Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH FARMAKOTERAPI

ACNE VULGARIS

Dosen : Tahoma Siregar, Drs.Si. Apt


Annisa Farida Muti, S.Farm. MSc, Apt

Di susun oleh:
1. Asri wiyati saraswati (15330717)
2. Sartika br tanggang ( 15330718)
3. Nelly veronika silitonga ( 15330719)
4. Lilis roslita ( 15330720)
5. Bagus
6. Feby
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa selesai dengan baik. Makalah ACNE
VULGARIS DAN TBC ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan
dalam mata kuliah Farmakoterapi.
Makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna baik dari segi materi maupun dari
teknik penulisan. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca khususnya mengenai Farmakoterapi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Hormat kami,
Jakarta,

November 2016

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Acne Vulgaris .................................................................................................... 5
2.2 Klasifikasi Acne Vulgaris ................................................................................................ 5
2.3 Gejala Klinis Acne Vulgaris ............................................................................................ 6
2.4 Patogenesis ......................................................................................................................... 6
2.4.1 Hiperkornifikasi ............................................................................................................ 7
2.4.2 Aktivitas Abnormal Mikroba ....................................................................................... 7
2.4.3 Faktor Inflamasi ............................................................................................................ 8
2.4.4 Faktor Hormonal .......................................................................................................... 9
2.5 Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 11
2.6 Diagnosis .......................................................................................................................... 11
2.7 Pengobatan Acne Vulgaris ............................................................................................. 11
2.8 Pencegahan ...................................................................................................................... 12
2.9 Penyakit kulit lainnya ..................................................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan ........................................................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acne vulgaris merupakan peradangan kronik folikel sebasea. Distribusi acne terdapat
pada daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea yaitu pada wajah, leher, dada,
punggung dan bahu. Lesi yang tampak pada kulit adalah komedo, papul, pustul, nodus
dan kista.
Pada negara bagian barat seperti Amerika Serikat, akne vulgaris merupakan penyakit
kulit yang sering melanda remaja sekitar 79%-95%. Berdasarkan data yang diperoleh dari
bagian poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 20092011, sebanyak 10.003 pasien yang berkunjung pada periode tersebut sekitar 121 (3,59%)
merupakan pasien dengan akne vulgaris, perempuan merupakan penderitan terbanyak
dengan jumlah 75 pasien (61,9%), usia terbanyak adalah 15-24 tahun dengan jumlah 76
pasien (62,8%). Sylvia Lusita (2010) menyatakan dalam penelitiannya bahwa bakteri
terbanyak yang ditemukan pada lesi akne adalah Propionibacterium acnes sebesar 78,8%,
dan Staphylococcus epidermidis 63,6%.
Propionibacterium acnes termasuk bakteri flora normal pada kulit. Propionibacterium
acnes merupakan bakteri Gram positif, pleomorfik, dan bersifat anaerob aerotoleran.
Bakteri ini berperan dalam pembentukan akne, dengan menghasilkan lipase yang
memecah asam lemak bebas dari lipid kulit sehingga menyebabkan peradangan. Akibat
peradangan tersebut menyebabkan Propionibacterium acnes berproliferasi dan
memperparah lesi inflamasi dengan merangsang produksi sitokin proinflamasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi acne vulgaris?
1. Bagaimana gejala klinis acne vulgaris dan tanda acne vulgaris?
2. Bagaimana penanganan acne vulgaris?
3. Apa defenisi cacar air, kudis, kurap, bisul, lepra?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi acne vulgaris
2. Mengetahui gejala klinis acne vulgaris dan tanda acne vulgaris
3. Mengetahui penanganan acne vulgaris
4. Mengetahui defenisi cacar air, kudis, kurap, bisul, lepra

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4

2.1 Defenisi Acne


Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007). Defenisi lain acne
vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus
pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang
meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala
mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul
atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress,
faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propionibacterium acnes,
Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Dorland, 2002).

