Anda di halaman 1dari 56

ANALISA HEMATOKRIT DENGAN METODE MIKRO

MENGGUNAKAN DARAH KAPILER PADA IBU HAMIL


PENDERITA ANEMIA DI PUSKESMAS SIDODADI
KISARAN BARAT TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Ahli Madya
Teknik Laboratorium Medis Universitas Sari Mutiara Indonesia

Oleh :

Fahira Adhani Alitala Hasibuan


170.209.140

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISA HEMATOKRIT DENGAN METODE MIKRO
MENGGUNAKAN DARAH KAPILER PADA IBU HAMIL
PENDERITA ANEMIA DI PUSKESMAS SIDODADI
KISARAN BARAT TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma III Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Oleh:

FAHIRA ADHANI ALITALA HASIBUAN


170209140

Mengetahui, Mengetahui,
Dosen pembimbing Ketua Program Studi DIII Analis Kesehatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

(Erlan Aritonang S.Si, M.Si) (Yunita Purba S.Si, M.Si)


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

ANALISA HEMATOKRIT DENGAN METODE MIKRO


MENGGUNAKAN DARAH KAPILER PADA IBU HAMIL
PENDERITA ANEMIA DI PUSKESMAS SIDODADI
KISARAN BARAT TAHUN 2020

Telah dipertahankan didepan tim penguji KTI


Pada tanggal September 2020

Tim Penguji

Tanda Tangan

Ketua Penguji : Erlan Aritonang, S.Si, M.Si ( )


(Dosen Pembimbing)

Anggota : dr. Linda Stella Tarigan.M.Ked ( )


(ClinPath).Sp.Pk
(Dosen Penguji I)

Diketahui, Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi D-III
Universitas Sari Mutiara Indonesia Teknologi Lboratorium Medis
Fakultas Farmasi Dan Ilmu
Kesehatan Universitas sari
Mutiara Indonesia

(Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM) (Yunita Purba, M.Si)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IdentitasDiri
1. Nama : Fahira Adhani Alitala Hasibuan
2. Tempat, TanggalLahir : Kisaran, 18 Maret 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Gurami, Sidomukti, Kisaran Barat
5. Agama : Islam
6. Status Perkawinan : BelumKawin
7. AnakKe :1
8. Pekerjaan : Mahasiswa
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. No. Telepon : 082274441564
11. E-mail : fahira.adhani@yahoo.co.id
12. Nama Ayah : Ali Hotman Hasibuan, S.Sos, M.M
13. Nama Ibu : Hanipa Sofiawati Siregar, S.K.M
14. Pekerjaan
Ayah : PNS
Ibu : PNS
15. Alamat Orang Tua : Jl. Gurami, Sidomukti, Kisaran Barat

B. RiwayatPendidikan
Tahun 2003-2009 : SDN 010083 KISARAN
Tahun 2009-2012 : SMP N 6 KISARAN
Tahun 2012-2015 : SMAN 1 MATAULI PANDAN
Tahun 2017-2020 : D-III ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
INDONESIA
ABSTRAK

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah dalam
tubuh menjadi terlalu rendah. Anemia banyak terjadi dimasyarakat terutama pada ibu hamil. Anemia
pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin < 11 gr/dL. Hematokrit didefenisikan
sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume seluruh darah dinyatakan % tergantung pada
jenis kelamin. Hubungan anemia pada ibu hamil dengan kadar hematokrit sangat berkaitan, kadar
hematokrit yang rendah dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin biasanya diakibat oleh faktor
pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. Telah dilakukan Pemeriksaan Kadar Hematokrit Pada Ibu
Hamil Penderita Anemia Di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat Tahun 2020. Jenis penelitian ini
bersifat deskriptif dan metode mikrohematokrit yang bertujuan untuk mengetahui kadar hematokrit
pada ibu hamil yang menderita anemia di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus Tahun 2020 di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat dengan
sampel sebanyak 15 orang. Dari hasil penelitian diperoleh hasil pemeriksaan pada ibu hamil
penderita anemia kadar hematokrit yang menurun sebanyak 9 orang (60%) dan yang normal
sebanyak 6 orang (40%). Kadar hematokrit yang rendah biasanya disebabkan oleh pola makan, pola
hidup dan keturunan, sedangkan kadar hematokrit yang normal pada anemia biasanya disebabkan
karena pasien sudah menjaga pola makan yang sehat dan menjaga pola hidup yang baik. Untuk ibu
hamil penderita anemia agar tetap mejaga kondisinya agar tidak menjadi parah.
Kata Kunci : Ibu Hamil, Anemia, Hematokrit

i
ABSTRACT

Anemia is a blood disorder that commonly occurs when the levels of red blood cells in the body
become too low. Anemia is common in society, especially pregnant women. Anemia in pregnant
women is a condition of mothers with hemoglobin levels <11 g / dL. Hematocrit is defined as the
amount of red blood volume to the volume of whole blood expressed as % by gender. The
relationship between anemia in pregnant women and hematocrit levels is very closely related, low
hematocrit levels can have a negative impact on the mother and fetus, usually due to factors of
mother's education and family income. Examination has been of hematocrit levels in anemic
pregnant women at the Sidodadi Health Centre Kisaran Barat, 2020. This type of research is
descriptive and using microhematocrit method, which aims to determine the levels of hematocrit in
pregnant women who suffer from anemia at Sidodadi Health Center Kisaran Barat. This research
was conducted in July - August 2020 at Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat with a sample of 15
people. From the results of the study, the results of examinations in pregnant women with anemia,
the hematocrit levels decreased by 9 people (60%) and normal as many as 6 people (40%). Low
hematocrit levels are usually caused by diet, lifestyle and heredit meanwhile, normal hematocrit
levels in anemia are usually caused because the patient has maintained a healthy diet and
maintains a good lifestyle. For pregnant women with anemia to keep their condition from getting
worse.

Keywords : Pregnant Women, Anemia, Hematocrit

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “ANALISA HEMATOKRIT DENGAN METODE MIKRO
MENGGUNAKAN DARAH KAPILER PADA IBU HAMIL PENDERITA
ANEMIA DI PUSKESMAS SIDODADI KISARAN BARAT
TAHUN 2020” Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma III Jurusan Analis Kesehatan
di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini. Untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, SH., MM., selaku Ketua Yayasan Universitas
Sari Mutiara Medan.
2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.kes., selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.
3. Ibu Taruli Rohana Sinaga, Sp., MKM., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4. Ibu Yunita Purba, M.Si., selaku Ketua Prodi Analis Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan.
5. Bapak Erlan Aritonang S.Si, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya.
6. Ibu dr. Linda Stella Tarigan.M.Ked(ClinPath).Sp.Pk, selaku dosen penguji saya
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah saya.
7. Kepada orang tua saya yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat
selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
8. Teman-teman serta kerabat yang telah mendukung dan membantu dalam
menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa
banyak kesalahan dan kekurangan pada Karya Tulis Ilmiah ini baik dalam kata –
kata maupun penyajian. Maka dari itu segala saran dan kritik yang bersifat

iii
membangun, dari pada dosen penguji dan dosen pembimbing dibutuhkan untuk
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian Karya Tulis Ilmiah ini apabila ada kesalahan penulisan mohon
maaf yang sebesar – besarnya dan penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Agustus 2020

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anemia ..................................................................................... 5
2.1.1. Defenisi Anemia ........................................................... 5
2.1.2. Anemia pada Ibu Hamil ................................................ 5
2.1.3. Jenis Anemia pada Ibu Hamil ....................................... 7
2.1.4. Patofisiologi Anemia pada Ibu Hamil .......................... 8
2.1.5. Tanda Dan Gejala Anemia............................................ 9
2.1.6. Klasifikasi Anemia ....................................................... 10
2.1.7. Dampak Anemia ........................................................... 13
2.1.8. Pencegahan Anemia...................................................... 14
2.1.9. Diagnosis Anemia......................................................... 15
2.2. Hematokrit ................................................................................ 15
2.2.1. Defenisi Hematokrit...................................................... 15
2.2.2. Pemeriksaan Hematokrit ............................................... 16
2.2.3. Macam-MacamPemeriksaan Hematokrit ..................... 17

v
2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Hematokrit 18
2.2.5. Tahapan Kesalahan Pemeriksaan Hematokrit .............. 19
2.2.6. Bahan Pemeriksaan Hematokrit ................................... 19
2.3 Kerangka Konsep ...................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 21
3.2.1. Lokasi Penelitian .......................................................... 21
3.2.2. Waktu Penelitian........................................................... 21
3.3. Populasi dan Sampel................................................................. 21
3.3.1. Populasi ........................................................................ 21
3.3.2. Sampel .......................................................................... 21
3.4. Defenisi Operasional ................................................................ 21
3.5. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 22
3.5.1. Data Primer ................................................................... 22
3.5.2. Data Sekunder............................................................... 22
3.6. Metode Pengolahan Sampel ..................................................... 22
3.6.1. Alat ............................................................................... 22
3.6.2. Bahan ............................................................................ 22
3.7. Prinsip Pemeriksaan ................................................................. 23
3.8. Prosedur Penelitian ................................................................... 23
3.8.1. Prosedur Pengambilan Darah Vena .............................. 23
3.8.2. Prosedur Pemeriksaan Hematokrit ............................... 23
3.9. Interpretasi Hasil....................................................................... 24
3.10.Metode Analisa Data ............................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian......................................................................... 25
4.2. Pembahasan .............................................................................. 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 29

vi
5.2. Saran ......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 34

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Morfologi Sel Darah Merah Pada Anemia ................................. 12
Gambar 2.2 Sel Darah Merah Anemi ............................................................. 12
Gambar 2.3 Tabung Kapiler Dengan Darah ................................................... 17

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kadar Hemoglobin ................................................................... 7
Tabel 4.1.1 Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Hematoktrit Menurun Pada
Ibu Hamil ..................................................................................... 26
Tabel 4.1.2 Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Hematoktrit Nornal Pada Ibu
Hamil ........................................................................................... 27

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Pemeriksaan Kadar Hematokri Total Pada Ibu Hamil


Penderita Anemia
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Mengadakan Penelitian
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5 Surat Pernyataan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian
Lampiran 6 Bukti Lembar Konsul Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 7 Lembar Bukti Konsultasi
Lampiran 8 Bukti Pembayaran

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah
merah (eritrosit) yang terlalu sedikit yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan
tubuh (Proverawati, 2013). Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari
empat kandungan haem (berisi zat besi) dan empat rantai globin (alfa, beta,
gamma, dan delta) yang berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut
oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Kualitas darah dan warna juga ditentukan oleh
kadar hemoglobin. Bila seseorang memiliki jumlah sel darah merah dibawah batas
normal atau kadar hemoglobin rendah, sel-sel tubuh tidak akan mendapatkan
oksigen yang cukup, sehingga timbul gejala anemia berupa kelelahan (Febianty,
dkk, 2013).
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia
terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita
anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu
hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
World Health Organization (WHO) 2018. Prevalensi anemia dunia berkisar 40-
80%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 26,2%
yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49.1% perempuan (Kemenkes RI, 2018).
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian
pada ibu hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi
bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan meninggal karena
komplikasi selama kehamilan dan persalinan dan mengalami penurunan pada
tahun 2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu sebesar
75% antara tahun 1990 dan 2018, menurut WHO. Anemia pada ibu hamil
berdampak buruk bagi ibu maupun janin. Kemungkinan dampak buruk terhadap
ibu hamil yaitu proses persalinan yang mebutuhkan waktu lama dan
mengakibatkan perdarahan serta syok akibat kontraksi. Dampak buruk pada janin

1
2

yaitu terjadinya prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, kecacatan bahkan
kematian bayi (Fikawati, 2015).
Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di <11
g/dL pada trimester 1 dan 3 atau kadar hemoglobin < 10,5 g/dL pada trimester 2
(Soebroto, 2010). Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian
intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah
terkena infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan
prematuritas, ancaman dekompensasi kordis dan ketuban pecah dini. Pada saat
persalinan dapat mengakibatkan gangguan kontraksi tidak normal, retensio
plasenta (ari-ari yang tertahan didalam rahim) dan perdarahan post partum karena
atonia uteri (Styawati, 2013).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil
diantaranya umur kehamilan, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jarak
kehamilan, paritas, konsumsi tablet tambah darah (TTD), dan riwayat penyakit
(Keisnawati dkk, 2015). Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap anemia
karena ibu yang berpendidikan tinggi dapat lebih memperhatikan kesehatannya
dan janin yang dikandungnya (Soh et al, 2015). Pendapatan keluarga yang rendah
memungkinkan ibu mendapatkan nutrisi yang kurang baik selama kehamilan
sehingga risiko menderita anemia meningkat (Milman, 2013; Soh et al, 2015;
Vehraet al, 2012).
Ibu hamil dapat mengalami anemia karena kebutuhan zat besi selama
hamil meningkat untuk pertumbuhan janin. Anemia kehamilan dapat dicegah
apabila seorang ibu mempunyai asupan nutrisi yang bagus sebelum hamil
sehingga mempunyai cadangan zat besi di dalam tubuh (Noran and Mohammed,
2015). Ibu hamil yang tidak mengonsumsi tablet tambah darah lebih berisiko
mengalami anemia, selain itu riwayat penyakit seperti malaria dan cacingan juga
dapat menyebabkan anemia (Alene and Abdulahi, 2014).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan
bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5 %,
remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%.
Wanita mempunyai resiko terkena anemia paling tinggi terutama remaja putri
3

(Kemenkes RI, 2013).


