulsi utama yang kembali, suara khas akan
terdengan saat emulsi utama yang stabil telah jadi.

3. Metode Botol

Metode ini digunakan khusus untuk emulsi yang mengandung minyak menguap dan minyak
encer lainnya untuk mencegah zat tersebut terpercik.

Caranya : Minyak dimasukkan dulu dalam botol besar lalu segera ditambahkan gom kering
dan dikocok dengan cepat. Penting untuk menambahkan air dengan segera setelah gom
terdispersi. Emulsi utama akan dibentuk melalui pengocokan.

4. Metode Beker

Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis emulgator (ada yang larut
air dan ada yang larut minyak.

Caranya : Masing – masing emulgator dimasukkan dalam beker terpisah diatas water
batch dan dipanaskan sampai suhunya 70o C. setelah itu kedua emulgator mencapai suhu yang
sama maka fase internal dimasukkan dalam fase eksternal dengan pengadukan dan terus diaduk
sampai minyaknya hampir dingin, kalau tidak, maka lapisan minyak akan naik kepermukaan
campuran dan memadat membentuk cake, maka sedapat mungkin terdispersi secara seragam
sampai sediaan jadi. HLB adalah nilai perbandingan antara sejumlah molekul lepofilik dan
hidrofilik.

Manfaat atau kegunaan HLB yaitu

Nilai HLB dari fase minyak suatu emulsi, misalnya minyak, lilin dan lain-lain harus
dipertimbangkan pertama adalah penentuan HLB apa yang cocok dari emulgator atau campuran
emulgator yang dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi yang stabil.( Lachman : 1055 )

b) Zat aktif dan eksifien


Komposisi Emulsi
a. Fase terdispersi
b. Fase pendispersi
c. Bahan penemulsi (emulgator)
d. Bahan tambahan
1) Pengawet

Beberapa pengawet dibutuhkan dalam emulsi yang disimpan untuk mencegah proses
pembusukan protein dan proses fermentasi pada gum dan struktur sekalian agar efektif,
pengawet harus larut dalam fase air emulsi dimana ia dapat menggunakan aksi perlindungannya
alkohol dari konsertrasi 7 sampai 12 persen sering digunakan untuk tujuan ini. Asam benzoat
0,2%. Kadang-kadang digunakan tapi kurang efektif. Gusein juga digunakan parahidroksi
berzoat dalam konsentasi 0,1 – 0,2 persen telah digunakan tapi penggunaannya dapat dibahasi
oleh karena kekuatannya dalam air besar. komponen amonium kuarter dari konsentrasi 0,05 – 0,1
persen telah memberikan komponennya sebagai pengawet untuk buatan gelatin dan sukrosa.
Minyak menguap digunakan sebagai pengaroma yang cenderung bekerja sebagai penjawab.
Tidak sedikit emulsi yang khusus positif untuk berubah atau dijaga untuk beberapa waktu. kulkas
Bisaanya cukup dan tidak dibutuhkan pengawet. Untuk emulsi seperti minyak hati ikan yang
akan mudah dioksidasi oleh udara. Di atmosfer karbonmonoksida dapat dihasilkan dengan
tetesan potongan kecil es kering dalam botol emulsi dan membiarkan mengembun melalui
emulsi sebelum botol ditutup. Akasia mengandung enzim oksidatif yang cenderung untuk
merusak vitamin A dalam emulsi minyak hati ikan. Namun demikian, enzim dapat siap
diinaktifkan dengan pemanasan akasia mucilogo untuk beberapa menit noda rat 100oc.

Jamur, ragi dan bakteri ditemukan dalam fase cair pada emulsi dan suspensi merupakan
media pertumbuhan yang baik. untuk alasan ini pengawet harus ditambahkan baik padatan dalam
cairan maupun dispensi cairan dalam cairan yang disimpan lama lebih dari beberapa hari.

Asam benzoate (0,1 – 0,2), natrium berzoat (0,1 – 0,2%) alkohol (5-10%) fenil merkuri
nitrat dan asetat (1 : 10.000 – 1 : 25.000) fenol (0 – 5%), ikhtisol (0,5%) klorbutanol (0,5%).
Asam sorbat (0,2%) dan amonium kuartener kationik (1:10.000 – 1: 50.000) telah digunakan
sebagai pengawet antibakteri dengan berbagai variasi telah proses.

