Anda di halaman 1dari 125

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS BAKTI JAYA TANGERANG SELATAN

DISUSUN OLEH :
NIKI KARLITA
NIM: 191030100012

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
TAHUN 2023
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN


HIERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS BAKTI JAYA TANGERANG SELATAN

Diajukan untuk memenuhi satu syarat guna memperoleh gelar sarjanan


keperawatan

OLEH :
NIKI KARLITA
NIM : 191030100012

STIkes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :


HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAKTI JAYA
TANGERANG SELATAN
Disusun Oleh :
Nama : Niki Karlita
NIM : 191030100012
Program Studi : SI Keperawatan STIkes Widya Dharma Husada Tangerang
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Skripsi program S.I
Keperawatan STIkes Widya Dharma Husada Tangerang.

Pamulang, 3 Juli 2023

Pembimbing 1, Pembimbing II,

Ns. Riris Andriati,S.Kep.,M.Kep.,Ph.D Ns.Moh.FirmanYudiatma,.S.Kep.,M.Kep

NIDN. 0417108201 NIDN. 0404129303

Mengetahui,
Ketua Program S1 Ilmu Keperawatan

Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0317107603

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAKTI JAYA
TANGERANG SELATAN

Disusun Oleh :

Nama : Niki Karlita


NIM : 191030100012
Program Studi : S1 Keperawatan STIkes Widya Dharma Husada Tangerang
Telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi dan perbaikan sesuai dengan saran Dewan
Penguji serta diperiksa oleh Tim Pembimbing Skripsi Stikes Widya Dharma
Husada Tangerang.

Pamulang , 11 Juli 2023

Penguji 1, Penguji II,

Ns. Ayamah, S.Kep., M.Kep Ns.Moh Firman yudiatma,S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0413087505 NIDN. 0404129303

Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Ns. Riris Andriati.,S.Kep.,M.Kep.,Ph.D


NIDN. 0417108201

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Niki Karlita
NIM : 191030100012
Tempat dan tanggal lahir : Bogor, 21 Januari 2000

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) yang berjudul “Hubungan Pola Makan

Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Bakti Jaya

Tangerang Selatan” adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain, baik sebagian

maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan

sumbernya. Demikian lah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.

Pamulang, 3 Juli 2023


Yang membuat pernyataan

Niki Karlita
NIM. 191030100012

iv
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN STIkes WIDYA DHARMA HUSADA
SKRIPSI, TAHUN 2023

NIKI KARLITA
191030100012

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAKTI JAYA TANGERANG SELATAN

VI Bab + 125 Halaman + 9 Tabel + 3 Bagan + 11 Lampiran

ABSTRAK

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmH. Menurut data WHO 9,4 juta orang meninggal setiap tahun akibat
hipertensi dan komplikasi. Hipertensi terjadi akibat berbagai faktor resiko yang dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi diantaranya umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik,
kebiasaan merokok, konsumsi garam, obesitas, stress, kebiasaan minum-minuman beralkohol, dan
kurangnya aktivitas fisik. Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakatTujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi
pada penderita hipertensi di Puskesmas Bakti Jaya. Metode: Penelitiaan ini merupakan penelitian
kuantitatif yang bersifat korelasi dengan menggunakan desain cross sectional. Populasi yang
digunakan adalah usia dewasa akhir baik laki-laki maupun perempuan yang berumur 36-56 tahun
yang berobat di Puskesmas Bakti jaya Tangerang Selatan dengan kunjungan selama 3 bulan
terakhir yaitu 282 populasi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 165 responden. Hasil
Penelitian: Pola makan dengan kategori buruk sebanyak 109 responden (66.1%) pada kejadian
hipertensi. Menggunakan uji chi square diperoleh nilai p-value 0,010 < 0,05 yang berarti dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa akhir
di Puskesmas Bakti jaya Tangerang Selatan 2023.Saran dari hasil penelitian ini bagi penderita
diharapkan untuk menjaga pola makan yang baik dan sehat guna mencegah terjadinya hipertensi.

Kata Kunci : Pola makan, Kejadian Hipertensi, Penderita Hipertensi


Kepustakaan : 28 (2015-2022)

v
NURSING STUDY PROGRAM STIkes WIDYA DHARMA HUSADA
THESIS, YEAR 2023

NIKI KARLITA
191030100012

RELATIONSHIP BETWEEN HYPERTENSION AT THE BAKTI JAYA HEALTH CENTER,


TANGERANG SELATAN WITH DIET AND HYPERTENSION INCIDENCE IN PATIENTS.

VI Chapters + 125 Pages + 9 Tables + 3 Charts + 11 Attachments

ABSTRACT

Hypertension is an increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and diastolic
blood pressure of more than 90 mmH. According to WHO data, 9.4 million people die every year
from hypertension and complications. Hypertension occurs due to various risk factors that can
cause high blood pressure including age, gender, family history, genetics, smoking habits, salt
consumption, obesity, stress, drinking habits, and lack of physical activity. Diet is an important
behavior that can affect the state of nutrition. This is because the quantity and quality of food and
drink consumed will affect nutrition so that it will affect the health of individuals and society. The
aim of this study was to determine the relationship between diet and the incidence of hypertension
in hypertensive patients at the Bakti Jaya Health Center. Methods: This research is a quantitative
research that is correlational using a cross sectional design. The population used was late
adulthood both men and women aged 36-56 years who were treated at the Bakti Jaya Health
Center in South Tangerang with visits in the last 3 months, namely 282 population. The sample in
this study amounted to 165 respondents. Research Results: Eating pattern with bad category as
many as 109 respondents (66.1%) on the incidence of hypertension. Using the chi square test, a p-
value of 0.010 <0.05 is obtained, which means that there is a relationship between diet and the
incidence of hypertension in late adulthood at the Bakti Jaya Health Center, South Tangerang, in
2023. Suggestion from this research is Eat good and healthy to prevent hypertension.diet and
healthy to prevent hypertension.

Keywords: : Diet, Hypertension Incidence, Hypertension Sufferers


References : 28 (2015-2022)

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas

kehadirat Allah SWT atas Berkat, Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Makan

Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di puskesmas Bakti Jaya

Tangerang Selatan” Tepat pada waktunya. Penulisan Skripsi dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat mengerjakan skripsi untuk mencapai gelar

sarjana Ilmu keperawatan (S.Kep) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIkes)

Widya Dharma Husada Tangerang. Dalam Penyususnan Skripsi ini peneliti

mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan kepada yang terhomat :

1. Dr. Safitri Rahayu, M.A.R.S selaku ketua yayasan Widya Dharma Husada

tangerang.

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Ke., Ph.D. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Widua Dharma Husada Tangerang. sekaligus pembimbing 1.

3. Muhammad Zulfikar Adha, S.KM., M.KI., selaku wakil Ketua 1 Bidang

Akademik STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

4. Siti Novy Romlah S.ST., M.Epid., Ph.D. selaku wakil ketua II Bidang

Administrasi dan keuangan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

5. Ida Listiani, S.ST., M.Kes., selaku wakil Ketua III STIKes Widya Dharma

Husada Tangerang.

vii
6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep selaku ketua Program Studi S1 Keperawatan

dan pendidikan Profesi Ners STIKes Widya Dharma Husada Tangerang.

7. Ns. Moh. Firman Yudhiatama, S.Kep., M.Kep selaku Dosen pembimbing II

yang telah memberikan banyak arahan dalam menyusun Skripsi ini.

8. Ns.Ayamah, S.Kep., M.Kep selaku Dosen penguji I yang telah memberikan

banyak arahan dalam perbaikan Skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan staff tata usaha STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan serta fasilitas dalam

mengikuti pendidikan hingga penyelesaian Skripsi ini.

10. Kepada Kedua Orang tua saya tercinta Bapak saya Mursad dan ibu saya

Sukartini yang selalu memberikan semangat, mendoakan, dan memberi

dukungan motivasi, baik secara materi, tenaga, serta kasih sayangnya tidak

pernah lupa untuk mendoakan saya hingga menjalani jenjang pendidikan ini

dan tidak pernah ada kata lelah untuk selalu mensupport saya dalam keadaan

apapun.

11. Kepada Guru saya KH.Supriadi AM.SE, Ust Hasbullah S.H, Ust Jaelani, Umi

Hj.Ifat Fatimah dan teman sepengabdian saya terima kasih atas motivasi,

dukungan, dan doa-doanya.

12. Kepada sodara saya tersayang Neta martina, Al Basit, Zenika, Nadia terima

kasih atas semua dukungan dan doa-doanya.

13. Kepada Ardiansyah terimakasih atas dukungan dan Motivasi serta doa-doa

Nya.

viii
14. Elna yusrita melliyati, Eli fatmawati, Alma nesa, Lutfi ayu selaku teman

tersayang saya yang telah memberikan doa, support, dan semangat dalam

menyusun skripsi.

15. Teman-teman 8A Keperawatan yang selalu memberikan semangat dan

kebersamaannya selama empat tahun ini.

16. Kepada teman-teman seangkatan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karna itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya.

Pamulang, 3 Juli 2023

Niki Karlita

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Pertanyaan Peneliti ......................................................................... 5
D. Tujuan Peneliti ............................................................................... 5
E. Manfaat Peneliti ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7
A. Konsep Teori .................................................................................. 7
B. Penelitian Terkait ........................................................................... 34
C. Kerangka Teori Penelitian .............................................................. 39

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS3 ............................................................................................. 40
A. Kerangka Konsep ........................................................................... 40
B. Definisi Operasional ....................................................................... 41
C. Hipotesis ......................................................................................... 42

x
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 42
A. Desain Penelitian ............................................................................ 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 44
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 45
D. Instrument dan Cara Pengumpulan Data ........................................ 47
E. Pengolahan dan Analisa Data ......................................................... 51
F. Etika Penelitian .............................................................................. 54

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 57


A. Hasil Penelitian ............................................................................... 57
B. Pembahasan ..................................................................................... 60
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 77

A. Kesimpulan...................................................................................... 77
B. Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 79


LAMPIRAN .............................................................................................. 83

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat diet rendah garam berdasarkan jumlah garam yang dikonsumsi

dalam sehari-hari. ...................................................................................... 9

Tabel 2.2 Kandungan natrium beberapa bahan makanan (mg/100) .......... 10

Tabel 2.3 Kandungan Makanan Tinggi Lemak ......................................... 11

Tabel 2.4 Klasifikasi Hipertensi .................................................................. 17

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 41

Tabel 5.1 Interprestasi Data ........................................................................ 53

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia .................... 57

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.... 58

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan ........ 59

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Hiperetnsi.............. 59

Tabel 5.6 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian hipertensi .................. 60

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ..................................................... 39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ........................................................... 40

Bagan 4.1 Pengumpulan Data ........................................................... 49

xiii
LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat ........................................................................ 83

Lampiran 2 Motto ...................................................................................... 84

Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden .......................................... 85

Lampiran 4 Pernyataan Persetujuan .......................................................... 86

Lampiran 5 Permohonan Izin Penelitian .................................................... 87

Lampiran 6 Balasan Surat Izin Penelitian .................................................. 88

Lampiran 7 Studi Pendahuluan .................................................................. 89

Lampiran 8 Kartu Bimbingan 1.................................................................. 90

Lampiran 9 Kartu Bimbingan 2.................................................................. 91

Lampiran 10 Kuesinoer Penelitian ............................................................. 92

Lampiran 11 Lembar Rekapitulasi ............................................................. 95

Lempiran 12 Hasil Olah Data ..................................................................... 100

Lampiran 13 Daftar Data Penderita Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

...................................................................................................................... 102

Lampiran14 (Dokumentasi Hasil penelitian) ............................................. 107

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah lebih

tinggi dari normal, atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi.

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada sistolik lebih dari 140

mmHg atau lebih dan diastolik lebih dari 90 mmHg atau lebih. (Manik and

Wulandari, 2020). Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler atau

tekanan darah melewati batas normal sistolik. Penyakit ini sering dijumpai

masyarakat sekitar yang disebabkan karena beragam faktor. Hipertensi

atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah

melewati batas normal sistolik 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90

mmHg atau lebih pada 2 kali pengukuran dalam waktu selang 2 menit

(Erdwin Wicaksana, 2019).

Hipertensi dalam jangka panjang jika tidak segera ditangani untuk

mendapatkan pengobhatan yang tepat dapat menyebabkan kerusakan pada

ginjal (Fadhli dalam Aprillia, 2020). Hipertensi adalah penyebab utama

kematian dini di seluruh dunia. Salah satu target global untuk penyakit

tidak menular adalah untuk mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 25%

pada tahun 2025 (WHO, 2019).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2021 menunjukan

pada usia 30-79 tahun meningkat dari 650 juta melonjak menjadi 1,28

miliar orang didunia menderita hipertensi, hampir setengah dari orang-

1
2

orang ini tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Sebesar

82% dari seluruh penderita yang terkena hipertensi didunia terdapat

tinggal di Negara-negara yang berpenghasilan rendah menengah.

Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018

mengalami kenaikan dari 25,8% menjadi 34,1% dengan etimasi jumlah

kasus hipertensi diindonesia sebesar 63.309.620 orang, dengan kematian

akibat hipertensi sebesar 427.218 orang.

Menurut studi kementrian kesehatan RI (2019) prevalensi hipertensi secara

global berada pada titik 22% dari penduduk di seluruh dunia, Asia

tenggara menempati posisi tertinggi ke-3 dengan prevalensi 25% dari

keseluruhan penduduk, tahun 2018, prevalensi penderita hipertensi

diindonesia adalah sebesar 34,11% yang jumlahnya lebih tinggi dari data

prevalensi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 25,8% sedangkan di aceh,

prevalensi penderita hipertensi adalah 26,45% (Kemenkes RI, 2019).

Hasil data dinkes (Dinkes Provinsi Banten, 2021) menunjukan bahwa

kejadian hipertensi di Provinsi Banten yaitu sebanyak 1.239.484 jiwa,

jumlah tersebut yaitu pada laki-laki sebanyak 506.881 jiwa dan pada

perempuan sebanyak 732.603 jiwa.

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer

dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau istilah lainnya esensial

adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor resiko yang

dapat mempengaruhi hipertensi primer seperti jenis kelamin, usia, genetic,


3

merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak, aktivitas fisik dan obesitas.

(Nurhaedah, dalam (Aprillia, 2020).

Terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko hipertensi salah

satunya yaitu pola makan (kebiasaan konsumsi lemak, natrium dan

kalium), oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah hipertensi antara lain dengan melakukan pengaturan pola makan

seperti diet rendah garam, pengaturan obesitas. Pola makan yang sehat

dapat berupa pemilihan menu makanan atau menu diet yang seimbang.

Faktor pola makan salah satu dapat dilihat dari tingkat konsumsi natrium

yang berlebihan (Sistikawati, dkk 2021).

Pola makan merupakan salah satu faktor resiko utama yang dapat

dimodifikasi dalam penyakit hipertensi. Pola makan yang tinggi akan

daging merah dan olahan, makanan cepat saji, makanan berlemak dan

makanan penutup yang manis (dessert) dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah, namun pola diet kaya akan sayuran, biji-bijian utuh, buah-

buahan, daging tanpa lemak terbukti berhubungan dengan penurunan

tekanan darah (Firdaus and Suryaningrat, 2020).

