Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN EDUKASI DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE 2

Disusun Oleh :

WULAN NUR HAMIDAH

NIM : 18.066

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS CENDEKIA


ABDITAMA
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS CENDEKIA


ABDITAMA

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN EDUKASI
DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RISIKO

KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Disusun Oleh:

Nama : WULAN NUR HAMIDAH

NIM : 18.016

Pembimbing: : Ns. Leni Rosita, S.Kep. M.Kep


Ns. Yuningsih, S.Kep.M.Kep

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat dalam Mencapai Gelar


Ahli Madya Keperawatan

TANGERANG2020-2021

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME


Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Wulan Nur Hamidah

Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 04 juni 2000

Nomor Induk Mahasiswa : 18.066

Alamat Rumah : Kp. Pagedangan Ds. Cicalengka Kec. Pagedangan


RT 03 RW 04 Kec. Pagedangan Kab. Tangerang

Nomor Telepon / Hp : 081381235153

Alamat Email : wulannurhamidah462@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang


berjudul:

“Penmberian Edukasi Dengan Diagnosa Keperawatan Resiko ketidakstabilan


kadar glukosa darah Pada Pasien Diabetes melitus tipe 2 ”.

Bebas dari plagirialisme dan bukan hasil karya orang lain.

Apabila di kemudian hari diketemukan seluruh atau sebagian dari proposal


penelitian dan karya ilmiah dari hasil-hasil penelitian tersebut terdapat indikasi
plagirialisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-udangan
yang berlaku.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
dari siapapun.

14 Februari 2021
Mengetahui

Pembimbing I
Ns. Leni Rosita, S.Kep. M.Kep

Pembimbing II

Ns. Yuningsih, S.Kep. M.Kep

LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah

“Pemberian Edukasi Dengan Diagnosa Keperawatan Risiko ketidakstablan kadar


glukosa darah dengan masalah kesehatan Diabetes melitus Tipe 2

Diajukan kepada Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Cendekia Abditama untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

Wulan Nur Hamidah

18.066

Dibawah Bimbingan:

Pembimbing I

Ns. Leni Rosita, S.Kep. M.Kep

Pembimbing II

Ns. Yuningsih, S.Kep. M.Kep

LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wulan Nur Hamida

NIM : 18.066

Judul Karya Tulis Ilmiah : Pemberian Edukasi Dengan Diagnosa


Keperawatan Risiko ketidakstablan kadar glukosa
darah dengan masalah kesehatan Diabetes melitus
Tipe 2

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan
hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari
penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan hasil plagiat atau
penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan
peraturan yang berlaku di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Cendekia Abditama

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penyusun

( Wulan Nur Hmidah )


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pemberian Edukasi Dengan Diagnosa
Keperawatan Risiko ketidakstablan kadar glukosa darah dengan masalah
kesehatan Diabetes melitus Tipe 2’’

Penulisan karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Studi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan di
Universitas Cendekia Abditama Tangerang.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat


bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Ns. Sudrajat, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Cendekia Abditama yang telah mengizinkan
untuk melakukan penelitian ini.
2. Ns. Leni Rosita, S.Kep. M.Kep selaku dosen pembimbing 1 yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ns. Yuningsih, S.Kep. M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Seluruh staff pengajar dan dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Cendekia Abditama Tangerang.
5. Ayahanda Waluyo dan ibunda tercinta Mulyati yang selalu memberikan
semangat, doa, kasih sayang serta dukungan yang tidak pernah putus baik
moril maupun materil dan selalu menjadi semangat hingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Rekan – rekan sepenanggungan dan seperjuangan angkatan 26 khususnya
tingkat 3B, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
7. Semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya Karya Tulis Ilmiah
ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan
ganjaran dan selalu berada dalam ridho Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu dengan hati
yang tulus, penulis mengharapkan dukungan berupa saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang dan mudah – mudahan
karya tulis ilmiah ini berguna bagi penulis dan dapat memberi manfaat bagi
mereka yang membacanya. Aamiin.

Tangerang, 14 Februari 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami
ketidakstabilan gula darah ditandai dengan adanya ketidakabsolutan insulin
dalam tubuh (Kemenkes RI, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, Diabetes


mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam
menggunakannya. Mortalitas adalah kejadian kematian dalam masyarakat dari
waktu ke waktu yang dapat memberi gambaran perkembangan derajat
kesehatan masyarakat atau sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan (Depkes dalam Makhrozal, 2016). Morbiditas adalah
angka kesakitan yang menggambarkan kejadian suatu penyakit dalam suatu
populasi pada kurun waktu tertentu (Depkes dalam Makhrozal, 2016).

Ada beberapa jenis Diabetes Melitus (DM) yaitu diabetes melitus tipe 1,
diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestastional, dan diabetes melitus tipe
lainnya. Jenis diabetes yang paling banyak diderita adalah diabetes melitus
tipe 2. DM Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai akibat
sekresi insulin sel beta dan gangguan resistensi insulin (Depkes dalam
Trisnawati dan Setyorogo, 2013).

