OLEH:
i
HUBUNGAN GLUKOSA DARAH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
OLEH:
ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM SARJANA TERAPAN
Skripsi, Juni 2021
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang
disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan atau
resistensi insulin. Akibat dari resistensi insulin maka akan merangsang
peningkatan sintesis asam lemak dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi
maka terjadi peningkatan sintesis asam lemak dalam darah sehingga terjadi
peningkatan trigliserida dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan glukosa darah dengan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus
tipe 2. Bidang penelitian adalah Kimia Klinik. Metode yang digunakan yakni
analisis isi (content analysis), jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian studi pustaka. Berdasarkan hasil studi pustaka pada 15
artikel terdapat 11 artikel yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan
tentang hubungan glukosa darah dengan kadar trigliserida dan 4 artikel yang
menyatakan tidak adanya hubungan glukosa darah dengan trigliserida pada
penderita diabetes melitus tipe 2 dengan nilai rata-rata glukosa darah 121,33
mg/dl – 269,65 mg/dl dan nilai trigliserida 122,5 mg/dl – 237 mg/dl.
iii
BIODATA PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SD N 1 Sriwaylangsep
SMP : SMP N 1 Banyumas
SMA : SMA S Xaverius Pringsewu
SARJANA : Polteknik Kesehatan Tanjungkarang, Program Sarjana
Terapan, Program Studi Teknologi Laboratorium
Medis
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi
Oleh:
Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi Prodi Teknologi
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
v
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Tim Penguji
vi
MOTTO
Sebesar Apapun Beban dan Masalah Yang Ada, Tuhan Tetap Jauh Lebih Besar
vii
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
Karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan ini
saya persembahkan skripsi ini untuk:
Kedua orang tua saya, Bapak Yulius Katiman dan Anastasya Suyati yang selalu
menyebut nama saya dalam setiap doa mereka, yang selalu mendukung serta
menasihati tanpa kenal lelah, serta selalu memberikan kasih sayang dan dorongan
yang tak pernah putus. Saya juga berterimakasih untuk kakak-kakak saya serta
keluarga besar yang selalu menemani dan memberikan semangat serta mendukung
saya selama ini.
Terimakasih untuk teman-teman saya yang selalu memberikan semangat
dalam penulisan skripsi ini dan untuk teman-teman kelas DIV Analis Kesehatan
Angkatan 2017 yang telah memberikan banyak cerita dan terimakasih atas
dukungan, semangat, doa dan hiburan yang saya rasakan selama 4 tahun ini
khususnya untuk Whyngky Oktira, Melda Lestari, Meilinda Ayu, Fenny Karlina,
Hallimatuzzuhairoh, Nur Ratih, Tika Anggraini, dan juga terimakasih kepada
Yohanes Indra Sasongko yang selalu mendukung dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini .
Terimakasih pula untuk kakak-kakak, teman-teman, dan adik-adik di Jurusan
Analis Kesehatan yang telah memberikan banyak semangat dan doa selama saya
berada di Jurusan Analis Kesehatan. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada kedua
pembimbing saya yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih juga kepada
penguji utama. Ucapan terimakasih kepada seluruh dosen dan staf Jurusan Analis
Kesehatan atas ilmu, dukungan, saran, dan nasihat yang telah diberikan, semoga
apa yang telah diberikan senantiasa bermanfaat. Terimakasih untuk semua pihak
yang terlibat dalam terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan
satu-persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Glukosa Darah Dengan Kadar Trigliserida Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2” yang disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program
Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Sarjana Terapan di Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini:
ix
DAFTAR ISI
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 30
A. Kesimpulan ............................................................................................... 30
B. Saran .......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan kesehatan berupa kumpulan
gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan atau resistensi insulin. Penyakit ini juga sering disertai dengan
komplikasi penyakit lain misalnya penyakit jantung koroner atau
asterosklerosis. (Bustan,2015)
Berdasarkan penyebabnya, diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi
4 kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan DM tipe lain.
