1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Tuntutan penemuan obat baru semakin meningkat karena makin bervariasinya jenis
penyakit. Banyaknya kuman yang sudah kebal terhadap obat-obat tertentu dan ditemukannya
berbagai efek samping akibat pemakaian obat yang sudah dikenal,mendorong penelitian lebih
lanjut untuk mengembangkan struktur obat yang telah ada atau mencari dan menemukan obat baru
(Block, 1991).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui senyawa penuntun (Lead compound).
2. Untuk mengetahui hubungan senyawa penuntun dengan metabolisme obat.
3. Untuk mengetahui struktur molekul dan rumus molekul senyawa penuntun.
2
BAB II ISI
Senyawa penuntun merupakan senyawa yang digunakan sebagai Pangkal Tolak modifikasi
molekul. Senyawa penuntun adalah senyawa yang dapat menimbulkan aktivitas biologis, seperti
Aksi terapetik, Aksi Toksik, Regulasi Fisiologik, Hormon danFeromon, serta senyawa yang
terlibat atau berpengaruh terhadap proses biokimia padahewan atau tumbuh-tumbuhan.
(Siswandono dan Soekardjo, 1998). Senyawa penuntun tersebut dikembangkan lebih lanjut,
melalui modifikasi molekul sehingga didapatkan turunan senyawa dengan aktivitas yang
diinginkan.
Senyawa penuntun bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau hasil sintesis.
Penemuan obat baru dari senyawa produk alam pada umumnya dilakukan dengan penapisan bahan
alam, ekstraksi, isolasi dan pemurnian senyawa yang terkandung,menemukan struktur kimianya,
kemudian dilakukan pengujian dengan sistem uji biologis yang sesuai sehingga didapatkan
senyawa penuntun.
Penelitian mengenai obat tradisional dibutuhkan untuk memberikan bukti ilmiahmengenai khasiat
suatu tanaman obat dan juga dapat digunakan sebagai sumber senyawa penuntun untuk sintesis
senyawa obat baru. Penggunaan obat tradisional merupakan suatu kenyataan untuk mencapai
kesembuhan atau pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan serta diwariskan secara turun-
temurun dan tidakdipisahkan dari kehidupan masyarakat meskipun tanpa dibuktikan secara
ilmiah.Seiring dengan semakin berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam dunia kesehatan
dengan semboyan back to nature, keingintahuan masyarakat terhadapkhasiat dan manfaat tanaman
obat pun semakin berkembang. Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat hingga saat ini
tetap digunakan karena tidak memilikiresiko tinggi atau efek samping rendah sehingga lebih aman
untuk dikonsumsi.Uji pertama dan utama suatu senyawa bisa dianggap sebagai obat adalah
ujiFarmakodinamik preklinik baik in vitro maupun in vivo. Untuk antibiotik selain harus diuji
khasiatnya pada jaringan hewan juga pada hewan secara keseluruhan. Uji inidisebut uji in vivo (pd
3
hewan hidup) dan in vitro.Uji in vitro dan in vivoYang dimaksud uji in vitro adalah uji pada
mikroba jika antibiotik; pada sel kankerdari hewan untuk obat anti kanker; pada plasmodium untuk
obat anti malaria; pada jamur contoh candida pada obat anti keputihan/candidiasis; pada cacing
untuk obatcacing;
pada virus untuk obat antivirus; pada bagian organ tertentu dari hewan contohobat asma
bronkodilator diuji pada otot polos trachea marmot; pada jantung hewandalam chamber utk obat
angina dan aritmia; dll.Sedangkan uji in vivo digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik sadar
atauteranestesi). Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas
harus dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan(mempengaruhi
dosis), dan harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non rodent.
Alasannya karena sistem fisiologi dan patologi pada manusia merupakan perpaduan antara rodent
dan non rodent.
Contoh-contoh senyawa alam yang dikembangkan dan dapat dimanfatkan sebagai obat :
1. Senyawa alam kumarin yang dikembangkan menjadi warfarin, sehingga
dapatdimanfaatkan sebagai antikoagulan.
Kumarin (C9H6O2)
Warfarin (C19H16O4)
4
Kokain ( C17H21NO4) Prokain (C13H20N2O2)
5
Contoh :
Sulfonamida
Penemuan zat warna azo prontosil merupakan awal dari pengobatan infeksidengan turunan
sulfonamida. Pada in vitro prontosil tidak aktif terhadapmikroorganisme tetapi pada in vivo aktif.
Penemuan bahwa prontosil adalah pra-obat dan bentuk yang mendapatkan turunan sulfonamida
yang lebih unggul,dengan cara modifikasi molekul sulfanilamid sulfanilamid. Sampai sekarang
telah tersedia berbagai macam turunan sulfonamida yang digunakan sebagai obat
antiinfeksi,seperti sulfadiadzin,sulfametoksazol,dan sulfaguanidin
Kloralhidrat,
6
senyawa hipnotik, pada manusia dimetabolisme menjadi senyawaaktif
trikloroetanol, bentuk glukuronida dan asam trikloroasetat.
Sekarangdigunakan trikloroetanol atau garamnya asam trikloroetanol fosfat
(triklofos)sebagai pengganti kloralhidrat, karena kloralhidrat mempunyai rasa
tidak enakdan menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna.
C2H3Cl3O2 C2H3Cl3O2
7
tidak aktif.Sekarang fenasetin digunakan oleh asetaminofen karena
bersifat nefrotoksik danmenimbulkan efek samping methemoglobin yang
lebih besar disbanding asetaminofen.
8
Tipe 2 :Spasmogenik otot polos, menaikkan premeabilitas vaskuler dan
dilatasi pembuluh kapiler
3.1 Kesimpulan
Senyawa penuntun merupakan senyawa yang digunakan sebagai Pangkal Tolak
modifikasi molekul. Senyawa penuntun adalah senyawa yang dapat menimbulkan
aktivitas biologis, seperti Aksi terapetik, Aksi Toksik, Regulasi Fisiologik, Hormon
dan Feromon, serta senyawa yang terlibat atau berpengaruh terhadap proses biokimia
padahewan atau tumbuh-tumbuhan.
Senyawa penuntun mempunyai hubungan dengan metabolisme obat , eksplorasi efek
samping,studi proses dasar kehidupan,serta mekanisme aksi senyawa multiprotein.
Senyawa penuntun tersebut dikembangkan lebih lanjut, melalui modifikasi molekul
unuk penemuan obat baru .
3.2 Saran
Jika memahami senyawa penuntun (Lead compound) harus mengetahui struktur dari
senyawa tersebut dan harus mempelajari hubungan dengan metabolism,serta efek samping obat.
Juga harus mengetahui modifikasi molekul agar dapat membuat obat baru.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Reksohadiprojo MS. 2009. Sintetik dari senyawa Hipnotic. Yogyakarta : Research Report
UGM. PP 134.
Siswandono dan Soekardjo. 1998. Kimia Medisinal I. Surabaya Airlangga University
Press. Vol 256 : hal 7.
11