Menurut data dari International Diabetes Federation tahun 2000


menyatakan bahwa tingkat prevalensi global penderita diabetes melitus
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk
Indonesia berusia di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%
akan didapatkan 8,2 juta pasien menderita DM. Ditambah lagi hasil penelitian
yang dilakukan oleh Litbang Depkes 2008 di seluruh provinsi menunjukkan
bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah
sebesar 10,25% dan untuk DM adalah sebesar 5,7%. Jika penyebab dari
diabetes melitus dibiarkan tanpa adanya pencegahan di setiap tahunnya, maka
2 dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes melitus semakin meningkat dan
bertambah di setiap tahunnya (Yuliani dkk., 2014).

Indonesia termasuk negara berkembang menempati urutan ke-4 terbesar


untuk prevalensi diabetes melitus dengan jumlah 8,4 juta dari jumlah
penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina, Amerika Serikat. Pada
tahun 2000 DM menjadi penyebab utama kematian pada 1,5 juta jiwa,
sedangkan pada tahun 2014 DM mengalami peningkatan angka kematian pada
4,9 juta jiwa di dunia. 80 % kasus kematian diperkirakan bahwa DM akan
mengalami peningkatan angka kematian terbesar pada tahun 2030. Menurut
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), di Indonesia pada tahun
2015 terdapat 9,1 juta jiwa penderita diabetes melitus (Malinda & Herman,
2015).

Menurut riset kesehatan dasar tahun 2013, didapatkan data bahwa


prevalensi diabetes melitus yang telah terjadi di Indonesia sebesar 1,5%. Di
Provinsi Jawa Timur prevalensi penderita diabetes mellitus sebesar 2,1%.
Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012,
sepuluh pola penyakit terbanyak yang dialami oleh pasien rawat jalan di
rumah sakit tipe X diabetes melitus merupakan penyakit dengan pravalensi
terbanyak setelah hipertensi yakni sebanyak 102.399 kasus (Martins, dkk.,
2018).

1.2 BATASAN MASALAH


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah, masalah kesehatan Diabetes Melitus,
fokus intervensi pemberian edukasi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan umum
Tujuan umum karya tulis ilmiah adalah tergambarkannya pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah, masalah kesehatan Diabetes Melitus
Tipe 2 fokus intervensi pemberian edukasi.

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah dapat mendeskripsikan :
a. Pelaksanaan pengkajian pada pasien dengan masalah keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah, masalah kesehatan Diabetes
Melitus Tipe 2
b. Penyusun diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2 , terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
c. Penyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2 terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
d. Implementasi tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2, terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
e. Evaluasi pelaksanaan implementasi pada keluarga dengan masalah
kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2, terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Manfaat teoritis
Laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif dalam mengatasi klien dengan masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah

2. Manfaat praktis
1. Bagi masyarakat
Diharapkan penelitian ini akan berguna untuk menambah
pengetahuan masyarakat, khususnya mengenai masalah kesehatan
Diabetes Melitus Tipe 2 yang mungkin dialami oleh sebagian
masyarakat.
2. Bagi Universitas cendikia abditama prodi DIII keperawatan
Bagi dunia keperawatan khususnya Universitas cendikia abditama
prodi DIII keperawatan untuk mengembangkan teori dan ilmu
keperawatan khususnya mata kuliah keperawatan bedah dalam.
3. Bagi perawat
Sebagai bahan wawasan sehingga dapat melaksanakan peran
perawat dengan sebaik mungkin serta memberikan asuhan
keperawatan pada masalah kesehatan Diabetes Melitus tipe 2
dengan baik dan benar.
4. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar dalam
memberikan informasi tentang masalah kesehatan Diabetes Melitus
Tipe 2, terutama pada masalah keperawatan ketidakstabilan kadar
glukosa darah dan diharapkan penelitian ini dapat digunakan oleh
peneliti selanjutnya sebagai referensi dalam melakukan penelitian
yang lebih baik dari peneliti sebelumnya.
5. Bagi responden
Sebagai informasi tentang penyakit Diabetes Melitus Tipe 2,
dengan cara atur pola makan, mengetahui adanya gejala Diabetes
Melitus Tipe 2, serta meningkatkan pengetahuan pasien tentang
upaya pencegahan dan pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2


2.1.1 Definisi diabetes melitus tipe 2
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit
berbahaya yang dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama
penyakit kencing manis. DM adalah penyakit gangguan metabolik
yang terjad’i secara kronis atau menahun karena tubuh tidak
mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada
sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana
mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014).
Diabetes melitus tipe II adalah penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin akan
sedikit menurun atau berada dalam rentang yang normal. Karena
insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pada pankreas, maka DM
Tipe II dianggap sebagai non insulin dependent diabetes melitus.
Tipe ini muncul pada orang yang berusia diatas 30 tahun.
Penyakit ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu
poliphagi, polidipsi, poliuria serta sebagian mengalami kehilagan
berat badan. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang
sangat perlu diperhatikan dengan dengan serius. Diabetes yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti
kerusakan mata, ginjal, pembulu darah, saraf dan jantung who
(word health organitation 2016).