Pada pedoman ini, hiperglikemia yang dibahas adalah yang terkait dengan
diabetes mellitus tipe 2. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan
adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes
melitus tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Meningkatnya penderita DM tipe 2
disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang
mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan konsumsi makanan
tinggi lemak. (Perkeni, 2011)
Organisasi WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang
DM tipe 2 yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. Badan kesehatan
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003,
diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133
juta jiwa, dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2%
pada daerah rural, sehingga diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah
8,2 juta penyandang DM di daerah rural. (Perkeni, 2019)
Sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk umur ≥ 15 tahun di Provinsi Lampung mengalami peningkatan dari
0,7% pada tahun 2013 menjadi 1,4% pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019).
Terdapat dua tipe utama diabetes melitus,yang umum yaitu diabetes melitus
tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 merupakan jenis
diabetes melitus yang tergantung terhadap adanya insulin yang disebabkan
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara glukosa darah dengan
kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang dikaji secara
studi pustaka?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan glukosa darah dengan kadar trigliserida
pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang dikaji secara studi pustaka.
2. Tujuan Khusus
a) Mengkaji rata-rata kadar glukosa darah pada penderita diabetes
melitus tipe 2 secara studi pustaka.
b) Mengkaji rata-rata kadar trigliserida serum pada penderita diabetes
melitus tipe 2 secara studi pustaka.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dibidang kimia klinik mengenai hubungan
glukosa darah dengan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus
tipe 2.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan dan referensi agar dapat menambah
pengetahuan bagi pengunjung perpustakaan yang membacanya
khususnya bagi mahasiswa Prodi Teknologi Laboratorium Medis.
b. Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta membuat peneliti dapat mengaplikasikan ilmu
metodologi penelitian.
4
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian dengan rancangan studi
pustaka, yaitu merangkum beberapa literatur yang relevan dengan tema.
Dalam hal ini fokus penelitian pustaka adalah glukosa darah, trigliserida dan
diabetes mellitus. Variabel independen adalah glukosa darah sedangkan
variabel dependen yaitu trigliserida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang terus-
menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain juga
menyebutkan bahwa diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia
kronis yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal. Hal ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada
mata, ginjal, dan pembuluh darah (Sunaryati, 2011).
Diabetes melitus berasal dari bahasa Yunani diabainein yang berarti
“tembus” atau “pancuran air”, melitus yang berarti “madu atau rasa
manis”. Penyakit ini lalu dikenal dengan penyakit kencing manis.
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit dengan kadar glukosa darah
di dalam darah yang tinggi karena pankreas tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara baik dan maksimal. Insulin adalah hormon
yang dilepaskan oleh pankreas yang bertanggungjawab dalam
mempertahankan kadar glukosa yang normal dalam darah. Insulin
bertugas memasukan glukosa ke dalam sel sehingga dapat menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes melitus jika
memiliki kadar glukosa darah puasa > 126mg/dL dan pada tes sewaktu >
200mg/dL. Kadar glukosa darah sepanjang hari bervariasi dan akan
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam
(Perkeni, 2006).
Diagnosis diabetes melitus ditegakkan dengan adanya kenaikan
kadar glukosa darah yang ditentukan oleh salah satu dari beberapa kriteria.
5
6
Keadaan kadar glukosa darah yang baik tidak terlepas dari peran
hormon, yaitu hormon insulin dan glukagon. Insulin merupakan hormon
yang memiliki peran penting dalam menurunkan kadar glukosa dalam
darah, sedangkan glukagon adalah hormon yang memegang peran
penting dalam meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Kedua hormon
tersebut berkerja secara sinergis untuk mempertahankan kadar glukosa
dalam darah agar tetap dalam keadaan stabil. (Khasanah, 2012)
karena agen perubahnya yaitu insulin tidak cukup atau bahkan tidak
ada sama sekali maka transportasi glukosa ke dalam sel akan
berkurang. Oleh karna itu, indikator utama DM adalah kadar glukosa
dalam darah yang tinggi.