Diet merupakan peraturan pola makan atau konsumsi makanan serta

minuman yang dilarang tetapi dibatasi jumlahnya atau diperbolehkan

dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita,

kesehatan, atau untuk menurunkan berat badan yang berlebihan,

penurunan tingginya kadar lemak kolestrol dan penurunan tekanan darah

tinggi (Muh jumidi sapwal, 2021)


4

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prasasti, Andini Putri Sya’id Ahmad,

jdu, Arif Susilo pada tahun 2022 yang berjudul “ pola makan dengan

kejadian hipertensi pada usia dewasa peretengahan (middle age) di

puskesmas tempeh” berdasarkan hasil penelitian pola makan dengan

kategori buruk sebanyak 117 orang (72,7%) sedangkan responden yang

mengalami hipertensi sebanyak 89 0rang (55,3%) analisis menggungakan

uji spearman rank diperoleh nilai p-value 0,001 < 0,05 yang berarti ada

kekuatan hubungan koefisiensi dengan nilai 0,345 korelasi sedang antara

pola makan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa pertengahan

(Middle Age) di Puskesmas Tempeh tahun 2022.

Berdasarkan data dari puskesmas bakti jaya tangerang selatan terdapat

6.244 untuk kasus lama 5.791 dan kasus baru 282 pada tahun 2023 dari

bulan januari sampai dengan bulan mei penderita hipertensi yang

berkunjung ke puskesmas bakti jaya tangerang selatan

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang

“Hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di

puskesmas bakti jaya tangerang selatan”

B. Rumusan Masalah

Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit atau masalah besar di

seluruh dunia, salah satu penyebabnya adalah kurangnya kepatuhan

penderita hipertensi melaksanakan diet hipertensi. Hasil data dinkes

(Dinkes Provinsi Banten, 2021) menunjukan bahwa kejadian hipertjensi di

Provinsi Banten yaitu sebanyak 1.239.484 jiwa, jumlah tersebut yaitu pada
5

laki-laki sebanyak 506.881 jiwa dan pada perempuan sebanyak 732.603

jiwa di puskesmas pamulang tangerang selatan.

Berdasarkan uraian masalah yang ada pada latar belakang diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah “Hubungan pola

makan dengan kejadian hipertensi di puskesmas bakti jaya tangerang

selatan” ?

C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin) pada

Penderita hipertensi di Puskesmas Bakti Jaya Tangerang Selatan ?

2. Bagaimana gambaran pola makan penderita hipertensi di Puskesmas

Bhakti Jaya Tangerang Selatan ?

3. Bagaimana gambaran kejadian hipertensi di Puskesmas Bhakti Jaya

Tangerang Selatan ?

4. Bagaimana Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

penderita hipertensi di puskesmas bakti jaya tangerang selatan ?.

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi

Pada penderita hipertensi di puskesmas bakti jaya tangerang selatan.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik (usia dan jenis kelamin) pada

penderita hipertensi dipuskesmas bakti jaya tangerang selatan.


6

b. Mengidentifikasi pola makan pada penderita hipertensi di

puskesmas bakti jaya tangerang selatan.

c. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada penderita di puskesmas

bakti jaya tangerang selatan.

d. Mengidenftifikasi hubungan pola makan dengan kejadian

hipertensi pada penderita hipertensi di puskesmas bakti jaya

tangerang selatan.

E. Manfaat penelitian
1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan usaha

mengevaluasi program kesehatan dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya masalah Hipertensi.

2. Bagi Stikes Widya Dharma Husada

Hasil peneliti ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi, sumber,

data, dan juga informasi bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Penderita

Hipertensi dan keluarga tentang komplikasi hipertensi seperti stroke

sehingga pasien menderita hipertensi dapat melakukan upaya-upaya

untuk mencegah komplikasi tersebut.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai pengalaman bagi peneliti

dalam melakukan penelitian tentang hubungan pola makan dengan


7

kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di puskesmas bakti jaya

tangerang selatan.
BAB II

DAFTAR PUSTAKA

A. Konsep teori

1. Konsep pola makan

Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas

makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi gizi

sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi

yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta

perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh

kelompok umur (Permenkes RI No.14 dalam Kadir, 2019).

Pola makan adalah menu makanan yang dimakan sehari-hari.pola

makan yang sehat tercemin pada pemilihan menu makanan atau menu

diet yang seimbang (Sistikawati, dkk 2021). Sedangkan menurut

(Hidayat dalam Anisah and Soleha, 2018), pola makan yaitu perilaku

manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang meliputi

sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan dan

pemilihan makanan.

2. Indikator Pola Makan

Menurut (Anisah and Soleha, 2018) indikator pola makan dibagi

menjadi jenis makanan, frekuensi makanan dan porsi makanan.

8
9

a) Jenis makanan

Jenis makanan yaitu makanan yang dimakan setiap hari dan menjadi

makanan utama. Jenis makanan terdiri dari lauk, sayur-sayuran dan

buah untuk di konsumsi. Beberapa bahan makanan yang di makan,

dicerna, diserap dan akan menghasilkan satu macam nutrien menurut

(Anisah and Soleha, 2018).

Sedangkan menurut Andry, Saryono dan Arif Setyo Upoyo dalam

(Karuniawati, 2018) menjelaskan jenis makanan yang bersumber dari

hewani mempunyai kandungan yang tinggi akan purin seperti jeroan

(hati, limpa, babat), ternak (daging sapi, daging kambing, dan daging

kuda), dalam bentuk olahan (kornet, sarden, keju dan dendeng), unggas

(daging ayam, daging bebek, kalkun, dan daging angsa), dan seafood

(kepiting, udang, dan kerang).

Makanan yang mengandung garam yang tinggi seperti ikan asin,

makanan awetan (kornet, sosis) dan sayur asin bisa mengakibatkan

terjadinya hipertensi. Untuk mencegah terjadinya hipertensi dengan

melakukan pola makan rendah garam. Pola makan rendah garam ini

dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah garam dalam masakan.

Ada tiga tingkat diet rendah garam berdasarkan jumlah garam yang

dikonsumsi dalam sehari-hari.


10

Tabel 2.1. Tingkat diet rendah garam berdasarkan jumlah

garam yang dikonsumsi dalam sehari-hari.

Diet Porsi (g/hari) Kandungan Na

Diet rendah garam 1 Tidak ditambah 200-400

garam dapur

Diet rendah garam 2 2 g (1/2 sdt) 600-800

Diet rendah garam 3 4 g (sdt) 1.000-1.200

Sumber : Instalasi Gizi Perjalanan Dr. RS Cipto Mangunkusumo

dan Asosiasi Dietisen Indonesi, 2014.

b) Frekuensi makan

Frekuensi makan dilakukan dengan cara mengatur jadwal makan

(makan pagi, makan siang, makan malam). Sarapan pagi dilakukan

setiap pagi hari. Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang sangat

penting dilakukan sebelum memulai aktivitas sehari-hari. Tubuh

membutuhkan sarapan untuk mengisi lambung yang kosong selama 8-

10 jam dan mempunyai manfaat untuk meningkatkan konsentrasi dan

kemampuan fisik. Untuk pemilihan menu perlu diperhatian kandungan

karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang cukup untuk proses

penyerapan gizi (Banowati and Adiyaksa, 2020).


11

c) Porsi Makan

Menurut Word Health Organization (WHO) porsi makanan yang

baik mengkonsumsi buah dan sayur 400 gram per hari. Menurut

American Heart Association porsi makan 50% atau 4,5 mangkok dari

berbgai jenis buah dan sayur per hari. Menurut Kementrian Kesehatan

melalui Pedoman Gizi Seimbang konsumsi 3-5 porsi sayur dan 2-3

porsi buah per hari (Teologi et al., 2021).

Tabel 2. 2 Kandungan Natrium Beberapa Bahan Makanan(mg/100)

Bahan Kandungan Bahan Kandungan

makanan natrium (mg) makanan natrium (mg)

Dagng sapi 93 Bihun 928

goreng

Hati sapi 110 Mentega 780

Ginjal sapi 200 Margarin 950

Telur bebek 191 Roti coklat 500

Ikan ekor 59 Roti putih 530

kumis

Sarden 131 Jambu 26

monyet

Udang segar 185 Pisang 18

Teri kering 885 Manga 70

manalagi
12

Susu sapi 36 The 50

Cakalang 230 Ragi 610

Sumber : Table komposisi pangan Indonesia, 2013

Table 2.3 kandungan makanan tinggi lemak

Bahan makanan Berat URT

Ayam dengan kulit 55 gr 1 potong sedang

Bebek 45 gr 1 potong sedang

Cornet sapi 45 gr 3 sendok makan

Daging babi 50 gr 1 potong sedang

Kuning telur 45 gr 4 butir

Ayam 50 gr ½ potong

Sosis 50 gr ½ potong sedang

Sumber gizi dalam kehidupan 2017

3. Faktor yang mempengaruhi pola makan

Pola makan terbentuk karena kebiasaan makan seseorang. Pola makan

menunjukkan salah satu masalah serius yang dapat mengganggu

aktifitas sehari-hari dan mengganggu kesehatan seseorang. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pola makan yaitu usia, pendidikan, budaya,

lingkungan, faktor ekonomi, dan agama (Anisah and Soleha, 2018).


13

a) Usia

Pola makan dapat mempengaruhi usia seperti, porsi makan pada

usia balita akan berbeda dengan porsi makan pada usia dewasa.

Semakin bertambahnya usia kebutuhan makan atau kebutuhan gizi

manusia akan lebih rendah untuk tiap kilogram berat badan pada

usia.

b) Pendidikan

Faktor pendidikan pada pola makan menjadi salah satu

pengetahuan yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan bahan

makanan dan penentuan gizi.

c) Budaya

Faktor budaya merupakan faktor yang mempengaruhi jenis

makanan yang akan di konsumsi. Perkembangan zaman akan terus

menerus merubah pola makan dan konsumsi makanan.

Kebudayaan di masyarakat memiliki cara yang berbeda untuk

mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri. Dalam budaya

mempunyai cara sendiri untuk membentuk macam-macam pola

makan seperti bagaimana pengolahannya, persiapan, penyajian dan

cara untuk dimakan.

d) Lingkungan

Faktor lingkungan dalam pola makan dapat mempengaruhi

terhadap pembentukan perilNaku makan, lingkungan yang


14

mendukung seperti keluarga, adanya promosi, media elektronik

dan media cetak.

e) Faktor ekonomi

Faktor ekonomi dapat mempengaruhi pola makan, jenis makanan

dan kualitas makanan. Pendapatan yang tinggi dapat menarik daya

beli makanan seperti makanan cepat saji, tinggi natrium, daging,

sayuran dan buah-buahan yang mahal. Sedangkan untuk yang

pendapatan rendah kurang mampu untuk membeli makanan-

makanan yang mahal. Semakin tinggi pendapatan pada masyarakat

dapat menyebabkan perubahan pada pola makan.

f) Agama

Agama memiliki cara dan bentuk untuk memulai makan dan

minum dengan baik dan benar. Seperti sebelum dan sesudah makan

diawali dengan berdoa, makan menggunakan tangan kanan. Setiap

agama mempunyai aturan yang berbeda dalam berbagai aspek

kehidupan.

4. Pola makan sehat

Menurut (Nurauliani, dkk 2019) makanan sehat yaitu makanan yang

sesungguhnya bisa dinikmati. Makanan sehat atau makanan utama

yang biasa dikenal dengan istilah 4 sehat 5 sempurna. Makanan 4 sehat

terdiri dari makanan pokok, sayur, buah, dan lauk, sedangkan 5

sempurna yaitu susu yang merupakan tambahan nutrisi. Dengan tidak

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam secara


15

berlebihan, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok dapat

meminimalisir terjadinya kejadian hipertensi.

Menurut (Suarni, 2017) pola makan sehat adalah cara atau usaha dalam

pengaturan jumlah makanan dan jenis makanan seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, dan mencegah terjadinya

penyakit.

Menurut (Gizi Dalam Kehidupan, 2017) makanan yang sehat diatur

dalam jumlah makan seperti daging ayam 50 gr (1 potong), daging sapi

35gr (1 potong), telur ayam 55gr (1 butir), kuning telur 45gr (4 butir),

otak 56gr (1 potong besar), udang 35gr (4 ekor sedang), hati sapi 35gr

(1 potong sedang), ayam dengan kulit 55gr (1 potong sedang), ayam

tanpa kulit 40gr (1 potong sedang), mie instan 80gr (1 bungkus),

sarden 150gr (1 kaleng), sosis 50gr (1/2 potong sedang), roti tawar

30gr ( 2 potong/iris), biskuit 20gr (2 potong), garam 15gr (3 sdt), msg

3gr (1 sdt), kecap 14gr (1 sdm).

5. Pola makan tidak sehat

Pola makan yang tidak sehat adalah kebiasaan makan yang tidak

teratur, sering terlambat untuk makan, menyukai makanan pedas,

mudah tertarik pada produk makanan yang baru dan suka

mengkonsumsi makanan cepat saji, padahal makan tersebut belum

tentu memiliki kandungan gizi yang baik (Y.f diliyana, 2020).


16

Pola makan yang tidak sehat bagi penderita hipertensi yang perlu di

hindari yaitu makanan yang berkadar lemak tinggi, makanan yang

diolah menggunakan garam yang tinggi, makanan dan minuman

olahan dalam kaleng, makanan yang diawetkan, dan makanan penutup

yang manis (Firdaus and Suryaningrat, 2020).

B. Konsep hipertensi

1. Definisi hipertensi

Menurut World Health Organizatiom (WHO 2021), hipertensi adalah

ketika tekanan darah terlalu tinggi. Hipertensi didiagnosis ketika

diukur pada dua hal yang berbeda hasil tekanan darah sistolik pada

kedua hari adalah (140 mmHg dan atau hasil tekanan darah diastolic

pada kedua hari tersebut adalah > 90 mmHg). Hipertensi dapat

menyebabkan pembuluh darah pecah atau penumbatan arteri yang

mamsok darah dan oksigen ke otak sehingga penyebabnya stroke

hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang berujung

pada gagal ginjal (WHO 2021)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan

darah dari arteri yang tidak teratur dan berlangsung lama secara terus

menerus. Hipertensi adalah penyakit yang paling umum ditemukan

masyarakat dan penyakit ini sering disebut “The Silent Killer” atau

pembunuh diam-diam dikarenakan penderita hipertensi sering tidak

menunjukan gejala jangka panjang dan dapat mengakibatkan


17

komplikasi yang mengancam nyawa. Tekanan darah yang tidak

terkonrol dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi yang permanen

(Tarigan, dkk., 2019)

Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkanya, sehingga

tubuh menunjukan reaksi lapar dan menyebabkan jantung bekerja lebih

keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila keadaan tersebut

berlangsung lama dan tidak segera diatasi maka gejala penyakit

tekanan darah akan timbul (TRisnawan, 2019)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik

mencapai kurang lebih 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic

kurang lebih > 90 mmHg yang merupakan akibat dari adanya

gangguan pada pembuluh darah.

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajat hipertensi menurut JNC VII

2003
18

Table 2.4 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII, 2003

Derajat Tekanan darah Tekanan Diastolik

sistolik (mmHg) (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pra Hipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi Derajat I 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Derajat II > 160 > 100

Sumber : wijaya & putri, 2017

3. Etiologi

Menurut trisnawan (2019), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat

dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah yang penyebabnya belum diketahui

dengan jelas ada berbagai faktor yang dimaksud antara lain adalah

faktor lingkungan bertambahnya usia faktor psikologis stress

keturunan kelainan metabolisme intraseluler, obesitas, konsumsi

alcohol merorok dan kelainan darah.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui dengan jelas adapun penyebab hipertensi adalah

gangguan hormonal penyakit jantung, diabetes tidak berfungsi,

ginjal, penyakit pembuluh darah, dan pemakaian kontrasepsi oral

atau gangguan yang berhubungan dengan kehamilan


19

4. Manifestasi klinis

Hipertensi disebut sebagai “silent killer” kebanyakan orang dengan

hipertensi tidak menyadari masalahnya karena mugkin tidak memiliki

tanda atau gejala. Untuk itu penting bagi setiap orang untuk mengukur

tekanan darah secara teratur. Adapun gejala yang dapat muncul ketika

seseorang mengalami hipertensi adalah pusing atau sakit kepala, nyeri

atau rasa tidak nyaman di dada, irama jantung tidak teratur, adanya

perubahan penglihatan yang dapat menyebabkan penglihatan menjadi

kabur atau buram telinga berdengung, mudah lelah dan mudah,

kebingungan, mengalami kecemasan, hidung berdarah atau mimisan,

serta tremor otot. (WHO,2021)

5. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dinyatakan dalam tekanan darah sistolik yang

mencerminkan tekanan darah saat jantung berkontraksi atau sistol dan

tekanan darah diastolik, yang mencerminkan tekanan darah selama

relaksasi atau diastole. Hipertensi dapat didiagnosis ketika tekanan

sistolik, tekanan diastolik, atau keduanya meningkat (William H.,

2021) menurut dafriani (2019), pada saat jantung mempompakan darah

lebih kuat maka aliran darah akan besar melalui arteri. Arteri akan

kehilangan kelenturanya sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada pembuluh di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula pada saraf simpatis yang berlanjut kebawah ker
20

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ken ganglia

simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impils yang bergerak ke bawah melalui saraf

simpatis ken ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion

melepaskan astil kalin yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskanya

norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (dafriani,

2019). Menurut dafriani pada saat bersamaan dimana system saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon tentang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang dan mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin yang

menyebabkan vasokontriksi korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor darah.

Vasokonstriktor yang mengakibatkan penurunan aliran darah ginjal ,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II yang pada

akhirnya merangsang akresi aldosterone oleh korteks adrenal.

Hormone aldosterone menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal serta menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Semua faktor tersebut cenderung menjadi pencetus keadaan hipertensi.

Perubahan structural dan fungsional dan system pembuluh darah

perifer menyebabkan perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut

usia. Perubahan meliputi atherosclerosis hilangnya elastisitas jaringan


21

ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, dan dapat

penurunan kemampuan distegrasi dan daya regang pembuluh darah

sehingga aorta dan arteri berkurang kemampuannya dalam volume

darah yang dipompa oleh jantung mengakibatkan penurunan curah

jantung dan peningkatan tekanan perifer (Dafrani, 2019)

6. Faktor resiko Hipertensi

Berdasarkan data dari puskesmas bakti jaya tangerang selatan terdapat

6.244 untuk kasus lama 5.791 dan kasus baru 282 penderita hipertensi

yang berkunjung ke puskesmas bakti jaya tangerang selatan.

Menurut kemenkes RI (2021), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi

dua yaitu :

a. Faktor risiko yang tidak dapat di control

1) Usia

Hipertensi dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan

serta cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Hal ini terjadi akibat perubahan alami pada jantung, pembuluh

darah dan hormone. Semakin tua maka pembuluh darah

cenderung menjadi kaku dan elastisnya berkurang. Pada

umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia diatas 31 tahun

dan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause)

2) Riwayat keluarga

Hipertensi beresiko tinggi terjadi pada individu yang

mempunyai riwayat keluarga. Jika salah satu dari orang tua


22

memiliki hipertensi, maka sepanjang hidup memiliki risiko

terkena hipertensi sebesar 25% jika kedua orang tua memiliki

hipertensi, maka kemungkinan memiliki hipertensi sebesar

60%.

3) Jenis kelamin

Laki-laki lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan

dengan perempuan. Namun saat usia 45 tahun ke atas,

perempuan lebih berisiko mengalami hipertensi karena

dipengaruhi oleh hormone ekstrogen. Hal ini erat kaitanya

dengan peristiwa pramenopause hingga menopause yang

mempengaruhi produksi hormone estrogen.

b. Faktor risiko yang dapat dikontrol

Berdasarkan data dari puskesmas bakti jaya tangerang selatan

terdapat 6.244 untuk kasus lama 5.791 dan kasus baru 282

penderita hipertensi yang berkunjung ke puskesmas bakti jaya

tangerang selatan.Yaitu faktor risiko yang diakibatkan perilaku

tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain adalah merokok,

obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi kafein,stress.

1) Salah satu faktor resiko meningkatnya tekanan darah adalah

merokok. Merokok dapat menurunkan aktivitas dimethylargine

dimethylaminohydrolase (DDAH) sehingga asymmetric

dimethylarginie (ADMA) akan meningkat. Rokok berpengaruh

terhadap kerja jantung dan rokok mengakibatkan vasokontriksi


23

pembuluh darah perifer dan pembuluh darah di ginjal sehingga

meyebabkan tekanan darah. Satu batang rokok per hari akan

meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah

detak jantung 5-20 kali per menit. Seorang perokok aktif

maupun perokok pasif mengisap karbon monoksida bisa

merugikan tubuh. gas karbon monoksida dapat menyebabkan

pasokan oksigen (O2) berkurang. Karbon monoksida

mempunyai kemampuan untuk mengikat Hb yang terdapat

dalam sel darah merah sehingga ebih kuat dibandingkan

dengan O2. Hb berikatan dengan O2 untuk di alirkan ke sistem

pernapasan sel-sel tubuh. Dengan demikian sel tubuh berusaha

memenuhi O2 dengan mempensasi pembuluh darah dengan

jalan vasokontraksi yang pada akhirnya mengakibatkan tekanan

darah menjadi tinggi atau menyebabkan hipertensi (Susi and

Ariwibowo, 2019).

2) Obesitas (makan berlemak)

Menurut (Nugroho and Fahrurodzi, 2018) Obesitas berkaitan

dengan peningkatan berat badan dan merupakan faktor

terjadinya hipertensi pada orang yang mengalami obesitas.

Terjadinya obesitas karena dipengaruhi oleh gaya hidup yang

malas beraktivitas dan mekan-makanan cepat saji atau junkfood

dan makanan yang berlemak. Seseorang mengalami obesitas

dapat disebabkan karena mengkonsumsi makanan berlemak


24

yang dapat memperbesar seseorang untuk terkena hipertensi

(Sulistyoningsih dalam Anggun, 2016).

Penentuan seseorang mengalami obesitas atau tidak, dengan

menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan

IMT adalah :

IMT adalah
IMT pengukuran
= Berat Badan (kg)antropometri untuk
: (tinggi badan (m) xmenilai apakah
tinggi badan (m))

komponen tubuh tersebut sesuai dengan standart ideal atau

normal. IMT diukur cara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi

badan kuadrat (m2). Untuk pengukuran berat badan (BB)

menggunakan alat timbang berat badan. Pengukuran tinggi

badan menggunakan alat microtoise (Sudargo., 2018).

Berdasarkan National Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES) III penderita hipertensi memiliki IMT

>30kg/m yaitu 42% pada laki-laki dan 38% pada wanita

dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki IMT

normal yaitu <25kg/m adalah 15% pada laki-laki dan wanita.

Peningkatan resiko tekanan darah pada penderita yang

overweight dua sampai enam kali lebih besar dibandingkan

dengan penderita yang memiliki berat badan normal

(Ramadhani, Bintanah and Handarsari, 2017).

3) Kurang aktifitas fisik

Menurut Anggara & Prayitno dalam (Karim, 2018)

meningkatnya hipertensi salah satunya disebabkan oleh


25

kurangnya aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

dikarenakan otot jantung harus bekerja lebih cepat saat

kontraksi, semakin sering otot jantung memompa maka akan

semakin kuat tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga

tekanan darah akan lebih meningkat.

4) Konsumsi kafein

Saat ini kafein paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat

salah satu yaitu kopi. Kopi merupakan produk pangan yang

memiliki kandungan kafein yang dapat didapatkan dari produk

olahan pangan lainnya seperti teh, minuman berenergi,

softdrink dan coklat. Masyarakat mendapatkan kopi sebagai

sumber kafein sangat dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup

serta tersebarnya kedai kopi yang ikut serta dalam peningkatan

jumlah konsumen kopi (Sutarjana, 2020).

Mengkonsumsi kafein terlalu berlebihan juga tidak baik bagi

tubuh. konsumsi kafein dengan dosis tunggal sebesar 200-

250mg sama dengan mengkonsumsi 2-3 cangkir kopi, hal ini

terbukti dengan meningkatnya tekanan darah sitolik sebesar 3-

14 mmHg dan pada tekanan darah diastolik sebesar 4-13

mmHg (Katsilambros dalam Ruus et al., 2016).


26

5) Stres

Stres bisa menyerang siapa saja dan stres juga tidak mengenal

usia baik muda maupun tua. Stres dikalangan masyarakat bisa

disebabkan karena faktor ekonomi, masalah individu, masalah

keluarga, masalah sosial dan tekanan dari lingkungan sekitar.

Stres juga bisa terjadi karena penyakit ketergantungan individu,

apabila mengalami stres dalam jangka panjang akan

mengakibatkan masalah kesehatan seperti hipertensi. Stres

dengan hipertensi primes disebabkan karena aktivitas saraf

simpatis melalui katekolamin, kartisol, vasopresin, endorphin

dan aldosteron yang akan meningkatkan tekanan darah yang

intermitten. Jika mengalami stres dalam jangka panjang akan

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Ramadhani,

Bintanah and Handarsari, 2017).

6) Konsumsi natrium yang tinggi

Mengkonsumsi natrium yang tinggi akan menyebabkan

peningkatkan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.

Natrium mengakibatkan tubuh menahan air dengan melebihi

batas normal tubuh sehingga dapat mengakibatkan volume

darah meningkat dan mengalami tekanan darah tinggi.

Mengkonsumsi natrium yang tinggi akan mengakibatkan

hipertropi sel adiposit akibat proses lopogenik pada jaringan

lemak putih, jika berlangsung lama dan terus-menerus bisa


27

menyebabkan penyempitan saluran pembuluh darah terhadap

lemak dan akan mengakibatkan peningkatan pada tekanan

darah. Seseorang yang memiliki berat badan lebih dan

mengalami obesitas kemungkinan besar memiliki sensitifitas

garam yang akan berpengaruh pada tekanan darah (Kautsa

Darmawan, Tamrin and Nadimin, 2018).

Mengkonsumsi natrium yang tinggi akan menyebabkan tubuh

meretensi cairan yang dapat mengakibatkan volume darah

meningkat. Asupan natrium tinggi dapat mengecilkan diameter

arteri, menyebabkan jantung harus memompa keras untuk

mendorong volume darah melalui ruang yang sempit, sehingga

tekanan darah menjadi tinggi akibatnya akan terjadi hipertensi

(Yulia Fitri, 2018).

7. Komplikasi Hipertensi

Ada beberapa komplikasi dari hipertensi antara lain :

a. Penyakit jantung

Tekanan darah yang lebih tinggi akan memerlukan kerja yang lebih

keras, serabut otot jantung menebal dan ,menguat secara abnormal.

Peningkatan tekanan mempertebal arteri coroner dan arteri menjadi

muda tersumbat. Apabila suatu arteri sepenuhnya tersumbat maka

penderita hipertensi lebih rentan terhadap serangan jantung.


28

b. Cidera otak

Pembuluh darah yang melemah bisa pecah dan menyebabkab

perdarahan di berbagai tempat satu kejadian ini bisa melumpuhkan

satu bagian tubuh atau dapat juga dikatakan struktur daerah yang

lebih umum adalah bekuan dalam arteri menuju otak proses ini pun

dapat menyebabkan kelumpuhan.

c. Gangguan penglihatan

Hipertensi berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan serius

pada mata. Pendarahan bisa saja terjadi di daerah mata dan

menggangu fungsi penglihatan.

d. Ginjal

Pada penderita hipertensi fungsi penyaringan ginjal terganggu. Hal

ini ditandai dengan albumin atau zat protein yang dibutuhkan

tubuh tetapi tidak pernah ditemukan dalam urine (Wade 2016)

8. Pelaksanaan Hipertensi

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah mobilitas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg

menurut (Irawan, 2019) Menurut Restianti (2020) tatalaksana untuk

pengobatan hipertensi dalam proses pencegahan atau penurunan

disesuaikan dengan masalah kesehatan yang diakibatkan oleh

hipertensi. Pengobatan pada pasien hipertensi dibedakan menjadi dua

yaitu :
29

1. Pengobatan Farmakologi

Menurut Muhaimin dalam (Anisah and Soleha, 2018), pengobatan

farmakologi bagi penderita hipertensi mempunyai tujuan yaitu

untuk tercapainya penurunan maksimum resiko total morbiditas da

mortalitas kardiovaskuler.

2. Pengobatan Non Farmakologi

Menurut (Anisah and Soleha, 2018) Pengobatan non farmakologi

salah satunya memperhatikan pola makan dan gaya hidup.

Seseorang yang menderita hipertensi perlu merubah gaya hidup

menjadi positif diantaranya :

a. Mengontrol Pola Makanan

Untuk mengontrol pola makan penderita hipertensi perlu

menjauhi makanan yang berlemak, mengandung garam yang

tinggi, dan makanan cepat saji. Konsumsi garam sebaiknya satu

sendok teh per hari, kebutuhan lemak disarankan kurang dari

30% dari konsumsi kalori setiap hari. Lemak dibutuhkan tubuh

untuk menjaga organ didalam tubuh berfungsi dengan baik

(Anisah and Soleha, 2018).

b. Tingkat Konsumsi Potasium dan Magnesium

Salah satu faktor pemicu terjadinya hipertensi adalah pola

makanan yang rendah potasium dan magnesium. Dengan

mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar


30

dapat menjadi sumber nutrisi yang baik (Anisah and Soleha,

2018).

c. Makan Makanan Jenis Padi-Padian

Penelitian American Journal of Clinical Nutrition dalam

(Anisah and Soleha, 2018) bahwa untuk menurunkan hipertensi

dan menghindari komplikasi dengan mengkonsumsi roti

gandum dan makan makanan beras merah.

d. Tingkatkan Aktivitas

Menurut (Anisah and Soleha, 2018) mengatakan bahwa

meningkatkan aktivitas dapat mecegah resiko terjadinya

hipertensi. Olahraga yang dianjurkan untuk menurunkan

tekanan darah penderita hipertensi seperti olahraga yang

bersifat jalan kaki, erobik, bersepeda, jogging, yoga dan

melakukan renang. Durasi olahraga 5-7 kali dalam seminggu

dengan waktu kurang lebih 30 menit.

Menurut Marlin & Tantan dalam (Adam, 2019) juga

berpendapat bahwa melakukan aktivitas secara teratur dapat

menyebabkan perubahan yang lebih baik seperti jantung akan

bertambah kuat pada otot polos sehingga dapat mengakibatkan

daya tampung besar dan kontruksi atau denyut menjadi kuat

dan teratur, elastisitas pembuluh darah dapat bertambah

dikarenakan adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga


31

timbunanan lemak akan berkurang dan akan meningkatkan

kontraksi otot dinding pembuluh darah.

e. Berhenti Merokok

Merokok tidak berpotensi menyebabkan penyakit hipertensi

tetapi merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi seperti

penyakit jantung dan stroke pada penderita hipertensi (Anisah

and Soleha, 2018).