Remaja putri memiliki resiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita
anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri
mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga membutuhkan asupan zat besi (Fe) yang lebih banyak. Penentuan
anemia juga dapat dilakukan dengan mengukur hematokrit (Ht) (Tarwoto, dkk,
2010).
Pemeriksaan Hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang
digunakan sebagai penunjang diagnosa yang berkaitan dengan terapi dan prognosis.
Tes hematokrit merupakan salah satu bentuk pemeriksaan dibidang hematologi.
Hematokrit dapat dilakukan secara langsung menggunakan metode
mikrohematokrit dan makrohematokrit (Kiswari R, 2014). Hematokrit adalah
volume semua sel darah merah dalam 100 ml darah dan disebut dengan persen (%)
dari volume darah (Gandasoebrata, 2013).
Nilai hematokrit ialah volume semua sel darah merah dalam 100 ml darah
yang disebut dengan % dari volume darah. Penetapan nilai hematokrit dapat
dilakukan dengan cara mikro dan makro. Pada cara mikro menggunakan tabung
mikrokapiler, sedangkan cara makro menggunakan tabung wintrobe
(Gandasoebrata, 2013).
Nilai hematokrit meningkat karena peningkatan kadar sel darah atau
penurunan volume plasma darah. Sebaliknya nilai hematokrit akan menurun
karena penurunan sel darah atau peningkatan kadar plasma darah, seperti anemia
(Rasyada dkk, 2014). Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes sederhana
untuk anemia, sebagai kalibrasi untuk metode otomatis hitung sel darah, dan
secara kasar untuk membimbing keakuratan pengukuran hemoglobin (Kiswari,
2014).
Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti
karbohidrat, protein, vitamin A, C, dan B12. Untuk mencukupi kebutuhan zat besi
dalam seharinya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani
sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, dan mengkonsumsi
4

sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi yang tinggi (Briawan,
2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang “Analisa Hematokrit Dengan Metode Mikro Menggunakan Darah
Kapiler Pada Ibu Hamil Penderita Anemia Di Puskesmas Sidodadi Kisaran
Barat Tahun 2020”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimana nilai hematokrit pada pasien penderita anemia dengan metode
mikro di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat Tahun 2020.

1.3. Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui nilai hematokrit pada pasien penderita anemia pada ibu
hamil dengan metode mikro di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat tahun 2020.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan program D3
Analis Kesehatan di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
b. Untuk memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi penulis
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah di bagian Kimia Klinik.
2. Bagi Mahasiswa Analis Kesehatan
a. Diharapkan karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada
mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan tentang
pemeriksaan hemtokrit.
3. Bagi Tenaga Medis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pemeriksaan
kadar hematokrit.
b. Sebagai sumber informasi bagi pihak tenaga medis agar lebih
memperhatikan penyakit Anemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

2.1.1 Defenisi Anemia

Anemia didefinisikan sebagai kadar hemoglobin yang rendah dalam darah


(WHO, 2015). National Institute of Health (NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa
anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup
(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika
kadar sel darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin,
yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Anemia dapat menyebabkan
berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stres pada organ tubuh (Proverawati
A, 2011).
Secara fungsional anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah sel darah
merah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditandai dengan
penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit atau hitung eritrosit yang sering
dipakai adalah hemoglobin lalu hematokrit (Sudoyo, 2010).
Anemia sering disebut kurang darah yaitu keadaan dimana kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari normal (<12gr/dL) yang berakibat pada daya
tahan tubuh, kemampuan dan konsentrasi belajar, kebugaran tubuh, menghambat
tumbuh kembang dan akan membahayakan kehamilan nanti (Kemenkes RI,
2010).

2.1.2 Anemia pada Ibu Hamil


Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin seseorang kurang
dari 10 gr/dL, sedangkan angka idealnya untuk wanita dewasa berdasarkan WHO
adalah 12gr/dL. Artinya, seorang wanita dewasa yang sedang hamil maupun tidak
akan didiagnosis mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 12gr/dL.

5
6

Akan tetapi, munculnya gejala bersifat individual, bisa jadi orang yang memiliki
hemoglobin 10gr/dL masih dapat beraktifitas secara normal dan energik, sedangkan
yang lain tampak letih dan lesu (Fatonah S, 2016).
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik pada ibu hamil,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyebab
yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran
prematur, persalinan yang lama akibat kelemahan kontraksi otot rahim,
perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim, syok,
infeksi (baik saat bersalin atau pasca bersalin), serta anemia yang berat dapat
menyebabkan penyakit jantung pada ibu hamil (Wiknjosastro, 2013).
Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari
besarnya angka kesakitan dan kematian ibu hamil, peningkatan angka kesakitan
dan kematian janin, serta peningkatan risiko terjadinya berat badan lahir rendah.
Penyebab utama kematian ibu hamil antara lain adalah pendarahan pasca partum
(di samping eklampsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang
kesemuanya berpangkal pada anemia defisiensi. Kebutuhan akan zat besi selama
kehamilan meningkat, ditujukan untuk memasok kebutuhan janin dalam
bertumbuh (pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi), pertumbuhan
plasenta, dan peningkatan volume darah ibu (Arisman, 2010).
Tubuh mengalami perubahan yang signifikan saat hamil. Jumlah darah
dalam tubuh meningkat sekitar 20-30%, sehingga memerlukan peningkatan
kebutuhan pasokan zat besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin. Ketika
hamil, tubuh membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh
mungkin memerlukan darah hingga 30% lebih banyak daripada ketika tidak
hamil. Selama kehamilan, anemia memiliki kadar hemoglobin 11 gr/dL
(Hematokrit <30%) pada awal kehamilan. Wanita hamil mungkin perlu diberikan
obat profilaktik karena hemodilusi (pengencerah darah) untuk mengurangi kadar
hemoglobin sampai <10 gr/dL. Anemia terjadi pada 1/3 dari wanita hamil selama
trisemester ketiga. Penyebab paling umum adalah defisiensi zat besi dan float
(Proverawati, A, 2011).
7

Tabel 2.1

Kadar Hemoglobin sebagai indikator Anemia

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dL)

Anak umur 6 bulan-5 tahun < 11 gr/dL

Anak umur 6 tahun-11 tahun < 11,5 gr/dL

Anak umur 12-14 tahun < 12 gr/dL

Laki-laki Dewasa < 13 gr/dL

Wanita dewasa tidak hamil < 12 gr/dL

Wanita Hamil ≤ 11 gr/dL

Sumber : Hoffbrand AV,2011

Batasan anemia menurut Salmariantity (2012) berdasarkan pemeriksaan hemoglobin


adalah :
1. Tidak anemia : 11,00 gr/dL
2. Anemia ringan : 9,00 - 10,00 gr/dL
3. Anemia sedang : 7,00 – 8,00 gr/dL
4. Anemia berat : <7,00 gr/dL