Pengawet yang paling populer karena mereka aktif melawan bakteri, ragi dan jamur
adalah asam parahidroksi benzoat ester : butil parahidroksi benzoat 1 butil benzoat 0,02 %. Metil
parahidroksi benzoat (metil paraben) dan propil parahidroksibenzoat (propil paraben)
merupakan campuran pilihan.

2. Pengaroma

Pengaroma dibutuhkan untuk membuat emulsi lezak dengan pertimbangan dibutuhkan


dalam penggunanya. Formulasion natural, memberikan sejumlah campuran asumotik yang
digunakan dengan efek yang baik. aroma dan rasa tajam tidak menyebar pada minyak sebab
pengaruhnya lebih lembut. Untuk minyak hati ikan, ekstrat kering atau ekstrak glicynzhea yang
diperoleh dari cengkeh atau mint yang mempunyai rasa dan penyebaran yang paling efektif. Kori
adalah poling digunakan di Eropa. Dalam minyak hati ikan, warna coklat dan balsem lak juga
baik.

Percobaan dalam penggunaan, minyak menguap sebagai penggorengan secara umum


telah ditampilkan sebagai nor usaha menghilangkan rasa pada minyak hati ikan. Poling banyak
efektif pada derajat tertentu, tetapi tidak cara yang meliputi rasa secara sempurna namun rasa
yang lebih baik dari minyak sekarang ditemukan diperdagangan sebagai hasilnya, dapat
mengembalikan kenyatanan dan kelezatan dengan beberapa pengaruhnya minyak.

Pengaroma yang sering ditambahkan ke dalam minyak sebelum proses emulsifikasi agar
mengaromai fase internal. Dalam beberapa fomulasi, kedua fase diaromai, Bisaanya 0,1 – 0,5
persen minyak menguap cukup untuk mengaroma emulsi.

Semua pengaroma membutuhkan bahan pertonis untuk membuatnya lebih berasa enak
sirup, gula, sakarin dapat digunakan untuk tujuan ini, dan alirerin juga mempunyai sifat sebagai
pemanis. Namun demikian bahan-bahan harus digunakan dengan pertimbangan agar sediaan
lebih baik dan tidak menutupi rasa dan beberapa komponen lain. kombinasi di beberapa bahan
ini tidak

3. Pewarna

Sebagian besar emulsi berwarna putih atau kuning dan gelap. Ini dikarenakan oleh perbedaan
refleksi cahaya yang diberikan oleh minyak dan air, juga karena larutan gelap atau suspensi dari
emulagator yang juga berwarna gelap. Jika larutan dari bahan-bahan jernih dan minyak dan air
dapat menerangi pada refleksi yang sama, emulsi dari minyak hati ikan dengan penambahan gula
yang cukup untuk menyebabkan refleksi. Gliserin memiliki efek yang sama terhadap minyak
emulsi yang transparan dimana pertimbangannya mengandung jumlah minyak.

c) Langkah produksi
d) Bahan baku
a) Bahan pengemulsi sintetik

Anionik pada sub bagian ini ialah sulfaktan bermuatan (-) Contoh : Na, K dan
garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat yang larut dalam air dan baik sebagai
bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan pengemulsi ini rasanya tidak menyenangkan dan
mengiritasi saluran pencernaan

Kationik. Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+). Komponen ini
bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi sepertimpada
lotion kulit dan krem

Non ionic. Merupakan surfaktan tidak berpisah ditempat tersebar luas digunakan
sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul antara hidrofik dan
lipofilik

b) Emulgator alam
Banyak emulgator alam (tumbuhan, hewan). Bahan alam yang diperkirakan
hanyalah gelatin, kritin dan kolesterol.
c) Padatan terbagi halus
Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekelilin tetesan terdispersi dan
menghasilkan emulsi yang meskipun berbutr kasar, mempunyai stabilitas pisik. Hal ini
dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator dari efek yang ditimbulkan
dari pewarna dan serbuk halus.

e) Alat dan mesin

Pemilihan peralatan emulsifikasi biasanya bergantung pada penggunaan emulsinya.


