Anda di halaman 1dari 65

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

(PHBS) RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN


DIARE DI WILAYAH CIBUNTU LEBAK
RT 01 / RW 05 CIAMPEA BOGOR

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
SITI NURMILAH
181030100224

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


Jl.Pajajaran No.1 Pamulang – Tangerang Selatan
PRODI S.1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN
DIARE DI WILAYAH CIBUNTU LEBAK
RT 01 / RW 05 CIAMPEA BOGOR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

OLEH :
SITI NURMILAH
181030100224

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


Jl.Pajajaran No.1 Pamulang – Tangerang Selatan
PRODI S.1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Yang Berjudul :

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI RUMAH SAKIT
PENA 98 KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR

Telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi dan Perbaikan sesuai dengan Saran Dewan
Penguji serta diperiksa oleh Tim Pembimbing Skripsi STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang

Pamulang, Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ida Listiana,SSIT.,M.kes Ester Meinelsa,S.kep,M.M


NIDN : 0418117401 NIDN : 0424056502

Mengetahui
Ketua Jurusan S1 Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep.


NIDN : 0317107603

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Miftahul Santika

Nim : 181030100218

Tempat dan Tanggal Lahir : Lampung, 05 Juni 2000

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah (Proposal Penelitian) yang berjudul “Analisis

Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Rumah Sakit

Pena 98 Kecamatan Gunung Sindur” bukan karya tulis orang lain baik Sebagian

maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yangtelah disebutkan

sumbernya.

Demikian lah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan

ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Tangerang, Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan,

(Miftahul Santika)
181030100218
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Analisis

Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Rumah Sakit

Pena 98 Kecamatan Gunung Sindur” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir. Dalam

pembuatan proposal ini penulis menyadari bahwa masih banyak bantuan dalam

berupa bimbingan, arahan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dukungan. Ucapan terima kasih ini penulis tunjukan

kepada :

1. Dr (HC) Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang.

3. M. Zulfikar Adha, SKM., M.KL, selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik

STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

4. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid, selaku Wakil Ketua Bidang II

Administrasi, Kepegawaian dan Keuangan STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang.

5. Ida Listiana, SSIT., M.kes, selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan

sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta arahan

dalam penyusunan Proposal Penelitian.

iv
6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep, selaku Kepala Program Pendidikan SI

Ilmu Kesehatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

7. Ester Meinelsa, S.kep, M.M, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan serta arahan dalam penulisan yang baik dan benar dalam

penyusunan Proposal Penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan serta fasilitas dalam

mengikuti pendidikan hingga penyelesaian proposal penelitian ini.

9. Dr. Ivoni Pollatu,MARS selaku Direktur Rumah Sakit Pena 98 Kecamatan Gunung
Sindur.

10. Bapak, Ibu serta keluarga yang telah mendoakan, membantu dan memberikan

semangat yang luar biasa selama penyusunan proposal penelitian ini.

11. Teman-teman kelas 8G Keperawatan dan rekan sekalian yang selalu

mendukung dan membantu satu sama lain.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan proposal penelitian ini, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Pamulang, Januari 2022

Penulis

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Orgaization (WHO) diare merupakan gejala

infeksi yang disebabkan oleh berbagai miroorganisme seperti bakteri, virus

dan parasit, yang sebagian besar melalui air yang terkontaminasi oleh tinja.

Infeksi ini lebih sering terjadi ketika ada kekurangan air untuk minum,

memasak dan membersihkan. Sumber air yang terkontaminasi kotoran

manusia tersebut dapat berasal dari air limbah rumah tangga, septic tank dan

jamban. Penyakit diare dapat menyebar dari orang ke orang, dan dapat

diperburuk oleh kebersihan yang rendah.Makanan adalah penyebab utama

diare bila diolah atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis dan air

dapat mengkontaminasi makanan selama pengolahannya. Makanan dan

minuman yang dapat terkontaminasi mikroorganisme yang dibawa oleh

serangga atau oleh tangan yang kotor (Penti Dora Yanti dkk, 2019).

Di Indonesia penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah

kesehatan, beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare

yang disebabkan oleh kuman melalui kontaminasi makanan / minuman yang

tercemar tinja dan / kontak langsung dengan penderita, sedangkan faktor –

faktor lainnya melalui faktor penjamu dan faktor lingkungan (Depkes RI,

2018).

Angka kesakitan kematian akibat diare masih relatif tinggi. Beberapa

survey di Indonesia menunjukkan angka kesakitan diare untuk semua

1
2

golongan umur adalah sekitar 120-360 per 1000 penduduk (12%- 36%), dan

untuk golongan balita menderita satu atau dua kali episode diare pada setiap

tahunnya, 76% kematian karena diare terjadi pada bayi dan balita terutama 2

tahun pertama usia bayi. (Hera Hijriani dkk, 2020).

Prevalensi diare di Indonesia menurut karakteristik berdasarkan

Riskesdas 2018 tercatat sebanyak 18.225 (9%) anak dengan diare golongan

umur < 1 tahun, 73.188 (11,5 %) anak dengan diare golongan umur 1-4

tahun, 182.338 (6,2 %) anak dengan diare golongan umur 5-14 tahun, dan

sebanyak 165.644 (6,7 %) anak dengan diare golongan umur 15-24 tahun

(Kemenkes,2019)

Prevalensi diare di Provinsi Jawa Barat menurut karakteristik

berdasarkan Riskesdas 2018 tercatat sebanyak 1.287 (10,40%) anak dengan

diare golongan umur < 1 tahun, 5.312 (13,43 %)anakdengan diare golongan

umur 1-4 tahun, 12.806(6,98%) anak dengan diare golongan umur 5-14

tahun, dan sebanyak 12.409 (7,24 %) anak dengan diare golongan umur 15-

24 tahun.

Proporsi kejadian diare pada bayi dibawah 5 tahun (balita) di RW 01

Kelurahan Sindang Barang, Kota Bogor 31 balita (26,3%), dari jumlah

sampel 118 balita proporsi ibu yang menggunakan air bersih, 74,6% (88 ibu),

Proporsi ibu yang mencuci tangan pakai sabun diperoleh hasil 72,9% (86

ibu). Ada hubungan antara kejadian diare dengan penggunaan air bersih p

value 0,0005 (OR 24.139), ada hubungan antara kejadian diare dengan

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan p value 0,0005 (OR

110.700). (Luthfi Yoga Pratama, 2020).


3

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola

hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan

anggota keluarga. semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat dapat menolong dirinya

sendiri di banding kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-

kegiatan kesehatan di masyarakat merupakan pengertian lain dari PHBS.

