Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN UPAYA

PENGENDALIAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI

SURAKARTA

Proposal Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan

Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

NADA ISHLAHATI IRNING PUTRI

J410170111

Pembimbing : Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN UPAYA

PENGENDALIAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI

SURAKARTA

Proposal Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan

Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

NADA ISHLAHATI IRNING PUTRI

J410170111

Pembimbing:

Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid

i
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN UPAYA

PENGENDALIAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI

SURAKARTA

Disusun oleh : Nada Ishlahati Irning Putri

NIM : J410 170 111

ii
Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, 17 Desember 2020


Pembimbing,

Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan

lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang

belum/tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

iii
Surakarta, 17 Desember 2020

Peneliti,

Nada Ishlahati I.P

BIODATA

Nama : Nada Ishlahati Irning Putri


Tempat/Tanggal Lahir : Indramayu, 18 Mei 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
E-mail : nadaishlahati20@gmail.com
Alamat : Kebonsari RT 02/RW 11, Kelurahan Panjang,

Ambarawa. Kabupaten Semarang. Jawa

Tengah
Riwayat Pendidikan :

1. TK Wiyatarini Ambarawa lulus Tahun 2005

iv
2. Lulus SDN Panjang 04 AmbarawaTahun 2011

3. Lulus SMPN 02 Ambarawa 2014

4. Lulus SMAN 1 AmbarawaTahun 2017

5. Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan

Masyarakat FIK UMS sejak tahun 2017

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
karunia dan nikmat sehat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Upaya
Pengendalian pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Kota Surakarta”.
Proposal Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat bagi mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat.

Penulisan proposal skripsi ini dapat terselesaikan karena penulis mendapatkan


kritik, saran, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Allah SWT
2. Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

v
3. Dr. Mutazalimah, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Sri Darnoto, SKM., MPH selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5. Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid selaku pembimbing yang dengan sabar
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis selama
menyusun proposal ini.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan informasi kepada penulis.
7. Keluarga penulis yang tersayang yaitu Ayahanda Irfano El Farisi, Ibu
Ernaningsih, adik Haekal dan Jessamine yang selalu memberikan doa, motivasi,
semangat, dan kasih sayang selama ini.
8. Teman seperjuangan awal kuliah dan keluh kesah (Salma, Ullya, Anggun, Adjie,
Faiz, Dannis, Dhea, Ikha, Ovi, Aisyah, Anggita, Adib, Mutiara) yang selalu
memberikan semangat, dukungan, bantuan, serta mendengarkan keluh kesah
penulis terutama dalam penyusunan proposal skripsi ini.
9. Teman satu bimbingan skripsi Adib, Atika, Ikha, Indah, Kurnia, Anggita, Syifa,
Reliza, Suci, Elma, Tunjung terkhusus Aang yang selalu membantu memberikan
saran dan dukungan.
10. Teman-teman mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2017, teman satu
peminatan Epidemiologi, dan teman-teman kelas B yang telah memberikan
dukungan, semangat, dan doa satu sama lain.
11. Teman satu organisasi DPM FIK UMS yang selalu memberi semangat dan
dukungan kepada penulis.
12. Ega Zakariyya yang telah membantu dan memberikan semangat setiap harinya
dalam penyelesaian skripsi ini
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

vi
Surakarta, 17 Desember 2020

Nada Ishlahati I.P

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iii

BIODATA iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBARx

DAFTAR LAMPIRAN xi

DAFTAR SINGKATAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7

vii
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 10

A. Diabetes Mellitus 10
1. Pengertian Diabetes Mellitus 10
2. Etiologi Diabetes Mellitus 11
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus 12
4. Gejala Diabetes Mellitus 14
5. Patofisiologi Diabetes Mellitus 14
6. Diagnosis Diabetes Mellitus 15
B. Upaya Pengendalian Diabetes Mellitus 15
1. Diet Gizi Seimbang 16
2. Kontrol Gula Darah 17
3. Pengendalian Stress 22
C. Faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pengendalian Diabetes Mellitus 22
1. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi 22
2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi 31
D. Kerangka Teori 33
E. Kerangka Konsep 34
F. Hipotesis 34
BAB III METODE PENELITIAN 35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 35


B. Waktu dan Tempat Penelitian 35
C. Populasi dan Sampel 35
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 35
E. Pengumpulan Data 41
F. Langkah- Langkah Penelitian 44
G. Pengolahan Data 46
H. Analisis Data 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jam makan 19

Tabel 2. Besar sampel 38

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori 33

Gambar 2. Kerangka Konsep 34

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

xi
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association

AIS : American Institute of Stress

BB : Berat Badan

CI : Confident Interval

DM : Diabetes Melitus

DMG : Diabetes Melitus Gestasional

IMT : Indeks Masa Tubuh

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

xii
PTM : Penyakit Tidak Menular

MET : Metabolic Equivalent

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

TB : Tinggi Badan

TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral

TGT : Toleransi Glukosa Terganggu

mg : Mili Gram

mL : Mili Liter

dL : Deciliter

kg : Kilogram

m : Meter

mmHg : Milimeter air raksa

gr : Gram

TDD : Tekanan Darah Diastolic

TDS : Tekanan Darah Sistolic

WHO : World Health Organization

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia yang dikenal dengan kencing

manis merupakan salah satu diantara penyakit tidak menular yang masih

menjadi permasalahan di dunia khususnya di Indonesia. Diabetes Mellitus

merupakan sebuah penyakit metabolik atau gangguan metabolisme akibat

adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang disebut hiperglikemi,

dimana tubuh tidak dapat menghasilkan cukup hormon insulin atau tidak

mampu menggunakan insulin secara efektif atau sebagaimana mestinya yang

pada perjalanannya akan menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut

maupun yang kronis atau menahun apabila tidak dikendalikan dengan baik.

Penyakit Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan atau dikontrol karena

hampir 90% nya berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat, penderita

mampu hidup sehat bersama Diabetes Mellitus, jika dapat mengontrolnya

secara teratur (International Diabetes Federation, 2017).

Jumlah penderita Diabetes Mellitus secara global semakin meningkat

seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat. Dari catatan 220

negara di seluruh dunia, dilaporkan bahwa jumlah pasien Diabetes Mellitus di

dunia pada tahun 2017 sebanyak 425 juta penderita dengan usia antara 20-79

1
tahun. Prevalensi Diabetes Mellitus di dunia dengan usia yang distandarisasi

telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat sejak tahun 1980,

meningkat 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Sementara itu,

prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk

semua umur yang ada di Indonesia menurut Riskesdas 2018 yaitu sebesar

1.017.290 jiwa. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi Diabetes

Mellitus meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dibandingkan

dengan negara berpenghasilan tinggi (Infodatin, 2018).

Di Indonesia prevalensi penyakit Diabetes Mellitus mengalami kenaikan

dalam lima tahun terakhir. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2018 penyakit Diabetes Mellitus menunjukkan adanya peningkatan

angka kejadian dari 6,9% menjadi 8,5%, data International Diabetes

Federation menunjukkan lebih dari 10 juta penduduk Indonesia menderita

penyakit Diabetes Mellitus ini, angka ini dilaporkan meningkat seiring

berjalannya waktu. World Health Organization bahkan memprediksikan

penyakit Diabetes Mellitus akan menimpa lebih dari 21 juta penduduk

Indonesia di tahun 2030 (Riskesdas, 2018).

Perkembangan kasus Diabetes Mellitus di Indonesia terus meningkat dari

tahun ke tahun, di Indonesia terdapat tiga provinsi dengan jumlah kasus

Diabetes Mellitus tertinggi yaitu provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan

Kalimantan Timur. Sementara itu menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah

2
tahun 2018 kasus Diabetes Mellitus mencapai 51.284 jiwa. Angka kejadian

penyakit Diabetes Mellitus di Jawa Tengah sebesar 20,57%, di Provinsi Jawa

Tengah prevalensi Diabetes Mellitus pada tahun 2018 sebesar 2,1%. Angka

tersebut meningkat jika dibandingkan pada tahun 2013 yang memiliki

prevalensi sebesar 1,6%, penyakit ini menjadi prioritas utama dalam

pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) (Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah, 2018).

Menurut Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 kejadian

Diabetes Mellitus paling tinggi terjadi di Kota Surakarta yaitu sebesar 1.370

kasus, jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Jawa Tengah seperti

Kota Salatiga, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan. Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Surakarta menyatakan bahwa Kota Surakarta memiliki prevalensi

DM tipe 1 dan tipe 2 yang mengalami perubahan dalam 5 tahun terakhir. Kota

Surakarta merupakan kota yang terdapat di Jawa Tengah dengan jumlah

penduduk sebesar 517.887 jiwa. Kasus DM yang ditemukan pada tahun 2018

dari data tercatat di puskesmas sebanyak 8.129 kasus dengan kasus DM tipe 1

sebanyak 7.979 kasus, meningkat jika dibandingkan dengan jumlah kasus DM

yang ditemukan di tahun 2017 sebanyak 6.718 kasus dengan kasus DM tipe 2

sebanyak 6.579 (Dinkes Surakarta, 2018).

Penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak

menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila

3
pengelolaannya dan pengendaliannya tidak tepat. Upaya pengendalian

penyakit Diabetes Mellitus memerlukan perawatan medis dan penyuluhan

untuk self management yang berkesinambungan untuk mencegah komplikasi

akut maupun kronis. Diet gizi seimbang merupakan salah satu hal yang

penting di dalam upaya pengendalian Diabetes Mellitus. Upaya pengendalian

Diabetes Mellitus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan penderita dalam

melakukan diet gizi seimbang. Diet gizi seimbang tidak hanya ditujukan untuk

menormalkan kadar glukosa darah tetapi juga mengendalikan faktor risiko

lainnya yang sering dijumpai pada penderita Diabetes Mellitus. Upaya

pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan kontrol gula darah, aktivitas

fisik yang berupa latihan jasmani, dan pengendalian stress. Keberhasilan

pelaksanaan upaya pengendalian dan upaya preventif komplikasi Diabetes

Mellitus lainnya bergantung pada sikap, pengetahuan, dan perilaku penderita

Diabetes Mellitus dalam menjalaninya.

Faktor risiko penyakit Diabetes Mellitus sangat erat kaitannya dengan

perilaku dan sikap penderita yang tidak sehat, serta adanya perubahan gaya

hidup seperti diet tidak sehat dan tidak seimbang, kurang aktivitas fisik,

mempunyai berat badan berlebih (obesitas), hipertensi, dan konsumsi alkohol

serta kebiasaan merokok, disamping faktor faktor risiko lain seperti usia, jenis

kelamin, dan keturunan. Menurut Notoadmojo (2013), yang mana terdapat

juga banyak faktor lainnya yang mempengaruhinya seperti karakterisitik

4
individu yakni diantaranya pengetahuan dan sikap penderita Diabetes

Mellitus yang dapat meningkatkan kejadian kasus penyakit Diabetes Mellitus.

Terdapat beberapa penelitian yang dimaksudkan untuk mengurangi

kejadian penyakit Diabetes Mellitus. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Perdana (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang penyakit

Diabetes Mellitus dengan pengendalian kadar glukosa darah pada pasien

Diabetes Mellitus tipe 2 diperoleh hasil adanya hubungan antara tingkat

pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang Diabetes Mellitus dengan

kendali kadar glukosa darah. Hal ini didukung pula oleh penelitian Nina

(2008) yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan penyakit dan

komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus dengan tindakan mengontrol

kadar gula darah. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil

penelitian Ucik (2010) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pengendalian glukosa

darah.

Pengetahuan memiliki peranan penting dalam pengendalian Diabetes

Mellitus yang merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan penderita tentang

Diabetes Mellitus merupakan sarana yang dapat membantu penderita

menjalankan penanganan dan pengendalian Diabetes Mellitus yang

selanjutnya akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga

5
penderita dapat hidup lebih lama dengan kualitas hidup yang baik.

Pengetahuan penderita Diabetes Mellitus merupakan hasil tahu dari penderita

Diabetes Mellitus mengenai penyakitnya, mampu memahami penyakitnya,

pencegahannya, pengendalian dan komplikasinya. Sikap merupakan reaksi

atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain,

tetapi sikap yang positif atau mendukung terhadap nilai-nilai kesehatan tidak

selalu terwujud dalam tindakan nyata. Sikap penderita dipengaruhi oleh

pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan penderita tentang penyakit Diabetes

Mellitus sangat penting karena pengetahuan akan membawa penderita untuk

menentukan sikap dalam upaya pengendalian Diabetes Mellitus (Dwi, 2015).

Pengetahuan dan sikap memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi satu

sama lain, dimana tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang

(Achmadi, 2013).

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka

disimpulkan permasalahan bahwa di Jawa Tengah khusunya di daerah

Surakarta mempunyai angka penemuan kasus Diabetes Mellitus yang cukup

tinggi, sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam mengukur sejauh mana upaya

pengendalian penyakit tersebut, terkait dengan hal tersebut peneliti ingin

menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan upaya

pengendalian pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta.

6
B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan upaya

pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2 pada penderita DM di Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan upaya

pengendalian pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta

2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden yang berhubungan dengan

sikap dan pengetahuan yang berkaitan dengan upaya pengendalian

Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta

b. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan upaya

pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta

c. Menganalisis hubungan antara sikap dengan upaya pengendalian

Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Dapat mengembangkan wawasan peneliti dalam melatih kemampuan

dalam penelitian, dan untuk memberdayakan diri dan melatih diri

7
dalam berpikir secara ilmiah mengenai tentang pengetahuan yang

berhubungan tentang masalah penyakit Diabetes Mellitus.

b. Sebagai bahan masukan tambahan bagi peneliti lebih lanjut

khususnya bidang epidemiologi dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus

2. Bagi Masyarakat

a. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit

Diabetes Mellitus sehingga dapat mengetahui pencegahan penyakit

b. Untuk memberikan wawasan kepada masyarakat terutama penderita

penyakit Diabetes Mellitus tentang bahaya penyakit Diabetes

Mellitus karena merupakan salah satu penyakit tidak menular

sehingga dapat mengetahui cara mencegah penyakit Diabetes

Mellitus sejak dini.

c. Untuk memberikan wawasan kepada masyarakat tentang gambaran

penyakit Diabetes Mellitus sehingga bisa melakukan pencegahan dini

3. Bagi Institusi Kesehatan

a. Data dan hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dijadikan suatu

tolak ukur serta upaya rumah sakit dalam meningkatkan kualitas

pelayanan.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna tentang pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

8
c. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan informasi dalam

menyusun kebijakan strategi program program kesehatan terutama

yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan masyarakat.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik atau gangguan

metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di dalam

tubuh akibat tubuh tidak memiliki hormon insulin atau ketika insulin tidak

dapat bekerja sebagaimana mestinya. Insulin diekskresikan oleh sel-sel beta

yang merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam pulau-pulau

Langerhans pankreas. Sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan

glukosa ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Insulin di dalam sel-sel

tersebut menimbulkan efek seperti menstimulasi penyimpanan glukosa

dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen, meningkatkan penyimpanan

lemak dari makanan dalam jaringan adipose dan mempercepat pengangkatan

asam amino yang berasal dari protein makanan ke dalam sel (Smeltzer dan

Bare, 2002).

