BIOFARMASETIKA &
FARMAKOKINETIKA
PENYUSUN : RAHMADEVI
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-NYA, karena penulis telah
menyelesaikan panduan praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika ini. Panduan ini bertujuan
untuk mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan praktikum. Panduan praktikum ini terdiri dari
tujuan pelaksanaan praktikum, teori yang menunjang kelancaran praktikum dan alat serta bahan yang
dibutuhkan selama pelaksanaan praktikum.
Praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika merupakan mata kuliah yang termasuk cabang
ilmu farmasi dalam Kelompok Keilmuan Teknologi Farmasi dan Farmasetika. Mata kuliah ini
merupakan mata kuliah yang terkonsentrasi pada analisis terhadap formula sediaan obat dalam tubuh
manusia. Sehingga praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami bagaimana
analisis sediaan farmasi dan bahan aktif obat serta metode pengujiannya dalam tubuh manusia.
Panduan praktikum ini jauh dari sempurna, sehingga dibutuhkan masukan yang membangun
untuk memperbaiki kekurangan dari panduan ini. Akhirnya panduan ini dibuat agar dapat dipergunakan
sebaiknya yang merupakan bagian kecil dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penulis
PERCOBAAN I .................................................................................................................................... 3
PERCOBAAN II .................................................................................................................................. 5
PERCOBAAN VI ............................................................................................................................... 20
PERCOBAAN VII.............................................................................................................................. 30
PERCOBAAN IX ............................................................................................................................... 50
PERCOBAAN X ................................................................................................................................ 52
PERCOBAAN XI ............................................................................................................................... 55
1. Tujuan Percobaan
Mempelajari alat – alat yang paling sering digunakan pada praktikum Biofarmasetika
dan farmakokinetika
HASIL PERCOBAAN
Kegunaan Alat :
Kegunaan Alat :
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari bagaimana penentuan kurva kalibrasi dan persamaan regresi linier yang
digunakan untuk penentuan persen terdisolusi dari bahan aktif obat
II. Teori
Persamaan regresi linier sederhana merupakan suatu model persamaan yang
menggambarkan hubungan satu variabel bebas/ predictor (X) dengan satu variabel tak
bebas/ response (Y), yang biasanya digambarkan dengan garis lurus, seperti disajikan pada
Gambar di bawah ini :
No X X2 Y Y2 XY
Konstanta a :
Konstanta b :
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari bagaimana analisis disolusi suatu bahan baku obat dalam mediumnya
II. Teori
Telah banyak publikasi yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara
kecepatan disolusi berbagai bahan obat dari sediaannya dan absorpsinya. Hal yang menjadi
perhatian adalah obat-obat yang kecepatan disolusinya sangat lambat akibat kelarutannya
yang sangat kecil. Obat-obat yang memiliki kecepatan disolusi kurang dari 0,1 mgmenit -
1
cm-2 biasanya menimbulkan masalah serius pada absorpsinya, dan sebaliknya terjadi pada
obat-obat yang memiliki kecepatan disolusi lebih besar dari 1,0 mgmenit -1 cm-2. Pada
umumnya kecepatan disolusi menjadi langkah penentu (rate limiting step), terhadap
kecepatan absorpsinya (Kaplan, 1973).
Studi kecepatan disolusi intrinsik sudah diawali sejak tahun 1987 oleh Noyes dan
Whitney dengan menggunakan asam benzoat dan timbal klorida, yang kemudian diperoleh
persamaan Noyes-Whitney sbb:
𝑑𝐶
= 𝐾 . 𝑆. (𝐶𝑠 − 𝐶) …………………..(1)
𝑑𝑡
𝑑𝐶
dimana = kecepatan disolusi bahan obat
𝑑𝑡
K = tetapan kecepatan disolusi
S = luas permukaan bahan obat yang berdisolusi
Cs = kelarutan bahan obat yang berdisolusi
C = kadar bahan obat yang terlarut dalam cairan medium
Persamaan (1) menunjukkan bahwa kecepatan disolusi berbanding lurus dengan luas
permukaan bahan obat dan kelarutannya. Persamaan ini sebenarnya merupakan turunan dari
hukum Fick pertama, yang secara matematis dinyatakan dengan :
𝜕𝐶
𝐽 = −𝐷 𝜕𝑥 ……………….(2)
dimana J = fluks bahan obat, yaitu jumlah bahan obat yang lewat per satuan waktu
melalui suatu satuan luas dengan arah tegak lurus (mg.cm-2. det-1)
D = koefisien distribusi
𝜕𝐶
= gradient kadar
𝜕𝑥
Pada jarak (x) = h cm dan permukaan bahan obat yang terdisolusi, akan berlaku persamaan :
Gambar 1.1. Bagian alat untuk percobaan kecepatan pelarutan, 1-Tabung percobaan yang
dilengkapi jaket pengatur temperature. (2) Aliran air dari thermostat. (3)
Termometer. (4) Penyangga. (5) Tutup Peyangga. (6) Tablet. (7) Lilin. (8) Cairan
pelarut. (9) Motor Pemutar. (10) Pipet volume.
4. Evaluasi data
a. Dihitung persen terdisolusi dari absorban yang diperoleh menggunakan persamaan
regresi untuk mendapatkan kadar terdisolusinya dan setelah dihitung faktor koreksinya
b. Dibuat grafik hubungan perentase obat yang terdisolusi sebagai fungsi waktu
Waktu A (absorban)
Kadar Faktor Persen
(menit) Terdiolusi koreksi terdisolusi
Sampel I Sampel II
10
20
30
45
60
Kesimpulan :
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan :
1. Agar mahasiswa menterjemahkan profil disolusi obat dalam berbagai kondisi pH
2. Untuk melihat pengaruh formulasi sediaan obat terhadap laju disolusi
3. Mempelajari perbedaan profil disolusi berbagai obat generik yang sudah beredar dan
membandingkan kemiripan (bioekivalensi/ BE) antar obat generik tersebut.
II. Teori
Untuk mencapai absorpsi sistemik suatu obat berbentuk padat/tablet akan mengikuti
beberapa proses seperti desintegrasi, disolusi dan absorpsi melalui membran sel. Pada proses
tersebut, laju obat mencapai sirkulasi sistemik ditentukan oleh tahapan yang paling lambat
“rate limiting step”. Obat yang memiliki kelarutan jelek dalam air, maka disolusi merupakan
tahapan penentu (rate limiting step) dalam proses tersebut.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi disolusi obat, diantaranya sifat fisikokimia
bahan obat, faktor formulasi, anatomi fisiologi saluran pencernaan dan lain-lain. Salah satu
faktor yang akan diamati adalah pengaruh formulasi sediaan obat terhadap laju disolusi.
Obat dengan kandungan bahan aktif yang sama beredar di pasaran dengan nama yang
berbeda. Obat tersebut dinamakan obat generik bermerk (Branded generic) yang biasanya telah
habis masa patennya. Perbedaan penggunaan bahan aktif (active pharmaceutical ingredient),
bahan pembantu (excipient), metode pengolahan / teknologi yang digunakan dari setiap pabrik
produsen obat memberikan efikasi atau khasiat yang dirasakan berbeda oleh konsumen.
Perbedaan tersebut telah banyak dipelajari sebagai bagian dari ketersediaan hayati obat
(drug bioavaibility), sehingga kini berkembang untuk menjaga kualitas obat perlu adanya
kesamaan profil ketersediaan hayati (Bioavaibility profile/ BA profile) antar obat generik yang
disebut bioekivalen /BE (bioequivalence or biowaiver). Obat dengan kemiripan profil
bioavaibilitas diharapkan akan memberikan khasiat dan efikasi yang sama terhadap konsumen.
Untuk beberapa obat dengan tingkat kelarutan dan permeabilitas yang baik dalam penentuan
BE-nya dapat dilakukan hanya melalui studi in vitro. Obat tersebut biasanya memiliki korelasi
in vitro – in vivo (in vitro – in vivo correlation/ IVIVC ) yang baik.