2.2 klasifikasi Acne Vulgaris


Menurut FDA (Food and Drug Administration) (Schmitt et al. 2014) yang membagi
acne dalam beberapa tingkatan, antara lain:
Grade 0 : Tak ada lesi Acne
Grade I : Adanya komedo yang jarang dan satu atau lebih papul atau pustul
Grade II : Beberapa lesi inflamasi, tetapi tak ada nodul
Grade III : Banyak komedo, beberapa papul dan pustul, dan lebih dari satu nodul kecil
Grade IV : Banyak papul dan pustul, beberapa nodul .
Ada kira - kira 25 skala pengukuran untuk menentukan tingkat keparahan Acne.
Hingga tahun 1990, dilakukan konferen konsensus yang diadakan American Academy of
Dermatology untuk menentukan baku emas (gold standard) Acne vulgaris yang juga menjadi
FDA (Food and Drug Administration) global grade. Tingkatannya berupa:
O = Normal, kulit bersih tanpa adanya acne vulgaris
1 = Kulit hampir bersih: jarang adanya lesi inflamasi yang tampak, dengan atau tanpa papul
noninflamasi (papul tampak hiperpigmentasi)
2 = Beberapa lesi inflamasi tampak dengan sedikit lesi inflamasi (hanya papul/pustul, tanpa
lesi kistik bernodul) = mild severity
3 = Lesi predominan noninflamasi, dengan lesi multipel inflamasi: beberapa hingga banyak
komedo dan papul/pustul, ada atau dengan satu lesi kistik bernodul = moderate severity
4 = Lesi inflamasi tampak jelas: banyak komedo dan papul/pustul, dengan atau tanpa sedikit
lesi kistik bernodul = severe
5 = Lesi predominan inflamasi yang berat: jumlah komedo yang bervariasi, banyak lesi
kistik bernodul, papul/pustul.
Di Indonesia dipakai klasifikasi yang diterapkan di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (Wasitaatmadja 2009), gradasi Acne
vulgaris sebagai berikut :
1. Ringan, bila :
- beberapa lesi noninflamasi pada 1 predileksi
5

- sedikit lesi noninflamasi pada beberapa tempat predileksi


- sedikit lesi inflamasi pada 1 predileksi
2. Sedang, bila :
- banyak lesi noninflamasi pada 1 predileksi
- beberapa lesi noninflamasi pada lebih dari 1 predileksi
- beberapa lesi inflamasi pada 1 predileksi
- sedikit lesi inflamasi pada lebih dari 1 predileksi
3. Berat, bila :
- banyak lesi noninflamasi pada lebih dari 1 predileksi
- banyak lesi inflamasi pada 1 atau lebih predileksi
Keterangan:
- Sedikit<5,beberapa 5-10, banyak>10
- Noninflamasi : komedo putih, komedo hitam, papul
- Inflamasi : pustul, nodus, kista.
2.3 Gejala Klinis Acne Vulgaris
Acne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan tertutup,
papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk
yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada
komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah
deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan
oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada
laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang
sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung
keparahan, kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).
Acne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan
estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di
tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam mengandung unsure melanin
disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila
berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin
disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo) (wasitaatmadja,
2007) .
2.4 Patogenensis
Beberapa tulisan menjelaskan ada beberapa faktor utama penyebab terjadinya Acne
vulgaris (Jain 2012; Rycroft et al. 2010; Jacyk 2003; Wolff & Johnson 2009; Titus 2012;
Feldman 2004) antara lain, hiperkornifikasi duktus, peningkatan produksi sebum di bawah
kontrol androgen, aktivitas abnormal mikrobia yang terjadi di duktus pilosebaseus
(kolonisasi Propionibacterium acnes) dan faktor inflamasi.

2.4.1 Hiperkornifikasi
Hiperkornifikasi merupakan tanda awal terjadinya Acne dan biasanya dilanjutkan
dengan inflamasi. Hal ini berkaitan dengan hiperproliferasi duktal. Banyak faktor yang
mengontrol hal ini seperti androden, retinoid, komposisi sebum, dan sitokin. Siklus normal
pembentukan folikel dan komedo berkaitan dengan terjadinya penyakit ini (Cunliffle 2003).
Acne merupakan perubahan pola keratinisasi pada kelenjar pilosebaseus. Peningkatan
material keratin ini makin memadat dan memblok sekresi sebum. Keratin yang menyumbat
inilah disebut sebagai komedo (Gambar 2.2)(Wolff &Johnson 2009). Diferensiasi folikular
yang abnormal dan peningkatan kornifikasi memicu aktivitas kelenjar sebaseus dan
hiperseborea, hiperkolonisasi bakterial, yang memicu inflamasi, dan reaksi imunologis
(Zouboulis et al. 2005).
2.4.2. Aktivitas Abnormal Mikroba
Keratinosit dapat menjadi respon imun kulit. Regulasi ini merupakan mekanisme
pertahanan yang bertujuan memproteksi kulit yang normal dengan keberadaan
mikroorganisme - mikroorganisme seperti, Propionibacterium acnes (P. acnes),
Staphylococcus epidermidis, dan Malessezia furfur. Kebanyakan flora normal ini tak
menyebabkan penyakit secara klinis (Nagy 2005).
P. acnes merupakan bakteri gram + (positif) berbentuk batang, dan anaerobik. Bakteri
ini merupakan flora normal yang hidup di folikel kulit. Jumlahnya tinggi pada penderita Acne
(Jain 2012).
Diketahui adanya induksi dari selective human -Defensin-2 dan Interleukin-8 yang
diekspresikan oleh keratinosit melalui Toll-like receptor yang juga memicu kejadian Acne
vulgaris (Nagy et al. 2005).TLR2 diekspresikan pada lapisan basal dan infundibular
7