Menurut American Diabetes Association/ADA 2011 Diabetes

Mellitus adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya,

seseorang didiagnosis menderita Diabetes Mellitus apabila memiliki gula

darah sewaktu <200mg/dL dan kadar gula darah puasa >126mg/dl. Diabetes

10
adalah suatu penyakit serius kronis progresif yang terjadi ketika organ

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau hormon yang mengatur gula

darah, atau glukosa, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkan. Penyakit ini ditandai dengan

munculnya gejala khas yaitu polyphagia, polydipsia, dan polyuria serta

sebagian mengalami kehilangan berat badan. Diabetes Mellitus merupakan

penyakit kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan serius, karena apabila

tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti kerusakan

mata, ginjal, pembuluh darah, saraf dan jantung (WHO, 2016)

2. Etiologi Diabetes Mellitus

Diabetes Melllitus adalah salah sindroma klinik yang ditandai oleh

polyuria, polydipsia dan polifagi serta peningkatan kadar glukosa dalam

darah atau disebut hiperglikemia yaitu suatu kondisi ketika kadar gula darah

yang tingginya sudah membahayakan. Hal tersebut dikarenakan tubuh tidak

mampu mengendalikan jumlah gula atau glukosa dalam aliran darah yang

terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat atau tidak ada dengan atau

tanpa gangguan kerja insulin. Insulin merupakan suatu hormon polipeptida

yang disintesis oleh sel khusus di pankreas yaitu sel beta pulau Langerhans.

Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa, kemudian

insulin bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut glucagon yang

juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh

menghasilkan terlalu sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin

11
dengan tepat terjadilah Diabetes Mellitus. Gangguan metabolisme lemak dan

protein serta risiko timbulnya gangguan mikrovaskular meningkat dapat

terjadi apabila Diabetes Mellitus tidak segera dengan cepat diatasi (Katzung,

2007).

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, Diabetes

Mellitus tebagi menjadi empat tipe yaitu :

a. Diabetes Mellitus tipe 1

Yaitu ketika tubuh tidak memiki insulin atau kegagalan sel beta

pankreas dimana produksi insulin terjadi maka diabetes disebut sebagai

Diabetes Mellitus tipe 1. Pasien-pasien ini tergantung pada insulin yang

diberikan melalui suntikan. Jenis diabetes ini biasanya diderita sejak

awal kehidupan seseorang, anak-anak maupun pada remaja biasanya

terkena jenis penyakit ini. Jika mereka tidak diberi insulin, glukosa darah

meningkat atau biasa disebut sebagai hiperglikemia dan kondisi

kesehatan menurun drastis, kondisi ini disebut diabetes ketoasidosis.

b. Diabetes Mellitus tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 adalah kondisi medis dimana ditandai

dengan ketidakcukupan atau gangguan fungsi insulin. Insulin berfungsi

mengatur glukosa, sumber energi yang penting untuk tubuh. Tanpa

insulin glukosa tidak dapat memasuki sel dan tetap berada di dalam

aliran darah, menyebabkan kadar glukosa darah tinggi. Penyebab gejala,

12
seperti peningkatan rasa haus, dan berkemih, rasa lelah, dan kehilangan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Diabetes tipe 2 sering ditemui

pada orang-orang yang kelebihan berat badan karena kadar lemak yang

tinggi, terutama pada daerah perut, diketahui menyebabkan tubuh

menjadi resisten terhadap efek insulin atau resistensi terhadap insulin.

Oleh karena itu meskipun insulin ada, tubuh tidak mampu merespons

insulin tersebut secara adekuat.

c. Diabetes Mellitus pada Kehamilan (Gestational)

Diabetes pada kehamilan adalah keadaan intolerans terhadap

glukosa yang terjadi selama masa kehamilan. Anak yang dilahirkan dari

ibu yang menderita Diabetes Mellitus kehamilan memiliki risiko yang

lebih tinggi untuk mengalami obesitas dan diabetes pada saat dewasa.

Hal ini terjadi karena bayi dari ibu mensekresi insulin lebih besar

sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.

d. Diabetes Mellitus Tipe Lain

Pada diabetes tipe lain individu mengalami hiperglikemia yang

disebabkan oleh kelainan spesifik atau kelainan genetik fungsi sel beta,

endokrinopati atau penyakit Cushing’s, akromegali, penggunaan obat

yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang

mengganggu kerja insulin, dan infeksi/ sindroma genetik.

13
4. Gejala Diabetes Mellitus

Gejala Diabetes Melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala

akut Diabetes Melitus yaitu Poliphagia (banyak makan), polydipsia (banyak

minum), polyuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), napsu

makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam

waktu 2-4 minggu), mudah lelah. Gejala kronik Diabetes Melitus yaitu

kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di

kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi

mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada

pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau

kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg

(Fatimah, 2015).

5. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit akibat gangguan pada

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat

bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau

keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu

pertama karena kerusakan pada sel- sel beta pankreas karena pengaruh dari

luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah

penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga adalah

karena kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Fatimah, 2015).

14
Insulin yang diekskresikan oleh sel beta pankreas berfungsi untuk

mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa dalam tubuh

yang tinggi dapat menstimulasi sel beta pankreas untuk mengeksresikan

insulin. Sel beta yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada

kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab glukosa darah menjadi tinggi.

Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh

penyakit autoimun dan idiopatk (Hanum, 2013).

6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa

darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup

untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan

toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban

glukosa. Sekurang- kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali

abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak

diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi

metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat

(Fatimah, 2015).

B. Upaya Pengendalian Diabetes Mellitus

Pengendalian Diabetes Mellitus sangat penting bagi penderita atau pasien

Diabetes Mellitus yang sudah menderita penyakit ini, tujuannya adalah untuk

mengendalikan faktor risiko yang dimiliki oleh penderita Diabetes Mellitus.

15
Adapun upaya-upaya pengendalian faktor risiko penyakit Diabetes Mellitus

adalah sebagai berikut :

1. Diet sehat gizi seimbang

Diet sehat gizi seimbang merupakan hal yang sangat penting untuk

pengendalian penyakit Diabetes Mellitus, karena untuk mempertahankan

kadar gula darah sampai menjadi batas normal. Pengaturan pola makan

merupakan salah satu komponen penting dalam pengendalian dan

pengobatan penderita Diabetes Mellitus. Gizi seimbang merupakan susunan

hidangan yang mengandung berbagai zat gizi dalam jumlah dan kualitas

yang sesuai dengan kebutuhan tubuh individu sesuai usia, aktivitas fisik, dan

suatu kondisi tertentu. Zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat adalah

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat (Kemenkes, 2016).

Prinsip diet yang dianjurkan adlah teratur dalam jadwal, jumlah, dan

jenis makanan. Diet juga harus disesuaikan dengan kebutuhan energi

penderita Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan tinggi badan, berat

badan, dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Pengaturan diet pada penderita

Diabetes Mellitus diatur dalam 3 makanan utama (pagi, siang, sore) dan 2-3

makanan selingan diantara makanan utama jarak waktu makan dilakukan

tiap 3 jam (Waspadji, 2009).

Adapun komposisi makanan yang dianjurkan bagi penderita Diabetes

Mellitus menurut PERKENI (2015), terdiri dari :

a. Karbohidrat

16
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi

terutama karbohidrat berserat tinggi. Pembatasan karbohidrat total

<130g/ hari tidak dianjurkan.

b. Lemak

Asupan lemak yang dianjurkan 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi

c. Protein

Kebutuhan asupan protein sebesar 10-20% total asupan energi.

d. Serat

Bagi penderita Diabetes Mellitus dianjurkan untuk mengonsumsi serat

dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang

tinggi serat, konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari

berbagai sumber bahan makanan.

2. Kontrol Kadar Gula Darah

a. Pengertian Kadar Gula Darah

Menurut Misnadiarly (2006), kadar gula atau glukosa merupakan

kadar gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat

dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.

Kadar gula darah tersebut merupakan sumber energi utama bagi sel

tubuh di otot dan jaringan. Seseorang mengalami Diabetes Mellitus

apabila kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan

17
kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Sustrani,

2006).

