Anda di halaman 1dari 90

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA


DARAH PADA PENYANDANG DIABETES MELLITUS TIPE II
DI DESA MANGUNSAREN KECAMATAN TARUB
KABUPATEN TEGAL

Disusun Oleh :
M. IRGAN AJI PANGESTU
C1015022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA


DARAH PADA PENYANDANG DIABETES MELLITUS TIPE II
DI DESA MANGUNSAREN KECAMATAN TARUB
KABUPATEN TEGAL

Disusun Oleh

M. IRGAN AJI PANGESTU


C1015022

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners
Di STIKes BHAMADA
2019

i
STIKES BHAMADA SLAWI PERNYATAAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN KEASLIAN
DAN NERS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : M Irgan Aji Pangestu
NIM : C1015022

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya :


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan saya telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Slawi, 25 Juli 2019


Yang Menyatakan

(M Irgan Aji P)

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi penelitian


yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA DARAH


PADA PENYANDANG DIABETES MELLITUS TIPE II
DI DESA MANGUNSAREN KECAMATAN TARUB
KABUPATEN TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh


M. IRGAN AJI PANGESTU
C1015022

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 25 Juli 2019 dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji 1

Ratna Widhiastuti, M.Kep


NIPY : 1988.02.04.18.115

Penguji II,

Firman Hidayat, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J


NIPY :1974.03.10.97.009

Penguji III,

Khodijah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIPY : 1980.03.10.06.040

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya peneliti masih diberi nikmat kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan tingkat
depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa
Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir program Prodi Sarjana
Keperawatan dan Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
Slawi. Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :
1. Dr. Risnanto, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Mandala Husada Slawi.
2. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.Ns.,Sp.,Kep.Kom selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.
3. Firman Hidayat, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.J selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, kritik, saran dan memberi arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Khodijah, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kritik, saran dan motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Ratna Widhiastuti, M.Kep. selaku Penguji I yang telah memberikan masukan
bermanfaat pada proses pembuatan skripsi.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi, yang
telah membimbing dan mendidik peneliti selama melakukan kegiatan
perkuliahan dari semester satu hingga semester delapan.
7. Kedua orang tua Bapak Waryono dan Ibu Siti Aminah, adik saya tercinta Lika
Khanifah serta keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, perhatian,
do’a dan dukungan yang tiada habisnya.

iv
8. Penti Wijayanti, S.Kep.,Ns yang telah memberikan semangat, motivasi,
perhatian dan keseharianya yang selalu bersama menemani dalam menyusun
skripsi ini, semoga kesuksesan menyertaimu.
9. Kepala Desa Mangunsaren dan jajaranya yang telah memberikan izin kepada
penulis melakukan penelitian dan membantu penulis untuk melengkapi data
untuk kepentingan skripsi.
10. Kepada teman-teman seperjuangan, terimakasih atas hari-hari yang dilalui
bersama yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyusun
skripsi ini. Semoga sukses menyertai kita.
11. Teman-teman seperjuangan Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners
STIKes Bhamada Slawi angkatan tahun 2015 yaitu 4A dan 4B yang selalu
mendukung dalam melakukan kegiatan penelitian.
12. Teman-teman kk_kost yang telah memberikan waktunya untuk menjadikan
tempat curhatan peneliti selalu memberikan semangat dan motivasi.
13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung yang tidak bisa peneliti
sebut satu persatu, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dalam teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki oleh peneliti. Untuk kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti
harapkan demi penyempurnaan tugas ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya dibidang kesehatan dan juga dapat bermanfaat bagi pembacanya,
khususnya para mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya pada kajian
yang sama. Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas amal dan jasa pada
mereka yang telah memberikan bantuan.

Slawi, Juli 2019

Peneliti

v
HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA DARAH
PADA PENYANDANG DIABETES MELLITUS TIPE II DI DESA
MANGUNSAREN KECAMATAN TARUB KABUPATEN TEGAL

M Irgan Aji Pangestu1), Firman Hidayat2), Khodijah 3)


1)
Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners, STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia
2) 3)
Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia

Email: irgan37@gmail.com

ABSTRAK

Prevalensi diabetes mellitus setiap tahun semakin meningkat, diabetes mellitus


dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik fisik maupun psikologis. Salah satu
dampak psikologis yang muncul adalah depresi dan stressor yang ditandai dengan
perasaan takut, khawatir, putus asa dan gelisah. Salah satu cara untuk mengatasi
depresi adalah menurunkan nilai kadar gula darahnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah
penandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
korelasi pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total
sampling, sebanyak 50 responden. Hasil analisa data menggunakan pearson
corelation menunjukan p value 0,00 (p<0,005) yang berarti ada hubungan tingkat
depresi dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2.
Penyandang diabetes mellitus diharapkan untuk selalu kontrol rutin gula darahnya
untuk mencegah komplikasi diabetes mellitus dan mengurangi tingkat depresi.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Kadar Gula Darah, Tingkat Depresi

vi
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF DEPRESSION AND
BLOOD SUGAR LEVELS IN PEOPLE WITH TYPE 2 DIABETES
MELLITUS IN THE VILLAGE MANGUNSAREN TARUB
SUB-DISTRICT TEGAL

M Irgan Aji Pangestu1), Firman Hidayat2), Khodijah 3)


2)
Student of Undergraduate Program of Nursing and Ners, STIKes Bhakti Mandala Husada
Slawi 52416, Tegal Indonesia
2) 3)
Lecturer of STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia

Email: irgan37@gmail.com

ABSTRACT

The prevalence of diabetes mellitus increases every year, diabetes mellitus can
cause various complications, both physical and psychological. One psychological
impact that arises is depression and stressors which are characterized by feelings
of fear, worry, hopelessness and anxiety. One way to overcome depression is to
reduce the value of blood sugar levels. This study aims to determine whether there
is a relationship between depression levels with blood sugar levels of people with
type 2 diabetes mellitus in Mangunsaren Village, Tarub District, Tegal Regency.
This research is a quantitative study with a cross sectional correlation design. The
sampling technique is total sampling, as many as 50 respondents. The results of
data analysis using Pearson Correlation showed p value 0.00 (p <0.005) which
means there is a relationship between depression level and blood sugar levels in
people with type 2 diabetes mellitus. People with diabetes mellitus are expected to
always routinely control their blood sugar to prevent complications of diabetes
mellitus and reduce the level of depression.

Keyword : Diabetes Mellitus, Blood Sugar Levels, Level of Depression

vii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI. ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL. ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiii
LAMPIRAN....................................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi ............................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Depresi .......................................................................... 8
2.1.2 Faktor Penyebab Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus ............. 8
2.1.3 Gejala Depresi ................................................................................. 9
2.1.4 Tingkat Depresi ............................................................................... 9
2.1.4.1 Depresi Ringan ................................................................... 9
2.1.4.2 Depresi Sedang .................................................................. 10
2.1.4.3 Depresi Berat ...................................................................... 10
2.1.5 Penatalaksanaan Depresi ................................................................ 10
2.2 Diabetes Mellitus (DM) ..................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus .......................................................... 10
2.2.2 Penyebab Diabetes Mellitus. .......................................................... 12
2.2.2.1 Usia ..................................................................................... 12
2.2.2.2 Jenis Kelamin ..................................................................... 12
2.2.2.3 Riwayat Keluarga .............................................................. 12
2.2.2.4 Ras dan Etnik ..................................................................... 12
2.2.2.5 Kurangnya Aktivitas Fisik. ................................................ 13
2.2.2.6 Pola Makan......................................................................... 13
2.2.2.7 Stres. ................................................................................... 13
2.2.2.8 Obesitas. ............................................................................. 14
2.2.2.9 Dislipedemia. ..................................................................... 14
2.2.2.10. Hipertensi . ...................................................................... 14
2.2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus.......................................................... 14
2.2.3.1 Diabetes Mellitus Tipe 1. ................................................... 14

viii
2.2.3.2 Diabetes Mellitus Tipe 2. ................................................... 15
2.2.3.3 Diabetes Gestasional. ......................................................... 16
2.2.4 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus. ............................................ 16
2.2.4.1 Poliuri. ................................................................................ 17
2.2.4.2 Polidipsi. ............................................................................. 17
2.2.4.3 Polifagi. .............................................................................. 17
2.2.4.4 Penurunan Berat Badan. .................................................... 17
2.2.4.5 Gangguan Syaraf Tepi dan Kesemutan. ............................ 17
2.2.5 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM) . .................................... 17
2.3 Kadar Gula Darah. ............................................................................. 19
2.3.1 Definisi Kadar Gula Darah. ............................................................ 19
2.3.2 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah................................................ 19
2.3.2.1 Tes Gula Darah Puasa. ....................................................... 19
2.3.2.2 Tes Gula Darah 2 Jam Postpranadial (PP). ....................... 19
2.3.2.3 Tes Gula Darah Sewaktu. .................................................. 19
2.3.2.4 Uji HbA1c. ......................................................................... 19
2.3.3 Efek Ketidakstabilan Hormon dan Efek Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah. ............................................................................... 20
3.3.4 Konsep yang Mempengaruhi Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
dengan Depresi. .............................................................................. 20
2.4 Kerangka Teori. ................................................................................. 22
2.5 Kerangka Konsep. .............................................................................. 23
2.6 Hipotesis Penelitian. .......................................................................... 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................... 24
3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .................................... 24
3.2.1 Alat Penelitian ................................................................................ 24
3.2.2 Cara Pengumpulan Data ................................................................. 25
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 27
3.3.1 Populasi ........................................................................................... 27
3.3.2 Sampel. ............................................................................................ 27
3.4 Besar Sampel...................................................................................... 27
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 27
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran. ... 27
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data....................................... 28
3.7.1 Teknik Pengolahan Data ................................................................ 28
3.7.2 Analisis Data .................................................................................. 29
3.8 Etika Penelitian. ................................................................................. 30
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 33

ix
4.1.1 Karakteristik Responden ................................................................ 33
4.1.2 Tingkat Depresi .............................................................................. 34
4.1.3 Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 ............ 34
4.1.4 Hubungan Tingkat Depresi dengan Penyandang Diabetes
Mellitus Tipe 2 .............................................................................. 35
4.1.5 Hasil Uji Normalitas Data menggunakan Kolmogorov-smirnov 35
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 36
4.2.1 Karakteristik Responden ............................................................... 36
4.2.2 Tingkat Depresi ............................................................................. 39
4.2.3 Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 ........... 41
4.2.4 Hubungan Tingkat Depresi dengan Penyandang Diabetes
Mellitus Tipe 2 .............................................................................. 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 45
5.2 Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tes Gula Darah Puasa ................................................................................... 19


2.2 Tes Gula Darah 2 Jam Pp ............................................................................. 19
2.3 Tes Gula Darah Sewaktu ............................................................................... 19
2.4 Uji HbA1 ....................................................................................................... 19
3.1 Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Ukur .......................... 28
3.2 Variabel Penelitian dan Uji Statistik ............................................................ 30
4.1 Tendensi Sentral Karakteristik Usia Responden .......................................... 33
4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ......................................................................................................... 33
4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ..... 33
4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi .......................................................... 34
4.5 Tendensi Sentral Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus
Tipe 2 ....................................................................................................... 34
4.6 Hubungan Tingkat Depresi dengan Kadar Gula Darah Penyandang
Diabetes Mellitus Tipe 2 ............................................................................... 35
4.7 One-sample Kolmogorov-smirnov Test ...................................................... 35

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Konsep yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah dengan Depresi ................ 21
2.2 Kerangka Teori ............................................................................................... 21
2.3 Kerangka Konsep............................................................................................ 22

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO = Word Health Organization


IDF = International Diabetic Foundation
DSM = Diagnostic and Statistical Manual
ADA = American Diabetes Associaion
ACTH = Adreno Cortico Trophic Hormone

xiii
DAFTAR LAMIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian


Lampiran 2 Informasi Penelitian
Lampiran 3 Lembar Permohonan
Lampiran 4 Lembar Perstujuan
Lampiran 5 Lembar Kuesioner
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Lembar Surat Ijin Penelitian
Lampiran 8 Lembar SPSS Penelitian
Lampiran 9 Lembar Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10 Curriculum Vitae
Lampiran 11 Lembar Konsultasi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Depresi semakin banyak terjadi pada pasien yang mengalami kondisi kronik
menahun seperti diabetes mellitus, struk, kanker serta gangguan nyeri yang kronik.
Banyak orang yang masih memandang diabetes mellitus hanya dari segi klinisnya
saja, namun diabetes mellitus dan depresi dapat saling memicu sehingga
penyandang diabetes mellitus resiko tinggi mengalami depresi. Faktor pencetus
terjadinya depresi pada penyandang diabetes mellitus tipe 2 dikarenakan kurangnya
dukungan sosial, ketidaktrimaan akan keadaan yang dialaminya. Hal ini yang
memunculkan rasa depresi pada penyandang diabetes mellitus tipe 2 sebagai respon
rasa kehilangan dan duka yang dialaminya, sebaliknya diabetes mellitus tipe 2
meningkatkan resiko depresi pada seseorang atau bahkan membuat lebih parah yang
telah menderita depresi. Masalah ini sangat penting karena seseorang dengan
depresi akan mengalami penurunan produktifitas (Rivandi, 2015).