2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil
Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian
insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia
muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity
Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan
perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau
anak dengan obesitas.
c. Diabetes Mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas,
kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan
reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara
lain : Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting
dan asam hidotinik
3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi
glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam
NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

2.1.3 Etiologi

Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena


penyakit ini dapat mengenaisemua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Diabetes melitus merupakan penyakit
yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif
maupun absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan,
yaitu:a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar
(virus,zat kimia,dll) b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa
pada kelenjar pankreasc. Desensitasi atau kerusakan reseptor
insulin di jaringan periferPeningkatan jumlah penderita DM yang
sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu
faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat
diubahdan faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation
(ADA) bahwa DM berkaitan denganfaktor risiko yang tidak dapat
diubah meliputi:
1) Riwayat keluarga dengan DM ( first degree relative)
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga
mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat
homozigotdengan gen resesif tersebut yang menderita
Diabetes Mellitus.
2) Umur ≥45 tahun Berdasarkan penelitian, usia yang
terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45tahun.
3) Etnik
4) Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional
5) Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).

Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah pada penyakit Diabetes


Melitus (DM) Tipe2 meliputi:
1) Obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80
cm pada wanita dan ≥90cm pada laki-laki.Terdapat korelasi
bermakna antara obesitas dengan kadar glukosadarah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatankadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2) Kurangnya aktivitas fisik
3) Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada
hipertensi berhubungan eratdengan tidak tepatnya
penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan
daridalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
4) Dislipidemi adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan
kadar lemak darah(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat
hubungan antara kenaikan plasma insulindengan rendahnya
HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5) Diet tidak sehat.Faktor lain yang terkait dengan risiko
diabetes adalah penderita polycysticovarysindrome
(PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat
toleransi glukosaterganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit
kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral
Diseases (PAD),konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.Alkohol
akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada
penderita DM, sehinggaakan mempersulit regulasi gula
darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang
akanmeningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil
alkohol lebih dari 60ml/hari yang setaradengan 100 ml
proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.

2.1.4 Patofisiologi
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II
paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit
yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

2.1.5 Komplikssi
Ada empat hal utama yang mendasari terjadinya komplikasi
kronis DMT2 yaitu, meningkatnya HbA1c, glukosa plasma puasa,
dan glukosa post prandial serta meningkatnya variabilitas glukosa.
Keempat hal ini disebut tetrad concept, merupakan keadaan yang
harus diperbaiki dalam penatalaksanaan DMT2 agar dapat
mencegah ataupun memperlambat timbulnya komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular. Hiperglikemia kronik dan
fluktuasi kadar glukosa darah akut dari puncak ke nadir merupakan
komponen yang menyebabkan terjadinya komplikasi kronik DM
melalui dua mekanisme utama, yaitu glikasi protein yang
berlebihan dan stres oksidatif.

2.1.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang utama untuk diabetes mellitus adalah
pemeriksaan kadar gula darah. Diabetes didefinisikan sebagai kadar gula
darah puasa di atas 126 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu di atas 200
mg/dL. Lakukan pemeriksaan ulang pada pasien yang memiliki gejala
klasik diabetes (polidipsi, poliuria, polifagia) dengan kadar gula darah di
bawah angka tersebut. Jika hasil tetap di bawah batas, lakukan
pemeriksaan toleransi glukosa.

Pasien yang tidak memiliki gejala klasik diabetes memerlukan


pemeriksaan toleransi glukosa jika kadar gula darah sewaktunya di
antara 140-199 mg/dL atau kadar gula darah puasa di antara 100-125
mg/dL. Pasien tanpa gejala klasik dengan kadar gula darah di bawah
angka tersebut dapat langsung didiagnosis sebagai tidak terkena
diabetes mellitus dan tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

1) Tes Toleransi Glukosa Oral


Ukur kadar gula darah puasa pasien lalu berikan larutan
glukosa oral 75 gram dan ukur ulang kadar gula darah setelah 2
jam. Pada diabetes gestasional, pengukuran ulang dilakukan 2
kali, setelah 1 jam dan setelah 2 jam pasca meminum larutan
gula. Hasil tes sebesar >200 mg/dL dikategorikan sebagai
diabetes mellitus, 140-199 mg/dL toleransi glukosa terganggu,
hasil di bawah 140 mg/dL normal.[18,24,27]
2) HemoglobinA1c (HbA1c)
Hemoglobin A1C (HbA1C) terutama digunakan untuk
pengukuran keberhasilan terapi diabetes. Hal ini disebabkan
oleh kemampuan HbA1c untuk melihat perkiraan kadar
glukosa selama 3 bulan ke belakang dari waktu pemeriksaan,
berbeda dengan uji kadar gula darah yang hanya dapat melihat
kadar glukosa tepat saat pemeriksaan. Nilai HbA1c di atas
6,5% menunjukkan kontrol gula darah yang tidak baik selama 3
bulan sebelum pengukuran.[28]
3) Aseton Darah
Pasien dengan kadar aseton plasma 1 mmol/L atau di atas perlu
segera dirujuk ke rumah sakit untuk perawatan selanjutnya.[29]
4) Penentuan Tipe Diabetes Mellitus
Untuk membedakan antara diabetes mellitus tipe 1 dan 2, dapat
dilakukan pemeriksaan kadar insulin, C-peptide, dan marker
antibodi seperti glutamic acid decarboxylase (GAD).
Pemeriksaan Laboratorium Lainnya
Pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi atau sepsis, lakukan
pemeriksaan hitung jenis leukosit serta kultur darah dan urin.
Kecurigaan akan ketoasidosis diabetik perlu dilakukan pemeriksaan
kadar aseton plasma atau kadar keton darah. Selain itu, pemeriksaan
elektrolit juga diperlukan untuk melihat ada tidaknya gangguan kalium
akibat ketoasidosis diabetik.
Pemeriksaan laboratorium lain yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan kadar kolesterol darah serta pemeriksaan fungsi ginjal
jika dicurigai adanya komplikasi nefropati.