Didalam rokok terdapat zat kimia yang berbahaya bagi tubuh.

zat kimia tersebut adalah nikotin dan karbon monoksida. Zat

nikotin dan karobon monoksida akan terisap melalui rokok

sehingga zat tersebut masuk ke alirn darah arteri dan akan

mempercepat aterosklerosis. Aterosklerosis atau penumpukan

lemak pada darah dapat meperparah penderita hipertensi ( Sari

dalam Adam, 2019).

9. Hubungan Pola Makan Dengan Hipertensi

Menurut Morrell dalam (Sukri, dkk 2019) Pola makan yang tidak sehat

dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi. Pada umumnya

masyarakat menyukai jenis makanan yang asin dan gurih seperti

makanan masakan balado, rendang, santan, jeroan, atau berbagai

olahan daging yang memicu meningkatnya kolesterol tinggi, serta

makanan cepat saji yang mengandung lemak jenuh dan garam yang

tinggi. Beberapa makanan diatas merupakan pola makan yang tidak

sehat. Makanan yang berlemak, makanan siap saji dan makanan yang
32

mengandung serat atau yang makanan yang mengandung kalium.

Asupan lemak yang tinggi atau berlebihan dapat mengakibatkan

terjadinya resiko hipertensi terutama dapat meningkatkan kadar

kolesterol dalam darah. Kolesterol akan melekat pada dinding

pembuluh darah yang lama-kelamaan akan mengakibatkan pembuluh

darah tersumbat dikarenakan adanya plague dalam darah plaque yang

terbentuk yang akan mengakibatkan aliran darah menjadi sempit

sehingga volume darah dan tekanan darah akan meningkat.

Konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi dapat

meningkatkan kadar kolesterol yang akan mengakibatkan gangguan

pada pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah

(Ramadhani dalam Dwi Linda, 2020).

Masakan Baldo, rendang, jeroan atau berbagai olahan daging dan

santan banyak mengandung kolesterol yang dapat menyebabkan

penimbunan lemak kolesterol di pembuluh darah. Penumpukan lemak

dapat mengakibatkan menyempitnya pembuluh darah dan jaringan

lemak akan menekan pada pembuluh darah sehingga tidak dapat

mengembang secara sempurna (kurang elastis). Dampak dari

pembuluh darah tidak dapat mengembang dengan sempurna akan

mengakibatkan aliran darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu.

Jantung akan memompa darah lebih keras, sehingga tekanan darah

akan meningkat dan terjadi penyakit hipertensi (Khasanah dalam

Bertalina and Muliani, 2016)


33

Junaidi dalam (Sukri, Setyono and Wahyono, 2019) juga mengatakan

bahwa makanan asin juga bisa menyebabkan terjadinya hipertensi

karena natrium (Na) yang bersifat mengikat banyak air, maka semakin

tinggi natrium akan membuat volume darah meningkat. Meningkatnya

volume darah disebabkan karena kurangnya mengkonsumsi sumber

makanan yang mengandung kalium (K) atau kurang mengandung serat

juga bisa menyebabkan jumlah natrium menumpuk dan akan

meningkatkan resiko terjadinya hipertensi karena ada tekanan pada

detak jantung.

Na merupakan elemen yang bisa untuk dikonsumsi dalam bentuk

garam yang sedikit atau banyak yaitu garam dapur (NaCl). Masyarakat

mengkonsumsi garam rata-rata 15 gram per hari. Kandungan garam

atau natrium yang tinggi dikonsumsi oleh masyarakat akan

menyebabkan hipertensi. Natrium yang diserap dalam pembuluh darah

berasal dari konsumsi garam yang tinggi akan mengakibatkan adanya

retensi air, sehingga volume darah dalam tubuh meningkat. Asupan

natrium tinggi menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon

natrioretik secara tidak langsung akan mengakibatkan peningkatan

tekanan darah (Purwono et al., 2020).

Natrium merupakan kation utama didalam cairan intraseluler dan salah

satu mineral didalam tubuh manusia memiliki jumlah yang banyak.

Rata-rata kandungan natrium didalam tubuh orang dewasa sebesar

120mg dan 95% cairan ekstraseluler sebagai ion natrium. Natrium


34

mempunyai fungsi utama sebagai penyeimbang cairan dan asam basa

didalam tubuh. natrium mempunyai peranan sebagai kontraksi otot,

transmisi saraf, absorpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi

lainnya melalui sembran, terutama didinding usus. Kosumsi natrium

yang berlebihan dapat mengakibatkan konsetrasi natrium dalam cairan

ekstraseluler menjadi meningkat. Untuk menurunkannya, cairan

ekstraseluler ditarik keluar sehingga cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya cairan ekstraseluler dapat membuat volume darah

menjadi meningkat (Anggraini dalam (Pengaruh PMA, PMDN, TK,

2020).

Sumber makanan yang mengandung kalium (K) atau mengandung

serat sangat penting bagi tubuh untuk keseimbangan kolesterol karena

dapat mengangkut asam empedu dan serat akan mengatur kadar gula

darah dan menurunkan tekanan darah. Serat tersebut terdapat pada

tumbuhan terutama pada sayur-sayuran, buah, padi-padian, kacang-

kacangan dan juga biji-bijian. Asupan serat yang dibutuhkan tubuh 25

gram per hari. Asupan tinggi serat terpenting pada jenis serat kasar

(crude fiber) yaitu berkaitan dengan pencegahan hipertensi. Ketika

asupan serat rendah, maka akan menyebabkan obesitas yang

berdampak terhadap peningkatan tekanan darah (Marzukli dalam

Ramadhani, Bintanah and Handarsari, 2017).

Kalium merupakan mineral yang terdapat di sel sebesar 95% dalam

cairan intraseluler. Kalium mempunyai peranan yang hampir sama


35

dengan natrium yaitu menjaga keseimbangan asam basa dan osmosis

hanya saja kalium menjaga asmosis didalam cairan intraseluler.

Absorsi kalium ini berlangsung disus kecil pada saat konsentrasi

seluruh cairan dicerna didalam darah. Kadar kalium yang tinggi dapat

membuat ekskresi natrium menjadi meningkat, sehingga volume darah

dapat menurun. Didalam nefron ginjal, sekresi natrium dapat

dikendalikan oleh aldesteron. Sekresi aldosteron yang meningkat dapat

mengakibatkan reabsorpsi air dan natrium serta ekskresi kalium

(Lestari dalam Pengaruh PMA, PMDN, TK, 2020)

C. Penelitian Terkait

1. Pada penelitian yang dilakukan oleh prasasti, andini putri sya’id

ahmad, jdu, arif susilo pada tahun 2022 yang berjudul “ pola makan

dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa peretengahan (middle

age) dipuskesmas tempeh” berdasarkan hasil penelitian pola makan

dengan kategori buruk sebanyak 117 orang (72,7%) sedangkan

responden yang mengalami hipertensi sebanyak 89 0rang (55,3%)

analisis menggungakan uji spearman rank diperoleh nilai p-value

0,001 < 0,05 yang berarti ada kekuatan hubungan koefisiensi dengan

nilai 0,345 korelasi sedang antara pola makan dengan kejadian

hipertensi pada usia dewasa pertengahan (Middle Age) di Puskesmas

Tempeh tahun 2022.

2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hamzah B, Hairil Akbar, Ayke

Royke, Calvin Langingi, Siti Rahmawati Hamzah pada tahun 2021


36

yang berjudul “analisis hubungan pola makan dengan kejadian

hipertensi pada lansia diwilayah kerja puskesmas mobilagu”

berdasarkan hasil penelitian terdapat 61,3% responden yang menderita

hipertensi 67,7% responden yang memiliki pola makan kurang baik

32,3% yang memiliki pola makan yang baik hasil uji statistic diperoleh

ada hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi (p=0,014<0,05)

maka dapat disimpulkan ada hubungan pola makan dengan kejadian

hipertensi diwilayah kerja puskesmas mobilagu kabupaten bolaang

mangondow selatan.

3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Inggriyati Drejol pada tahun

2022 yang berjudul “Hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi

pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Siwalima Kabupaten

Kepulauan Aru” berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya

hubungan yang bermakna antara jenis makanan dengan kejadian

hipertensi, didapatkan p value = 0,000 dimana p < 0,05. Adanya

hubungan yang bermakna antara jumlah makan dengan kejadian

hipertensi, di dapat p value = 0,000 dimana p < 0,05. Dan adanya

hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan kejadian

hipertensi, terdapat p value = 0,003 dimana p < 0,05.

4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Supiati pada tahun 2022 yang

berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Lansia di Puskesmas Betung Kabupaten Ogan Ilir” berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pola


37

makan buruk sebanyak 28 orang (37,8 %) dari 74 responden.dan

sebagian besar responden mengalami hipertensi sebanyak 42 orang

(56,8%) dari 74 responden. Ada hubungan pola makan dengan

kejadian hipertensi pada lansia di PuskesmasBetung Kabupaten Ogan

Ilir Tahun 2022 (ρ=0,000).Hasil uji statistik Chi Square didapatkan ρ

value = 0,000, OR 9,333 lebih kecil dari α = 0,05 menunjukkan ada

hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Puskesmas Betung Kabupaten Ogann Ilir

5. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ivan Wijaya, Rama Nur

Kurniawan, Hardianto Haris tahun 2020 yang berjudul “Hubungan

Gaya Hidup dan Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi diwilayah

Kerja Puskesmas Towata Kabupaten Takalar” berdasarkan hasil

penelitian diperoleh dari hasil survey dengan menggunakan kuisioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kebiasaan

merokok dengan kejadian hipertensi (pvalue=0,031), tidak ada

hubungan kebiasaan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi

(pvalue=0,619), ada hubungan kebiasaan mengkonsumsi garam dapur

dengan kejadian hipertensi (pvalue=0,006) dan ada hubungan

kebiasaan mengkonsumsi lemak dengan kejadian hipertensi

(pvalue=0,000).

6. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdi Iswahyudi Yasril, Widya

Rahmadani tahun 2020 yang berjudul “ Hubungan Pola Makan

Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun


38

sikolos kota Padang Panjang ” berdasarkan hasil penelitian diperoleh

dari hasil survey dengan menggunakan kuisioner. Hasil uji Chi-square

menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi garam (p = 0,004

dan RR = 1,521), lemak (p = 0,008 dan RR = 1,464), serat (p = 0,014

dan RR = 2,047) dan kafein (p = 0,012 dan RR = 1.438) terhadap

hipertensi. Hasil uji Mantel-Haenszel didapatkan bahwa umur, jenis

kelamin, riwayat keluarga, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan

obesitas merupakan faktor perancu dalam hubungan pola makan dan

hipertensi. Dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang berhubungan

erat dengan hipertensi adalah konsumsi garam. Disarankan perlu

diberikan pemahaman kepada masyarakat tentang risiko seringnya

konsumsi garam yang menyebabkan hipertensi akan sangat

bermanfaat.

7. Pada penelitian yang dilakukan Muhammad Firdaus, Windu CHN

Suryaningrat tahun 2020 yang berjudul “ Hubungan pola makan dan

aktivitas fisik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi dikapuas

hulu” berdasarkan hasil penelitian berhasil mengumpulkan 100 pasien

hipertensi yang bersedia menjadi subjek penelitian dengan rerata (SD)

usia 56 (9) tahun dan didominasi laki-laki (71%), dan 10% dengan

pasien hipertensi terkontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa

aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan

darah pada pasien dengan hipertensi (p = 0,027); dengan rerata (SD)

nilai MET pasien hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol sebesar


39

5660,0 (4229,4) menit/minggu dan 5077,8 (8952,4) menit/minggu. Di

sisi lain, pola makan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi (p = 1,000).

Berdasarkan studi ini, dapat disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas

fisik mempengaruhi pengontrolan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

8. Pada penelitian yang dilakukan oleh Susi, David Dwi Ariwibowo, pada

tahun 2019 yang berjudul “Hubungan antara kebiasaan merokok

terhadap kejadian hipertensi essensial pada laki-laki usia di atas 18

tahun di RW 06, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria,

Kota Bekasi” berdasarkan hasil penelitian didapatkan 17 responden

(16.7%) menderita hipertensi. Dari penelitian ini didapatkan tidak

terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok (Pvalue =

0.092), lama merokok (Pvalue = 0.670), jumlah rokok dihisap per hari

(Pvalue = 0.702) terhadap kejadian hipertensi, tetapi secara

epidemiologi didapatkan hubungan antara kebiasaan merokok (PR =

2.496), lama merokok (PR = 2.384), jumlah rokok dihisap perhari (PR

= 1.613) terhadap kejadian hipertensi essensial memiliki resiko lebih

tinggi untuk mengalami hipertensi. Tidak didapatkan hubungan

bermakna antara kebiasaan, lama dan jumlah merokok terhadap

kejadian hipertensi essensial.


40

D. Konsep teori

Bagan 2.1 : Kerangka Teori

Faktor yang dapat dikontrol

Makanan berlemak Makanan tinggi natrium

Penyempitan pembuluh darah Tubuh merentensi cairan


dengan melebihi batas normal
Pembuluh darah tidak dapat
Volume darah meningkat
mengembang secara sempura

Jantung mempompa lebih keras


Jantung mempompa darah
lebih keras
Volume darah menjadi
Volume darah dan tekanan menyempit
darah meningkat

HIPERTENSI

- Usia
- Pendidikan 1. Pola makan sehat
- Budaya 2. Pola makan tidak
- Lingkungan sehat
- Faktor ekonomi
- Agama

Faktor yg mempengaruhi pola makan

Sumber : (Bertalina, 2016 and yulia fitri,2018,Anisah And soleha,2018,Nurauliani

2019, Y.F diliyanan,2020 )


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan yang akan menghubungkan

secara teoritis antara variabel-variabel penelitan yaitu, antara variabel

independen dengan variabel dependen yang akan di amati atau di ukur

melalui penelitian yang akan dilaksanakan (Sugiyono, 2014)

Menurut Sugiyono (2014), variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya

variable terikat (dependen). Pada penelitian ini variabel independen yaitu

kejadian hipertensi.

Menurut Sugiyono (2014) variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen. Pada

penelitian ini variabel dependen yaitu hipertensi.