World Health Organization (WHO) memperkirakan Depresi akan menjadi penyakit


dengan beban global kedua terbesar di dunia setelah penyakit jantung iskemik pada
tahun 2020. Pravelensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% pertahun dan life time
Prevalence bisa mencapai dua kali lipatnya. Hasil survey di 14 negara pada tahun
1990 menunjukan depresi masalah kesehatan dengan urutan ke-4 terbesar di dunia
yang mengakibatkan bebas dan sekitar 20% wanita dan 12% pria pada waktu
kehidupannya pernah mengalami depresi. Pravelensi depresi pada pasien diabetes
mellitus mencapai 60%, terdapat 329 juta orang di dunia menderita diabetes
mellitus tipe 2 dan menduduki peringkat ke-10 dunia dengan jumlah penyandang
diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 6,6 juta orang pada tahun 2030 diproyeksikan
menempati posisi ke-9 dengan perkiraan sebanyak 10,6 juta orang dengan kematian
mencapai 4,6 juta orang. Pada umumnya gangguan mental yang terjadi pada
gangguan depresi,. Diperkirakan 4,4% dari populasi dari populasi global menderita
gangguan depresi 3,7%. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara
tahun 2005-2015 (WHO, 2017).

1
2

Setiap keluarga pasti mengharapkan semua anggota keluarganya dalam keadaan


sehat jiwa maupun raga. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak
keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Menurut data
yang diperoleh oleh WHO pada tahun 2016 terdapat hampir 550 juta penduduk
dunia mengalami jiwa termasuk depresi dengan angka kekambuhan 50% hingga
92%. Tidak hanya jumlah gangguan jiwa, jenis gangguan jiwa juga terbilang
banyak. Data WHO tahun 2016 menunjukan sekitar 35 juta jiwa terkena depresi,
47,5 juta terkena dimensia (Kemenkes, 2018). Pravalensi depresi atau gangguan
mental emosional umur 15 tahun keatas di indonesia sebesar 9,8% sedangkan
depresi umur 15 tahun keatas sebesar 6,1% dan 9% penderita depresi yang minum
obat atau menjalani pengobatan medis (Riskesdas, 2018).

Resiko depresi pada penderita Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh stressor
psikologi kronik karena mengidap penyakit kronik, sebaliknya depresi dapat
menjadi faktor resiko Diabetes Mellitus peningkatan sitokin pro-inflamasi IL-1, IL-
6, dan TNF alfa ditemukan pada sebagian besar pasien dengan depresi dan hampir
ditemukan pada pasien Diabetes Mellitus dengan tipe II. Sitokin proinflamasi
tersebut berkaitan dengan kemunculan gejala depresi akibat gangguan neural
(Charney, 2015). Mereka yang memiliki depresi dibandingkan dengan mereka tanpa
depresi umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan kurang
aktifitas secara fisik. Depresi pada orang dengan Diabetes Mellitus berkaitan
dengan kontrol glikemik dan metabolik yang lebih buruk, percepatan timbulnya
komplikasi yang lebih cepat, dan resiko morbidatis dua kali lebih besar
dibandingkan dengan penderita Diabetes Mellitus tanpa depresi (Roy, 2014).

Penelitian Smenkof, et al (2015) menunjukkan bahwa satu dari setiap empat orang
yang menderita diabetes melitus tipe 2 juga menderita depresi. Faktor pencetus
terjadinya distress pada penderita dikarenakan kurangan dukungan sosial maupun
dukungan keluarga, ketidaktrimaan akan keadaan yang dialaminya. Selain itu,
depresi yang dialami oleh penderita diabetes melitus tipe II dapat meningkatkan
resiko komplikasi pada diabetes mellitus tipe II itu sendiri seperti, hiperglikemia,
insulin, resistensi dan mikro. Sebaiknya, diagnosis diabetes mellitus tipe II
3

meningkatkan resiko depresi pada seseorang atau bahkan membuat parah seseorang
yang telah menderita depresi (Smenkof, 2015).

Menurut (Degmecic, dkk, 2014) membuat rangkuman psikososial yang


mempengaruhi pravelensi depresi pada pasien diabetes, ternyata depresi pada
diabetes mellitus tipe II lebih banyak dijumpai pada perumpuan, ras minoritas,
status social, ekonomi rendah dan tidak bekerja.Pendapat Degmecic dikuatkan
kembali oleh penelitian Schmitz Nobert (2014), dimana depresi semakin meningkat
pada seseorang sebagai akibat adanya penyakit kronis, kurangnya komunikasi,
kurangnya pengetahuan masyarakat maupun tentang depresi dan kurangnya
informasi.Depresi pada diabetes mellitus tipe II juga sangat berhubungan dengan
ketidakmampuan seseorang mengontrol glikemik, meningkatkan kematian,
menurunkan fungsi fisik dan fungsi fikiran, meningkatkan biaya kesehatan yang
membuat seseorang terbebani (Schmitz, 2014).

Jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami


peningkatan Word Health Organization / WHO (2016), memperkirakan sebanyak
422 juta orang dewasa hidup dengan Diabetes Mellitus. International Diabetic
Foundation (IDF), menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang hidup
dengan Diabetes Mellitus. Penyakit ini yang jumlah penderitana mengalami
peningkatan di indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati peringkat ke-4
setelah Amerika Serikat, China, Indiadengan penderita Diabetes Mellitus terbanyak
di dunia. Diperkirakan Diabetes Mellitus akan meningkat pada tahun 2030 sebesar
21,3% juta orang (WHO, 2016).

Di Indonesia, berdasarkan dari pravelensi Diabetes Mellitus Tipe 2 pada umur 15


tahun keatas terbanyak di DKI sebesar 3,4% dan terendah di NTT sebesar 0,9%.
Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2018
menunjukan peningkatan berdasarkan usia 15 tahun keatas sebesar 10,9%.
Pravelensi Diabetes Mellitus Tipe 2 berdasarkan diagnosis maupun gejala laki-laki
sebanyak 1,2% dan perempuan 1,8% (Riskesdas, 2018).
4

Jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami


peningkatan, memperkirakan sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan
Diabetes Mellitus. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2016
menunjukan adanya peningkatan penderita Diabetes Mellitus dari 15,77% di tahun
2015 menjadi 22,1% di tahun 2016. Kejadian paling besar terjadi di kota Surakarta
sebesar 22,534 kasus. Kejadian Diabetes Mellitus di RSUD Dr Moewardi pada
tahun 2016 juga tinggi, yaitu ada 140 pasien Diabetes Mellitus tipe I dan 13,084
pasien dengan Diabetes Mellitus tipe II (Dinkes Jateng, 2016).

Angka kejadian Diabetes Mellitus di dunia pada tahun 2012 adalah 371 juta jiwa,
tahun 2013 meningkat menjadi 382 juta jiwa dan di prediksikan pada tahun 2035
penderita Diabetes Mellitus meningkat mencapai 592 juta jiwa (Kemenkes RI,
2014). Berdasarkan data dari rumah Sakit RSCM Jakarta pada tahun 2011
komplikasi terbanyak neuropati yang dialami oleh 54% penderita Diabetes Mellitus
(Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014). Menurut Oiette
American Journal of Managed Care (2012), Depresi pada penderita diabetes
mellitus dua kali lebih banyak di antara penduduk umumnya, dengan 15% sampai
30% dari pasien diabetes mellitus, dan menunjukan bahwa 43,5% pasien yang
mengunjungi klinik diabetes melitus menderita depresi (Khuwaja et al, 2016).

Diabetes Mellitus penyakit yang sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia dan akan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan yang besar. Oleh
karena itu, baik masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut serta secara aktif
dalam usaha upaya untuk pencegahan. Diabetes Mellitus penyakit menahun yang
akan dialami seumur hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta
dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga mempunyai peran
yang sangat penting, sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan
pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan dan penatalaksanaan
Diabetes Mellitus akan sangat baik. Keberadaan organisasi profesi seperti
PERKENI dan IDAI, serta perkumpulan pemerhati Diabetes Mellitus yang lain
seperti PERSADIA, PEDI dan yang lain menjadi sangat dibutuhkan (Perkeni,
2015).
5

Diabetes Melitus penyakit seumur hidup, kematian penyandang Diabetes Mellitus


disebabkan paling banyak karena komplikasi oleh sebab itu harus dihadapi dengan
sikap yang positif. Penderita diabetes mellitus berusia panjang seperti orang normal
apabila dalam kondisi terkendali. Sikap yang paling tepat bisa menerima dan
bersahabat dengan penyakitnya. Penyandang diabetes mellitus berlawanan dengan
dorongan yang muncul dari tubuh, misalnya merasa sangat lapar melawan
membatasi makanan, ingin minum manis melawan pantang minum gula, maka
untuk tetap hidup butuh kesadaran dan perjuangan dan mewujudkannya (Sutedjo,
2015).

Kadar gula darah suatu indikator dalam mendiagnosis Diabetes Mellitus (DM),
untuk menegakan serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi, dengan
demikian perekembangan penyakit dapat dimonitor. Diagnosis DM biasanya
mengambil gula darah puasa, gula darah 2 jam pp dan gula darah sewaktu sebagai
sampel pemeriksaan. Pemeriksaan kadar gula darah biasanya menggunakan alat
GDS dan sering juga dilakukan dilaboratorium klinik (Kemenkes RI, 2013).

Kadar gula darah istilah yang mengacu kepada tingkat gula didalam darah
konsentrasi gula darah serum diatur dengan ketat didalam tubuh, umumnya
konsentrasi gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-
150mg/dl). Kadar gula darah meningkat setelah makan dan berada pada level
terendah dipagi hari sebelum makan. Umumnya pada orang normal, pankreas
melepas hormon insulin yang berfungsi untuk memasukan gula dari darah menuju
otot dan jaringan untuk memasok energi (Hendrikson, 2012).

Studi peneliti sudah membuktikan pada penyandang Diabetes Mellitus yang telah
melakukan kontrol gula darah secara rutin akan mempunyai kualitas hidup yang
lebih baik dan akan mempunyai resiko komplikasi yang sangat rendah, maka dari
itu, kontrol kadar gula darah bagi penyandang DM sangatlah penting dimana dapat
membantu menentukan penanganan medis yang tepat sehingga dapat mengurangi
resiko komplikasi yang berat dan membantu penyandang menyesuaikan atau
mengatur pola makan, aktivitas fisik dan juga kebutuhan kadar insulin untuk
memperbaiki kadar gula darah sehari-hari (Mcculloch, 2010).
6

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Maret 2019
didapatkan data dari Pukesmas Kecamatan Tarub terdapat 50 penderita penyakit
diabetes mellitus. Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Tarub desa yang paling
banyak menyandang Diabetes Mellitus yaitu desaMangunsaren. Kemudian peneliti
melakukan wawancara dengan 7 orang yang terkena diabetes mellitus tipe II,
mayoritas penderita mengeluh setiap bulan sekali harus kontrol untuk mengetahui
kadar gula darahnya, setiap malam mengeluh susah tidur karena sering BAK pada
malam hari, juga sering mengeluh kakinya terasa kesemutan dan penglihatanya
berkurang. Kemudian peneliti melakukan wawancara pada 3 penderita yang
terdapat luka diabetes mellitus, penderita mengatakan luka sangat mengganggu
aktivitas setiap harinya, lukanya sulit untuk disembuhkan walaupun sudah diobati
terus menerus dan saya perhatikan orang yang menderita diabetes mellitus jarang
keluar rumah atau jarang berinteraksi dengan tetangga karena dirinya merasa
pesimis dengan penyakit yang dialaminya.Berdasarkan latar belakang yang sudah
dijelaskan, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengidentifikasi apakah ada
hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes
mellitus tipe II Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menghubungkan tingkat depresi dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes
mellitus tipe II di desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin dan pekerjaan) di
Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
1.2.2.2 Mengetahui tingkat depresi di Mangunsaren kecamatan Tarub kabupaten
Tegal
1.2.2.3 Mengetahui nilai kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe II
di desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
7

1.2.2.4 Mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah pada
penyandang diabetes mellitus tipe II di desa Mangunsaren Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Aplikatif
Bagi keluarga dan pasien dapat dipergunakan sebagai penambah ilmu pengetahuan
dalam mengontrol kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe II.

1.3.2 Manfaat Keilmuan


Manfaat dalam bidang keilmuan yaitu menambah wawasan dan pengetahuan bagi
institusi keperawatan tentang adanya hubungan tingkat depresi dengan kadar gula
darah pada penyandang diabetes mellitus. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai informasi dan referensi bagi tenaga kesehatan tentang kadar
gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe II.

1.3.3 Manfaat Metodologi


Dapat dijadikan sebagai perbandingan dalam pengembangan penelitian selanjutnya
mengenai kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe II.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi
2.1.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan mental yang merupakan gangguan suasana hati atau mood
yang mendalam dikenal sebagai gangguan afektif. Depresi ditandai dengan
gangguan perasaan atau suasana hati yang murung, tidak bersemangat, penurunan
energi, perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur dan selera makan serta
sulit berkonsentrasi. Selain itu depresi sering timbul dengan gejala kecemasan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual-V (DSM-V), gejalakecemasan
yang dapat mengindikasikan depresi adalah kekhawatiran yang tidak masuk akal,
sulit merasa santai, merasa tegang dan takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi (Marcus et al., 2015).

Depresi menunjukkan suasana hati yang tertekan, perasaan putus asa, perasaan
sedih, tidak berharga, gangguan tidur dan nafsu makan serta penurunan kualitas
hidup pasien dengan diabetes yang berhubungan dengan tingginya tingkat
morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan (Ghanbari & Azita, 2017). Sedangkan
menurut Kaplan (2012) depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai
oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitan berat.

Berdasarkan yang sudah dijelaskan menurut beberapa ahli mengenai pengertian


depresi dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan suasana hati yang
mendalam meliputi keadaan emosional individu dengan perasaan sedih, putus asa,
pesimis, tidak bersemangat, susah tidur, merasa tegang dan takut bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi.