Mencegah lebih baik dari pada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang

menjadi dasar dari pelaksanaan PHBS. Kegiatan PHBS tidak dapat terlaksana

apa bila tidak ada kesadaran dari seluruh anggota keluarga itu sendiri. Pola

hidup bersih dan sehat harus diterapkan disini mungkin agar menjadi

kebiasaan positif dalam dalam memelihara kesehatan. (Meokbun, Faransia

Selfia, 2019).

Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus dimulai dari

unit terkecil masyarakat yaitu PHBS di rumah tangga sebagai upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan atau kegiatan kesehatan di masyarakat (Departemen Kesehatan RI,

2019).

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup

keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh

anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan yang di lakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga dapat mendorong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat

merupakan pengertian lain dari perilaku hidup bersih dan sehat mencegah
4

lebih baik dari pada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar

dari pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat (Praditya Ardian Hanafi,

2018).

Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau

keluarga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal

pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi

kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan

terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk

mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk

melaksanakan PHBS. (Praditya Ardian Hanafi, 2018).

Faktor-faktor kejadian diare dipengaruhi oleh kurang memadainya

penyediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja, kebiasaan mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah BAB, sarana kebersihan yang masih kurang,

tempat pembuangan tinja yang tidak hygienis kebersihan lingkungan dan

perorangan yang kurang dan kebersihan makanan yang kurang memadai.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi enam golongan

yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefinisit, dan

penyebab lain. (Ginting, 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

dengan cara wawancara di wilayah RT 01 / RW 05 Cibuntu Lebak Bogor

pada tanggal 18 April 2022 dilakukan penelitian pendahuluan terhadap 10

orang tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare

didapatkan hasil yaitu 5 orang belum terbiasa mencuci tangan sebelum makan

dan sesudah buang air besar (BAB), 3 orang belum mengetahui syarat jamban
5

sehat, 2 4 orang belum terbiasa menggunakan air besih karena kurangnya

penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan dan perorangan yang kurang.

Dari hasil studi pendahuluan membuktikan bahwa masih ada yang belum

menerapkan Perilaku hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik dan

berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Di

Wilayah Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea Bogor”.

B. Perumusan Masalah

Faktor-faktor kejadian diare dipengaruhi oleh kurang memadainya

penyediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja, kebiasaan mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah BAB, sarana kebersihan yang masih kurang,

tempat pembuangan tinja yang tidak hygienis kebersihan lingkungan dan

perorangan yang kurang dan kebersihan makanan yang kurang memadai.

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi enam golongan

yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefinisit, dan

penyebab lain. (Ginting, 2018).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan

dalam penelitian ini adalah belum diketahui.” Apakah Ada Hubungan

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian

Diare Di Wilayah Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea Bogor ”.


6

C. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah

Tangga Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Cibuntu Lebak Rt 01 / Rw 05

Ciampea Bogor?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Hubungan Perilaku

Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare

Di Wilayah Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea Bogor.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat dengan kriteria

menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare diwilayah Cibuntu

Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea Bogor.

b. Untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat dengan kriteria

mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dengan kejadian

diare diwilayah Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea Bogor.

c. Untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat dengan kriteria

menggunakan / memanfaaatkan air bersih dengan kejadian diare

diwilayah Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea Bogor.

d. Untuk mengetahui kejadian diare didaerah Cibuntu Lebak RT 01 /

RW 05 Ciampea Bogor.
7

e. Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

di rumah tangga (penggunaan jamban, perilaku mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah BAB, dan penggunaan air bersih).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi, sumber, data

dan juga informasi.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan perawat yang

dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan dan juga memperkaya

literatur yang berkaitan dengan Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan

Sehat (PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare.

3. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini bagi masyarakat dapat memberikan

informasi, menambah pengetahuan yang dari tidak tahu menjadi tahu,

memberikan pemahaman mengenai PHBS, dapat diterapkan dalam upaya

meningkatkan kebersihan dalam pencegahan diare.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan referensi atau sumber dan sebagai bahan masukan

untuk penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan dan menerapkan

ilmu keperawatan di Indonesia. Dan juga untuk menambah pengetahuan

tentang penyakit diare dan mengetahui pentingnya menerapkan hidup


8

bersih dan sehat dalam kehidupan sehari – hari agar terhindar dari

berbagai macam penyakit terutama penyakit diare.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) merupakan

cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan

menjaga kesehatan anggota keluarga. semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga

dapat dapat menolong dirinya sendiri di banding kesehatan dan dapat

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat

merupakan pengertian lain dari PHBS. Mencegah lebih baik dari pada

mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar dari

pelaksanaan PHBS. Kegiatan PHBS tidak dapat terlaksana apa bila

tidak ada kesadaran dari seluruh anggota keluarga itu sendiri. Pola

hidup bersih dan sehat harus diterapkan disini mungkin agar menjadi

kebiasaan positif dalam dalam memelihara kesehatan. (Meokbun,

Faransia Selfia, 2019).

Perilaku kesehatan merupakan hasil pengalaman dan proses

interaksi dengan lingkungannya, Perilaku seseorang dapat berubah

jika terjadi ketidak seimbangan antarakedua kekuatan tersebut di

dalam diri seseorang, (Meokbun, Faransia Selfia, 2019). Terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindak sehingga diperoleh

9
10

keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.

Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat.

(Meokbun, Faransia Selfia, 2019) membagi perilaku ke dalam 3

domain (ranah/kawasan) yang terdiri dari ranah kognitif

(pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (tindakan).

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit

danpenyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman

serta lingkungan.

b. PHBS Di Tatanan Rumah Tangga

PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu memperhatikan

perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan

kesehatan dimasyarakat. (Meokbun, Faransia Selfia, 2019).

c. Komponen PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Menurut (Meokbun, Faransia Selfia, 2019) Rumah Tangga Sehat

adalah rumah tangga yang melakukan 10 Komponen (PHBS) di

Rumah Tangga yaitu:

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Tenaga kesehatan

merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,

sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin, kelainan akan


11

cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke

Puskesmas/ rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril

sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan

lainnya.

2) Memberi ASI ekslusi Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian

ASI tanpa diberi makanan atau minuman tambahan apapun sejak

bayi lahir sampai usia 6 bulan. ASI (Air Susu Ibu) adalah

makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang

cukupdan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan

berkembang dengan baik. ASI merupakan makanan yang terbaik

untuk bayi. ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah ibu

melahirkan untuk merangsang agar, ASI cepat keluar dan

menghentikan perdarahan. Makanan dan minuman jangan

diberikan pada bayi sebelum diberikan ASI, karena sangat

membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan

menyusui. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan

tidak perlu dijadwal. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan lebih

baik diberikan ASI saja, sedangkan setelah bayi berusia 6 bulan ke

atas diberikan ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

dalam bentuk makanan lunak dan jumlah yang sesuai dengan

pertambahan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai

bayi berusia 2 tahun. Keunggulan dari ASI adalah :


12

a) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan.

b) Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari

berbagai penyakit infeksi seperti diare, batuk pilek, radang

tenggorokan dan gangguan pernafasan.

c) Melindungi bayi dari alergi Aman dan terjamin kebersihannya

karena langsung diberikan kepada bayi dalam keadaan segar.

Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat

diberikan kapan saja dan dimana saja.

d) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan

pernafasan bayi. Zat–zat gizi yang terkandung pada ASI

penting dalam pencegahan maupun penatalaksanaan diare.

e) Protein ASI lebih rendah dari protein susu sapi, keadaan ini

sesuai untuk pertumbuhan bayi dan ginjal bayi. Tetapi

walaupun kuantitas proteinnya rendah, tetapi kualitasnya lebih

baik dari pada protein susu sapi.

f) Lemak ASI lebih tinggi dari pada lemak susu sapi, terutama

asam lemak tidak jenuh (asam linoleat), asam lemak rantai

panjang (arachidonat dan dekadeksanoat) dan kolesterol.

Bentuk emulsi lemak disini lebih sempurna, karena ASI

mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi

digliserida dan monogliserida sehingga lemak ASI lebih

mudah dicerna dan diserap. Disamping itu, lemak ASI


13

merupakan sumber kalori dan sumber vitamin yang larut

dalam lemak (vitamin A, D, E, K).

g) Karbohidrat pada ASI terutama laktosa, dimana laktosa pada

ASI ini lebih tinggi dari pada susu sapi yang merupakan

sumber kalori bagi bayi. Adanya faktor bifidus pada ASI,

membantu memecah laktosa menjadi asam asetat dan asam

laktat sehingga tercipta suasana asam. Suasana asam dalam

usus ini memberikan beberapa keuntungan.

h) Vitamin pada ASI ASI tidak mengandung vitamin B12 dan

asam folat yang bebas karena pada ASI terdapat nutrien-karier

protein yang mengikat vitamin B12 danasam folat sehingga

B12 dan asam folat tidak tersedia untuk pertumbuhan E. coli

dan bakterioids.

i) Mineral pada ASI Sebagian besar Fe di dalam ASI terikat

dengan protein sehingga selain absorbsinya lebih mudah juga

kuman yang memerlukan Fe sukar untuk berkembang biak.

3) Menimbang bayi dan balita tiap bulan

Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai usia 1

bulan sampai 5 tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan bayi

dan balita setiap bulan di Posyandu, antara lain. (Meokbun,

Faransia Selfia, 2019) :


14

a) Untuk mengetahui apakah bayi dan balita tumbuh sehat.

b) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan bayi

dan balita.

c) Merujuk bayi dan balita ke Puskesmas bila sakit, berat badan

dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya

Bawah Garis Merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk.

d) Ibu balita mendapat penyuluhan gizi untuk memantau

pertumbuhan bayi dan balita.

4) Penggunaan Air Bersih

Air memiliki peranan dalam penularan penyakit diare karena air

merupakan unsur yang ada dalam makanan maupun minuman dan

juga digunakan untuk mencuci tangan, bahan makanan, serta

peralatan untuk memasak atau makan. Air yang digunakan harus

bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Jika air

terkontaminasi dan kebersihan yang baik tidak dipraktekkan,

makanan yang dihasilkan kemungkinan besar juga terkontaminasi

(Meokbun, Faransia Selfia, 2019) :

a) Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita,

antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba)

b) Air tidak berwarna, harus bening/jernih.

c) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah,

busa dan kotoran lainnya.


15

d) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, dan

tidak pahit, harus bebas dari bahan kimia beracun.

e) Air tidak berbau, seperti bau amis, anyir, busuk atau bau

belerang.

(1) Manfaat menggunakan air bersih adalah:

(a) Terhindar dari gangguan penyakit, seperti diare, kolera,

disentri, thypus, cacingan, penyakit mata, penyakit kulit

atau keracunan.

(b) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri

penyebab penyakit. Kuman tersebut akan pindah ke tangan apabila

kita mencuci tangan dengan air yang tidak bersih. Pada saat

makan, kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh dan dapat

menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan

membunuh kuman. Mencuci tangan tanpa sabun menyebabkan

kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Mencuci tangan

dengan sabun dilakukan setelah buang air besar, sebelum makan

dan menyuapi anak, sebelum menyusui bayi, setiap kali tangan

kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang,

berkebun, dan lain-lain), setelah mencebok balita atau anak, dan

sebelum memegang makanan. Mencuci tangan dengan sabun

dapat membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah


16

penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus, cacingan,

penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), flu burung

atau Severe Acute respiratory Syndrome (SARS), serta tangan

menjadi bersih dan penampilan lebih menarik. (Meokbun,

Faransia Selfia, 2019).

Cuci tangan 7 langkah merupakan cara membersihkan tangan

sesuai prosedur yang benar untuk membunuh kuman penyebab

penyakit. Dengan mencuci tangan anda pakai sabun baik sebelum

makan atau pun sebelum memulai pekerjaan, akan menjaga

kesehatan tubuh anda dan mencegah penyebaran penyakit melalui

kuman yang menempel di tangan.

Cara Cuci Tangan 7 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar :

(1) Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan

memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan

gosok kedua telapak tangan secara lembut.

(2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara

bergantian.

(3) Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.

(4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.

(5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

(6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok

perlahan.

(7) Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan

cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh


17

bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan

memakai handuk atau tisu.

6) Rumah bebas jentik

adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik

berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan Jentik Berkala

adalah pemeriksaan jentik pada tempat perkembangbiakan

nyamuk (tempat penampungan air) yang ada di dalam rumah

seperti bak mandi/WC, vas bunga atau tatakan kulkas dan di luar

rumah seperti talang air, alas pot bunga, ketiak daun, tempat

minum burung, lubang pohon atau pagar bambu yang

dilakukansecara teratur setiap minggu. Pemberantasan jentik di

rumah dapat dilakukan dengan teknik dasar minimal 3 M Plus,

yaitu ( Meokbun, Faransia Selfia, 2019) :

a) Menutup adalah memberi tutup yang rapat pada tempat air

yang ditampung seperti bak mandi, kendi, toren air, botol air

minum dan lain sebagainya.

b) Menguras adalah membersihkan tempat yang sering di jadikan

tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi,

ember air, tempat air minum, penampungan air lemari es dan

lain-lain.

c) Mengubur adalah memendam di dalam tanah untuk sampah

atau benda yang tidak berguna dan memiliki potensi tempat


18

nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) bertelur di dalam

tanah.

7) Penggunaan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok

atau tempat duduk dengan leher angsaatau tanpa leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran

dan air untuk membersihkannya. Jenis jamban yang dianjurkan

adalah jamban cemplung dan jamban tangki septik/leher angsa.

Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa

lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan

kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar

lubang. Jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak

berbau. Jamban tangki septil/leher angsa adalah jamban berbentuk

leher angsa yang penampungnya berupa tangki septik, kedap air

yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran manusia

yang dilengkapi dengan resapannya. Syarat jamban sehat adalah

tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, kotoran tidak

dapat dijamah oleh serangga/tikus, mudah dibersihkan, dilengkapi

dindingdan atap pelindung, penerangan dan ventilasi cukup, lantai

kedap air dan luas ruangan memadai, tersedia air, sabun, dan alat

pembersih. (Meokbun, Faransia Selfia, 2019).


19

8) Makan Buah dan Sayur

Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah

dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. (Meokbun,

Faransia Selfia, 2019).

9) Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Setiap anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap

hari. Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan

kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

(Meokbun, Faransia Selfia, 2019).

10) Tidak Merokok Didalam Rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.

Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang

diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di

antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon

Monoksida (CO). Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak

jantung dan aliran darah.menyebabkan kerusakan sel paru-paru

dan kanker CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah

membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. (Meokbun,

Faransia Selfia, 2019).


20

d. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan terdiri

dari:

1) Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan

dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya.

2) Perilaku sakit

Perilaku ini merupakan respon seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang

penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan

usaha-usaha untuk mencegah penyakit.

2. Konsep Dasar Diare

a. Pengertian Diare

Diare adalah Buang Air Besar (BAB) encer atau atau

bahkan dapat berupa air saja (mencret) biasanya lebih dari 3 kali

dalam sehari. Diare atau penyakit diare (Diarreheal Disease)

berasal dari bahasa yunani yaitu Diarroi yang artinya mengalir

terus, adalah keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang

frekuen. (Ayu Putri Ariani, 2018).

Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal

atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari

biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar


21

sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari

satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3

kali dalam sehari (Ayu Putri Ariani, 2018).

(Ayu Putri Ariani, 2018) Menyatakan bahwa diare adalah

keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat pada bayi dengan

volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam, sedangkan pada balita

umur 3 tahun volume tinjanya sudah sama dengan volume orang

dewasa yaitu lebih dari 200g / 24 jam.

b. Penyebab Diare

Penyebab dari diare bermacam-macam menyatakan bahwa

penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

1) Faktor infeksi

a) Infeksi eksteral

Infeksi eksternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi

interal ini meliputi: infeksi bakteri (Vibrio, E. Coli,

Salmonella, Shigela, Campylobacter, Yersina,

Aeromonas), virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,

Astrovirus), dan parasit yang terdiri dari cacing (Ascaris,

Trichiuris, Oxyuris ,Strongyloides), Protozoa (Entamoeba

histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur

(Candida albicans).
22

b) Infeksi parenteral

Infeksi Parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar

alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),

Tonsilofaringitis, Bronchopenemonia, Ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak berumur di bawah 2 tahun.

(1) Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi protein, lemak, karbohidrat: disakarida

(intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). Pada bayi

dan anak yang terpenting dan tersering adalah

intoleransi laktosa.

(2) Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

(3) Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi rasa takut dan cemas.

Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama

pada anak yang lebih besar.

(4) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan

terhadap diare

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan

insiden beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-

faktor tersebut antara lain: Tidak memberikan ASI

sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat


23

melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab

diare seperti Shigella dan Cholerae :

(a) Kurang gizi beratnya penyakit, lama dan risiko

kematian karena diare meningkat pada anak-anak

yang menderita gangguan gizi terutama pada

penderita gizi buruk.

(b) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan

berakibat berat pada anak-anak yang sedang

menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir,

hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan

tubuh penderita.

(c) Imunodefesiensi atau imunosupresi, keadaan ini

mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya

sesudah infeksi virus (seperti campak) atau

mungkin yang berlangsung lama seperti pada

penderita AIDS pada anak imunosupresi berat.

(5) Faktor lingkungan dan perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang

berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu

sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua

faktorini akan berinteraksi bersama dengan perilaku

manusia.

Faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman

diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang


24

tidak sehat pula maka akan menyebabkan diare.

Penyebab diare menurut Dinas Kesehatan Sulawesi

Selatan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman

penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral

antara lain melalui makanan, minuman yang tercemar

tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran

kuman enterikdan meningkatkan risiko terjadinya

diare. Perilaku tersebut antara lain: Tidak memberikan

ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pertama

kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI berisiko

untuk menderita diare lebih besar pada bayi yang diberi

ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat

juga lebih besar :

(a) Menggunakan botol susu

Penggunaan botol ini memudahkan perkembang

biakan kuman karena botol susah dibersihkan.

(b) Menyimpan makanan pada suhu kamar

Makanan yang disimpan beberapa jam pada suhu

kamar akan tercemar dan kuman akan berkembang

biak.
25

(c) Menggunakan air minum yang tercemar.

Air mungkin sudah tercemardari sumbernya atau

pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di

rumahdapat terjadi jika tempat penyimpanan tidak

tertutup atau jika tanganyang tercemar menyentuh

air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan.

(d) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan

sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan

dan menyuapi anak.

(e) Tidak menutup tinja (termasuk tinja bayi) dengan

benar.

c. Gejala Diare

Gejala yang timbul akibat diare awalnya bayi atau anak menjadi

cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada yang kemudian menimbulkan diare.

Tinja makin cair dan mungkin mengandung darah dan/atau lendir,

warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

empedu. Defekasi yang terlalu sering maka anus dan sekitarnya

menjadi lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat

banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang

tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi

sebelum atau sesudah diare. Penderita yang telah mengalami


26

kehilangan banyak air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.

Berat badanmenurun, pada bayi ubun-ubun besar dan cekung,

tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir

terlihat kering (Meokbun, Faransia Selfia, 2019).

d. Dampak Diare

Diare yang tidak segera ditangani pada bayi akan mengakibatkan

dehidrasi dan gangguan pertumbuhan:

1) Dehidrasi

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan

metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan

kematian pada bayi karena bayi lebih sulituntuk diberi cairan

melalui mulut dibandingkan dengan kelompok usia lainnya,

selain itu luas permukaan tubuh pada anak usia kurang dari

satu tahun relatif besar di bandingkan dengan berat badan

sehingga menyebabkan kehilangan cairan melalui evaporasi

yang relatif besar. Kematian ini lebih disebabkan bayi

kehabisan cairan tubuh karena asupan cairan itu tidak

seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak,

meskipun berlangsung sedikit demi sedikit.

Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% pada bayi dapat

mengakibatkan kematian setelah sakit selama 2-3 hari.


27

2) Gangguan pertumbuhan

Gangguan pertumbuhan yang diakibatkan oleh diare terjadi

karena asupan makanan terhenti, sementara pengeluaran zat

gizi terus berjalan. Asupan makanan yang terhenti berlangsung

lama akan menyebabkan berat badan anak menurun, akibatnya

anak akan kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan

fisik danjaringan otak. Pertumbuhan otak anak sebanyak 60%

terjadi sejak anak masih berada di dalam kandungan sampai

berusia 2 tahun. Diare yang terjadi pada anakusia di bawah 2

tahun akan mengganggu perkembangan otaknya. Volume otak

menjadi mengecil dan jaringan otaknya menjadi lebih sedikit

dibandingkan anak yang pertumbuhannya normal.

e. Pencegahan Terjadinya Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif

menurut Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran

Pencernaan dalam Kementerian Kesehatan RI (2019) yang dapat

dilakukan adalah:

1) Perilaku Sehat

Perilaku sehat terdiri dari pemberian ASI, makanan

pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup,

mencuci tangan, menggunakan jamban, membuang tinja bayi

dengan benar, pemberian imunisasi campak:


28

a) Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen

zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh

bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan

sampai umur 6 bulan, tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa kini. ASI bersifat steril, berbeda

dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan

lain yang di siapkan dengan air atau bahan-bahan dapat

terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI

saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa

menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya

bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare.

Keadaan seperti ini disebut memberikan ASI eksklusif.

Bayi harus diberi ASI secara penuh sampai mereka

berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya,

pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan

dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai

khasiat preventif secara imunologik dengan adanya

antibodi dan zat-zat lain yang di kandungnya. ASI turut

memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang

baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya

lindung 4 kali lebih besar terhadap diare dari pada

pemberian ASI yang disertai dengansusu botol.


29

b) Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi

secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang

dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI

yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan

bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada

beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan

pendamping ASI, yaitu:

(1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6

bulan dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan

macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih.

Berikan makanan lebih sering (4 x sehari). Setelah anak

berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak

dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI

bila mungkin.

(2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam

nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil

olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-

buahan dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya.

(3) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi

anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.

(4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada

tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum

diberikan kepada anak.


30

c) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui Fecal-Oral. Kuman tersebut dapat ditularkan bila

masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau

benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jaritangan,

makanan yang wadah atau tempat makan dan minum yang

dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau

oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai

risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat

dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu

dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air

tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai

penyimpanan di rumah. yang harus diperhatikan oleh

keluarga :

(1) Ambil air dari sumber air yang bersih.

(2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

(3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan

untuk mandi anak anak.

(4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai

mendidih).

(5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan

dengan air yang bersih dan cukup.


31

d) Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare

adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi

makan anak dan sebelum makan mempunyai dampak

dalam kejadian diare, yaitu menurunkan angka kejadian

diare sebesar 47%.

e) Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa

upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar

dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. keluarga

yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan

keluarga harus buang air besar di jamban. yang harus

diperhatikan oleh keluarga :

(1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik

dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

(2) Bersihkan jamban secara teratur.

(3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.


32

f) Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula

menularkan penyakit pada anak anak dan orang tuanya.

Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus di

perhatikan oleh keluarga:

(1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban.

(2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan

mudah di jangkau olehnya.

(3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang

tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian

ditimbun.

(4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci

tangan dengan sabun.

g) Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting

untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah

bayi berumur 9 bulan.


33

h) Penyehatan Lingkungan

(1) Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat

ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera,

disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan

berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih

baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk

untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk

mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air

bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus

tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus

tetap dilaksanakan.

(2) Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat

berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat,

nyamuk, tikus, kecoa. Selainitu sampah dapat

mencemari tanah dan menimbulkan gangguan

kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap

dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena

itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk

mencegah penularan penyakit tersebut.Tempat sampah

harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap

hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.


34

Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan

sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan

pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau

dibakar.

(3) Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah

tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak

menjadi sumber penularan penyakit. Sarana

pembuangan air limbah yang tidak memenuhi

syaratakan menimbulkan bau, mengganggu estetika

dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan

bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi

menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis

untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran

pembuangan air limbah dihalaman, secara rutin harus

dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir,sehingga

tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak

menjadi tempat perindukan nyamuk.

B. Penelitian Terkait

Dengan pencarian judul dan beberapa kajian pustaka, menemukan

beberapa hasil yang relevan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Jurnal milik Laila Jamil Faikhotul Jannah,Retno Mardhiati, Nurul

Huriah Astuti (2019) yang berjudul “ Hubungan antara Perilaku

Hidup
35

Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian

Diare pada Balita ”. Penelitian ini menggunakan metode survey

analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi

dari penelitian ini adalah rumah tangga yang memiliki anak balita di

daerah Kelurahan Mangunjaya yang merupakan wilayah kerja

Puskesmas Mangunjaya Tambun Selatan Bekasi Jawa Barat yang

berjumlah 3984. Penentuan jumlah sampel besar pada penelitian ini

dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi

menggunakan aplikasi Sample Size WHO. Setelah dihitung melalui

aplikasi Sample Size WHO didapatkan bahwa jumlah sampel minimal

yaitu 90 responden. Penelitian ini telah memenuhi jumlah sampel

minimal dengan melibatkan 108 responden. Teknik pemilihan sampel

menggunakan metode cluster random sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara kepada ibu balita untuk

mengidentifikasi karakteristik responden, perilaku hidup bersih dan

sehat tatanan rumah tangga dan kejadian diare pada balita. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan

sehat dalam tatanan rumah tangga. Sedangkan variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariat dan

multivariat dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil Distribusi responden di wilayah kerja Puskesmas Mangunjaya

Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Sebagian besar

memiliki balita yang berumur 25-59 bulan (73,1%), memiliki balita


36

yang berjenis kelamin laki-laki (50,9%), berada pada umur ≥ 26 tahun

(80,6%), memiliki pendidikan terakhir tinggi (63,9%), memiliki

pendapatan keluarga/ bulan < UMR (68,5%) dan memiliki 1 balita

(80,6%).

2. Jurnal milik Muh. Fajaruddin Natsir (2019) yang berjudul “ Perilaku

Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga

Masyarakat Desa Parang Baddo ”. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada 2

dusun yang terdapat di desa Parang Baddo yaitu dusun Parang Bianara

dan dusun Parang Baddo dari Bulan Mei - Juni 2018. Populasi

penelitian adalah semua Rumah Tangga yang berada di dua dusun

penelitian sebanyak 162 namun yang aktif hanya 147 rumah tangga.