Adapun beberapa faktor lain yang menyebabkan terjadinya
hiperglikemi adalah:
1.Penurunan produksi insulin
2. Peningkatan penyerapan karbohidrat dari usus.
3. Peningkatan produksi glukosa dalam hati.
b) Epidemiologi
Penderita diabetes melitus tipe 2 meliputi lebih 90% dari semua
populasi diabetes di dunia. Prevalensi DMT2 pada bangsa kulit putih
berkisar antara 3-6% pada populasi dewasa.International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2011 mengumumkan bahwa terdapat
336 juta orang di seluruh dunia mengidap DMT2 dan penyakit ini
terkait dengan 4,6 juta kematian tiap tahunnya, atau satu kematian
setiap tujuh detik. Penyakit ini mengenai 12% populasi dewasa di
Amerika Serikat dan lebih dari 25% pada penduduk usia lebih dari 65
tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada
tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Berdasarkan data dari
IDF 2014, Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik
dua peringkat dibandingkan dengan tahun 2013 dengan 7,6 juta orang
penyandang DM. Penelitian epidemiologi yang dilakukan hingga
tahun 2005 menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus di Jakarta
pada tahun 1982 sebesar 1,6%, tahun 1992 sebesar 5,7%, dan tahun
2005 sebesar 12,8%. Pada tahun 2005 di Padang didapatkan
prevalensi DM tipe 2 sebesar 5,12%.
8
f) Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik diabetes mellitus sering dikaitkan dengan
konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien yang menderita
defisiensi insulin tak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma
puasa yang normal atau toleransi glukosa sesudah memakan
karbohidrat. Jika hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal
bagi zat tersebut, maka aka timbul glukosuria. Glukosuria
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran
urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa
hilang bersama urin maka pasien akan menderita gangguan
keseimbangan kalori negatif dan berat badan akan berkurang. Rasa
lapar yang semakin besar (poifagia). Pasien juga akan mengeluh lelah
dan mengantuk. (Price, 1987)
2. Glukosa Darah
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat yang terdapat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dihati dan otot rangka. (Guyton,2006) Kadar glukosa darah
merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh.
Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yang dihasilkan
kelenjar pankreas, sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam
darah. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya
proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat, maka oleh enzim-enzim
tertentu glikosa dirubah menjadi glikogen. (Koestadi, 1989)
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan sampel darah
lengkap seperti serum atau plasma. Serum lebih banyak mengandung air
dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi lebih banyak glukosa dari
pada darah lengkap. Kadar glukosa darah dapat ditentukan melalui
11
3. Trigliserida
a) Definisi Trigliserida
Trigliserida merupakan lemak cadangan tubuh yang tertimbun
dalam jaringan adiposa yang terletak pada bagian tertentu dalam
tubuh. (Penil, 2008)Lemak ialah senyawa organik yang memiliki
sifat tidak larut dalam air, dan dapat larut oleh larutan organik
nonpolar. Lemak merupakan zat yang digunakan tubuh untuk proses
metabolisme. Lemak terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
kolesterol, lemak High Density Lipoprotein (HDL), lemak Low
Density Lipoprotein (LDL), lemak Very Low Density Lipoprotein
(VLDL), serta trigliserida.
Trigliserida adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak yang
terdiri dari tiga molekul asam lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak
jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. (Almatsier,2009)
Trigliserida digunakan tubuh terutama untuk menyediakan energi
dalam proses metabolik, sejumlah kecil trigliserida juga digunakan
di seluruh tubuh untuk membentuk membran sel. Trigliserida di
dalam darah membentuk kompleks dengan protein tertentu
(apoprotein) sehingga membentuk lipoprotein. Lipoprotein itulah
bentuk transportasi yang digunakan trigliserida. (Almatsier, 2009)
Trigliserida digunakan dalam tubuh untuk menyediakan energi
bagi berbagai metabolisme dalam tubuh, fungsi lipid mempunyai
peranan yang hampir sama dengan karbohidrat. Namun terdapat
beberapa lipid yang digunakan juga didalam tubuh untuk
menyediakan fungsi intrasel lain. (Guyton, 1990)
13
a) Metabolisme Trigliserida
Proses pencernaan trigliserida sebagian besar terjadi didalam usus
halus, enzim yang berperan dalam pencernaan lemak adalah enzim
lipase. Enzim lipase sebagian besar terbentuk di pankreas dan oleh
dinding usus halus. Sumber dari trigliserida berasal dari makanan
yang dihidrolisi secara sempurna oleh enzim menjadi asam lemak
dan gliserol. Selebihnya trigliserida akan dipecah menjadi
digliserida, monogliserida dan asam lemak. Trigliserida dan lipid
besar lain yaitu kolesterol dan fosfolipida lain yang terbentuk
14
b) Fungsi Trigliserida
Sebagian lemak dan minyak dalam tubuh terdiri dari 98-99%
trigliserida. Trigliserida merupakan estergliserol. Suatu gugus
alkohol trihidrat dan asam lemak didalam trigliserida adalah asam
lemak yang sama yang dinamakan trigliserida sederhana, bila
berbeda dinamakan trigliserida campuran.