1
𝑓2 = 50. log{[1 + ( ) ∑ 𝑛 (𝑅𝑡 − 𝑇1 )2 ]−0,5 . 100}
𝑛 𝑡=1
Sedangkan perbedaan antar profil obat dilakukan dengan faktor perbedaan (difference factor)
berikut :
Dimana :
f1 : faktor perbedaan R(t) : mean persentase obat yang terlarut
f2 : faktor similaritas (obat referensi)
n : jumlah titik waktu yang diambil T(t) : mean persentase obat yang terlarut
(obat uji)
Kondisi pengujian dilakukan untuk masing-masing obat baik inovator maupun uji
sebanyak 12 buah tablet. Profil dapat dinyatakan BE bila faktor perbedaan mendekati nilai 0
dan faktor similaritas mendekati 100. Pada umumnya dapat pula dinyatakan BE bila faktor
perbedaan memiliki nilai rentang 0 – 15 dan faktor similaritas memiliki rentang 50 – 100.
Prosedur tersebut dapat dilakukan bila kondisi hasil pengujian disolusi kedua produk
memberikan jumlah terlarut tidak > 85% dalam waktu 15 menit, karena dengan profil tadi tidak
diperlukan uji BE lagi.
Jumlah Obat
Menit Kadar terdisolusi Faktor %
Absorban terdisolusi
ke ((µg/ml) Koreksi terdisolusi
(mg)
5
10
15
20
30
45
60
Jumlah Obat
Menit Kadar terdisolusi Faktor %
Absorban terdisolusi
ke ((µg/ml) Koreksi terdisolusi
(mg)
5
10
Tabel Statistika
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat meniru dan melakukan prosedur analisis obat dalam matriks biologi
II. Teori
Analisis obat dalam matrik biologi diperlukan dalam studi farmakologi,
farmakokinetika dan pengembangan penggunaan obat. Pada tahap farmakokinetika penelitian
meliputi : aspek absorpsi, distribusi, biotransformasi dan eliminasi. Analisis obat dalam cairan
biologi ditujukan untuk memonitor penampilan sediaan obat yang ada dalam perdagangan yang
meliputi studi ketersediaan hayati, konfirmasi respon biologik, mengkorelasikan level plasma
obat dengan respon farmakologik, membuktikan adanya racun atau keracunan serta monitoring
obat pada kasus overdosis.
Agar analisis dapat dipercayai, maka penetpan kadar harus memenuhi kriteria antara
lain nilai perolehan kembali yang tinggi (75 – 90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematis
yang kecil dari 10 %, disampin itu perlu juga diperhatikan kepekaan dan selektivitas yang
nilainya tergantung pada alat yang digunakan.
Untuk mendapatkan hasil analisis yang optimal, percobaan berikut perlu dilakukan :
1. Khusus untuk reaksi warna perlu penetapan jangka waktu larutan obat yang
memberikan respon tetap
2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan respon maksimum
3. Pembuatan kurva baku
4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistemik
Dalam percobaan ini akan dilakukan penetapan kadar teofilin dan parasetamol dalam
plasma secara in vitro.
b. Analisis Parasetamol
Alat :
- Sama seperti analisis teofilin
- Pipet ukur volume 0,5 ml
Bahan :
- Parasetamol - Natrium nitrit 1% r.p
- darah kelinci/manusia - Asam sulfamat 15%,
- propilenglikol 40% atau - NaOH 0,1 N dan 10%
tilosa 1 % - Asam trikloroasetat/TCA
- HCl 6N, 10%
c. Analisis sulfametoksazol
Alat :
- Sama seperti analisis parasetamol
1. Teofilin
Penetapan panjang gelombang maksimum
1. Buat larutan teofilin dalam NaOH 0,1 N dengan konsentrasi 3,5 µg/ ml
2. Ukur absorban larutan pada panjang gelombang 235 sampai 335 nm menggunakan
spektrofotometer uv-vis
3. Buat spektrum serapan terhadap konsentrasi
Pembuatan kurva baku teofilin
1. Buat larutan teofilin dalam NaOH 0,1 N masing – masing dengan konsentrasi 2,5;
3,0; 3,5; 4,0 dan 4,5 µg /ml dalam 10 ml
2. Masing – masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum
menggunakan spektrofotometer uv-vis
3. Buat Persamaan regresi
2. Parasetamol
3. Sulfametoksazol
1. Teofilin
Kadar terukur
Perolehan kembali = kadar diketahui x 100%
Kesalahan acak merupakan tolok ukur inpresisi suatu analisis dan dapat bersifat negatif
dan positif. Kesalahan acak identik dengan variabilitas pengukuran dan dicerminkan oleh
tetapan variasi
No Konsentrasi Absorban
(µg/ml)
1
1. Data Penetapan Kadar (metoda Schack dan Waxler yang dimodifikasi oleh Jenne,
Zudema dan kawan – kawan)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Rata- - - - -
rata
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa mampu dan dapat melakukan perhitungan parameter farmakokinetika
obat setelah pemberian dosis tunggal peroral
Kinetika distribusi
Parameter Rute Perhitungan
Intra vena D / Cp0
Vd Oral D. Fa/ Cp0
Kinetika eliminasi
Kinetika Eliminasi
2. Hasil Pengukuran
Kesimpulan :
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan menganalisa eksresi obat melalui feces, urine, saliva
dan lain – lain setelah pemberian oral
2. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dan memberikan informasi
obat yang berkaitan dengan eksresi obat kepada pasien
Pembahasan
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui dan mengamati proses difusi zat aktif dari sediaan secara semikuantitatif
2. Alat :
- Cawan petri
- Pipet tetes
3. Prosedur kerja
a. Siapkan 6 cawan petri yang telah berisi media agar yang telah didinginkan
b. Tambahkan 2 ml larutan FeCl3 ke dalam masing – masing cawan petri sampai
menutupi semua permukaan agar. Diamkan selama 2 menit, kemudian sisa
larutan FeCl3 dituang lagi, keringkan agar dengan menggunakan kertas saring
c. Buat 4 lobang pada masing – masing cawan petri
d. Letakkan sampel/sediaan uji dengan jumlah yang sama, 2 (dua) lobang untuk
salep asam salisilat dan 2 (dua) lobang lagi untuk salep Na salisilat pada 1 cawan
petri
Hasil Percobaan :
2
Rata-
rata
Pembahasan
Kesimpulan :
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami distribusi dan ekskresi obat yang
diberikan/digunakan secara topical (tetes mata)
2. Alat :
- Pipet tetes, plat tetes - Pot plastik
- Beker glass 10 ml - Waterbath/Penangas Air
3. Pelaksanaan percobaan
a. Tiap kelompok memilih 2 orang sukwan yang ditetapkan sehari sebelum
percobaan
b. Pada hari praktikum sukwan diberi 2 tetes, obat tetes mata kloramfenikol
c. Sebelum ditetesi obat mata, kandung kencing dikosongkan dan urin diambil
untuk kontrol, saliva diambil untuk menit ke-0 (sebagai kontrol)
d. Sampel saliva dikumpulkan setiap 2 menit selama 20 menit. Sampel urin
dikumpulkan pada menit ke – 5, 30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian obat.
e. Lakukan analisa urin dan saliva sebagai berikut (FI edisi IV) :
Hasil Percobaan :
Tabel Pengamatan
Saliva Urine
Menit ke- Warna Menit ke- Warna
0 0
2 5
4 30
6 60
8 90
10 120
12
14
16
18
20
Pembahasan
Kesimpulan :
(…………………………………) (………………………………………..)
I. Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa memahami eksresi obat melalui urine dan saliva
Hasil Percobaan :
Tabel Pengamatan
Urine Saliva
Menit ke- Pengamatan Menit ke- Pengamatan
30 15
60 30
90 45
120 60
150 75
180 90
Pembahasan
Kesimpulan :
(…………………………………) (………………………………………..)