Sebagai contoh, untuk membuat emulsi insektisida dilapangan tidak membutuhkan peralatan
yang rumit. Sedangkan untuk pembuatan emulsi dipabrik dibutuhkan peralatan yang dapat
bekerja ekonomis. Tujuan penggunaan peralatan emulsifikasi, baik yang sederhana maupun yang
kompleks, adalah untuk memecah atau mendispersikan fase terdispersi didalam medium dispersi,
sehingga ukuran partikel dari emulsi yang terbentuk cukup kecil untuk menahan penggumpalan
yang berakibat pada pecahan emulsi. Faktor-faktor utama yang dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam pemilihan peralatan amulsifikasi adalah viskositas emulsi pada berbagai
tahap pembuatan, jumlah input enersi mekanis yang dibutuhkan dan kebutuhan akan alat penukar
panas. Pebuatan emulsi sangat dipengaruhi oleh tipe pengadukan.

Peralatan utama yang umum digunakan untuk emulsifikasi didalam industri pangan
adalah berbagai tipe mixer, homogeniser bertekanan (pressure homogenizer), gilingan koloid
(colloid mill) dan peralatan ultrasonik (ultrasonic device).

1. Mixer

Mixer dengan pengaduk dengan kecepatan rendah mempunyai daya mencampur yang
rendah dan hanya menimbulkan sedikit gerak putaran. Penggunaannya dalam proses emulsifikasi
dibatasi oleh bahan-bahan yang mempunyai viskositas yang tinggi. Pada beberapa jenis bahan,
gerak pengaduk ini menyebabkan massa bahan mengembang dan memudahkan emulsifikasi.
Mixer yang digunakan dalam industri terdapat dalam berbagai kapasitas, mulai dari yang lebih
kecil satu liter sampai yang berukura beberapa kubik.

Dapat dilihat suatu pengaduk sederhana yang berputar didalam suatu tabung silinder yang
besar. Selama pengadukan cairan ikut berputar mengikuti suatu garis edar yang besar dan sedikit
gerak vertikal. Proses pencampuran akan berlangsung dengan efisien bila ada gerakan aliran
lateral dan vertikal yang mendistribusikan bahan-bahan secara cepar keseluruh bagian tangki.
Agar pengaduk berlangsung efisien, maka pada tangki biasanya dipasang piring-piring
penghalang (baffles) yang berfungsi mencegah cairan naik (gambar 3). Pada mixer yang
menggunakan pengaduk berbentuk propeler, cairan didorong naik turun menjadi turbulen.
Sebagai akibatnya pengadukan berlangsung lebih efisien. Pengaduk berbentuk propeler
umumnya digunakan untuk membuat emulsi yang mempunyai viskositas rendah sampai sedang.
Bila emulsifier yang digunakn cukup dan proses pengadukan dilakukan sebagaimana mestinya,
maka emulsi yang terbentuk akan mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan
dengan homogeniser atau gilingan koloid

Mixer yang mempunyai pengaduk turbin umumnya mempunyai kecepatan yang lebih
tinggi. Gaya sentrifugal yang terbentuk akan mendorong cairan ke segala arah sehingga proses
pencampurannya berlangsung efisien (gambar 4). Mixer ini dapat digunakan untuk
mengemulsikan cairan yang mempunyai viskositas agak tinggi serta dapat digunakan untuk
membuat adonan kue, membuat mentega dan margarin. Partikel emulsi yang terbentuk umumnya
mempunyai diameter kira-kira 5.

2. Homogeniser

Homogeniser adlah sejenis alat yang digunakan untuk mendispersikan suatu cairan
didalam cairan lainnya. Alat ini cocok digunakan untuk membuat emulsi dengan kestabilan
tinggi, karena dapat menghasilkan emulsi yang berukuran partikel lebih kecil dari satu mikron
serta seragam. Didalam industri pangan, homogeniser banyak digunakan untuk mereduksi
ukuran globula lemak didalam susu segar sistem emulsinya lebih stabil.

Homogeniser yang digunakan didalam industri tersebut terdapat dalam banyak model dan
kapasitas. Perbedaan model tersebut umumnya terletak pada konstruksi lubang dan alat
pengaturannya
Didalam homogeniser, pada prisipnya cairan yang akan diemulsikan dipaksa melewati
suatu lubang sempit diantara lubang tetap dan suatu batang yang dapat digerak-gerakkan. Luas
lubang dapat diperkecil dengan menekan batang kedalam lubang dengan bantuan skrup pengatur.
Batang dan kumpulan lubang-lubang tersebut terbuat dari baja yang sangat kuat agar dapat
menahangesekan dari laju aliran bahan yang sangat tinggi. Emulsifikasi terjadi pada saat bahan
melewati lubang dan ketika bahan bergesekan dengan dinding yang mengelilingi batang.
Disamping itu pegas yang terletak diatas batang dapat menghasilkan getaran mekanis yang
berfrekuensi tinggi, sehingga dapat membuat cairan terdispersi (seperti pada metode ultrasonik).
Pada gambar 6 dapat dilihat salah satu model homogeniser yang banyak digunakan didalam
industri. Pada homogeniser model ini, cairan yang akan diemulsikan dipaksa melewati lubang-
lubang yang berukuran 10-4 cm2 dengan gaya yang berkisar antara 500-5000 psi.

Dibandingkan dengan gilingan koloid, homogeniser dapat menghasilkan partikel yang


berukuran lebih kecil tetapi tidak seragam. Perbedaan lainnya adalah kenaikan temperatur pada
saat homogenisasi cukup rendah, yakni berkisar antara 10-30 oF, walaupun pada kejadian
tertentu kenaikan temperatur tersebut dapat mencapai 50-90 oF, yakni tergantung pada tipe
pompa yang digunakan menekan cairan. Pada umumnya pompa dengan sistem piston
menyebabkan kenaikan temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan pompa yang
bergerigi.

Homogeniser dapat digunakan untuk mendispersikan cairan ataupun pasta, karena


tekanan pemasukannya tinggi maka viskositas dispersinya hanya mempunyai pengaruh yang
kecil terhadap laju pengeluarannya. Bila cairan atau pasta yang dimasukkan telah dicampurkan
terlebih dahulu, maka setelah homogemisasi akan dihasilkan suatu emulsi yang halus dengan
partikel yang berukuran 0.1-0.2 mikron.

3. Peralatan ultrasonik

Hasil pengembangan terakhir dibidang peralatan pembuatan emulsi adalah peralatan


ultrasonik. Peralatan ini cocok untuk membuat emulsi yang mempunyai viskositas rendah, tetapi
alat ini dapat juga digunakan untuk membuat emulsi yang mempunyai viskositas tinggi sampai
membentuk pasta.

Gelombang ultrasonik dapat dihasilkan dengan tiga macam sistem mekanis, sistem yang
menggunakan ”magnetostrictive oscillator” dan sistem yang menggunakan ” perzoelectrical
oscillator”. Dua sistem yang terakhir tidak umum digunakan untuk keperluan emulsifikasi,
kecuali didalam proses pencucian dimana emulsifikasi ikut mengambil bagian. Generator
mekanis lebih banyak digunakan didalam industri pangan untuk keperluan emulsifikasi.

Bentuk generator mekanis yang digunakan untuk menghasilkan gelombang ultrasonik


bagi keperluan emulsifikasi bahan pangan ”Weige Resonator”. Prinsip dari generator ini dapat
dilihat.. suatu pisau dengan bentuk mata runcing ditempatkan disebuah mulut didalam pipa.
Cairan dipompa melewati mulut pipadan pancarannya menimpah mata pisau sehingga terjadilah
getaran. Pisau tersebut secara normal terjepit pada satu atau lebih titik dan beresonansi pada
frekuensi yang menghasilkan gelombang ultrasonik didalam cairan. Intensitasnya tidak terlalu
besar, tetapi cukup, dan dekat dengan pisau terjadi rongga didalam cairan yang menyebabkan
terjadinya emulsifikasi. Cairan disuply secara normal ke mulut pipa oleh sebuah pompa yang
bergerigi yang getaran biasanya berkisar 50-200 psi. Frekuensi getaran biasanya 18-30 Khz dan
ukuran partikel fase terdispersi sekitar 1-2 mikron. Peralatan ultrasonik yang dirancang untuk
industri terdiri dari kerangka, penyemprot yang dapat diatur, penyemprot yang dipasang pisau
penggetar dan bel resonan. Dari generator ultrasonik mekanis ( Wedge resonator ).

Pembuatan salad cream, campuran es cream, cream soups, emulsi minyak atsiri dan peanut
butter.

f) Parameter klinis
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi menurut Gennaro (1996:
300), yaitu:
1. Harus efektif pada permukaan dan mengurangi tegangan antar muka sampai di
bawah 10 dyne/cm.
2. Harus diabsorbsi cepat di sekitar tetesan terdispersi sebagai lapisan kental
mengadheren yang dapat mencegah koalesensi.
3. Memberikan tetesan-tetesan yang potensialnya listriknya cukup sehingga terjadi
saling tolak-menolak.
4. Harus meningkatkan viskositas emulsi.
5. Harus efektif pada konsentrasi rendah.
g) Pengujian
1. Tes Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa emulsi bercampur dengan luar akibatnya, jika air
ditambahkan ke dalam emulsi M/A, air akan terdispersi cepat dalam emulsi. Jika minyak
ditambahkan tidak akan terdispersi tanpa pengadukan yang kuat. Begitu pula dengan
emulsi A/M.
2. Uji Kelarutan Cat
Uji ini berdasarkan prinsip bahwa dispersi cat secara seragam melalui emulsi jika cat
larut dalam fase luar. Amaran, cat larut air secara cepat mewarnai emulsi M/A tapi tidak
mewarnai emulsi tipe A/M. Sudan III, cat larut minyak dengan cepat mewarnai emulsi
A/M, tidak tipe M/A.
3. Uji Arah Creaming
Creaming adalah fenomena antara 2 emulsi yang terpisah dari cairan aslinya dimana
salah satunya mengapung pada permukaan lainnya. Konsentrasi fase terdispersi adalah
lebih tinggi dalam emulsi yang terpisah. Jika berat jenis relatif tinggi dari kedua fase
diketahui, maka arah creaming dari fase terdispersi menunjukkan adanya tipe emulsi
M/A. jika cream emulsi menuju ke bawah berarti emulsi A/M. hal ini berdasarkan asumsi
bahwa mimyak kurang padat daripada air.
4. Uji Hantaran Listrik
Uji hantaran listrik berdasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan arus listrik
sedangkan minyak tidak. Jika elektrode ditempatkan pada emulsi menghantarkan artus
listrik, maka emulsi M/A. jika sistem tidak menghantarkan arus listrik, maka emulsi
adalah A/M.

5. Tes Fluoresensi
Banyak minyak jika dipaparkan pada sinar UV berfluoresensi, jika tetesan emulsi
dibentangkan dalam lampu fluoresensi di bawah mikroskop dan semuanya berfluoresensi,
menunjukkan emulsi A/M. Tapi jika emulsi M/A, fluoresensinya berbintik-bintik.

Daftar Pustaka

Ansel, Howard C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI-Press

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI

Gennaro, A. R. 1990. Remingtons Pharmaceuticals Science 18th ed. Marc Public Co. Easton

Lachman, Leon dkk, 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : UI-Press

Kibbe arthur, 1986. Hand Book Of Pharmaceutical Excipient. London : United Kingdom
 Cream

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Menurut Formularian Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi m/a (krim berair) atau
emulsi a/m (krim berminyak). (The Pharmaceutical Codex 1994, hal 134)

a) Contoh Proses Produksi

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama sama di
penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.

Kemudian larutan berair secara perlahan lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak.

Selanjutnya campuran perlahan lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus menerus
sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan
lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak
dengan fase cair (Munson, 1991).

Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:

Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat dalam suatu sediaan
diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel dimaksudkan untuk
menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya panikel yang terflokulasi dan
aglomerisasi selama proses.