2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan
meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko
komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2
Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat dinamis,
membutuhkan kreatifitas dan berlaku rentan kehidupan dan keadaan. Adapun
tahap dalam melakukan keperawatan, rencana, implementasi, evaluasi.
2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah utama dan dasar utama dari proses


keperawatan

yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat akan membantu dalam


menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengidentifikasi, kekuatan dan kebutuhan klien
yang dapat diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang.

1) Anamnesa

a. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis


kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk RS dan diagnosa medis.

b. Keluhan utama

Adanya rasa kesemutan pada ekstremitas bawah,


rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang

Isinya mengenai kapan terjadinya luka,


penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh klien untuk mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya penyakit DM atau penyakit yang ada


kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas, jantung, obesitas, tindakan
medis dan obat-obatan yang pernah di dapat.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Terdapat salah satu keluarga yang menderita


DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
misalnya hipertensi.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan


dan emosi yang dialami penderita sehubungan
dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit klien.

2) Pemeriksaaan fisik

a) Status kesehatan umum


Meliputi keadaan klien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan

tanda-tanda vital.

b) Kepala dan leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran , lidah terasa tebal, udah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan

berdarah, penglihatan kabur, lensa mata keruh.

c) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka,

kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,


kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

d) System pernapasan

Ada sesak, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM


mudah terjadi infeksi.

e) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,


kardiomegalis.

f) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g) System urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau


sakit saat berkemih.

h) System musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstremitas.
i) System neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, letargi, mengantuk,


reflex lambat, kacau mental.

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi GDS > 200 mg/dl. Gula darah puasa >
126 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urin.
c) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.

B. Analisa data

Data yang sudah terkumpul kemudian dikelompokkan dan dilakukan analisa


dan sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan data subjektif dan
data objektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari
kebutuhan dasar atau fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan
kasih sayang, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan proses menganalisis data subjektif dan


objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
keperawatan. Menurut PPNI, (2016).
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut PPNI (2016),
ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi tentang manajemen diabetes

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglmia

3. Obesitas berubungan dengan gangguan kebiasaan makan

4. Gangguan integritas kulit dan jaringsn berhubungan dengan


kekurangan/kelebihan volume cairan

2.2.3 Intervensi keperawatan


Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi
pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi
keperawatan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) .
Berdasarkan TIM Pokja SLKI DPP PPNI, (2019) dan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018) intervensi dan kriteria hasil yang dapat dirumuskan
pada pasien stroke hemoragik dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
yaitu sebagai berikut :
Tabel 2
Perencanaan Keperawatan Pasien Diabetes melitus Dengan Risiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah
Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi
Keperawat Hasil (SIKI)
an (SLKI)

Risiko Setelah dilakukan Observasi :


ketidakstabi asuhan 1. identifikasi kemungkinan
lan kadar keperawatan penyebab hiperglikemia
glukosa ketidakstabilan 2. identifikasi situasi yang
darah b.d kadar glukosa menyebabkan kebutuhan insulin
kurang darah meningkat meningkat (mis: penyakit
terpaparnya dengan kriteria kambuhan )
informasi hasil : 3. monitor kadar glukosa darah, jika
tentang  Koordinasi perlu
manajemen meningkat 4. monitor tanda dan gejala
diabetes  Mengantuk hiperglikemia (mis. Poliuria,
menurun polidipsi, polifagi, kelemahan,
 pusing menurun malaise, pandangan kabur, sakit
 lelah/lesu kepala)
menurun 5. monitor intake dan output cairan
 keluhan lapar 6. monitor keton urin, kadar analisa
menurun gas darah, elektrolit, tekanan
 gemetar menurun darah ortostatik, dan frekuensi
nadi
 berkeringat
menurun
 kadar glukosa Terapeutik :
dalam darah 1. berikan asupan cairan oral
membaik 2. konsultasikan dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
3. fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik

Edukasi :
1. anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl
2. anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
3. anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes
( mis, penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggatian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kaliaum,
jika perlu

2.2.4 Implementasi keperawatan


Implementasi adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Menurut Wahyuni (2016)
implementasi tindakan keperawatan di bedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional antara lain adalah:
1) Independentyaitu tindakan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2) Interdependen yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan
dokter.
3) Dependentyaitu pelaksanaan rencana tindakan medis.
Tindakan mandiri yang dapat dilakukan perawat dalam mengatasi nyeri kepala
karena hipertensi antara lainmengajarkan dan menganjurkan klien untuk
melakukan teknik distraksi dan relaksasi.