2.1.3 Jenis Anemia Pada Ibu Hamil


1. Anemia Defisiensi Besi
Kondisi anemia yang terjadi pada ibu hamil ketika tubuh mengalami kekurangan
asupan zat gizi dalam makanan sehingga hemoglobin tidak mencukupi. Penyebab
anemia defisiensi besi terjadi salah satunya adalah tidak dapat mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung zat besi yang berasal dari daging hewan, buah
dan sayuran. Disamping itu, ibu hamil memerlukan zat besi yang lebih tinggi
sekitar 1,25 mg/hari pada saat tidak hamil menjadi 6 mg/hari selama kehamilan
yang disebabkan karenan zat besi digunakan oleh tubuh ibu hamil untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin dan pembentukan darah ibu. Penanganan
anemia defisiensi gizi adalah pemberian suplementasi tablet besi yang merupakan
salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kadar haemoglobin dalam
jangka waktu pendek (Arisman, 2010).
8

2. Anemia Defisiensi Asam Folat /Vitamin B9


Asam folat masuk dalam kelompok vitamin B9. Tubuh membutuhkan folat dalam
pembentukan sel darah merah. Kekurangan folat pada ibu hamil akan
menyebabkan kondisi tubuh tidak dapat membuat sel darah merah yang cukup
untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sekitar 20-40 % wanita mengalami
defisiensi asam folat karena kandungan asam folat dalam makanan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil karena kebutuhan asam folat
selama hamil 2 kali lipat sebelum hamil. Peningkatan kebutuhan ini diakibatkan
meningkatnya sintesis jaringan pada ibu dan janin. Asam folat berfungsi untuk
metabolisme makanan menjadi energi, sintesis Deoxyribo Nucleic Acid (DNA),
pemantangan sel darah merah, pertumbuhan sel janin dan plasenta. Kekurangan
asam folat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia megaloblastik dan
gangguan darah lainnya, peradangan lidah (glositis) dan gangguan saluran cerna,
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah (Arisma , 2010).
3. Anemia Defisiensi Vitamin B12
Suatu keadaan dimana terjadi penurunan sel darah merah ketika tubuh tidak dapat
menyerap dengan baik vitamin B12 dari saluran pencernaan. Vitamin B12
berperan dalam pembentukan sel darah merah dalam tubuh, memproduksi DNA
dan Ribonucleic Acid atau Asam Ribonukleat (RNA) dan menormalkan fungsi
saraf otak. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12 ibu hamil dapat
mengkonsumsi daging hewani yang banyak protein dan sayuran fermentasi seperti
tahu dan tempe. Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk
aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran
cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf. Vitamin B12 ini sangat penting dalam
pembentukan Red Blood Cell (RBC). Pada umumnya negara berkembang
prevalensi defisiensi vitamin B12 ditemukan pada semua umur yang disebabkan
intake makanan yang rendah. (Arisman, 2010).

2.1.4 Patofisiologi Anemia pada Ibu Hamil


Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hipervolemia).
Hipervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel
9

darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang
yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga memberi efek
yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 gr/dL. (Sarwono,2010).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan
peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan
hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan
kerja jantung. Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil
berkisar 11 gr/dL maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia
dan hemoglobin ibu akan menjadi 9,5-10 gr/dL (Smith dkk., 2010).

2.1.5 Tanda dan Gejala Klinik Anemia


Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh kekurangan zat besi, infeksi
atau ganguan genetik. Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan
oleh kekurangan asupan zat besi. Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti
saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan juga dapat menghilangkan
zat besi dalam tubuh. Wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan beresiko
menderita anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh
(Briawan, 2014).
Gejala anemia pada ibu hamil biasanya akan mengalami nafsu makan turun,
merasa cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, konsentrasi hilang,
lidah luka, palpitasi (jantung terasa berdebar), malaise (perasaan tidak nyaman),
keluhan mual muntah lebih hebat pada saat hamil muda, nafas pendek (pada
anemia parah) dan pembesaran limfa. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya
zat besi dalam makanan, karena gangguan pencernaan atau karena banyaknya zat
besi yng keluar dari tubuh seperti pada saat perdarahan (Sudoyo, 2010).
Anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, karena jumlah sel
darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke
setiap jaringan dalam tubuh. Anemia dapat digolongkan menjadi :
1. Anemia Ringan
Anemia ringan biasanya tidak menimbulkan gejala apapun, tubuh dapat
10

beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada
gejala apapun sampai anemia menjadi lebih berat. Gejala anemia ringan
diantaranya (Proverawati A ,2011) :
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Lemah
d. Sesak nafas
e. Tampak pucat
2. Anemia Berat
Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada seseorang diantaranya
(Proverawati A, 2011) :
a. Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam, lengket dan berbau busuk,
tampak berdarah jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran
pencernaan
b. Denyut jantung cepat
c. Tekanan darah rendah
d. Frekuensi pernafasan cepat
e. Pucat dan badan dingin
f. Kelelahan atau kekurangan energi
g. Kesemutan
h. Daya konsentrasi rendah

2.1.6 Klasifikasi Anemia


Berdasarkan morfologinya anemia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis yaitu:
1. Anemia Mikrositik Hipokrom, merupakan anemia dengan ukuran sel darah
merah yang lebih kecil dari ukuran normal dan mengandung kadar
hemoglobin yang rendah (Sudoyo, et al, 2010). Anemia ini terbagi menjadi :
a. Anemia Defesinesi Besi
Merupakan anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi sehingga
pembentukan sel darah merah dalam tubuh terganggu. Anemia defesiensi
11