Pemanasan dan pendinginan Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan bahan
berkhasiat, pencampuran bahan bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi. Pembuatan
sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi bahan bahan yang
digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali apabila didalam sediaan tersebut
ada bahan bahan yang termolabil.
Pencampuran terdiri dari tiga macam : Pencampuran bahan padat. Pada prinsipnya
pencampuran bahan padat adalah menghancurkan aglomerat yang terjadi menjadi partikel
dengan ukuran yang serba sama.Pencampuran untuk larutan. Tujuan pencampuran larutan
didasarkan pada dua tujuan yaitu: adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.
Pencampuran semi solida. Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan alat
pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat dengan sigma blade
dapat membersihkan salep/krim yang menempel pada dinding wadah dan menjamin homogenitas
produk serta proses transfer panas lebih baik. Penghalusan dan Homogenisasi. Proses terakhir
dari seluruh rangkaian pembuatan adalah penghalusan dan homogenisasi produk semi solid yang
telah tercampur dengan baik.

b) Zat aktif dan eksifien


Zat aktif dari suatu sediaan farmasi disesuaikan dengan suatu kedaan pasien atau ada juga
sediaan cream yang umum digunakan dengan menggunakan bahan baku tambahan
nipagin, parfum, aquadest, Adeps Lanae, paraffin cair dan Trietanolamin
c) Langkah produksi
d) Bahan baku
Bahan-bahan penyusun krim
Formula dasar krim, antara lain :
1. Fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
Contoh : asam asetat, paraffin liq, octaceum,cera, vaselin, dan lain-lain.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Natr, Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NAOH, KOH, gliserin, dll.
Bahan – bahan penyusun krim, antara lain :
 Zat berkhasiat
 Minyak
 Air
 Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan
sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin
stearat, polisorbat, PEG.
Bahan – bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain :
1. Zat pengawet Untuk meningkatkan stabilitas sediaan
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 – 0,18 % propel paraben
0,02 – 0,05 %.
2. Pendapur untuk mempertahankan PH sediaan
3. Pelembab
4. Antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak
jenuh.
Pemerian bahan
1) Nipagin (Metil Parabean)
Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101,0% C8H8O3.
Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, agak
membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan
larutan tetap jernih.Metil paraben ini mempunyai fungsi sebagai zat tambahan dan zat
pengawet (Anonim, 1979).
2) Parfum
Parfum yang digunakan untuk membuat krim kelompok kami menggunakan Parfum
Stella berbentuk Cairan bening bau khas.
3) Asam Stearat / Acidum stearicum / Asam oktadekanoat
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat mirip
lemak lilin .
Kelarutannya mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform dan eter.Larut
dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol.Praktis tidak larut dalam air.Stabilitas asam
stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan.
Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan
sejuk.Penggunaanasam stearat.
4) Trietanolamin
Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin,
tris(hidroksi)etilamin.
Pemerian :cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning
pucat.
Kelarutan: Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam
kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5 untuk
larutan aqueous 0,1 N.
Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena paparan
cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung dari cahaya dan
disimpan dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent. Kegunaan lain
yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer. Digunakan pada
konsentrasi 2-4%.
5) Adeps Lanae
Merupakan zat serupa lemak, liat, lengket, kuning muda atau kuning pucat, agak tembus
cahaya, bau lemah dank has. Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P, mudah larut dalam kloroform dan dalam eter P, berkhasiat sebagai zat
tambahan, zat pengikat.
6) Paraffin Cair
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sebagai
zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10
bpj.Pemerian dari parafin cair adalah cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi; tidak
berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan dari bahan ini
adalah praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P
dan dalam eter P (Anonim, 1979).
7) Aquadest
Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses destilasi (penyulingan) air
ledeng. Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non-parenteral.

e) Alat dan mesin


Bentuk sediaan semi padat seperti salep dan krim digunakan untuk bagian eksternal.
Sediaan ini sering digunakan ketika resep dokter memerlukan kombinasi dari dua atau
lebih salep atau krim dalam rasio tertentu atau penggabungan obat ke dalam salep atau
basis krim. Salep berbasis minyak, sedangkan krim berbasis air. Karena pencampuran
langsung dari bahan-bahan tidak selalu dapat dilaksanakan, penggabungan agen lain
diperlukan untuk memastikan partikel berukuran halus.