2.1.2 Faktor Penyebab Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus


Pasien dengan diabetes melitus memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
terjadinya depresi dibandingkan dengan bukan penderita diabetes. Beberapa

8
9

faktor penyebab depresi pada penderita diabetes mellitus adalah kekhawatiran akan
penyakit seumur hidup dan komplikasinya, efek fisik dan mental akibat pengobatan
terus menerus, sel-management dan dukungan keluarga buruk. Selain itu, usia juga
dapat menjadi penyebab depresi karena usia yang semakin tua risiko depresi
semakin meningkat (Heeramun-aubeeluck et al., 2015). Faktor penyebab lain yaitu
bisa dari aspek genetik seperti riwayat depresi dalam keluarga, riwayat depresi
sebelum menderita diabetes, perubahan biologis pada otak akibat penyakit kronik,
behavioral risk yang meliputi obesitas, kebiasaan merokok, tidak pernah olah raga
dan sedentary lifestyle (Kaplan & Saddock, 2012).

2.1.3 Gejala Depresi


Gejala depresi menurut Maslim (2013) terbagi menjadi dua yaitu gejala utama dan
gejala lainnya. Gejala utama, seperti perasaan depresif atau perasaan tertekan,
kehilangan minat dan semangat, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah. Gejala lain, seperti konsentrasi dan perhatian berkurang,
perasaan bersalah dan tidak berguna, tidur terganggu, harga diri dan kepercayaan
diri berkurang, perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, pesimistik,
nafsu makan berkurang.

2.1.4 Tingkat Depresi


Pengklasifikasian depresi berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnostik
Gangguan Jiwa III (2013) dikategorikan ke dalam depresi ringan, sedang dan berat.
Penggolongan tersebut sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya
terhadap fungsi kehidupan seseorang. Berikut dijelaskan satu persatu yang termasuk
kriteria depresi ringan, sedang dan berat yaitu:
2.1.4.1 Depresi Ringan
Minimal terdapat dua dari tiga gejala utama depresi dan dua dari gejala lainnya,
namun tidak boleh ada gejala berat diantaranya. Lama periode depresi sekurang-
kurangnya selama dua minggu. Hanya sedikit kesulitan dalam melakukan kegiatan
sosial yang umum.
10

2.1.4.2 Depresi Sedang


Harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan
ditambah tiga atau empat dari gejala lainnya. Lama periode depresi minimal dua
minggu serta menghadaapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial.
2.1.4.3 Depresi Berat
Depresi ini harus memiliki semua gejala utama ditambah sekurang- kurangnya
empat dari gejala lainnya. Lama episode minimal dua minggu akan tetapi apabila
gejala sangat berat dan onset sangat cepat maka dibenarkan untuk menegakkan
diagnosa dalam kurun waktu dua minggu. Penderita tidak mampu meneruskan
kegiatan sosialnya.

2.1.5 Penatalaksanaan Depresi


Penatalaksanaan depresi menurut Fadilah (2012) yaitu dengan cara menghindari
kebiasaan menyendiri atau dorong pasien untuk terlibat dalam kegiatan sosial,
berikan dukungan keluarga yang baik, diberikan terapi perilaku kognitif dan terapi
psiokoanalitik, jika depresi semakin berat berikan obat obatan. Terapi perilaku
kognitif bertujuan untuk membantu pasien mengembangkan pola pikir dan gaya
hidup baru melalui analisis pemikiran. Sedangkan terapi psikoanalitik bertujuan
untuk membantu pasien memahami alam bawah sadar yang mempengaruhi emosi
dan perilaku saat ini dengan menganalisis pengalaman. Jika depresi semakin berat
maka diberikan obat antidepresan bekerja dengan menormalkan neurotransmiter
diotak atau berikan obat penenang untuk membantu mengurangi kecemasan
sementara.

2.2 Diabetes Mellitus (DM)


2.2.1 Pengertian Diabetes mellitus
Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan
metabolik menahun dengan karakteristik hiperglikemia akibat pankreas tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif. Seseorang didiagnosa DM jika kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl
dan kadar gula darah puasa >126 mg/dl (PERKENI, 2016). Penyakit. DM adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
11

(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relative.


Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM atau
tidak (Hasdianah, 2014). Sedangkan menurut Juwinigtyas (2015) penyakit diabetes
mellitus merupakan suatu penyakit sebagai akibat dari kelainan metabolisme yang
disebabkan karena ketidakmampuan pangkreas menghasilkan insulin, sehingga
waktu kerja insulin menjadi terhambat dan mengakibatkan kadar gula darah
meningkat.

Senada dengan pengertian yang lain International Diabetic Foundation (IDF)


menyatakan bahwa diabetes mellitus adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika
tubuh tidak dapat menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat menggunakan
insulin dan didiagnosis dengan mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Penyakit ini merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi kemampuan endokrin
pankreas untuk memproduksi atau menggunakan hormon insulin. Insulin adalah
hormon yang diproduksi di pankreas. Insulin diperlukan untuk mengangkut glukosa
dari aliran darah ke sel-sel tubuh di mana ia digunakan sebagai energi. Kurangnya
atau ketidakefektifan insulin pada orang dengan diabetes berarti bahwa glukosa
tetap beredar di dalam darah (IDF, 2017).

Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit kronis progresif, jumlah


penyandang diabetes mellitus semakin meningkat dan banyak menimbulkan
dampak negatif dari segi fisik, sosial, ekonomi maupun psikososial (Aknani, 2013).
Kontrol diabetes mellitus yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam
jangka panjang, yang menjadi pemicu beberapa komplikasi baik makrovaskular
maupun mikrovaskular perifer seperti penyakit jantung, stroke, penyakit vascular
perifer, gagal ginjal, kerusakan syaraf dan kebutaan (Soeswondo dkk, 2011).

Berdasarkan yang sudah dijelaskan dari berbagai sumber mengenai pengertian


penyakit diabetes mellitus dapat dsimpulkan bahwa penyakit diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan
karena ketidakmampuan pangkreas menghasilkan insulin, sehingga waktu kerja
insulin menjadi terhambat dan mengakibatkan kadar gula darah meningkat.
12

Seseorang dikatakan menyandang diabetes mellitus jika memiliki kadar gula darah
sewaktu >200 mg/dl dan gula darah puasa >126 mg/dl. Penyandang diabetes
mellitus lama kelamaan akan menimbulkan berbagai komplikasi kronikpada mata,
ginjal, dan pembuluh darah.

2.2.2 Penyebab Diabetes Melitus


Peningkatan jumlah penderita diabetes setiap tahunnya diakibatkan oleh beberapa
faktor penyebab diantaranya:
2.2.2.1 Usia
Usia merupakan salah satu karakteristik yang melekat penderita penyakit. Usia
mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat
resistensi tertentu. Usia juga berhubungan erat dengan jenis kelamin, sikap dan
perilaku, juga karakteristik tempat dan waktu. Pertambahan usia memengaruhi
kadar glukosa darah seseorang. Seseorang yang mengalami hiperglikemia
cenderung lebih banyak berada di umur 41-60 tahun dibandingkan dengan
responden yang berumur di bawah 40 tahun (Ugahari & Mewo, 2016).
2.2.2.2 Jenis Kelamin
Peluang wanita terkena diabetes lebih tinggi dibanding laiki-laki. Penderita diabetes
melitus paling banyak ditemukan pada perempuan dengan proporsi 1,7%
dibandingkan laki-laki yang hanya 1,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2015).
2.2.2.3 Riwayat Keluarga
DMtipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini
sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam
hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua
atau saudara kandung mengalami penyakit ini (Fatimah, 2016).
2.2.2.4 Ras dan Etnik
Ras dan etnik adalah kebiasaan-kebiasaan yang termasuk di dalamnya tentang
kebudayaan setempat yang dapat meningkatkan resiko DM, misalnya makanan,
faktor lingkungan dan faktor genetik (Masriadi, 2013).
13

2.2.2.5 Kurangnya Aktivitas Fisik


Gaya hidup tanpa olahraga serta lebih banyak duduk jelas merusak kesehatan.
Kondisi ini akan memicu terjadinya kelebihan berat badan yang berisiko terhadap
prediabetes dan diabetes tipe 2. Gaya hidup aktif secara fisik akan membantu
efektivitas kerja pancreas memompa insulin (Bujawati, 2012).
2.2.2.6 Pola Makan
Pola makan seharusnya disesuaikan dengan jam biologis tubuh karena jam biologis
tubuh erat kaitannya dengan hormon yang bekerja dalam tubuh pada jam-jam
tertentu. Seperti saat pagi hari, kadar gula darah akan menurun karena glukosa
banyak dipakai oleh hati saat tidur untuk proses detoksikasi. Hal inilah yang
menyebabkan saat sarapan sebaiknya mengonsumsi makan yang manis dan
mengonsumsi buah untuk mengisi energi (Fibriana, 2011).
2.2.2.7 Stres
Stres dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stres menstimulus organ
endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin. Ephinefrin mempunyai efek yang sangat
kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenensis didalam hati,
sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa kedalam darah. Stres tidak akan
menyebabkan penyakit fisik, namun jika stres tersebut sudah pada tahap berat dan
berlangsung terus-menerus, maka penyakit fisik yang kronis dapat muncul. Hal ini
terjadi karena sistem kekebalan tubuh berkurang dan terjadi ketidakseimbangan
hormon pada orang yang mengalami stres. Salah satu gangguan pada hormon stres
(adrenalin dan kortisol) yaitu memicu hati untuk memberikan lebih banyak gula
dalam darah untuk memberikan energi. Hal ini sangat berbahaya karena
peningkatan gula darah (glukosa) bisa membuat seseorang terkena DM (Potter &
Perry dalam Oktarida et al., 2014).
2.2.2.8 Obesitas
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg% (Fatimah, 2015). Obesitas sentral merupakan
contoh penimbunan lemak tubuh yang berbahaya karena adiposit di daerah ini
sangat efisien dan lebih resisten terhadap efek insulin dibandingkan adiposit di
14

daerah lain. Adanya peningkatan adiposit biasanya diikuti keadaan resistensi insulin
(Nasekhah et al., 2016).
2.2.2.9 Dislipidemia
Dislipidemia adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (<35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes (Fatimah,
2015).
2.2.2.10 Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya
penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada
sirkulasi pembuluh darah perifer. Hal ini dapat memicu terjadinya resistensi insulin
dan kemudian menjadi hiperinsulinemia. Keadaan ini mengakibatkan kerusakan sel
beta dan terjadilah DM tipe 2 (Fatimah, 2015).

2.2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus


Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi tiga jenis menurut International Diabetes
Federation Diabetes Atlas (2016), diantaranya:
2.2.3.1 Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun, di mana sistem pertahanan tubuh
menyerang sel-sel beta penghasil insulin di pankreas. Akibatnya, tubuh tidak bisa
lagi memproduksi insulin yang dibutuhkan. Mengapa ini terjadi tidak sepenuhnya
dipahami. Penyakit ini dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi
biasanya terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Orang dengan bentuk diabetes
perlu insulin setiap hari untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah mereka.
Tanpa insulin, orang dengan diabetes tipe 1 akan mati. Diabetes tipe 1 sering
berkembang tiba-tiba dan dapat menghasilkan gejala seperti haus abnormal dan
mulut kering, sering buang air kecil, kurangnya energi, kelelahan ekstrim, kelaparan
konstan, penurunan berat badan mendadak, dan penglihatan kabur.
15

Diabetes tipe 1 didiagnosis oleh kadar glukosa darah dengan gejala yang tercantum
di atas. Di beberapa bagian dunia, diabetes tipe 1 masih kurang umum, gejala
mungkin keliru untuk penyakit lain, dan oleh karena itu pentingnya dilakukan
pengukuran glukosa darah ketika satu atau lebih gejala di atas hadir. Kadang-
kadang jenis diabetes tidak jelas dan perlu tes tambahan untuk membedakan antara
tipe 1 dan diabetes tipe 2. Dengan pengobatan insulin setiap hari, pemantauan
glukosa darah rutin dan pemeliharaan diet sehat dan gaya hidup, orang dengan
diabetes tipe 1 dapat menjalani kehidupan yang sehat normal. Jumlah orang yang
menderita diabetes tipe 1 meningkat. Alasan untuk ini masih belum jelas, tetapi
mungkin karena perubahan faktor risiko lingkungan dan / atau infeksi virus (IDF,
2017).
2.2.3.2 Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes. Biasanya terjadi pada
orang dewasa, tapi semakin terlihat pada anak-anak dan remaja. Pada diabetes tipe
2, tubuh mampu memproduksi insulin tetapi menjadi resisten sehingga insulin tidak
efektif. Seiring waktu, kadar insulin kemudian menjadi tidak cukup. Kedua
resistensi insulin dan defisiensi menyebabkan kadar glukosa darah tinggi. Gejala
diabetes tipe 2 meliputi sering buang air kecil, sering haus, penurunan berat badan,
dan penglihatan kabur. Banyak orang dengan diabetes tipe 2 tidak menyadari
kondisi mereka untuk waktu yang lama karena gejala biasanya kurang ditandai.
Sehingga tubuh akan rusak oleh glukosa darah yang berlebih. Akibatnya, banyak
orang yang sudah mengalami komplikasi ketika mereka didiagnosis dengan
diabetes tipe 2.