Hasil Dari dua dusun yang diteliti, dengan sampel sebanyak 147

Rumah tangga, terlihat bahwa indikator yang memiliki pencapaian

tertinggi yakni indikator Kepemilikan jamban dan konsumsi sayur dan

buah dengan persentase masing masing sebesar 84,4% dan 99% untuk

desa Parang Baddo. Untuk desa Parang Bianara, indikator yang

memiliki pencapaian tertinggi yakni indikator merokok dan konsumsi

sayur dan buah dengan persentase masing masing sebesar 81,6% dan

100%. Pencapaian hasil yang didapatkan yakni dusun Parang Baddo

sebesar 63,2% dan Parang Bianara 58,65 Bila dibandingkan dengan

target PHBS Kementerian Kesehatan 70%, angka yang didapatkan

oleh kedua dusun tersebut masih dibawah target. Diantara enam

indikator, tiga diantaranya indikator kepemilikan tempat sampah,


37

dusun Parang Baddo 37,6% dan Parang Bianara 36,1%. Olahraga,

dusun Parang Baddo 11,9% dan Parang Bianara 0%. Merokok 63,3%

untuk dusun Parang Baddo.

3. Jurnal milik Hera Hijriani, Aat Agustini dan Atih Karnila (2020) yang

berjudul “Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Pada

Anak Dengan Diare Di Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten

Subang”. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan

penelitian korelasional, dalam hal ini peneliti berupaya mencari

hubungan antar variabel dan menguji berdasarkan teori yang ada

(Nursalam, 2016). Desain yang digunakan adalah cross sectional,

yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau

observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali,

pada satu saat, dengan maksud bahwa rancangan ini menggambarkan

hubungan penyakit dan paparannya sehingga pokok permasalahannya

yang ada dapat terungkap. Adapun jumlah populasi yang diambil

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang anaknya diare sedang

dirawat di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B

Kabupaten Subang bulan Januari-Desember 2019 sebanyak 545

orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian anak dengan diare

tanpa dehidrasi lebih tinggi yaitu 47 responden (56%) dibandingkan

kejadian diare pada anak dengan diare dehidrasi ringan/sedang yaitu

20 responden (23,8%), dan diare dehidrasi berat yaitu 17 responden

(20,2%). Kondisi ini dimungkinkan karena data yang diambil dalam


38

penelitian kali ini peneliti langsung mendapatkan data dari keluarga.

Hal ini berarti bahwa data yang didapatkan peneliti adalah data pada

keluarga yang anaknya mempunyai riwayat atau sedang mengalami

diare yang dirawat dirumah atau yang dibawa ke tempat pelayanan

kesehatan.

4. Jurnal milik Penti Dora Yanti, Afritayeni, Nur Fani Amanda (2019)

yang berjudul “Hubungan Perilaku Orang Tua Dengan Kejadian Diare

Pada Balita Di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru Tahun 2018”.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional

yaitu untuk mengetahui adanya hubungan antara Perilaku Orangtua

dengan Diare Pada Balita. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas

Rejosari Kota Pekanbaru yang dimulai pada bulan Januari – Juli 2018.

Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua yang membawa

balitanya umur 1-5 tahun yang datang berobat di Puskesmas Rejosari

yang berjumlah 220 orang pada bulan September 2017- Febuari 2018.

Teknik yang digunakan adalah aksidental sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 142 responden. Analisis data dilakukan secara

univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Rejosari

Kota Pekanbaru tahun 2018 pada 144 responden didapatkan hasil dari

85 orang reponden (59%) berperilaku positif, 84 orang (58,3%)

diantaranya memiliki balita yang tidak menderita diare. Sedangkan


39

dari 59 orang (41%) yang berperilaku negatif, 38 orang (26,4%)

diantaranya memiliki balita yang pernah mengalami diare.

C. Kerangka Teori Penelitian


Kuman penyebab
diare :
Sanitasi Lingkungan :
Virus
1. Sarana air bersih Bakteri
2. Sarana pembuangan tinja parasit

Perilaku hidup bersih dan sehat :


Kejadian diare
1. Persalinan di tolong oleh tenaga
kesehatan
2. Memberi ASI eksklusif
3. Meinimbang bayi setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5.
Mencuci tangan dengan
dengan air bersih dan sabun
Menggunakan jamban sehat
Memberantas jentik nyamuk
Keterangan
Makan buah: dan sayuran
Melakukan aktivitas fisik
: yang diteliti
Tidak merokok didalam rumah

: yang tidak diteliti

Sumber : Luthfi Yoga Pratama, 2020.


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,

DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2018).

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Notoatmodjo, 2018). Untuk variabel independen

dari hipotesis perbedaan pengetahuan serta minat sebelum dan sesudah

diberikan intervensi adalah pendidikan kesehatan menggunakan media video

animasi.

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Notoatmodjo, 2018). Untuk variabel dependen

dari hipotesis perbedaan pengetahuan serta minat sebelum dan sesudah

diberikan intervensi adalah pengetahuan dan minat.

40
41

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

HubunganPerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) :

Menggunakan air bersih


Mencuci tangan dengan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang ai

Kejadian Diare

 Menggunakan sehatjamban

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Mencari hubungan
42

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen dan

Dependen

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Cara Ukur Skala


Operasional
Variabel Independen

Perilaku Hidup Mencuci tangan 1. Kapan saja Kuesioner Kuesioner Nominal


Bersih dan dengan Sabun waktu terdiri dari dikategorikan
Sehat (PHBS) dapat untuk 10 menjadi 3
berdasarkan membersihkan mencuci pertanyaan yaitu :
mencuci tangan kotoran dan tangan dibuat 1.Baik =
sebelum makan membunuh mengguna dalam 76%100%
dan sesudah kuman. kan sabun bentuk (dengan
BAB dengan Mencuci tangan 2. Langkah- ceklis, skor 15-20)
sabun tanpa sabun langkah menggunak 2.Cukup =
menyebabkan mencuci an skala 56%-75%
kotoran dan tangan Guttman, (dengan skor
kuman masih yang baik jawaban : 11-14)
tertinggal di dan benar Ya : 1 3.Kurang =
tangan. Tidak : 0 <55%
(dengan
skor 1-10)
(Arikunto,
2012)

Perilaku Hidup Seseorang akan 1. Warna air Kuesioner Kuesioner


Bersih dan terhindar dari 2. Manfaat terdiri dari dikategorika
Sehat (PHBS) gangguan air bersih 10 n menjadi 3
berdasarkan penyakit seperti pertanyaan yaitu :
Menggunakan diare, kolera, dibuat 1.Baik =
air bersih disentri, dalam 76%100%
ataupun bentuk (dengan skor
penyakit kulit. ceklis, 15-20)
menggunak 2.Cukup =
an skala 56%-75%
Guttman, (dengan skor
43

jawaban : 11-14)
Ya : 1 3.Kurang =
Tidak : 0 <55%
(dengan
skor 1-10)
(Arikunto,
2012)