Wetting agent : menggantikan udara dari partikel dan memungkinkan mereka untuk
bercampur lebih baik. Contoh: alkohol.
Levigating agent : mengurangi ukuran partikel. Contoh: minyak mineral, gliserin
Suspending agent : thickening agent yang memberikan struktur ke suspensi.
Memungkinkan partikel mudah terdispersi. Contoh: karboksi metil selulosa, tragakan
(Madinah, 2008).
1. Colloid Mill
Colloid mill berguna untuk penggilingan, dispersi, homogenisasi dan merusak aglomerat
dalam pembuatan pasta makanan, emulsi, coating, salep, krim, pulp, minyak, dll. Fungsi
utama dari colloid mill adalah untuk memastikan kerusakan aglomerat atau dalam kasus
emulsi untuk menghasilkan tetesan halus yang berukuran sekitar 1 mikron. Bahan yang
diproses diisi oleh gravitasi untuk dipompa sehingga lewat di antara elemen rotor dan
stator dimana ia mengalami gaya geser dan hidrolik tinggi. Bahan dibuang melalui
gerbong dimana ia dapat diresirkulasi untuk perlewatan kedua, biasanya untuk bahan
yang memiliki kepadatan lebih tinggi dan isi serat cakram beralur berbentuk kerucut.
Terkadang pengaturan pendinginan dan pemanasan juga ditentukan dalam penggilingan
ini yang tergantung pada jenis bahan yang diproses. Kecepatan rotasi rotor bervariasi dari
3.000-20.000 rpm dengan jarak kemampuan penyesuaian yang sangat halus antara rotor
dan stator bervariasi dari 0.001-0.005 inci tergantung pada ukuran alat. Colloid mills
memerlukan pengisian air yang banyak, cairan dipaksa melalui celah sempit dengan aksi
sentrifugal dan jalur spiral. Dalam penggilingan ini hampir semua energi yang diberikan
diubah menjadi panas dan gaya geser terlalu dapat meningkatkan suhu produk. Oleh
karena itu, sebagian besar colloid mills dilengkapi dengan jaket air dan itu adalah juga
diperlukan untuk mendinginkan bahan sebelum dan setelah melewati penggilingan

2. Shear Mixers

Mesin yang dirancang untuk pengurangan ukuran ini dapat digunakan untuk mencampur.
Tetapi meskipun gaya gesernya baik, efisiensi pencampuran umumnya buruk. Bentuk rotary
mungkin digunakan dan colloid mill memiliki stator dan rotor dengan permukaan kerja kerucut.
Rotor bekerja pada kecepatan antara 3.000-15.000 rpm dan pembersihan dapat diatur antara 50-
500 mikrometer. Suspensi campuran kasar atau dispersi dimasukkan melalui corong dan
dikeluarkan antara permukaan kerja dengan gaya sentrifugal.

3. Agitator Mixers

Secara prinsip mirip dengan mixer pengaduk yang digunakan untuk cairan dan
untuk serbuk, memang mixer gerakan planetary sering digunakan untuk semi padat.
Mixers dirancang khusus untuk semi padat yang biasanya memiliki bentuk lebih berat
untuk menangani bahan dengan konsistensi lebih besar. Lengan pengaduk dirancang
untuk menarik, meremas, membentuk dan bergerak sedemikian rupa sehingga bahan
dibersihkan dari semua sisi dan sudut tempat pencampuran

