ACNE VULGARIS
Di susun oleh:
1. Asri wiyati saraswati (15330717)
2. Sartika br tanggang ( 15330718)
3. Nelly veronika silitonga ( 15330719)
4. Lilis roslita ( 15330720)
5. Bagus
6. Feby
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik. Makalah ACNE
VULGARIS DAN TBC ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan
dalam mata kuliah Farmakoterapi.
Makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna baik dari segi materi maupun dari
teknik penulisan. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca khususnya mengenai Farmakoterapi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Hormat kami,
Jakarta,
November 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Acne Vulgaris .................................................................................................... 5
2.2 Klasifikasi Acne Vulgaris ................................................................................................ 5
2.3 Gejala Klinis Acne Vulgaris ............................................................................................ 6
2.4 Patogenesis ......................................................................................................................... 6
2.4.1 Hiperkornifikasi ............................................................................................................ 7
2.4.2 Aktivitas Abnormal Mikroba ....................................................................................... 7
2.4.3 Faktor Inflamasi ............................................................................................................ 8
2.4.4 Faktor Hormonal .......................................................................................................... 9
2.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 11
2.6 Diagnosis .......................................................................................................................... 11
2.7 Pengobatan Acne Vulgaris ............................................................................................. 11
2.8 Pencegahan ...................................................................................................................... 12
2.9 Penyakit kulit lainnya ..................................................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan ........................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acne vulgaris merupakan peradangan kronik folikel sebasea. Distribusi acne terdapat
pada daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea yaitu pada wajah, leher, dada,
punggung dan bahu. Lesi yang tampak pada kulit adalah komedo, papul, pustul, nodus
dan kista.
Pada negara bagian barat seperti Amerika Serikat, akne vulgaris merupakan penyakit
kulit yang sering melanda remaja sekitar 79%-95%. Berdasarkan data yang diperoleh dari
bagian poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 20092011, sebanyak 10.003 pasien yang berkunjung pada periode tersebut sekitar 121 (3,59%)
merupakan pasien dengan akne vulgaris, perempuan merupakan penderitan terbanyak
dengan jumlah 75 pasien (61,9%), usia terbanyak adalah 15-24 tahun dengan jumlah 76
pasien (62,8%). Sylvia Lusita (2010) menyatakan dalam penelitiannya bahwa bakteri
terbanyak yang ditemukan pada lesi akne adalah Propionibacterium acnes sebesar 78,8%,
dan Staphylococcus epidermidis 63,6%.
Propionibacterium acnes termasuk bakteri flora normal pada kulit. Propionibacterium
acnes merupakan bakteri Gram positif, pleomorfik, dan bersifat anaerob aerotoleran.
Bakteri ini berperan dalam pembentukan akne, dengan menghasilkan lipase yang
memecah asam lemak bebas dari lipid kulit sehingga menyebabkan peradangan. Akibat
peradangan tersebut menyebabkan Propionibacterium acnes berproliferasi dan
memperparah lesi inflamasi dengan merangsang produksi sitokin proinflamasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi acne vulgaris?
1. Bagaimana gejala klinis acne vulgaris dan tanda acne vulgaris?
2. Bagaimana penanganan acne vulgaris?
3. Apa defenisi cacar air, kudis, kurap, bisul, lepra?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi acne vulgaris
2. Mengetahui gejala klinis acne vulgaris dan tanda acne vulgaris
3. Mengetahui penanganan acne vulgaris
4. Mengetahui defenisi cacar air, kudis, kurap, bisul, lepra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.4.1 Hiperkornifikasi
Hiperkornifikasi merupakan tanda awal terjadinya Acne dan biasanya dilanjutkan
dengan inflamasi. Hal ini berkaitan dengan hiperproliferasi duktal. Banyak faktor yang
mengontrol hal ini seperti androden, retinoid, komposisi sebum, dan sitokin. Siklus normal
pembentukan folikel dan komedo berkaitan dengan terjadinya penyakit ini (Cunliffle 2003).