besi juga didefenisikan sebagai suatu keadaan dengan kadar hemoglobin


yang rendah daripada nilai normal (<12 gr/dL) yang mengakibatkan
ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksinya
guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal (Adriani
dan wiratmadji, 2012). Selain itu faktor ekonomi juga mengakibatkan pola
konsumsi masyarakat kurang baik, sehingga tidak semua masyarakat dapat
mengkonsumsi lauk hewani dan sayur-sayuran menyebabkan unsur zat
besi dalam makanan kurang terpenuhi (Waryana 2010).
b. Anemia Penyakit Kronik
Adalah anemia yang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi kronik
seperti abses, emfisema, dan tumor (Masjoer, 2011).
2. Anemia Makrositik, kurangnya sel darah merah dalam tubuh sehingga
mengakibatkan sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang belum
matang dengan struktur abnormal dan berukuran terlalu besar. Anemia
makrositik terbagi menjadi :
a. Anemia Defesiensi B12 (Perniosa)
Vitamin B12 sangat penting bagi pertumbuhkembangan normal sel
darah merah, sel-sel sumsum tulang, sistem saraf, dan saluran cerna.
Gejala anemia perniosa meliputi rasa letih dan lemah yang parah, diare,
mengantuk, depresi, dan mudah tersinggung serta pucat (Arisman, 2010).
b. Anemia Defesiensi Asam Folat (Megaloblastik)
Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia megaloblastik,
karena asam folat sangat berperan dalam metabolisme normal makanan
menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis Deoxyribo Nucleic
Acid (DNA), pertumbuhan sel dan pembentukan heme. Gejala anemia
megaloblastik yaitu diare, depresi, lelah berat, ngantuk berat, pucat dan
perlambatan frekuensi nadi (Arisman, 2010).
3. Anemia Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini disebabkan
oleh perdarahan akut, pecahnya membran sel eritrosit (hemolisis), dan penyakit-
penyakit penyebaran sel kanker (infiltratif metastatik) pada sumsum tulang,
12

gangguan endokrin, ginjal dan hati (Sudoyo, et al (2010).

Gambar 2.1 Morfologi Sel Darah Merah pada Anemia

4. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu
memproduksi sel-sel darah merah. Dimana penyebab terjadinya belum
diketahui dengan pasti kecuali kompilkasi akibat infeksi yang sangat
berbahaya (sepsis), sinar rontgen, racun dan obat-obatan (Pertiwi, 2016).
5. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat, biasa terjadi pada penyakit malaria (Handayani, 2012).

Gambar 2.2 Sel darah merah anemia

Berdasarkan patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan dalam 3


kelompok yaitu :
a. Anemia Karena Kehilangan Darah
Anemia karena kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu banyak
sel darah merah yang hilang dari tubuh seseorang akibat dari kecelakaan dimana
13

perdarahan mendadak dan banyak jumlahnya, yang disebut perdarahan eksternal.


Perdarahan dapat pula disebabkan karena obat-obatan atau racun binatang yang
menyebabkan penekanan terahadap pembentukan sel-sel darah merah. Selain itu
ada pula perdarahan kronis yang terjadi sedikit demi sedikit tetapi terus-menerus
(Pertiwi, 2016).
b. Anemia Karena Pengerusakan Sel-Sel Darah Merah
Anemia ini dapat terjadi karena bibit penyakit atau parasit yang masuk
kedalam tubuh, seperti malaria atau cacing tambang. Hal ini dapat menyebabkan
pemecahan sel darah merah (anemia hemolitik). Penyebab anemia hemolitik yang
diketahui antara lain :
 Keturunan, seperti thalassemia
 Adanya stressor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan
 Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
 Sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh (autoimun)
 Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis
 Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah
merah dan menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi (Pertiwi,
2016).
c. Anemia Karena Gangguan Pada Produksi Sel-Sel Darah Merah
Anemia karena gangguan pada reproduksi sel-sel darah merah dapat
timbul atau terjadi karena kurangnya zat gizi penting seperti karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral yang kekurangannya biasa disebut Anemia Gizi. Selain itu
juga kekurangan eritrosit, infiltrasi sum-sum tulang, kelainan endokrin dan penyakit
ginjal kronis dan sirosis hati (Pertiwi, 2016).
2.1.7 Dampak Anemia
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya, terutama
pada golongan rawan gizi yaitu pada anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan
menyusui dan juga pekerja. Dampak anemia adalah sebagai berikut:
a. Menurunkan daya tahan terhadap infeksi
14

Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap penyakit


dan meningkatnya kerentanan mengalami keracunan. Pada populasi yang
mengalami kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit infeksi meningkat
karena kurangnya zat besi berdampak pada sistem imun.
b. Mengganggu Produktivitas kerja
Anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga menyebabkan
kelelahan.
c. Berdampak saat kehamilan
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan peningkatan resiko kematian ibu dan
bayi perinatal. Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan
kesakitan dan kematian. Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor
resiko kematian ibu. Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat
meningkatkan resiko BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta
anemia pada bayi nantinya (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).

2.1.8 Pencegahan Anemia


Penyakit anemia biasanya dapat disebabkan oleh defisiensi zat besi, infeksi
atau gangguan genetik. Yang paling sering terjadi adalah anemia disebabkan oleh
kekurangan asupan zat besi. Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan juga dapat menghilangkan zat
besi dalam tubuh (Gandisoebrata, 2010).
Usaha pencegahan anemia dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan
yang bergizi seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan makanan yang banyak
mengandung zat besi. upaya untuk mencegah anemia, antara lain sebagai berikut :
1) Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging,
ikan, ayam, hati, telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
2) Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya : jeruk, tomat, dan nanas.
3) Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami
15

haid.
4) Bila merasakan tanda adanya gejala anemia, segera konsultasi ke dokter
untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan (Tarwoto, dkk, 2010).

2.1.9 Diagnosis Anemia


Untuk dapat mendiagnosis anemia, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang diagnostic pokok dalam
diagnosis anemia, terdiri dari:
a) Pemeriksaan Penyaring (Screening Test)
Screening test untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, dan apusan darah tepi. Dari sini dapat
dipastikan adanya anemia serta jenis morfologi anemia tersebut, yang
sangat berguna untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut.
b) Pemeriksaan darah seni anemia
Pemeriksaan ini meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit
dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic
hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.
c) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini member informasi yang sangat berharga mengenai
keadaan system hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis
definitive pada beberapa jenis anemia (Sudoyo, 2010).

2.2 Hematokrit
2.2.1 Definisi Hematokrit
Hematokrit berasal dari dua kata yaitu “haem” yang artinya darah dan
“krinein” yang artinya memisahkan (Gandasoebrata,2010). Hematokrit dalam
kamus kedokteran webster’s new world (2010) didefenisikan sebagai jumlah
volume darah merah terhadap volume seluruh darah dinyatakan % yang tergantung
pada jenis kelamin. Hematokrit dalam bahasa inggris disebut dengan packed cell
16

volum ( PCV) pemeriksaan ini dikenal sebagai volume endapan eritrosit ( Bain B.J.,
2012).
Hematokrit merupakan persentase dari sel darah dan sering dijadikan sebagai
parameter untuk menilai penurunan massa eritrosit, selain kadar hemoglobin dan
hitung eritrosit. Peningkatan jumlah hematokrit dalam sirkulasi darah dapat
meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan penurunan
kecepatan aliran darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan penurunan laju
transport oksigen ke jaringan tubuh dan dapat menyebabkan kurangnya aliran darah
ke organ tubuh (iskemik/infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung, dan
ekstremitas (Malisan dkk., 2015).

