Anda di halaman 1dari 12

DEFINISI PENYAKIT

TUKAK PEPTIK & GERD


TUKAK PEPTIK
(GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) Tukak peptik/ulkus peptik merupakan pembentukan ulkus pada saluran
pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan pepsin. Tukak
peptik dapat terjadi pada semua tempat di saluran cerna yang terpapar cairan asam
lambung, namun yang paling sering adalah pada daerah antrum lambung dan bagian
pertama dari duodenum. Tukak peptik juga dapat terjadi pada esofagus yang
menimbulkan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau sekresi asam yang
dihasilkan oleh mukosa lambung yang ektopik.

GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)


Refluks gastroesofagus merupakan gerakan membalik isi lambung menuju
esofagus. Penyakit refluks gastroesofagus (RGE) juga mengacu pada berbagai kondisi
gejala klinik atau perubahan histologi yang terjadi akibat refluks gastroesofagus. Ketika
esofagus berulang kali kontak dengan material refluks untuk periode yang lama, dapat
terjadi inflamasi esofagus (esofagitis refluks) dan dalam beberapa kasus berkembang
menjadi erosi esopagus (esofagitis erosi).

Disusun Oleh :
Adeltrudis Dopo W. 1041411161
Nala Ghassani 1041411177
Nur Rochmah 1041311116
Rachmat Meidy A. 1041311128
Septin Rahayu A. 1041311141
Valentina Indriyanti 1041311155
ETIOLOGI PENYAKIT

TUKAK PEPTIK
1. Kuman Helicobacter pylori
Kuman patogen gram negatif berbentuk batang/spiral, microaerofilik berflagel,
hidup pada permukaan epitel, mengandung urease. H. pylori dapat menyebabkan
gastritis dan tukak peptikum hingga 3060%.

2. Anti Inflamasi Non Steroid ( AINS )


AINS dapat menyebabkan luka melalui dua cara yaitu :
- Secara langsung atau iritasi topikal dan jaringan epitel.
- Menghambat sintesa sistem endogenous mukosa saluran cerna, yaitu
prostaglandin.

3. Stress
Stress yang berkepanjangan dapat menyebabkan peningkatan asam lambung yang
tidak terkendalikan sehingga dapat memicu terjadinya tukak pada lambung.

GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)


Kebanyakan pasien dengan GERD, permasalahannya bukan karena produksi
asam yang berlebihan, akan tetapi kontak yang terlalu lama antara asam yang
diproduksi dengan mukosa esofagus.
GERD sering kali disebabkan karena telah rusaknya tekanan LES (Lower
Esophageal Sphincter). Pasien mungkin mengalami penurunan tekana LES karena
relaksasi spontan LES, peningkatan sementara tekanan abdominal atau lemahnya LES.
Variasi makanan dan obat dapat menurunkan tekanan LES.
Masalah lain dalam mekanisme pertahanan mukosa normal juga dapat
menyebabkan berkembangnya GERD diantaranya adalah terlalu lamanya esofagus
terpapar dengan asam, tertundanya pengosongan lambung, dan berkurangnya
resistensi mukosa.
GEJALA PENYAKIT TERAPI PENYAKIT

TUKAK PEPTIK TUKAK PEPTIK & GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)


1. Nyeri, nyeri tumpul seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah A. Non-Farmakologi
atau di punggung. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi 1. Pasien dengan tukak harus mengurangi stress, merokok, dan menggunakan NSAID
asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali (termasuk aspirin). Jika NSAID tidak dapat dihentikan penggunaannya maka harus
tidak digunakan nyeri kembali timbul. dipertimbangkan pemberian dosis yang rendah atau diganti dengan asetaminofen,
2. Pirosis (nyeri ulu hati), beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esofagus COX2 inhibitor relatif selektif (nabumeton, etodolak), COX2 inhibitor selektif kuat
dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi (celecoxib, rofecoxib). Pemberian bersama makanan, antagonis reseptor H2 (H2RA)
atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong. atau proton pump inhibitor (PPI) dapat menurunkan gejala dan kerusakan mukosa.
3. Muntah, meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat 2. Walaupun tidak ada kebutuhan untuk diet khusus, pasien harus menghindari
menjadi gejala ulkus peptikum. makanan dan minuman yang menyebakan dispepsia atau yang dapat menyebabkan
4. Konstipasi dan perdarahan, konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan tukak, contoh makanan pedas, kafein dan alkohol.
sebagai akibat dari diet dan obat-obatan.
5. Perut kembung dan sering merasa kenyang. B. Farmakologi
6. Produksi air liur yang berlebih, untuk mengatasi produksi asam yang berlebih. ANTI TUKAK :
7. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. 1. Antagonis Reseptor H2
8. Melena, kotoran berbau busuk karena kotoran teroksidasi dengan asam lambung. Mekanisme Kerja Obat
9. Peritonitis bila terjadi perforasi gaster ataupun duodenum. Senyawa-senyawa antagonis reseptor H2 secara kompetitif dan reversibel berikatan
dengan reseptor H2 di sel parietal, menyebabkan berkurangnya produksi sitosolik
GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) siklik AMP dan sekresi histamine yang menstimulasi sekresi asam lambung. Sehingga
1. Rasa panas dalam perut, atau pirosis. Hal ini digambarkan sebagai sensasi hangat dengan mem-blok kerja dari histamin agar tidak berikatan dengan reseptor H2 pada
atau panas substernal yang dapat menyebar ke leher dan sering kali memburuk sel parietal dapat mengurangi sekresi asam lambung. Interaksi antara siklik AMP dan
akibat aktivitas yang memperburuk refluks esofagus. (Contoh: posisi terlentang, jalur kalsium menyebabkan inhibisi parsial asetilkolin dan gastrin yang menstimulasi
terlalu membungkuk, makan makanan yang tinggi kadar lemaknya). sekresi asam.
2. Hipersaliva.
3. Sering bersendawa. Contoh Obat
4. Muntah. Cimetidine, Ranitidine, Famotidine, dan Nizatidine.