Dalam melaksanakan fungsinya, kadar gula darah

membutuhkan insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dalam

pankreas. Insulin berfungsi dalam mengendalikan kadar gula darah

dengan cara mengatur dan penyimpanannya. Pada saat tubuh dalam

keadaan puasa, pankreas mengeluarkan insulin dan glukagon (hormon

pankreas) secara bersama-sama untuk mempertahankan kadar gula

darah yang normal. Kadar gula tidak boleh lebih tinggi dari 180 mg/dl

dan tidak lebih rendah dari 60 mg/dl sehingga tubuh mempunyai

mekanisme dalam mengaturnya agar selalu konstan.

b. Strategi Pengendalian Kadar Gula Darah

Menurut Hans Tandra (2013), kadar gula darah dapat dikontrol dengan

cara :

1) Diet

Diet untuk pasien Diabetes Mellitus adalah menu yang sehat

dan seimbang yang mempunyai komposisi karbohidrat, lemak,

dan proteinnya dalam jumlah yang sesuai dengan keadaan pasien.

Tujuan utama terapi diet adalah untuk menghindari kenaikan

kadar gula darah yang pesat setelah makan. Terapi diet digunakan

untuk pengendalian kadar gula darah agar komplikasi penyakit

18
Diabetes Mellitus tidak terjadi atau memudahkan penyembuhan

bagi komplikasi yang sudah ada (Fever, 2007)

Menurut Tandra (2013), pengaturan diet Diabetes Mellitus

mencakup unsur sebagai berikut :

a) Jam makan

Jam makan pada penderita Diabetes Mellitus harus

tepat dan teratur agar pengaturan gula darah dapat stabil. Gula

darah yang tidak stabil dapat mengakibatkan rusaknya

pembuluh darah yang dapat berujung komplikasi. Jarak dua

kali makan yang ideal bagi pasien Diabetes Mellitus adalah

sekitar 4-5 jam.

Tabel 1. Jam makan


Waktu Pukul
Pagi 06.00 – 07.00
Siang 12.00 – 13.00
Malam 18.00 – 19.00
Kudapan 09.00, 15.00, 21.00

b) Jenis makanan

Jenis makanan yang dibutuhkan oleh penderita

Diabetes Mellitus adalah makanan yang mengandung

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan serat. Di

dalam tubuh zat-zat gizi tersebut berfungsi sebagai sumber

energi atau tenaga (terutama karbohidrat dan lemak), sumber

19
zat pembangun (protein) untuk tetap tumbuh dan berkembang

serta untuk mengganti sel-sel yang rusak (Kemenkes, 2016).

Pengaturan jenis makanan pada penderita Diabetes Mellitus

dapat diatur dengan separuh piring (50%) diisi dengan

berbagai sayuran (karbohidrat kaya serat dan rendah kalori),

kemudian seperempat piring (25%) adalah tempat dari

makanan zat pati (biji-bijian atau ubi-ubian) seperti nasi, roti,

atau kentang. Sisanya sebanyak 25% lainnya adalah makanan

yang mengandung proteinseperti ikan, tahu, tempe, telur, dan

daging.

c) Jumlah makan

Jumlah konsumsi makan yang dimakan pasien

Diabetes Mellitus yaitu dengan porsi lebih sedikit dari sarapan

pagi dan makan siang, dengan mengupayakan makan setiap

hari dengan jumlah yang sama. Jumlah porsi makan yang

berlebihan dapat meningkatkan kadar gula darah, sedangkan

porsi yang sedikit dapat menurunkan kalori yang masuk.

2) Olahraga

Menurut Dewi (2014), olahraga dapat menurunkan kadar gula

darah pasien Diabetes Mellitus dengan meningkatkan

pengembalian gula darah oleh otot dan memperbaiki pemakaian

insulin. Olahraga yang rutin dan benar dapat membantu

20
mengembalikan kadar gula darah menjadi normal dan mencegah

terjadinya komplikasi akibat penyakit Diabetes Mellitus. Olahraga

yang dapat dilakukan antara lain; senam, jogging, berjalan, dan

berenang.

3) Menjaga berat badan

Menjaga berat badan adalah bagian penting dalam strategi

pengendalian Diabetes Mellitus karena obesitas atau kelebihan

berat badan merupakan faktor risiko yang perlu diperhatikan oleh

penderita Diabetes Mellitus. Semakin banyak jaringan lemak

maka jaringan tubuh dan otot akan semakin resisten terhadap kerja

insulin. Jaringan lemak dapat memblokir kerja insulin sehingga

glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam

peredaran darah (Corwin, 2009).

4) Pengobatan

Pengobatan penyakit Diabetes Mellitus dilakukan apabila diet

dan olahraga sudah dilakukan namun kadar gula darah belum

mencapai batas normal sehingga dilakukan pemberian obat yang

sesuai. Pengobatan dilakukan untuk membantu insuln agar bekerja

lebih keras. Pada pengobatan pada Diabetes Mellitus tipe 1, pasien

mutlak membutuhkan insulin karena pankreas sudah tidak dapat

memproduksi hormon insulin untuk mengatasi kadar gula darah

yang tinggi, sedangkan pada pengobatan Diabetes Mellitus tipe 2,

21
pasien perlu mengonsumsi obat diabetes secara oral dan perlu

tambahan kombinasi insulin (Sustrani, 2006).

3. Pengendalian Stress

Pengendalian stress pada penderita Diabetes Mellitus sangat penting

karena secara umum orang yang mengalami stress merasakan perasaan

khawatir, tekanan, letih, ketakutan, depresi, cemas, dan marah. Apabila

kondisi stress tidak terkendali dapat menimbulkan reaksi yang negatif seperti

tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, obesitas, serangan jantung,

serta daya tahan tubuh menurun, sehingga pengendalian stress sangat

penting karena untuk mengindari kejadian negatif pada diri sendiri

(Kemenkes, 2016).

C. Faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pengendalian Diabetes Mellitus

Menurut Kemenkes RI (2016), ada faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan

faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Adapun faktor-faktor risikonya

antara lain :

1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a. Obesitas

Menurut World Health Organization (2017), obesitas adalah

peningkatan lemak tubuh yang berlebihan yang dapat menyebabkan

gangguan kesehatan. Obesitas berhubungan dengan peningkatan faktor

risiko penyakit Diabetes Mellitus. Penyebab utama obesitas adalah

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi.

22
Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi

tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan

dalam bentuk lemak di jaringan tubuh. Sehingga obesitas adalah

terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam kurun

waktu yang lama dan dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD

berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun (Kemenkes, 2010).

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga atau energi dan pembakaran energi. Menurut WHO

yang dimaksud dengan aktivitas fisik adalah kegiatan paling sedikit 10

menit tanpa henti dengan melakukan aktivitas fisik ringan, sedang, dan

berat. Aktivitas ringan adalah pergerakan tubuh seperti berjalan dan

mengerjakan pekerjaan kantor seperti mengetik. Aktivitas sedang adalah

pergerakan tubuh yang cukup mengeluarkan tenaga besar atau dengan

kata lain bergerak yang menyebabkan nafas lebih sedikit dari biasanya.

Aktivitas berat adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan pengeluarah

tenaga cukup banyak (pembakaran kalori) sehingga napas jauh lebih

cepat dari biasanya. Aktivitas fisik secara teratur menambah sensitivitas

insulin dan menambah toleransi gula. Aktivitas fisik secara umum

dikuantifikasi dengan menentukan pengeluaran energi dalam kilokalori

23
atau dengan menggunakan metabolic equivalent (MET) dari sebuah

aktivitas.

c. Pola makan

Pola makan merupakan gambaran mengenai macam dan jumlah

bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu

(Sulistyoningsih, 2012). Pola makan merupakan cara atau usaha dalam

pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu

kesembuhan penyakit. Pola makan yang baik dan benar mengandung

karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Pola makan 3 kali

sehari yaitu makan pagi, selingan siang, makan siang, selingan sore,

makan malam dan sebelum tidur. Makanan selingan sangat diperlukan,

terutama jika porsi makanan utama yang dikonsumsi saat makan pagi,

makan siang dan makan malam belum mencukupi. Makan selingan

tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan napsu makan saat

menyantap makanan utama berkurang akibat kekenyangan makanan

selingan (Sari, 2012).

d. Stress

Stress merupakan gangguan pada tubuh ketika seseorang merasa

ketidaknyamanan mental dan batin yang disebabkan oleh perasaan

tertekan. Definisi stres menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000)

24
adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan

oleh faktor ekstrinsik.Menurut American Institute of Stress (2010), tidak

ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki

reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama. Stres bersifat individu

dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak adanya keseimbangan

antara daya tahan mental individu dengan beban stres yang dirasakan

(AIS, 2010). Kehidupan yang penuh dengan stress akan berpengaruh

terhadap fluktuasi glukosa darah meskipun telah diupayakan diet,

latihan fisik maupun pemakaian obat-obatan dengan secermat mungkin

e. Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau dikenal dengan istilah hipertensi

didefinisikan sebagai elevasi persistem dari tekanan darah sistolik

(TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic

(TDD) pada level 90 mmHg atau lebih (Black, 2014). Hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah sistolik yang tingginya tergantung usia

individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas

tertentu tergantung posisi tubuh, usia, dan tingkat stress yang dialami.

Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistol tanpa disertai peningkatan

diastol sering terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan

diastol tanpa disertai peningkatan sistol lebih sering terdapat pada

dewasa muda. Hipertensi sangat berhubungan erat dengan Diabetes

Mellitus karena ada beberapa kriteria yang sering terjadi pada penderita

25
hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas, dislipidemia, dan

peningkatan ladar gula darah (Tambayong, 2014).

f. Pengetahuan

1) Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2013), pengetahuan dapat diartikan

sebagai hasil tahu, terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Melalui pengetahuan seseorang dapat

memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan

perilaku terhadap objek tertentu sehingga dapat mempengaruhi

seseorang dalam berperilaku yang dalam hal ini berkaitan dengan

upaya pengendalian pada penderita Diabetes Mellitus. Pengetahuan

penderita tentang Diabetes Mellitus merupakan sarana yang dapat

membantu penderita menjalankan penanganan dan pengendalian

Diabetes Mellitus yang selanjutnya akan dapat mengendalikan

kondisi penyakitnya sehingga penderita dapat hidup lebih lama

dengan kualitas hidup yang baik. Pengetahuan penderita Diabetes

Mellitus merupakan hasil tahu dari penderita Diabetes Diabetes

Mellitus mengenai penyakitnya, mampu memahami penyakitnya,

pencegahannya, pengendalian dan komplikasinya.

2) Tingkat Pengetahuan

26
Menurut Efendi (2013), pengetahuan seseorang terhadap suatu

objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda.

Adapun tingkatan tersebut secara garis besarnya dibedakan menjadi

6 yaitu

a) Mengetahui

Mengetahui diartikan sebagai sesuatu perbuatan yang berupa

langkah awal dari setiap orang untuk bisa memahami. Tanpa

mengetahui sebuah pemahaman mustahil bisa dikembangkan

sebagai pengetahuan tingkat lanjutan. Mengetahui dapat juga

diartikan sebagai mengingat sesuatu materi atau suatu hal yang

telah dipelajari sebelumnya atau mengingat kembali sesuatu

yang sudah dipelajari atau diterima. Kata kerja untuk mengukur

sesorang mengetahui tentang sesuatu antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami

Memahami merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan

demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman diperlukan

berpikir dan belajar. Memahami juga dapat diartikan sebagai

kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu setelah sesuatu

tersebut diketahui dan diingat dengan kata lain mengetahui

tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

c) Menerapkan

27
Menerapkan merupakan seuatu kemampuan untuk menggunakan

atau melaksanakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya.

d) Menganalisis

Menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

untuk menjabarkan, menjelaskan, atau menghubungkan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

obyek yang diketahui, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Mensintesis

Mensintesis merupakan kemampuan seseorang untuk meletakkan

bagian-bagian dan merangkum sesuatu yang telah diketahui

sebelumnya ke dalam suatu bentuk yang baru dan logis.

f) Mengevaluasi

Mengevaluasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu yang

didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan

g. Sikap

1) Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang bersifat tertutup dari

seseorang terhadap suatu objek atau stimulus, sedangkan bila sikap

diwujudkan dalam suatu perbuatan nyata disebut sebagai sebuah

28
tindakan. Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang

diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau

terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang

berkaitan dengannya. Sikap dikatakan sebagai respon evaluative,

yang hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus

yang menghendaki adanya reaksi (Notoadmodjo, 2007). Sikap dapat

merupakan suatu pengetahuan, tetapi yang disertai kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan itu (Sobur, 2011).

2) Komponen Sikap

Menurut Notoadmodjo (2003), ada 3 komponen sikap yaitu sebagai

berikut :

a) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu

objek.

b) Komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi,

individu terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak, kecenderungan untuk bertindak

antara laki-laki dan perempuan berbeda, hal ini dikarenakan

karena perempuan lebih menggunakan intuisinya dalam

bertindak dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih banyak

memilih dalam setiap tindakannya dan selalu memikirkan faktor

risiko dari perbuatannya sehingga kecenderungan untuk

bertindakpun tidak seagresif kaum laki-laki. Laki-laki cenderung

29
menggunakan emosionalnya disbanding intuisinya tanpa

memikirkan risiko yang ditimbulkan dari tindakannya.

3) Tingkat Sikap

Menurut Notoadmodjo (2003), sikap terdiri berbagai tingkatan

yaitu sebagai berikut :

a) Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan oleh suatu objek.

Misalnya sikap seseorang bersedia menerima informasi ketika

diberi ceramah-ceramah mengenai materi tersebut.

b) Merespons (responding)

Merespons diartikan bahwa seseorang memberikan jawaban

ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan suatu tugas

yang diberikan adalah indikasi dari suatu sikap.

c) Menghargai (validating)

Mengahragai merupakan tindakan seseorang untuk mengajak

orang lain untuk mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko yang merupakan tingkatan sikap yang

paling tinggi.

30
2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi

a. Umur

Kekenusa (2013) menyatakan bahwa Diabetes Mellitus tipe 2 bisa

terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah

usia 30 tahun. Masyarakat yang merupakan kelompok berisiko tinggi

menderita Diabetes Mellitus salah satunya adalah mereka yang berusia

lebih dari 45 tahun. Prevalensi Diabetes Mellitus akan semakin meningkat

seiring dengan makin meningkatnya umur, hingga kelompok usia lanjut

b. Genetik

Diabetes Mellitus berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor

mental, penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi

familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2

akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara

kandung mengalami penyakit Diabetes Mellitus (Fatimah, 2015).

c. Jenis kelamin

Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada

laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap penyakit Diabetes Mellitus

karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa

tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,

menunjukkan prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia membesar

sampai 57% pada tahun 2012 angka kejadian Diabetes Mellitus di dunia

adalah sebesar 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian Diabetes Mellitus

31
tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita Diabetes Mellitus

dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita Diabetes Mellitus tipe 1.

32
D. KERANGKA TEORI

Usia
Faktor yang tidak
Jenis kelamin
dapat dimodifikasi
Genetik

Pengetahuan

Obesitas
Upaya 1. Diet gizi
Aktivitas fisik
Faktor yang dapat pengendalian seimbang
Pola makan 2. Kontrol kadar
dimodifikasi Gaya hidup Diabetes Mellitus
Stress gula darah
Hipertensi tipe 2
3. Pengendalian
Stress

Gambar 1. Kerangka Teori Sikap

33
E. KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan

Upaya Pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta

Sikap

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. HIPOTESIS

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pengendalian pada

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta

2. Ada hubungan antara sikap dengan upaya pengendalian pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2 di Surakarta

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan

metode penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross-sectional,

yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara variabel

bebas (pengetahuan dan sikap) dengan variabel terikat (upaya pengendalian

Diabetes Mellitus tipe 2) di Surakarta dalam satu waktu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2021

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pajang, Puskesmas

Penumping, Puskesmas Sibela, Puskesmas Sangkrah dan Puskesmas

Gilingan di Surakarta. Alasan pemilihan tempat ini karena menurut data

prevalensi tertinggi berada di wilayah tersebut.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek/elemen/unit/anggota/item dari

sebuah riset yang berada dalam wilayah penelitian (Murti, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Diabetes

35
Mellitus tipe 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pajang,

Puskesmas Penumping, Puskesmas Sibela, Puskesmas Sangkrah dan

Puskesmas Gilingan di Surakarta, pada bulan April-Juni 2020 sebanyak

1.297 orang.

