Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN

TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS


TELING ATAS KACAMATAN WANEA KOTA MANADO

SKRIPSI

OLEH:

GALIH PUTRA CATUR BRATA


NIM. 1614201254

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2022
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN
TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS
TELING ATAS KACAMATAN WANEA KOTA MANADO

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan
Pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Pembangunan Indonesia (UNPI)

Oleh :

GALIH PUTRA CATUR BRATA


NIM. 1614201254

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Tekanan


Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas
Kacamatan Wanea Kota Manado
Nama : Galih Putra Catur Brata
NIM : 1614201254
Fakultas : Keperawatan
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Telah di ajukan dan dipertahankan didepan para penguji

1. Penguji I Ns. Olvin Manengkey, S.Kep.,M.Kes (...............................)

2. Penguji II Ns. Rivelino Hamel, S.Kep.,M.Kes (...............................)

3. Penguji III Ns. Julita Legi, S.Kep.,M.Kep (...............................)

4. Penguji IV Ns. Ariska, S.Kep.,M.Kes (...............................)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan

Ns. Vivi Mampuk, S.Kep,M.Kes


NIDN. 0909018702

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Galih Putra Catur Brata


NIM : 1614201254
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa jika Karya Tulis Ilmiah yang saya
ajukan terbukti merupakan hasil plagiat atau bukan merupakan hasil karya saya
sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
akademik dan melaksanakan penelitian ulang.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan dengan penuh rasa tanggung
jawab untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Manado,
Oktober, 2022
Yang membuat pernyataan

Galih Putra Catur Brata

iii
CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Galih Putra Catur Brata

NIM : 1614201254

Tempat Tanggal Lahir : Manado, 19 Maret 1999

Agama : Hindu

Alamat : Jln 14 Februari, Puskesmas Kec. Wanea Kota

Manado

Nomor Telepon : 081241813949

Riwayat Pendidikan : - 1. SDN Kartika Wira Buana III

- 2. SMPN 7 Manado

- 3. SMAN 7 Manado

iv
Galih Putra Catur Brata, 2022. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas
Kacamatan Wanea Kota Manado. (Dibawah bimbingan dan Ns. Julita Legi dan
Ns. Ariska).

Abstrak
Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan hasil wawancara dan
pemeriksaan tekanan darah terhadap 15 Wanita usia subur di dapatkan hasil
bahwa 11 wanita menggunakan KB hormonal dan 4 wanita tidak menggunakan
KB dan wanita usia subur masih menggunakan kontrasepsi hormonal untuk
mencegah kehamilan. Hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan 8 wanita
dengan tekanan darah hipertensi stage 1,3 wanita dengan tekanan darah normal
dan 4 wanita dengan tekanan darah pre hipertensi setelah melakukan suntik KB
hormonal. Tujuan Penelitian untuk mengetahui Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di
Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.
Jenis Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional study, Sampel dalam penelitian ini mengunakan teknik provosife
sampling, Jumlah sampel 64 responden yang telah dilaksanakan di Puskesmas
Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan hasil didapatkan penggunaan
kontrasepsi Pil KB dengan hipertensi stage-1 sebanyak 12 responden (18,8%), Pil
KB dengan hipertensi stage-2 sebanyak 4 responden (6,2%). Suntik KB dengan
hipertensi stage-1 sebanyak 3 responden (4,7%), Suntik KB dengan hipertensi
stage-2 sebanyak 11 responden (17,2%) %). Implan KB dengan pre-hipertensi
sebanyak 2 responden (3,1%), Implan KB dengan hipertensi stage-2 sebanyak 15
responden (23,4%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di
peroleh nilai ρ-value = 0,009 lebih kecil dari nilai α=0,05.
Penelitian ini menyimpulkan ada Hubungan Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di
Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado. Saran: sebuah data bagi
perawat atau petugas puskesmas untuk melakukan intervensi pada pasien
hipertensi yang menggunaan alat kontrasepsi.

Kata Kunci : KB Hormonal, Tekanan Darah Wanita Usia Subur.

v
Galih Putra Catur Brata, 2022. Correlation between the use of hormonal
contraceptives and blood pressure in women of childbearing age at Teling Atas
Health Center, Wanea, Manado City. (Under the guidance of Ms. Julita Legi and
Ms. Ariska).

Abstract
Based on the results of the preliminary study, the results of interviews and
blood pressure checks on 15 women of childbearing age showed that 11 women
used hormonal contraception and 4 women did not use family planning and
women of childbearing age were still using hormonal contraception to prevent
pregnancy. The results of the blood pressure examination showed 8 women with
stage 1.3 hypertension blood pressure, women with normal blood pressure and 4
women with prehypertension blood pressure after taking hormonal family
planning injections. The purpose of the study was to determine the relationship
between the use of hormonal contraceptives and blood pressure in women of
childbearing age at the Teling Atas Health Center, Wanea, Manado City.
This type of research uses a quantitative method with a cross sectional study
approach, the sample in this study uses a provocative sampling technique, the
number of samples is 64 respondents who have been carried out at the Teling Atas
Health Center, Glasses Wanea, Manado City.
Based on the results of the study, it was found that the use of contraceptive
pills with stage-1 hypertension was 12 respondents (18.8%), birth control pills
with stage-2 hypertension were 4 respondents (6.2%). KB injections with stage-1
hypertension were 3 respondents (4.7%), KB injections with stage-2 hypertension
were 11 respondents (17.2%) %). KB implants with pre-hypertension were 2
respondents (3.1%), KB implants with stage-2 hypertension were 15 respondents
(23.4%). The results of statistical tests using the chi-square test obtained the value
of -value = 0.009 which is smaller than the value of = 0.05.
This study concludes that there is a relationship between the use of hormonal
contraceptives and blood pressure in women of childbearing age at the Teling
Atas Health Center, Wanea, Manado City. Suggestion: a data for nurses or
puskesmas officers to intervene in hypertensive patients who use contraceptives.

Keywords: Hormonal Family Planning, Blood Pressure of Women of


Childbearing Age

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan kemurahanNya sehingga penulis dapat menyusun serta menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas
Kacamatan Wanea Kota Manado. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi
salah satu persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan S-1 Pada Program Studi
Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia
(UNPI) Manado.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan
hambatan, akan tetapi berkat bimbingan dan arahan serta bantuan dari berbagai
pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, apa yang
sudah penulis raih saat ini akan dipersembahkan kepada semua pihak yang
senantiasa menunjang keberhasilan Skripsi ini. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati dan puji syukur menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Dra. Debby Ch. Rende, M.Si, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Indonesia Manado yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama
mengikuti pendidikan.
2. Drs. F. H. Rende, selaku Ketua Yayasan Universitas Pembangunan
Indonesia Manado yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama
penulis mengikuti pendidikan.
3. Ns. Vivi S. Mampuk, S.Kep, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis mengikuti
pendidikan dan selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Ns. Julita Legi, S.Kep.,M.Kep, selaku Kaprodi Ilmu Keperawatan serta
dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan
bimbingan yang sangat bermanfaat selama penulis menyusun skripsi.
5. Ns. Ariska, S.Kep.,M.Kep, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama
penulis menyusun skripsi.

vii
6. Ns. Olvin Manengkey, S.Kep.,M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah
banyak memberikan masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat
selama penulis menyusun skripsi.
7. Ns. Rivelino Hamel, S.Kep.,M.Kes, selaku dosen penguji II yang telah
banyak memberikan masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat
selama penulis menyusun skripsi
8. Seluruh staf dosen dan pengelolah Fakultas Keperawatan UNPI Manado
atas bantuan serta bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama penulis
mengikuti pendidikan.
9. Kepala Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
10. Terimakasih yang tak terhingga buat papa (Darmawan) dan mama (Gusti
Ayu Putu Budiasih), kaka (Bela Santika Sari), adik (Septriana Gustiawan)
atas setiap kasih sayang, motivasi, doa serta dukungan baik dalam bentuk
moril maupun materi kepada penulis selama proses perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan apa
yang ada dalam skripsi ini akan bermanfaat bagi kita semua

Manado, Oktober 2022


Penulis

Galih Putra Catur Brata

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iii

CURRICULUM VITAE ..................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

ABSTRAC ......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga Berencana ...................................................................... 7


B. Konsep KB Hormonal ............................................................................. 11
C. Konsep Hipertensi ................................................................................... 17
D. Hubungan KB Hormonal dengan Tekanan Darah ............................................... 36
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESISI, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep .................................................................................... 37


B. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 37
C. Definisi Operasional ................................................................................ 38
BAB IV METODE PENELITIAN

ix
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 39
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 39
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 39
D. Instrumen Penelitian ................................................................................ 41
E. Analisa Data............................................................................................ 42
F. Etika Penelitian ....................................................................................... 42
BAB V HASIL PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 44

B. PEMBAHASAN ................................................................................... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ..................................................................................... 55

B. SARAN ................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56

LAMPIRAN ..................................................................................................... 59

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Kejadian Hipertensi menurut Indonesian Society of

Hypertension................................................................................................. 21

Tabel 2.2 : Tabel 2.2 Kejadian Hipertensi menurut JNC 7 ............................. 21