- CIMETIDINE -
Farmakokinetika
Cimetidine, memiliki struktur imidazole dan dapat terdistribusi luas ke seluruh
tubuh, termasuk air susu dan dapat melewati plasenta. Bioavailabilitas Cimetidine
sekitar 70 % sama dengan pemberian IV atau I M. Ikatan protein plasma hanya 20%. 200 mg, 400 mg (K); Reducid (Pratapa Nirmala) Tablet 200 mg (K); Sanmetidin
Cimetidine dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian oral. Absorbsi cimetidine (Sanbe) Kaptab Ss. 200 mg, 400 mg (K); Tagamed (GlaxoSmithKline) Cairan injeksi
diperlambat oleh makanan sehingga cimetidin diberikan bersama atau segera 100 mg/ml, Kaptab Ss. 400 mg, 800 mg, Tablet Ss. 2 mg (K); Tidifar (Ifars) Tablet 200
setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode paska mg, 400 mg (K); Ulcumet (Soho) Cairan injeksi 100 mg/ml, Sirup, Tablet Ss 200 mg
makan. Absorpsi terutama terjadi pada menit ke 60 -90. Dan konsentrasi puncak (K); Ulcusan (Pyridam) Kapsul 200 mg, 400 mg (K); Ulsikur (Kalbe Farma) Cairan
dalam plasma dicapai dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian. Cimetidine injeksi 200 mg/ml, Tablet 200 mg, 400 mg (K); Vargumen (Varia Sekata) Tablet 200
masuk kedalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar serum. mg, 400 mg (K).
Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral diekskresi dalam bentuk asal
dalam urin. Masa paruh eliminasi sekitar 2 jam. Diekskresikan oleh ginjal dengan - RANITIDINE -
cara filtrasi dan sekresi tubular renal dan akan dikeluarkan atau diekskresikan Farmakokinetika
melalui urin. Ranitidine, memiliki cincin furan dan durasi yang lebih lama dan 5-10 kali lebih
potensial dari cimetidine. Ranitidine dimetabolisme dalam hati. Absorbsinya diserap
Farmakodinamika cepat setelah pemberian oral atau i.m. Makanan tidak mempengaruhi penyerapan
Cimetidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Reseptor H2 ranitidin. Bioavailabilitas ranitidine yang diberikan secara oral sekitar 50% dan
akan merangsang sekresi cairan lambung sehingga pada pemberian Cimetidine meningkat pada pasien penyakit hati. Masa paruhnya kira-kira 1,7 -3 jam pada orang
sekresi cairan lambung dihambat. Pengaruh fisiologi cimetidine terhadap reseptor dewasa, dan memanjang pada orang tua dan pasien gagal ginjal. Pada pasien
H2 lainnya, tidak begitu penting. Walaupun tidak lengkap cimetidine dapat penyakit hati masa paruh ranitidine juga memanjang meskipun tidak sebesar pada
menghambat sekresi cairan lambung akibat rangsangan obat muskarinik atau ginjal. Pada ginjal normal, volume distribusi 1,7 L/kg sedangkan klirens kreatinin 25-
gastrin. Cimetidine mengurangi volume dan kadar ion hydrogen cairan lambung. 35 ml/menit. Distribusinya tersebar merata di seluruh tubuh. Kadar puncak plasma
Penurunan sekresi asam lambung mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi dicapai dalam 1-3 jam setelah penggunaan ranitidine 150 mg secara oral, dan terikat
pepsin menurun. protein plasma hanya 15 %. Efek dari Ranitidine bertahan 9 jam. Ranitidine
mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah yang cukup besar
Dosis setelah pemberian oral dan dimetaboloisme menjadi ranitidin N - oksida, ranitidin S
Oral 400 mg 2 kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam) atau 800 mg - oksida, dan desmetil ranitidin. Ranitidine dan matabolitnya diekskresi terutama
sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum) paling lama selama 14 melalui ginjal, sisanya melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidine yang diberikan IV dan
minggu (6 minngu pada tukak lambung, 8 minggu tukak akibat AINS), bila perlu dosis 30 % yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin dalam bentuk asal.
dapat di tingkatkan sampai 4 400 mg sehari sampai maksiaml 2,4 g sehari dalam
dosis terbagi(missal stress ulcer). Farmakodinamika
Ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Reseptor H2
Sediaan akan merangsang sekresi cairan lambung sehingga pada pemberian Ranitidine
Cimetidine (Generik) Tablet 200 mg (K); Blokacid ( Prafa ) Cairan injeksi 100 mg/ml, sekresi cairan lambung dihambat. Pengaruh fisiologi ranitidine terhadap reseptor H2
Tablet 200 mg (K); Cimet (Phapros) Tablet 200 mg (K); Decamet (Harsen) Tablet 400 lainnya, tidak begitu penting. Walaupun tidak lengkap ranitidine dapat menghambat