2.2.5 Evaluasi keperawatan


Menurut Tarwoto & Wartonah, (2015) evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan.
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP yaitu :
1) S (Subjektif): perkembangan keadaan klien yang didasarkan pada apa yang di
rasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan oleh klien.
2) O (Objektif): perkembangan klien yang dapat diamati dan diukur oleh perawat
atau tim kesehatan lain.
3) A (Analisis): penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran.
4) P (Perencanaan): rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi
Beberapa evaluasi yang diharapkan pada pasien DM tipe 2 dengan risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah antara lain :
a) Mampu memahami penyakit diabetes
b) Mampu mengenali tanda dan gejalanya
c) Mampu mengetahui risiko dm

2.3 KONSEP DASAR RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH


2.3.1 Definisi risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi dimana kadar
glukosa darah mengalami kenaikan atau penurunan dari rentang normal
yaitu mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi (PPNI, 2016).
Hiperglikemi merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah
meningkat atau berlebihan. Keadaan ini disebabkan karena stres, infeksi,
dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hipoglikemia merupakan keadaan
kadar glukosa darah dibawah normal, terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan. Hiperglikemia merupakan keadaan kadar glukosa dalam darah
klien saat pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl, pemeriksaan
glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral

2.3.2 Penyebab risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

Hiperglikemia adalah gejala khas DM Tipe II. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan gangguan kadar glukosa darah adalah resistensi insulin pada
jaringan lemak, otot, dan hati, kenaikan produksi glukosa oleh hati, dan
kekurangan sekresi insulin oleh pankreas. Ketidakstabilan kadar glukosa
darah (hipoglikemia) biasanya muncul pada klien diabetes melitus yang
bertahun-tahun. Keadaan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan
sedikit atau aktivitas fisik yang berat (& B. Smeltzer, 2002). Selain
kerusakan pancreas dan resistensi insulin beberapa factor yang dapat
memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah adalah pola
makan, aktivitas, dan pengobatan klien DM tipe II (Soegondo, 2011)

2.3.3 Patofisiologi risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


Kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin sebagai patofisiologi
kerusakan sentral pada DM Tipe II sehingga memicu ketidakstabilan kadar
glukosa darah hiperglikemi. Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan
glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma
menjadi tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi
dari ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini menyebabkan
diuresis osmotik yang akan meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi (Price, 2000). Pada
gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Tapi, jika sel beta tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa
darah meningkat. Tidak tepatnya pola makan juga dapat mempengaruhi
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe II.
Ketidakstabilan kadar glukosa darah hipoglikemia terjadi
akibat dari ketidakmampuan hati dalam memproduksi glukosa.
Ketidakmampuan ini terjadi karena penurunan bahan pembentuk glukosa,
gangguan hati atau ketidakseimbangan hormonal hati. Penurunan bahan
pembentuk glukosa terjadi pada waktu sesudah makan 5-6 jam. Keadaan
ini menyebabkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon
kontra regulator yaitu glukagon, epinefrin. Hormon glukagon dan efinefrin
sangat berperan saat terjadi penurunan glukosa darah yang mendadak.
Hormon tersebut akan memacu glikonolisis dan glucaneogenesis dan
proteolysis di otot dan liolisi pada jaringan lemak sehingga tersedia bahan
glukosa. Penurunan sekresi insulin dan peningkatan hormon kontra
regulator menyebabkan penurunan penggunaan glukosa di jaringan insulin
sensitive dan glukosa yang jumlahnya terbatas disediakan hanya untuk
jaringan otak (Soegondo, 2010).

2.3.4 Tanda dan gejala risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


di bagi menjadi 2 yaitu tanda dan (PPNI, 2016).
a. Tanda dan gejala mayor

Hiperglikemia
1) Subyektif : pasien men
2) gatakan sering merasa lelah atau lesu.
3) Obyektif : kadar glukosa dalam darah/ urin pasien tinggi
Hipoglikemia
1. Subyektif : pasien mengatakan sering mengantuk dan merasa
pusing.
2. Obyektif : terjadinya gangguan koordinasi, kadar glukosa darah/
urin pasien rendah.
b. Tanda dan gejala minor Hiperglikemia
1) Subyektif : pasien mengeluh mulutnya terasa kering, sering merasa
haus.
2) Obyektif : jumlah urin pasien meningkat.
Hipoglikemia
1) Subyektif : pasien mengeluh sering merasa kesemutan pada
ektremitasnya, sering merasa lapar.
2) Obyektif : pasien tampak gemetar, kesadaran pasien
menurun,berprilaku aneh, pasien tampak sulit berbicara dan
berkeringat.

2.3.5 Penatalaksanaan risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


Apabila kadar glukosa tinggi maka harus diturunkan menjadi dalam batas
normal. Begitu pula sebaliknya apabila kadar glukosa darah turun harus
ditingkatkan agar menjadi normal.
 Penatalaksanaan hiperglikemia Penatalaksanaan hiperglikemia
dimulai dengan diet, latihan, jasmani, penyuluhan dan terapi
insulin atau obat oral. Diet dilakukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan glukosa pada tubuh. Manfaat latihan jasmani adalah
untuk mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin. Penyuluhan dilakukan agar masyarakat atau klien DM Tipe
II bisa lebih memahami mengenai penyakitnya sehingga mampu
mencegah komplikasi. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan
sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergency
dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya : ketoasidosis,
stres berat,berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya
keton uria, harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder
atau tersier (Perkeni, 2015).
2.4 KONSEP PEMBERIAN EDUKASI
2.4.1. Pengertian edukasi
Diabetes Mellitus Tipe 1 dan 2 memerlukan penatalaksanaan yang
komprehensif sehingga tidak memberikan komplikasi berbahaya pada
penderitanya.
Untuk hasil yang maksimal, terdapat 5 langkah penting yang harus
diperhatikan oleh penderita diabetes mellitus tipe 1 dan 2. Langkah ini adalah
pengelolaan non-farmakologis, yaitu edukasi,perencanaan makan,kegiatan
jasmani atau olahraga.
Setelah itu baru penggunaan obat diabetes dan PGDM (Pemeriksaan
Gula Darah Mandiri) agar kita mengetahui faktor-faktor risiko yang ada
seperti faktor genetik, merokok,alkoholik dan penentuan IMT (Indeks Massa
Tubuh)

2.4.2. Tujuan edukasi diabetes melitus


1) Pengelolaan diabetes mellitus jangka pendek adalah menghilangkan
keluhan gejala diabetes mellitus, mempertahankan rasa nyaman dan
tetap sehat, untuk meningkatkan kualitas hidup yang baik.
2) Sedangkan untuk jangka panjang adalah mencegah penyulit
(makroangiopati, mikroangiopati serta neuropati).
3) Hingga Tujuan akhirnya adalah menurunkan morbiditas (tingkat
kesakitan) dan mortalitas ( tingkat kematian) dari diabetes mellitus.

Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai tujuan pengelolaan ini, yaitu


dengan memperbaiki gangguan metabolik pada pasien diabetes mellitus,
seperti tekanan darah dan berat badan , kadar glukosa darah, lemak dan
kelainan lain yang turut berpengaruh pada pecapaian tujuan jangka panjang di
atas. Cara-cara memperbaiki kelainan ini harus tercermin pada langkah
pengelolaan yang memerlukan kerjasama antara pasien dan tenaga kesehat

2.4.3. 5 (lima) pilar penatalaksanaan diabetes melitus


1) Edukasi

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai


pengetahuan serta keterampilan diabetisi yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku. Dengan edukasi diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakit diabetes yang dideritanya, seperti
bagaimana mengelola penyakit dan komplikasi yang dapat terjadi bila
pasien tidak mengelola penyakitnya dengan baik. Edukasi diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal, serta penyesuaian
keadaan psikologis dan kualitas hidup yang lebih baik sehingga
menurunkan angka kesakitan dan kematian. Edukasi dapat dilakukan
saat konsultasi dengan dokter, tim diabetes ( edukator, ahli gizi), bisa
juga dilakukan per individu maupun kelompok seperti mengikuti
seminar awam.

2) Perencanaan Makanan
Tujuan umum dari terapi gizi adalah membantu pasien diabetes
memperbaiki kebiasaan gizinya dan ditujukan pada pengendalian gula
darah, lemak serta hipertensi. Perencanaan makanan sebaiknya
mengandung zat gizi yang cukup, artinya pengaturan porsi makan yang
cukup sepanjang hari.  Ingat selalu 3J : Jumlah , Jenis , Jadwal.

3) Kegiatan Jasmani

Manfaat kegiatan jasmani (olahraga) pada pasien diabetes adalah


pengaturan kadar gula darah, menurunkan berat badan dan lemak
tubuh serta menjaga kebugaran. Pada saat berolahraga, resistensi
insulin akan berkurang dan sensitivitas insulin meningkat. Respon
seperti ini hanya terjadi saat berolahraga. Prinsip olahraga diabetes
yaitu F.I.T.T :
 Frekuensi : jumlah olahraga per minggu ( teratur 3-5 kali per
minggu)
 Intensitas : ringan dan sedang (60%-70% maximal heart
race /MHR ). Cara menghitung (MHR): 220- umur.
 Waktu : 30-60 menit
 Jenis : aerobik ( jalan,jogging, berenang, bersepeda)

4) Pengelolaan Farmakologis

Pemilihan obat diabetes mellitus bersifat individual, artinya


disesuaikan dengan kondisi metabolik pasien. Itu sebabnya, harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter perihal obat yang tepat,
entah itu obat oral atau kombinasi obat oral dari cara kerja obat yang
berbeda yang bisa juga kombinasi dengan insulin.

5) G.D.M (Pemeriksaan Gula Darah Mandiri)

PGDM bertujuan untuk menjaga kestabilan kadar gula darah, panduan


dalam penggunaan obat-obatan maupun pola hidup dan pola makan
penderita diabetes. Sebaiknya pemeriksaan tersebut dicatat/direkam
dalam buku harian penderita diabetes

BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1 DESAIN/RANCANGAN PENELITIAN


Desain penulisan ini adalah deskriptif dengan bentuk asuhan keperawatan. Metode
penulisan deskriptif merupakan suatu metode yang memiliki tujuan utama dengan
memberikan gambaran situasi atau fenomena secara jelas dan rinci tentang apa yang
terjadi (Afiyanti, Yati. 2014). Dan pada peneliti ini dilakukan untuk mempelajari upaya
megatasi risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah melalui tindakan penyuluhan diet
pada pasien Diabetes melitus . Rancangan penelitian deskriptif sederhana melalui
pendekatan studi kasus (case study).

