Anda di halaman 1dari 15

KANKER

SERVIKS

Here is where our


presentation begins
KELOMPOK 4

Najma Nicety (J410170058)


Tunjung Tri Agita (J410170060)
Iqo Rofikoh (J410170066)
Reliza Octariviani Z (J410170146)
Shinta Listyaningrum (J410170168)
PERNYATAAN KASUS
Ny. W usia 42 tahun pergi ke dokter dengan alas an mengalami beberapa kali
perdarahan setelah senggama. Dokter menganjurkan untukt es dan setelah
beberapa waktu hasilnya diketahui adanya keganasan pada leher Rahim dan
sudah memasuki stadium II. Ny. W menikah pada usia 18 tahun, kemudian
bercerai 2 tahun kemudian. Saat usia 22 tahun Ny. W menikah kembali dan
memiliki 2 orang anak setelah itu bercerai kembali. Ny. W menikah lagi pada usia
30 tahun dan memiliki 3 orang anak. Berdasarkan anamnesis dokter, diketahui Ny.
W merupakan pengguna kontrasepsi Oral dari sejak memiliki anak pertama. Ny W
diketahui pernah menderita salah satu infeksi menular seksual. Ny.W juga pernah
menjadi perokok aktif selama 3 tahun setelah perceraian yang ke-dua. Dalam 5
tahun terakhir, kasus kejadian serupa dengan Ny. Z dialami 13 wanita dari 10.000
wanita setiap tahunnya. Dokter di rumah sakit menyatakan ada vaksinasi yang
sebenarnya dapat mencegah kejadian penyakit yang dialami Ny. Z dan ada
beberapa tindak deteksi dini penyakit agar lebih dapat ditangani penyakitnya.
SASARAN BELAJAR
01 02 03
Mahasiswa memahami Mahasiswa memahami Mahasiswa memahami
pengertian kanker serviks etiologi kanker serviks faktor risiko kanker
serviks

04 05 06
Mahasiswa memahami Mahasiswa mengetahui Mahasiswa mengetahui
penanggulangan hubungan antara hubungan antara
kanker serviks infeksi menular penggunaan
seksual dengan kontrasepsi oral
kejadian kanker dengan kejadian
serviks kanker serviks.
07 08 09
Mahasiswa mengetahui Mahasiswa mengetahui Mahasiswa mengetahui
hubungan antara hubungan antara hubungan antara
merokok dengan usia saat pertama bergonta-ganti
kejadian kanker kali menikah dengan pasangan seksual
serviks. kejadian kanker dengan kejadian
serviks. kanker serviks.

10 11
Mahasiswa mengetahui Mahasiswa mengetahui
hubungan antara hubungan antara
usia saat hamil paritas dengan
dengan kejadian kejadian kanker
kanker serviks. serviks.
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Pengertian
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga
bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri
eksternum. Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini terjadi saat ada sel-
sel di leher rahim alias serviks yang tidak normal, dan berkembang terus dengan tidak terkendali. Sel-sel abnormal
ini dapat berkembang dengan cepat, sehingga mengakibatkan tumbuhnya tumor pada serviks. Tumor yang ganas
ini kemudian akan berkembang dan menjadi penyebab kanker serviks.

2. Klasifikasi Histopatologi
Secara histopatologi, kanker serviks terdiri atas berbagai jenis. Dua bentuk yang sering dijumpai adalah
karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Sekitar 85% merupakan karsinoma serviks jenis skuamosa
(epidermoid), 10% jenis adenokarsinoma, serta 5% adalah jenis adenoskuamosa, clear cell, small cell, verucous,
dan lain-lain.

3. Penyebab
a. Human Papilloma Virus (HPV)
Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab neoplasia
servikal. Karsinogenesis pada kanker serviks sudah dimulai sejak seseorang terinfeksi HPV yang merupakan
faktor inisiator dari kanker serviks yang menyebabkan terjadinya gangguan sel serviks.
b. Virus Herpes Simpleks
Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2 (HPV-2) belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi
insitu telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks
4. Faktor Resiko

Faktor Risiko yang telah dibuktikan

Hubungan Seksual Karakteristik Partner


Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita Sering menjalani seks aktif dengan partner yang
dengan partner seksual yang banyak dan melakukan seks berulang kali dan partner dari pria
wanita yang memulai hubungan seksual pada dengan kanker penis atau partner dari pria yang
usia muda (<18 thn) akan meningkatkan risiko istrinya meninggal terkena kanker serviks juga
terkena kanker serviks akan meningkatkan risiko kanker serviks.
Riwayat Ginekologis
Dietilstilbesterol (DES)
Hamil di usia muda dan jumlah kehamilan Hubungan antara clear cell
atau manajemen persalinan yang tidak tepat adenocarcinoma serviks dan
dapat pula meningkatkan risiko. paparan DES in utero telah
dibuktikan

