Disusun Oleh :
NIM : 18.066
PEMBERIAN EDUKASI
DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RISIKO
Disusun Oleh:
NIM : 18.016
TANGERANG2020-2021
Demikianlah pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan
dari siapapun.
14 Februari 2021
Mengetahui
Pembimbing I
Ns. Leni Rosita, S.Kep. M.Kep
Pembimbing II
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Oleh:
18.066
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
NIM : 18.066
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan
hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari
penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan hasil plagiat atau
penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan
peraturan yang berlaku di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Cendekia Abditama
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penyusun
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pemberian Edukasi Dengan Diagnosa
Keperawatan Risiko ketidakstablan kadar glukosa darah dengan masalah
kesehatan Diabetes melitus Tipe 2’’
Penulisan karya tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Studi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan di
Universitas Cendekia Abditama Tangerang.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu dengan hati
yang tulus, penulis mengharapkan dukungan berupa saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang dan mudah – mudahan
karya tulis ilmiah ini berguna bagi penulis dan dapat memberi manfaat bagi
mereka yang membacanya. Aamiin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa jenis Diabetes Melitus (DM) yaitu diabetes melitus tipe 1,
diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestastional, dan diabetes melitus tipe
lainnya. Jenis diabetes yang paling banyak diderita adalah diabetes melitus
tipe 2. DM Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai akibat
sekresi insulin sel beta dan gangguan resistensi insulin (Depkes dalam
Trisnawati dan Setyorogo, 2013).
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah dapat mendeskripsikan :
a. Pelaksanaan pengkajian pada pasien dengan masalah keperawatan
ketidakstabilan kadar glukosa darah, masalah kesehatan Diabetes
Melitus Tipe 2
b. Penyusun diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2 , terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
c. Penyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2 terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
d. Implementasi tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah
kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2, terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
e. Evaluasi pelaksanaan implementasi pada keluarga dengan masalah
kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2, terutama pada masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Manfaat praktis
1. Bagi masyarakat
Diharapkan penelitian ini akan berguna untuk menambah
pengetahuan masyarakat, khususnya mengenai masalah kesehatan
Diabetes Melitus Tipe 2 yang mungkin dialami oleh sebagian
masyarakat.
2. Bagi Universitas cendikia abditama prodi DIII keperawatan
Bagi dunia keperawatan khususnya Universitas cendikia abditama
prodi DIII keperawatan untuk mengembangkan teori dan ilmu
keperawatan khususnya mata kuliah keperawatan bedah dalam.
3. Bagi perawat
Sebagai bahan wawasan sehingga dapat melaksanakan peran
perawat dengan sebaik mungkin serta memberikan asuhan
keperawatan pada masalah kesehatan Diabetes Melitus tipe 2
dengan baik dan benar.
4. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar dalam
memberikan informasi tentang masalah kesehatan Diabetes Melitus
Tipe 2, terutama pada masalah keperawatan ketidakstabilan kadar
glukosa darah dan diharapkan penelitian ini dapat digunakan oleh
peneliti selanjutnya sebagai referensi dalam melakukan penelitian
yang lebih baik dari peneliti sebelumnya.
5. Bagi responden
Sebagai informasi tentang penyakit Diabetes Melitus Tipe 2,
dengan cara atur pola makan, mengetahui adanya gejala Diabetes
Melitus Tipe 2, serta meningkatkan pengetahuan pasien tentang
upaya pencegahan dan pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil
Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian
insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia
muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity
Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta
pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan
perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau
anak dengan obesitas.
c. Diabetes Mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas,
kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan
reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara
lain : Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting
dan asam hidotinik
3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi
glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam
NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Patofisiologi
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah
utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II
paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit
yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang
kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
2.1.5 Komplikssi
Ada empat hal utama yang mendasari terjadinya komplikasi
kronis DMT2 yaitu, meningkatnya HbA1c, glukosa plasma puasa,
dan glukosa post prandial serta meningkatnya variabilitas glukosa.
Keempat hal ini disebut tetrad concept, merupakan keadaan yang
harus diperbaiki dalam penatalaksanaan DMT2 agar dapat
mencegah ataupun memperlambat timbulnya komplikasi
mikrovaskular dan makrovaskular. Hiperglikemia kronik dan
fluktuasi kadar glukosa darah akut dari puncak ke nadir merupakan
komponen yang menyebabkan terjadinya komplikasi kronik DM
melalui dua mekanisme utama, yaitu glikasi protein yang
berlebihan dan stres oksidatif.
2.1.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan
meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko
komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2
Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat dinamis,
membutuhkan kreatifitas dan berlaku rentan kehidupan dan keadaan. Adapun
tahap dalam melakukan keperawatan, rencana, implementasi, evaluasi.
2.2.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
f. Riwayat psikososial
2) Pemeriksaaan fisik
tanda-tanda vital.
c) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka,
d) System pernapasan
e) Sistem kardiovaskuler
f) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g) System urinary
h) System musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstremitas.
i) System neurologis
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi GDS > 200 mg/dl. Gula darah puasa >
126 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urin.
c) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.
B. Analisa data
Edukasi :
1. anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dl
2. anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
3. anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urin, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan diabetes
( mis, penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggatian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kaliaum,
jika perlu
Hiperglikemia adalah gejala khas DM Tipe II. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan gangguan kadar glukosa darah adalah resistensi insulin pada
jaringan lemak, otot, dan hati, kenaikan produksi glukosa oleh hati, dan
kekurangan sekresi insulin oleh pankreas. Ketidakstabilan kadar glukosa
darah (hipoglikemia) biasanya muncul pada klien diabetes melitus yang
bertahun-tahun. Keadaan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan
sedikit atau aktivitas fisik yang berat (& B. Smeltzer, 2002). Selain
kerusakan pancreas dan resistensi insulin beberapa factor yang dapat
memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah adalah pola
makan, aktivitas, dan pengobatan klien DM tipe II (Soegondo, 2011)
Hiperglikemia
1) Subyektif : pasien men
2) gatakan sering merasa lelah atau lesu.
3) Obyektif : kadar glukosa dalam darah/ urin pasien tinggi
Hipoglikemia
1. Subyektif : pasien mengatakan sering mengantuk dan merasa
pusing.
2. Obyektif : terjadinya gangguan koordinasi, kadar glukosa darah/
urin pasien rendah.
b. Tanda dan gejala minor Hiperglikemia
1) Subyektif : pasien mengeluh mulutnya terasa kering, sering merasa
haus.
2) Obyektif : jumlah urin pasien meningkat.
Hipoglikemia
1) Subyektif : pasien mengeluh sering merasa kesemutan pada
ektremitasnya, sering merasa lapar.
2) Obyektif : pasien tampak gemetar, kesadaran pasien
menurun,berprilaku aneh, pasien tampak sulit berbicara dan
berkeringat.
2) Perencanaan Makanan
Tujuan umum dari terapi gizi adalah membantu pasien diabetes
memperbaiki kebiasaan gizinya dan ditujukan pada pengendalian gula
darah, lemak serta hipertensi. Perencanaan makanan sebaiknya
mengandung zat gizi yang cukup, artinya pengaturan porsi makan yang
cukup sepanjang hari. Ingat selalu 3J : Jumlah , Jenis , Jadwal.
3) Kegiatan Jasmani
4) Pengelolaan Farmakologis
BAB III
METODE STUDI KASUS
Melakukan
Evaluasi
Analisis Hasil
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA