Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
Oleh
AKX.15.076
2018
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan :
1. Tugas akhir saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar profesional Ahli Madya (Amd) di Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Bhakti Kencana Bandung maupun di perguruan tinggi
lainnya.
2. Tugas akhir saya ini adalah karya tulis yang murni dan bukan hasil
plagiat/jiplakan, serta asli dari ide dan gagasan saya sendiri tanpa bantuan
pihak lain kecuali arahan dari pembimbing.
Oleh:
Rizki Trisna Maulana
AKX.15.076
Telah Diuji
Pada tanggal, 30 April 2018
Panitia Penguji
Mengetahui
STIKes Bhakti Kencana Bandung
Ketua,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa,karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga
Maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III
Bandung.
tidak lupa adikku Raival Firman Fahrizy dan juga tidak lupa Devi
ilmiah ini.
diberikan balasan yang lebih baik oleh-Nya. Penulis menyadari dalam penyusunan
Karya tulis ini masih banyak kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan
segala masukan dan saran yang sifatnya membangun guna penulisan Karya tulis
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh mencapai >38℃.
Kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi
pada 2 – 4 % populasi anak berumur 3 bulan sampai 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17 – 23
bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan kejadian kejang
demam pada anak kejang demam di RSUD dr.Slamet Garut pada periode tahun 2018. Di dalam
penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan asuhan
keperawatan yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan data yang dimulai dari pengkajian,
menentukan diagnosis, melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan dan melakukan evaluasi
kepada klien kejang demam. Studi kasus ini dilakukan pada dua orang klien kejang demam dengan
masalah keperawatan Gangguan Thermoregulasi : Hipertermia. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dengan memberikan intervensi keperawatan, masalah keperawatan Hipertermia pada
kasus 1 dapat teratasi pada hari ke 3 dan pada kasus 2 masalah keperawatan Hipertermia sampai hari
ke 3 baru teratasi sebagian hal ini dikarenakan pada kasus 2 masih mempunyai faktor pencetus yang
masih belum teratasi dan juga adanya hubungan dengan faktor usia. Pasien dengan masalah
keperawatan Gangguan Thermoregulasi : Hipertermia tidak selalu memiliki respon yang sama
tergantung pada factor pencetus, kondisi, dan status kesehatan sebelumnya. Sehingga perawat harus
melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani masalah keperawatan pada
setiap klien
Kata Kunci : Kejang Demam, Gangguan Thermoregulasi, Hipertermia
Daftar Pustaka : 8 Buku (2008-2014), 3 Jurnal (2010-2012), 2 Web
ABSTRACT
Febrile Seizure is comvulsion that happened because of body temperature increases and reach over
38℃. Febrile seizeure happening because intracranial and extracranial process. Febrile Seizure
happened to 2-4% children population that aged 3 month to 5 years old. And most happened to
children that aged 17-23 month. This research purpose is for knowing relation between
characteristic and Febrile seizure case that suffered by children in RSUD dr.Slamet Garut on 2018
periode. In this research, researcher use Case study design with Nursing care approach that
researcher collecting data who start from assessment, deciding diagnose, implementation and
evaluation to Febrile Seizure Patient. This research use 2 Febrile Seizure Patient with Nursing
Problem : Thermoregulation Hipertermia. After implementing Nursing Care to Patient with giving
Nursing Intervention. Nursing Problem Hipertermia on case 1 can resolve just in 3 day and on case
2 Nursing Problem Hipertermia until day 3 just partially resolved because on case 2 still have
trigger factor that not yet resolved and because of age factor. Patient with Thermoregulation
Hipertermia problem was not always had same respons and depends of originary factor, condition
and health status. Because of that nurse must doing nursing care with comprehensive for resolving
this nursing problem in every patient.