Perilaku Hidup Jamban adalah 1. Pengertian Kuesioner Kuesioner


Bersih dan suatu ruangan jamban terdiri dari dikategorika
Sehat (PHBS) yang sehat 10 n menjadi 3
Menggunakan mempunyai 2. Syarat pertanyaan yaitu :
jamban sehat fasilitas jamban dibuat dalam 1.Baik =
pembuangan bentuk 76%100%
sehat
kotoran ceklis, (dengan skor
manusia yang menggunak 15-20)
terdiri atas an skala 2.Cukup =
tempat jongkok Guttman, 56%-75%
atau tempat jawaban : Ya (dengan skor
duduk. :1 11-14)
Tidak : 0 3.Kurang =
<55%
(dengan
skor 1-10)
(Arikunto,
2012)
Variabel Dependen

Kejadian Diare adalah 1. Pengertian Kuesioner Pengukura Nominal


Diare Buang Air diare terdiri dari Kuesioner :
Besar (BAB) 2. Penyebab 2 1. Ada
encer atau atau diare pertanyaan gejala
bahkan dapat 3. Dampak diare dibuat 2. Tidak
berupa air saja dalam ada
(mencret) bentuk gejala
biasanya lebih ceklis,
dari 3 kali menggunak
dalam sehari. an skala
Guttman,
jawaban :
44

Ya : 1
Tidak : 0

C. Hipotesis

Menurut (Notoatmodjo, 2018) Hipotesis adalah jawaban sementara dari

suatu penelitian untuk mengarahkan kepada hasil penelitian atau suatu

kesimpulan sementara. Ada dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis nol dan

hipotesis alternatif atau kerja. Hipotesis nol (Ho) dibuat untuk menyatakan

sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara

kedua kelompok atau lebih.

Hipotesis yang mungkin muncul dalam penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah

Tangga Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Cibuntu Lebak RT 01 /

RW 05 Ciampea, Bogor.

2. Ho : Tidak ada Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Cibuntu Lebak RT

01 / RW 05 Ciampea, Bogor.

Hipotesis yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu Ha diterima

bahwa adanya Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan desain

analitik dengan pendekatan Cross Sectional merupakan penelitian dengan

cara pendekatan, atau pengumpulan data yang dilakukan pada subjek pada

saat pemeriksaan metode ini menggunakan kuesioner.

Menurut Sugiyono (2019:16) metode penelitian kuantitaf dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunkan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea,

Bogor.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret-Juni 2022.

45
46

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut (Notoatmodjo, 2018) Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang akan di teliti. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh anggota dirumah tangga sebanyak 50/KK di Cibuntu

Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea, Bogor.

2. Sampel

Menurut (Sugiyono, 2017) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari

dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili.

Sampel penelitian ini menggunakan metode Non- Probability Sampling

dengan teknik Total Sampling. (Sugiyono, 2014) mengatakan bahwa

teknik Non- Probability Sampling adalah teknik penarikan sampel yang

tidak memberikan peluang bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih untuk menjadi sampel.

Menurut (Sugiyono, 2014) mengatakan bahwa Total Sampling

adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Sampel ini digunakan jika jumlah populasi relatif kecil

yaitu tidak lebih dari 100. Jadi besar sampel pada penelitian ini yaitu

seluruh anggota dirumah tangga sebanyak 50 KK di Cibuntu Lebak RT 01


47

/ RW 05 Ciampea, Bogor. Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi

syarat sebagai

berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Tinggal dan menetap di Daerah Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05

Ciampea, Bogor.

2) Sehat mental maupun fisik.

b. Kriteria Eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden.

D. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrument Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen daftar

pertanyaan wawancara (kuesioner) yang digunakan untuk memandu

wawancara. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2017).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang

terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Kuesioner Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Kuesioner bagian ini berisikan 30 pertanyaan, yang ber-isikan point

pentanyaan tentang 10 pertanyaan tentang Perilaku mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah Buang Air Besar (BAB) dengan sabun,

10 pertanyaan tentang penggunaan air bersih, dan 10 pertanyaan


48

tentang penggunaan jamban sehat yang diukur dengan skala Guttman.

Skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban

yang tegas, sebagai ketentuan berikut :

Ya = 1

Tidak = 0

b. Kuesioner Kejadian Diare

Kuesioner bagian ini berisikan 2 pertanyaan, yang ber-isikan point

kejadian diare yang diukur dengan skala Guttman. Skala yang bersifat

tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas, sebagai

ketentuan berikut :

Ya = 1

Tidak = 0

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji Validitas Menurut Sugiyono (2017) menunjukkan derajat

ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan

data yang dikumpulkan oleh peneliti. Uji validitas ini dilakukan untuk

mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian

merupakan data yang valid atau tidak, dengan menggunakan alat ukur

yang digunakan (kuesioner).

Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment

sebagai berikut :
49

Keterangan :

𝑟 = koefisien korelasi setiap item dengan skor total

N = jumlah subjek

X = skor pertanyaan

Y = skor total

Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai

product moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata

signifikan (p value > 5%) atau 𝑟 hitung lebih besar dari 𝑟tabel (0,3),

maka item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan. Namun

apabila tidak signifikan (p value < 5%) atau 𝑟hitung lebih kecil dari

𝑟tabel (0,3), maka item pertanyaan tersebut tidak valid. Uji coba

kuesioner dilakukan di kelurahan Sindang barang, yaitu berjumlah 31

orang.

Peneliti tidak melakukan uji validitas karena kuesioner ini diadopsi

dari (Luthfi Yoga Pratama, 2020, dengan judul penelitian Hubungan

Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Ibu Dengan Kejadian Diare

Pada Balita Di Rw 01 Kelurahan Sindang Barang, Kota Bogor) Hasil

uji validitas dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, untuk

kuesioner perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 22 Pertanyaan. Dan

untuk kuesioner kejadian diare diadopsi dari Bambang Hady 2019 10

pertanyaan.
50

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan (Hidayat, dalam Suhaidah, 2013).

Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Product Moment.

𝑟11 = 2.𝑟b

1+𝑟b

Keterangan :

𝑟11 : Koefisien reliabilitas internal seluruh item

𝑟b : Korelasi Product Moment antara belahan

Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh Luthfi Yoga Pratama

pada tahun 2020 dan Bambang Hady pada tahun 2019 dengan

menggunakan program SPSS versi 16.0, di dapatkan hasil untuk

perilaku mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar

(BAB) didapatkan Alpha Cronbach 0,726, untuk perilaku penggunaan

air bersih didapatkan Alpha Cronbach 0,717, untuk perilaku

penggunaan jamban sehat didapatkan Alpha Cronbach 0,754,

sedangkan untuk kuesioner kejadian diare didapatkan Alpha Cronbach

0,734. Berdasarkan hasil-hasil tersebut maka seluruh kuesioner

dinyatakan reliable.
51

3. Jenis Data

a. Data Primer

Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan hasil

wawancara yang didapatkan dari informan mengenai topik penelitian

sebagai data primer.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data sekunder adalah sesuai dengan Undang-Undang

Ketenagakerjaan, buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan topik

penelitian mengenai sistem pengendalian internal atas sistem dan

prosedur penggajian dalam usaha mendukung efisiensi biaya tenaga

kerja.

4. Pengumpulan Data

Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data maka metode

pengumpulan data merupakan langkah yang paling vital dalam suatu

penelitian. Peneliti yang melakukan penelitian tidak akan mendapatkan

data yang diinginkan jika tidak mengetahui metode dalam pengumpulan

data.
52

Menurut Sugiyono (2018:224) pengumpulan data dapat dilakukan dalam

berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari

settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada

laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai

responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat

dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer dan sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Prosedur Administrasi

Prosedur administrasi dilakukan sebelum melakukan penelitian, yaitu

dimulai dari mengajukan surat izin penelitian ke Program Studi S1

Keperawatan STIKes Widya Dharma Husada. Selanjutnya, peneliti

mendatangi Ketua RT 01 / RW 05 Cibuntu Lebak Ciampea, Bogor.

Untuk menyerahkan surat permohonan penelitian tersebut dengan

membawa proposal sederhana. Setelah izin penelitian disetujui,

selanjutnya peneliti mulai melakukan pengumpulan data.

b. Prosedur Pelaksanaan

1) Peneliti mengidentifikasi calon responden yang memenuhi kriteria

sampel yang ditetapkan.

2) Peneliti mendatangi calon responden dan memperkenalkan diri.

3) Peneliti menjelaskan tentang tujuan dan prosedur penelitian,

kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan, manfaat

penelitian, hak menolak untuk berpartisipasi serta jaminan

kerahasiaan atau privacy.


53

4) Peneliti memberikan kesempatan calon responden untuk

bertanya tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penelitian

yang akan dilakukan.

5) Peneliti kemudian menawarkan calon responden untuk

menjadi responden penelitian dengan menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden (informed consent). Apabila

setuju, selanjutnya peneliti mulai melakukan pengumpulan

data.

6) Peneliti membagikan kuesioner kepada responden dan

menjelaskan tentang cara pengisian kuesioner kepada

responden.

7) Peneliti mendampingi responden pada saat pengisian data,

agar bila ada pertanyaan yang kurang dipahami responden

peneliti dapat langsung menjawab dan menjelaskannya.

8) Setelah pengisian kuesioner selesai, responden dapat langsung

menyerahkannya pada peneliti.

9) Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan bila ada data yang

kurang lengkap dapat langsung dilengkapi saat itu juga.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut (Hidayat, 2018) data yang terkumpul diolah dengan sistem

komputerisasi melalui beberapa tahap :


54

a. Pengeditan Data (Editing)

Tahap editing peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing bertujuan untuk memastikan

bahwa data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan kriteria

penilaian. Tahapan editing dilakukan peneliti dengan cara memeriksa

jawaban responden apakah sudah lengkap atau belum apabila jawaban

belum lengkap peneliti menanyakan kembali jawaban yang dipilih

responden setelah semua jawaban telah lengkap peneliti

mengumpulkan dalam satu berkas.

b. Pengkodean Data (Coding)

Coding dilakukan untuk memberikan kode data yang dikumpulkan

selama penelitian kedalam simbol/kode yang cocok untuk keperluan

analisis. Pemberian kode terhadap data bertujuan untuk

mempermudah proses pengolahan data yang dikelompokkan sesuai

tujuan penelitian. Pemberian kode dalam penelitian diberikan

berdasarkan variabel.

c. Memasukkan Data (Data Entry)

Data entry dilakukan untuk memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana. Data yang telah diberi kode kemudian

diolah menggunakan komputer dengan menggunakan program

microsoft xl atau SPSS untuk memudahkan peneliti dalam melakukan

Analisa data.
55

d. Melakukan Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk mengolah data penelitian yang telah

dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data penelitian

dilakukan peneliti dengan cara mencari distribusi frekuensi dan nilai

chi-square pada setiap variabel.

2. Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap

variabel yang di teliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan (Sugiyono, 2017). Analisa data dalam penelitian ini

menggunakan Analisa univariat dan Analisa bivariat :

a. Analisa Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing –masing variabel penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018).

Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentase dari tiap variabel. Data yang disajikan dalam bentuk

tabel selanjutnya hasil perhitungan tersebut di interpretasikan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut :


56

Tabel 4.1 Interpretasi Data

No. % Keterangan

1. 0% Tidak Ada

2. 1-5% Hampir Tidak Ada

3. 6-25% Sebagian Kecil

4. 26-49% Hampir Setengahnya

5. 50% Setengahnya

6. 51-74% Lebih Dari Setengahnya

7. 75-94% Sebagian Besar

8 95-99% Hampir Seluruhnya

9. 100% Seluruhnya

Sumber : (Arikunto, 2016)

Rumus presentase yang digunakan

P= x 100%

Keterangan :

P : Presentase

F : Jumlah frekuensi

N : Jumlah populasi
57

b. Analisa bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2018). Yaitu ada atau tidaknya hubungan

menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

dan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare di wilayah

Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea Bogor.

Analisa bivariat yang dilakukan untuk menguji antara lain :

1) Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Di

Wilayah Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea, Bogor.

2) Mengetahui ada tidaknya hubungan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Di Wilayah

Cibuntu Lebak RT 01 / RW 05 Ciampea, Bogor.

Kriteria pengujian :

H0 diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas >0,05.

H0 ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas <0,05.

F. Etika Penelitian

Penelitian akan menggunakan etika penelitian (Hidayat, 2017) :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Responden)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan


58

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)

Masalah ini merupakan masalah etika penelitian dengan menjamin

kerahasiaan dari hasil baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

4. Justice (Keadilan)

Dalam melakukan penelitian, setiap responden diberlakukan sama

berdasarkan moral, martabat dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban

peneliti maupun subjek juga harus seimbang.

5. Benefiency (manfaat)

Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan risiko

yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang

diperoleh lebih besar dari pada risikonya, selain itu penelitian yang

dilakukan tidak boleh membahayakan.


59

G. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (potong

lintang) yang mempunyai beberapa keterbatasan antara lain hasil yang

dicapai merupakan gambaran sesaat terhadap variabel yang diteliti

dan hasilnya tidak mampu menjelaskan hubungan sebab akibat antara

variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya, salah

satu kekurangan menggunakan alat ukur penelitian menggunakan

kuesioner adalah perbedaan penafsiran antar responden terhadap

pertanyaan yang diajukan.

2. Waktu pengambilan data sangat terbatas sehingga harus dilaksanakan

secepat mungkin.

Anda mungkin juga menyukai