Acne merupakan perubahan pola keratinisasi pada kelenjar pilosebaseus. Peningkatan
material keratin ini makin memadat dan memblok sekresi sebum. Keratin yang menyumbat
inilah disebut sebagai komedo (Gambar 2.2)(Wolff &Johnson 2009). Diferensiasi folikular
yang abnormal dan peningkatan kornifikasi memicu aktivitas kelenjar sebaseus dan
hiperseborea, hiperkolonisasi bakterial, yang memicu inflamasi, dan reaksi imunologis
(Zouboulis et al. 2005).
2.4.2. Aktivitas Abnormal Mikroba
Keratinosit dapat menjadi respon imun kulit. Regulasi ini merupakan mekanisme
pertahanan yang bertujuan memproteksi kulit yang normal dengan keberadaan
mikroorganisme - mikroorganisme seperti, Propionibacterium acnes (P. acnes),
Staphylococcus epidermidis, dan Malessezia furfur. Kebanyakan flora normal ini tak
menyebabkan penyakit secara klinis (Nagy 2005).
P. acnes merupakan bakteri gram + (positif) berbentuk batang, dan anaerobik. Bakteri
ini merupakan flora normal yang hidup di folikel kulit. Jumlahnya tinggi pada penderita Acne
(Jain 2012).
Diketahui adanya induksi dari selective human -Defensin-2 dan Interleukin-8 yang
diekspresikan oleh keratinosit melalui Toll-like receptor yang juga memicu kejadian Acne
vulgaris (Nagy et al. 2005).TLR2 diekspresikan pada lapisan basal dan infundibular
7
keratinosit (Selway 2013). Reseptor TLR2 distimulasi sehingga konsentrasi interleukin 8 dan
12 (IL-8 dan IL-12) meningkat(Bergler-Czop &Brzeziska-Wciso2014). Aktivasi TLR dan
sekresi interleukin dari keratinosit dapat menginisasi kejadian pembentukkan komedo
(Selway 2013). P. acnes berkontribusi dalam memicu inflamasi pada Acne dengan pelepasan
enzim-enzim yang menyebabkan rupturnya dinding folikel dan rusaknya jaringan oleh lipase,
protease, dan hyaluronidas. Protease yang dihasilkan akan mengaktifkan protease-activated
receptor (PARs). PAR-2 secara berlimpah dihasilkan oleh keratinosit yang meregulasi
permeabilitas homeostasis barier, inflamasi, pigmentasi, dan penyembuhan luka dengan
respon endogen dan eksogen yang bervariasi. PAR-2 juga dapat diaktifkan oleh organisme
patogen yang memiliki aktivitas protease seperti, kutu rumah, kecoa, bakteri, ataupun parasit
(Lee et al. 2010). Androgen, peroxisome proliferator activating receptor (PPAR) ligands,
regulator neruropeptida dengan aktivitas hormonal dan non hormonal, dan juga faktor
lingkungan menginduksi hiperseborea, hiperproliferasi epitel di duktus seboglandularis, dan
akro-infundibulum, serta ekpresi kemokin/sitokin proinflamasi dengan komedo dan lesi Acne
inflamasi.
(Tanghetti 2013). Peningkatan sebum asam lemak bebas juga akan memicu sistem imun
melalui ekspresi -defensin-2 yang merupakan AMP (antimicrobial peptide) yang
predominannya berada di kulit (Nakatsuji et al. 2010) .
2.4.2 Faktor Hormonal
Acne mulai berkembang pada saat adrenarche, ketika kelenjar adrenal mulai
memproduksi dehydroepiandrosterone sulfate, yang merupakan prekursor testoster. Kondisi
di mana jumlah androgen yang berlebihan atau hyperandrogenism berkaitan dengan produksi
sebum dan perkembangan keparahan Acne (Zouboulis et al. 2005). Androgen dan reseptor
androgen (RA) dapat memicu beberapa penyakit kulit, seperti alopesia dan Acne vulgaris.
Kelenjar sebaseus kebanyakan mengandung enzim steroidogenik yang berguna sebagai
konverter DHEA/DHEAS (DHEA sulfat) menjadi testosteron dan DHT (Lai et al. 2012).
1. Menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara berlebihan tidak perlu
dilakukan sebab tidak membuka atau membersihkan pori dan mungkin berdampak
pada iritasi kulit.