Merokok Lain-lain

Bahan karsinogenik spesifik dari Infeksi trikomonas, sifilis, dan


tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari gonokokus ditemukan berhubungan
mulut rahim pada wanita perokok. dengan kanker
Faktor Risiko yang Diperkirakan

Kontrasepsi Oral Diet


Risiko non invasif dan invasif Diet rendah karotenoid dan
kanker serviks telah defisiensi asam folat
menunjukkan hubungan juga dimasukkan dalam
dengan kontrasepsi oral. faktor risiko kanker
serviks.

Etnis dan Faktor Sosial Pekerjaan

Di Amerika Serikat, ras negro, hispanik, dan Diperkirakan bahwa paparan


wanita Asia memiliki insiden kanker bahan tertentu dari suatu
serviks yang lebih tinggi daripada wanita pekerjaan (debu, logam,
ras kulit putih. Wanita di kelas bahan kimia, tar, atau oli
sosioekonomi yang paling rendah memiliki
mesin) dapat menjadi faktor
faktor risiko lima kali lebih besar daripada
risiko kanker serviks.
wanita di kelas yang paling tinggi
5. Data Statistik Kanker Serviks
Di Indonesia angka kejadian kanker menempati urutan no 8 di Asia Tenggara dan no 3 Di Asia. Kanker serviks
menempati urutan kedua setelah kanker payudara yang paling banyak dijumpai pada wanita Indonesia. Data Kemenkes per
31 Januari 2019, angka kejadian kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per
100.000 penduduk, artinya hampir 50% penderita kanker serviks berakhir dengan kematian.