2. Sampel Penelitian

a. Jumlah Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian populasi yang akan

diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Hidayat, 2007). Untuk menentukan besar sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel

minimal untuk proporsi pada populasi menurut Lemeshow, dkk

(1997), yaitu :

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

N : Jumlah populasi

p : Proporsi kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 (0,660

berdasarkan Dewi, (2013))

d : Derajat kesalahan (5%)

Z1-α/2 : Z score (1,96)

Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat diketahui perhitungan

jumlah sampel minimal dalam penelitian ini, yaitu :

36
(1,96)2 . 0,163(1−0,837) 1297
n=
0,052 ( 1297−1 )+(1,96)2 .0,163(1−0,163)

697,77
¿
3,76

¿ 180,79

¿ 181

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh jumlah sampel

minimal dalam penelitian ini adalah 181 responden penderita Diabetes

Mellitus tipe 2. Mengantisipasi efek non-respons, maka jumlah sampel

minimal yang diperlukan harus dikalikan dengan faktor non-respons

dengan rumus sebagai berikut :

1
q=
1−f

1
¿
1−0,1

1
¿
1−0,9

q=1,11

n=q x jumlah sampel minimal

¿ 1,11 x 181

¿ 201

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka jumlah sampel

keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 181

37
responden. Namun peneliti ingin menggunakan sampel sebanyak 201

responden.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel kasus pada penelitian ini

menggunakan teknik Propotional Stratified Sampling. Pada penelitian

ini pengambilan sampel melalui proses pembagian strata pada wilayah

kerja Puskesmas Pajang, Puskesmas Penumping, Puskesmas Sibela,

Puskesmas Sangkrah dan Puskesmas Gilingan. Penentuan jumlah

sampel setiap strata dihitung dengan menggunakan rumus:

populasi penderita pada tiap puskesmas X jumlah sampel


N=
jumlah populasi keseluruhan

Penggambilan sampel seperti pada tabel berikut:

Tabel 2. Besar Sampel

No. Puskesmas Populasi penderita Jumlah sampel

yang dibutuhkan
1. Gilingan 183 28
2. Pajang 515 80
3. Penumping 31 5
4. Sangkrah 478 74
5. Sibela 90 14
1.297 201
Dalam penelitian ini terdapat kriteria sampel yang meliputi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut

menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut dapat digunakan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Kriteria inklusi

a) Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 selama ≥ 6 bulan dari

pengambilan data

38
b) Bersedia menjadi responden

c) Mampu mengoperasikan smartphone

d) Mampu berkomunikasi dengan baik

2) Kriteria eksklusi

a) Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan komplikasi

b) Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan alamat luar

wilayah kerja puskesmas

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

a. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pengetahuan dan sikap penderita Diabetes Mellitus tipe 2

b. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah

upaya pengendalian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2

2. Definisi Operasional Variabel

b. Pengetahuan

1) Definisi : Pemahaman responden mengenai informasi mengenai

penyakit Diabetes Mellitus yang meliputi penyebab diabetes,

tipe/jenis diabetes, manajemen diri, komplikasi diabetes melitus,

dan pengendalian penyakit Diabetes Mellitus

2) Kategori :

39
a) Pengetahuan kurang, apabila total skor < mean jika data

berdistribusi normal atau total skor < median jika data

berdistribusi tidak normal.

b) Pengetahuan baik, apabila total skor ≥ mean jika data

berdistribusi normal atau total skor ≥ median jika data

berdistribusi tidak normal (Arikunto, 2010).

3) Alat ukur : Kuesioner

4) Skala : Ordinal

c. Sikap

1) Definisi : Tanggapan atau reaksi responden pasien Diabetes

Mellitus tipe 2 terhadap penyakit Diabetes Mellitus yang

menunjukkan reaksi terhadap pengendalian Diabetes Mellitus

2) Kategori

a) Sikap positif, apabila total skor ≥ mean jika data berdistribusi

normal atau total skor ≥ median jika data berdistribusi tidak

normal.

b) Sikap negatif, apabila total skor < mean jika data berdistribusi

normal atau total skor < median jika data berdistribusi tidak

normal.

3) Alat ukur : Kuesioner

4) Skala : Ordinal

d. Upaya Pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2

40
1) Definisi : Usaha dan cara penderita Diabetes Mellitus tipe 2 untuk

menekan, mengurangi faktor risiko yang ditimbulkan penyakit

Diabetes Mellitus tipe 2 melalui upaya pengendalian diet gizi

seimbang

2) Kategori :

a) Kurang, apabila total skor ≥ mean jika data berdistribusi

normal atau total skor ≥ median jika data berdistribusi tidak

normal.

b) Baik, apabila total skor < mean jika data berdistribusi normal

atau total skor < median jika data berdistribusi tidak normal

3) Alat ukur : Kuesioner

4) Skala : Ordinal

E. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif yang diperoleh dari data Diabetes Melitus yang ada di

puskesmas Kota Surakarta.

2. Sumber data

a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari responden yang dilakukan

menggunakan teknik wawancara menggunakan instrumen kuesioner

google form yang meliputi data tentang pengetahuan dan sikap

penderita Diabetes Mellitus tipe 2.

41
b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan

Puskesmas yang berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota

Surakarta berupa daftar jumlah pasien yang terkena penyakit

diabetes melitus di Kota Surakarta di 5 puskesmas meliputi

Puskesmas Pajang, Puskesmas Penumping, Puskesmas Penumping,

Puskesmas Sibela, Puskesmas Sangkrah dan Puskesmas Gilingan.

3. Cara pengumpulan data

a. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis (Arikunto, 2013). Instrumen penelitian

ini berupa kuesioner untuk mengukur hubungan pengetahuan dan

sikap dengan upaya pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2 di

Surakarta.

b. Instrumen pengumpulan data

1) Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur

atau instrumen itu benar-benar mengukur apa yang seharusnya

diukur (Notoadmodjo, 2012). Uji validitas digunakan untuk

mengetahui kelayakan pertanyaan dalam mendefinisikan suatu

variabel. Uji validitas dilakukan pada setiap pertanyaan

kuesioner. Hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel dimana df

42
= n-2 dengan signifikansi 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid

(Suyono, 2013). Teknik korelasi yang digunakan adalah

pearson product moment.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang

sama (Notoadmodjo, 2012). Uji reliabilitas dapat dilakukan

secara bersama-sama terhadap seluruh pertanyaan. Jika nilai α >

0,60 maka reliable (Saryono, 2013). Uji reliabilitas

menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan membagikan

kuesioner dalam bentuk e-formulir kepada seluruh responden yang

diharapkan mampu untuk mengakses dan mengisi formulir yang

disediakan. Jika terdapat responden yang tidak memahami

pengisian formulir, maka pengambilan data akan dilakukan melalui

telepon atau melalui wawancara langsung ke responden.