10
2. Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak menyebabkan kering, penting
diperhatikan untuk menghindari iritasi dan kulit kering selama terapi akne.
3. Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang kotor, dapat
memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat.
4. Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat meninggalkan bekas berupa
jaringan parut pada kulit.
5. Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan kulit usahakan
untuk tetap rileks. Stres diketahui merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
akne
6.
N
o
1.
2.
Dosis
Mekanisme
Indikasi
ACNOMED
Sekali sehari,
oleskan
pada
tempat
yang
terserang.
BENZOLAC
-CL
Digunakan
secara topical
untuk
mengatasi acne
vulgaris papula
pustule
yang
berat.
Tidak
dibenarkan
untuk
digunakan pada
acne ringan
11
pengelupasan kulit.
pengobatan
Adapalene
mengikat
topikal
acne reseptor
retinoic acid
vulgaris
nuclear spesifik
tetapi
tidak mengikat protei n
reseptor cytosolic, seingga
mengurangi pembentukan
microcomedone.
3.
DERIVA
Gel 0,1 %
DERIVA
gel
harus dioleskan
pada area kulit
yang
terkena,
satu kali sehari
pada
waktu
malam sebelum
tidur dan setelah
di
cuci
/di
bersihkan
4.
EUDYNA
Pengobatan
topikal
pada
akne vulgaris,
pengurangan
komedo, papul
dan pustul
Tretinoin
merangsang Sehari sekali pada
proliferasi dan mengubah malam hari
diferensiasi
serta
pertandukan
epidermis,
epitel folikuler dan epitel
komedo jerawat. Tertonoid
meningkatkan produksi selsel tanduk yang bebas dan
longgar
dalam
epitel
folikuler serta melepaskan
komedo.
5.
SKINOREN
Pengobatan
akne vulgaris
ringan sampai
dengan sedang
2. Kudis
Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit tungau yang gatal yaitu sarcoptes
scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak terjadi di daerah kumuh dan
tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat
pada malam hari, terutama di sela-sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat
kelamin,pinggang dan lain-lain.
13
3. Kurap
Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya adalah kulit menjadi
tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang semakin jelas, bersisik, lembab dan
berair dan terasa gatal. Kurap dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung mikonazol
dan kloritomazol dengan benar yang dapat menghilangkan infeksi (Djuanda, 2011).
4. Bisul
Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri stafilokokus aureus pada kulit lewat
folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat yang sesudaah itu menyebabkan infeksi
lokal. Faktor yang menambah risiko terkena bisul diantaranya kebersihan yang buruk, luka
yang terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori dan pemakaian bahan
kimia.
5. Lepra
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.
14
BAB III
KESIMPULAN
Akne vulgaris ( jerawat ) adalah penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel
pilosebasea yangumunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo,
papula, pustul, nodus,dan kista. Yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah
muka, leher, dada dan punggung. Akne merupakan kelainan kulit yang paling sering
35 tahun. Penyebab
belum diketahui pasti, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress,
faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propioni bacteriumacnes,
Staphylococcus albus, d a n Malassezia furfur, berperan dalam etiologi. Acne vulgaris
bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. Komedo
dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa
disertai tanda -tanda klinis dari peradangan apapun. Pengobatan akne
memerlukan waktu yang lama berbulan- bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Untuk
mengontrol penyakitnya dan mencegah terjadinyasikatrik. Akne ringan hanya membutuhkan
terapi topical, sedangkan penderita akne sedang dan berat membutuhkan terapi oral dan
topical.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Smeltzer, S C & Bare, B G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Vol.3.Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit,
Edisi 6Vol. 2. Jakarta : EGC.
Djuanda, A., Hamzah, M., and Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5. Jakarta
:Balai Penerbitan FKUI
D o c h t e r m a n , B u l e c h e c k . 2 0 0 4 . Nursing Intervention Classification. U n i t e d
S t a t e s o f America : Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. UnitedStates of America : Mosby.
T. Heather Herdman. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
sylvia, Lusita. Hubungan Antara Jenis Mikroorganisme yang Ditemukan pada Akne Lesi
dengan Bentuk Lesi Akne. Tesis: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2010.
17