keratinosit (Selway 2013). Reseptor TLR2 distimulasi sehingga konsentrasi interleukin 8 dan
12 (IL-8 dan IL-12) meningkat(Bergler-Czop &Brzeziska-Wciso2014). Aktivasi TLR dan
sekresi interleukin dari keratinosit dapat menginisasi kejadian pembentukkan komedo
(Selway 2013). P. acnes berkontribusi dalam memicu inflamasi pada Acne dengan pelepasan
enzim-enzim yang menyebabkan rupturnya dinding folikel dan rusaknya jaringan oleh lipase,
protease, dan hyaluronidas. Protease yang dihasilkan akan mengaktifkan protease-activated
receptor (PARs). PAR-2 secara berlimpah dihasilkan oleh keratinosit yang meregulasi
permeabilitas homeostasis barier, inflamasi, pigmentasi, dan penyembuhan luka dengan
respon endogen dan eksogen yang bervariasi. PAR-2 juga dapat diaktifkan oleh organisme
patogen yang memiliki aktivitas protease seperti, kutu rumah, kecoa, bakteri, ataupun parasit
(Lee et al. 2010). Androgen, peroxisome proliferator activating receptor (PPAR) ligands,
regulator neruropeptida dengan aktivitas hormonal dan non hormonal, dan juga faktor
lingkungan menginduksi hiperseborea, hiperproliferasi epitel di duktus seboglandularis, dan
akro-infundibulum, serta ekpresi kemokin/sitokin proinflamasi dengan komedo dan lesi Acne
inflamasi.

2.4.3. Faktor Inflamasi


Inflamasi pada Acne vulgaris terjadi pada lesi fase awal maupun pada fase akhir yang
bermanifestasi pada munculnya papul dan pustul. Bukti adanya perkembangan lesi Acne pada
fase awal inflamasi terjadi dengan peningkatan ekspresi mediator proinflamasi, seperti Eselectin, Vascular adhesion molecule-1, interleukin-1, integrin. Tanda inflamasi juga memicu
pelepasaan peptidase pada sebosit dan keratinosit. Selain itu inflamasi juga meningkatkan
pengeluaran neuropeptida (Corticotropin-releasing hormone, Melancortin-1 receptor,
substance P) dan Toll-like receptor (yang diaktivasi oleh P. acnes). Perubahan biosintesis lipid
pada inflamasi berhubungan dengan lipid sebaseus yang dipicu oleh lipid peroksida
8

(Tanghetti 2013). Peningkatan sebum asam lemak bebas juga akan memicu sistem imun
melalui ekspresi -defensin-2 yang merupakan AMP (antimicrobial peptide) yang
predominannya berada di kulit (Nakatsuji et al. 2010) .
2.4.2 Faktor Hormonal
Acne mulai berkembang pada saat adrenarche, ketika kelenjar adrenal mulai
memproduksi dehydroepiandrosterone sulfate, yang merupakan prekursor testoster. Kondisi
di mana jumlah androgen yang berlebihan atau hyperandrogenism berkaitan dengan produksi
sebum dan perkembangan keparahan Acne (Zouboulis et al. 2005). Androgen dan reseptor
androgen (RA) dapat memicu beberapa penyakit kulit, seperti alopesia dan Acne vulgaris.
Kelenjar sebaseus kebanyakan mengandung enzim steroidogenik yang berguna sebagai
konverter DHEA/DHEAS (DHEA sulfat) menjadi testosteron dan DHT (Lai et al. 2012).

Mekanisme androgen/RA dalam meregulasi aktivitas sebosit terhadap Acne vulgaris


masih belum jelas, tetapi ada kemungkinan androgen dapat menyebabkan hal tersebut. RA
dapat meningkatkan aktivitas fibroblast growth factor receptor 2 (FGFR2) yang memicu
perkembangan kelenjar sebaseus. RA juga diduga dapat memicu terjadinya lipogenesis pada
sebosit melalui peningkatan ekspresi sterol regulatory element bindung proteins (SREBPs).
Androgen juga berpengaruh terhadap aktivitas insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang
meregulasi perkembangan Acne. Androgen/AR diduga juga memicu terjadinya respon
inflamasi makrofag dan neutrofil (Lai et al. 2012). Sementara estrogen memiliki efek inhibisi
terhadap produksi androgen dan secara tak langsung mengurangi sekresi sebum (Webster et
al. 2009; Zouboulis et al. 2011). Hal inilah yang mungkin menyebabkan kejadian Acne pada
perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
9

2.5 Manifestasi Klinis


Lesi utama acne adalah mikrokomedo atau mikrokomedone, yaitu pelebaran folikel
rambut yang mengandung sebum dan P. acnes. Sedangkan lesi acne lainnya dapat berupa
papul, pustul, nodul, dan kista. Predileksi acne yaitu pada wajah, bahu, dada, punggung, dan
lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah permukaan kulit tampak sebagai komedo
white head, sedangkan komedo yang bagian ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut
komedo black head karena secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis (Baumann
dan Keri, 2009 ; Sukanto dkk., 2005). Acne baik itu ada atau tidak adanya inflamsi dapat
menimbulkan scar. Scar karena acne terdiri dari empat tipe yaitu, scar icepick, rolling, boxcar
dan hipertropik. Scar icepick adalah scar yang dalam dan sempit, dengan bagian terluasnya
berada pada permukaan kulit dan semakin meruncing menuju satu titik ke dalam dermis.
Scar rolling adalah scar yang dangkal, luas, dan tampak memiliki undulasi. Scar boxcar
adalah scar yang luas dan berbatas tegas. Tidak seperti scar icepick, lebar permukaan dan
dasar scar boxcar adalah sama. Pada beberapa kejadian yang jarang, terutama pada truncus,
scar yang terbentuk dapat berupa scar hipertropik (Zaenglein dkk., 2008).
2.6 Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris dibuat atas dasar klinis dan pemeriksaan sebum, yaitu
pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang
menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi
yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa
serbukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam
folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa
cair sebum bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi
dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk
tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula
dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid)
meningkat dan karena itu untuk pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk
menurunkannya.
2.7 Pengobatan Acne Vulgaris
Pengobatan acne vulgaris bisa dilakukan dengan cara terapi non farmakologi dan
farmakologi.

Terapi non farmakologi bisa dilakukan dengan cara:

1. Menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara berlebihan tidak perlu
dilakukan sebab tidak membuka atau membersihkan pori dan mungkin berdampak
pada iritasi kulit.

10

2. Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak menyebabkan kering, penting
diperhatikan untuk menghindari iritasi dan kulit kering selama terapi akne.
3. Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang kotor, dapat
memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat.
4. Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat meninggalkan bekas berupa
jaringan parut pada kulit.
5. Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan kulit usahakan
untuk tetap rileks. Stres diketahui merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
akne
6.

Hindari kosmetik yang berminyak dan pelembab.

N
o
1.

2.

Terapi farmakologi bsa dilakukan dengan cara pemberian antibiotik. Contoh


antibiotik untuk acne yaitu:
Nama Obat

Dosis

Mekanisme

Indikasi

ACNOMED

Sekali sehari,
oleskan
pada
tempat
yang
terserang.

benzoil peroksida dengan Membantu


melepaskan oksigen secara pengobatan acne
perlahan
yang
dapat
memberikan efek
anti
bakteri
sehingga
mengurangi P.acne
dalam pembentukan asam
lemak
bebas
serta
mempunyai
efek
mengeringkan,
benzoil
peroksida
merupakan
pilihan dalam pengobatan
topikal. (Depkes, 2007).

BENZOLAC
-CL

Digunakan
secara topical
untuk
mengatasi acne
vulgaris papula
pustule
yang
berat.
Tidak
dibenarkan
untuk
digunakan pada
acne ringan

Clindamycin topical bekerja


dengan
mengurangi
konsentrasi asam lemak
bebas pada kulit dan
menekan
pertumbuhan
propionibacterium
acnes. Benzoyl peroxide
bekerja sebagai anti bakteri
pada pengobatan acne
vulgaris.Benzoyl peroxide
bersifat keratolitik dan
mempunyai
efek

Oleskan tipis dan


merata 1-2 kali
sehari pada
Tempat berjerawat
setelah
wajah
dibersihkan,
Jangan digunakan
dengan
cara
mentotolkan.

11

pengelupasan kulit.
pengobatan
Adapalene
mengikat
topikal
acne reseptor
retinoic acid
vulgaris
nuclear spesifik
tetapi
tidak mengikat protei n
reseptor cytosolic, seingga
mengurangi pembentukan
microcomedone.

3.

DERIVA
Gel 0,1 %

DERIVA
gel
harus dioleskan
pada area kulit
yang
terkena,
satu kali sehari
pada
waktu
malam sebelum
tidur dan setelah
di
cuci
/di
bersihkan

4.

EUDYNA

Pengobatan
topikal
pada
akne vulgaris,
pengurangan
komedo, papul
dan pustul

Tretinoin
merangsang Sehari sekali pada
proliferasi dan mengubah malam hari
diferensiasi
serta
pertandukan
epidermis,
epitel folikuler dan epitel
komedo jerawat. Tertonoid
meningkatkan produksi selsel tanduk yang bebas dan
longgar
dalam
epitel
folikuler serta melepaskan
komedo.

5.

SKINOREN

Pengobatan
akne vulgaris
ringan sampai
dengan sedang

Azelaic acid menghambat Sehari 2x( pagi


propioni
bacteri
yang dan malam)
berperan dalam terjadinya
akne dan produksi asam
lemak perangsang akne.
Azelaic
acid
juga
mempengaruhi
proses
pertandukan dari sel-sel
epidermias.

2.8 Pencegahan Acne Vulgaris


Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet rendah
lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan
permukaan kulit dari kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya pola hidup sehat, olahraga teratur,
hindari stres, penggunaan kosmetika secukupnya, menghindari memicu terjadinya
kelenjar minyak berlebih misalnya minuman keras, pedas, dan rokok.
12

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,


pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya
(Wasitaatmadja, 2007).
2.9 Penyakit Kulit Lainnya
1. Cacar Air
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang sering
terjadi pada anak-anak.Pada penyakit ini biasanya ditandai dengan bintik-bintik pada seluruh
tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan isi dari benjolan (jika sudah membesar)
tersebut adalah cairan..

2. Kudis
Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit tungau yang gatal yaitu sarcoptes
scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak terjadi di daerah kumuh dan
tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat
pada malam hari, terutama di sela-sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat
kelamin,pinggang dan lain-lain.

13

3. Kurap
Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya adalah kulit menjadi
tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang semakin jelas, bersisik, lembab dan
berair dan terasa gatal. Kurap dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung mikonazol
dan kloritomazol dengan benar yang dapat menghilangkan infeksi (Djuanda, 2011).

4. Bisul
Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri stafilokokus aureus pada kulit lewat
folikel rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat yang sesudaah itu menyebabkan infeksi
lokal. Faktor yang menambah risiko terkena bisul diantaranya kebersihan yang buruk, luka
yang terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori dan pemakaian bahan
kimia.

5. Lepra
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain
kecuali susunan saraf pusat.

14

BAB III
KESIMPULAN
Akne vulgaris ( jerawat ) adalah penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel
pilosebasea yangumunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo,
papula, pustul, nodus,dan kista. Yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah
muka, leher, dada dan punggung. Akne merupakan kelainan kulit yang paling sering

ditemukan pada remaja dan dewasa muda diantara usia 12 -

35 tahun. Penyebab

belum diketahui pasti, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress,
faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya Propioni bacteriumacnes,
Staphylococcus albus, d a n Malassezia furfur, berperan dalam etiologi. Acne vulgaris
bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous. Komedo
dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa
disertai tanda -tanda klinis dari peradangan apapun. Pengobatan akne
memerlukan waktu yang lama berbulan- bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Untuk
mengontrol penyakitnya dan mencegah terjadinyasikatrik. Akne ringan hanya membutuhkan
terapi topical, sedangkan penderita akne sedang dan berat membutuhkan terapi oral dan
topical.

15

DAFTAR PUSTAKA
16

Smeltzer, S C & Bare, B G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Vol.3.Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit,
Edisi 6Vol. 2. Jakarta : EGC.
Djuanda, A., Hamzah, M., and Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5. Jakarta
:Balai Penerbitan FKUI
D o c h t e r m a n , B u l e c h e c k . 2 0 0 4 . Nursing Intervention Classification. U n i t e d
S t a t e s o f America : Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. UnitedStates of America : Mosby.
T. Heather Herdman. 2012. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
sylvia, Lusita. Hubungan Antara Jenis Mikroorganisme yang Ditemukan pada Akne Lesi
dengan Bentuk Lesi Akne. Tesis: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2010.

17

Anda mungkin juga menyukai