Salah satu bentuk umum yang digunakan untuk menangani konsistensi plastik
semi padat dikenal sebagai mixer lengan sigma, karena mixer menggunakan dua bilah
mixer, dengan bentuk yang menyerupai huruf Yunani, sigma (∑). Kedua bilah berputar
terhadap satu sama lain dan beroperasi di sebuah tempat pencampuran yang memiliki
bentuk bak double, masing-masing bilah menyesuaikan bak. Dua bilah berputar pada
kecepatan yang berbeda, yang satu biasanya sekitar dua kali kecepatan yang lain,
menghasilkan penarikan lateral bahan dan terbagi ke dalam kedua bak. Bentuk bilah dan
perbedaan kecepatan menyebabkan gerakan end-to-end. Dengan bentuk yang kokoh dan
daya yang lebih tinggi, bentuk mixer ini dapat menangani bahkan bahan plastik terberat,
dan produk-produk seperti massa pil, massa tablet granul, dan salep yang telah siap
dicampur. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pencampuran semi padat adalah
masuknya udara. Mixer lengan sigma dapat ditutup dan dioperasikan pada tekanan
rendah, yang merupakan metode terbaik untuk menghindari masuknya udara dan dapat
membantu dalam meminimalkan dekomposisi bahan oxidisable, tetapi harus digunakan
dengan hati-hati jika campuran mengandung bahan yang mudah menguap

f) Parameter klinis
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe minyak
dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi rata di dalam air, dan
tipe air dalam minyak (a/m) yaitu mengandung banyak minyak dan butir-butir air terbagi
di dalam minyak.
1. Tipe M/A Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai
pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi.
Sifat Emulsi M/A: Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk
mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur
dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik adalah cream
yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi
kulit. Contohnya: sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
2. Tipe A/M Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool
alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam
bervalensi dua. Sifat Emulsi A/M: Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase
internalnya dan minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya
mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase
minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi
sangat sulit bercampur/dicuci dengan air. Contohnya: Sabun monovalen (TEA, Na
stearat, K stearat, Amonium stearat), Tween, Na lauril sulfat, kuning telur, Gelatin,
Caseinum, CMC, Pektin, Emulgid.

g) Pengujian
a. Homogenitas
Uji homegenitas dilakukan untuk mengetahui kehomogenan dari nzat aktif dalam
bahan krim. Dilakukan pengujian dengan mengambil sampel secara acak pada
saat mixing kemudian dilakukan pengujian dengan cara penetapan kadar dari zat
aktif.
b. Organoleptis
Dilakukan pengamatan secara organoleptic yang terdiri dari warna dan bau.
c. Stabilitas sediaan
Uji stabilitas dilakukan dengan metode uji stabilitas dipercepat. Yaitu
penyimpanan sediaan dalam berbagai suhu (suhu kamar, tinggi, dan rendah). Dari
pengujian ini dapat diketahui masa kadualrsa dari sediaan.
d. Uji iritasi kulit
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efek iritan dari penggunaan basis krim.
Dilakuikan dengan mengoleskan krim pada permukaan kulit dari hewan coba lalu
dilihat reaksi yang terjadi.
e. uji viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan viscometer Brookfield. Pengujiaan
viskositas penting doilakukan dalam proses pengemasan dan penggunaan sediaan.
f. pH sediaan
pemerikasaan pH dilakukan untuk mnenjaga stabilitas dari sediaan dimana basis
krim yang sediaan besar terdiri dari minyak akan mudah teroksidasi pada pH yang
tinggi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Ph meter dengan nilai pH 7

Daftar Pustaka

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan RI

Madinah J. 2008. Tech Lectures for the Pharmacy Technician: Section XXIV – Principles of
Compounding. USA: Tech Lectures®

Anonim. 2011. Pharmaceutical Polymers for Liquid and Semisolid Dosage Forms. USA:
Lubrizol Pharmaceutical Ingredients.

Bhatt B, Agrawal SS. 2007. Pharmaceutical Engineering. New Delhi: Delhi Institute of
Pharmaceutical Science and Research

 Gel
 Salep
 Pasta
 Suppositoria
 Ovula
 Injeksi
 Infus
 Tetes mata
 Tetes telinga
4. Uraikan langkah produksi, bahan baku, alat, & mesin, parameter kritas dan pengujian

Jawab :

 Tablet Salut
 Kapsul keras
 Kapsul lunak
 Sirup
 Suspense
 Suspense kering
 Emulsi
 Cream
 Gel
 Salep
 Pasta
 Suppositoria
 Ovula
 Injeksi
 Infus
 Tetes mata
 Tetes telinga

Anda mungkin juga menyukai