6. Pencegah
a. Test PAP
● Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko Sedang
Hasil tes PAP yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas
petunjuk dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan seksual yang level aktivitasnya tidak diketahui),
dianjurkan untuk melakukan tes PAP tiap tahun.
● Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko Tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner (multipel partner)
seharusnya melakukan tes PAP tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat
diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit
seksual berulang.
b. Test IVA
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2 %) dan larutan iosium lugol pada serviks
dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna putih
dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona transformasi.
c. Pencegahan Primer
1) Menunda Onset Aktivitas Seksual
2) Penggunaan Kontrasepsi Barier
3) Penggunaan Vaksinasi HPV
PEMBAHASAN
1. Hubungan antara infeksi menular seksual 2. Hubungan antara penggunaan kontrasepsi
dengan kejadian kanker serviks oral dengan kejadian kanker serviks
Damayanti (2013) ada hubungan antara penyakit Penelitian Musfirah (2018) menyatakan hasil uji
menular seksual dengan kejadian kanker serviks (p statistik dengan nilai Odds Ratio diperoleh nilai OR=
value = 0,042, OR = 1,894). Sejalan dengan penelitian 2,161 Karena OR > 1, maka penggunaan kontrasepsi
Parwati dkk (2015) ada hubungan antara riwayat oral merupakan faktor risiko kejadian kanker serviks.
infeksi menular seksual dengan kejadian kanker Sebaliknya, penelitian Wulandari (2016)
serviks dengan p value 0,001 dan OR = 6,6. menunjukkan tidak adanya hubungan penggunaan
Sedangkan penelitian Yuniar dkk (2009) tidak ada kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks (p
hubungan antara faktor riwayat penyakit menular value = 0,626) dengan OR 1,3008 (CI 0,611 – 2,771).
seksual dengan kejadian kanker servik. Angka besar risiko tersebut tidak bermakna secara
Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan epidemiologi. Hal ini berarti penggunaan kontrasepsi
seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV oral >5 tahun tidak meningkatkan risiko kanker
diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker serviks. Penelitian yang lain menunjukkan hasil
serviks sehingga wanita yang mempunyai riwayat berbeda dengan penelitian ini. Penelitian yang
penyakit kelamin berisiko terkena kanker serviks. dilakukan Paramita et al. (2010), menunjukkan
bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
selama 5-25 tahun lebih berisiko menderita kanker
serviks 4,17 kali bila dibandingkan dengan yang
mneggunakan kontrasepsi oral selama 1-4 tahun
ataupun yang tidak pernah menggunakan
kontrasepsi oral.
3. Hubungan antara merokok dengan kejadian 4. Hubungan antara usia saat pertama kali
kanker serviks. menikah dengan kejadian kanker serviks.
Berdasarkan penelitian Nurlelawati dkk (2018), ada Chandrawati (2016) dalam penelitiannya didapatkan
hubungan antara merokok dengan kejadian kanker hubungan antara usia menikah dengan kejadian
serviks (p value = 0,018, OR 0,309) yang artinya kanker serviks (p-value=0,000; OR=2,330). Penelitian
kejadian kanker serviks dengan pasien yang Darmayanti dkk (2015) menunjukan adanya
merokok mempunyai kemungkinan 0,309 kali untuk hubungan antara umur awal hubungan seksual <20
terkena kanker serviks. Parwati dkk (2015) tahun dengan kejadian kanker serviks (p = 0,001)
mendapatkan bahwa ada hubungan antara paparan dengan OR 4,5. Penelitian Aziyah dkk (2018)
asap rokok dengan kejadian kanker serviks p value menyatakan hal serupa dimana didapatkan p value
0,048 dan OR = 1,9. Penelitian Lestari (2019) dengan sebesar 0,001 dan OR= 4,56. Begitu juga dengan
P.value = 0,000 disimpulkan bahwa ada hubungan penelitian yang dilakukan Wulandari (2016)
antara merokok dengan kejadian kanker leher rahim. menghasilkan p value 0,045 dengan OR 2,319.
Dengan OR = 4,190 dengan demikian dapat Menurut pendapat Savitri (2015) bahwa sebelum
disimpulkan bahwa ibu yang memiliki kebiasaan usia 20 tahun organ reproduksi wanita belum
merokok memiliki peluang mengalami kanker leher memiliki tingkat kematangan yang sesuai. Hal
rahim 4,190 kali lebih besar dibandingkan dengan tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
ibu yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Ini antara umur pertama kali melakukan hubungan
disebabkan karena dalam rokok terdapat zat seksual dengan kanker servik. Hubungan seksual
karsinogenik yang akan menempel pada lesi serviks yang dilakukan terlalu dini dapat berpengaruh pada
sehingga dapat merusak DNA serviks dan akan kerusakan jaringan epitel serviks atau dinding
memudahkan virus HPV leher rahim sehingga terjadi rongga vagina.
kanker leher rahim. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Yuniar dkk (2009) tidak ada
hubungan antara merokok dengan kejadian kanker
serviks.
5. Hubungan antara bergonta-ganti pasangan 6. Hubungan antara usia saat hamil dengan
seksual dengan kejadian kanker serviks kejadian kanker serviks.
Damayanti (2013) tidak menemukan hubungan yang Penelitian yang dilakukan Wulandari (2016)
bermakna antara berganti pasangan dengan menyatakan adanya hubungan signifikan antara
kejadian kanker serviks. Hal ini bisa saja terjadi usia pertama kali hamil dengan kejadian kanker
apabila pasangan yang berganti pasangan serviks (p value = 0,045) OR sebesar 2,339.
melakukan hubungan seksual dengan cara yang
Wanita yang pertama kali hamil pada usia
aman. Misalnya dengan menggunakan kondom
pubertas atau < 18 tahun berhubungan dengan
sehingga tidak terjadi penularan HPV pada
pasangannya. (Arum, 2009). Yuniar dkk (2009) tidak serviks yang belum matang, selain itu kehamilan
ada hubungan antara faktor sering berganti-ganti berhubungan dengan penurunan imunitas saat
pasangan dengan kejadian kanker serviks. hamil sehingga wanita hamil usia muda lebih
Pada penelitian Chandrawati (2016) Pada peneltian muda terpapar virus HPV dibandingkan mereka
ini didapatkan hubungan antara jumlah pernikahan yang hamil pertama kali pada usia dewasa.
dengan kejadian kanker serviks (p- value=0,000,
OR=6,655). Setiap berhubungan seksual dengan
satu pasangan baru, kesempatan untuk terkena
penyakit akibat hubungan seksual semakin besar.
7. Hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks.
Damayanti (2013) ada hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks (p value =
0,000) dengan OR 3,396. Semakin tinggi risiko menderita kanker serviks pada wanita
dengan banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Sejalan
dengan penelitian Darmayanti (2015) menunjukkan adanya hubungan paritas dengan
kejadian kanker serviks (p = 0,03) dengan OR 3,1. Sementara penelitian yang dilakukan
oleh Yuniar dkk (2009) menyatakan tidak terdapat hubungan antara faktor paritas dengan
kejadian kanker servik. Hal tersebut disebabkan karena banyak responden yang jarang
mengalami persalinan. Apabila seseorang banyak mengalami persalinan maka dapat
menyebabkan jalan lahir menjadi longgar. Selain itu robekan selaput di servik
menyebabkan terbukanya jaringan, sehingga mempunyai kesempatan untuk
terkontaminasi oleh virus yang meyebabkan infeksi. Bakteri tersebut ada karena kondisi
higiene vagina yang tidak terawat.
SEKIAN
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai