TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parasetamol
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8 H 9 NO 2 dihitung terhadap zat
anhidrat (Depkse RI, 1995). Struktur Parasetamol dapat dilihat pada Gambar 2.1.
sedikit pahit. Larut dalam air mendidih, dalam natrium hidroksida 1 N, mudah
tetap dengan perubahan pH (1-8) yaitu sekitar 20,3 mg/mL (Shaw, et al., 2005).
Kinerja Tinggi (KCKT), dimana fase gerak yang digunakan adalah campuran air-
metanol (3:1) sedangkan fase diam yang digunakan adalah oktadesil silana dengan
berbau khas lemah. Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol,
dalam metanol, dalam aseton dan dalam klorofom; sukar larut dalam etil asetat.
KCKT, dimana fase gerak yang digunakan adalah 4,0 g asam kloroasetat P dalam
600 mL asetonitril P. Fase diam yang digunakan adalah oktadesil silana (Depkes
RI, 1995).
2.3. Kofein
yang mengandung satu molekul air. Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
Pemerian kofein adalah serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih;
biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit; larutan bersifat netral terhadap
kertas lakmus. Bentuk hidratnya mekar di udara. Kelarutan kofein adalah agak
sukar larut dalam air, dalam etanol; mudah larut dalam kloroform; sukar larut
dalam eter. Penetapan kadar dilakukan dengan mentitrasi dengan asam perklorat
0,1 N LV, dimana titik akhir titrasi ditetapkan secara potensiometrik (Depkes RI,
1995).
diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel,
jenis pada panjang gelombang; d adalah ketebalan lapisan yang menyerap dalam
cm; c adalah kadar zar terlarut yang menyerap, dinyatakan dalam persen b/v
(Depkes RI, 1995). Umumnya zat yang akan dianalisis dibuat absorbansinya
mendekati 0,4343, atau dibuat absorbansi berada pada rentang 0,2-0,8. Hal ini
dikarenakan jika analit diukur pada rentang tersebut nilai kesalahan fotometriknya
kecil atau lebih kecil jika absorbansi analit diukur diluar rentang 0,2-0,8 (Gandjar
dan Abdul, 2012). Plot error (kesalahan) pembacaan terhadap % T dapat dilihat
dc 0,4343
= dt
c T (log T)
Dimana :
dc
= kesalahan fotometrik
c
Absorbansi = 2- log %T
%T = antilog (2-A)
sangat berpengaruh pada panjang gelombang maksimum yang dihasilkan, hal ini
dapat dilihat pada spektrum parasetamol, ibuprofen dan kofein pada Gambar 2.5;
2.6 dan 2.7 secara berturut-turut. Spektrum UV dari ibuprofen dalam metanol
memiliki panjang gelombang maksimum pada 263,8 nm, dengan konsentrasi 1/1
pelarut metanol pada Gambar 2.8 memperlihatkan bahwa spektrum dari ketiga zat
diatas saling tumpang tindih, hal ini menyebabkan penetapan kadar ketiga zat
ternary mixtures, dimana spektrumnya menjadi satu dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Spektrum ternary mixtures dari campuran parasetamol, ibuprofen
dan kofein dalam formulasi dapat dilihat pada Gambar 2.9 (Kumar, et al., 2012).
menjadi spektrum serapan pertama, kedua atau spektrum yang lebih tinggi.
Spektrum derivatif pertama merupakan sebuah alur dari gradien spektrum serapan
Teknik ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk quality control selain
atau perlakuan sampel, teknik ini juga memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
campuran. Teknik ini banyak digunakan oleh para peneliti untuk menetapkan
Hoang, 2009; Dinç, et al., 2001; Hoang, et al., 2014). Selain dibidang farmasi
teknik ini juga banyak diterapkan pada penentuan senyawa inorganik. Teknik ini
penyusun yang saling overlapping. Hal ini didasarkan pada penggunaan derivat
pertama, kedua atau derivat yang lebih tinggi pada spektrum normal, contoh
spektrum serapan normal (derivat ke-nol) sampai derivat ke-empat dapat dilihat
pada bentuk dan intensitas dari spektrum derivatifnya (Ojeda dan Rojas, 2013).
a. Metode zero-crossing
Penetapan panjang gelombang analisis pada titik dimana komponen lain dari
metode zero-crossing sulit untuk diterapkan pada analisis dalam ternary mixtures,
namun metode ini tetap dapat dilakukan dengan mengaplikasikannya pada derivat
terjadi pemisahan spektrum pada derivat tertentu, serta terdapatnya titik zero-
crossing pada derivat tertentu pula. Penerapan teknik zero-crossing dapat dilihat
dari campuran untuk digunakan sebagai standar yang berfungsi sebagai pembagi
divisor pada campuran zat yang akan dianalisis dapat dihilangkan, sehingga
spektrum hasil pembagian dengan divisor hanya menggambarkan kadar dari zat
selain divisor yang ada didalam campuran. Penetapan kadar ternary mixtures
dengan metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan spektrum hasil ratio
spektrum tunggal zat lain untuk menentukan titik zero-crossing zat lain tersebut.
Penetapan kadar zat yang ingin dianalisis dilakukan pada panjang gelombang
campuran gliburide dan metformin HCl dalam tablet. Nilainya diukur pada derivat
pertama pada panjang gelombang 314,7 nm dan 228,6 nm untuk gliburide dan
menerapkan metode derivative rasio. Kedua metode ini berhasil diterapkan untuk
menganalisis gliburide dan metformin HCl dalam sediaan tablet. Namun, jika
derivative rasio memiliki akurasi dan sensitifitas yang lebih baik. Peneliti
menyimpulkan bahwa kedua metode ini dapat digunakan untuk analisis rutin
maleat (TIM). Penelitian ini menggunakan dua metode, yang pertama adalah
mudah dapat diukur amplitudonya pada 0D dan 1D (Δλ 6) pada 365 nm dan 385
nm, sedangkan HCT dan TIM ditetapkan kadarnya dengan mengukur amplitudo
pada 265 nm 3D (Δλ 6) dan pada 315,4 nm 1D (Δλ 8) secara berurutan, sedangkan
dimana HCT digunakan sebagai divisor untuk penentuan AMD, TIM digunakan
sebagai divisor untuk penetuan HCT dan untuk penentuan TIM, baik AMD
bahwa kedua metode ini dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk analisis
rutin dari sediaan tablet yang mengandung ketiga zat diatas, karena metode ini
akurat, memiliki presisi yang baik dan waktu analisisnya yang singkat.
B 6 dan vitamin B 12 adalah 228,9 nm, 309,6 nm dan 361,7 nm secara berturut-
turut, semua vitamin diukur pada derivat kedua. Prosedur yang dihasilkan akurat,
perhitungan yang rumit. Metode ini pun telah berhasil diaplikasikan untuk
derivatif pertama pada 242,8 nm (titik zero-crossing kofein) dan 251,2 nm dan
dan kofein dalam ternary mixtures yang sama ditetapkan dengan mengukur rasio
berturut-turut.
masing zat diatas. Panjang gelombang untuk masing-masing zat dalam metanol
adalah 223 nm, 248 nm dan 272 nm untuk ibuprofen, parasetamol dan kofein
dihasilkan mengindikasikan bahwa metode ini mempunyai presisi yang baik dan
ini didasarkan pada penggunaan derivatif dari rasio spektrum yang didapatkan
standar dari campuran dua dari tiga zat yang ada didalam campuran ini. Metode
ini telah berhasil diaplikasikan untuk menganalisis kapsul novafen, tanpa adanya
Metode yang didapatkan sederhana, cepat dan dapat dengan mudah digunakan
sebagai salah satu metode alternatif untuk quality control. Aplikasi beberapa
metode spektrofotometri derivatif pada berbagai zat dapat dilihat pada Tabel 2.1.