Anda di halaman 1dari 8

Penyakit Sifilis

Pengertian

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi primer kemudian
diikuti dengan erupsi sekunder pada area kulit, selaput lendir dan juga organ tubuh. Penyakit
sifilis disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral, Treponema pallidum subspesies pallidum. TT.
Pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta.

Penyebab

Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk dan menginfeksi
manusia melalui luka di vagina, penis, anus, bibir, atau mulut. Penularan sifilis paling sering
terjadi saat aktivitas seksual, baik saat penetrasi penis ke dalam vagina, maupun saat dilakukan
seks oral atau seks anal. Selain itu, sifilis juga bisa ditularkan dari ibu ke bayi saat proses
persalinan.

Gejala

Penyakit sifilis yang menular ke orang lain dibagi menjadi tiga tahap penyakit, yaitu:

 Sifilis stadium primer


Gejala awal sifilis di tahap primer adalah ulkus durum, yaitu luka dangkal di daerah
penis, vagina, atau mulut yang tidak nyeri.  Ulkus ini akan hilang dengan sendirinya
dalam waktu beberapa minggu.
Oleh karena itu sering kali banyak penderita sifilis yang tidak menyadari gejala sifilis
yang awal ini. Namun demikian, meski ulkus durum menghilang dengan sendirinya,
bakteri Treponema pallidum tetap ada di dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan organ
secara bertahap.

 Sifilis stadium sekunder


Pada tahap sekunder, gejala sifilis yang muncul sangat beragam dan mirip dengan
penyakit lainnya. Tak jarang, dokter sering kesulitan mengenali stadium ini.
Gejala sipilisbisa berupa nyeri tenggorokan, disertai demam, pembesaran kelenjar getah
bening, dan nyeri otot. Dapat pula berupa kemerahan di kulit atau benjolan seperti
jengger ayam di daerah kemaluan. Penderitanya bisa mengalami penurunan berat badan
yang drastis.

 Sifilis stadium laten


Bila sifilis stadium sekunder tak juga diobati dengan baik, maka akan terjadi sifilis
stadium laten. Pada tahap ini, penderitanya tidak menunjukkan gejala apa pun namun
bakterinya terus berkembang biak dan menimbulkan kerusakan organ dalam.

Perjalanan Penyakit

Treponema palidum masuk melalui selaput lendir yang utuh, atau kulit yang mengalami abrasi,
menuju kelenjar limfe, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah, dan diedarkan ke seluruh
tubuh. Setelah beredar beberapa jam, infeksi menjadi sistemik walaupun tanda-tanda klinis dan
serolois belum jelas. Kisaran satu minggu setelah terinfeksi Treponema palidum, ditempat masuk
timbul lesi primer berupa ulkus. Ulkus akan muncul selama satu hingga lima minggu, kemudian
menghilang.

Uji serologis masih akan negatif ketika ulkus pertama kali muncul dan baru akan reaktif setelah
satu sampai empat Minggu berikutnya. Enam minggu kemudian, timbul erupsi seluruh tubuh
pada sebagian kasus sifilis sekunder. Ruam ini akan hilang kisaran dua sampai enam minggu,
karena terjadi penyembuhan spontan. Perjalanan penyakit menuju ke tingkat laten, dimana tidak
ditemukan tanda-tanda klinis, kecuali hasil pemeriksaan serologis yang reaktif. Masa laten dapat
berlangsung bertahun-tahun atau seumur hidup.

Pencegahan

Pencegahan penyakit sifilis sangat bisa dilakukan. Caranya adalah:

 Tidak melakukan hubungan seksual (abstain)


 Monogami (hanya berhubungan seksual dengan satu orang)
 Menggunakan kondom saat hubungan seksual
 Bila menggunakan sex toys, tidak bertukar sex toys dengan orang lain
Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidakpahaman (non corcondance) masyarakat
tentang penyakit dan pemahaman tentang obat merupakan salah satu penyebab kegagalan
penyembuhan pasien. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang penyakit, obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan
obat untuk penyembuhannya.