mg (K); Priocid (Itrasal) Kapsul 200 mg, Sirup 200 mg/5ml (K); Ramet (Rama) Tablet sekresi cairan lambung akibat rangsangan obat muskarinik atau gastrin. Ranitidine
mengurangi volume dan kadar ion hydrogen cairan lambung. Penurunan sekresi ginjal berat masa paruh eliminasi dapat melebihi 20 jam. Diekskresikan terutama di
asam lambung mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin menurun. urin, 25-30% diekskresikan tidak berubah dalam waktu 24 jam setelah pemberian
oral, 65-80% setelah pemberian secara IV. Fraksi kecil dari dosis oral diekskresikan
Dosis dalam urin sebagai famotidine S - oxide. Sisa dosis oral tersingkir (diekskresi) di
Oral, untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150 mg 2 kali sehari atau 300 feces.
mg pada malam hari selama 4-8 minggu, sampai 6 minggu pada dispepsia episodik
kronis, dan sampai 8 minggu pada tukak akibat AINS (pada tukak duodenum 300 mg Farmakodinamika
dapat diberikan dua kali sehari selama 4 minggu untuk mencapai laju penyembuhan Famotidine merupakan AH2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung
yang lebih tinggi); ANAK: (tukak lambung) 2-4 mg/kg bb 2 kali sehari, maksimal 300 pada keadaan basal, malan dan akibat distimulasi oleh pentagastrin.
mg sehari. Tukak duodenum karena H. pylori, lihat regimen dosis eradikasi.
Dosis
Sediaan Pengobatan tukak lambung dan duodenum 40 mg sebelum tidur malam; selama 4-8
Ranitidin (Generik) Tablet Ss. 150 mg, 300 mg (K); Gastridin (Interbat) Cairan injeksi minggu; pemeliharaan (tukak duodenum) 20 mg sebelum tidur malam; Anak. Tidak
25mg/ml (K); Radin (Dexa Medica) Gran Eff 150 mg, Injeksi 50 mg/2 ml, Tablet Ss. dianjurkan.
150 mg; Rantin (Kalbe Farma) Cairan injeksi 50 mg/ml, Tablet Ss. 150 mg, 300 mg;
Renatac (Pratapa Nirmala) Cairan injeksi 25 mg/ml, Tablet Ss. (K); Ulceranin (Otto) Sediaan
Cairan injeksi 25 mg/ml, Kaptab Ss. 300 mg, Tablet Ss. 150 mg (K); Zantac Famotidin (Generik) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K); Corocyd (Coronet) Tablet Ss. 40 mg
(GlaxoSmithKline) Cairan injeksi 0.25 mg/ml, Sirup 75mg/5ml, Tablet Ss. 75 mg, 150 (K); Facid (Kalbe Farma) Tablet 20 mg, 40 mg (K); Famocid (Sanbe) Tablet Ss. 20 mg,
mg, 300 mg (K); Zantadin (Soho) Kaptab Ss. 300 mg, Tablet Ss. 75 mg (K). 40 mg (K); Famos (FarmaDankos) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K); Fluktan (Tunggal)
Tablet 20 mg, 40 mg (K); Gaster (Novartis Indonesia) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K);
- FAMOTIDINE - Gestofam (Otto) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K); Hacip (Dexa Medica) Tablet Ss. 20 mg,
Farmakokinetika 40 mg (K); Interfam (Interbat) Tablet 20 mg, 40 mg (K); Lexmodine (Molex Ayus)
Famotidine, memiliki struktur thiazole, serupa dengan Ranitidin pada aksi Tablet Ss. 20 mg (K); Mecofam (Mecosin) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K); Motippep
farmakologi. Memiliki aksi 20-60 kali lebih potensial dari Cimetidine dan 3-200 kali (Bintang Toedjoe) Kaptab Ss. 20 mg, 40 mg; Moydine (Graha Farma) Tablet Ss. 20
lebih potensial dari Ranitidin. Famotidin dimetabolisme dalam hati. Didistribusikan mg, 40 mg; Pepcid (Konimex) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K); Pratifar (Ifars) Kaptab Ss.
secara luas ke seluruh tubuh dan konsentrasi tertinggi terdapat di ginjal, hati, 20 mg, 40 mg (K); Purifam (Sunthi Sepuri) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K); Regastin
pankreas, dan gland submandibular. Didistribusikan ke ASI (susu) manusia. (Combiphar) Tablet 20 mg, 40 mg (K); Ulcerid (Lapi) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K);
Konsentrasi obat yang terikat protein plasma sebesar 15-20%. Famotidin mengalami Ulfam (Soho) Tablet Ss. 20 mg, 40 mg (K); Ulmo (Pyridam) Kaptab 20 mg, 40 mg (K).
metabolisme lintas pertama di hati setelah pemberian oral dan di metabolisme
menjadi metabolit tidak aktif Famotidin S-Oksida (S-Famotidine). Famotidin - NIZATIDINE -
mencapai kadar puncak di plasma kira-kira dalam 2 jam setelah penggunaan secara Farmakokinetika
oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam dan bioavaibilitasnya 40-50%. Setelah dosis oral Nizatidin, memiliki struktur kombinasi cincin thiazole Famotidin dan rantai samping