1) Sumber energi
Lemak dan minyak adalah sumber energi paling padat yang
menghasilkan 9 kilo kalori untuk setiap gramnya, yaitu 2,5 kali
besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam
jumlah yang sama.
2) Sumber asam lemak esential
Lemak merupakan sumber asam lemak esential yaitu asam
linoleat dan linoleat.
3) Alat angkut vitamin larut lemak
Lemak juga mengandung vitamin larut lemak tertentu. Lemak
susu dan minyak ikan laut tertentu mengandung vitamin A dan
16
maksimal atau glukosa tidak dapat diserap oleh tubuh maka dapat
mempercepat pembentukan trigliserida didalam hati sehingga trigliserida
berkumpul dan menumpuk dalam darah dan pembuluh darah.
(Koestadi,1989)Pada dasarnya insulin sendiri berfungsi membantu
sintesis dan penyimpanan glikogen dan pada saat bersamaan mencegah
pemecahannya,insulin meningkatkan sintesis protein dan trigliserida di
dalam hati, insulin juga menghambat glukogenesis dan membantu
glikolisis.
Asterosklerosis merupakan penyakit arteri yang berukuran besar
akibat terbentuknya lesi lemak yang disebut plak ateromatosa pada
permukaan dinding arteri, salah satu faktor resiko terbentuknya
asterosklerosis adalah kejadian diabetes mellitus karna pada saat
terjadinya diabetes mellitus dimana terjadi disfungsi insulin dalam tubuh
maka produk trigliserida atau lipid secara otomatis akan meningkat dan
mengakibatkan penumpukan pada dinding arteri. (Guyton, 1990)
Pada penderita diabetes mellitus terdapat dua ketidak normalan
sistem metabolisme trigliserida yaitu kelebihan produksi VLDL yang
terbentuk kecil dan padat atau VLDL dan kelebihan pemecahan lemak
sehingga lemak dalam aliran darah beredar bebas dalam jumlah yang
banyak dan disebut lipolisis yang tidak efektif oleh lipopreotein lipase.
Kedua kelainan ini akhirnya menyebabkan terjadinya peningkatan kadar
trigliserida diatas normal atau disebut sebagai hipertrigliseridemia.
Apabila tubuh membutuhkan energi maka enzim yang ada di dalam
sel lemak tubuh (lipase) memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam
lemak lalu melepasnya ke dalam pembuluh darah, terutama pada sel-sel
yang membutuhkan komponen ini. Trigliserida yang ada didalam
pembuluh darah kemudian dibakar untuk menghasilkan energi,
karbondioksida dan air. Penderita diabetes mellitus tipe 2 terjadi karna
resistensi insulin perifer. Dampak dislipidemia adalah meningkatnya
kilomikron,VLDL, HDL dan trigliserida.
18
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
H0: Tidak terdapat hubungan antara glukosa darah dengan kadar trigliserida
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang dikaji secara studi pustaka.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Studi Kepustakaan (Library
Research). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, variabel
independen adalah glukosa darah sedangkan variabel dependen adalah
trigliserida.
B. Waktu Penelitian
Penelitian studi pustaka ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2021.
C. Prosedur Penelitian
1) Pemilihan topik
Topik yang dipilih dalam penelitian ini yaitu hubungan glukosa darah
dengan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.
2) Eksplorasi informasi
Informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri jurnal
yang sesuai dengan topik penelitian yakni hubungan glukosa darah dengan
kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.
3) Menentukan fokus penelitian
Fokus penelitian ini yaitu jurnal yang berhubungan dengan kadar glukosa
darah dan kadar trigliserida pada penderita diabetes mellitus tipe 2.
4) Pengumpulan sumber data
Pengumpulan sumber data yaitu berasal dari database Google scholar dan
Research Gate.
5) Persiapan penyajian data
Jurnal yang telah dikumpulkan dibaca, dianalisis dan diambil kesimpulan
yang sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan sehingga data-
data yang diperoleh semakin akurat dan tepat.