Minimnya pengetahuan mengenai informasi obat dan kemampuan berkomunikasi dalam


proses pelayanan informasi obat maka dibutuhkan suatu usaha edukasi dan optimalisasi
kemampuan komunikasi masyarakat berkaitan dengan pelayanan informasi obat sehingga dapat
mendukung pengobatan yang optimal dan membentuk masyarakat yang berdaya dan memahami
informasi obat dan pengobatannya. Edukasi yang dapat diberikan bias terkait dengan,

1. Penjelasan kepada masyarakat dan pasien tentang penyakit sifilis


2. Penjelasan tentang obat dan aturan penggunaan obat
3. Bagaimana cara agar tidak menular kepada orang lain
Bagi penderita penyakit sifilis, diminta tidak melakukan hubungan seksual
terlebih dahulu, Karen hubungan seksual adalah cara yang paling efektif dalam
penularannya. Pasien diminta tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan.
4. Kontrol rutin pasien
Sampaikan kepada pasien bahwa penyakit ini harus dikontrol secara rutin, agar
bisa melihat bagaimana peningkatan penyembuhan pasien, agar mengetahui sifilis tidak
berkembang ke stadium berikutnya. Minimal 2 minggu sekali dan dilakukan pengecekan
oleh dokter yang sama. Kekurangannya pasien sangat jarang untuk melakukan kontrol
rutin.
Selain tindakan diatas, ada tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mencegah
tertularnya penyakit Sifilis ini yaitu dengan setia pada satu pasangan merupakan cara
paling ampuh untuk mencegah penularan penyakit sipilis atau sifilis, yang menyebar
lewat hubungan seksual. Selain itu, menggunakan kondom saat berhubungan seksual juga
merupakan langkah pencegahan penularan sifilis.
Selain melakukan hubungan seksual dengan aman, sifilis atau raja singa juga bisa
dicegah dengan membatasi konsumsi alkohol dan NAPZA. Sebab, alkohol dan
NAPZA dapat menurunkan kesadaran dan melemahkan akal sehat seseorang, sehingga
risiko untuk melakukan berhubungan seksual dengan cara yang tidak aman akan
meningkat.
Yang terakhir, penting bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin. Saat pemeriksaan rutin kehamilan, dokter kandungan akan melakukan skrining
penyakit sifilis, biasanya saat trimester pertama kehamilan dan trimester akhir kehamilan.
Skrining sifilis juga perlu dilakukan secara rutin pada kelompok yang memiliki
risiko tinggi lainnya, seperti pada kelompok lelaki seks lelaki (LSL) atau pekerja seks
komersial. Pemeriksaan pada kelompok risiko tinggi ini sebaiknya dilakukan setiap 3
bulan sekali.

Pengobatan Penyakit Sifilis

Pengobatan Sifilis stadium primer, sekunder, dan laten umumnya diobati dengan antibiotik
Benzhatine Penicillin yang disuntikkan ke dalam otot. Sifilis stadium tersier dan neurosifilis juga
diobati dengan obat yang sama, namun frekuensi pemberian obatnya lebih sering.

Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah penderita sifilis tidak boleh melakukan hubungan
seksual sama sekali sampai pengobatan sipilis selesai dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter.
Untuk dapat memastikan kesembuhan, umumnya dokter akan menganjurkan beberapa kali
pemeriksaan darah.

Prinsip Dasar

Menurut Pedoman Nasional Tatalaksana IMS tahun 2011, diagnosis sifilis dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan sindrom dan pemeriksaan serologis. Secara umum,
tes serologi sifilis terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Tes non-treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah tes RPR (Rapid Plasma Reagin) dan VDRL
(Venereal Disease Research Laboratory. Tes serologis yang termasuk dalam kelompok
ini mendeteksi imunoglobulin yang merupakan antibodi terhadap bahan-bahan lipid sel-
sel T. Pallidum yang hancur. Antibodi ini dapat timbul sebagai reaksi terhadap infeksi
sifilis. Namun antibodi ini juga dapat timbul pada berbagai kondisi lain, yaitu pada
infeksi akut (misalnya: infeksi virus akut) dan penyakit kronis (misalnya: penyakit
otoimun kronis). Oleh karena itu, tes ini bersifat non-spesifik, dan bisa menunjukkan
hasil positif palsu. Tes non-spesifik dipakai untuk mendeteksi infeksi dan reinfeksi yang
bersifat aktif, serta memantau keberhasilan terapi. Karena tes non spesifik ini jauh lebih
murah dibandingkan tes spesifik treponema, maka tes ini sering dipakai untuk skrining.
Jika tes non spesifik menunjukkan hasil reaktif, selanjutnya dilakukan tes spesifik
treponema, untuk menghemat biaya.
Hasil positif pada tes non spesifik treponema tidak selalu berarti bahwa seseorang
pernah atau sedang terinfeksi sifilis. Hasil tes ini harus dikonfirmasi dengan tes spesifik
treponema.
2. Tes spesifik treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah tes TPHA (Treponema Pallidum
Haemagglutination Assay), TP Rapid (Treponema Pallidum Rapid), TP-PA (Treponema
Pallidum Particle Agglutination Assay), FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody
Absorption).
Tes serologis yang termasuk dalam kelompok ini mendeteksi antibodi yang
bersifat spesifik terhadap treponema. Oleh karena itu, tes ini jarang memberikan hasil
positif palsu.Tes ini dapat menunjukkan hasil positif/reaktif seumur hidup walaupun
terapi sifilis telah berhasil .Tes jenis ini tidak dapat digunakan untuk membedakan antara
infeksi aktif dan infeksi yang telah diterapi secara adekuat.Tes treponemal hanya
menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi treponema, namun tidak dapat
menunjukkan apakah seseorang sedang mengalami infeksi aktif.Tes ini juga tidak dapat
membedakan infeksi T pallidum dari infeksi treponema lainnya. Anamnesis mengenai
perilaku seksual, riwayat pajanan dan riwayat perjalanan ke daerah endemis
treponematosis lainnya dibutuhkan untuk menentukan diagnosis banding.

Kedua tes serologi, treponema dan non-treponema, dibutuhkan untuk diagnosis dan
tatalaksana pasien sifilis oleh petugas kesehatan. Hasil tes treponema memastikan bahwa pasien
pernah terinfeksi sifilis, sedangkan hasil tes non-treponema menunjukkan aktivitas penyakit

Tes Cepat Sifilis (Rapid test Syphilis)

Akhir-akhir ini, telah tersedia rapid test untuk sifilis yaitu (Treponema Pallidum Rapid).
Penggunaan rapid test ini sangat mudah dan memberikan hasil dalam waktu yang relatif singkat
(10 – 15 menit). Jika dibandingkan dengan TPHA atau TPPA, sensitivitas rapid test ini berkisar
antara 85% sampai 98%, dan spesifisitasnya berkisar antara 93% sampai 98%. Rapid test sifilis
yang tersedia saat ini TP Rapid termasuk kategori spesifik treponema yang mendeteksi antibodi
spesifik terhadap berbagai spesies treponema (tidak selalu T pallidum), sehingga tidak dapat
digunakan membedakan infeksi aktif dari infeksi yang telah diterapi dengan baik. TP Rapid
hanya menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi treponema, namun tidak dapat
menunjukkan seseorang sedang mengalami infeksi aktif.

TP Rapid dapat digunakan hanya sebagai pengganti pemeriksaan TPHA, dalam


rangkaian pemeriksaan bersama dengan RPR. Penggunaan TP Rapid tetap harus didahului
dengan pemeriksaan RPR. Jika hasil tes positif, harus dilanjutkan dengan memeriksa titer RPR,
untuk diagnosis dan menentukan pengobatan. Pemakaian TP Rapid dapat menghemat waktu,
namun harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan TPHA. Bagi daerah yang masih
mempunyai TPHA konvensional/bukan rapid masih bisa digunakan.

Interpretasi Hasil Tes Serologi Sifilis

Hasil tes non-treponemal (RPR) masih bisa negatif sampai 4 minggu sejak pertama kali
muncul lesi primer. Tes diulang 1-3 bulan kemudian pada pasien yang dicurigai sifilis namun
hasil RPR nya negatif.

Hasil positif tes RPR perlu dikonfirmasi dengan TPHA/TP-PA/TP Rapid

a Jika hasil tes konfirmasi non-reaktif, maka dianggap reaktif palsu dan tidak perlu diterapi
namun perlu dites ulang 1-3 bulan kemudian. Jika hasil tes konfirmasi reaktif, dilanjutkan
dengan pemeriksaan RPR kuantitatif untuk menentukan titer sehingga dapat diketahui
apakah sifilis aktif atau laten, serta untuk memantau respons terhadap pengobatan.
b Jika hasil RPR reaktif, TPHA reaktif, dan terdapat riwayat terapi dalam tiga (3) bulan
terakhir, serta pada anamnesis tidak ada ulkus baru, pasien tidak perlu diterapi. Pasien
diobservasi dan tes diulang tiga bulan kemudian. Jika titer RPR tetap atau turun, tidak
perlu diterapi lagi dan tes diulang tiga bulan kemudian. Jika hasil RPR tidak reaktif atau
reaktif rendah (serofast), pasien dinyatakan sembuh. Jika titer naik, berikan terapi sebagai
infeksi baru/sifilis aktif.
c Jika hasil RPR reaktif dan TPHA reaktif dan tidak ada riwayat terapi sifilis dalam 3 bulan
terakhir, maka perlu diberikan terapi sesuai stadium. Titer RPR 1:8 dapat
diinterpretasikan dan diterapi sebagai sifilis aktif dan diterapi. 3 bulan setelah terapi,
evaluasi titer RPR. Jika titer RPR turun 2 tahap (misal dari 1:64 menjadi 1:16) atau lebih,
terapi dianggap berhasil. Ulangi evaluasi tiap tiga bulan sekali di tahun pertama dan 6
bulan di tahun kedua, untuk mendeteksi infeksi baru. Jika titer tidak turun dua tahap,
lakukan evaluasi kemungkinan re-infeksi, atau sifilis laten.

Terapi Sifilis

Stadium Terapi Alternatif bagi yang Alergi Penisilin


Tidak Hamil Hamil
Sifilis Primer dan Benzathine benzylpenicillin Doksisiklin 100 Eritromisin 500
Sekunder 2,4 juta IU, injeksi IM dosis mg per oral, 2kali mg per oral,4
tunggal /hari selama 30 kali /hari selama
hari 14 hari
Sifilis Laten Benzathine benzylpenicillin Doksisiklin100 Eritromisin 500
2,4 juta IU, injeksi IM, satu mg per oral, 2 mg per oral,4
kali/minggu selama 3 minggu kali /hari minimal kali /hari minimal
berturut turut 30 hari ATAU 30 hari
Seftriakson 1 gr,
injeksi IM 1
kali /hari selama
10 hari
Sumber :

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/203/198, diakses pada tanggal 25 April


2021 pada jam 04:04 WIB

http://repository.unimus.ac.id/465/3/13.%20BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 25 April 2021


pada jam 04:07 WIB

Wignall, steve,dkk., Pedoman Tatalaksana Sifilis Puskesmas. 2013. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PEDOMAN_TATALAKSAN
A_SIFILIS_PUSKESMAS___merah_ok.pdf. Diakses pada tanggal 25 April 2021 pukul
15.19 WIB.

Setiawan,Andre. Edukasi Dokter pada Pasien Sifilis sebagai Upaya Pencegahan dan
Pengobatan. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Pencegahan+dari+Penyakit+Sifilis&oq=pencegahan+.
Diakses pada tanggal 25 April 2021 pukul 15.23 WIB.

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/470/471, diakses pada


tanggal 25 April 2021 pada jam 15:44 WIB

Anda mungkin juga menyukai