F. Langkah – Langkah penelitian

1. Tahap persiapan

43
a. Peneliti melakukan permohonan izin di program studi Kesehatan

Masyarakat FIK UMS

b. Peneliti melakukan permohonan izin di instansi terkait untuk

melakukan penelitian.

c. Peneliti melakukan survey pendahuluan yang sudah di lakukan di

Dinas Kesehatan Surakarta.

d. Peneliti melakukan survey pendahuluan yang sudah dilakukan di

Puskesmas Panjang, Puskesmas Penumping, Puskesmas Sibela,

Puskesmas Sangkrah dan Puskesmas Gilingan.

e. Peneliti menentukan masalah berdasarkan survey pendahluan yang

sudah di lakukan di Puskesmas Pajang, Puskesmas Penumping,

Puskesmas Sibela, Puskesmas Sangkrah, Puskesmas Gilingan dan

Dinas Kesehatan Surakarta.

f. Peneliti menyusun proposal penelitian serta dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing.

g. Proposal yang sudah disetujui oleh dosen pembimbing, kemudian

peneliti melakukan seminar proposal.

h. Peneliti melakukan revisi proposal penelitian.

i. Peneliti mempersiapkan alat ukur yang dibutuhkan

3. Tahap pelaksanaan

44
a. Peneliti melakukan permohonan izin di di wilayah Kerja Puskesmas

Pajang, Puskesmas Penumping, Puskesmas Sibela, Puskesmas

Sangkrah Dan Puskesmas Gilingan untuk melakukan penelitian.

b. Datang ke di wilayah kerja Puskesmas Pajang, Puskesmas

Penumping, Puskesmas Sibela, Puskesmas Sangkrah Dan Puskesmas

Gilingan untuk memperoleh data.

c. Peneliti mengambil informasi secara lengkap dengan menggunakan

metode wawancara alatnya kuesioner kepada responden.

d. Mendokumentasikan kegiatan penelitian yang sedang dilakukan.

e. Mengumpulkan dan memeriksa hasil pengumpulan data.

4. Tahap penyelesaian

a. Melakukan pengolahan data penelitian yang meliputi entry data,

editing, scring, coding, dan tabulating menggunakan software spss.

b. Menganalisis pengaruh dari masing-masing variabel yang diteliti

c. Menyusun hasil penelitian dan mencari referensi tambahan yang

relevan dengan hasil penelitian

d. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian

e. Ujian skripsi dan penyerahan laporan.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer

meliputi tahapan sebagai berikut:

45
1. Editing, yaitu kegiatan memeriksa validitas data yang masuk seperti

memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban,

konsistensi antar jawaban, relevansi jawaban, dan keseragaman suatu

perhitungan.

2. Scoring, yaitu dengan memberikan skor pada jawaban pertanyaan dari

setiap variabel yang diteliti.

3. Coding, yaitu kegiatan pemberian tanda dari data dan jawaban menurut

kategori masing–masing sehingga memudahkan mengelompokkan data.

a. Pengetahuan

Kode 1 : Baik

Kode 2 : Cukup

Kode 3 : Kurang

b. Sikap

Kode 1 : Positif

Kode 2 : Negatif

c. Upaya Pengendalian Diabetes Mellitus

Kode 1 : Baik

Kode 2 : Kurang baik

4. Entry data, yaitu kegiatan memasukkan data yang telah didapat ke dalam

program komputer yang telah ditetapkan.

5. Tabulating, yaitu kegiatan pengelompokkan jawaban dengan cara yang

diteliti dan teratur, kemudian dihitung dan dijumlah beberapa banyak

item yang termasuk dalam satu kategori.

46
H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang akan diteliti berupa

presentase maupun frekuensi. Analisis ini dilakukan untuk

mendeskripsikan variabel pengetahuan sikap penderita yang mengalami

Diabetes Mellitus tipe 2. Pada penelitian ini yang akan dianalisis

univariat adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, kadar gula darah,

aktivitas fisik, konsumsi karbohidrat, konsumsi serat, obesitas, dan

kepatuhan pengobatan.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan pada setiap hubungan

variabel bebas dan terikat, yaitu hubungan antara pengetahuan dan sikap

penderita Diabetes Melitus dengan upaya pengendalian Diabetes

Mellitus tipe 2. Analisis bivariat dilakukan pada variabel bebas dan

variabel terikat dengan menggunakan uji statistik berdasarkan skala

yang ada. Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji Chi-Square.

Namun, apabila uji statistik Chi-Square tidak memungkinkan

dikarenakan nilai α > 25%, maka akan menggunakan alternatif uji

statistik Fisher Exact. Analisis data menggunakan software computer

dengan tingkat signifikan α = 0,05 dan taraf kepercayaan (CI) 95%

sehingga akan diketahui bahwa:

47
a. H0 ditolak jika p-value < 0,05 (CI) 95%, maka ada hubungan yang

signifikan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

b. H0 diterima jika p-value ≥ 0,05 (CI) 95%, maka tidak ada hubungan

yang signifikan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

3. Koefisien Kontingensi

Berdasarkan Susila dan Suyatno (2015) keeratan hubungan variabel

bebas dengan variabel terikat pada uji Chi-Sqare dapat dilihat melalui

Koefisien Kontingensi, dengan rumus:

Keterangan:

C : Koefisien kontingensi

X2 :
X2 hitung

N : Jumlah sampel

Arah hubungan antarvariabel dapat diketahui dari hasil korelasi

positif atau negatif. Apabila terdapat korelasi positif, maka memiliki

hubungan yang searah. Sedangkan apabila terdapat korelasi negatif,

maka memiliki hubungan yang berlawanan arah (Santoso, 2010).

48
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, F.(2013). Kesehatan Masyarakat Edisi 1. Jakarta: Grafindo.

American Diabetes Association (ADA). (2011). Diagnosis and Classification of


Diabetes Mellitus. Diabetes Care Volume 37, Supplement 1.

American Institute of Stress. (2010). Stress, Definition of Stressor, and What is


Stress?. USA: AIS.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.

Corwin EJ. (2009). Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta: EGC. 842p.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pengendalian Diabetes Mellitus dan Penyakit


Metabolik, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta.

Dewi, P.R. (2013). Faktor Risiko Perilaku yang Berhubungan dengan Kadar
Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten
Karanganyar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 2 No.1. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Dewi RK. (2014). Diabetes Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: F Media.

Dinas Kesehatan Surakarta. (2018). Profil Kesehatan Kota Surakarta. Profil


Kesehatan Kota Surakarta, 6-7.

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Mellitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

Fever JL. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta:


EGC.

Hanum, N.N. (2013). Hubungan Kadar Glukosa Darah Sewaktu dengan Profil
Lipid pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Cilegon Periode Januari-April 2013. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

International Diabetes Federation. (2017). Annual Report. Eight edition 2017.

Isniati. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus


dengan Keterkendalian Gula Darah di Poliklinik RS Perjan dr. Djamil
Padang tahun 2003, Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, 1(2).
Katzung B.G. (2007).Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston :
McGraw Hill.

Kekenusa J. (2013). Analisis Hubungan AntaraUmur dan Riwayat Keluarga


Menderita Diabetes Mellitus dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2
pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal Kesehatan. Manado: Universitas Sam
Ratulangi.

Kementrian Kesehatan. (2010). Infodatin-Diabetes.Pdf. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar dalam Angka Tahun 2018
Provinsi Jawa Tengah. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes, Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, p.2.doi:24427659.

Lameshow, S., Hosmer Jr, D.W., Klar, J., and Lwanga, S.K. (1997). Adequacy of
sample size in health studies. 36–40.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus: Ulcer, Infeksi, Ganggren. Jakarta:
Penerbit Populer Obor.

Notoadmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoadmodjo. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Perdana, A. A., Ichsan, B., & Rosyidah, D. U. (2013). Hubungan Tingkat
Pengetahuan tentang Penyakit DM dengan Pengendalian Kadar Glukosa
Darah pada Pasien DM tipe II di RSU PKU Muhammadiyah Surakarta.
Biomedika 5, no. 2 (2013).

Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe


2 di Indonesia 2015: PB Perkeni.

Smeltzer SC, Bare BC. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi ke-8.Jakarta : EGC.

Sobur A. (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

1
Santoso, Singgih. (2010). Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT. Elexmedia
Komputindo

Sari N. (2012). Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saryono. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang


Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sulistyoningsih. (2012).Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Graha Ilmu.

Sustrani L. 2006. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Suyono, S. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI.


Tambayong. (2014). Faktor Risiko Kejadian DM Tipe 2 pada Wanita di
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Skripsi : Universitas
Islam Syarif Hidayatullah.