Meskipun penyebab pasti untuk pengembangan diabetes tipe 2 masih belum


diketahui, ada beberapa faktor risiko yang penting. Yang paling penting adalah
kelebihan berat badan, aktivitas fisik dan gizi buruk. Faktor-faktor lain yang
berperan adalah etnis, riwayat keluarga diabetes, riwayat diabetes gestasional dan
usia. Berbeda dengan orang-orang dengan diabetes tipe 1, kebanyakan orang
dengan diabetes tipe 2 tidak memerlukan pengobatan insulin setiap hari untuk
bertahan hidup. Dasar pengobatan diabetes tipe 2 adalah penerapan pola makan
16

yang sehat, meningkatkan aktivitas fisik dan pemeliharaan berat badan yang
normal. Jumlah orang dengan diabetes tipe 2 ini berkembang pesat di seluruh dunia.
Kenaikan ini terkait dengan penuaan populasi, pembangunan ekonomi, peningkatan
urbanisasi, diet kurang sehat dan mengurangi aktivitas fisik (IDF, 2017).
2.2.3.3 Diabetes Gestasional
Hiperglikemia yang pertama kali terdeteksi pada setiap saat selama kehamilan
diklasifikasikan sebagai diabetes gestational. Diabetes mellitus pada wanita hamil
dengan kadar glukosa darah sedikit lebih tinggi diklasifikasikan memiliki diabetes
gestasional, sementara wanita dengan kadar glukosa darah tinggi secara substansial
diklasifikasikan sebagai memiliki diabetes mellitus pada kehamilan. Diabetes
gestational cenderung terjadi dari minggu ke-24 kehamilan. Gejala yang nampak
jelas dari hiperglikemia selama kehamilan yang langka dan sulit dibedakan dari
gejala kehamilan normal, tetapi mungkin termasuk peningkatan rasa haus dan sering
buang air kecil. Skrining dengan cara tes toleransi glukosa oral sangat dianjurkan.
Skrining harus dilakukan di awal kehamilan untuk wanita berisiko tinggi, dan antara
minggu 24 dan 28 kehamilan. Wanita dengan hiperglikemia terdeteksi selama
kehamilan memiliki risiko besar terhadap kehamilan, seperti tekanan darah yang
sangat tinggi dan makrosomia janin (secara signifikan lebih besar dari rata-rata
bayi), yang dapat membuat kelahiran vagina sulit dan berisiko. Wanita dengan
hiperglikemia selama kehamilan dapat mengontrol kadar glukosa darah mereka
melalui pemantauan diet sehat, olahraga ringan dan glukosa darah. Dalam beberapa
kasus, insulin atau obat oral mungkin juga akan diresepkan. Gestational diabetes
biasanya menghilang setelah melahirkan. Namun, wanita yang telah didiagnosis
sebelumnya berada pada risiko lebih tinggi terkena diabetes gestasional pada
kehamilan berikutnya dan diabetes tipe 2 di kemudian hari. Bayi yang lahir dari ibu
dengan diabetes gestasional juga memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2
di usia remaja atau dewasa awal (IDF, 2017).

2.2.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


Kebanyakan penderita diabetes tidak menyadari tanda dan gejala penyakit diabetes
mellitus. Tanda dan gejala diabetes mellitus menurut Bujawati (2012) meliputi:
17

2.2.4.1 Poliuri
Poliuria atau sering buang air kecil merupakan akibat dari proses adaptasi tubuh
terhadap gula dalam darah sehingga mengeluarkannya melalui urin. Hal ini terjadi
jika darah mengandung lebih banyak glukosa daripada yang dapat diserap lagi oleh
ginjal sehingga dikeluarkan bersama urin.
2.2.4.2 Polidipsi
Polidipsia merupakan keadaan penderita yang mudah merasa haus diakibatkan oleh
frekuensi buang air kecil yang meningkat sehingga tubuh kehilangan banyak cairan
sehingga tubuh membutuhkan asupan air yang lebih sering.
2.2.4.3 Polifagi
Ketika insulin yang memadai tidak melekat pada reseptor, sel-sel tubuh tidak
memperoleh energi apa pun sehingga sel-sel tersebut mengirimkan suatu pesan
lapar ke otak. Otak merespons pesan tersebut dengan memberi rasa lapar yang
berlebihan. Walaupun makan banyak, glukosa yang diperoleh dari makanan tidak
dapat digunakan untuk energi karena glukosa tersebut dilepaskan melalui urin.
2.2.4.4 Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan terjadi akibat tubuh kekurangan gula sebagai sumber energi
bagi otot sehingga otot akan mudah lemah dan lesu.
2.2.4.5 Gangguan syaraf tepi dan kesemutan
Penyandang mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki diwaktu
malam hari.
2.2.4.6 Gangguan penglihatan
Pada fase awal diabetes sering juga dijumpai gangguan penglihatan berupa
pandangan kabur.

2.2.5 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM)


Penatalaksanaan pada penyandang DM meliputi kontrol rutin setiap bulan, minum
obat secara teratur dan melakukan pemeriksaan kadar gula darah seperti cek gula
darah puasa, gula darah 2 jam PP, gula darah sewaktu. Penatalaksanaan lain seperti
pengaturan pola makan, pasien tidak boleh makan dalam porsi yang berlebihan, dan
kurangi makan gula atau makanan yang manis serta berlemak tinggi. Kemudian
18

pengaturan aktivitas, dengan cara olahraga secara teratur dan terukur agar kelebihan
gula dan lemak didalam tubuh dapat berkurang (diubah menjadi energi gerak).
Disamping itu, dengan olahraga secara teratur otot-otot tubuh akan menjadi kencang
dan organ-organ tubuh dapat bekerja dengan lebih lancar, baik dan efesien.
Pemantauan kadar gula darah, penyandang DM melakukan pemantauan secara
mandiri, dan tidur 6-8 jam perhari (Lanywati, 2011).

2.3 Kadar Gula Darah


2.3.1 Definisi Kadar Gula Darah
Glukosa adalah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak sebagai
bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai perkursor untuk
sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa, tribosa, dan deoksiribosa.
Glukosa merupakan produk akhir terbanyak dari metabolisme karbohidrat.
Sebagian besar karbohidrat diabsorbsi kedalam darah dalam bentuk glukosa,
sedangkan monosakarida lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi
glukosa didalam hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida terbanyak
didalam darah (Murry, Granner, & Rodwell, 2012).

Kadar glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh,
dalam keadaan absorbtif, sumber energi utama adalah glukosa. Glukosa yang
berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen atau trigligsenda. Dalam keadaan
pasca-asbsortif, glukosa harus dihemat untuk digunakan oleh otak dan sel darah
merah yang sangat bergantung pada glukosa (Sherwoord, 2013).

2.3.2 Pemeriksaan kadar glukosa darah


Menurut American Diabetes Association (2017) ada berbagai cara yang biasanya
dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa darah diantaranya :
2.3.2.1 Tes Gula Darah Puasa
Gula darah Puasa adalah pemeriksaan kadar gula darah dengan persiapan puasa.
Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diminta untuk tidak makan dan minum
selama 8 jam. Biasanya pemriksaan gula darah puasa akan dilanjutkan dengan
pemriksaan gula darah 2 jam setelah makan.
19

Tabel 2.1 Tes Gula Darah Puasa


Hasil Kadar Puasa
Normal 100 mg/dl
Prediabetes 100-125 mg/dl
Diabetes >125 mg/dl

2.3.2.2 Tes Gula Darah 2 jam Postpranadial (PP)


Tes gula darah 2 jam postpranadial adalah kelanjutan dari tes gula darah puasa.
Pemeriksaannya, jika sudah dilalukan pemeriksaan gula darah puasa setelah puasa 8
jam penuh, maka pasien dianjurkan untuk makan seperti biasa. Selang waktu 2 jam
setelah makan, kadar gula darah akan dicek kembali.
Tabel 2.2 Tes Gula Darah 2 jam postpranadial (PP)
Hasil Kadar gula 2 jam PP
Normal <140 mg/dl
Prediabetes 140-199 mg/dl
Diabetes ≥200 mg/dl

2.3.2.3 Tes Gula Darah Sewaktu


Kadar gula darah sewaktu merupakan pemeriksaan kadar gula darah yang paling
mudah dan sederhana. Teg Gula Darah Sewaktu disebut juga kadar gula darah acak
atau tes gula darah sewaktu yang dapat dilakukan kapan saja.
Tabel 2.3 Tes Gula Darah Sewaktu
Hasil Kadar Sewaktu
Normal <200 mg/dl
Tinggi >200 mg/dl
Rendah <70 mg/dl

2.3.2.4 Uji HbAlc


Uji HbAlc mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2-3 bulan terakhir. Uji ini
sering digunakan untuk menontrol kadar glukosa darah pada penderita diabetes
mellitus.
Tabel 2.4 Uji HbAlc
Hasil Kadar HbAIc
Normal Kurang dari 5,7%
Pendiabetes 5,7-6,4%
Diabetes Sama atau lebih 6,5%
20

2.3.3 Efek Ketidakstabilan Hormon dan Efek Ketidakstabilan Kadar Glukosa


Darah
Efek ketidakstabilan kadar glukosa darah yang pertama yaitu meningkatnya kadar
gula darah dan “diabetes adrenal” dengan menurunkan sensivitas jaringan
terhadap insulin. Kedua, menurunkan glukosa oleh sel, yang ketiga epeniprin
meningkatkan pembentukan glukosa dari asam amino atau lemak pada tubuh.
Keempat, kortisol dapat meningkatkan kadar glukosa darah sehingga merangsang
pelepasan insulin dan menghambat masuknya glukosa ke dalam sel otot.
Sedangkan Efek ketidakstabilan kadar glukosa darah,penyandang diabetes
mellitus mengalami peningkatan nafsu makan namun berat badan menurun,
resistensi Insulin, gangguan pada pankreas, kerusakan saraf dan jika terdapat luka,
luka sulit sembuh akibat gangguan sirkulasi darah terutama pada bagian kaki dan
tangan (Erlianawati, 2015).

2.3.4 Konsep yang Mempengaruhi Ketidakstabilan Kadar Gula Darah dengan


Depresi
Depresi pada pasien diabetes menyebabkan pesimisme dan menurunkan self-
effficacy dan dapat mengakibatkan perawatan diri yang kurang. Selain itu, depresi
pada pasien diabetes mellitus tipe II lebih parah karena beban gejala yang lebih
tinggi, peningkatan penurunan fungsional, kontrol glikemik yang kurang dan
komplikasi diabetes mellitus yang tinggi (Zuberi,2012). Hal-halyang mempengaruhi
kadar gula darah salah satunya adalah psikologis atau emosi seperti rasa cemas,
ketakutan, kesedihan dan sosial meliputi konflik pribadi dan perubahan gaya hidup
yang memicu pegeluaran hormon adrenalin dan kortisol yang juga menyebabkan
pelepasan glukosa hati sebagai respon fight-or-flight untuk meningkatkan
ketersediaan glukosa, asam amino, dan asam lemak untuk digunakan jika
diperlukan. Hormon kortisol berfungsi untuk meningkatkan glukosa darah dengan
mengorbankan simpanan protein dan lemak, berperan dalam adaptasi terhadap stres.
Selain itu juga terdapat hormon epineprin dan noreprineprin untuk memperkut
sistem saraf simpatis, berperan terhadap stres dan pengaturan tekanan darah
(Sherwoord, 2013).
21

Penelitian menunjukan bahwa DM dianggap stressor bagi pasien. Berdasarkan


konsep psikoneuroimunologi, secara integral amigdala mengirimkan infomasi
kepada locus coeruleus yang memicu sistem otonom kemudian ditransmikan ke
hipotalamus sehingga terjadi sekresi CRF. Dalam kaitannya terhadap gula darah,
sebagai respon terhadap CRF, Pituitary Anterior mengeluarkan Adreno Cortico
Trophic Hormone (ACTH) dalam darah. ACTH di transportasikan menuju kelenjar
adrenal ACTH menstimulasi produksi kortisol dalam kortek adrenal. Kortisol
dikeluarkan dalam aliran darah, menyebabkan peningkatan kadar gula darah, asam
lemak dan asam amino (Smeltzer & Bare, 2011).

Depresi

Hiperaktivitas aksis Aktivasi sitem saraf


Hipotalamus-Hipofisis simpatis

Peningkatan hormon Peningkatan sitokin


kortisol dan katekolamin

Resistensi Insulin

Hiperglikemia kronik pada DM Tipe 2

Gambar 2.1 Konsep yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah dengan Depresi
Sumber: Smeltzer & Bare, 2011

Berbagai penelitian mengenai depresi terhadap kontrol gula darah menyatakan


bahwa terdapat hubungan antara depresi dengan kontrol gula darah yang buruk pada
penderita diabetes melitus tipe 1 dan 2. Ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang
sangat signifikan terhadap kadar HbA1c penderita diabetes melitus tipe 2 dengan
depresi. Depresi selain meningkatkan kadar HbA1c, juga menjadi faktorpredisposisi
penting terjadinya komplikasi diabetes melitus tipe 2. Pada kondisi yang lebih
buruk, depresi pada diabetes melitus meningkatkan angka mortalitas dibandingkan
tanpa diabetes maupun depresi (Egede & Ellis, 2013).
22

2.4 Kerangka Teori


Penyebab DM Penatalaksanaan Depresi terhadap
1. Usia penyakit DM
2. Jenis Kelamin 1. Hindari kebiasaan menyendiri
3. Riwayat Keluarga 2. Berikan dukungan keluarga
4. Ras dan Etnik yang baik
5. Kurangnya Aktivitas Fisik 3. Terapi perilaku kognitif
6. Pola Makan 4. Terapi psiokoanalitik
7. Stres 5. Obat-obatan
8. Obesitas
9. Dislipidemia
10. Hipertensi

Diabetes Mellitus Tipe 2 Depresi Efek Ketidakstabilan Hormon


1. Depresi Ringan pada Pengaturan Kadar Gula
2. Depresi Sedang Darah
3. Depresi Berat

Penatalaksanaan Faktor Penyebab Depresi Efek Ketidakstabilan


1. Kontrol rutin setiap pada pasien Diabetes Kadar Gula Darah:
bulan Melitus: 1. Penurunan berat
2. Minum obat secara 1. Kekhawatiran akan badan
teratur penyakit seumur hidup 2. Nafsu makan
3. Melakukan dan komplikasinya bertambah
pemeriksaan kadar gula 2. Efek fisik dan mental 3. Resistensi Insulin
darah meliputi cek gula akibat pengobatan terus 4. Gangguan pada
garah puasa, gula darah menerus pankreas
2 jam PP, gula darah 3. Dukungan keluarga 5. Kerusakan saraf
sewaktu buruk 6. Luka sulit sembuh
4. Pengaturan pola makan 4. Usia akibat gangguan
5. Pengaturan aktivitas 5. Riwayat depresi dalam sirkulasi darah,
6. Pemantauan kadar gula keluarga terutama, terutama
darah secara mandiri 6. Riwayat depresi sebelum pada bagian kaki
7. Tidur 6-8 jam perhari menyandang Diabetes dan tangan
7. Perubahan biologis pada
otak
8. Obesitas