2.2.2 Pemeriksaan Hematokrit


Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti
dan paling simple dalam mendeteksi sel darah merah. Pemeriksaan hematokrit
dengan metode mikro bisa menggunakan sampel darah kapiler atau bisa juga
menggunakan darah vena, sedangkan metode mikro menggunakan sampel darah
vena. Jika pengambilan sampel menggunakan darah vena maka ditambahkan
dengan antikoagulan untuk menghindari pembekuan sel darah. Nilai hematokrit
juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata, 2013).
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengancara mikro dan makro.
Cara mikro menggunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan diameter 1,5
mm. Cara makro menggunakan tabung wintrobe dangan panjang 9,5 cm, diameter
0,6 mm dan berskala 0-100. (Mahode,2011).
Metode mikro menggunakan sentrifuge mikrohematokrit yang mencapai
kecepatan yang jauh lebih tinggi, maka dari itu lama pemusingan dapat di perpendek.
Metode makro menggunakan sentrifuge yang cukup besar , untuk memadatkan sel-
sel darah merah dan membutuhkan waktu ±30 menit. (Gandasoebrata,2013).
Pemeriksaan hematokrit metode mikro bahan yang digunakan adalah
darah kapiler. Pemeriksaan hematokrit metode makro dapat menggunakan darah
vena. Pemeriksaan hematokrit baik metode mikro maupun makro terdapat lapisan
17

Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan plasma. Lapisan ini
terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu kemerahan atau keputih-
putihan. Keadaan normal tinggi lapisan Buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm.
tingginya 0,1 mm kira-kira sesuai dengan 1000 leukosit/mm3. Tinggi Buffy coat
yang masih dalam range normal belum berarti benar, misalnya kalau ada limfosit
yang pada umumnya lebih kecil dari granulosit. Tingginya lapisan Buffy coat
merupakan perkiraan saja terhadap ada tidaknya leukositosis (Bain, J, et al, 2012).

Gambar 2.3 tabung kapiler dengan darah yang sudah disentrifuge

2.2.3 Macam-macam Pemeriksaan Hematokrit


a. Pemeriksaan hematokrit dengan cara konvensional
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara mikro maupun
makro yaitu dengan prinsip dimana darah dengan antikoagulan disentrifuge pada
kecepatan 16.000 rpm selama 5 menit. Perbandingan volume eritrosit terhadap
volume spesimen dinyatakan dalam %. Adapun kekurangan dalam melakukan
pemeriksaan hemtatokrit metode mikro dengan cara konvensional yaitu pada
saat penutupan ujung tabung kapiler yang tidak rapat sehingga dapat terjadi
kebocoran pada saat disentrifuge dan nilai hematokrit menurun. Sedangkan
kelebihannya yaitu teknik pemeriksaan lebih sederhana, sampel yang digunakan
sedikit serta nilai hematokrit dari tabung kapiler varibilitasnya hanya 1-2%
(Mahode,2011).
b. Pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis (Hematology Ananlyzer)
Pemeriksaan dengan metode hematology analyzer memiliki keterbatasan
18

yaitu :
1. Penempatan tabung kapiler pada lubang centrifuge yang kurang tepat
sehingga menyebabkan nilai hematokrit tinggi palsu.
2. Penggunaan alat hematology analyzer dalam waktu lama akan mengakibatkan
alat menjadi panas sehingga menjadi hemolisis dan nilai hematokrit rendah
palsu (Gandasoebrata, 2010).
Kekurangan pada pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis
menggunakan Hematology Analyzer adalah kurang efesien dari segi dana dan
membutuhkan sampel darah yang lebih banyak, sedangkan kelebihannya yaitu
hasil dari pemeriksaan akan dibaca secara otomatis dan hasil pemeriksaan dapat
langsung diketahui secara tepat dan mempunyai derajat ketepatan yang tinggi.
Pemeriksaan hematokrit dengan Hematology Analyzer dapat menggunakan alat
sysmex XP-100 dengan 3 detectorblok. Pemeriksaan hematokrit menggunakan
alat sysmex XP-100 reagen yang digunakan adalah cell pack yang berfungsi
untuk pengenceran atau diluents (Wulandari, 2017).

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Hematokrit


a. Kecepatan Centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya
pengendapan eritrosit dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah
kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya pengendepan eritrosit.
b. Ukuran Eritrosit
Faktor terpenting pengukur hematokrit adalah sel darah merah
dimana dapat mempengaruhi viskositas darah. Viskositas yang tinggi
maka nilai hematokrit juga tinggi.
c. Bentuk Eritrosit
Apabila terjadi kelainan bentuk maka terjadi plasma yang terperangkap
sehingga nilai hematokrit akan meningkat.
d. Perbandingan Antikoaguan dengan Darah
Jika penggunaan antikoagulan yang lebih dari kadar 1,5 mg/ ml darah
akan mengakibatkan eritrosit mengerut, sehingga nilai normal menjadi
19

turun atau rendah palsu.


e. Tempat dan Waktu Penyimpanan
Tempat penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu 4oC selama
tidak lebih dari 6 jam.
f. Tidak Homogen
g. Waktu Centrifuge
Lamanya centrifuge juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan
hematokrit. Makin lama centrifuge dilakukan maka hasil yang diperoleh
semakin maksimal (Gandasoebrata, 2013).

2.2.5 Tahapan Kesalahan Pemeriksaan Hematokrit


1. Pra Analitik
Kesalahan yang terjadi pada proses ini yaitu persiapan sampel responden,
sampel darah pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6 jam akan meningkatkan
hematokrit (Gandasoebrata, 2013).
2. Analitik
Tahapan ini berasal dari alat dan teknik. Kesalahan alat misalnya alat
kotor, tidak dikalibrasi dan metode yang digunakan. Sedangkan kesalahan teknik
misalnya yaitu volume darah tidak tepat, terdapat gelembung udara pada tabung
pemeriksaan (Gandasoebrata, 2013).

2.2.6 Bahan Pemeriksaan Hematokrit


Bahan pemeriksaan hematokrit adalah darah lengkap (whole blood) yang
diperoleh dari darah vena maupun darah kapiler. Darah lengkap yaitu darah yang
sama bentuk atau kondisinya seperti ketika beredar dalam aliran darah (Riswanto,
2013.) pengambilan darah kapiler dilakukan pada ujung jari tangan ketiga atau
keempat serta pada anak daun telinga. Pengambilan darah kapiler dilakukan bila
jumlah darah yang dibutuhkan sedikit, atau dalam keadaan emergency
(Gandasoebrata, 2013).
Pembuluh darah vena adalah pembuluh berdinding tiga lapis seperti arteri,
tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan
20

kurang elastis dibandingkan dengan arteri. Pengambilan darah vena dilakukan


pada vena pada sisi dalam lipatan siku (difossa cubiti). Pengambilan darah vena
perlu diperhatikan tempat yang akan dilakukan pengambilan harus diperiksa
dengan seksama antara lain letak dan ukuran vena. Darah vena dalam
pemeriksaan perlu ditambahkan antikoagulan Ethylene Diamine Tetra Acetat
(EDTA) untuk menghindari terjadinya pembekuan (Gandasoebrata, 2013).