tunggal, sekitar 25% dari dosis ditemukan dalam bentuk asal urin. Pada pasien gagal Ranitidin. Serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi dan potensinya.
Bioavaibilitas oral nizatidin lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh makanan atau penghambatan produksi asam dapat terlihat dalam waktu 30 menit, mencapai
antikolinergik. Klirens menurun pada pasien uremik dan usia lanjut. Kadar puncak puncak setelah 60 sampai 90 menit, dan bertahan hingga 3 jam. Makanan dan
dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 1 jam, masa paruh plasma antasid menurunkan laju absorbsi misoprostol, menyebabkan terjadinya penundaan
sekitar 11/2 jam dan lama kerja sampai dengan 10 jam. Nizatidin disekresi terutama dan penurunan puncak konsentrasi asam misoprostol dalam plasma. Waktu paruh
melalui ginjal, 90% dari dosis yang digunakan ditemukan di urin selama 16 jam. eliminasi asam bebas tersebut sekitar 20-40 menit, yang sebagian besar disekresikan
melalui urin.
Farmakodinamika
Potensi nizatidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang lebih sama Farmakodinamika
dengan ranitidin. Misoprostol memiliki dua antisekresi (menghambat sekresi asam lambung) dan
sifat pelindung mukosa. NSAID menghambat sintesis prostaglandin, dan
Dosis berkurangnya prostaglandin dalam mukosa lambung dapat menyebabkan
Oral, tukak lambung dan tukak duodenum atau tukak karena AINS, pengobatan 300 berkurangnya bikarbonat dan sekresi lendir dan dapat berkontribusi pada kerusakan
mg sebelum tidur malam atau 150 mg 2 kali sehari selama 4-8 minggu: mukosa yang disebabkan oleh agen ini. Misoprostol dapat meningkatkan produksi
pemeliharaan 150 mg sebelum tidur malam. Contoh: Axid (Eli Lilly-USA) cairan bikarbonat dan lendir, tetapi dalam manusia ini telah ditunjukkan pada dosis 200
injeksi 25 mg/ml; kapsul 150 mg, 300 mg (K). mcg dan diatas yang juga antisecrotory. Oleh karena itu tidak mungkin untuk
mengatakan apakah kemampuan misoprostol untuk mengurangi resiko tukak
Sediaan lambung adalah hasil dari efek antisekresi, efek perlindungan mukosa, atau
Axid (Eli Lilly-USA) cairan injeksi 25 mg/ml; kapsul 150 mg, 300 mg (K). keduanya.
Misoprostol menghasilkan penurunan moderat dalam konsentrasi pepsin
2. Analog Prostaglandin selama kondisi basal, tetapi tidak selama rangsangan histamin. Tidak memiliki efek
Mekanisme Kerja Obat yang signifikan pada puasa atau gastrin postprandial atau pada output faktor
Menghambat secara langsung sel-sel parietal dan juga melindungi mukosa dengan intrinsik. Efek pada sekresi asam lambung.
jalan stimulasi produksi mukus dan bikarbonat. Misoprostol selama rentang 50 sampai 200 mcg menghambat basal dan sekresi
asam lambung nokturnal, dan sekresi asam sebagai respon terhadap berbagai
Contoh Obat rangsangan termasuk makanan, histamin, pentagastrin, dan kopi.
Misoprostol.
Dosis
- MISOPROSTOL - Dosis maksimal yang diberikan yaitu; 800 mcg sehari (dalam 2-4 dosis terbagi)
Farmakokinetika dengan sarapan pagi dan sebelum tidur malam; pengobatan harus dilanjutkan
Misoprostol diabsorbsi dengan cepat dan mengalami metabolisme lintas pertama selama tidak kurang dari 4 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan hingga 8 minggu.
yang ekstensif dan cepat (de-esterifikasi) membentuk asam misoprostol (asam Untuk profilaksis pada tukak lambung akibat obat-obatan AINS 200 mcg 2-4 kali
bebasnya), yang merupakan obat metabolit utama dan bersifat aktif. Beberapa sehari bersama AINSnya. Pada anak-anak obat ini tidak dianjurkan.
pengubahan ini dapat terjadi di sel-sel parietal. Setelah dosis tunggal diberikan,
Sediaan sangat sedikit terabsorpsi di saluran pencernaan sehingga menghasilkan efek
Cytotec (Searle, England) tablet 200 mcg; Cytotec (Pfizer); Gastrul (Fahrenheit); samping sistemik yang minimal. Plasma t nya 6 jam.
Noprostol (Novell); Cytostol (Combiphar). Efek samping, konstipasi, diare, mual, gangguan pencernaan, ganguan
lambung, mulut kering, ruam, reaksi hipersensitifitas, nyeri punggung, pusing sakit
3. Khelator & Senyawa Kompleks kepala, vertigo, dan menganuk, pembentukan bezoar
Contoh Obat
Sukralfat dan Trikalium Disitratobismutat (Khelat Bismut). Dosis