6) Penyusunan laporan
Pada bagian akhir kegiatan penelitian, peneliti mulai dengan proses
penyusunan laporan penelitian. Proses penyusunan laporan ini dilakukan
dengan cara menyusun berbagai data yang didapat sesuai dengan topik
19
20
A. Hasil
21
22
Pada Tabel 4.1 didapatkan hasil penelitian kajian pustaka di atas terdapat 11
artikel yang menyatakan adanya hubungan antara glukosa darah dengan kadar
trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2, dan terdapat 4 artikel yang
menyatakan tidak ada hubungan antara glukosa darah dengan kadar trigliserida
pada penderita diabetes melitus tipe 2.
25
Sanglih Bali.
14 Tagoe et al, (2013), Type 2 Diabetes 147mg/dl 163mg/dl
Mellitus Influences Lipid Profile Of
Diabetic Patients
15 Teddy (2015) Hubungan Kadar Gula 203,4 mg/dl 220,43mg/dl
Darah Puasa dengan Kadar Trigliserida
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Jumlah Min Max Min Max
121,33 - 269,65 mg/dl 122,5 - 237 mg/dl
Pada Tabel 4.2 didapatkan nilai rerata glukosa darah pada penderita diabetes
melitus yaitu 121,33 mg/dl-269,65 mg/dl dan rerata kadar trigliserida pada
penderita diabetes melitus yaitu 122,5 mg/dl – 237 mg/dl dan terdapat
peningkatan kadar glukosa darah yang akan terus diikuti dengan kenaikan kadar
trigliserida.
B. Pembahasan
Berdasarkan penulusuran pustaka, didapatkan 15 yang memiliki
keterkaitan dengan kadar glukosa dan trigliserida pada penderita diabetes
melitus tipe II, penelitian tersebut dilakukan di beberapa rumah sakit yang
ada di Indonesia dan luar negeri.
Pada tabel 4.1 dari 15 artikel yang dikaji didapatkan hasil bahwa terdapat
11 artikel yang menyatakan terdapat hubungan antara kadar glukosa darah
dengan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dan 4 artikel
yang menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar glukosa
darah dengan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Hubungan glukosa darah dengan kadar trigliserida pada penderita
diabetes melitus tipe 2. Pada pasien dengan kondisi diabetes maka dapat
mengalami perubahan metabolisme dalam tubuh karna akibat dari terjadinya
resistensi insulin sehingga akan terjadi peningkatan penggunaan dan
pemecahan lemak sebagai sumber energi. Proses ini menyebabkan lipolisis
dari lemak cadangan dan pelepasan asam lemak bebas akibat dari
menurunnya sekresi insulin dan menyebabkan enzim lipase sensitif hormon
akan meningkat. Hal ini akan berakibat pada hidrolisis trigliserida yang
disimpan, lalu akan banyak melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam
27
aliran darah dan berakibat pada meningkatnya konsentrasi asam lemak bebas
dan plasma dalam darah. Sehingga sesuai dengan 11 artikel hasil penelitian
yang menunjukan hubungan yang positif antara kadar glukosa darah dengan
kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Sedangkan pada 4 artikel penelitian yang menunjukan tidak terdapat
hubungan antara kadar glukosa darah dengan kadar trigliserida pada penderita
diabetes melitus tipe 2 disebabkan karna beberapa faktor yaitu pada penelitian
Teddy (2015), diakibatkan karena distribusi data yang tidak merata dan karna
jumlah penderita yang tidak banyak, lalu pada penelitian yang dilakukan oleh
Puspitasari dan Andika (2018) hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang berlawanan antara kadar glukosa darah dengan kadar
trigliserida hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat
mengakibatkan penurunan kadar trigliserida yaitu faktor usia, stress, asupan
makanan, hormon, dan juga aktifitas fisik. Pada penelitian yang dilakukan
oleh I Nyoman Semadi dan Hendry Irawan juga menunjukan hubungan yang
negatif terhadap hubungan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus
tipe 2 yang mungkin disebabkan oleh peningkatan stress oksidatif dari
konsentrasi paparan oksigen yang tinggi yang disebabkan oleh terapi/proses
pengobatan atau juga makanan yang dikonsumsi oleh pasien namun tidak
diteliti pada penelitian ini .Penelitian lain oleh Ongkar Singh,dkk ( 2015) juga
tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik hal ini dipengaruhi
juga karna terapi dan pengobatan yang dijalankan oleh pasien. Semakin buruk
kontrol glikemik pada penderita diabetes melitus tipe 2 akan terus
meningkatkan kadar profil lipid. Kelainan utama metabolisme lemak pada
diabetes yaitu terjadinya percepatan katabolisme lemak. Insulin bertugas
menghambat kerja enzim lipase peka hormon sehingga akan meningkatkan
kadar asam lemak bebas (FFA) dalam plasma menjadi dua kali lipat atau
bahlkan lebih. Karena terjadi defisiensi glukosa intrasel, pasokan energi
dipertahankan dengan metabolisme protein dan lemak. Proses katabolisme
lemak akan terus meningkat dan sistem akan dialiri oleh trigliserida yang
meningkat, Akibatnya sintesis lemak akan terhambat dan jalur katabolik yang
terlalu penuh tidak dapat mengatasi kelebihan asetil-koa yang terbentuk
28
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran pustaka pada ke 15 artikel yang dikaji dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan artikel yang dikaji dapat disimpulkan rata – rata kadar
glukosa darah sebesar 121,33 mg/dl – 269,65mg/dl .
2. Berdasarkan artikel yang dikaji dapat disimpulkan rata – rata kadar
trigliserida darah sebesar 122,5 mg/dl – 237 mg/dl.
3. Berdasarkan artikel tersebut didapatkan 11 artikel yang menyatakan
adanya hubungan glukosa darah dengan kadar trigliserida dan 4 artikel
menyatakan tidak adanya hubungan antara glukosa darah dengan kadar
trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2.
B. Saran
Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan disarankan untuk:
1. Perlu dilakukan pemeriksaan rutin kadar glukosa dan trigliserida serum
pada penderita diabetes melitus tipe II.
2. Perlu dilakukan penelitian kadar profil lipid selain trigliserida yang
berhubungan dengan pemantauan penderita diabetes melitus tipe II.
3. Perlu dilakukan penelitian yang memperhatikan aspek pengobatan, terapi
yang dijalani serta makanan yang dikonsumsi oleh pasien penderita
diabetes melitus tipe 2.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anggorotomo, W., Sjahriani, T., & Masroni, M. (2018). Type 2 Diabetes Mellitus
on Triglyceride Levels and Blood Pressure. Malahayati International
Journal of Nursing and Health Science, 1(1), 11-16.
Arifin, A. Y., Ernawati, F., & Prihatini, M. (2019). Hubungan Kadar Glukosa
Darah Terhadap Peningkatan Kadar Lemak Darah Pada Populasi Studi
Kohor Kecamatan Bogor Tengah 2018. Jurnal Biotek Medisiana
Indonesia, 8(2), 87-93.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi
11. Jakarta: EGC, 81-85.
Hanum, N. N. (2013). Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa dengan Profil Lipid
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon Periode Januari 2012-April 2013.
Koestadi, 1989. Kimia Klinik Teori dan Praktek Darah. AAK Bhakti Wiyata.
Kediri.
Malau, S. R. (2014). Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa Dengan Profil Lipid
Pada Diabetes Melitus Tipe 2.
Panil, Z. (2008). Memahami teori dan praktik biokimia dasar medis. Jakarta:
EGC.
Price Sylvia, A., & Wilson Lorraine, M. (1987). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1.
Puspitasari, P., & Aliviameita, A. (2018). Hubungan Profil Lipid Dengan Kadar
Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus. Medicra (Journal of
Medical Laboratory Science/Technology), 1(2), 77-83.
Putri, L. H., Haryanto, E., & Arifin, S. (2019). Korelasi Kadar Trigliserida
Dengan Kadar Glukosa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe
II. ANALIS KESEHATAN SAINS, 8(1).
Putri, L. H., Haryanto, E., & Arifin, S. (2019). Korelasi Kadar Trigliserida
Dengan Kadar Glukosa pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
ANALIS KESEHATAN SAINS, 8(1).
Rahayu, P. N. (2020). Hubungan Kadar Gula Darah Puasa dan Profil Lipid Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Kejadian Stroke Iskemik di
RSUD RA Basoeni Mojokerto. Jurnal Biosains Pascasarjana, 22(2), 50-
62.