2.3 Kerangka Konsep

Penderita Faktor yang mempengaruhi


Darah Hematokrit
Anemia pemeriksaan Hematokrit
yaitu :
1. Kecepatan Centrifuge
2. Ukuran eritrosit
3. Bentuk eritrosit
Metode 4. Perbandingan
antikoagulan dengan
darah
5. Tempat Penyimpanan
6. Kurang Homogen
Mikro 7. Jumlah eritrosit
M 8. Waktru centrifuge

Nilai Hematokrit disebut dalam %, yaitu :


(Dewasa Muda)
a. Normal untuk pria 42-52 %
b. Normal untuk wanita 37-47 %

Keterangan :
: Variabel Diteliti
: Variabel Tidak Diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat menggambarkan atau
mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi (Deskriptif
Crossectional). Yang bertujan untuk mengetahui bagaimana hasil pemeriksaan
hematokrit dengan metode mikro pada ibu hamil penderita anemia di Puskesmas
Sidodadi Kisaran Barat.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat Tahun 2020.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2020.

3.3 Populasi Dan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi sampel dalam penelitian ini adalah sampel pasien ibu hamil
penderita anemia dengan metode pemeriksaan mikrohematokrit di Puskesmas
Sidodadi Kisaran Barat.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian adalah 15 sampel pasien ibu hamil penderita anemia
dengan metode pemeriksaan mikrohematokrit di Puskesmas Sidodadi Kisaran
Barat.

3.4 Defenisi Operasional


1. Anemia didefinisikan sebagai kadar hemoglobin yang rendah dalam
darah. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja

22
23

dan ibu hamil (WHO, 2015).


2. Hematokrit merupakan kadar sel darah merah dalam darah dan
diambil dalam volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
cara memutarnya di dalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan
tertentu yang nilainya dinyatakan dalam % (Gandaosebrata, 2013).

3.5 Metode Pengumpulan Data


3.5.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara metode pemeriksaan
langsung terhadap sampel darah ibu hamil penderita anemia yang melakukan
pemeriksaan hematokrit dengan metode mikro di Puskesmas Sidodadi Kisaran
barat.

3.5.2 Data Sekunder


Data sekunder di dapatkan dari data rekam medik berupa data kadar
hematokrit ibu hamil dan identitas (nama, umur, dan jenis kelamin) pasien yang
menderita anemia yang melakukan pemeriksaan hematokrit dengan metode mikro
di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat.

3.6 Metode Pengolahan Sampel


3.6.1 Alat
1) Tabung Mikrokapiler
2) Mikrocentrifuge
3) Lanset steril
4) Kapas
5) Plester
6) Sealing Wax
7) Skala pembaca mikrohematokrit
3.6.2 Bahan
1) Darah kapiler
2) Alkohol 70%
24

3.7 Prinsip Pemeriksaan


Sampel darah dimasukkan kedalam tabung kapiler kemudian disentrifuge
pada kecepatan tinggi dalam waktu tertentu, sehingga sel-sel darah akan terpisah
dari plasmanya untuk mendapatkan nilai hematokrit yang diukur menggunakan
hematokrit reader (Gandasoebrata, 2010).

3.8 Prosedur Penelitian


3.8.1 Prosedur Pengambilan Darah Kapiler
a. Menyiapkan semua alat yang diperlukan dan pastikan semua peralatan
steril.
b. Tangan diletakkan di atas meja dengan posisi telapak menghadap ke
atas.
c. Pilih bagian yang akan ditusuk dan dibersihkan dengan kapas alkohol
70% tunggu hingga kering
d. Pegang jari pasien dengan ibu jari dan telunjuk kita.
e. Tusukkan lanset pada kulit.
f. Buang lanset pada tempat khusus.
g. Tekan bagian yang darahnya keluar (jangan terlalu keras).
h. Seka tetesan darah pertama dengan kapas steril.
i. Tampung darah yang keluar ke dalam tabung/pipa kapiler sesuai
permintaan pemeriksaan dengan menempelkan tabung/pipa kapiler
langsung pada bagian kulit dimana darah keluar.
j. Pipa kapiler ditutup dengan sabun batang (Mansyur. A, 2015)

3.8.2 Prosedur Pemeriksaan Hematokrit Menggunakan Metode Mikro


a) Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro
hematokrit dengan darah.
b) Tutuplah ujung satu dengan bahan penutup sealing wax.
c) Masukkan tabung mikrokapiler ke dalam centrifuge khusus dengan
kecepatan 16.000 rpm (mikrocentrifuge).
d) Tabung kapiler diputarkan selama 5 menit.
25

e) Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan skala pembaca


mikrohematokrit.
f) Apabila nilai hematokrit melebihi 50%, pemutaran ditambah selama 5
menit lagi (Mansyur. A, 2015).

3.9 Interpretasi Hasil


Pemeriksaan hematokrit dilakukan dengan interpretasi hasil nilai normal :
Laki-laki : 42 – 52%
Perempuan : 37 – 47%
Anak-anak : 30 – 40% (Mansyur. A, 2015)

3.10 Metode Analisa Data


Analisa data dilakukan secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk
tabel untuk mempermudah interprestasi hasil dan pengambilan kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian yang dilakukan terhadap 15 pasien yang diperiksa di Puskesmas
Sidodadi Kisaran Barat pada bulan Juli – Agustus, maka diperoleh hasil berikut :
4.1.1 Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Hematoktrit Menurun Pada Ibu
Hamil
Umur Kadar Kadar
No Kode sampel Keterangan
(Tahun) Hb Ht
1 X1 22 9,4 30,2 Menurun
2 X2 20 7,8 20,2 Menurun
3 X3 26 7,2 18,5 Menurun
4 X4 23 7,7 18,7 Menurun
5 X5 25 5,0 17,1 Menurun
6 X7 22 6,4 18,1 Menurun
7 X10 30 8,0 30,2 Menurun
8 X12 20 7,9 24,2 Menurun
9 X15 24 7,7 21,6 Menurun
Sumber : Penelitian di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat Tahun 2020