3.2 KERANGKA KERJA


Kerangka kerja merupakan dasar penelitian pada pemikiran pada penelitian yang
dirumuskan dan fakta-fakta observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep membuat
teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan
penelitian, uraiannya menjelaskan hubungan dan keterkaitan antara variabel penelitian
( saryono, 2009).

Melakukan

Masalah Utama risiko ketidakstabilan kadar glukosa


darah

Melakukan Intervensi Mandiri: pemberian edukasi

Evaluasi

Analisis Hasil

Kesimpulan

3.3 SUBJEK STUDI KASUS


Subjek asuhan keperawatan adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau
subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2006). Subjek studi
kasus dalam penulisan ini adalah dua orang pasien Diabetes melitus di RSUD
Tangerang. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:
3.2.1. Kriteria inklusi
1) Seorang pasien dewasa yang menderita Diabetes melitus yang di rawat
inap RSUD Tangerang
2) Pasien dengan gejala klinis yang mendukung ke arah risiko ketidakstabilan
kadar glukosa darah
3) Bersedia dilakukan tindakan pemberian edukasi
4) Kesadaran pasien composmentis
3.2.2. Kriteria eksklusi
1) Pasien Diabetes melitus tanpa adanya diagnosa risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah
2) Pasien Diabetes melitus yang tidak bersedia untuk dijadikan responponden
peneliti
3.4 BATASAN DAN ISTILAH
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan hiperglekemia yang di sebabkan penurunan
kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans dalam pangkreas (Guyton, 2012).
American Diabetes Association (2012) mendefinisikan Diabetes Melitus adalah salah satu
kelompok penyakit metobolik yang ditandai oleh hiperglekimia karena gangguan skresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Keadaan hiperglekimia kronis dari Diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai
organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembulu darah.
Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) (Carpenito, 2009).
Asuhan keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama
pasien dalam menentukan kebutuhan pasien dengan melakukan pengkajian, penentuan
diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, serta pengevaluasian hasil asuhan
yang telah di berikan dengan berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan (Hidayat,
2009). Menurut KBBI komprehensif adalah luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau
isi ). Sehingga asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan Diabetes
melitus adalah suatu tindakan dalam praktik keperawatan yang dilakukan secara
menyeluruh meliputi semua aspek yang ada pada diri pasien.

LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilaksanakan di Ruang Penyakit Dalam RSUD Balaraja. Waktu penelitian di
mulai pada bulan tahun 2020. Studi kasus penerapan asuhan keperawatan yang dilakukan
selama 6 hari

3.5 PROSEDUR PENELITIAN


3.5.1. Prosedur administrasi
Prosedur administrasi yang dilakukan peneliti meliputi:
1) Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu Akademi
Keperawatan Islamic Village
2) Meminta surat rekomendasi ke RSUD Balaraja
3) Meminta izin ke Direktur RSUD Balaraja
4) Meminta izin ke Kepala Ruang Penyakit Dalam RSUD Balaraja
5) Melakukan pemilihan sampel yaitu berdasarkan pasien yang ada waktu jadwal
penelitian. Saat peneliti melakukan observasi partisipan pada November 2020,
peneliti langsung memilih 2 pasien Diabetes melitus ,yang masih dirawat.
6) Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian.
7) Keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan responden dalam penelitian
8) Keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya
9) Keluarga dan pasien menandatangani informed concent, Selanjutnya peneliti
dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya.

3.5.2. Prosedur asuhan keperawatan


Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:
1) Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/keluarga menggunakan
metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.
2) Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada responden.
3) Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan
kepada responden.
4) Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
5) Peneliti mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
responden.
6) Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang telah diberikan
pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai pada evaluasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan.
7) Membandingkan hasil asuhan keperawatan dari dua responden.
8) Membuat kesimpulan.

3.6 METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


3.6.1. Tekhnik pengumpulan data
1) Wawancara
a. Menanyakan identitas
b. Menanyakan keluhan utama
c. Menanyakan riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan riwayat keluarga
d. Menanyakan informasi tentang klien kepada keluarga
2) Observasi/memonitor
3) Pemeriksaan fisik (inpeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi)
4) Dokumentasi laporan asuhan keperawatan

3.6.2. Instrumen pengumpulan data


Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian,
alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensi meter, thermometer, stetoskop,
penlight, timbangan

3.7 KEABSAHAN DATA


Untuk membuktikan kualitas data yang diperoleh dalam penelitian sehingga
menghasilkan data dengan validitas tinggi.
3.7.1. Data primer
Keabsahan dilakukan dengan pengambilan data primer yakni sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa
wawancara dari individu pasien maupun hasil observasi dari suatu objek dan
kejadian.
3.7.2. Data sekunder
Data sekunder berisi sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara
atau secara tidak langsung seperti data dari kerabat atau keluarga pasien.
3.7.3. Data tersier
Diperoleh dari catatan perawatan klien atau rekam medis klien yang merupakan
riwayat penyakit atau perawatan klien dimasa lalu.