Tukak lambung dan duodenum serta gastritis kronis, 2 g 2 kali sehai (pagi & sebelum
- SUKRALFAT- tidur malam) atau 1 g 4 kali sehari 1 jam sebelum makan & sebelum tidur malam,
Indikasi, tukak lambung dan tukak duodenum. Peringatan, gangguan ginjal (hindari dberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang resisten, bisa hingga 12 minggu.
bila berat), kehamilan dan menyusi; pemberian sukralfat dan nutrisi enteral harus
berjarak 1 jam. Interaksi, sukralfat. Pembentukan Bezoar. Adanya laporan mengenai Sediaan
pembentukan bezoar pada penggunaan sukralfat. Oleh sebab itu penggunaan Ulsidex (Dexa Medica) kapstab 1g,tablet 1g. Inpepsa (Pratapa Nirmala) Suspensi
sukralfat harus berhati-hati pada pasien dengan penyakit yang serius, terutama jika 500mg/ml, Neciblok (Dankos Laboratories) kaptabs 1000mg, Suspensi 500mg/ml,
secara bersamaan juga mendapat nutrisi enternal atau pasien mengalami gangguan Tablet 500mg
pengosongan lambung. Waktu paruh atau plasma t nya 6 jam.
- TRIKALIUM DISITRATOBISMUTAT (KHELAT BISMUT) -
Farmakodinamika Indikasi, tukak lambung dan tukak duodenum ringan, lihat juga infeksi Helicobacter
Sukralfat adalah suatu kompleks yang dibentuk dari sukrosa oktasulfat dan pylori. Peringatan, lihat keterangan diatas. Interaksi, trikalium disitratobismutat.
polialumunium hidroksida. Aktifitas sukralfat sebagai anti ulkus merupakan hasil dari Kontraindikasi, gangguan ginjal parah, kehamilan. Efek samping, dapat membuat
pembentukan komplek sukralfat dengan protein yang membentuk lapisan pelindung lidah berwarna gelap dan feses kehitaman, mual dan muntah.
menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam
empedu. Percobaan laboratorium dan klinis menunukkan bahwa sukralfat Farmakodinamika
menyembuhkan tukak dengan tiga cara : Bekerja melalui efek toksik langsung pada H. pylori atau dengan merangsang sekresi
- Membentuk kompleks kimiawi yang terikat pada pusat ulkus sehingga prostaglandin.
merupakan lapisan pelindung.
- Menghambat aksi asam, pepsin, dan garam empedu. Farmakokinetika
- Menghambat difusi asam lambung menembus lapisan film sukralfat-albumin. Trikalium Disitratobismutat telah diuji secara luas di Eropa dan memperlihatkan
proses penyembuhan ulkus lambung dan ulkus duodenum lebih baik dari placebo.
Farmakokinetika Trikalium Disitratobismutat memiliki masa tinggal lebih panjang dibanding dengan
Penelitian menunjukkan bahwa sukralfat dapat berada dalam jangka waktu Antagonis reseptor H2, tetapi masih terjadi kambuh dan sekarang telah
lama dalam saluran cerna sehingga menghasilkan efek obat panjang. Sukralfat dikembangkan aturan pakai regimen yang melibatkan antibiotika. Meskipun
kandungan bismuthnya rendah, tetapi telah dilaporkan terjadinya absorbsi.
Dosis Farmakokinetika
2 tablet 2 kali sehari atau 1 tablet 4 kali sehari; diminum selama 28 hari selanjutnya Omeprasol dimetabolisme secara sempurna terutama dihati, sekitar 80% metabolit
28 hari lagi jika diperlukan. Konseling, ditelan dengan setengah gelas air, dua kali diekskresikan melalui urin dan sisanya melalui feses. Dalam bentuk garam natrium
sehari diminum 30 menit sebelum makan pagi dan 30 menit sebelum makan malam, omeprazole diabsorpsi dengan cepat. Sembilan puluh lima persen natrium
empat kali sehari harus diminum sebagai berikut: dosis pertama diminum 30 menit omeprazole terikat pada protein plasma. Resorpsinya lengkap, dalam waktu 2-5 jam,
sebelum sarapan, dosis berikutnya pada makan siang dan makan malam, dan dosis waktu paruhnya hanya 1 jam tetapi kerjanya bertahan 24 jam.
terakhir diberikan 2 jam setelah makan malam. Jangan diberikan bersamaan dengan
susu, jangan minum antasid setengah jam sebelum dan sesudah minum obat ini, Efek Samping
dapat membuat lidah berwarna gelap dan feses kehitaman. Erupsibula, eritema multiforme, angiodema, demam, bronkospasme, fotosensititas,
nefritis interstisial, alopesia, samnoles, insomnia, berkeringat, ginekomastia, jarang
Sediaan terjadi impotensi, gangguan indra perasa, stomatitis, kandidiasis saluran cerna,
De-Nol (Combiphar/Yamanouchi) Tablet 120 mg (T). Mutric (Sanbe Farma) Tablet ensefalopati pada penyakit hati yang parah, konfusi mental yang terbalikan, agitasi,
salut selaput 120 mg (T). dan halusinasi pada sakit yang parah.