Rosidah, R., & Mahmudah, M. (2017). Hubungan Kadar Gula Darah Dengan
Kenaikan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Mellitus di Klinik
As Syifa Pucuk Lamongan. Jurnal Sains, 7(13)..
Semadi, I. N., & Irawan, H. (2017). Blood glucose and lipid profile in patients
with diabetic foot ulcer that underwent hyperbaric oxygen therapy. Bali
Medical Journal, 6(2), 405-408.
Singh, O., Gupta, M., & Khajuria, V. (2015). Lipid profile and its relationship
with blood glucose levels in Metabolic Syndrome. National Journal of
Physiology, Pharmacy and Pharmacology, 5(2), 134.
Soethama, K. P. R., Herawati, S., & Subawa, N. Hubungan antara Kadar Gula
Darah Puasa dengan Kadar Trigliserida pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Bali. E-Jurnal Medika
Udayana, 9(5), 53-57.
Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Kencing Manis
(Diabetes Mellitus). Yogyakarta: Andi Publisher.
Teddy, T. (2015). Hubungan Kadar Gula Darah Puasa dengan Kadar Trigliserida
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jurnal Medika Malahayati, 2(2),
69-73.
No Kegiatan Paraf
1 18 Desember 2020 Bimbingan Bab 1,2,3
2 28 Desember 2020 Bimbingan Bab 1,2,3
3 31 Desember 2020 Bimbingan Bab 1,2,3
4 5 Januari 2021 Bimbingan Bab 1,2,3
5 11 Januari 2021 Bimbingan Bab 1,2,3
6 13 Januari 2021 ACC Seminar Proposal
7 8 Maret 2021ACC Penelitian
8 7 Mei 2021 Bimbingan Bab 4 & 5
9 3 Juni 2021 Bimbingan Bab 4 & 5
10 8 Juni 2021 Bimbingan Bab 4 & 5
11 9 Juni 2021 ACC Seminar Hasil
12
NIP : 197301031996032001
Lampiran 2
No Kegiatan Paraf
1 10 Desember 2020
2 29 Desember 2020 B
3 5 Januari 2021
4 8 Januari 2021 ACC Seminar Proposal
5 7 Mei 2021 ACCPenelitian
6 4 Juni 2021 Bimbingan Bab 4 & 5
7 7 Juni 2021 Bimbingan Bab 4 & 5
8 8 juni 2021 Bimbingan Bab 4 & 5
9 9 Juni 2021 ACC Seminar Hasil
10
11
12
1. Siapkan peralatan
2. Pastikan identitas pasien benar.
3. Berikan informasi tentang jenis pemeriksaan yang akan diperiksa dan tentang
proses pengambilan darah.
4. Pasang torniquet pada lengan sekitar 5 cm di atas daerah yang akan ditusuk.
5. Minta pasien mengepalkan tangannya sehingga vena terlihat jelas.
6. Setelah meraba jalur vena, lalu regangkan tourniquet.
7. Pasangkan jarum ke vacum tube holder dengan cara memutar.
8. Kencangkan kembali tourniquet, lalu bersihkan daerah yang akan ditusuk
dengan kapas alkohol 70% melingkar keluar dengan diamter 2 cm.
9. Buka tutup jarum,gunakan ibu jari dan tarik bagian dibawah daerah yang
akan ditusuk.
10. Masukan jarum dengan posisi tusukan ke atas dengan sudut 15-30° masuk ke
vena.
11. Tekan tabung vacutainer ke jarum, darah akan langsung mengalir ke tabung
kemudian lepaskan tourniquet.
12. Isi tabung sampai penuh/sampai vacum berhenti dengan sendirinya.
13. Setelah selesai tempatkan kapas diatas daerah tusukan.
14. Tahan kapas secara lembut dan tarik perlahan.
15. Tutup dengan plaster atau lakukan penekanan halus sampai darah berhenti.
16. Minta pasien untuk tidak melipat tangannya sampai beberapa menit.
17. Buang semua yang terkontaminasi ke dalam wadah limbah yang sesuai.
Cara Kerja :
Metode : GOD-PAP yaitu suatu cara penetapan glukosa darah dari sampel
serum/plasma secara enzimatik menggunakan Glukosa Oksidase Para Amino
Phenazone menghasilkan warna merah pada panjang gelombang 546nm.
Cara Kerja :