Keyword : Febrile Seizure, Thermoregulation Problem, Hipertermia
Referenses : 8 Book (2008-2014), 3 journal (2010-2012), 2 Web
DAFTAR ISI
D. Manfaat ...................................................................................................... 5
2. Definisi .................................................................................................. 15
3. Klasifikasi .............................................................................................. 16
4. Etiologi .................................................................................................. 18
5. Patofisiologi ........................................................................................... 19
7. Penatalaksanaan ..................................................................................... 23
1. Pengkajian ............................................................................................. 34
4. Implementasi .......................................................................................... 53
5. Evaluasi ................................................................................................ 53
A. Desain Penelitian........................................................................................ 56
E. Pengumpulan Data...................................................................................... 58
F. Uji Keabsahan Data .................................................................................... 60
A. Hasil .......................................................................................................... 64
2. Pengkajian ............................................................................................. 64
3. Analisa Data........................................................................................... 79
5. Perencanaan .......................................................................................... 91
6. Implementasi .......................................................................................... 93
7. Evaluasi ................................................................................................. 98
B. Pembahasan................................................................................................ 98
1. Pengkajian ............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Kebutuhan cairan berdasarkan umur dan berat badan ........................25
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Febrile Seizure atau kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi
karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃). Kondisi yang dapat
ekstrakranial seperti tonsillitis, otitis media akut atau bronchitis (Riyadi &
mengenal istilah-istilah seperti kejang demam atau pun istilah istilah yang
suhu tubuh di atas normal (demam). Suatu keadaan yang hampir selalu
membiru, mata melirik – lirik ke satu arah terus menerus, dan kesadaran
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang
yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang,
akan semakin banyak sel otak yang rusak dan mempunyai risiko menyebabkan
terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu
diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13
tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77%
Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan
demam pada tahun 2012-2013 yaitu sebesar 3-4% dari anak yang berusia 6
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 Penderita dengan kejang demam di
Rumah Sakit berjumlah 2.220 untuk umur 0-1 tahun, sedangkan berjumlah
Umum Daerah dr. Slamet Garut didapatkan data di ruangan Kalimaya Atas
pada periode Januari - Desember 2017 ditemukan bahwa pasien dengan kejang
demam yaitu sebanyak 28 kasus atau sekitar 2,7% dari jumlah semua kasus
yang ada di ruangan Kalimaya Atas, dimana penderita berusia 1-4 tahun,
walaupun kasus ini tidak termasuk daftar 10 besar penyakit anak di RSUD dr.
pengetahuan masyarakat.
jika tidak segera mendapatkan penanganan dapat menimbulkan gejala sisa atau
dengan memandang klien dari aspek bio, psiko, social dan spiritual.
penyakit ini terhadap system tubuh, maka dari itu penulis merasa tertarik untuk
Penulis mengambil judul untuk karya tulis ini yaitu “Asuhan Keperawatan
B. Rumusan Masalah
Slamet Garut”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
komprehensif meliputi aspek bio, psiko, social dan spiritual pada klien
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Karya tulis ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan dan
Demam Sederhana.
2. Manfaat Praktisi
Sederhana.
Diharapkan karya tulis ini dapat menambah naskah ilmiah yang dapat
Sederhana.
c. Bagi Klien
Diharapkan karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan informasi
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : ADAM
a. Otak
Otak terdiri dari otak besar yaitu disebut cerebrum, otak kecil
setiap hari.
oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini diseb 10 metabolisme
menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks
11
frontalis
tulang parietalis
tulang occipitalis
tulang temporalis.
pusat muntah.
b. Medula Spinalis
saraf tepi (SST) menuju sistem saraf 13 pusat (SSP) dan impuls
dari medula spinalis menuju otak yang disebut jaras acenden dan dari
membawa impuls sensorik dari sistem tepi saraf tepi otak ke otak dan
dari tubuh sisi kiri akan dihantarkan ke otak sisi kanan dan
keluar dari sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan
yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medulla spinalis.Di segmen
kornu ventralis.
cerebellum
otot rangka
saraf tepi terdiri atas saraf otak ( s.kranial) dan saraf spinal.
(Pearce, 2006)
2. Definisi
Kejang demam (Kejang tonik-klonik demam) adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh mencapai >38℃. Kejang
2015 :163).
kumpulan neuron SSP Pada setiap anak memiliki ambang kejang yang
kejang seorang anak. Anak dengan ambang kejang rendah, kejang dapat
terjadi pada suhu 38℃, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang
tinggi, kejang baru akan terjadi pada suhu 40℃ atau bahkan lebih.
Kejang demam berulang lebih sering terjadi pada anak dengan ambang
3. Klasifikasi
a. Kejang Parsial
1) Kejang tonik-klonik
2) Absence
4) Kejang atonik
5) Kejang klonik
6) Kejang tonik
4. Etiologi
kejang (Gracia & Setyo, 2016:103). Kejang itu sendiri dapat juga
muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
berulang.
demam berulang.
5. Patofisiologi
normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K⁺) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na⁺) dan elektrolit
neuron tinggi dan konsentrasi Na⁺ rendah, sedangkan di luar sel neuron
2014:166)
atau keturunan.
bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan
dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang di
timbul kejang. Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak
injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasme
Pada kejang demam simpleks, tipe kejang berupa kejang umum klonik
c. Kejang bersifat umum (tidak pada satu bagian tubuh seperti pada
ada kelainan
antara lain :
atas 20kg 0,5mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan adala 0,3
atau trakeostomi.
jaringan.