Tabel 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 38

Tabel 4.2 : Definisi Operasional .................................................................... 39

Tabel 4.1 : Krakteristik Responden ............................................................... 47

Tabel 4.2 : Analisis Univariat ....................................................................... 48

Tabel 4.3 : Analisis Bivariat .......................................................................... 49

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden ................................. 59

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................ 60

Lampiran 3 : Lembar Observasi KB Hormonal ........................................... 61

Lampiran 4 : Lembar Observasi Tekanan Darah.......................................... 63

Lampiran 5 : Master Tabel .......................................................................... 64

Lampiran 6 : SPSS ...................................................................................... 65

Lampiran 7 : Dokumentasi ......................................................................... 70

xi
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan


Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas
Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.
Nama : Galih Putra Catur Brata
Nim : 1614201254
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Julita Legi, S.Kep,.M.Kep Ns. Ariska, S.Kep,.M.Kep


NIDN.0905079301 NIDN. 0928079302

Mengetahui ,
Dekan

Ns. Vivi S. Mampuk, S. Kep., M. Kep


NIDK: 0909018702

xii
BAB I

PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang

Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak

dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015). Diagnosis hipertensi ditegakkan

bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik

atau fasilitas layanan kesehatan. InaSH, (2019). Tingkat keparahan hipertensi

dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu hipertensi tingkat 1 (stage

1), tingkat 2 (stage 2), dan tingkat 3 (stage 3). Kriteria hipertensisistolik

terisolasi apabila tekanan darah sistolik 140 mmHg, sedang- kan diastolik < 90

mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi pada umur muda, yakni hipertensi sistolik

derajat 1 dengan tekanan darah sistolik 140– 159 mmHg dan tekanan darah

diastolik normal <90 mmHg. Kondisi ini dikaitkan dengan tekanan darah

sistolik aorta sentral normal karena amplifikasi tekanan sistolik perifer yang

berlebihan.

Efek samping kandungan hormonal progesterone yang berlebihan pada

system kardiovaskuler dapat menyebabkan perubahan tekanan darah. Risiko

terjadinya peningkatan tekanan darah akan semakin meningkat dengan

bertambahnya umur, lama pemakaian kontrasepsi. Banyak penelitian yang

menghubungkan pengaruh progestin sintetis untuk kontrasepsi atau

pengganti hormone dengan peningkatan tekanan darah. Kontrasepsi

1
progestin memiliki aktivitas androgen sedangkan progesterone alami bersifat

non-androgen. Efek peningkatan tekanan darah pada penggunaan kontrasepsi

progestin bergantung pada sifat androgen dari progestin alami individu.

Progestin sintetik meningkatkan tekanan darah dengan cara menstimulus

retensi natrium.

United Nations New York 2015, menyatakan bahwa prevalensi

penggunaan kontrasepsi di dunia mengalami kenaikan sejak tahun 1970

hingga tahun 2015 sebesar 8,3%. Di Wilayah ASIA, prevalensi penggunaan

kontrasepsi meningkat sebesar 10,6%. Di 45 negara pengguna metode

kontrasepsi tahun 2015, pengguna metode kontrasepsi pil digunakan pada 15

negara, suntik pada 10 negara, IUD pada 7 negara dan beberapa Negara

menggunakan steril, kondom, dan metode kontrasepsi sederhana yang lain.

Untuk kontrasepsi pil banyak digunakan di Negara Iran sebesar 78%,

Portugal sebesar 49,9%, Eropa sebesar 21,9%. Badan Kesehatan Dunia

(WHO) menyebutkan bahwa kasus hipertensi di dunia terus mengalami

peningkatan. Di Negara berkembang penderita hipertensi sebesar 40%

sedangkan pada Negara maju sebesar 35%. Di Asia tenggara, prevalensi

wanita yang berumur >25 tahun mengalami kenaikan tekanan darah sebesar

35% (Anggara, 2014).

Berdasarkan data Riskesdas 2018, data pengunaan KB di indonesia

adalah pada tahun 2013 adalah 59.6% dan pada tahun 2018 adalah 66%.

Kelompok kontrasepsi hormonal terdiri dari kontrasepsi modern jenis susuk,

suntikan dan pil sedangkan kelompok non hormonal adalah sterilisasi

pria, sterilisasi wanita, spiral/IUD, diafragma dan kondom. Tujuan

2
dilaksanakannya program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai

dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak agar memperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menyatakan bahwa

prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 8.4 %. Data menunjukkan jumlah

wanita lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan laki-laki yaitu 36.9

%, dan prevelensi hipertensi paling banyak terjadi di perkotaan dari pada

pendesaan yaitu 34.4%. Prevelensi kejadian hipertensi menurut status

pendidikan paling tinggi tidak/belum pernah sekolah yaitu 51.6% (Riskesdas,

2018). Data Riset Kesehatan tahun 2018, menyatakan bahwa prevalensi

hipertensi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu 13.2% yang menduduki pringkat

pertama di Indonesia dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka

nasional yaitu 8.4 %. Laporan mengenai penyakit tidak menular di Dinkes

Kabupaten Minahasa Tenggara, dimana hipertensi memiliki kasus yang

paling tinggi dengan jumlah sebanyak 14.351 kasus (Dinkes Mitra, 2017).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Sulawesi Utara tahun 2019, mengemukakan bahwa peserta akseptor KB

sebesar 61,6% dan target Nasional pada tahun 2019 yaitu 61.3%. Capaian

yang didapat Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara untuk Persentase

Pemakaian Kontrasepsi Modern (mCPR) adalah 93,95%. Perwakilan

BKKBN Provinsi Sulawesi Utara untuk angka putus pakai kontrasepsi adalah

34,93% (BKKBN, 2019).

3
Penggunaan kontrasepsi di Kota Manado yaitu UID 2.856 orang, MOW

978 orang dan MOP 424 orang. BPS Sulut (2020). Efek samping kandungan

hormonal progesterone yang berlebihan pada system kardiovaskuler dapat

menyebabkan perubahan tekanan darah. Risiko terjadinya peningkatan

tekanan darah akan semakin meningkat dengan bertambahnya umur, lama

pemakaian kontrasepsi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan hasil data terakhir

wanita subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado

sebanyak 177 wanita dari usia 20 sampai 45 tahun. Dari hasil wawancara dan

pemeriksaan tekanan darah terhadap 15 Wanita usia subur di dapatkan hasil

bahwa 11 wanita menggunakan KB hormonal dan 4 wanita tidak

menggunakan KB dan wanita usia subur masih menggunakan kontrasepsi

hormonal untuk mencegah kehamilan di Puskesmas Teling Atas Kacamatan

Wanea Kota Manado. Hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan 8 wanita

dengan tekanan darah hipertensi stage 1,3 wanita dengan tekanan darah

normal dan 4 wanita dengan tekanan darah pre hipertensi setelah melakukan

suntik KB hormonal. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Penggunaan

Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di

Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.

B. Rumusan Masalah

Mengetahui apakah ada “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado”.

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan

Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di

Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.

b. Diketahui Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas

Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.

c. Teranalisis Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan

Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar dalam keperawatan

maternitas tambahan untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa tentang

penggunaan kontrasepsi hormonal dengan tekanan darah pada wanita

usia subur.

2. Lokasi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu acuan bagi Desa terlebih

Wanita usia subur agar dapat mengetahui akan penggunaan kontrasepsi

hormonal dengan kejadian hipertensi.

5
3. Peneliti Selanjutnya

Dapat menerapkan ilmu yang di dapat selama pendidikan serta

menambah pengetahuan dan pengalaman kerja dalam membuat

penelitian ilmiah dan menambah pengetahuan tentang pengaruh

penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap kejadian hipertensi pada

wanita usia subur.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga Berencana

1. Definisi

Menurut WHO (2014), keluarga berencana adalah program yang

bertujuanmembantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran

yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,

mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol watu saat kelahiran

dalam hubungan dengan umur suami dan istri, serta menentukan jumlah

anak dalam keluarga. (Hartanto, 2012). Keluarga berencana adalah upaya

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur

kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan

hakreproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN,

2015). Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, keluarga berencana

adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,

mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai

dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Wanita Usia Subur (WUS) adalah perempuan yang ada pada rentang

usia 15-49 tahun. Perempuan yang ada di rentang usia ini masuk kedalam

katagori usia reproduktif. Statusnya juga beragam, ada yang belum

menikah, menikah atau janda. Wanita Usia Subur memiliki organ

reproduksi yang berfungsi dengan baik. Oleh karena itu wanita di

sarankan untuk menikah direntang usia ini karena dinilai bisa lebih

7
mudah mengalami kehamilan. Meskipun rentang Wanita Usia Subur

adalah 15-49 tahun, namun puncaknya kesuburan ada di usia 20-29

tahun, di puncak usia kesuburan ini skala kehamilan terbilang sangat

tinggi hingga 95%. Ketika seorang perempuan memasuki usia 30 tahun

maka kemungkinan kehamilan akan menurun.Ketika memasuki usia 40

tahun kehamilan menurun 40%.(Sulistyawati, 2013).

2. Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakannya program KB yaitu untuk membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga

dengan cara pengaturan kelahiran anak agar memperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

(Sulistyawati Ari, 2013).

Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka

kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan

kebijakan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda,

dan menghentikan) yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat

melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan

melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2012).

Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, kebijakan keluarga

berencana bertujuan untuk:

a. Mengatur kehamilan yang diinginkan

b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi,

dananak

c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling,

8
danpelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek

keluarga berencana

e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan

jarakkehamilan

3. Ruang Lingkup Program KB

Menurut BKKBN, 2019, ruang lingkup program KB secara umum

adalah sebagai berikut :

a. Keluarga berencana

b. Kesehatan reproduksi remaja

c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

e. Keserasian kebijakan kependudukan

f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi

Menurut Purba (2010), dalam bukunya Audience research for

improving planning communication programs, memaparkan bahwa

determinan pemakaian alat kontrasepsi oleh WUS dipengaruhi oleh

faktor sosiodemografi, faktor sosiopsikologis dan faktor yang

berhubungan denganpelayanan, adalah sebagai berikut :

a. Faktor Sosial - Demografi

Penerimaan keluarga berencana lebih bagi mereka yang

memiliki standar hidup lebih tinggi. Indikator status sosial ekonomi

9
termasuk pendidikan yang dicapai, pendapatan keluarga, status

pekerjaan, jenis rumah yang ditinggali, status gizi (di negara

berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya.

Beberapa faktor demografis tertentu yang mempengaruhi

penerimaan keluarga berencana di beberapa negara, misalnya di

banyak negara berkembang, lebih banyak penggunaan kontrasepsi

pada wanita berusia 20-30 tahun, memiliki 3 anak atau lebih.

Faktor sosial lainnya pengaruhnya adalah suku, etnis, agama dan

lain-lain. (Purba, 2010)

b. Faktor Sosial – Psikologi

Sikap dan keyakinan yang merupakan kunci pemakaian alat

kontrasepsi, banyak sikap yang dapat menghalangi dalam

pemakaian alat kontrasepsi.Beberapa faktor sosio-psikologi yang

penting antara lain adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai

anak laki-laki, sikap terhadap KB, komunikasi suami istri, persepsi

terhadap kematian anak, sikap dan kepercayaan tersebut perlu

untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan

dan efek samping kontrasepsi. Faktor yang berhubungan dengan

pelayanan kesehatan

Program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) merupakan

salah satu faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak

tersedia. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB

antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan

KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke tempat

10
pelayanan, dan keterlibatan/paparan dengan media massa. (Purba,

2010).

B. Konsep Kontrasepsi Hormonal

1. Definisi Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau

melawan, sedangkan “konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur yang

matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan, maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut

(BKKBN, 2015). Kontrasepsi hormonal suatu cara kontrasepsi untuk

wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan hormon

estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon

progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk

mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan

lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim,

dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat

menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-

8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil. (BKKBN, 2015).

2. Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2010).

a. Kontrasepsi Hormonal

1) Pengertian Pil KB

Kontrasepsi pil merupakan kontrasepsi hormonal yang biasa

dikenal dengan pil KB yang digunakan wanita, baik kombinasi

hormone progestin dan estrogen maupun progestin saja yang

11
berbentuktablet.

2) Manfaat Pil KB

a) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai

efektifitastubektomi), bila digunakan tiap hari.

b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

c) Tidak mengganggu hubungan seksual.

d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid

berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.

e) Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin

menggunakannya untuk mencegah kehamilan.

f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.

g) Mudah dihentikan setiap saat.

h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil

dihentikan.

i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

j) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium

dan endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul,

efek Samping. (Atikah proverawati, 2010).

3) Efek samping

a) Gangguan siklus haid

b) Tekanan darah tinggi

c) Kenaikan berat badan

d) Jerawat

e) Bercak bercak coklat pada wajah (Atikah proverawati,2010)

12
4) Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan

(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama

dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid,

depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian

jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas

tulang.

a) Suntikan setiap tiga bulan (Depo provera)

Depo Provera ialah 6-alfa-medroksi progesteron yang

digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai

efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Obat ini

termasuk obat depot. Noristerat juga termasuk dalam

golongan kontrasepsi suntikan. Mempengaruhi transpor

ovum dituba Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk

program postpartum karena tidak mengganggu laktasi, dan

terjadinya amenorea setelah suntikan. Suntikan Depo tidak

mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa

postpartum, karena dalam masa ini terjadi amenorea laktasi.

Program postpartum Depo Provera disuntikkan sebelum

ibu meninggalkan rumah sakit; sebaiknya sesudah air susu

ibu terbentuk yaitu kira-kira hari ke-3 sampai Mekanise

kerja:

i. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan

menekan pembentukan gonadotropin releasing hormon

13
dari hipotalamus.

ii. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat

penetrasisperma melalui serviks uteri.

iii. Implantasi ovum dalam endometrium\dihalangi (Atikah

proverawati, 2010).

b) Suntikan setiap bulan (Monthly injectable)

Suntikan bulanan mengandung dua macam hormon

progestin dan estrogen seperti hormon alami pada tubuh

perempuan, juga disebut sebagai kontrasepsi suntikan

kombinasi (combined injectable conraseptive). Preparat

yang dipakai adalah Medroxy Progesteron Asetat

(MPA)/estradiol capronate atau Norethisterone Enanthane

(NET-ET) estradiol valerate. Berbagai macam nama telah

beredar antara lain Cyclofem, Cyclopovera, Mesygna, dan

Norigynon. Mekanisme kerjanya adalah mencegah

keluarnya ovum dari ovarium (ovulais). Efektifitasnya

tergantung saat kembalinya untuk mendapatkan suntikan.

Perempuan yang mendapatkan suntikan tepat waktu,

angka kehamilannya kurang dari 1 per 100 perempuan yang

menggunakan kontrasepsi bulanan dalam satu tahun

pertama (Anwar, 2011).

5) Implant Implant

Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya

dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant

14
mengandung levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini

antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera

setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka

kegagalannya 1- 3%.

Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang pada lengan

kiri atas dengan pemasangan seperti kipas mekar dengan 6

kapsul.

a) Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti

kipasterbuka.

b) Tempat pemasangan di lengan kiri atas, dipatirasa

denganlidokain 2%.

c) Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.

d) Trokar ditusukkan subkutan sampai batasnya.

e) Kapsul dimasukkan kedalam trokar, dan didorong

dengan alat pendorong sampai terasa tertahan.

f) Untuk menempatkan kapsul, trokar ditahan keluar

g) Untuk meyakinkan bahwa kapsul telah ditempatnya, alat

pendorong dimasukkan sampai terasa tidak ada tahanan.

h) Setelah 6 kapsul terpasang, bekas insisi ditutup dengan

plester.

Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg

Levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak

80 mcg. Konsepmekanisme kerjanya sebagai progesteron yang

dapat menghalangi migrasi spermatozoa, dan menyebabkan

15
situasi. (Anwar, 2011).

6) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR

Alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang

bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline),

ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak

(Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi hormon

progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur

sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim endometrium

belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro

infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang

melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi

anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.

(Anwar, 2011).

7) Tubektomi Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah

keluarnya ovum dengan cara mengikat atau memotong pada

kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim),

efektivitasnya mencapai 99 %.

8) Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk


menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan
memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma
tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Anwar,
2011).

16
C. Konsep Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada

diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80

mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent

disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi

sebelum memeriksakan tekanan darahnya (Tandiling,2017). Hipertensi

didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah arterial yang persisten

(Wells, 2015)

Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau

TDD ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan

kesehatan. (INASH, 2019). Tingkat keparahan hipertensi dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu hipertensi tingkat 1 (stage

1), tingkat 2 (stage 2), dan tingkat 3 (stage 3). Kriteria hipertensi sistolik

terisolasi apabila tekanan darah sistolik 140 mmHg, sedang- kan diastolik

< 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi pada umur muda, yakni

hipertensi sistolik derajat 1 dengan tekanan darah sistolik 140–159 mmHg

dan tekanan darah diastolik normal <90 mmHg. Kondisi ini dikaitkan

dengan tekanan darah sistolik aorta sentral nor mal karena amplifikasi

tekanan sistolik perifer yang berlebihan. Hasil penelitian menemukan

bahwa pria muda dengan hipertensi sistolik terisolasi memiliki risiko

kardiovaskular yang serupa dengan orang dengan tekanan darah normal

tinggi dan hipertensi sistolik terisolasi berhubungan erat dengan

kebiasaan merokok (INASH,2019).

17
2. Jenis – Jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebab, hipertensi dikelompokkan menjadi hipertensi

primer dan sekunder (diketahui penyebabnya). Sebagian besar kasus

hipertensi primer (90–95%) tidak diketahui penyebabnya. Beberapa

faktor risiko yang dihubungkan dengan hipertensi primer meliputi faktor

genetik, kelebihan asupan natrium, kegemukan, dislipidemia, asupan

alkohol yang berlebih, aktivitas fisik yang kurang, dan defisiensi

vitamin

Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi proporsinya hanya 5–

10% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa kondisi penyebab hipertensi

sekunder adalah penyakit ginjal primer, kontrasepsi oral, obat-obatan

(non- steroid anti inflamation drugs/NSAID, antidepresan, steroid),

hiperaldosteronisme primer, fekromonistoma, stenosis arteri renalis,

koarktasi aorta, dan obstructive sleep apnea.