Tandra H. 2013. Life Healthy with Diabetes-Diabetes Mengapa & Bagaimana?.


Yogyakarta: Rapha Publishing.

Ucik W, Setyaningrum R, Siti Z. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan,


Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar Glukosa pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi,
vol. 10, No. 2; 130-132.

Waspadji S. (2009). Komplikasi Kronik Diabetes, Mekanisme Terjadinya,


Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp.
1884-88.

World Health Organization. (2016). Global Report on Diabetes, Isbn, 978,


p.88.doi:ISBN 9789241565257.

World Health Organization. (2017). Diabetes. Available at:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/.

2
Lampiran 1. Informed Consent

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Berikut ini merupakan pernyataan yang berkaitan dengan penelitian


mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang berjudul "Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan
Upaya Pengendalian pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Surakarta"
yang dilakukan oleh:

Nama : Nada Ishlahati Irning Putri

NIM : J410170111

Setelah dijelaskan bahwa jawaban dalam kuesioner ini bersifat sukarela


dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama :

No. Telp :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk berperan serta menjadi


subjek penelitian dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang
diperlukan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Surakarta, ........................ 2020

Peneliti, Responden,

(Nada Ishlahati I.P) _____________

3
Lampiran 2. Kuesioner

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN UPAYA


PENGENDALIAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
SURAKARTA

Nomor Responden : …………………………………………………………..

Tanggal Wawancara : …………………………………………………………..

Nama Puskesmas : …………………………………………………………..

Petunjuk Pengisian :

1. Isi kuesioner dengan jujur;


2. Isi kuesioner sesuai dengan jawaban responden dan hasil pengukuran.
3. Berilah tanda (√) pada pilihan jawaban yang sesuai.
4. Jawablah semua pertanyaan jangan sampai ada yang terlewat.

A. Identitas Responden
1. Nama : ……………………………………………………………
2. Umur : ……………………………………………………………
3. Pendidikan : □ Tidak Sekolah □ SD □ SMP □ SMA □ Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan : □ Peg. Swasta □ Wiraswasta □ Tidak Berkerja
□ PNS □ Petani □ Buruh □ Lainnya……………………..

5. Alamat : …………………………………………………………...
6. Pendapatan per bulan : …………………………………………………...
7. Diagnosis pertama : …………………………………………………...

4
B. Kadar Gula Darah

Hasil
Kadar Gula Darah Sewaktu mg/dl
Kategori Kadar Gula Darah, yaitu :
1. Tidak Normal : ≥ 200 mg/dl
2. Normal : < 200 mg/dl

C. Pengetahuan

Tidak
No. Pernyataan Ya Tidak
Tahu
Makan terlalu banyak gula dan makanan
1. manis lainnya merupakan penyebab
diabetes
Penyebab umum diabetes adalah kurangnya
2.
insulin yang efektif dalam tubuh.
Diabetes disebabkan karena kegagalan
3. ginjal mencegah gula masuk ke dalam
kencing.
4. Ginjal memproduksi insulin.
Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah
5.
gula dalam darah biasanya meningkat.
Jika saya menderita diabetes, anak-anak
6. saya berpeluang lebih besar menderita
diabetes juga.
7. Diabetes dapat disembuhkan.
Kadar gula darah puasa 210 adalah terlalu
8.
tinggi.
Cara terbaik untuk memeriksa diabetes
9.
adalah dengan tes kencing.
Olah raga teratur akan meningkatkan
10. kebutuhan atas insulin atau obat diabetes
lainnya.
Ada dua jenis utama diabetes: Tipe 1
11. (tergantung pada insulin) dan Tipe 2 (tidak
tergantung pada insulin)
Insulin bekerja disebabkan karena makan
12.
terlalu banyak.

5
Obat lebih penting daripada diet dan olah
13.
raga untuk mengendalikan diabetes.
Diabetes sering menyebabkan peredaran
14.
darah yang tidak baik.
Luka dan lecet pada penderita diabetes
15.
sembuhnya lebih lama.
Penderita diabetes harus sangat berhati-hati
16.
saat memotong kuku kaki.
Penderita diabetes harus membersihkan
17.
luka dengan yodium (betadine) dan alkohol
Cara memasak makanan sama pentingnya
18. dengan makanan yang dimakan oleh
penderita diabetes.
19. Diabetes dapat merusak ginjal.
Diabetes dapat menyebabkan mati rasa
20.
pada tangan, jari-jari dan kaki.
Gemetaran dan berkeringat merupakan
21.
tanda tingginya kadar gula darah.
Sering kencing dan haus merupakan tanda
22.
rendahnya kadar gula darah.
Kaos kaki yang ketat boleh dipakai oleh
23.
penderita diabetes.
Diet diabetes sebagian besar terdiri dari
24.
makanan-makanan khusus.

D. Sikap

No. Pernyataan Sangat Tidak Netral Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju
Setuju
1. Diabetes adalah hal
terburuk yang pernah
terjadi pada saya.
2. Kebanyakan orang sulit
menyesuaikan diri dengan
diabetes.
3. Saya sering merasa malu
karena menderita diabetes.
4. Diberitahu bahwa saya
menderita diabetes sama

6
saja dengan dihukum
penyakit seumur hidup.
5. Kadang saya berpikir
bahwa ini tidak adil karena
saya menderita diabetes,
sedangkan teman-teman
6. Berbicara kepada dokter
tentang diabetes biasanya
membuat saya merasa lebih
baik.
7. Diabetes sebenarnya bukan
suatu masalah karena dapat
dikendalikan.
8. Saya merasa memiliki
hubungan yang baik dengan
dokter.
9. Saya percaya sudah
menyesuaikan diri dengan
baik terhadap diabetes.
10. Saya tidak suka disebut
dengan “orang dengan
diabetes”.
11. Saya berusaha untuk tidak
membiarkan orang-orang
mengetahui diabetes
melitus saya.
12. Saya merasa tidak ada
orang yang dapat saya ajak
bicara secara terbuka
tentang diabetes saya.
13. Secara umum, dokter perlu
jauh lebih bersimpati
terhadap perawatan
penderita diabetes.
14. Kebanyakan dokter benar-
benar tidak mengerti
bagaimana rasanya
menderita diabetes.
15. Saya tahu sebanyak yang
perlu saya ketahui tentang
diabetes.
16. Saya suka bercerita jika
diabetes saya sudah
terkendali dengan baik.
17. Menderita diabetes berarti
bertanggung jawab atas

7
perawatan diri sendiri.
18. Saya merasa cukup mampu
merawat diabetes dengan
sedikit bantuan dari luar.
19. Tidak banyak yang dapat
saya lakukan karena
menderita diabetes.

E. UPAYA PENGENDALIAN DIABETES MELLITUS


Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan
tanda cek list (√) pada kolom
Keterangan : Selalu (dilakukan setiap hari)
Sering (dilakukan setidaknya 4-6 kali dalam seminggu)
Jarang (dilakukan setidaknya 1-3 kali dalam seminggu)
Tidak Pernah (tidak pernah dilakukan)

1. Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah


1 Saya makan tepat waktu
sesuai jadwal makan yang
sudah dikonsultasikan ke
dokter, perawat atau
petugas kesehatan lain
2 Saya makan makanan
sesuai dengan anjuran
dokter, perawat dan
petugas kesehatan lain
3 Saya tidak makan
makanan yang
mengandung banyak
lemak seperti santan,
makanan cepat saji dan
goring-gorengan
4 Saya tidak menggunakan
pemanis khusus untuk
penderita diabetes seperti
gula jagung saat ingin
mengonsumsi makanan
dan minuman manis
5 Saya makan lebih dari tiga

8
kali sehari
6 Saya tidak mengonsumsi
sayur dan buah sesuai
dengan saran yang
dianjurkan oleh dokter
atau perawat setiap hari
7 Saya lupa diet saat
menghadiri pesta dengan
makan makanan dan
minuman sesuka hati
8 Saya ikut makan masakan
keluarga walaupun
bertentangan dengan diet
saya

Anda mungkin juga menyukai