4) Pemberian cairan intravena untuk mencukupi kebutuan dan
Tabel 2.1
Kebutuhan Cairan / Kg BB
Umur BB Kg
150
0-3 hari 3
125-150
3-10 hari 3,5
3 bulan 5 140-160
135-155
6 bulan 7
125-145
9 bulan 8
120-135
1 tahun 9
110-120
2 tahun 11
100-110
4 tahun 16
85-100
6 tahun 20
70-85
10 tahun 28
50-60
14 tahun 35
pemberian).
garis lurus).
yang aman seperti di lantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh
spatel yang di bungkus dengan kassa atau kain, kalua tidak ada
kain bersih.
3) Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu di buka
0,4-0,6 mg / kgBB.
banyak) sel – sel tubuh dan juga disebabkan oleh bertambah besarnya sel.
tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur, serta dapat diperkirakan dan
1) Pertumbuhan fisik
Pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2 kali
berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan. Berat badan bayi
cm/bln.
2) Perkembangan motorik
walaupun sudah di tangan, dan pada umur 4-6 bulan, bayi akan
lebih sering mengguling. Lebih dapat menahan berat badan pada
3) Perkembangan bahasa
Pada umur 0-3 bulan bayi akan menangis, bermain dengan suara
tenggorokan dan mulai belajar vocal. Pada umur 3-6 bulan bayi
4) Perkembangan kognitif
Pada umur 0-3 bulan memiliki refleks dan tingkah laku yang
(menghisap ibu jari). Pada umur 3-6 bulan bayi akan mengenali
1) Pertumbuhan fisik
Berat badan bayi umur 6-12 bulan menjadi tiga akalidari berat
badan bayi waktu lahir dalam satu tahun pertma, berat badan ini
2) Perkembangan motorik
3) Perkembangan bahasa
4) Perkembangan kognitif
perilaku.
5) Perkembangan psikososial
orang lain.
1. Pertumbuhan fisik
Pada bayi berat badan akan meningkat 4 kali pada umur 2,5
2. Perkembangan motorik
pada umur 18-24 bulan sudah dapat duduk sendiri pada kursi
3. Perkembangan bahasa
4. Perkembangan kognitif
karakteristiknya.
kemampuan dan tumbuh kembang anak yang dilakukan oleh ibu dan
usianya.
Menggunakan benda atau barang/alat yang ada disekitar anak dan tidak
berbahaya bagi anak. Jangan memaksa apabila anak tidak mau melakukan
kegiatan stimulasi demikian pula bila anak sudah bosan. Beri pujian setiap
1. Pengakajian
1) Riwayat Pengkajian
2) Pengkajian Fungsional
yang di alami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih dalam
1) Data subyektif
a) Biodata/ Identitas
b) Riwayat Penyakit
seperti :
kejang-kejang.
d) Riwayat Imunisasi
menimbulkan kejang.
e) Riwayat Perkembangan
dengan lingkungannya.
g) Riwayat sosial
siang.
2) Data Obyektif
b) Pemeriksaan fisik
nervus cranial.
berkurangnya pendengaran.
eksudat.
suara tambahan.
dan hepar.
akral.
(15) Pemeriksaan Genetalia
genetalia.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Riyadi & Sukarmin (2013), intervensi dan rasional yang
muncul adalah:
terlihat terengah-engah.
Rencana tindakan:
nafas.
4) Bebaskan anak dari pakaian yang ketat
perifer.
oksigen darah.
Rencana tindakan:
oksigen darah.
Rencana tindakan:
eksitasi neuron.
3) Beri pakaian anak yang tipis dari bahan yang halus seperti
katun.
iritasi kulit pada anak karena panas yang tinggi akan membuat
intravena.
sehingga sel tubuh tidak mudah rusak akibat suhu tubuh yang
tinggi.
(1 porsi makan)
Rencana tindakan:
terjadi penurunan jumlah dan massa sel tubuh yang tidak sesuai
dengan umur.
di ajak bermain.
Rencana tindakan:
frekwensi demam.
belum berhasil.
Hasil yang di harapkan: anak tidak terluka atau jatuh saat serangan
kejang.
Rencana tindakan:
1) Tempatkan anak pada tempat tidur yang lunak dan rata seperti
bahan matras.
4. Implementasi
oleh perawat dank lien yang merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan (Dermawan,2012).
5. Evaluasi
suhu tubuh yang tinggi dapat di turunkan dengan berbagai cara. Kompres
air hangat merupakan salah satu metode yang paling efektif untuk
pemakaian alcohol.