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Sumber :Erlianawati (2015), Fadilah (2012), Heeramun-aubeeluck et al.,
(2015, Lanywati (2011), Maslim (2013), Nasekhah et al., (2016),
23

2.5 Kerangka Konsep

Independent Variable Dependent Variable

Kadar Gula Darah


Tingkat Depresi
Penyandang Diabetes
Mellitus Tipe 2

Keterangan :
: Yang berhubungan
: Yang diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian


Menurut Notoatmodjo (2010) hipotesis salah satu kesimpulan sementara atau
jawaban sementara dari satu peneliti. Hipotesis juga harus memiliki landasan teori,
bukan hanya mengandalkan dugaan yang tidak mempunyai landasan ilmiah
melainkan harus lebih dekat dengan kesimpulan.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
2.6.1 Hipotesis nol atau hipotesis nihil (H0)
Tidak ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes
mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub-Tegal.
2.6.2 Hipotesis Kerja atau Alternatif (Ha)
Ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes
mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub-Tegal.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif yaitu suatu metode penelitian
yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut serta penampilan yang akan digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu (Suharsimin, 2013). Rancangan penelitian ini menggunakan
korelasional karena peneliti akan menentukan hubungan tingkat depresi dengan
kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2, dengan pendekatan cross
sectional dimana mengukur antar variabel terikat dan variabel bebas dilakukan atau
dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan) artinya, tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.2.1 Alat Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner dan
pemeriksaan gula darah menggunakan alat Easy Touch (GDS), lancing device-pen,
test strips glucose (stik gula), jarum lancet, swab, chip, 2 buah baterai AAA. Pada
variabel terikat menggunakan kuesioner, yaitu tingkat depresi sedangkan pada
variabel bebas, yaitu kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 cara
pengumpulan datanya menggunakan alat untuk melakukan pemeriksaan GDS.
Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik,
sudah matang dimana responden hanya memberikan jawaban dengan memberikan
tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner yang digunakan pada
penelitian ini berupa kuesioner A dan kuesioner B.

Kuesioner A berisi karakteristik responden terdiri dari usia, jenis kelamin dan
pekerjaan. Kuesioner B berisi pertanyaan tentang tingkat depresi dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 21 item terdiri dari pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.

24
25

Pertanyaan positif berjumlah 16 item yang terdapat pada nomor 1,2,4,5,7,9,11,12,


14,15,16,17,18,19,20 dan 21. Pertanyaan terdiri dari fisik, sikap dan perilaku.
Pertanyaan fisik depresi terdapat pada nomor 1,2,4,16,18,20 dan 21. Pertanyaan
sikap depresi terdapat pada nomor 6,7,8,10,12,15 dan 19. Sedangkan pertanyaan
perilaku depresi terdapat pada nomor 3,5,9,11,13,14 dan 17. Pilihan jawaban
menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban tidak pernah, kadang-kadang dan
selalu. Skor untuk pertanyaan positif jawaban tidak pernah nilainya 1, kadang-
kadang nilainya 2, selalu nilainya 3. Sedangkan pertanyaan negatif berjumlah 5
item yang terdapat pada nomor 3,6,8,10 dan 13. Skor untuk pertanyaan negatif
jawaban tidak pernah nilainya 3, kadang-kadang nilainya 2, selalu nilainya 1.
Kuesioner tingkat depresi diadopsi dari kuesioner penelitian Kurniati (2017), dan
sudah dilakukan uji valid dengan item pernyataan dikatakan valid apabila r hitung >
dari r table, sedangkan jika r hitung lebih kecil dari r table maka item dikatakan
tidak valid. Pada uji validitas ini dilakukan 20 responden sehingga r table yang
didapat dari n=20 adalah 0,378 (tingkat signifikansi 10%). Hasil uji validitas
didapatkan 21 item pertanyaan dikatakan valid dengan pergerakan nilai r hitung
antara 0,439-0,923. Sedangkan hasil uji reliabilitas tingkat depresi diperoleh nilai
cronbach alpha 0,777, sehingga dapat dikatakan instrumen telah memenuhi uji
reliabilitas karena nilai cronbach alpha 0,777>0,60 dan kuesioner dapat digunakan
sebagai alat penelitian. Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
instrumen dinyatakan reliabel jika nilai cronbach alpha>0,60, sedangkan suatu
instrumen dinyatakan tidak reliabel jika nilai cronbach alpha<0,60 (Sugiyono,
2012). Pada penyandang diabetes mellitus tipe 2 peneliti akan mengecek kadar gula
darah menggunakan alat easy touch untuk mengetahui nilai kadar gula.

3.2.2 Cara pengumpulan data


Cara pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data dari
responden dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan
pengambilan data. Tahap persiapan dilakukan peneliti dengan menyusun proposal
dan melaksanakan sidang proposal. Setelah proposal disetujui, peneliti mendapat
surat ijin untuk melakukan penelitian dari Ketua Prodi Sarjana Keperawatan dan
26

Ners STIKes Bhamada Slawi. Surat ijin tersebut digunakan peneliti untuk meminta
surat permohonan ijin ke dinas Kesatuan Kebangsaan Politik (KESBANGPOL) dan
Perlindungan Masyarakat (LINMAS) sebagai pengantar ke Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPEDA) Slawi karena peneliti melakukan penelitian di
wilayah Kabupaten Tegal. Setelah mendapat surat dari BAPEDA, peneliti akan
mendapat surat pengantar untuk ke Puskesmas Kecamatan Tarub kabupaten Tegal.
Kemudian, setelah adanya ijin penelitian dari Kepala Puskesmas Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal, peneliti meminta surat rekomendasi penelitian dari Kepala
Puskesmas dan diserahkan kepada Kepala Desa Mangunsaren untuk
mengumpulkan data melalui survei tiap rumah yang menyandang diabetes mellitus
tipe 2.

Tahap Pelaksanaan, selama penelitian peneliti dibantu oleh satu mahasiswa yang
sudah diberikan persamaan persepsi mengenai penjelasan kuesioner, mahasiswa
tersebut sudah mengikuti perkuliahan mengenai metodologi penelitian pada tingkat
4 yang saat ini sejalan dengan peneliti. Penelitian ini dilakukan selama 5 hari dari
tanggal 3 Juli sampai 7 Juli 2019 dengan jumlah responden 50 orang dengan
mentargetkan satu hari minimal 10 responden. Hari Pertama, peneliti dan satu
mahasiswa mendatangi rumah responden untuk melakukan pengambilan data. Hari
kedua dan seterusnya selama 5 hari peneliti dan satu mahasiswa melakukan
pengambilan data dengan metode yang sama ke responden lain. Berdasarkan waktu
yang sudah ditentukan, sebelum kuesioner tersebut diisi oleh responden peneliti
maupun satu mahasiswa memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan penelitian,
menyampaikan manfaat penelitian, dan meminta persetujuan untuk menjadi
responden penlitian dibuktikan dengan menandatangani lembar persetujuan yang
disediakan oleh peneliti. Tahap selanjutnya, peneliti memberikan kuesioner yang
berisi pernyataan dengan diberi waktu sekitar 10-15 menit, dimana peneliti
menemani proses pengisian kuesioner oleh responden untuk mengantisipasi apabila
ada pernyataan yang kurang dipahami oleh responden. Sebelum responden mengisi
kuesioner, peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner kepada
responden. Kuesioner diisi sendiri oleh responden, kemudian responden diingatkan
27

untuk mengisi semua pernyataan yang ada, setelah selesai dikembalikan kepada
peneliti. Peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner yang telah diisi oleh
responden dan mengucapkan terimakasih kepada responden karena sudah bersedia
menjadi responden.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Suharsimin,
2010). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang menyandang diabetes
mellitus di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian yang diteliti atau sebagian dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode non probability yaitu total sampling. Jenis ini digunakan
karena metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah semua orang yang
menyandang diabetes mellitus di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten
Tegal yang berjumlah 50 orang.

3.4 Besar Sampel


Menurut Sugiyono (2018) besar sampel diharapkan 100% mewakili populasi. Jadi
besar sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
pada bulan Juli 2019.

3.6 Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


Menurut Notoatmodjo (2012), definisi operasional merupakan uraian tentang
batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang yang diukur oleh variabel
yang bersangkutan. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan
28

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan serta


pengembangan instrumen (alat ukur). Definisi operasional variabel dan skala
pengukuran penelitian digambarkan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Definisi operasional, variabel, alat ukur, hasil ukur dan skala.

Alat
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Bebas Tingkat pemahaman res- Kuesioner 1. Ringan Ordinal
Tingkat Depresi ponden terhadap tingkat (18 item) (skor 21-34)
depresi berdasarkan 2. Sedang
perasaan takut, khawatir (skor 35-48)
tentang penyakit yang 3. Berat
dialaminya. (skor 49-63)

Variabel Terikat Nilai kadar gula darah GDS Dinyatakan Interval


Kadar Gula darah (gula darah sewaktu) Easy dalam hasil GDS
responden dengan cek Touch (mg/dl)
gula darah.

Usia Tahun yang dilalui Kuesioner Dinyatakan Interval


responden dari lahir (1 item) dalam tahun
hingga sekarang

Jenis Kelamin Identitas yang ditentukan Kuesioner 1. Laki-laki Nominal


secara anatomi dan bio- (1 item) 2. Perempuan
logis untuk membedakan
antara laki-laki dan
perempuan

Pekerjaan Suatu usaha yang dila- Kuesioner 1. Tidak Bekerja Nominal


kukan responden untuk (1 item) 2. Buruh
mendapatkan nafkah 3. Petani
4. Wiraswasta
5. PNS

3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Pengelolaan data merupakan tindakan memperoleh data mentah kemudian diolah
menjadi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Tahapan pengolahan data dalam
penelitian meliputi editing, coding, processing dan cleaning (Notoatmodjo, 2010).
Pada proses editing, peneliti akan melakukan pengecekkan kelengkapan, kejelasan,
29

makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan pada kuesioner yang diisi oleh
responden. Proses pengolahan data kedua yaitu coding (Pemberian kode),
merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka
atau bilangan. Kegunaan Coding adalah mempermudah pada saat analisis data dan
juga mempercepat pada saat enty data yaitu peneliti memberikan kode-kode tertentu
pada jawaban responden untuk memudahkan proses pengolahan data. Kode pada
karakteristik responden meliputi pendidikan, pekerjaan dan usia.

Pada karakteristik responden yang pertama usia diberikan kode 1=(18- 25 tahun),
kode 2= (26-60 tahun), kode 3=(>60 tahun keatas), kedua, jenis kelamin kode 1=
laki-laki, kode 2= perempuan, ketiga, pekerjaan kode 1= Tidak Bekerja, kode 2=
Buruh, kode 3= Petani, kode 4= Wiraswasta, kode 5= PNS. Kode pada variabel
bebas yaitu kode 1= tingkat depresi ringan (jika total skor 21-34), kode 2= depresi
sedang (jika total skor 35-48) dan kode 3= depresi berat (jika total skor 49-63).
Pada variabel terikat yaitu kadar gula darah data sudah berupa angka sehingga
hanya perlu penyesuaian ke dalam program komputer.

Tahap pengolahan data ketiga processing/entry, yaitu dalam penelitian ini semua
jawaban dari responden yang berbentuk kode dimasukkan kedalam program
computer untuk dianalisis. Kemudian yang terakhir yaitu cleaning (pembersih data)
dilakukan pada semua data dari setiap sumber data atau responden dimasukkan,
peneliti akan mengecek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode dan melakukan pembetulan pada data yang salah.

3.7.2 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
3.7.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu peneliti melakukan identifikasi terhadap semua variabel.
Variabel bebas (tingkat depresi) datanya bersifat kategorik dengan analisis
distribusi frekuensi, maka data yang disajikan dalam bentuk gambaran prosentase.
Variabel terikat (kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2) datanya
30

bersifat numerik dengan analisis menggunakan tendensi sentral (mean, median,


modus) (Sugiyono, 2012).
3.7.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau perbedaan
yang signifikan antara dua variabel atau lebih. Teknik analisis bivariat berfungsi
untuk mengetahui hubungan antar variabel yaitu kadar gula darah penyandang
diabetes mellitus tipe 2 dengan tingkat depresi (Notoatmodjo, 2010). Peneliti akan
melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas data. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov, yaitu uji normalitas yang efektif
dan valid digunakan untuk sampel berjumlah kecil maupun besar. Perhitungan
analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Pearson
Correlation. Uji Statistik bivariat yang digunakan adalah :
Tabel 3.2 Variabel Penelitian dan Uji Statistik
Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik
Tingkat depresi Kadar gula darah penyandang diabetes Pearson
(ordinal) mellitus tipe 2 Correlation
(interval)

3.8 Etika Penelitian


Prinsip etika penelitian merupakan standar etika dalam melakukan penelitian
(Notoatmodjo (2012). Etika dalam penelitian antara lain :
3.8.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for Human Dignity)
Responden dalam penelitian ini diperlakukan secara manusiawi. Responden berhak
memutusukan apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian atau tidak,
tanpa adanya sanksi atau paksaan (righ to self determination). Dalam penelitian,
responden mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan
penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, resiko
penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi. Setelah
mendapatkan penjelasan yang lengkap dan mempertimbangkan dengan baik,
responden kemudian menentukan apakah ikut serta atau menolak sebagai responden
penelitian. Prinsip ini tertuang saat pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan
untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian setelah mendapatkan penjelasan
31

yang lengkap dan terbuka dari penelitian tentang keseluruhan pelaksanaan


penelitian. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed
consent.