3.8 ANALISA DATA


Analisis data dilakukan sejak peneliti melakukan penelitian. Dilakukan mulai awal
pengkajian dan dilakukan asuhan keperawatan pada setiap hari untuk mengetahui
perkembangan dari pasien. Teknik analisis data yang dipakai oleh peneliti adalah dengan
cara pengumpulan data dengan wawancara dan observasi pada klien. Urutan dari analisis
data adalah :
Pengumpulan data Data dikumpulkan dari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
serta pendokumentasian. Hasil ditulis dalam buku catatan terstruktur. Pengumpulan data
diperoleh dengan cara melakukan pengkajian setelah itu menetapkan diagnosis
keperawatan yang muncul, melakukan perencanaan untuk mengatasi masalah yang
muncul, melakukan tindakan serta melakukan evaluasi disetiap tindakan
Mengolah data-data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi data
subjektif dan data objektif berdasarkan data yang diperoleh dilapangan. Data subjektif
yaitu data yang diperoleh dari pernyataan klien dan keluarga di rumah sakit , sedangkan
data objektif didapat dari observasi kepada klien kemudian dibandingkan antara klien
yang satu dengan klien yang satunya.
Kesimpulan dari data yang telah disampaikan, kemudian di bandingkan data yang satu
dengan data yang lainnya.

3.9 ETIKA PENELITIAN


Pada penelitian ini telah memperhatikan penggunaan etika penelitian sebelumnya
penelitian mendapatkan izin dari kepela RSUD setelah mendaptkan persetujuan
peneliti melakukan penelitian dengan etika penelitian yaitu :
3.10.1. Informen consent (persetujuan menjadi responden)
Peneliti melakukan informed consent kepada partisipan, awal pertemuan,
peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan kerugian penelitian kepada
responden. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian yaitu melakukan pengkajian
pada pasien dengan penerapan tindakan penyuluhan diet pada orang dewasa
dengan Diabetes melitus yanga mengalami risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah. Merumuskan dignosa pada pasien dewasa dengan penerapan
tindakan penyuluhan diet pada pasien Diabetes melitus yang mengalami risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah . Penerapan tindakan penyuluhan diet
pada pasien dewasa dengan Diabetes melitus yang mengalami risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah, mengimplementasikan penerapan
penyuluhan diet pada pasien dewasa dengan Diabetes melitus yang mengalami
risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Mengevaluasi hasil dari penerapan
tindakan penyuluhan diet pada pasien dewasa dengan Diabetes melitus yang
mengalami risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Peneliti melaksanakan tata cara penelitiannya yaitu responden akan
dilakukan pengambilan data (identitas dan riwayat penyakit) agar dapat
ditemukan tanda dan gejala Diabetes melitus pada pasien dan peneliti
merencanakan tindakan penerapan penyuluhan diet pada pasien dewasa, dan
peneliti akan berfokus memberikan penyuluhan diet kepada responden, seperti:
diskusi mengenai penelitian dan hak untuk memilih berpatisipasi atau tidak
dalam penelitian.
Setelah responden menyetujui, manfaat dan kerugian dan bersedia
untuk berpatisipasi dalam penelitian, kemudian responden diberikan Informed
Consent untuk ditandatangani sebagai bukti bahwa responden bersedia
berpatisipasi dalam penelitian.

3.10.2. Anonimity (tanpa nama)


Peneliti mendapatka persetujuan dari partisipan dan tanda tangan pada lembar
persetujuan. Kemudian peneliti menjelaskan tentang etika anonimity yaitu
penelitian akan menjamin kerasahiaan identitas responden dengan tidak
mencantumkan nama asli tetapi dengan menggunakan nama inisial saja seperti
Ny. T

3.10.3. Confidentialiy (kerahasiaan)


Peneliti menjelasakan tentang etik confidentialiy, etik ini yaitu peneliti
menjamin kerahasiaan responden dengan tidak mempublikasikan nama asli di
penyajian dan tapi cukup dengan nama inisial saja. Informasi yang diperoleh dari
responden tidak akan lengkap kecuali untuk kepentingan hukum.
3.10.4. Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini yaitu :
Kemungkinan adanya kekurangan dalam sampel yang sudah di tetapkan atau
tidak sesuai dengan kriteria inklusi. Sehingga membutuhkan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk memenuhi target sampel. Kemungkinan adanya
kesalahan informasi yaitu kesalahan yng terjadi dalam cara mengamati, mencatat
dan lain-lain sehingga mengakibatkan distorsi atau kesalahan penaksiran
pengaruh risiko terhadap penyakit khususnya untuk variabel riwayat pernah
menderita perilaku kekerasan keterbatasan waktu sehingga ketidak efektifannya
hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

ADA 2012. Standards of Medical Care in Diabetes-2012.


PERKENI 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes MelitusTipe 2 di
Indonesia.Soegondo S., 2009.
Buku Ajar Penyakit Dalam: Insulin : Farmakoterapi pada
Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tipe 2, Jilid III, Edisi 4,Jakarta: FK UI pp.
1884.Waspadji S., 2009.
Buku Ajar Penyakit Dalam: Kaki Diabetes, Jilid III, Edisi 4,Jakarta: FK UI pp. 1961-
62.Purnamasari D. 2009. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam:Sudoyo
A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
Buku ajarilmu penyakit dalam jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna PublishingAlmatsier, Sunita.
2013. Penuntun Diet . Gramedia Pustaka Utama. JakartaBAB III

Anda mungkin juga menyukai