Bagan 3.1 Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pola makan Kejadian Hipertensi

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Mencari Hubungan

41
42

B. Definisi operasional

Definisi operasional adalah penentuan kontrak atau sifat yang akan

dipelajari sehingga menjadi variable yang dapat diukur (sugiyono, 2014)

Table 3. 1 Definisi operasional variable independen dan dependen

Variable Definisi Indikator Alat ukur Hasil ukur Skala


Independen operasional
Pola makan Pola makan Pengukuran Kuesioner Skor : Ordinal
merupakan pola makan ini (Pola 1. Buruk
makanan bertujuan untuk Makan) = 10-
yang biasa mengontrol (sirajudin, 24
dimakan hipertensi : sumiati 2. Baik =
terdiri dari 1)Jenismakanan dan astute 25-40
jenis (makanan dan 2018)
makanan, makanan tinggi
frekuensi natrium).
dan porsi 2)frekuensi
makanan makanan
yang a)selalu(dilakuk
dikonsumsi an setiap hari)
oleh b) sering (4-6
seseorang kali seminggu)
dalam c) jarang (1-3
jangka kali seminggu)
waktu d) tidak pernah
tertentu (tidak pernah )
3)porsimakanan
yangmengandun
g natrium (15gr
atau 3 sdt),
kecap asin (14
gr atau 1 sdm),
ikan asin
(1000mg atau 1
ptg sdg) ikan
teri kering
(885mmg atau 1
sdm) daging
sapi (35 gram
atau 1 ptg),
daging ayam
tanpa kulit
(50gram atau 1
43

ptg), daging
ayam dengan
kulit (55 gram
atau 1 ptg).
Udang,kepiting,
cumi (35gram
atau 4 ekor
sedang ),
alpukat (50gram
atau ½ gram)

Dependen
Hipertensi Suatu Hipertensi jika Data Hipertensi : Nominal
kondisi tekanan darah Sekunder 1. Hipertensi
terjadinya lebih dari 2. Tidak
tekanan 140/80 mmHg hipertensi
darah Tidak hipertensi
melebihi jika tekanan
batas darah dalam
normal batas normal
dimana 140/80mmHg
tekanan
sistolik 140
mmHg dan
tekanan
diastolic
diatas
80mmHg

C. Hipotesis

Menurut (Sugiyono, 2014), hipotesis yaitu jawaban sementara dari

rumusan masalah atau pertanyaan peneliti. Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada

penderita hipertensi
44

Ho :Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi

pada penderita hipertensi.

Hipotesis yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini yaitu Ha diterima

bahwa adanya Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada

Penderita Hipertensi Di puskesmas Bakti Jaya Tangerang Selatan.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasi

dengan menggunakan desain cross sectional. Dimana hubungan antara

variable independent dan variabel dependent dilakukan pengukuran

sekaligus dalam waktu bersamaan atau satu waktu (Natoamodjo,

2012).

Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Menurut (Notoatmodjo,

2012), penelitian cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari korelasi antara faktor resiko dengan efek melalui

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat, sehingga subjek peneliti hanya diobservasi sekali saja. Penelitian

ini dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis

konsumsi makanan yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada

penderita hipertensi di puskesmas bakti jaya tangerang selatan.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di puskesmas bakti jaya tangerang

selatan.

2. Waktu peneltian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan mei – juni 2023.

44
45

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian

atau objek yang memenuhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam,

2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia dewasa

baik laki-laki ataupun perempuan yang berobat ke Puskesmas bakti

jaya dengan jumlah 282 kasus terbaru populasi pada bulan januari

sampai dengan bulan mei di tahun 2023

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah unit terkecil dari sekelompok individu

yang merupakan bagian perwakilan dari populasi (Dharma, 2010).

Sampel dari penelitian ini dihitung berdasarkan Rumus Slovin:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

keterangan

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Batasan toleransi kesalahan (error tolerance)0,05

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

282
𝑛=
1 + 282(0,05)2
46

282
𝑛=
1 + 0,705

282
𝑛=
1,705

𝑛 = 165,39

𝑛 = 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 165 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel penelitian

sebanyak 165 responden

3. Teknik pengambilan sampel

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini

purposive

4. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2016), kriteria inklusi adalah karakterstik sampel yang akan

dimasukan atau layak untuk diteleti atau tidak memenuhi kriteria

eksklusi pada saat peneltian berlangsung (Nursalam, 2016) adapun

kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut.


47

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi yang memiliki target yang akan di teliti

(Nursalam, 2015).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden dan mengisi informed consent

2) Dapat berkomunikasi dengan baik

3) Penderita hipertensi

b. Kriteria eksklusi

1) Pasien yang tidak hadir pada saat penelitian

D. Instrument Dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrument Penelitian Data

a. Data responden

Identitas meliputi nomor responden, nama inisial, umur, jenis

kelamin dan tekanan darah.

b. Kuesioner

Bagian kedua kuesioner pola makan untuk memperoleh data

tentang frekuensi sejumlah bahan makanan yang di konsumsi

selama periode tertentu.

2. Cara pengumpulan data

a. Setelah mendapat izin dari kepala puskesmas bakti jaya

tangerang selatan peneliti mengadakan pendekatan kepada

calon responden yang memenuhi syarat seperti yang sudah


48

tersusun dalam kriteria inklusi. Setelah itu, peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon

responden. Selanjutnya menanyakan kesediaan nya untuk

menjadi responden atau subjek penelitian dengan cara menanda

tabgani informen consent.

b. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan pengukuran

tekanan darah terlebih dahulu pada responden

c. Setelah melakukan pengukuran tekanan darah responden

diukur tinggi badan dan beratnya.

d. Responden diwawancarai sesuai dengan kusioner. Pada saat

wawancara mengenai pola makan


49

Bagan 4.1 Pengumpulan Data

Surat Permohonan Ijin Studi


Pendahuluan Kepuskesmas Bakti Jaya
Tangerang Selatan

Surat permohonan ijin penelitian dari


dinkes tangerang selatan kepuskesmas
bakti jaya tangerang selatan

Mempersiapkan kuesioner

Pendeketan responden dan menjelaskan


tujuan penelitian

Informed consent

Ya Tidak

Mengisi kuesioner

Kuesioner dikumpulkan oleh peneliti

Pengolahan Data
50

3. Uji validitas dan reabilitas

1. Uji validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat kevalidan suatu intrumen. Instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur data variabel yang diteliti secara

tepat (Nursalam, 2017). Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan komputer SPPSS.22. uji validitas dilakukan

kepada masyarakat berusia 45-59 tahun yang berjumlah 35

orang. Penguji validitas dengan pertanyaan berjumlah 10 item

pola makan. Menurut (Sugiyono, 2017) dasar pengambilan uji

validitas terdapat dua cara sebagai berikut :

1) Perbandingan nilai r hitung dengan r tabel

a. Jika nilai r hitung > r tabel = valid

b. Jika nilai r hitung < r tabel = tidak valid

Cara untuk mencari nilai r tabel dengan N= jumlah sampel

pada signifikansi 5% distribusi nilai r tabel statistik.

2) Melihat nilai signifikansi (Sig.)

a. Jika nilai signifikansi <0,5 = valid

b. Jika nilai signifikansi >0,5 = tidak valid

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan oleh Andini Putri Prasasti

pada tahun 2022 ini nilai r tabel N= 0,334 jumlah item valid
51

pada pola makan yaitu 10 item dengan indeks validitasnya

0,353

2. Uji reabilitas

Uji reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diamati atau

diukur berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam,

2017). Reliabilitas menunjukan bahwa suatu istrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat untuk

pengukuran data. Menurut Wiratna Sujarweni (2014)

berdasarkan hasil uji yang dilakukan oleh Andini putri prasasti

pada tahun 2022 kuesioner dikatakan reliable jika nilai

cronbach alpa > 0,6. Pada kuesioner pola makan jumlah item

reliabelitasnya sebanyak 10 item dengan indeks reabilitas

0,625.

E. Pengolahan dan analisa data

1. Teknik pengolahan data menurut (Natoatmodjo, 2012) sebagai

berikut :

a. Pemerikaan data (Editing)

Peneliti melakukan pemeriksaan, pengecekan dan kosistensi isi

jawaban pada kuesioner atau instrument. Editing yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memeriksa

instrument yang digunakan untuk mengukur pola makan

terhadap terjadinya resiko hipertensi.


52

b. Pemberian kode (Coding)

Tahap ini semua kuesioner diedit atau disunting diberikan kode

yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan.

c. Memasukkan data (Data Entry) atau Penilaian (Processing)

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk

kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau

software computer dengan menggunakan program SPSS

kemudian dimasukan kedalam table-tabel sesuai kriteria yang

dilakukan dan menggunakan lembar observasi.

d. Pembersihan data (Cleaning)

Setelah semua data dari setiap sumber atau reponden selesai

dimasukkan, perlu dicek Kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan kode atau sebagainya kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian.

Analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi pada

setiap variable (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

peneliti melihat gambaran distribusi frekuensi untuk variabel


53

pola makan dan hipertensi, angka presentase dihitung dengan

menggunakan rumus:

P=Nilai f/ n x 100%

Keterangan

P: Nilai presentase responden

F: Frekuensi responden berdasarkan kategori hasil ukur

N: Jumlah skore keseluruhan responden

Tabel 5.1 Interprestasi Data

No % Keterangan
1 0% Tidak Ada
2 1-5% Hampir Tidak Ada
3 6-25% Sebagian Kecil
4 26-49% Hampir Setengahnya
5 50% Setengahnya
6 51-74% Lebih Dari Setengahnya
7 75-94% Sebgaian besar
8 95-99% Hampir Seluruhnya
9 100% Seluruhnya
Sumber : Arikunto, 2016

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan

menggunakan uji chi-square . Data yang dikumpulkan diolah

melalui program softwer IBM SPSS (Statiscal Package For

Sosial Sciences) statistic 22.

0,00 – 0,25 : tidak ada hubungan/lemah hubungan

0,26 – 0,50 : sedang

0,51 - 0,75 : hubungan kuat


54

0,76 – 1,00 : hubungan sangat kuat/sempurna

Rumus Chi-Square :

∑(𝑓0 −𝑓𝑒 ²
𝑥2 = 𝑓𝑒

Keterangan :

X2 : Nilai chi kuadrat

fe : Frekuensi yang diharapkan

fo ; Frekuensi yang diperoleh/diamati

Kriteria keputusan :

1. Jika p value >0,5 maka H0 diterima dan Ha ditolak

2. Jika p value <0,5 makan H0 ditolak dan Ha diterima

F. Etika Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti mendapatkan

surat pengantar dari STIKes widya dharma Husada, kemudian

menyerahkan kepada Kepala Dinas kesehatan tangerang selatan untuk

mendapatkan surat pengantar menuju puskesmas bakti jaya tangerang

selatan. Kemudia menyerahkan kepada kepala Puskesmas bakti jaya

tangerang selatan. Agar medapatkan ijin melakukan penelitian di

Puskesmas bakti jaya . setelah mendapat persetujuan, kemudian

melakukan pengumpulan data dengan menekankan pada masalah etik

yang meliputi :
55

1. Respect to Autonomy

Prinsip ini menjelaskan bahwa selama penelitian di bidang

kesehatan, peneliti harus menghormati kebebasan atau kemandirian

responden dalam pengambilan keputusan. Untuk melindungi

otonomi responden, strateginya adalah dengan memberikan

informed consent sebelum pengumpulan data, dimana partisipan

diberikan hak untuk menarik diri dari penelitian dan peneliti tidak

dipaksa.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

cukup dengan nomor kode pada masing-masing lembar.

3. Balancing Harms and Benefits (manfaat dan kerugian)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian

pada khususnya (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini,

peneliti melaksanakan penelitian sesuai prosedur yang ada supaya

tidak membahayakan responden dan mendapatkan manfaat yang

maksimal.

4. Justice (keadilan)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip


56

keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian

memperoleh perlakuan keuntungan yang sama tanpa membedakan

jenis kelamin, agama, etnis, dan sebagainya (Notoadmojo, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti adil terhadap semua responden atau

dengan kata lain tidak melakukan diskriminasi baik status, hak

sebagai responden, manfat yang diperoleh, keanonimitas dan

kerahasiaan
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

hubungan pola dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi di

puskesmas bakti jaya tangerang selatan. Penelitian dilakukan pada

penderita hipertensi dipuskesmas bakti jaya dengan kriteria yang telah

ditetapkan peneliti. Setelah pengambilan data dilakukan dengan

lembar kuesioner, selanjutnya tahapan pengolahan data. Pengolahan

data diambil dari 165 penderita yang datang berkunjung. Penyajian

data yang Dianalisakan disajikan dalam bentuk table dan penyajianya

akan dipaparkan sebagai berikut :

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia yang

dibedakan menjadi 2 kategori yang dapat dilihat pada tabel 5.1

berikut.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia

lebih dari setengahnya kelompok usia dewasa

akhir (36-56 tahun) sebanyak 97 responden

(58.8%) menunjukan di puskesmas bakti jaya

tangerang selatan (N=165)

57
58

Responden
No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)
1 26-35 Th (Dewasa awal) 68 41.2
2 36-56 Th (Dewasa akhir) 97 58.8
Total 165 100
Berdasarkan tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

usia menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya kelompok usia

dewasa akhir ( 36-56 tahun ) sebanyak 97 responden ( 58.8% ) dan

hampir setengahnya usia responden pada penelitian ini berada pada

kelompok usia dewasa awal ( 26-35 tahun ) sebanyak 68

Responden (41.2%)

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin yang dibedakan menjadi 2 kategori yang dapat dilihat pada

tabel 5.2 berikut

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis


kelamin lebih dari setengahnya berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 116 responden
(70.3%) menunjukan bahwa di puskesmas bakti
jaya tangerang selatan (N=165)

Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Perempuan 116 70.3
2 Laki-laki 49 29.7
Total 165 100
Berdasarkan Table 5.2. distribusi frekuensi responden berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 116 responden (70.3%) dan


59

hampir setengahnya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 49

responden (29.7%)

c. Karakteristik responden berdasakan pola makan

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pola

makan yang dapat dilihat pada table 5.4 berikut

Table 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola

makan lebih dari setengahnya dengan kategori

buruk yaitu sebanyak 109 responden (66.1%) di

puskesmas bakti jaya tangerang selatan (N=165)

Responden
No Pola makan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Buruk 109 66.1
2 Baik 56 33.9
Total 165 100
Berdasarkan Tabel 5.3 distribusi frekuensi responden

berdasarkan pola makan menunjukkan bahwa lebih dari

setengahnya dengan kategori buruk yaitu sebanyak 109 responden

(66.1%) dan hampir setengahnya kategori baik yaitu sebanyak 56

responden (33.9%)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

Hipertensi lebih dari setengahnya dengan

kejadian hipertensi yaitu sebanyak 106

responden (64.2%) di puskesmas bakti jaya

tangerang selatan (N=165)


60

Responden
No Kejadian Hipertensi Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Hipertensi 106 64.2
2 Tidak Hipertensi 59 35.8
Total 165 100
Berdasarkan Tabel 5.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan

kejadian Hipertensi menunjukkan bahwa lebih dari

setengahnya dengan kejadian hipertensi yaitu sebanyak

106 responden (64.2%) dan hampir setengahnya tidak

hipertensi yaitu sebanyak 59 responden (35.9)

Table 5.5 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi

No Pola Hipertensi Tidak Total pValue


Makan Hipertensi
N % N % N %
1 Buruk 65 67.1 44 64.7 109 66.1
2 Baik 32 32.9 24 35.3 56 33.9 0,010
Total 97 100 68 100 165 100
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada responden yang

mengalami hipertensi lebih banyak terdapat pada responden yang

mempunyai pola makan dengan kategori buruk sebanyak 65

Responden (67.1%) dibandingkan dengan responden yang

mempunyai pola makan dengan kategori baik sebanyak 32

Responden (32.9%). Hasil ini menunjukkan bahwa pola makan

buruk cenderung beresiko mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil

analisis data yang telah dilakukan dengan uji statistik (Chi-Square)

diperoleh nilai p value 0.010 < 0.05, maka hal tersebut H0 ditolak

Ha diterima yang artinya dalam penelitian ini ada Hubungan Pola

Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di


61

Puskesmas Bakti Jaya Tangerang Selatan. Hasil penelitian tersebut

terdapat pada lampiran.

B. Pembahasan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan dari hasil

penelitian baik hasil univariat maupun hasil bivariat yang

memperdalam tujuan inti dari penelitian yang telah di lakukan di

Puskesmas Bakti Jaya Tangerang Selatan.

1. Analisa Univariat

a. Usia

Berdasarkan tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden

berdasarkan usia menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya

kelompok usia dewasa akhir ( 36-56 tahun ) sebanyak 97

responden ( 58.8% ).

Hasil penelitian Dewi Harsuci Ramadhani, Sufiati Bintanah,

Erma Handarsari 2022 menunjukkan sebagian besar usia

penderita hipertensi dengan jumlah terbanyak terdapat pada

usia 51 – 60 tahun adalah 9 sampel (36,0%). Dari 25 sampel

yang saya ambil ada 19 sampel yang menderita hipertensi

dengan komplikasi dan sisanya ada 6 sampel yang menderita

hipertensi tanpa komplikasi. Hal ini disebabkan karena pada

usia produktif 18 - 44 tahun umumnya seseorang kurang

memperhatikan pola makan dan kesehatannya.


62

Hasil penelitian Leny Suarni 2017 berdasarkan kelompok

umur dapat diketahui bahwa dari 20 responden (100%) yang

dominan terkena hipertensi pada usia 41-60 tahun sebanyak 14

orang (70%). Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

lansia lebih rentan mengalami gejala-gejala hipertensi.

bertambahnya umur kebutuhan makanan atau kebutuhuan gizi

manusia akan lebih dan bertambahnya umur seseorang akan

mengalami peningkatan pada tekanan darah. Jenis kelamin

laki-laki mempunyai tingkat kewaspadaan lebih rendah terkena

hipertensi dibandingka dengan wanita, karena wanita akan

mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi setelah

memasuki masa menopause.(Sari and Susanti, 2016) Seiring

bertambahnya usia, kelenturan pembuluh darah pun akan

berkurang sehingga dapat menyebabkan tekanan darah lebih

mudah meningkat. Inilah sebabnya, mereka yang berusia di

atas 40 tahun akan lebih rentan mengalami hipertensi

dibandingkan mereka yang berusia muda.

b. Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 116 responden (70.3%)

Hasil penelitian Ivan Wijaya, Rama Nur Kurniawan. K.

Hardianto Haris tahun 2020 yg berjudul “Hubungan Gaya


63

Hidup dan Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi di

wilayah Kerja Puskesmas Towata Kabupaten Takalar” Dinas

Kesehatan Kabupaten Takalar pada tahun 2016 dari jumlah 15

puskesmas terdapat kasus hiperten-si sebanyak 757 orang

dengan rincian yang berjenis ke-lamin laki – laki sebanyak 105

orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 652 orang.

Kasus ini terbanyak pada jenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian Dewi Harsuci Ramadhani, Sufiati Bintanah,

Erma Handarsari “menunjukkan bahwa jenis kelamin

penderita hipertensi dengan jumlah terbanyak yaitu

perempuan sebanyak 18 sampel (72,0%). Dari hasil tersebut

sesuai dengan penelitian Rayhani (2005), Oktora (2007) yang

menyatakan bahwa wanita lebih banyak menderita hipertensi

dibandingkan dengan pria yaitu 51% banding 49% dan 58%

banding 42%. Risiko hipertensi berjalan sesuai dengan

pertambahan usia. Saat usia bertambah, wanita lebih berisiko

mengalami hipertensi. Itulah sebabnya hipertensi lebih banyak

dialami oleh wanita manula dari pada pria manula.

Menurut (Falah, 2019) jenis kelamin merupakan faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi yang tidak dapat dirubah.

Jenis kelamin perempuan lebih cenderung terkena hipertensi

dibandingkan laki-laki. Perempuan akan mengalami

peningkatan resiko terjadinya hipertensi atau tekanan darah


64

tinggi setelah perempuan mengalami masa menopause. Pada

perempuan selain memiliki hubungan yang sangat erat dengan

hipertensi yang disebabkan karena hormon, peerempuan juga

memiliki potensi hipertensi yang tinggi disebabkan karena

kegemukan (obesitas). Obesitas dapat disebabkan karena

mengkonsumsi makan berlemak terlelu sering yang akan

mengakibatkan tekena hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian (Purwono et al., 2020) dalam penelitian ini

perempuan lebih cenderung terkena hipertensi dibandingkan

dengan laki-laki. Perempuan akan mengalami peningkatan

resiko terkena hipertensi setelah mengalami masa menopause

yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang telah mengalami

menopause memiliki kadar esterogen yang berfungsi untuk

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang

mempunyai fungsi untuk menjaga kesehatan pembuluh darah.

Kadar HDL yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah

tinggi dan akan mengakibatkan terjadinya proses

aterosklerosis.

Berdasarkan uraian di atas penelti berasumsi bahwa jenis

kelamin yang rentan terkena hipertensi yaitu jenis kelamin

perempuan. Perempuan lebih cenderung terkena hipertensi

dibandingkan laki-laki disebabkan karena hormon. Menurut

Everett dan Zajacova dalam (Sari and Susanti, 2016) Salah


65

satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu jenis

kelamin. Wanita lebih cenderung menderita penyakit

hipertensi dibandingkan dengan laki-kaki karena wanita akan

mengalami peningkatan resiko tekanan darah yang tinggi

setelah memasuki masa menopause pada usia diatas 45 tahun.

Wanita yang belum memasuki masa menopause akan di

lindungi oleh hormon esterogen yang berperan penting dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

HDL yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah tinggi dan

akan mengakibatkan terjadinya proses aterosklerosis.

c. Pola makan Responden Puskesmas Bakti Jaya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

Puskesmas Bakti Jaya Tangerang Selatan, diketahui bahwa

distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan

menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya dengan kategori

buruk yaitu sebanyak 109 responden (66.1%)

Hasil penelitian Hamzah B, Hairil Akbar, Ake Royke Calvin

Langingi, St. Rahmawati Hamzah 2021 menunjukkan bahwa

dari 31 responden diketahui lansia yang menderita hipertensi

sebanyak 19 orang (61,3%) dan yang tidak hipertensi sebanyak

12 orang (38,7%), dan terdapat 10 (32,3%) orang lansia yang

memiliki pola makan yang baik dan 21 orang lansia (67,7%)

yang memiliki pola makan kurang baik.


66

Hasil penelitian Abdi Iswahyudi Yasril1, Widya Rahmadani

2020 diperoleh data responden sering mengkonsumsi garam

sebesar 56 responden (50,9%), hal ini dkarenakan kesadaran

masyarakat untuk membatasi diri dalam mengkonsumsi garam

dapat dikatakan masih kurang, kemudian responden juga

sering mengkonsumsi lemak yaitu 58 responden (52,7%)

artinya masyarakat banyak menyukai makanan yang berbahan

baku daging baik daging ayam ataupun sapi, makanan

gorengan, makanan bersantan dan lain-lain. Kemudian

responden juga sering mengkonsumsi makanan berserat yaitu

59 responden (53,6%) namun diketahui bahwa kebanyakan

responden memiliki pola makan yang cenderung rendah serat.

Banyak responden yang mengaku bahwa mereka hanya

mengkonsumsi beberapa sendok sayuran saja.diperoleh data

responden sering mengkonsumsi garam sebesar 56 responden

(50,9%), hal ini dkarenakan kesadaran masyarakat untuk

membatasi diri dalam mengkonsumsi garam dapat dikatakan

masih kurang, kemudian responden juga sering mengkonsumsi

lemak yaitu 58 responden (52,7%) artinya masyarakat banyak

menyukai makanan yang berbahan baku daging baik daging

ayam ataupun sapi, makanan gorengan, makanan bersantan

dan lain-lain. Kemudian responden juga sering mengkonsumsi

makanan berserat yaitu 59 responden (53,6%) namun diketahui


67

bahwa kebanyakan responden memiliki pola makan yang

cenderung rendah serat. Banyak responden yang mengaku

bahwa mereka hanya mengkonsumsi beberapa sendok sayuran

saja. (Rihiantoro and Widodo, 2020)

Menurut (Kadir, 2019) Pola makan merupakan perilaku sangat

penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Pola makan

disebabkan karenan kuantitas dan kualitas makanan yang di

konsumsi sehari-hari. Gizi yang optimal berperan penting

dalam pertumbuhan, perkembangan fisik dan kecerdasaan

seluruh kelompok umur. Pola makan ini merupakan salah satu

faktor resiko yang dapat dimodifikasi dalam penyakit

hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Rihiantoro

and Widodo, 2018) bahwa makanan merupakan salah satu

faktor penyebab terjadinya berbagai penyakit salah satunya

hipertensi. Pola makan yang menyebabkan hipertensi salah

satunya yaitu pola makan yang mangandung tinggi natrium

dan makan berlemak.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa pola

makan mempengaruhi kebutuhan gizi. Pola makan yang tidak

sehat akan beresiko menderita penyakit berbahaya bagi tubuh

seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi.

Menerepakan pola makan sehat dalam sehari-hari sangat

penting dalam menjaga tubuh agar terhindar dari berbagai


68

macam penyakit. Penerapan pola makan sehat seperti tidak

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi natrium dan

makanan berlemak dalam jangka waktu yang panjang atau

dilakukan secara berulang-ulang, seperti mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung garam (15gram atau 3

sdt), mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG atau

micin (3gram atau 1 sdt), mengkonsumsi makanan dengan

olahan kecap asin (14gram atau 1 sdm), ikan asin (100mg atau

1 ptg sdg), ikan teri kering (35gram atau 1 ptg), daging ayam

tanpa kulit (50gr atau 1 ptg), daging ayam dengan kulit

(55gram atau 1 ptg), udang (35gram atau 4 ekor sdg), olahan

buah alpukat (50gram atau ½ buah besar).

d. Kejadian Hipertensi

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian

Hipertensi menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya dengan

kejadian hipertensi yaitu sebanyak 106 responden (64.2%)

Hipertensi pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang

dapat di sebabkan oleh beberapa faktor. Maka dari itu,

pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukakan

dengan melihat faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi.

Faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi,

meliputi risiko yang tidak dapat dikendalikan atau dirubah dan


69

faktor risiko keturunan/ riwayat keluarga, ras, usia, dan jenis

kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan

diantaranya gaya hidup, pola makan, diet dan asupan garam,

stres, obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik, dan penyakit

penyerta (dislipedemia, dan diabetes melitus) (Sudoyo, 2010;

Kemenkes RI, 2014). (Harun, 2019).

Hipertensi akan meningkat sejalan dengan pertambahan usia.

Hipertensi merupakan faktor yang berperan penting di dalam

sistem sirkulasi tubuh. Naik atau turunnya tekanan darah dapat

mempengaruhi keseimbangan di dalam tubuh. Tekanan ini

paling tinggi saat ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan

paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).

Tekanan darah tinggi yang terus menerus dapat menyebabkan

terjadinya kerusakan pada pembuluh darah (Herlambang,

2013).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi di

Puskesmas Bakti Jaya Tangerang Selatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

Puskesmas Bakti Jaya, menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi lebih banyak terdapat pada responden

yang mempunyai pola makcan dengan kategori buruk

sebanyak 65 Responden (67.7%) dibandingkan dengan


70

responden yang mempunyai pola makan dengan kategori baik

sebanyak 32 Respnden (32.9%). Hasil ini menunjukkan bahwa

pola makan buruk cenderung beresiko mengalami hipertensi.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dengan uji

statistik (Chi-Square) diperoleh nilai p value 0.010 < 0.5, maka

hal tersebut Ho ditolak Ha diterima yang artinya dalam

penelitian ini ada hubungan pola makan dengan kejadian

hipertensi pada penderita hipertensi dipuskesmas Bakti Jaya

Tangerag Selatan.

Hasil Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh inggriyati drejol pada tahun 2022 yang berjudul

“Hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Siwalima Kabupaten Kepulauan

Aru” berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya

hubungan yang bermakna antara jenis makanan dengan

kejadian hipertensi, didapatkan p value = 0,000 dimana p <

0,05. Adanya hubungan yang bermakna antara jumlah makan

dengan kejadian hipertensi, di dapat p value = 0,000 dimana p

< 0,05. Dan adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi

makan dengan kejadian hipertensi, terdapat p value = 0,003

dimana p < 0,05.

Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang di lakukan

Sunarto Kadir pada tahun 2019 yang berjudul “ pola makan


71

dan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo

Kabupaten Gorontalo” menunjukan bahwa dari 66 orang

sampel, responden dengan pola makan baik sebanyak 42 orang

(63,6%), dari jumlah tersebut responden yang tidak mengalami

Hipertensi sebanyak 24 orang (36,4%), pre-Hipertensi

sebanyak 12 orang (18,2%), Hipertensi tingkat I sebanyak 4

orang (6,1%) dan Hipertensi tingkat II sebanyak 2 orang

(3,0%). Sedangkan 24 orang (36,4%) responden dengan pola

makan buruk, dari jumlah tersebut yang tidak mengalami

Hipertensi sebanyak 2 orang (3,0%), pre-Hipertensi sebanyak

8 orang (12,1%), Hipertensi tingkat I sebanyak 9 orang

(13,6%) dan Hipertensi tingkat II sebanyak 5 orang (7,6%).

Dari hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05),

artinya terdapat pengaruh pola makan terhadap kejadian

Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo Kabupaten

Gorontalo.

Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh

muhammad pada tahun 2020 yang berjudul “hubungan pola

makan dan aktifitas fisik terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi di Kapuas hulu” menunjukan bahwa Penelitian ini

berhasil mengumpulkan 100 pasien hipertensi yang bersedia

menjadi subjek penelitian dengan rerata (SD) usia 56 (9) tahun

dan didominasi laki-laki (71%), dan 10% dengan pasien


72

hipertensi terkontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa

aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan

tekanan darah pada pasien dengan hipertensi (p = 0,027);

dengan rerata (SD) nilai MET pasien hipertensi terkontrol dan

tidak terkontrol sebesar 5660,0 (4229,4) menit/minggu dan

5077,8 (8952,4) menit/minggu. Di sisi lain, pola makan tidak

menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi (p = 1,000). Berdasarkan studi ini,

dapat disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas fisik

mempengaruhi pengontrolan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh hamzah B, hairil akbar, ayke royke, calvin langingi, st

rahmawati hamzah pada tahun 2021 yang berjudul “analisis

hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia

diwilayah kerja puskesmas mobilagu” berdasarkan hasil

penelitian terdapat 61,3% responden yang menderita hipertensi

67,7% responden yang memiliki pola makan kurang baik

32,3% yang memiliki pola makan yang baik hasil uji statistic

diperoleh ada hubungan pola makan dengan kejadian

hipertensi (p=0,014<0,05) maka dapat disimpulkan ada

hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi diwilayah


73

kerja puskesmas mobilagu kabupaten bolaang mangondow

selatan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Muhammad Firdaus, Windu CHN Suryaningrat tahun 2020

yang berjudul “ Hubungan pola makan dan aktivitas fisik

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi dikapuas hulu”

berdasarkan hasil penelitian berhasil mengumpulkan 100

pasien hipertensi yang bersedia menjadi subjek penelitian

dengan rerata (SD) usia 56 (9) tahun dan didominasi laki-laki

(71%), dan 10% dengan pasien hipertensi terkontrol. Penelitian

ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan

yang bermakna dengan tekanan darah pada pasien dengan

hipertensi (p = 0,027); dengan rerata (SD) nilai MET pasien

hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol sebesar 5660,0

(4229,4) menit/minggu dan 5077,8 (8952,4) menit/minggu. Di

sisi lain, pola makan tidak menunjukkan hubungan yang

bermakna terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi (p =

1,000). Berdasarkan studi ini, dapat disimpulkan bahwa

peningkatan aktivitas fisik mempengaruhi pengontrolan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Ivan Wijaya, Rama Nur Kurniawan, Hardianto Haris

tahun 2020 yang berjudul “Hubungan Gaya Hidup dan Pola


74

Makan terhadap Kejadian Hipertensi diwilayah Kerja

Puskesmas Towata Kabupaten Takalar” berdasarkan hasil

penelitian diperoleh dari hasil survey dengan menggunakan

kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada

hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

(pvalue=0,031), tidak ada hubungan kebiasaan aktivitas fisik

dengan kejadian hipertensi (pvalue=0,619), ada hubungan

kebiasaan mengkonsumsi garam dapur dengan kejadian

hipertensi (pvalue=0,006) dan ada hubungan kebiasaan

mengkonsumsi lemak dengan kejadian hipertensi

(pvalue=0,000).

Pola makan di wilayah kerja Puskesmas Bakti Jaya tangerang

Selatan memiliki pola makan yang buruk. Pola makan tersebut

menyebabkan tekanan darah meningkat karena sering

mengkonsumsi makanan yang tinggi natrium dan makanan

berlemak.

Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa responden

mempunyai tingkat makanan mengandung tinggi natrium yaitu

mengkonsumsi makanan yang mengandung garam (15 gram

atau 3 sdt), mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG

atau micin (3 gram atau 1 sdt), mengkonsumsi makanan

dengan olahan kecap asin (14 gram atau 1 sdm),

mengkonsumsi ikan asin (1000mg atau 1 ptg sdg),


75

mengkonsumsi ikan teri kering (885mmg atau 1sdm),

mengkonsumsi olahan daging sapi (35 gram atau 1 ptg),

mengkonsumsi olahan daging ayam tanpa kulit (50gram atau 1

ptg), mengkonsumsi daging ayam dengan kulit (55 gram atau 1

ptg), mengkonsumsi makanan seperti udang, kepiting, dan

cumi (35gram atau 4 ekor sedang), mengkonsumsi olahan buah

alpukat (50 gram atau ½ gram).

Menurut (Purwono et al., 2020) Masyarakat mengkonsumsi

garam rata-rata 15 gram perhari. Kandungan garam atau

natrium yang tinggi dikonsumsi secara berlebihan akan

mengakibatkan hipertensi. Natrium yang diserap dalam

pembuluh darah berasal dari konsumsi garam yang tinggi akan

mengakibatkan adanya retensi air, sehingga volume darah

dalam tubuh akan meningkat. Asupan natrium tinggi

menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natrioretik

secara tidak langsung akan mengakibatkan peningkatan

tekanan darah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

(Purwono et al., 2020) pola konsumsi garam sangat

berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Konsumsi garam

dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter arteri,

sehingga jantung bekerja lebih keras memompa untuk

mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang –


76

ruang yang semakin sempit yang akan menyebabkan

hipertensi.

Menurut (Ramadhani, Bintanah and Handarsari, 2017)

Mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi

dan porsi yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol

yang akan mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah

sehinggah terjadi peningkatan tekanan darah. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian (Adriaansz, Rottie and Lolong, 2016)

mengatakan bahwa kadar lemak yang tinggi dalam darah akan

menyebabkan penumbatan pembuluh darah sehingga dapat

menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskuler.

Lemak bisa mengakibatkan penyakit kardiovaskuler tetapi

tidak secara langsung memicu hipertensi.

Berdasarkan uraian peneliti di atas, pola makan dapat

mempengaruhi hipertensi apabila mengkonsumsi makanan

yang tidak sehat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang

atau dilakukan secara berulang-ulang. Pola makan yang tidak

sehat yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi

meningkat, karena sering mengkonsumsi makanan yang tinggi

natrium dan tinggi lemak dengan porsi besar atau melebihi dari

kebutuhan. Makanan tinggi natrium dan makanan yang

berlemak akan menyebabkan lemak didalam tubuh menumpuk

dan mengakibatkan aliran darah terhambat. Aliran darah tidak


77

dapat mengalir menuju jantung diakibatkan penumpukkan

lemak. Penumpukkan lemak mengakibatkan tekanan darah

tinggi atau disebut dengan hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa hipertensi

merupakan keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang

tinggi didalam arteri menyebabkan resiko penyakit yang

berhubungan dengan kardiovaskuler. Faktor lain yang

menyebabkan hipertensi yaitu usia dan jenis kelamin. Seiring

bertambahnya umur seseorang akan mengalami peningkatan

pada tekanan darah. Jenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat

kewaspadaan lebih rendah terkena hipertensi dibandingka

dengan wanita, karena wanita akan mengalami peningkatan

resiko tekanan darah tinggi setelah memasuki masa

menopause.

C. Keterbatasan penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang

belum dapat dipenuhi dan menjadi kekurangan dalam penelitian ini.

Berbagai kekurangan tersebut pada isi penelitian yaitu :

1. Besar sampel sebanyak 282 responden, dimana keterbatasan dalam

penelitian ini adalah dengan sampel yang banyak diperkirakan

akan mewakili populasi yang ada dan diharapkan peneliti akan

lebih baik.
78

2. Tata cara pengumpulan data menggunakan kuesioner sehingga

memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak

jujur.

3. Penelitian ini hanya fokus kepada pola makan dan hipertensi saja,

penelitian ini tidak meneliti faktor- faktor risiko lainya yang

mempunyai.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Pola Makan Dengan

Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas

Bakti Jaya Tangerang Selatan dari 165 Resonden” maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Teridentifikasi berdasarkan usia bahwa lebih dari setengah

responden berusia 36-56 tahun (usia dewasa akhir) yaitu

sebanyak 97 responden ( 58.8% ) dan lebih dari setengah

nya jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 116

responden (70.3%)

2. Teridentifikasi berdasarkan Pola makan bahwa lebih dari

setengahnya responden pola makannya buruk yaitu

sebanyak 109 responden (66.1%)

3. Teridentifikasi berdasarkan kejadian hipertensi bahwa

lebih dari setengahnya responden dalam kategori hipertensi

yaitu sebanyak 106 responden (64.2%)

4. Teranalisis dari hasil uji Chi Square didapatkan p value

0.010 < α (0..05) Ha diterima bahwa ada hubungan pola

makan dengan kejadian hpertensi pada penderita hipertensi

di puskesmas bakti jaya tangerang selatan.

79
80

B. Saran

a. Bagi Puskesmas Bakti jaya Tangerang Selatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan pedoman

dalam memberikan penyuluhan kesehatan pentingnya pola

makan untuk mencegah hipertensi.

b. Bagi Stikes Widya Dharma Husada Tangerang

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai

pedoman oleh mahasiswa dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi tentang pentingnya

pola makan pada pasien hipertensi.

c. Bagi Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini dharapkan bisa dijadikan sebagai

pengetahuan bagi penderita hipertensi untuk lebih

memperhatikan pola makan dan mematuhi aturan yang

telah ditetapkan oleh petugas kesehatan sehingga kejadian

hipertensi bisa diminimalisir.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai

acuan dalam penelitian selanjutnya dengan desain

penelitian yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Anisah, Choirun, and Umdatus Soleha. "Gambaran pola makan pada


penderita hipertensi yang menjalani rawat inap di irna f Rsud
Syarifah Ambami Rato Ebu Kabupaten Bangkalan–Madura."
Journal Of Health Sciences 7.1 (2014).

Aprillia, Y. "Lifestyle and Diet Patterns to the Occurance of Hypertension."


JIKSH: Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada 9.2 (2020).

Darmawan, Hasbullah, Abdullah Tamrin, and Nadimin Nadimin.


"Hubungan Asupan Natrium dan Status Gizi Terhadap Tingkat
Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Kota Makassar."
Media Gizi Pangan 25.1 (2018): 11-17.

Firdaus, Muhammad, and Windu CHN Suryaningrat. "Hubungan Pola


Makan dan Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di Kapuas Hulu." Majalah Kesehatan FKUB 7.2 (2020):
110-117.

Kadir, Sunarto. "Pola Makan dan kejadian hipertensi." Jambura Health and
Sport Journal 1.2 (2019): 56-60.

Wulandari, Imanuel Sri Mei. "Hubungan pola makan dengan kejadian


hipertensi pada anggota prolanis Di wilayah kerja Puskesmas
Parongpong." Chmk nursing scientific journal 4.2 (2020): 228-236.

Ramadhani, Dewi Harsuci, Sufiati Bintanah, and Erma Handarsari. "Profil


tekanan darah berdasarkan asupan lemak, serat dan IMT pasien
hipertensi." Jurnal Gizi 6.2 (2017).

Roza, Andalia. "Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di


Puskesmas Dumai Timur Dumai-Riau." Jurnal Kesehatan STIKes
Prima Nusantara Bukittinggi 7.1 (2016): 47-52.

81
82

Ruus, Monica, Billy J. Kepel, and Jootje ML Umboh. "Hubungan antara


konsumsi alkohol dan kopi dengan kejadian hipertensi pada laki-
laki di Desa Ongkaw Dua Kecamatan Sinonsayang Kabupaten
Minahasa Selatan." KESMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi 5.1 (2016).

Sistikawati, Hestu Ismah, et al. "Literature Review: Hubungan Pola Makan


dengan Kejadian Hipertensi." Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia 20.1: 57-62.

Makan, Pola. "Literature Review: Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian


Anemia Pada Remaja Putri." Journal of Holistics and Health
Sciences 3.2 (2021).

Suarni, Leny. "hubungan Pola Makan dengan Terjadinya Hipertensi pada


Pasien Hipertensi di rumah Sakit PTPN II Bangkatan Binjai Tahun
2017." Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan 2.2
(2017): 88-92.

Susi, Susi, and David Dwi Ariwibowo. "Hubungan antara kebiasaan


merokok terhadap kejadian hipertensi essensial pada laki-laki usia
di atas 18 tahun di RW 06, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan
Medan Satria, Kota Bekasi." Tarumanagara Medical Journal 1.2
(2019): 434-441.

Sutarjana, Made Adi. "Hubungan Frekuensi Konsumsi Kafein Dan Tingkat


Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda." Gizi
Indonesia 44.2 (2021): 145-154.

Yasril, Abdi Iswahyudi, and Widya Rahmadani. "Hubungan Pola Makan


Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Sikolos Kota Padang Panjang Tahun 2019." Jurnal sehat mandiri
15.2 (2020): 33-43.
83

Yonata, Ade, and Arif Satri Putra Pratama. "Hipertensi sebagai faktor
pencetus terjadinya stroke." Jurnal Majority 5.3 (2016): 17-21

Adam, L. (2019) ‘Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia Jambura


Health and Sport Journal, 1(2), pp. 82–89. doi:
10.37311/jhsj.v1i2.2558.

Adriaansz, P., Rottie, J. and Lolong, J. (2016) ‘Hubungan Konsumsi


Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Puskesmasranomuut Kota Manado’, Jurnal Keperawatan
UNSRAT, 4(1), p. 108574.

Firdaus, M. and Suryaningrat, W. C. (2020) ‘Hubungan Pola Makan Dan


Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Di Kapuas Hulu’, Majalah Kesehatan, 7(2), pp. 110–117. doi:
10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.07.02.5.

Purwono, J. et al. (2020) ‘Pola Konsumsi Garam Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Lansia’, Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1), p. 531.
doi: 10.52822/jwk.v5i1.120.

Sari, Y. K. and Susanti, E. T. (2016) ‘Hubungan Jenis Kelamin dengan


Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Nglegok
Kabupaten Blitar’, Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery), 3(3), pp. 262–265. doi: 10.26699/jnk.v3i3.art.p262-
265.

Sistikawati, H. I., , Irvina Wahyu Fuadah, N. A. S. and , Atha Firza


Azzahra, Anis Aesyah, Insyira, Pramudya Fahry Adhitama, Rika
Kusuma Anggraini, N. N. (2021) ‘Literature Review : Hubungan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi’, Januari, 20(1), pp. 57–
62. Available at: https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi.

Suarni, L. (2017) ‘Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Hipertensi


Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Ptpn Ii Bangkatan Binjai
84

Tahun 2017’, Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB


Medan, 2(2), p. 88. doi: 10.34008/jurhesti.v2i2.74.

Y.f diliyana, Y. utam. (2020) ‘Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian


Gastritis Pada Remaja Di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti
Kota Kediri’, Journal of Nursing Care & Biomolecular, 5(1), pp.
19–24. Available at: http://www.stikesmaharani.ac.id/ojs-
2.4.3/index.php/JNC/article/view/148/162.

Karim, N. A. (2018) ‘Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Derajat Hipertensi


Pada Pasien Rawat Jalan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tagulandang Kabupaten Sitaro’, Jurnal Keperawatan, 6(1), pp. 1–
6.

Gligorijevic, N., Robajac, D. and Nedic, O. (2019) ‘Studi Tentang Pola


Makan Dan Tingkat Kesegaran Jasmani Lansia Di Nagari
Saniangbaka Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok’,
84(10), pp. 1511–1518. doi: 10.1134/s0320972519100129.

Manik, L. A. and Wulandari, I. S. M. (2020) ‘Hubungan Pola Makan


Dengan Kejadian Hipertensi Pada Anggota Prolanis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Parongpong’, Chmk Nursing Scientific Journal,
4(April), p. 9.

Pardede, S. O. and Sari, Y. (2018) ‘Majalah kedokteran F.K.-UKI.’,


Majalah Kedokteran UKI, 32(1), pp. 30–40. Available at:
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/article/view/681.
85

Lampiran 1 : Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Niki Karlita

Tempat Tanggal Lahir : Bogor 21 Januari 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Atma Asmawi No 23 Desa Gn.sindur Rt

001/011 Kec.Gn.sindur Kab. Bogor Provinsi Jawa

barat

Email : nikikarlita2121@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

2012 : SDN GunungSindur 03

2015 : SMP PonPes Riyadlul Jannah

2018 : SMK PonPes Assalam Riyadlul Jannah

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya


86

Lampiran 2 : Motto

MOTTO

Berjalan pelan adalah cara tercepat untuk mencapai tempat yang anda ingin kan

Barang siapa berjalan pada jalannya maka sampailah ia

Never late to be the best


87

Lampiran 3 : Permohonan Menjadi Responden


88

Lampiran 4 : Pernyataan Persetujuan


89

Lampiran 5: Permohonan Izin Penelitian


90

Lampiran 6 : Balasan Surat Izin Penelitian


91

Lampiran 7 : Studi Pendahuluan


92

Lampiran 8 : Kartu Bimbingan 1


93

Lampiran 9 : Kartu Bimbingan 2


94

Lampiran 10 : Kuesinoer Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

No Responden :

Inisial Nama / Nama singkat :

Umur :

Jenis kelamin :

Tekanan Darah :

Petunjuk pengisian: jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda


dan cek list () pada kolom.

Keterangan

: Selalu (dilakukan setiap hari )

: Sering ( dilakukan setidaknya 4-6 kali dalam seminggu )

: Jarang ( dilakukan setidaknya 1-3 kali dalam seminggu

: Tidak pernah ( tidak pernah dilakukan )

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


pernah
1 2 3 4

1 Saya mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung garam (15 gram

atau 3 sendok the )

2 Saya mengkonsumsi makanan yang


95

mengandung MSG (micin) (3 gram

atau 1 sendok teh)

3 Saya mengkonsumsi makanan

dengan campuran atau olahan kecap

asin (14 gram atau 1 sdm)

4 Saya mengkonsumsi ikan asin

(1000mg) atau 1 potong sedang)

5 Saya mengkonsumsi ikan teri kering

(15 gram atau 1sdm)

6 Saya mengkonsumsi olahan daging

sapi (35 gram atau 1 potong)

7 Saya mengkonsumsi olahan daging

ayam tanpa kulit (50 gram tau 1

potong )

8 Saya mengkonsumsi olahan daging

ayam dengan kulit yang digoreng

secara berlebihan (55 gram atau 1

potong)

9 Saya mengkonsumsi makanan

seperti udang, kepiting, dan cumi (35

gram atau 4 ekor sedang)

10 Saya suka mengkonsumsi makanan

olahan buah alpukat (50 gram atau ½


96

buah besar

Kategori :

Baik = 25 – 40

Buruk = 10 – 24
97

Lampiran 11: Lembar Rekapitulasi

HASIL REKAPITULASI

INISIAL JENIS POLA KEJADIAN


NO
NAMA USIA KELAMIN MAKAN HIPERTENSI
1 Ny. Z 2 2 2 2
2 Tn. M 1 2 1 1
3 Tn. Y 1 1 1 1
4 Tn. Y 1 1 2 1
5 Ny. C 2 1 1 2
6 Ny. S 2 2 1 1
7 Tn. K 2 1 2 2
8 Tn. F 2 1 1 2
9 Tn. R 2 1 1 2
10 Tn. R 1 1 1 1
11 Tn. K 1 1 2 2
12 Tn. M 1 1 1 2
13 Ny. A 1 2 1 2
14 Ny. Q 2 2 2 2
15 Tn. A 2 2 1 2
16 Tn. A 2 1 1 1
17 Ny. D 2 2 2 2
18 Tn. G 1 1 1 1
19 Ny. D 1 2 1 2
20 Ny. Z 2 2 1 2
21 Tn. S 2 1 2 2
22 Tn. M 2 1 2 1
23 Tn. R 1 1 1 2
24 Ny. P 1 2 1 1
25 Tn. A 1 1 1 2
26 Tn. A 2 1 2 1
27 Ny. R 1 2 1 1
28 Ny. N 2 2 1 1
29 Ny. S 2 2 1 1
30 Tn. R 2 1 1 1
31 Tn. A 2 1 1 1
32 Ny. H 2 2 1 1
33 Tn. K 2 1 1 2
34 Ny. B 2 2 1 1
98

35 Ny. K 1 2 2 1
36 Ny. S 1 2 2 1
37 Tn. B 2 1 1 1
38 Tn. R 2 1 2 1
39 Tn. H 2 1 1 2
40 Tn. A 1 1 1 2
41 Tn. Y 1 1 1 1
42 Tn . J 2 1 1 1
43 Tn. F 2 1 1 1
44 Tn. N 2 1 1 1
45 Tn. Z 1 1 1 1
46 Ny. A 2 2 1 1
47 Ny. B 2 2 1 2
48 Tn. T 2 1 1 1
49 Tn . G 2 1 1 1
50 Tn. F 2 1 2 1
51 Tn . D 2 1 1 1
52 Tn. I 1 1 2 1
53 Tn. M 1 1 1 1
54 Ny. D 2 2 2 2
55 Tn. R 1 1 1 1
56 Ny. D 1 2 2 1
57 Tn. F 2 1 1 1
58 Ny. N 2 2 2 1
59 Tn. A 1 1 1 2
60 Ny. T 2 2 2 1
61 Ny. Z 1 2 1 2
62 Ny. S 2 2 1 1
63 Ny. W 2 2 1 1
64 Tn. Z 1 1 2 2
65 Tn. A 2 1 1 1
66 Tn. W 1 1 1 2
67 Tn. G 1 1 2 1
68 Tn. F 1 1 2 2
69 Tn. Z 2 1 1 1
70 Ny. A 1 2 1 1
71 Tn. R 2 1 1 1
72 Ny. I 1 2 2 1
73 Tn. W 2 1 1 1
74 Ny. A 1 2 1 1
75 Tn. Z 2 1 2 1
99

76 Ny. D 2 2 1 1
77 Tn. M 1 1 2 2
78 Tn. Z 1 1 1 1
79 Tn. I 2 1 1 1
80 Tn. G 2 1 1 1
81 Tn. K 2 1 1 2
82 Ny. N 2 2 2 1
83 Ny. S 1 2 1 1
84 Tn. R 1 1 1 2
85 Tn. A 1 1 2 1
86 Ny. H 2 1 1 1
87 Tn. K 2 2 1 1
88 Ny. B 2 1 2 1
89 Ny. K 2 1 1 1
90 Ny. S 2 1 1 1
91 Tn. B 1 1 1 2
92 Tn. R 1 1 1 1
93 Tn. H 1 1 1 1
94 Tn. A 1 2 1 2
95 Tn. Y 2 2 2 1
96 Tn . J 2 2 1 2
97 Tn. F 2 1 1 1
98 Tn. N 2 2 2 2
99 Tn. Z 1 1 1 1
100 Ny. A 1 2 1 1
101 Ny. B 2 2 1 1
102 Tn. T 2 1 2 1
103 Tn . G 2 1 2 1
104 Tn. F 1 1 1 1
105 Tn . D 1 2 1 1
106 Tn. I 1 1 1 1
107 Tn. M 2 1 2 2
108 Ny. D 1 2 1 1
109 Tn. R 2 1 1 1
110 Ny. D 2 2 1 1
111 Tn. F 2 1 1 2
112 Ny. N 2 1 1 1
113 Tn. A 2 1 1 1
114 Ny. T 2 1 1 1
115 Ny. Z 2 2 1 2
116 Ny. S 1 1 2 1
100

117 Ny. W 1 2 2 1
118 Tn. Z 2 1 1 1
119 Tn. A 2 1 2 2
120 Tn. W 2 1 1 1
121 Tn. G 1 1 1 1
122 Tn. F 1 1 1 2
123 Tn. Z 2 1 1 1
124 Ny. A 2 1 1 1
125 Tn. R 2 1 1 1
126 Ny. I 1 1 1 2
127 Tn. W 2 1 1 1
128 Tn. Y 2 2 1 1
129 Ny. C 2 1 1 1
130 Ny. S 2 1 1 2
131 Tn. K 2 1 2 1
132 Tn. F 2 1 1 1
133 Tn. R 1 1 2 1
134 Tn. R 1 1 1 2
135 Tn. K 2 1 2 1
136 Tn. M 1 1 1 1
137 Ny. A 1 1 2 2
138 Ny. Q 2 1 1 1
139 Tn. A 2 2 2 1
140 Tn. A 1 1 1 1
141 Ny. D 2 1 2 2
142 Tn. G 1 2 1 1
143 Ny. D 2 1 1 1
144 Ny. Z 2 2 1 1
145 Tn. S 1 1 2 2
146 Tn. M 2 1 1 2
147 Tn. R 1 1 1 1
148 Ny. P 1 1 2 2
149 Tn. A 1 1 2 2
150 Tn. A 2 1 1 1
151 Ny. R 1 2 1 2
152 Ny. N 2 1 2 2
153 Ny. S 1 1 2 1
154 Tn. R 2 1 1 2
155 Tn. A 1 1 2 2
156 Ny. H 2 1 2 2
157 Ny. S 2 1 2 1
101

158 Tn. R 1 1 2 2
159 Tn. A 1 1 1 1
160 Ny. H 2 1 2 2
161 Tn. K 2 1 2 2
162 Ny. B 2 1 2 2
163 Ny. K 1 1 2 2
164 Ny. S 1 1 2 2
165 Tn. B 2 1 2 2

UMUR 1 26-35 tahun


2 36-56 tahun

JK 1 PEREMPUAN
2 LAKI-LAKI

POLA 1 BURUK
MAKAN 2 BAIK

HIPERTENSI 1 HIPERTENSI
2 TIDAK
HIPERTENSI
102

Lampiran 12 : Hasil Olah Data

HASIL OLAH DATA


103
104

Lampiran 13 : Daftar Data

DAFTAR DATA TEKANAN DARAH PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAKTI JAYA TANGERANG
SELATAN

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN TEKANAN


DARAH
1 Tn. Z 40 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
2 Tn. M 27 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
3 NY.N 25 TAHUN PEREMPUAN 140/90
4 NY.Y 29 TAHUN PEREMPUAN 139/90
5 Ny. C 40 TAHUN PEREMPUAN 120/80
6 TN.S 50 TAHUN LAKI-LAKI 142/89
7 NY.K 40 TAHUN PEREMPUAN 120/80
8 NY.F 46 TAHUN PEREMPUAN 120/80
9 NY.R 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
10 NY.R 30 TAHUN PEREMPUAN 142/89
11 NY.K 30 TAHUN PEREMPUAN 120/80
12 NY.M 30 TAHUN PEREMPUAN 120/80
13 TN.K 29 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
14 TN.Q 40 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
15 Tn. A 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
16 NY.A 40 TAHUN PEREMPUAN 142/89
17 TN.D 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
18 NY.G 30 TAHUN PEREMPUAN 142/89
19 TN.D 30 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
20 TN.Z 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
21 NY.S 27 TAHUN PEREMPUAN 120/80
22 NY.M 40 TAHUN PEREMPUAN 139/88
23 NY.R 27 TAHUN PEREMPUAN 120/80
24 TN.P 34 TAHUN LAKI-LAKI 144/90
25 NY.A 28 TAHUN PEREMPUAN 120/80
26 NY.A 48 TAHUN PEREMPUAN 130/90
27 Ny. R 29 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
28 Ny. N 49 TAHUN LAKI-LAKI 147/90
29 Ny. S 50 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
30 NY.R 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
31 NY.A 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
32 TN.H 50 TAHUN LAKI-LAKI 134/90
33 NY.K 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
34 TN.B 50 TAHUN LAKI-LAKI 130/80
105

35 TN.K 35 TAHUN LAKI-LAKI 130/90


36 TN.S 35 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
37 NY.A 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
38 Ny. R 50 TAHUN PEREMPUAN 14/80
39 Ny. N 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
40 Ny. S 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
41 NY.R 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
42 NY.A 50 TAHUN PEREMPUAN 14/80
43 NY.H 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
44 NY.K 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
45 NY.B 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
46 TN.A 50 TAHUN LAKI-LAKI 150/80
47 TN.B 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
48 NY.A 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
49 NY.H 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
50 NY.K 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
51 NY.B 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
52 TN.A 35 TAHUN PEREMPUAN 140/90
53 TN.B 35 TAHUN PEREMPUAN 140/80
54 Ny. D 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
55 Tn. R 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
56 Ny. D 35 TAHUN LAKI-LAKI 130/80
57 Tn. F 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
58 Ny. N 51 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
59 Tn. A 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
60 TN.A 51 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
61 TN.B 35 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
62 TN.D 51 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
63 Tn. R 51 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
64 NY.A 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
65 NY.H 50 TAHUN PEREMPUAN 130/80
66 NY.K 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
67 NY.B 35 TAHUN PEREMPUAN 140/90
68 TN.A 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
69 TN.B 50 TAHUN PEREMPUAN 130/88
70 Ny. A 35 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
71 Tn. R 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
72 Ny. I 35 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
73 Tn. W 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
74 Ny. A 35 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
75 Tn. Z 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
106

76 Ny. D 50 TAHUN LAKI-LAKI 140/90


77 Tn. M 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
78 Tn. Z 35 TAHUN PEREMPUAN 130/80
79 Tn. I 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
80 Tn. G 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
81 Tn. K 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
82 Ny. N 50 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
83 Ny. S 35 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
84 Tn. R 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
85 Tn. A 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
86 Ny. H 50 TAHUN PEREMPUAN 140/88
87 Tn. K 50 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
88 Ny. B 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
89 Ny. K 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
90 Ny. S 50 TAHUN PEREMPUAN 130/88
91 Tn. B 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
92 Tn. R 35 TAHUN PEREMPUAN 140/90
93 Tn. H 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
94 Tn. A 35 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
95 Tn. Y 50 TAHUN LAKI-LAKI 130/80
96 Tn . J 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
97 Tn. F 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
98 Tn. N 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
99 Tn. Z 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
100 Ny. A 35 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
101 Ny. B 50 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
102 Tn. T 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
103 Tn . G 50 TAHUN PEREMPUAN 130/88
104 Tn. F 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
105 Tn . D 35 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
106 Tn. I 35 TAHUN PEREMPUAN 130/80
107 Tn. M 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
108 Ny. D 35 TAHUN LAKI-LAKI 140/80
109 Tn. R 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
110 Ny. D 50 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
111 Tn. F 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
112 Ny. N 50 TAHUN PEREMPUAN 130/80
113 Tn. A 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
114 Ny. T 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
115 Ny. Z 50 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
116 Ny. S 35 TAHUN PEREMPUAN 150/80
107

117 Ny. W 35 TAHUN LAKI-LAKI 130/90


118 Tn. Z 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
119 Tn. A 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
120 Tn. W 50 TAHUN PEREMPUAN 130/80
121 Tn. G 35 TAHUN PEREMPUAN 140/80
122 Tn. F 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
123 Tn. Z 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
124 Ny. A 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
125 Tn. R 50 TAHUN PEREMPUAN 130/80
126 Ny. I 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
127 Tn. W 50 TAHUN PEREMPUAN 130/80
128 Tn. Y 50 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
129 Ny. C 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
130 Ny. S 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
131 Tn. K 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
132 Tn. F 50 TAHUN PEREMPUAN 140/90
133 Tn. R 35 TAHUN PEREMPUAN 140/80
134 Tn. R 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
135 Tn. K 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
136 Tn. M 35 TAHUN PEREMPUAN 140/90
137 Ny. A 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
138 Ny. Q 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
139 Tn. A 50 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
140 Tn. A 35 TAHUN PEREMPUAN 140/90
141 Ny. D 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
142 Tn. G 35 TAHUN LAKI-LAKI 130/90
143 Ny. D 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
144 Ny. Z 50 TAHUN LAKI-LAKI 140/90
145 Tn. S 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
146 Tn. M 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
147 Tn. R 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
148 Ny. P 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
149 Tn. A 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
150 Tn. A 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
151 Ny. R 35 TAHUN LAKI-LAKI 120/80
152 Ny. N 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
153 Ny. S 35 TAHUN PEREMPUAN 130/90
154 Tn. R 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
155 Tn. A 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
156 Ny. H 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
157 Ny. S 50 TAHUN PEREMPUAN 130/90
108

158 Tn. R 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80


159 Tn. A 35 TAHUN PEREMPUAN 140/90
160 Ny. H 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
161 Tn. K 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
162 Ny. B 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
163 Ny. K 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
164 Ny. S 35 TAHUN PEREMPUAN 120/80
165 NY.B 50 TAHUN PEREMPUAN 120/80
109

Lampiran 14 : (Dokumentasi Hasil penelitian)

Anda mungkin juga menyukai