3.8.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan responden penelitian (Respect for


Privacy and Confidentiality)
Selama penelitian, menyebabkan terbukanya informasi tentang responden, sehingga
peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi responden yang
tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain.
Pada prinsip ini peneliti meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek
kemudian diganti dengan kode tertentu. Sehingga segala informasi yang
menyangkut identitas subjek tidak tersebar atau diketahui secara luas. Hasil
penelitian ini disimpan ditempat yang hanya peneliti ketahui dan boleh dihancurkan
setelah 5 tahun.

3.8.3 Keadilan dan Inklusivitas / Keterbukaan (Respect for Justice and


Inclusiveness)
Penelitian ini dilakukan dengan keterbukaan, adil, jujur dan hati-hati. Peneliti
mengkondisikan lingkungan sebaik mungkin dengan menjelaskan prosedur
penelitian terlebih dahulu pada responden untuk memenuhi prinsip keterbukaan.
Peneliti menjamin bahwa semua responden memperoleh perlakukan yang sama
tanpa membedakan agama, etnis, dan sebagainya. Prinsip keadilan mengandung
makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan responden.

3.8.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing


Harms and Benefits)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi responden penelitian dan populasi dimana hasil
penelitian akan diterapkan (beneficience), penelitian ini tidak menimbulkan
kerugian atau kerusakan bagi responden. Tidak ada kerugian waktu, karena waktu
32

pengisian kuesioner tiap responden hanya 10-15 menit, waktu pengambilan data 1/2
jam. Alat penelitian ini menggunakan kuesioner yang tidak menimbulkan kerusakan
fisik responden. Penelitian ini tidak memungut biaya dari responden, dalam
melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian dan mendapatkan hasil
yang bermanfaat bagi responden. Manfaat dari hasil penelitian ini responden
mendapatkan pengetahuan lebih mengenai tingkat depresi dan tentang
ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien yang menyandang diabetes
mellitus.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin dan
pekerjaan. Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel tendensi sentral
dan distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tendensi Sentral Karakteristik Usia Responden di Desa Mangunsaren
Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Karakteristik Mean Median Modus Nilai Maksimal Nilai Minimal
Usia 47 48 40 70 19
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa usia tertua responden di Desa
Mangunsaren adalah 70 tahun dan usia termuda adalah 19 tahun. Rata-rata usia
responden adalah 47 tahun dan usia terbanyak adalah 40 tahun.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Laki-laki 32 64%
Perempuan 18 36%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan data dari tabel 4.2 menunjukan bahwa jenis kelamin mayoritas
responden adalah laki-laki sejumlah 32 orang (64%), sedangkan responden
perempuan sejumlah 18 orang (36%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Tidak Bekerja 6 12,0%
Buruh 3 6,0%
Petani 15 30,0%
Wiraswasta 22 44,0%
PNS 4 8,0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data primer yang diolah

33
34

Berdasarkan data dari tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam
penelitian ini bekerja sebagai wiraswasta yaitu sejumlah 22 orang (44,0%), dan
sebagian kecil yaitu buruh sejumlah 3 orang (6,0%).

4.1.2 Tingkat Depresi


Pada variabel tingkat depresi dikategorikan menjadi 3, yaitu tingkat depresi ringan,
tingkat depresi rendah dan tingkat depresi berat. Hasil penelitian disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi di Desa Mangunsaren Kecamatan
Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Tingkat Depresi Frekuensi Prosentase
Ringan (skor 21-34) 6 12,0%
Sedang (skor 35-48) 20 40,0%
Berat (skor 49-53) 24 48,0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa responden yang paling banyak
tingkat depresi berat sejumlah 24 responden (48,0%).

4.1.3 Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2


Pada variabel kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 hasil penelitian
ini disajikan dalam bentuk tabel tendensi sentral sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tendensi Sentral Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe
2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Kadar Gula Mean Median Modus Nilai Nilai
Darah Maksimal Minimal
GDS 290 mg/dl 270 mg/dl 270 mg/dl 430 mg/dl 100 mg/dl
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa responden nilai maksimal kadar gula
darah di Desa Mangunsaren adalah 430 mg/dl, responden yang nilai minimal kadar
gula darah adalah 100 mg/dl. Rata-rata nilai kadar gula darah adalah 290 mg/dl dan
nilai kadar gula darah terbanyak adalah 270 mg/dl.
35

4.1.4 Hasil Uji Normalitas Data menggunakan Kolmogorov-smirnov


Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus
tipe 2 menggunakan uji Kolmogorov-smirnov yang dijelaskan pada tabel 4.8
Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,767
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil analisis bivariat bahwa tingkat
depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 dapat
disimpulkan data tersebut berdistribusi normal karena nilai signifikasi >0.00 yaitu
0,767.

4.1.5 Hubungan Tingkat Depresi dengan Kadar Gula Darah pada Penyandang
Diabetes Mellitus Tipe II
Anaslisa bivariat pada sub ini digunakan untuk menganalisa apakah ada hubungan
antara variabel independen tingkat depresi dengan variabel dependen kadar gula
darah pada penyandang diabetes mellitus tipe II disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah pada penyandang
diabetes mellitus tipe II di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
Tahun 2019.
Corelations Sig. (2-tailed) Pearson Correlation
Kadar Gula Darah 0,000 0,842
Tingkat Depresi 0,000 1
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil analisis tingkat depresi dengan
kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 jadi dapat disimpulkan bahwa
2 variabel tersebut berkorelasi sempurna karena nilai pearson correlationnya 0,842
dan nilai signifikan 0,000<0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, ini
menunjukan bahwa ada hubungan tingkat depresi dengan kadar gula darah
penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal Tahun 2019.
36

4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Responden
4.2.1.1 Karakteristik Usia
Hasil penelitian didapatkan karakteristik usia responden mayoritas berusia ≥47
tahun dan usia terbanyak 40 tahun, usia maksimal responden adalah 70 tahun, selain
itu, dari penelitian ini didapatkan hasil responden dengan usia termuda yaitu berusia
19 tahun. Usia responden rata-rata ≥47 kurang mengetahui tentang penyakit
diabetes mellitus, tanda gejala dan penyebabnya.

Intoleransi glukosa pada usia ≥47 sering dikaitkan dengan obesitas, aktivitas fisik
yang kurang, berkurangnya masa otot, adanya penyakit penyerta dan penggunaan
obat, disamping itu pada orang lanjut usia juga akan terjadi penurunan sekresi
insulin dan resistensi insulin. Resiko terkena kadar gula darah akan meningkat
sejalan dengan penuaan, para ahli sepakat mulai usia ≥47 tahun keatas. Namun hasil
penelitian menemukan bahwa kejadian diabetes mellitus dengan kadar gula darah
puasa yang tidak normal lebih banyak dibawah usia 47 tahun, hal ini didasari bahwa
pada usia tersebut aktivitas fisiknya berkurang karena kesibukan dengan
pekerjaannya, sehingga memicu peningkatan kadar gula darah yang tidak normal
(Arif, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang hubungan karakteristik usia
dengan diabetes mellitus, bahwa responden terbanyak ialah ≥47 tahun. Peningkatan
umur menyebabkan seseorang beresiko terhadap peningkatan kejadian diabetes
mellitus, orang yang telah memiliki umur 55 tahun, beresiko tinggi menyandang
diabetes mellitus karena saat usia tersebut secara fisiologis fungsi tubuh menurun
atau terjadi penurunan sekresi sehingga menyebabkan kurang optimalnya tubuh
dalam mengendalikan glukosa (Nugroho, 2012). Hal ini juga sejalan dengan
penelitian para ahli lainnya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
umur dan riwayat hidup dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2, dimana orang
yang berumur 45 tahun memiliki resiko menyandang diabetes mellitus tipe 2
delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang belum berusia 45 tahun
(Suyono, 2013).
37

Berdasarkan hasil peneliti berpendapat bahwa penelitian ini, dari hasil pengisian
kuesioner paling banyak responden berusia rata-rata 47 tahun, responden
mengatakan kurang mengetahui pola makan yang baik, pola hidup sehat dan
aktivitas yang jarang dilakukan seperti berolahraga. Menurut peneliti, seseorang
yang berusia dia atas 45 tahun mempunyai cara berfikir yang kurang terutama
dalam menghadapi masalah atau penyakit yang dideritanya. Kemudian, dalam
penelitian ini, terdapat responden yang berusia 60-70 tahun, mereka mengatakan
jarang kontrol ke Puskesmas atau Rumah sakit terkait kondisi mereka yang tidak
memungkinkan untuk pergi sendiri, karena responden sudah tidak tinggal bersama
anaknya, jadi tidak ada yang mengantar untuk periksa.

4.2.1.2 Karakteristik Jenis Kelamin


Hasil penelitian tentang karakteristik jenis kelamin menunjukan bahwa sebagian
besar responden berjenis kelamin laki-laki 32 (64%) dan perempuan sebanyak 18
(36%) dari 50 responden. Hal ini juga diperoleh data dari Puskesmas bahwa jenis
kelamin yang menyandang diabetes mellitus sebagian besar laki-laki di Desa
Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

Salah satu faktor resiko diabetes mellitus adalah jenis kelamin. Dimana laki-laki
memiliki resiko diabetes mellitus tipe 2 yang lebih meningkat cepat dari
perempuan. Laki-laki cenderung lebih sensitif terhadap insulin dibandingkan
dengan perempuan karena laki-laki memiliki akumulasi zat besi yang lebih banyak
dibandingkan perempuan. Zat besi yaitu mikronutrisi yang dibutuhkan untuk
membentuk protein dan enzim dalam tubuh, seperti hemoglobin, sitokrom dan
peroksidase. Namun, jumlah zat besi yang berlebihan dapat membahayakan tubuh
karena melepaskan radikal bebas yang merusak kapasitas sekresi dari sel beta di
pankreas untuk memproduksi insulin. Selain itu, kelebihan zat besi juga
menurunkan kepekaan insulin pada jaringan periferal dan organ yang terlibat dalam
metabolisme glukosa (Nainggolan, 2015).
38

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang jenis kelamin dengan resiko
kadar gula darah penyandang diabetes mellitus. Didapatkan hasil mayoritas
responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 responden (57,7%). Sedangkan
jenis kelamin perempuan sebanyak 41 responden (41,1%). Jenis kelamin laki-laki
mempunyai faktor resiko mengalami peningkatan kadar gula darah yang tidak
normal dibandingkan jenis kelamin perempuan. Jenis kelamin laki-laki lebih
banyak mengalami kadar gula darah sewaktu tidak normal dibandingkan dengan
perempuan hal ini didasari bahwa laki-laki pada saat dilakukan penelitian lebih
banyak dari pada perempuan (Rudi, 2017). Hal ini bertolak belakang dengan
penelitian tentang jenis kelamin dengan kadar gula darah terdapat perbedaan
prosentase penyandang diabetes mellitus tipe 2 pada laki-laki sebanyak 5,1%
sedangkan pada perempuan 5,8%. Berbagai penelitian telah menemukan bahwa
perempuan lebih banyak menyandang diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan laki-
laki. Hal ini dikaitkan dengan aktifitas fisik, dimana perempuan lebih sedikit
aktifitas fisiknya dibandingkan dengan laki-laki (Sclavo, 2015).

Berdasarkan hasil dari pengisian kuesioner paling banyak responden laki-laki


sebanyak 32 responden (64%), sedangkan perempuan sebanyak 18 responden
(26%) dari 50 responden. Hal ini karena berdasarkan data dari Puskesmas Tarub
data yang paling banyak yaitu berjenis kelamin laki-laki. kejadian DM tipe 2 pada
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan karena laki-laki kurang menjaga
pola makan yang baik dan tidur yang tidak teratur, apalagi jika kurangnya
beraktivitas setiap harinya. Jenis kelamin sangat berhubungan erat dengan kejadian
DM tipe 2.

4.2.1.3 Karakteristik Pekerjaan


Karakteristik pekerjaan dalam penelitian ini mayoritas responden yang bekerja
sebagai wiraswasta sebanyak 22 orang dengan prosentase (44%), responden yang
tidak bekerja sebanyak 6 (12%), responden yang bekerja sebagai petani sebanyak
15 (30%), responden yang bekerja sebagai Pegawai Sipil (PNS) 4 (8%) dan
responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 3 (6%).
39

Jenis pekerjaan dapat memicu timbulnya penyakit melalui ada tidaknya aktivitas
fisik didalam pekerjaan, sehingga dapat dikatakan pekerjaan seseorang
mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Aktivitas fisik berhubungan dengan kadar
gula darah, aktivitas merupakan salah satu pilar dalam manajemen diabetes
mellitus. Seseorang yang tidak bekerja atau jarang melakukan aktivitas maka terjadi
penurunan pemanfaatan glukosa dalam tubuh yang menyebabkan hiperglikemia
yang dapat menyebabkan diabetes mellitus. Buruknya dalam mengontrol kadar gula
darah akan bisa mengakibatkan komplikasi diabetes mellitus (Purwanti, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang pekerjaan dengan aktivitas
fisik yang menyebabkan kadar gula darah tinggi, mayoritas responden yang bekerja
sebagai wiraswasta sebanyak 28 (56%) dan paling sedikit adalah Pegawai Sipil
(PNS) sebanyak 3 (6,0%). Hal ini karena pekerjaan sangat erat dengan kejadian
diabetes mellitus terutama pada aktivitas fisik dan aktivitas olahraga. Responden
yang melakukan aktivitas dan bekerja setiap hari pasti akan mengeluarkan energi
serta aktivitas yang lainnya yang tidak dapat dideskripsikan. Aktivitas fisik akan
berpengaruh terhadap peningkatan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan
berkurang. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi
maka akan timbul diabetes mellitus (Sujaya, 2015).

Berdasarkan hasil dari pengisian kuesioner mayoritas responden bekerja sebagai


wiraswasta sebanyak 22 responden (44%) dan paling sedikit adalah buruh sebanyak
3 responden (6,0%). Responden mengatakan bekerja sebagai wiraswasta itu
kadang-kadang setiap hari tidak bekerja karena sekarang susah untuk mendapatakan
pekerjaan yang tetap dan dikerjakan setiap harinya. Hal ini akan menimbulkan
resiko diabetes mellitus karena berkurangnya aktivitas yang dilakukan responden.
Responden sedikit yang melakukan aktivitas rutin dan banyak mengatakan
memanfaatkan tidur di siang hari.

4.2.2 Tingkat Depresi


Berdasarkan hasil uji univariat tingkat depresi didapatkan hasil responden memilih
depresi dalam kategori ringan yaitu sebanyak 6 responden (12%), dalam kategori
sedang yaitu sebanyak 20 responden (40%) dan sisanya depresi berat sebanyak 24
40

responden (48%) dari 50 responden di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub


Kabupaten Tegal.

Depresi merupakan gangguan psikologis yang sering dikaitkan dengan stresor


jangka panjang seperti penyakit kronis, diantarannya diabetes mellitus (DM). Gejala
ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan angka prevelensi 4-5 % populasi,
dengan derajat gangguan bertaraf ringan, sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek
klinis, drepresi dapat berdiri sendiri, merupakan gejala dari penyakit lain,
mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan penyakit lain,
sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan (Rathus, 2010).

Depresi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain penurunan fungsi dari
organ tubuh, kehilangan sumber nafkah, perubahan gaya hidup dan perasaan
terasing. Beberapa ahli juga berpendapat bahwa cara menanggulangi depresi
berbeda-beda sesuai dengan tingkat depresi pasien. Namun, dengan dukungan dari
keluarga sangatlah membantu dalam mencegah dan mengatasi depresi. Dukungan
ini terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan non verbal, bantuan nyata atau
tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran
mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima
(Lazarus dan Folkman, 2012)

Hal ini sejalan dengan penelitian tentang tingkat depresi dengan kadar gula darah
diketahui bahwa lebih banyak responden yang mengalami depresi yaitu sebanyak
34 responden (60,7%) dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami
depresi yaitu sebanyak 22 responden (39,3%) (Kurniati, 2017). Penelitian ini juga
diperkuat dari penelitian yang berjudul “Hubungan kadar gula darah dengan tingkat
depresi dan aktifitas fisik pada penderita Diabetes Mellitus” dalam penelitianya
didapatkan hasil depresi ringan 8 (16%), depresi sedang 18 (36%) dan depresi berat
24 (48%). Orang yang hiperglikemi dapat mengalami gangguan psikologi berupa
depresi dan mengalami penurunan aktivitas fisik. Orang yang depresi dan kurang
aktivitas dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah (Mujabi, 2017).
41

Dari penelitian tersebut peneliti berpendapat bahwa dari hasil wawancara


kebanyakan responden selalu berfikir negatif terhadap penyakit yang sedang
dialaminya, mereka mengatakan cemas, khawatir penyakitnya tidak bisa sembuh,
dan tidak bisa menjalani pengobatan. Bahkan, tidak jarang yang putus asa hingga
mengalami depresi dan responden suka menyendiri tidak pernah kontak langsung
dengan orang lain. Menurut peneliti, dengan cara berfikir responden yang kurang
baik, maka ketika menghadapi suatu masalah yang berat responden bisa sampai
terkena depresi.

4.2.3 Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2


Berdasarkan hasil uji bivariat dengan tendensi sentral yang dilakukan peneliti
menunjukan nilai rata-rata kadar gula darah responden adalah 290 mg/dl, sedangkan
nilai kadar gula darah maksimal responden adalah 430 mg/dl dan nilai minimal
kadar gula darah responden adalah 100 mg/dl di Desa Mangunsaren Kecamatan
Tarub Kabupaten Tegal.

Diabetes mellitus adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah disebabkan oleh karena adanya kelainan sel beta pulau Langerhans
kelenjar pankreas. Pada DM tipe 2 kadar glukosa darah meningkat karena adanya
resistensi insulin akibat gaya hidup yang salah atau pola hidup yang kurang baik.
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduannya (Suyono, 2013).

Hal ini sejalan dengan penelitian tentang kadar gula darah dengan diabetes mellitus
dengan jumlah 50 responden didapatkan hasil mayoritas rata-rata kadar gula
responden adalah 250 mg/dl, nilai kadar gula maksimal 510 mg/dl dan nilai
minimal 110 mg/dl. Kadar gula darah merupakan tingkat glukosa dalam darah yang
mengatur konsentrasi gula darah. Sel-sel dalam tubuh memiliki sumber energi yang
paling utama yaitu glukosa darah. Gejala klinis DM biasanya ringan atau bahkan
tidak ada gejala, perjalanan penyakit DM berkembang kronis dan cenderung
mengalami peningkatan. Respon tubuh seseorang terhadap penyakit sangat
42

bergantung pada adanya penyakit DM dalam tubuh seseorang sehingga setiap


penyandang DM berbeda kejadian komplikasi. Perbedaan kejadian komplikasi yang
dialami pada penderita DM juga bergantung pada keluhan subjektif yang dirasakan.
Keluhan subyektif dikaitkan dengan kadar gula darah menunjukan bahwa dengan
tingginya kadar gula darah maka semakin beresiko penderita DM mengalami
keluhan subyektif. Jika kadar gula darah dikontrol dengan rutin dan baik maka
dapat mencegah keluhan yang mengarah pada komplikasi (Rahmawati, 2017).

Dari penelitian tersebut peneliti berpendapat bahwa dari hasil wawancara dengan
responden mengatakan tidak mengetahui pola makan yang baik dan suka makan
sembarangan. Rata-rata responden yang tingkat pendidikannya rendah mempunyai
resiko menyandang diabetes mellitus karena kadar gula darahnya tidak terkendali 2
kali dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya tinggi. Kemudian salah
satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan seseorang itu tingkat pendidikan,
rata-rata responden yang peneliti lakukan kebanyakan berpendidikan rendah,
dengan meningkatnya pengetahuan responden diabetes mellitus dapat melakukan
penatalaksanaan penyakitnya sehingga kondisi kesehatan responden menjadi lebih
baik. Dimana monitor glukosa darah merupakan hal utama dalam pengelolaan
diabetes mellitus. Pemantauan gula darah merupakan hal yang tidak terpisahkan
dari pengelolaan diabetes mellitus, karena dengan pengendalian kadar glukosa
darah yang baik dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi kronis diabetes,
responden juga mengatakan sulit untuk mengakses informasi tentang diabetes
mellitus sehingga responden tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami.

4.2.4 Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kadar Gula Darah Penyandang


Diabetes Mellitus Tipe 2
Hasil uji pearson correlation diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi uji pearson correlation lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) maka
keputusan uji adalah Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan tingkat depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus
tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.
43

Gangguan psikis pada penyandang diabetes melitus dapat berakibat gangguan pada
pengontrolan kadar gula darah. Pada keadaan depresi akan terjadi peningkatan
ekskresi hormon katekolamik, glukagon, glukokortikoid, β-endorfin dan hormon
pertumbuhan. Pada penyandang diabetes selain mengalami kemunduran dari segi
fisik seorang penyandang diabetes mellitus pada umumunya juga mengalami
kemunduran dari segi emosional. Segi emosional tersebut meliputi sikap
menyangkal, obsesiv, marah dan takut yang semuanya merupakan sikap yang
terlihat negatif. Banyak orang yang menyangkal sewaktu mengetahui dirinya
menyandang diabetes, dan tidak mau menerima kenyataan bahwa ia harus
menjalani kehidupan sebagai penyandang diabetes mellitus. Seseorang yang
mengalami perubuhan fisik dan psikologi mengakibatkan depresi, sehinga akan
meningkatkan hormon stres dan kemudian mengakibatkan kadar glukosa darah
menjadi meningkat. Pada saat terjadinya ganguan emosional, penyandang diabetes
tidak mejaga kadar gula darah, tidak menjaga diet diabetes serta tidak mematuhi
terapi diabetes yang dianjurkan dokter, keadaan ini turut menimbulkan peningkatan
kadar gula darah. Dimana semakin tinggi tingkat depresinya maka kadar gula
darahnya semakin meningkat (Vranic, 2015).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang hubungan tingkat depresi
dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2 menunjukan
bahwa setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai korelasi pearson 0,415 dan
nilai p=0,003. Hal ini berarti bahwa ada hubungan secara positif antara depresi
dengan kadar gula darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2. Gangguan
psikologi salah satunya depresi dan diabetes mellitus memiliki hubungan yang
sangat erat, karena jika seseorang menyandang penyakit kronis biasanya akan selalu
memikirkan komplikasinya, berfikir negatif dan khawatir terhadap penyakitnya
sehingga membuat stres. Selain itu, tekanan kehidupan dan gaya hidup tidak sehat
juga sangat berpengaruh, ditambah dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat
dan berbagai penyakit yang sedang diderita menyebabkaan penurunan kondisi
seseorang sehingga memicu terjadinya gangguan emosional salah satunya depresi
(Setiyani, 2015).
44

Berdasarkan hasil yang peneliti lakukan tentang tingkat depresi dengan kadar gula
darah pada penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan
Tarub Kabupaten Tegal, responden mengalami depresi berat sebanyak 24 (48%)
dengan rata-rata kadar gula darahnya sebesar 290 mg/dl. Depresi pada responden
yang menyandang diabetes mellitus tipe 2 menyebabkan rasa pesimisme dan dapat
mengakibatkan ketidakpatuhan serta perawatan diri yang berkurang, selain depresi
pada penyandang diabetes mellitus yang lebih tinggi akan mempengaruhi sikap
emosional, rasa cemas, ketakutan, kesedihan dan sosial (konflik pribadi, perubahan
gaya hidup), dukungan keluarga pada responden yang depresi berat dan gula darah
yang tinggi sangat diperlukan untuk memperhatikan kehidupan kedepan yang lebih
baik lagi. Dari hasil wawancara dengan keluarga yang menyandang diabetes
mellitus, mereka mengatakan responden sering menyendiri, jarang keluar rumah
dan sering mengatakan selalu memikirkan penyakit yang dialaminya tidak bisa
sembuh, hal itu mengakibatkan responden mengalami gangguan psikis yang
mengganggu kesehariannya. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat depresi dengan
kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 sangat berpengaruh dan erat
tak terpisahkan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Karakteristik penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren
Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal rata-rata berusia 47 tahun, dengan jenis
kelamin paling banyak laki-laki dan mayoritas pekerjaan sebagai wiraswasta.
5.1.2 Tingkat depresi penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren
Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal mengalami depresi berat.
5.1.3 Kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren
Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal rata-rata nilai kadar gula darahnya 290
mg/dl.
5.1.4 Ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kadar gula darah
penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal tahun 2019.

5.2 Saran
5.2.1 Sebaiknya penyandang diabetes mellitus tipe 2 menghindari depresi supaya
kadar gulanya normal.
5.2.2 Salah satu faktor penyebab meningkatnya kadar gula darah pada penyandang
diabetes mellitus tipe 2 adalah depresi.
5.2.3 Seharusnya peneliti lain menggunakan alat Wellion LUNA Duo karena alat
ini lebih akurat dalam jumlah yang banyak dan bekerja sama dengan petugas
kesehatan sebagai enumerator kemudian responden dikumpulkan dalam satu
waktu di tempat yang sudah disediakan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Aknani. (2013). Hubungan antara Perilaku Pengendalian Diabetes Mellitus Kadar


Gula Darah Pasien (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kab. Cirebon).
Medicine Journal Indonesia.Vol 1, Nomor 2, Halaman 466-478.

American Diabetes Assosiation. (2017). Classification Of Diabetes Mellitus.


Diabetes Care. Vol 27, Halaman 5-10.

Anani. (2012). Hubungan antara Perilaku Pengendalian Diabetes Mellitus dan


Kadar Gula Darah Pasien DM. Cirebon. 1 (2) 355-78

Arif. (2013). Pengaruh Usia dengan Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes
Mellitus Tipe 2. Semarang 2 (5). 18-22

Bujawati. (2012). Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus. Yogyakarta. Citra Aji


Parama.

Charney, D. (2015). Neurobiology Of Mental Illness. New York: Oxford Univercity


Press.

Chew, Leoni, Reid & Peyrot. (2016). Diabetes-Related Distress-Depression and


Distress-Depression Among Adults With Type 2 Diabetes Mellitus. In
Malaysia. Plos One. Vol 11 (3).

Degmecic, Bacun & Kovac. (2014). Depression, Anxiety And Cognitive


Dysfunction In Pattients With Type 2 Diabetes Mellitus. A Study Of Adult
Pattient With Type 2 Diabetes Mellitus In Osijek, Croatia, Vol 2 Halaman
711-716.

Dinkes, Jateng. (2016). Jumlah Penderita Diabetes Mellitus Di Jateng. Dinkes


Jateng.

Efi, K. (2017). Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas Tidur PasienDiabetes


Mellitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati
Bantul.

Egede & Ellis. (2013). Diabetes Mellitus II and Depression : Global Perspectives.
Journal Diabetes Mellitus Research and Clinical Practice. Vol

Erlianawati. (2015). Ketidakstabilan Gula Darah pada Diabetes Mellitus. Jurnal


Ilmiah Edu Research.

Fadilah. (2012). Sistem Informasi Manajemen Gejala Depresi Melalui Model User-
Centered WEB, (Online), http://www.fik.ui.id. (diakses 28 April 2019).

_______. (2016). Diabetes Mellitus Tipe 2. J Majority. Jakarta : EGC.

_______. (2015). Hipertensi Diabetes Mellitus. Jakarta : EGC.


_______. (2015). Dislipedemia Diabetes Mellitus. Jakarta : EGC.

_______. (2015). Pola Makan Diabetes Mellitus. Jakarta : FKUI.

Ghanbari & Azita. (2017). Comparison Of Depression In Diabetic Patients With


and Withouth Foot Wound. J Bas Res Med Sci.

Hasdianah. (2014). Mengenal Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Nuha Medika.

Heeramun-aubeeluck. (2015). Comorbidity Of Depression and Diabetes : In A


Nutshell.

Hendrikson. (2012). Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.


Semarang.

International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition :


IDF. Vol 32, Halaman 225-371.

Juwiningtyas. (2015). Kadar Gula Darah. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Kaplan & Saddock. (2012). Sinopsis Psikatri Ciputat-Tanggerang.

________. (2015). Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

________. (2014). Situasi Dan Analisis Diabetes Mellitus. Kemenkes RI.

Khuwaja, K. (2016). Prevalance Of Diabetes Mellitus.Vol 2, Halaman 1-7.

Kurniati. (2017). Hasil Penelitian Depresi dengan Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta

Lanywati. (2011). Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta :


Kanisius.

Lazanus & Folkman. (2012). Dukungan Keluarga pada Pasien Depresi. Semarang.

Marcus, W. (2015). Depression : A Global Public Health Concren. WHO


Departent Of Mental Health and Subtance Abuse.

Maslim. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan, ringkas PPDJ-III dan DSM-S.
Jakarta : PT. Nuh Jaya.

Masriadi. (2013). Ras & Etnik Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta : Penebar Plus.

________. (2012). Biokimia Harper. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

________. (2016). Obesitas Diabetes Mellitus. Jakarta : EGC.

________. (2013). Perbedaan Lak-laki dengan Perempuan dengan Kejadian DM.


Jakarta : EGC
Nainggolan. (2015). Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Jenis Kelamin.
Jakarta.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2012). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho. (2012). Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Kadar Gula Darah
pada Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2. Di kelurahan Bulusulur. Jurnal
KEPERAWATAN GSH, 5(1).

Oitte, A. (2012). Diagnosis Of Diabetes Mellitus. American Diabetes Association :


Diabetes Care.

Perekni. (2016). Diabetes Mellitus. Jakarta : Pt. Perkeni.

Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2


Di Indonesia. Jakarta : PT. Perkeni.

Potter & Perry. (2014). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Purwanti. (2016). Kontrol Gula Darah. Jakarta : Rineka Cipta.

_______. (2010). Stresor pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta : EGC

_______. (2017). Hasil Penelitian Tentang Kadar Gula Darah. Jakarta.

Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Rivandi. (2015). Depresi Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority,


volume 4, No.9, Desember 2015. Available from.

Roy, T. (2014) Epidemiologi Of Depression And Diabetes. A Systematic


Review.Vol 22 (4).

Rudi. (2017). Hasil Penelitian Jenis Kelamin dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Poliklinik. Semarang.

Rustika & Supardi. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Cv Trans Info
Media.

Schmitz, Nobert. (2014). Longitudinal Relationships Between Depression nd


Functioning In People With Type 2 Diabetes. Vol 47, Halaman 172-179.

Sclavo. (2015). Perbedaan Prosentase Jenis Kelamin dengan DM. Jakarta.


Setiyani. (2015). Hasil Penelitian tentang Depresi dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jakarta : Rineka Cipta.

Sherwoord. (2013). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku


Kedokteran. EGC : Jakarta. Vol 3, Halaman 595-677.
Smeltzer & Bare. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Smenkof, K. (2015). Depression In The Type 2 Diabetes Mellitus: Pravalance,


Impact, And Treatment.Vol 75, Halaman 577-587.

Soeswondo, P. (2011). Penyakit Kronik Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI.Vol 42, Halaman 199-203.

Suharsimin. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sutedjo, Y. (2015). 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang.


YogYakarta: Kanisius.

Sujaya. (2015). Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai Faktor Ressiko
DM Tipe 2 di Tabaan. Jurnal Skala Husada. 7 (1) : 75-81.

Suyono. (2013). Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, PP


1-5.

Suyono. (2013). Kecenderungan Jumlah Penyandang DM. Jakarta : Balai Penerbit


FK UI, PP 1852-57.

Ughari & Mewo. (2016). Penyebab Usia pada Diabetes Mellitus. EGC : Jakarta.

Vranic. (2015). Gangguan Psikis pada Depresi Penyandang Diabetes Mellitus Tipe
2. Jakarta.

WHO. (2016). Pravalance Depression Of Diabetes Mellitus. USA: World Health


Organization.

Zuberi. (2012). Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakstabilan Gula ada


Atresor di Perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia.
Lampiran 1

STIKES BHAMADA SLAWI


PRODI SARJANA KEPERAWATAN JADWAL PENELITIAN
DAN NERS

No Kegiatan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus


4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan Judul
Bimbingan Proposal
2 BAB 1 Pendahuluan
3 BAB 2 Tinjauan Teori
4 BAB 3 Metodologi Penelitian
5 Sidang Proposal
6 Revisi Proposal
7 Penelitian
Bimbingan Skripsi
8 BAB 4 Hasil dan Pembahasan
9 BAB 5 Simpulan dan Saran
10 Sidang Skripsi
11 Revisi Skripsi
12 Pengumpulan Skripsi
Lampiran 2

STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR


PRODI SARJANA KEPERAWATAN INFORMASI
DAN NERS PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Saya M Irgan Aji Pangestu, mahasiswa S1 Keperawatan angkatan tahun 2015, yang
akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Depresi dengan Kadar
Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Mangunsaren Kecamatan
Tarub Kabupaten Tegal”. Saya meminta dengan hormat kepada orang tua anak
sebagai responden dalam penelitian ini dan terimakasih untuk partisipasinya dalam
penelitian yang akan saya lakukan. Saya akan menjelaskan beberapa tahap dari
penelitian ini :

1. Tujuan Penelitian dan Manfaat


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan
kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 di desa mangunsaren kec
tarub kab tegal. Manfaat penelitian ini untuk mengetahui nilai kadar gula darahnya.
2. Pengisian Kuesioner
Bapak dan Ibu yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini akan diminta untuk
mengisi kuesioner penelitian yang terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai nama,
usia, Jenis kelamin, dan pekerjaan, juga mengenai tingkat depresi dengan kadar
gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2. Dalam pengisian kuesioner bapak
dan ibu wajib jujur dan tidak boleh berdiskusi dengan teman anda tentang kuesioner
penelitian.
3. Etika Penelitian
a. Penelitian ini tidak membebakan biaya apapun kepada orang tua dan anak.
b. Seluruh informasi anak dalam penelitian ini adalah rahasia dan anonim, baik
berupa identitas, gambar berupa foto dan lainnya.
c. Penelitian ini tidak menimbulkan kerusakan fisik karena menggunakan
lembar keusioner.

Jika ada pertanyaan atau saran tentang penelitian ini bisa hubungi saya pada nomor
: 082329900810 atau e-mail : irgan37@gmail.com. Jika saudari setuju untuk ikut
dalam berpartisipasi penelitian ini, mohon untuk mengisi surat persetujuan yang
telah disediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti
Lampiran 3

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
PERMOHONAN
DAN NERS

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi,
bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Depresi
dengan Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa
Mangunsaren Kec Tarub Kab Tegal”penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu
kegiatan dalam mengambil data untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1
Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.
Saya mengharap tanggapan atau jawaban yang saudara/i berikan sesuai dengan
pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, kami menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya
akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak akan
digunakan untuk maksud lain.
Atas perhatian dan kesediannya saya ucapkan terimakasih.

Slawi,……………2019
Peneliti
Lampiran 4

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
PERSETUJUAN
DAN NERS

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya dan anak bersedia
untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai responden penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Bhamada Slawi yang bernama M Irgan Aji Pangestu dengan judul penelitian
“Hubungan Tingkat Depresi dengan Kadar Gula Darah Penyandang Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Desa Mangunsaren Kec Tarub Kab Tegal”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini besar manfaatnya
bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya.

Slawi,………………2019
Responden

………………………..
Lampiran 5

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
KUESIONER
DAN NERS

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KADAR GULA DARAH


PENYANDANG DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI DESA
MANGUNSAREN KEC. TARUB KAB TEGAL

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Isilah data dibawah ini dengan memberikan tanda cheklist (√)

Nama inisial :

Usia : Dewasa Awal (18 - 25 tahun)


Dewasa tengah (26 -60 tahun)
Dewasa akhir (>60 keatas)

Jenis Kelamin : Laki-laki


Perempuan

Pekerjaan : T Tidak Bekerja


Buruh
Petani
Wiraswasta
PNS
STIKES BHAMADA SLAWI
LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
KUESIONER
DAN NERS

KUESIONER DEPRESI

1. Bacalah pertanyaan dengan seksama sebelum menjawab


2. Jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya
3. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan
kondisi yang ada dengan memberikan tanda chek list ( ) pada kolom sebelah
kanan dengan kriteria jawaban :

No Pernyataan Tidak Kadang- Selalu


Pernah kadang
1. Saya merasa lemah, lesu dan
tidak bersemangat
2. Saya merasa hidup saya tidak
Berharga
3. Saya merasa bahwa hidup saya
sama baiknya seperti orang lain
4. Saya merasa tertekan
5. Saya merasa bahwa segala sesuatu yang saya
lakukan adalah sia-sia
6. Saya sangat berharap tentang masa depan yang
baik
7. Saya berfikir bahwa hidup adalah kegagalan
8. Saya merasa takut terhadap penyakit yang saya
alami
9. Tidur saya tidak nyenyak (gelisah)
10. Saya1 merasa bahagia
11. Saya berbicara lebih sedikit daripada biasanya
12. Saya merasa sendiri
13. Saya menikmati hidup
14. Saya malas merawat diri saya sendiri
15. Saya merasa sedih
16. Saya merasa bahwa orang-orang tidak menyukai
penampilan saya
17. Saya tidak berminat untuk melakukan kegiatan
apapun
18. Saya malu jika ngobrol dengan tetangga
19. Saya khawatir dengan penyakit yang saya alami
20. Penampilan saya tidak menarik
21. Keadaan saya memperhatinkan

(Efi Kurniati, 2017)


Lampiran 6

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
OBSERVASI
DAN NERS

LEMBAR OBSERVASI GDS

Jenis Hasil Pengukuran GDS


No Hari/Tanggal Nama Responden
Kelamin dalam mg/dl
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Lampiran 7

STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR


PRODI SARJANA KEPERAWATAN SURAT IJIN
DAN NERS PENELITIAN
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN SURAT IJIN
DAN NERS PENELITIAN
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN SURAT IJIN
DAN NERS PENELITIAN
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN SURAT IJIN
DAN NERS PENELITIAN
STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN SURAT IJIN
DAN NERS PENELITIAN
Lampiran 8

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
ANALISIS DATA
DAN NERS

HASIL UJI UNIVARIAT DENGAN TENDENSI SENTRAL


Statistics
Usia Responden Kadar Gula Darah Responden
N Valid 50 50
Missing 0 0
Mean 47,26 290,92
Median 48,00 270,00
Mode 40 270
Minimum 19 100
Maximum 70 430

HASIL UJI UNIVARIAT DENGAN DISTRIBUSI FREKUENSI


Statistics
Jenis Kelamin Pekerjaan Tingkat Depresi
N Valid 50 50 50
Missing 0 0 0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 32 64,0 64,0 64,0
Perempuan 18 36,0 36,0 100,0
Total 50 100,0 100,0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak bekerja 6 12,0 12,0 12,0
Buruh 3 6,0 6,0 18,0
Petani 15 30,0 30,0 48,0
Wiraswasta 22 44,0 44,0 92,0
PNS 4 8,0 8,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
Tingkat Depresi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Depresi Ringan
6 12,0 12,0 12,0
(skor 21 - 34)
Depresi Sedang
20 40,0 40,0 52,0
(skor 35-48)
Depresi Berat
24 48,0 48,0 100,0
(skor 49-63)
Total 50 100,0 100,0

HASIL UJI NORMALITAS DATA MENGGUNAKAN


KOLMOGOROV SMIRNOV

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 44,71452164
Most Extreme Differences Absolute ,094
Positive ,073
Negative -,094
Kolmogorov-Smirnov Z ,666
Asymp. Sig. (2-tailed) ,767
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

HASIL UJI BIVARIAT DENGAN KORELASI PERSON

Correlations
Kadar Gula Darah Tingkat Depresi
Kadar Gula Darah Pearson Correlation 1 .842**
Sig. (2-tailed) ,000
N 50 50
Tingkat Depresi Pearson Correlation .842** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 9

STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR


PRODI SARJANA KEPERAWATAN DOKUMENTASI
DAN NERS PENELITIAN
Lampiran 10

STIKES BHAMADA SLAWI


PRODI SARJANA LEMBAR
KEPERAWATAN KONSULTASI
DAN NERS
Lampiran 11

STIKES BHAMADA SLAWI


CURRICULUM
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
VITAE
DAN NERS

CURRICULUM VITAE

Nama : M Irgan Aji Pangestu


Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 18 April 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Mangunsaren Rt 05/01 Tarub-Tegal
Nama Orang Tua : Bapak : Waryono
Ibu : Siti Aminah
Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta
Riwayat Pendidikan : SD (SDN 01 Mangunsaren)
MTS (MTS NU Hasyim Asyari Tarub)
SMA (SMAN 01 Kramat)

Anda mungkin juga menyukai