Berdasarkan pada keberhasilan target pengobatan, hipertensi dibagi

kelompokkan menjadi hipertensi resisten dan hipertensi re- sisten palsu.

Hipertensi resisten apabila tekanan darah yang tidak mencapai target

TDS <140 mmHg dan/atau TDD <90 mmHg, walaupun sudah

mendapatkan 3 antihipertensi berbeda golongan dengan dosis maksimal,

salah satunya adalah diuretik, dan pasien sudah menjalankan

rekomendasi modifikasi gaya hidup. Hipertensi resisten palsu ditemukan

bila pengukuran tekanan darah kurang aku- rat, kalsifikasi berat atau

arteriosklerotik arteri brakialis, efek jas putih (white coat),

kekurangpatuhan pasien, akibat berbagai hal seperti efek samping

18
pengobatan, jadwal obat rumit, hubungan dokter dan pasien tidak

harmonis, edukasi pasien tidak optimal, masalah daya ingat dan

psikiatri, biaya pengobatan tinggi, dosis obat tidak optimal, atau

kombinasi obat tidak tepat, inersia dokter dalam menyesuaikan dosis

regimen. (INASH, 2018).

Berdasarkan pada kecepatan penanganan atau hipertensi krisis,

hipertensi dikelompokkan menjadi hipertensi emergensi dan urgensi.

Hipertensi emergensi adalah hipertensi derajat 3 dengan Hypertension-

Mediated Organe Damage (HMOD) akut. Hal ini sering kali mengancam

jiwa dan memerlukan penanganan segera dan seksama. Untuk

menurunkan tekanan darah biasanya memerlukan obat intravena.

Kecepatan peningkatan dan tinggi tekanan darah sama pentingnya

dengan nilai absolut tekanan darah dalam menentukan besarnya

kerusakan organ. Hipertensi malignansi masuk dalam ke- lompok

hipertensi emergensi yang merupakan peningkatan tekanan darah secara

progresif walaupun telah dilakukan tata laksana secara farmakologi dan

memicu terjadi kerusakan organ sehingga memer- lukan tata laksana

kegawatdaruratan. Hipertensi urgensi merupakan hipertensi berat tanpa

bukti klinis keterlibatan organ target. Umumnya tidak memerlukan rawat

inap dan dapat diberikan obat oral sesuai dengan algoritma

penatalaksanaan hipertensi urgensi. (INASH, 2018).

Hipertensi dalam kehamilan dikelompokkan menjadi hipertensi

kronik, hipertensi gestasional, pre-eklampsia, dan hipertensi antenatal

yang tidak terklasifikasi (INASH, 2019). Hipertensi kronik adalah onset

19
dimulai sebelum kehamilan atau sebelum minggu ke-20 kehamilan, dan

biasanya menetap selama lebih dari 6 minggu pasca-persalinan dan dapat

disertai proteinuria. Hipertensi gestasional terjadi setelah minggu ke-20

kehamilan dan biasanya membaik dalam 6 minggu pasca-persalinan. Pre-

eklampsia adalah hipertensi gestasional de- ngan proteinuria bermakna

(>0,3 g/24 jamatau >30 mg/mmol ACR). Hipertensi antenatal yang tidak

terklasifikasi merupakan istilah yang dipakai jika TD pertama kali diukur

setelah 20 minggu kehamilan dan tidak jelas apakah hipertensi kronik

atau bukan. Evaluasi 6 minggu pasca-persalinan diperlukan untuk

membedakan apakah hipertensi kronik atau gestasional. (INASH, 2019).

Berdasarkan pada perbedaan hasil pengukuran di dalam dan di luar

klinik, hipertensi dikelompokkan menjadi hipertensi jas putih (white

coat) dan hipertensi terselubung (masked hypertension) (INASH, 2018).

Hipertensi white-coat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

klinik, tetapi tekanan darah normal apabila di luar klinik. Pada orang

yang kurang gizi, hipertensi white-coat dikaitkan dengan peningkatan

prevalensi faktor risiko dismetabolik dan kerusakan organ asimptomatik.

Penderita hipertensi white coat harus memiliki penilaian yang akurat

tentang profil risiko kardiovaskular. Hipertensi terselubung adalah

kebalikan dari hipertensi jas putih, yakni orang yang mempunyai tekanan

darah normal pada pengukuran di kiinik, tetapi tekanan darahnya tidak

normal pada pengukuran di luar klinik. Penderita hipertensi terselubung

biasanya memiliki faktor risiko dismetabolik dan kerusakan organ

asimptomatik, dan lebih sering sebagai normotensive. (INASH, 2018).

20
3. Klasifikasi Hipertensi

Indonesian Society of Hypertension, yaitu diagnosis hipertensi

ditegakkan bila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Tingkatan hipertensi

ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastoli. InaSH

(2019).

Tabel 2.1 Kejadian Hipertensi menurut Indonesian Society of


Hypertension

KATEGORI TDS TDD


Optimal < 120 dan < 80 mmHg
mmHg
Normal T 120–129 dan/atau 80–84 mmHg
mmHg
Normal tinggi 130–139 dan/atau 85–89 mmHg
mmHg
Hipertensi derajat 1 140–159 dan/atau 90–99 mmHg
mmHg
Hipertensi derajat 2 160–179 dan/atau 100–109 mmHg
. mmHg
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110 mmHg
mmHg
Hipertensi sistolik ≥ 140 dan < 90 mmHg
terisolasi mmHg

Tabel 2.2 Kejadian Hipertensi menurut JNC 7


Kejadian Hipertensi Tekanan sistolik dan diastolic(mmHg)

Normal Sistole < 120 dan diastolic < 80

Prehipertensi Systole 120-139 atau diastolic 80-89

Hipertensi stadium I Systole 140-159 atau diastolic 90-99

Hipertensi stadium II Systole > 160 atau diastolic > 100

Sumber: JNC 7(The Seventh Report Of The Joint National


Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of
High Blood Pressure)

21
4. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagin menjadi 2 golongan

(Ardiansyah M., 2012):

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau

hiperetnsi yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa

faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi

esensial diantaranya:

1) Genetik

Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi

lebihtinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

2) Jenis kelamin dan usia

Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah

menopauseberisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.

3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.

Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan

dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung

berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

4) Berat badan obesitas

Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal

sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol

Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat

22
yang terkandung dalam keduanya.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa

penyakit, yaitu :

1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital

yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi

atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut

dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi

peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini

merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder.

Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung

membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal

pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh

aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan

abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal

terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur

serta fungsi ginjal.

4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).

Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan

esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi

melalui mekanisme renin- aldosteron-mediate volume

23
expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali

normal setelah beberapa bulan penghentian oral

kontrasepsi.

5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau

korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.

Adrenal- mediate hypertension disebabkan kelebihan

primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.

6) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.

7) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan

darah untuk sementara waktu.

8) Kehamilan

9) Luka bakar

10) Peningkatan tekanan vaskuler

11) Merokok

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan

katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan

iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta

menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan

kenaikan tekanan darah. (Ardiansyah M, 2012).

5. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong (2016),tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

24
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan

arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi

arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak

teratur.

b. Gejala yang lazim

Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai

hipertensimeliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam

kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai

kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

1) Mengeluh sakit kepala, pusing

2) Lemas, kelelahan

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun

6. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi

2 kelompok, yaitu :

a. Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor yang tidak dapat berubah adalah :

25
1) Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu,

kakak kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan

hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

2) Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan

bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih

dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia

lebih dari 55 tahun.

3) Jenis Kelamin

Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria

daripada wanita.

4) Ras/etnik

Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di

luar negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika

Amerikadaripada Kau Asia atau Amerika Hispanik.

b. Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan

hipertensiantara lain yaitu :

1) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab

hipertensi karena dalam rokok terdapat kandungan

nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil

dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak,

26
nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas epinefrin atau adrenalin yang akan

menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung

bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih

tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).

2) Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan

pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan

secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan

kematian secara global (Iswahyuni S, 2017).

3) Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan

karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman

darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa

memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke

jaringan mencukupi. Maka dapat disimpulkan bahwa

konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

(Komaling, 2013).

4) Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung

koroner, termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar

kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan

27
polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang

dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein.

Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara

memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari

reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi

kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan

hingga 12 jam (Indriyani, 2018).

Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung

garam Garam merupakan bumbu dapur yang biasa

digunakan untuk memasak. Konsumsi garam secara

berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut

Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R.

(2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga

keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga

menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

5) Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Jauhari, (2016), lemak didalam makanan atau

hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan

kholesteroldarah, terutama lemak hewani mengandung

lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan

peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

28
7. Patofisiologi

Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total

resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil

Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume

(volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate

(denyut jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk

mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan

suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan

adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga

meningkat (Ardiansyah, 2012).

Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teori-

teori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):

a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah

arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.

b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang

abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan

peningkatan retensi perifer.

c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal

atau hormonal.

d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang

disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.

e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin

II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan

volume darah.

29
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien

hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal

ini terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri.

Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami

hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga

meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi

tidak dapat mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena

hipertensi memicu aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung bisa

mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang menurun

menuju ke miokardium, sehingga timbul angina pektoris atau infark

miokard. Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh

darah yang semakin mempercepat proses aterosklerosis dan kerusakan

organ- organ vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan cedera

retina (Kowalak, 2011).

Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan

tahanan perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi

adalah normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan

perifer. Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi

arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut.

Jika hipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering

dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan struktural pada pembuluh

darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi

hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan

hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi

30
lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan

adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).

8. Penatalaksanaan

Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah

kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan

tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg

untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis)

kapan pun jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).

a. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan;

pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet

DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah,

sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan

tekanan darah tinggi (Smeltzer, 2013).

b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping

terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat

tersedia sebagai terapi lini pertama: diuretik dan penyekat beta

(Smeltzer, 2013).

c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang

kompleks (Smeltzer, 2013).

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah

mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi,

adapun penatalaksanaannya sebagai berikut:

a. Non Medikamentosa

Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka

31
pengendalian faktor risiko, yaitu :

1) Turunkan berat badan pada obesitas.

2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).

3) Hentikan konsumsi alkohol.

4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.

5) Pola makan yang sehat.

6) Istirahat cukup dan hindari stress.

7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet

hipertensi. (Irwan, 2016)

Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensidiharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat

memicu timbulnya hipertensi, antara lain :

1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan

menggunakan garam dapur/soda, biskuit, daging asap, ham,

bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan,

acar, danlainnya.

2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.

3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,

kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain

b. Medikamentosa meliputi :

Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan

pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa

hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari

32
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.

3) Methyldopa MgSO

4) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari

5) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60

mg

6) Tensigard 3 x 1 tablet

7) Amlodipine 1 x 5-10 mg

8) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.

Sebaiknya dosis dimulai yang terendah, dengan evaluasi berkala

dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia

penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi

sedang sampai berat dapat diobati dengan kombinasi HCT +

propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif.

Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi di

atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita hipertensi

dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada penyulit/

hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit. (Irwan, 2016)

9. Komplikasi Hipertensi

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah:

a. Stroke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam

otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak.

Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri

yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan

33
pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut

berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah

dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.

b. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke

miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat

aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi

kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen

miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark.

c. Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan

pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat

darah mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan

berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus

menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan

osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada

penderita hipertensi kronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).

Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam

34
ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya

neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.

(Ardiansyah, 2012)

D. Hubungan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan Darah

Ethinil estradiol (EE) merupakan kandungan dari kontrasepsi hormonal

yang serupa dengan estrogen alami namun memiliki banyak perbedaan

terutama efeknya pada pembuluh darah. EE memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi sintesis hepatic angiotensinogen dan menyebabkan retensi

natrium dan air sehingga malah menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Selain itu EE juga mengganggu metabolism glukosa dan menstimulasin

terjadinya intoleransi glukosa, efek prokoagulan, hiperkolesterolemia, dan

efek yang merugikan pada plasma lipid. Didapatkan juga pemberian dosis

tingggi EE meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik dan tromboemboli

vena. Ethinil estradiol (EE), memiliki potensi biologis yang tinggi

dibandingkan dengan estradiol yang merupakan estrogen alami berpotensi

menghambat produksi angiotensinogen hepatic yang mengakibatkan system

renin angiotensin aldosterone meningkatkan tekanan darah. (Linda, 2020)

Banyak penelitian yang menghubungkan pengaruh progestin sintetis

untuk kontrasepsi atau pengganti hormone dengan peningkatan tekanan

darah. Kontrasepsi progestin memiliki aktivitas androgen sedangkan

progesterone alami bersifat non-androgen. Efek peningkatan tekanan darah

pada penggunaan kontrasepsi progestin bergantung pada sifat androgen dari

progestin alami individu. Progestin sintetik meningkatkan tekanan darah

dengan cara menstimulus retensi natrium.

35
Efek samping dari kandungan hormone progesterone pada system

reproduksi adalah servisitis, dan pada kondisi umum dapat menimbulkan

nafsu makan meningkat, depresi, kelemahan serta libido menurun sedangkan

pada system kardiovaskuler dapat menyebabkan perubahan tekanan darah

kontrasepsi yang mengandung kombinasi hormone estrogen (estradiol) dan

progesterone (norgestrel) akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan

darah yang dihubungkan dengan hipertropi jantung dan peningkatan respon

presor angiotensin II dengan melibatkan jalur RAS (Renin Angiotensis

System). (Linda, 2020)

Tekanan darah tinggi akan meningkat secara bertahap dan bersifat tidak

menetap. Jika tekanan darah tinggi menetap setelah penggunaan kontrasepsi

hormonal dihentikan, maka telah terjadi perubahan permanen pada pembuluh

darah akibat aterosklerosis. Wanita yang memakai kontrasepsi hormonal

selama 5 tahun atau lebih, frekuensi perubahan tekanan darah tinggi

meningkat 2 sampai 3 kali daripada tidak memakai alat kontrasepsi hormonal.

Wanita yang memakai kontrasepsi hormonal mengalami peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolic terutama pada 2 tahun pertama penggunaan. Tidak

pernah ditemukan terjadi peningkatan yag patologik, karena jika pemkaian

kontrasepsi dihentikan, biasanya tekanan darah akan kembali normal. (Linda,

2020).

36
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Penggunaan Kontrasepsi Tekanan Darah Wanita Usia


Hormonal Subur

Gambar 3:1 Kerangka konsep Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal


denganTekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas
Kacamatan Wanea Kota Manado.

B. Hipotesis

1. Ho: Tidak ada Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan

Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado.

2. Ha: Ada Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan

Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan

Wanea Kota Manado.

37
C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal


dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas
Kacamatan Wanea Kota Manado.
Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
Kontrasepsi Kontrasepsi Lembar Nominal 1. Pil KB
hormonal hormonal Observasi 2. Suntik KB
diidentifikasi 3. IMplan KB
dengan cara
anamnesis,
termasuk di
dalamnya pil
KB kombinasi,
pilKB mini, KB
suntik, KB
implan/susuk.

Tekanan Ukuran yang Lembar Nominal 1. Pre- hipertensi:120-


Darah dapat observasi 139/80-89 mmHg
menentukan 2. Hipertensi stage :
seberapa kuat 140- 159/90-99
jantung untuk mmHg
memompa dara 3. Hipertensi stage2
h ke seluruh :>160/>100 mmHg
tubuh Anda

38
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan

cross sectional, penelitian analitik merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam menemukan

ide baru. Cross sectional berupa jenis penelitian yang menekankan waktu

pebgukuran dan variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu

saat. Pada penelitian ini teknik pengambilan data yaitu dua variabel atau

variabel kepatuhan diet dan variabel kadar gula darah di ambil sekaligus

dalam waktu bersamaan. (Notoatmodjo, 2013). dalam hal ini adalah

Hubungan penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan Darah Pada

Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota

Manado.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2022.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek

39
yang akan di generalisasi dari hasil penelitian (Widiyanto, 2012).

Berdasarkan data yang di dapat dari Puskesmas Teling Atas Kacamatan

Wanea Kota Manado yaitu wanita dengan usia subur yang belum

menggunakan KB Hormonal yaitu 177 wanita..

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang di teliti sebagai subjek

penelitian melalui teknik tertetu yang di sebut teknik sampling yang di

anggap telah mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2010). Pada

penelitian ini pengambilan besar sampel ditentukan dengan proposive

sampling dengan Responden

Dengan menggunakann rumus slovin (Sugiono, 2013) sebagai

berikut :

𝑁
𝑛
1 + 𝑁 (𝑑 2 )

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tinggkat kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar

90%

𝑁
1 + 𝑁 (𝑑 2 )

177
1 + 177 (0,12 )

177
1 + 177 (0,01)

40
177
1 + 1,77

177
𝑛= = 63,89 = 64
2,77

Jadi jumlah sampelyang di gunakan berjumlah 64 orang.

a. Kriteria inklusi

1) Wanita Usia Subur yang bersedia menjadi responden.

2) Wanita Usia Subur yang berada di wilayah kerja puskesmas

Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.

3) Wanita Usia Subur yang berada di tempat penelitian pada saat

penelitian berlangsung.

b. Kriteria Ekslusi

1) Wanita usia subur yang mengalami resistensi terhadap

penggunaan KB hormonal.

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang di gunakan oleh peneliti

untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena (Kelana, 2017).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar kuisioner

untuk penilaian penggunaan kontrasepsi hormonal mengukur penggunaan

kontrasepsi hormonal dengan menggunakan koesioner.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penggunaan Kontrasepsi

Pengukuran Penggunaan kontrasepsi menggunakan lembar observasi

yang berupa jenis KB hormonal 1=Pil kb, 2=Suntik kb, dan 3=implant

yang digunakan oleh responden

41
2. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah menggunakan Lembar observasi tekanan

darah diukur dengan menggunakan spigmomanometer (ORMRON)

menggunakan klasifikasikan tekanan darah Normal 120/80 mmHg, Pre-

hipertensi, 120-139/80-89 mmHg, Hipertensi stage 1: 140- 159/90-99

mmHg, Hipertensi stage 2 :>160/>100 mmHg.

E. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Penyajian dalam bentuk distribusi frekuensi dilakukan untuk melihat

gambaran distribusi responden berdasarkan penggunaan kontrasepsi

hormonal terhadap tekanan pada wanita usia subur.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat

hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Penelitian ini menggunakan Chi-square.

Untuk melihat apakah terdapat Hubungan Penggunaan Kontrasepsi

Hormonal dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas

Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado. Jika nilai α (0.05) < nilai

P-value maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Jika nilai α (0.05) > nilai P-value maka terdapat

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2010).

F. Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang mengunakan objek manusia,

peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian, meliputi:

42
1. Informend concent (lembar persetujuan penelitian)

Informasi harus di berikan secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan di laksanakan, subjek mempunyai hak untuk bebas menolak

atau berpartisipasi menjadi responden.

2. Confidential (kerahasiaan)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek, maka nama subjek tidak di

cantumkan pada lembar kuesioner yang di teliti dan hanya beri kode

tertentu.

3. Annonimity (tanpa nama)

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden di jamin oleh

peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan di sajikan atau di

laporkan pada hasil penelitian.

43
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Teling Atas mencakup sebagian keluarahan yang

termasuk dalam wilayah kecamatan Wanea dengan batas – batas sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Wenang

b. Sebelah Timur : Kecamatan Tikala

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Pineleng

d. Sebelah Barat : Kecamatan Sario

Puskesmas Teling Atas Kecamatan Wanea mempunyai 4 wilayah

kerja yang terdiri dari :

a. Kelurahan Teling Atas

b. Kelurahan Tingkulu

c. Kelurahan Wanea

d. Kelurahan Tanjung Batu

Keadaan sarana Kesehatan sebagai tempat pelayanan kesehatan yang

ada di Puskesmas Teling Atas tahun 2021 terdiri dari:

a. Rumah Sakit Umum : 1 Buah

b. Rumah Sakit Khusus : 2 Buah

c. Puskesmas : 1 Buah

d. Puskesmas Pembantu : -

e. Puskesmas Keliling : 1 Buah

44
f. Puskesmas Perairan : -

g. Posyandu : 16 Buah

h. Polindes/Poskesdes : 1 Buah

i. Rumah Bersalin : 1 Buah

j. Balai Pengobatan/Klinik : 4 Buah

k. Apotik : 9 Buah

l. Toko Obat : - Buah

m. Praktek Dokter Perorangan : 3 Buah

n. Prakter Dokter Bersama : 7 Buah

o. Laboratorium Kesehatan : 2 Buah

p. Industri Kecil Obat Tradisional : - Buah

2. Tenaga Kesehatan

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga

kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan

dengan paradigma sehat yang mengutamakan upaya peningkatan,

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Tahun 2021 tenaga kesehatan pada Puskesmas Teling Atas sebanyak

52 orang, terdiri dari Tenaga Medis (Dokter Umum/Gigi/Dokter

Kontrak) sebanyak 10 orang, Tenaga Perawat 21 orang, Bidan sebanyak

8 orang, Perawat Gigi 1 , Apoteker 1 orang, Farmasi sebanyak 2 orang,

Promkes 2 orang, Tenaga Gizi 1 orang, Sanitasi 1 orang, Non Teknis 3

orang, Analis 1 orang dan sopir 1 orang.

45
3. Karakteristik Responden

a) Usia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan usia Hubungan Pada


Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan
Wanea Kota Manado.
Usia Frequensi Persentase %
<30 Tahun 26 40,6
>30 Tahun 38 59,4
Total 64 100
Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa usia <30 tahun sejumlah 26

responden (40,6%), usia >30 tahun sebanyak 38 responden (59,4%).

b) Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada


Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan
Wanea Kota Manado.
Pendidikan Frequensi Persentase %
SD 15 23,4
SMP 7 10,9
SMA 27 42,2
Perguruan Tinggi 15 23,4
Total 64 100
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa pendidikan SD berjumlah

15 responden (23,4%), SMP berjumlah 7 responden (10,9%), SMA

berjumlah 27 responden (42,2%), dan perguruan tinggi berjumlah

15 responden (23,4%).

46
4. Analisis Univariat

a. Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia

Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.

Tabel 5.3 Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Pada


Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan
Wanea Kota Manado.
Penggunaan Kontrasepsi Frequensi Persentase %
Pil KB 22 34,4
Suntik KB 19 29,7
Implant KB 23 35,9
Total 64 100
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa penggunaan alat

kontrasepsi Pil KB berjumlah 22 responden (34,4%), suntik KB

berjumlah 19 responden (29,7%). Dan implant KB berjumlah 23

responden (35,9%).

b. Gambaran Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas

Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.

Tabel 5.4 Gambaran Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di


Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.
Tekanan Darah Frequensi Persentase %
Pre-hipertensi 13 20,3
Hipertensi Stage-1 21 32,8
Hipertensi Stage-2 30 46,9
Total 64 100
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tekanan darah pre-

Hipertensi berjumlah 13 responden (20,3%), hipertensi stage-1

berjumlah 21 responden (32,8%), dan hipertensi stage-2 berjumlah

30 responden (46,9%).

47
5. Analisis Bivariat

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal denganTekanan Darah

Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea

Kota Manado.

Tabel 5.5 Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan


Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas
Kacamatan Wanea Kota Manado.
Tekanan Darah P-Value
Penggunaan Pre- Hipertensi Hipertensi
Kontrasepsi Hipertensi Stage-1 Stage-2
n F n F n F
Pil KB 6 9,4 12 18,8 4 6,2
Suntik KB 5 7,8 3 4,7 11 17,2 0,009
Implant KB 2 3,1 6 9,4 15 23,4
Total 13 20,3 21 32,8 30 46,9
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan penggunaan kontrasepsi Pil KB

dengan pre-hipertensi sebanyak 6 responden (9,4%), Pil KB dengan

hipertensi stage-1 sebanyak 12 responden (18,8%), Pil KB dengan

hipertensi stage-2 sebanyak 4 responden (6,2%). Suntik KB dengan pre-

hipertensi sebanyak 5 responden (7,8%), %), Suntik KB dengan

hipertensi stage-1 sebanyak 3 responden (4,7%), Suntik KB dengan

hipertensi stage-2 sebanyak 11 responden (17,2%) %). Implan KB

dengan pre-hipertensi sebanyak 2 responden (3,1%), %), Implan KB

dengan hipertensi stage-1 sebanyak 6 responden (9,4%), Implan KB

dengan hipertensi stage-2 sebanyak 15 responden (23,4%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh

nilai ρ-value = 0,009 lebih kecil dari nilai α=0,05, Berarti H0 ditolak

maka ada Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan

Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan

Wanea Kota Manado.

48
B. Pembahasan

1. Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di

Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado.

Penggunaan alat kontrasepsi Pil KB berjumlah 22 responden (34,4%),

suntik KB berjumlah 19 responden (29,7%). Dan implant KB berjumlah

23 responden (35,9%). Kontrasepsi oral yaitu memiliki kandungan

hormon, baik kombinasi hormon progestin dan estrogen maupun hormon

progestin saja (Padila, 2014). Adapun efek samping dari penggunaan

kontrasepsi pil KB adalah gangguan siklus haid, berat badan naik, jerawat,

chloasma (bercak coklat kehitaman pada wajah dan hipertensi

(Setiyaningrum, 2016).

Setiyaningrum (2016) Mengemukakan bahwa efek samping yang

timbul dari penggunaan kontrasepsi pil KB yaitu tekanan darah tinggi,

gangguan siklus haid, berat badan naik, jerawat, chloasma atau bercak

coklat kehitaman pada wajah, produksi ASI berkurang. Sedangkan

menurut Padila (2014) mengemukakan bahwa kontrasepsi pil KB terbagi

atas 2 yaitu tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron

(Pil Kombinasi) atau hormon progesteron saja (Mini pil).

Manfaat pil kombinasi menurut Setyorini (2014) yaitu memiliki

efektifitas tinggi, resiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak

mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur, dapat

digunakan jangka panjang, mudah dihentikan setiap saat. Pendapat peneliti

menyatakan bahwa pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah

kehamilan atau mencegah pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.

49
Kontrasepsi pil KB berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan

melalui mulut (diminum).

Dimana kekurangan dari pil KB yaitu harus diminum setiap hari

meskipun demikian masih banyak ibu yang lebih memilih menjadi

akseptor pil KB karena relatif mudah didapat tanpa harus ketenaga medis,

serta harganya yang murah. Dimana kontrasepsi pil KB merupakan jenis

KB yang banyak digunakan setelah kontrasepsi suntik di Wilayah Kerja

Puskesmas Herlang, dan rata-rata responden tersebut menggunakan

kontrasepsi pil KB Andalan yang mengandung Ethinylestradiol/

Levonorgestrel

Kontrasepsi pil KB tersebut dapat digunakan dalam jangka panjang,

mudah dihentikan setiap saat, dan pil KB akan aman dan efektif apabila

digunakan secara benar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sudaya, I Putu, dkk (2017) dengan judul hubungan lama pemakaian

kontrasepsi oral dengan hipertensi yang menunjukkan bahwa lama

penggunaan kontrasepsi oral dapat mengakibatkan ketidakseimbangan

hormon. Apabila tidak ada keseimbangan pada hormon estrogen dan

progesteron dalam tubuh, maka akan dapat mempengaruhi tingkat tekanan

darah dan kondisi pembuluh darah. Hormon estrogen dan progesteron

sintesis yang berfungsi menghambat fertilitas akan memberikan efek-efek

tertentu bagi tubuh yaitu meningkatkan tekanan darah yang

dimanifestasikan dengan hipertensi.

50
2. Gambaran Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling

Atas Kacamatan Wanea Kota Manado

Tekanan darah pre-Hipertensi berjumlah 13 responden (20,3%),

hipertensi stage-1 berjumlah 21 responden (32,8%), dan hipertensi stage-2

berjumlah 30 responden (46,9%).Tekanan darah biasanya akan meningkat

secara bertahap dan tidak tetap. Jika tekanan darah tetap tinggi setelah

penggunaan kontrasepsi hormonal dihentikan, maka akseptor telah

mengalami hipertensi akibat perubahan permanen yang terjadi pada

pembuluh darah (Baziad, 2012).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yaitu, genetik

(keturunan), usia, jenis kelamin, obesitas, stress lingkungan, asupan garam,

gaya hidup yang kurang sehat, akibat penyakit lain serta obat-obatan

(Sutanto, 2010). Pendapat peneliti menyatakan bahwa diwilayah kerja

puskesmas banyak responden yang mengalami hipertensi di bandingkan

dengan yang tidak hipertensi hal ini disebabkan karena banyaknya ibu-ibu

yang tidak mengetahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi adalah salah

satu penyebab terjadinya hipertensi, dengan keluhan sering pusing, sakit

kepala, sering marah, susah tidur, dan tegang pada leher. Dan banyak ibu-

ibu di wilayah kerja puskesmas herlang yang kurang

pemahaman/pengetahuan tentang penyakit hipertensi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nafisah Dewi,

dkk (2014) dengan judul “Faktor yang berubungan dengan kejadian

hipertensi pada akseptor pil KB Di Kelurahan Sumbersari Kabupaten

Jember” yang menunjukkan bahwa faktor yang dapat memicu terjadinya

51
tekanan darah pada wanita salah satunya adalah kontrasepsi hormonal pil,

pemakaian kontrasepsi hormonal pil dapat memicu meningkatnya tekanan

darah 4-5% pada wanita yang pada awalnya mempunyai tekanan darah

yang normal. Berdasarkan variabel lama penggunaan kontrasepsi pil KB,

diketahui bahwa terdapat hubungan antara lama penggunaan pil KB

dengan kejadian hipertensi pada akseptor pil KB dengan p= 0,003.

Menurut (Nurrahmani, 2015), penggunaan kontrasepsi oral pada

wanita yaitu mengalami peningkatan ringan tekanan darah biasa

ditemukan pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral terutama yang

berusia di atas 35 tahun, yang telah menggunakan kontrasepsi selama 5

tahun, atau pada orang yang obesitas.

Hal ini merupakan konsekuensi logis dari estrogen yang

meningkatkan sintesis substrat renin oleh hepar, dengan meningkatnya

substrat renin ini maka angiotensin akan dibuat lebih banyak, sebagai

akibat dari meningkatnya kadar angiotensin pelepasan renin terhambat.

Meningkatnya kadar angiotensin akan merangsangsintesis aldosteron yang

menimbulkan retensi natrium, pada saat yang sama terjadi vasokontriksi

ginjal dan sistemik.

3. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan Darah Pada

Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota

Manado.

Penggunaan kontrasepsi Pil KB dengan pre-hipertensi sebanyak 6

responden (9,4%), Pil KB dengan hipertensi stage-1 sebanyak 12

responden (18,8%), Pil KB dengan hipertensi stage-2 sebanyak 4

52
responden (6,2%). Suntik KB dengan pre-hipertensi sebanyak 5 responden

(7,8%), %), Suntik KB dengan hipertensi stage-1 sebanyak 3 responden

(4,7%), Suntik KB dengan hipertensi stage-2 sebanyak 11 responden

(17,2%) %). Implan KB dengan pre-hipertensi sebanyak 2 responden

(3,1%), %), Implan KB dengan hipertensi stage-1 sebanyak 6 responden

(9,4%), Implan KB dengan hipertensi stage-2 sebanyak 15 responden

(23,4%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai

ρ-value = 0,009 lebih kecil dari nilai α=0,05, Berarti H0 ditolak maka ada

Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan Darah Pada

Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota

Manado. Pada kontrasepsi hormonal seperti Oral, suntik dan implan

mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mempengaruhi

peningkatan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena terjadi hipertropi

jantung dan peningkatan respon presor angiotensi II dengan melibatkan

jalur Renin Angiotensin System. Selain itu, Pada kontrasepsi hormonal

juga terdapat kandungan etinilestradiol yang merupakan penyebab

hipertensi, sedangkan Gestagen memiliki pengaruh minimal terhadap

tekanan darah. Etinilestradiol dapat meningkatkan angiostensinogen 3-5

kali kadar normal (Baziad, 2018).

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Septya S.

Kaunang di kota Manado tahun 2014 bahwa pengguna kontrasepsi Oral

berisiko 3,458 kali mengalami kejadian hipertensi pada wanita usia subur

dibandingkan dengan Wanita Usia Subur (WUS) yang tidak menggunakan

53
kontrasepsi Oral. Penelitian lainnya juga pernah dilakukan oleh Edi

Cahyono (2013) di Desa Betek Kabupaten Blora untuk membuktikan

pengaruh kontrasepsi suntik dan kejadian hipertensi dimana diperoleh

bahwa adanya hubungan antara kejadian hipertensi dengan lama

penggunaan kontrasepsi suntik Depo Medroxi Progestine Asetat (DMPA)

pada wanita usia subur.

Pada penelitian ( Zahidah, Ari, & Adi, 2017) dengan judul “faktor-

faktor tekanan darah pada akseptor KB hormonal di wilayah kerja

Puskesmas Kedungmundu” hasil penelitianya menunjukkan bahwa

proporsi tekanan darah tinggi paling banyak terjadi pada responden yang

menggunakan kontrasepsi berupa pil KB yaitu sebesar (47,1%), suntik

sebesar (25,3%), dan responden yang menggunakan implant memilik

proporsi sebesar (25%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari

Liani Kawulur pada tahun 2015 bahwa dari 3 jenis kontrasepsi hormonal

terbukti bahwa pengguna alat kontrasepsi pil KB yang memberikan

pengaruh pada tekanan darah akseptor.

54
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan

Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado.

. Dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di

Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado. Sebagian besar

menggunakan alat kontrasepsi Implant KB berjumlah 23 responden

(35,9%).

2. Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado Sebagian besar tekanan darah

hipertensi stage-2 berjumlah 30 responden (46,9%).

3. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan Darah

Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea

Kota Manado. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di

peroleh nilai ρ-value = 0,009 lebih kecil dari nilai α=0,05, Berarti H0

ditolak maka ada Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan

Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas

Kacamatan Wanea Kota Manado.

55
B. Saran

1. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi

untuk peneliti selanjutya dengan mengangkat topik yang sama dengan

variable yang berbeda dan dapat dikembangkan sebagai kompetensi yang

harus dikuasai oleh mahasiswa.

2. Bagi Lokasi Penelitian

Menjadi bahan masukan bagi pihak puskesmas dalam penggunaan

kontrasepsi dan lebih memperhatikan efek yang ditimbulkan terhadap

tekanan darah pada Wanita usia subur.

3. Bagi Peneliti lain

Peneliti lain yang berminat kiranya bisa melakukan pengembangan

dengan faktor–faktor yang lain ataupun penggunaan alat kontrasepsi

dengan tekanan darah wanita hamil

56
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Mochamad. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Aulia. (2017) Pengendalian Hipertensi, Kementerian Kesehatan RI
DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV Pustaka Setia
MENULAR. Available at: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-
p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/pengendalian-
hipertensi-faq
BKKBN. (2019). Laporan Akuntabilitas Kinerja Istansi Pemerintah Provinsi
SulawesiUtara.https://www.bkkbn.go.id/pocontent/uploads/LAKIP_SULA
WESI_UTARA_2019.pdf Di akses 21 Juli 2021
BKKBN. (2015). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
BPS Sulut. (2020). Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Alat Kontrasepsi di Provinsi Sulawesi Utara (Jiwa), 2018-2020.
https://sulut.bps.go.id/indicator/30/394/1/jumlah-peserta-kb-aktif-menurut-
kabupaten-kota-dan-jenis-alat-kontrasepsi-di-provinsi-sulawesi-utara.html.
Diakses pada 21 Juli 2021
Friza. (2018) Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Reproduktif
(15-49 tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Kedai Durian Kota Medan
Hadijah. (2019) Gambaran Penggunaan Kombinasi Obat Antihipertensi
Terhadap
Hartono W, 2016. Analisis Data Kependudukan dan KB hasil susenas 2015.
Jakarta
Pasien Poli Rawat Jalan di Rumah Sakit Unhas Tahun 2019. Skrispi.
Hartanto, H. (2012), Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta:
PustakaSinar Harapan.
Indonesian Society of Hypertension. (2019). Konsensus Penatalaksanaan

57
Hipertensi.
Jakartahttp://faber.inash.or.id/upload/pdf/article_Update_konsensus_2019
39.pdf
Jurgen. (2019). Hubungan Kebiasan Meroko dengan Kejadian Hipertensi Di
Wilaya Ketrja Puskesmas Molompar Belang. Kabupaten Minahasa
Tenggara. Jurnal.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/viewFile/23951/
23605 Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 1, Januari 2019. Di akses 21 Juli 2021.
JNC 7. (2013) The Seventh of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. U.S.
DEPARTMENT OFHEALTH AND HUMAN SERVICES.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. Ediisi 3. Jakarta. Salemba Medika.
Proverawati Atikah. (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi.Yogyakarta: Numed
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Riskesda. (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Has
il-riskesdas-2018_1274.pdf. Di akses 21 Juli 2021
Riskesdas Sulut. (2018). Laporan Kesehatan Provinsi
Sulawesi Utara.
%20SULAWESI%20UTARA%202018.pdf Di akses 21 Juli 2021
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyawati, Ari. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana.Jakarta : Salemba
Medika. Woro. (2019) Hipertensi Pada Wanita Monopause. Jakarta: LIPI
Press

58
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
…………………….
Di – Tempat
Syallom , Damai Sejahtera
Responden yang saya hormati,
Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan UNPI yang sementara ini
dalam proses penyelesaian tugas akhir/ skripsi dan akan melakukan
penelitian. Olehnya, mohon kiranya kesediaan siswi agar bisa menjadi
subyek dalam penelitian yang kami lakukan. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan
Tekanan Darah Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Teling Atas
Kacamatan Wanea Kota Manado.
Partisipasi dalam penelitian dan atau informasi yang didapat tidak akan
dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan calon responden.
Kerahasiaan identitas responden akan dijamin, dalam laporan hanya akan
ditulis kode nomor saja.
Saya sangat menghargai kesediaan untuk meluangkan waktu membaca
dan memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan bersedia
menjadi responden.

Manado, Oktober 2022


Peneliti

Galih Putra Catur Brata

59
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Inisial Responden :
Tempat dan tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
No.hp/tlp :

Benar telah menerima dan mengerti penjelasan peneliti tentang “Hubungan


Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Tekanan Darah Pada Wanita Usia
Subur Di Puskesmas Teling Atas Kacamatan Wanea Kota Manado” termasuk
tujuan dan manfaat penelitian. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan,
saya bersedia menjadi responden penelitian tersebut. Dengan pernyataan ini,
saya bersedia mengikti penelitian dan memberikan jawaban sejujur-jujurnya
tanpa paksaan pihak manapun.

Manado, oktober 2022


Yang membuat pernyataan,

(….....................................)

60
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN
TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS
TELING ATAS KACAMATAN
WANEA KOTA MANADO

Petunjukpengisian
1. Bacalah setiap item pernyataand engan seksama.
2. Berilah tanda check list () pada jawaban yang dianggap tepat.
Data responden :
1. No Responden (NR) : ……
2. Umur anda : ……
3. Pekerjaan :( ) IRT ( ) Wiraswasta ( ) PNS
Lainnya : ……
4. Alat Kontrasepsi Hormonal Yang digunakan
( ) Suntik
( ) Pil KB
( ) Susuk KB
5. Tingkat pendidikan
( ) Tidaksekolah
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) DIPLOMA
( ) S-1
( ) S-2
( ) S-3

Lembar observasi Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah :

No. Inisial Responden KB Hormonal Tekanan Darah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

61
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

62
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI PENGGUNAAN KONTRASESPSI HORMONAL
No Inisial Responden Jenis KB Hormonal ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

63
Lampiran 5
Master Tabel
No Kontrasepsi Tekanan
Usia Pendidikan Keterangan
Res Hormonal Darah
1 2 1 2 3 Usia
2 1 2 3 2 1 = Laki-Laki
3 1 1 1 2 2 = Perempuan
4 2 3 2 1
5 1 3 1 2 Pendidikan
6 1 3 1 2 1 = SD
7 2 4 2 2 2 = SMP
8 2 2 1 2 3 = SMA
9 1 3 2 3 4=Perguruan tinggi
10 2 2 3 3
11 1 4 1 2 Kontrasepsi Hormonal
12 1 1 3 3 1 = Pil KB
13 2 1 3 3 2 = Suntik KB
14 2 3 1 2 3 = Implan KB
15 2 4 2 2
16 2 3 1 3 Tekanan Darah
17 2 4 3 3 1 = Pre Hipertensi
18 1 3 2 3 2 = Hipertensi Stage 1
19 2 1 1 2 3 = Hipertensi Stage 2
20 2 1 1 3
21 2 3 3 3
22 1 4 2 3
23 1 3 1 2
24 2 1 2 3
25 2 4 3 2
26 2 3 2 3
27 1 3 1 2
28 1 4 3 3
29 2 1 1 3
30 1 1 2 1
31 2 3 3 3
32 2 4 2 1
33 1 3 1 2
34 2 2 3 3
35 2 4 1 2
36 2 1 2 3
37 1 3 3 1
38 2 1 2 3
39 1 4 1 1

64
40 2 1 3 3
41 1 2 1 1
42 2 4 3 3
43 2 2 1 2
44 1 4 3 1
45 2 3 2 3
46 2 3 3 2
47 2 3 3 3
48 1 4 1 1
49 1 3 3 2
50 2 3 2 3
51 2 3 3 3
52 2 4 2 2
53 2 1 3 3
54 1 3 1 1
55 2 3 3 3
56 2 4 2 3
57 1 2 1 1
58 1 1 3 2
59 2 3 2 1
60 1 3 3 3
61 1 1 1 1
62 2 3 3 2
63 2 3 1 3
64 1 3 2 1

65
Lampiran 7
SPSS

Frequency Table
USIA
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
<30
26 40.6 40.6 40.6
TAHUN
Valid >30
38 59.4 59.4 100.0
TAHUN
Total 64 100.0 100.0
PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD 15 23.4 23.4 23.4
SMP 7 10.9 10.9 34.4
SMA 27 42.2 42.2 76.6
Valid
PERGURUAN
15 23.4 23.4 100.0
TINGGI
Total 64 100.0 100.0
KONTRASEPSI HORMONAL
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
PIL KB 22 34.4 34.4 34.4
SUNTIK
19 29.7 29.7 64.1
KB
Valid
IMPLAN
23 35.9 35.9 100.0
KB
Total 64 100.0 100.0
TEKANAN DARAH
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
PRE-HIPERTENSI 13 20.3 20.3 20.3
HIPERTENSI
21 32.8 32.8 53.1
STAGE-1
Valid
HIPERTENSI
30 46.9 46.9 100.0
STAGE-2
Total 64 100.0 100.0

66
Crosstabs
KONTRASEPSI HORMONAL * TEKANAN DARAH Crosstabulation
TEKANAN DARAH Total
PRE- HIPERTE HIPERTE
HIPERTE NSI NSI
NSI STAGE-1 STAGE-2
Count 6 12 4 22
% within
KONTRAS
100.0
EPSI 27.3% 54.5% 18.2%
%
HORMONA
PIL KB L
% within
34.4
TEKANAN 46.2% 57.1% 13.3%
%
DARAH
34.4
% of Total 9.4% 18.8% 6.2%
%
Count 5 3 11 19
% within
KONTRAS
100.0
EPSI 26.3% 15.8% 57.9%
KONTR %
HORMONA
ASEPSI SUNTIK L
HORMO KB
NAL % within
29.7
TEKANAN 38.5% 14.3% 36.7%
%
DARAH
29.7
% of Total 7.8% 4.7% 17.2%
%
Count 2 6 15 23
% within
KONTRAS
100.0
EPSI 8.7% 26.1% 65.2%
%
HORMONA
IMPLAN L
KB
% within
35.9
TEKANAN 15.4% 28.6% 50.0%
%
DARAH
35.9
% of Total 3.1% 9.4% 23.4%
%
Count 13 21 30 64
% within
Total KONTRAS
100.0
EPSI 20.3% 32.8% 46.9%
%
HORMONA
L

67
% within
100.0
TEKANAN 100.0% 100.0% 100.0%
%
DARAH
100.0
% of Total 20.3% 32.8% 46.9%
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Exact Point
Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1- Probabili
sided) sided) sided) ty
Pearson Chi- 13.55
4 .009 .008
Square 9a
14.76
Likelihood Ratio 4 .005 .008
3
Fisher's Exact 13.87
.006
Test 2
Linear-by-Linear
7.901b 1 .005 .005 .003 .001
Association
N of Valid Cases 64
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.86.
b. The standardized statistic is 2.811.

68
Lampiran 8
DOKUMENTASI

69
70

Anda mungkin juga menyukai