4. Penghambat Pompa Proton Dosis


Contoh Obat Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi terapi AINS),
Omeprazole, Lanzoprazole, Pantoprazole. 20 mg sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum atau 8 minggu pada tukak
lambung; pada kasus yang berat atau kambuh tingkatkan menjadi 40 mg sehari;
- OMEPRAZOLE - pemeliharaan untuk tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan
Indikasi, tukak lambung dan tukak duodenum, tukak duodenum karena H. pylori, kambuh tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg sehari bila
sindrom Zollinger-Ellison, pengurangan asam lambung selama anestesi umum, gejala muncul kembali.
refluks gastroesofagus, dispepsia karena asam lambung. Tukak duodenum karena H. Pylori menggunakan regimen erediksi (regimen
amoksisilin dengan omeprazol juga diizinkan untuk tukak lambung). Refluks
Farmakodinamika gastroesofagus, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu berikutnya jika
Omeprazole merupakan antisekresi, turunan benzimidazole yang tersubstitusi. tidak sepenuhnya sembuh. Penyakit refluks (penatalaksanaan jangka panjang), 10
Omeprazole menghambat sekresi asam lambung pada tahap akhir dengan mg sehari meningkat sampai 20 mg sehari jika gejala muncul kembali.
memblokir system enzim H+, K+-ATPase (Proton Pump) dalam sel parietal lambung.
Omeprazole yang berikatan dengan proton (H+) secara cepat akan diubah menjadi Sediaan
sulfenamid, suatu penghambat pompa proton yang aktif. Sulfenamid bereaksi Omeprazol (Generik) Kapsul 20 mg (K), Pumpitor (Sanbe) kapsul 20mg, OMZ (Dexa
secara cepat dengan gugus merkapto (SH) dari H+, K+-ATPase, kemudian terbentuk Medica) kapsul 20mg.
ikatan disulfide diantara inhibitor aktif dan enzim, dengan demikian dapat
menginaktifkan enzim secara efektif. Sehingga menghambat pembentukan asam
lambung baik dalam keadaan basal ataupun pada saat adanya rangsangan.
- LANZOPRAZOLE - mg atau lebih dibagi menjadi 2 dosis. Refluks gastroesofagal, 30 mg sehari pada pagi
Indikasi, tukak duodenum dan tukak lambung ringan, refluks esofagitis. Interaksi, hari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu berikutnya bila tidak sepenuhnya sembuh;
penghambat pompa proton. Efek samping, dilaporkan alopesia, paraestesia, pemeliharaan 15-30 sehari.
bruising, purpora, petechloe, lelah, vertigo, halusinasi, bingung dan jarang terjadi
ginekomastia, impotensi. Sediaan
Lanzoprazole (Generik) Kapsul 30 mg (K), Betalanz (Mahakam Beta) kapsul 30mg,
Farmakodinamika Laz (Dexa Medica) kapsul 30mg.
Obat-obat golongan proton pump inhibitor mengurangi sekresi asam lambung
dengan jalan menghambat enzim H+, K+, ATPase (enzim ini dikenal sebagai pompa - PANTOPRAZOLE -
proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim pompa proton bekerja Indikasi, tukak lambung dan duodenal. Mekanisme kerja : bekerja menekan sekresi
memecah KH ATP yang kemudian akan menghasilkan energi yang digunakan untuk asam lambung dengan menghambat secara spesifik (H+, K+)-ATPase (pompa proton)
mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung. Ikatan dari sel-sel parietal mukosa lambung. Efek peng-ham-batan terjadi pada saat awal
antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril dari enzim ini yang menyebabkan maupun pada saat rangsangan sekresi asam lambung. Ikatan pantoprazole terhadap
terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim. Kemudian dilanjutkan dengan (H+/K+)-ATPase menghasilkan efek antisekresi yang lama, yang tetap berlangsung
terhentinya produksi asam lambung. lebih dari 24 jam.

Farmakokinetika Farmakodinamika
Obat-obat golongan ini mempunyai masalah bioavailabilitas karena mengalami PPI merupakan turunan benzimidazole (tepatnya alfa-piridilmetilsulfinil
aktivitasi di dalam lambung lalu terikat pada berbagai gugus sulfhidril mukus dan benzimidazol), dengan substituen yang berbeda-beda pada gugus piridin atau pada
makanan. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan dalam bentuk tablet salut gugus benzimidazol, dengan sifat-sifat farmakologinya yang sama. PPI merupakan
enterik.Obat-obat golongan ini mengalami metabolisme lengkap. Tidak ditemukan suatu prodrug, yang memerlukan aktivasi di lingkungan asam. Senyawa-senyawa ini
dalam bentuk asal di urin, 20% dari obat radioaktif yang ditelan ditemukan dalam memasuki sel parietal melalui darah, dan karena sifat basa lemahnya akan
tinja. PP > 95%, t 1,4 jam. berakumulasi dalam kanalikuli sel parietal pensekresi asam. Pada sel parietal terjadi
aktivasi senyawa ini melalui proses yang dikatalisasi proton (H+) menghasilkan
Dosis pembentukan sulfenamida tiofilat atau asam sulfenat. Bentuk yang teraktivasi ini
Tukak lambung, 30 mg sehari pada pagi hari selama 8 minggu. Tukak kemudian bereaksi melalui pembentukan ikatan kovalen dengan gugus sulfahidril
duodenum, 30 mg sehari pada pagi hari selama 4 minggu; pemeliharaan 15 mg dari sistein di bagian ekstasel H+/K+ATPase. Agar dapat menghambat produksi
sehari. Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS, 15-30 mg sekali sehari asam, penting untuk berikatan dengan sistein 813, yang bersifat irreversibel untuk
selama 4 minggu, dilanjutkan lagi selama 4 minggu jika tidak sepenuhnya sembuh; molekul pompa tersebut.
profilaksis, 15-30 mg sekali sehari.
Tukak duodenum atau gastrisis karena H.pylori menggunakan regimen Farmakokinetika
eradikasi. Sindroma Zollinger-Ellison (dan kondisi hipersekresi lainnya), dosis awal 60 Pantoprazole memiliki profil farmakokinetik yang linier dan tidak bervariasi
mg sekalisehari, selanjutnya disesuaikan dengan respons; dosis harian sebesar 120 setelah pemberian tunggal maupun berulang. Kinetik plasma dari pantoprazole
bersifat linier baik pada pemberian oral dan intravena. PPI tidak stabil pada pH Indikasi
rendah. Bentuk sediaan oral (pelepasan tertunda) tersedia dalam bentuk granul Infeksi saluran pernafasan bagian atas & bawah, H. pylori, dan infeksi kulit dan
salut enterik ter-enkapsulasi dalam cangkang gelatin (omeprazol dan lansoprazol) struktur kulit tanpa komplikasi.
atau sebagai tablet salut enterik (pantoprazol dan rabeprazol). Granul-granul ini
hanya dapat melarut pada pH basa, sehingga mencegah penguraian obat oleh asam Kontra Indikasi
di esofagus dan lambung. PPI diabsorbsi dengan cepat, banyak terikat pada protein, Hipersensitivitas.
dan dimetabolisme secara ekstensif di hati oleh sistem sitokrom P450 (CYP2C19 dan
CYP3A4). Waktu paruhnya kira-kira 1 jam. Perhatian
Gangguan hati., wanita hamil dan menyusui.
Dosis
Tukak lambung, 40mg sehari pada pagi hari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu Interaksi Obat
berikutnya bila tidak sembuh sepenuhnya. Pada gangguan hati, pengobatan Teofilin, Karbamazepin.
diberikan selang sehari.
Efek Samping
Sediaan Diare, mual, nyeri, rasa tidak enak pada perut, pengecapan abnormal, dispepsia,
Pantozol (Pharos) tablet 40mg, iv injeksi 40mg/ml, Pepzol (Mahakam Beta Farma) sakit kepala.
tablet 40mg, Pantoprazole SOHO (Soho) vial 40mg.
Dosis
ANTIBIOTIK : 7,5 mg/kg berat badan tiap 12 jam selama 5 hari.
Antibiotik digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter pylori.
Antibiotic yang paling banyak digunkan adalah pengobatan terdiri dari dua macam Sediaan
antibiotik, yaitu Klaritromisin dan Amoksisilin. Abbotic (Abbott Indonesia) Tablet lepas lambat, Kaptabs 250 mg, 500 mg; Sirup
Kering 125 mg/5mL; Serbuk Injeksi 500 mg/mL (K).
- KLARITROMISIN -
Mekanisme Kerja Obat - AMOKSISILIN -
Merupakan semi-sintetik makrolida antibiotik kimia yang terkait dengan eritromisin. Mekanisme Kerja
Hal ini efektif terhadap berbagai organisme bakteri, seperti Helicobacter pylori, Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas dalam kelompok penisilin. Zat aktif
Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan dalam amoksisilin (beta-laktam), mencegah sintesis dinding sel bakteri dengan
Mycobacterium avium, dan banyak lainnya. Mekanisme kerja yang terpenting menghambat enzim DD-transpeptidase bakteri. Akibatnya, bakteri tidak dapat
adalah perintangan sintesis protein, sehingga kuman musnah atau tidak berkembang biak.
berkembang lagi.
Indikasi Sediaan
Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram Amoksisillin (Generik) Kapsul 250 mg; Kaptab 500 mg; Serbuk Injeksi 1 g/vial; Sirup
negatif khususnya Helicobacter pylori. kering 125 mg/5mL (K). Abdimox (Tunggal Idaman) Kapsul 500 mg; Serbuk Injeksi 1
g/vial (K). Alphamox (Pharmac Apex) Kapsul 250 mg, 500 mg; Sirup Kering 125
Dosis mg/5mL, 250 mg/5mL (K).Amobiotic (Bernofarm) Drops 100 mg/mL; Kapsul 250 mg,
Eradikasi Helicobacter pylori 1000 mg dua kali sehari, dikombinasikan dengan satu 500 mg; Serbuk Injeksi 250 mg/vial, 500 mg/vial, 1 g/vial; Sirup Kering 125 mg/5mL,
antibiotik lain dan dengan proton pump inhibitor atau H2 bloker. 250 mg/5mL (K).
Kontra Indikasi
Amoksisilin tidak boleh digunakan pada pasien yang hipersensitif/alergi terhadap
penisilin. Pasien yang memiliki asma, eksim, gatal-gatal, atau demam mungkin
berisiko lebih besar untuk reaksi hipersensitivitas terhadap amoksisilin dan penisilin
pada umumnya. Amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati bila pasien memiliki:
- Gangguan ginjal, karena obat tersebut dibuang melalui mekanisme ginjal.
- Penyakit saluran cerna, terutama kolitis, karena efeknya terhadap keseimbangan
flora usus.
- Leukemia limfatik, karena dapat mengembangkan ruam obat.
- Infeksi virus aktif seperti CMV dan infeksi pernafasan viral.

Efek Samping
Amoksisilin memiliki beberapa efek samping. Kebanyakan efek samping cukup
ringan, namun meningkat menurut dosis dan lama penggunaan. Kebanyakan reaksi
yang merugikan disebabkan oleh fakta bahwa amoksisilin tidak hanya membunuh
bakteri patogen tetapi juga bakteri baik yang merupakan flora alami usus. Efek
samping potensialnya meliputi mual dan muntah, sakit perut, diare, gangguan
pencernaan (dispepsia), dubur gatal dan reaksi alergi Karena berpotensi
menyebabkan efek samping, hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin
berbahaya setelah mengambil amoksisilin, kecuali Anda merasa baik.

Interaksi Obat
Amoksisilin dapat berinteraksi dengan obat lain, seperti aspirin, indometasin,
sulfinpyrazone, allopurinol, probenesid, antibiotik aminoglikosida, fenilbutazon,
oxyphenbutazone dan pil KB (ada kemungkinan mengurangi efektivitas pil ini).
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM Republik Indonesia. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta:
BPOM RI.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Putri, Diyah P. W. 2010. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik pada Pasien Tukak
Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahin 2008. Skripsi.
Surakarta: UMS.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi III. Jakarta:
EGC.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting. Edisi Keenam Cetakan
Ketiga.

Anda mungkin juga menyukai