Dan dari hasil pemeriksaan pada 15 sampel pasien ibu hamil yang didapat,
diperoleh hasil kadar hematoktit yang menurun (tidak normal) sebanyak 9 sampel,
maka persentasenya adalah :

x 100%

x 100%

29
30

4.2 Pembahasan

Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin seseorang kurang


dari 11 gr/dL, sedangkan angka idealnya untuk wanita dewasa berdasarkan WHO
adalah 12gr/dL. Artinya, seorang wanita dewasa yang sedang hamil maupun tidak
akan didiagnosis mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 11gr/dL.
Akan tetapi, munculnya gejala bersifat individual, bisa jadi orang yang memiliki
hemogobin 10gr/dL masih dapat beraktifitas secara normal dan energik,
sedangkan yang lain tampak letih dan lesu (Fatonah S, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat
diperoleh hasil pemeriksaan kadar hematokrit menurun sebanyak 9 pasien ibu
hamil (60%).
Pendidikan berperan penting dalam mengatasi tingkat kejadian anemia
pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan seseorang maka,
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik terkait pengkonsumsian bahan
makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil. Ibu hamil yang berpendidikan
menengah (SMA, SMK/sederajat) biasanya mempunyai pola pikir yang cukup
baik apabila menginginkan kondisi kehamilannya sehat dan janin mampu
berkembang dengan baik. Jika pendidikan seseorang semakin tinggi maka
pengalaman dan pengetahuannya akan semakin banyak. Pendidikan yang rendah
baik secara formal maupun informal dapat menyebabkan ibu hamil kurang
memahami kaitan antara anemia dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu
hamil. Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia akan
berperilaku negatif, sedangkan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan baik akan
berperilaku positif, dalam hal ini adalah perilaku untuk mencegah anemia.
Sosial ekonomi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kejadian anemia. Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi ibu
hamil terkena anemia. Karena ekonomi seseorang mempengaruhi dalam
pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Seseorang dengan ekonomi
tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan
tercukupi. Sumber makanan untuk mencegah anemia umumnya berasal dari
sumber protein yang lebih mahal dan sulit terjangkau oleh mereka yang
31

berpenghasilan rendah. Kekurangan tersebut memperbesar resiko anemia pada ibu


hamil serta memperberat kesakitan pada ibu dan pada bayi baru lahir. Anemia
berperan terhadap tingginya angka kematian ibu dan semakin meningkat seiring
dengan pertambahan usia kehamilan. Asupan nutrisi yang buruk dapat
menyebabkan ibu hamil tidak memiliki cukup energi dan kalori untuk
menghadapi persalinan yang pada akhirnya menyebabkan bayi dengan berat
badan lahir rendah.
32

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang berjudul Pemeriksaan Hematokrit Dengan
Metode Mikro Menggunakan Darah Kapiler Pada Ibu Hamil Penderita Anemia di
Puskesmas Sidodadi Kisaran Barat tahun 2020. Dengan sampel sebanyak 15
orang, diperoleh 9 sampel diantaranya hasil kadar hematokrit menurun
dikarenakan faktor pekerjaan dan ekonomi pasien, serta kurangnya pengetahuan
pasien tentang anemia pada ibu hamil sehingga mengalami penurunan hematokrit.
Nilai normal hematokrit pada wanita dewasa :
37 – 47%

5.2 Saran
1. Diharapkan petugas kesehatan terus melakukan penyuluhan tentang
upaya-upaya penurunan penyakit anemia kepada ibu hamil, serta
memperbaiki cara penyampaian informasi pada saat ibu hamil
melakukan pemeriksaan tentang cara pencegahan timbulnya anemia,
baik berupa pola konsumsi yang baik dan cara menjaga kesehatan tubuh
ibu hamil sendiri.
2. Bagi Ibu Hamil, Kejadian anemia pada ibu hamil dapat berdampak
pada timbulnya penyakit penyerta kehamilan. Ibu hamil hendaknya
memperhatikan pola konsumsi gizi, pola istirahat, dan faktor -faktor
yang mampu menurunkan resiko anemia ketika hamil. Ibu hamil
hendaknya aktif mencari informasi tentang cara pencegahan anemia
pada ibu hamil baik dengan bertanya pada petugas kesehatan maupun
dengan mencari informasi di media-media yang ada di lingkunganya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar
penelitian selanjutnya. Dan diharapkan dapat dilakukan penelitian
tentang cara penanganan anemia pada ibu hamil.
33
34

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2014). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:


Kencana.

Alene KA and Abdulahi MD. (2014). Prevalence of Anemia and Associated


Factors among Pregnant Women in an Urban Area of Easthern Ethiopia.
Hindawi Publishing Corporation. 2014:7.

Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Bain, BJ., 2014. Hematologi Kurikulum Inti. Jakarta: EGC.

Briawan, D. 2014. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC.

Ertiana D, Astutik RY. Adanya Anemia pada Kehamilan Trimester II dapat


Mengakibatkan Tidak Normalnya Berat Badan Bayi Baru Lahir di
Wilayah Kerja Puskesmas Bendo, Kabupaten Kediri. Jurnal Sain Med.
2016;8(2):124-9.

Fathonah, S. (2016). Gizi & Kesehatan untuk Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga.

Febianty, N. 2013 Perbandingan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dengan


Menggunakan Metode sahli dan Autoanalyzer Pada Orang Normal.

Fikawati, dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Prestasi Sukakarya.

Fikawati, S., Syafiq, A., & Veretamala, A. (2017). Gizi Anak Dan Remaja.
Depok: Rajagrafindo Persada.

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun laboratorium Klinik, Edisi 16. Dian Rakyat.


Jakarta.

Gandasoebrato, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta.

Handayani, Sri Kumala. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Puskesmas
Liang Anggang Kota Banjarbaru Kalimatan Selatan. Universitas
Indonesia.

Hardianti U, Amir Y M, Balqis. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan


Antenatal Di Puskesmas Pattingalloang Kota Makasar 2013. journal akk.
2013;2(2).
35

Hoffbrand, A., Petit, J. & Moss, P. Kapita Selekta Hematologi. 11–18 (EGC:
Jakarta, 2011).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia


2012. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Dirjen
Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
http://www.depkes.go.id. Diakses 23 Desember 2015.

KEPMENKES RI buku-sk-antropometri-2010(1).pdf. (2010).

Kiswari, R. 2014. Hematologi dan Transfusi Darah. Jakarta : Erlangga.

Mahode, A.A., Lestari, E., Chairlan. 2011. Pedoman Teknik Dasar Laboratorium
Kesehatan. Jakarta : EGC.

Malisan, E., Wantania .F.E., dan Rotty, L.W.A. 2015. Hubungan Kadar
Hematokrit Dengan Kelas Nyha Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif
Obesitas Sentral Yang Dirawat Jalan Dan Dirawat Inap Di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kando. [Jurnal e-Clinic(eCl)],Vol. 3 (2) : 702.

Mansyur A (Ed). 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Makassar : Fakultas


Kedokteran UNHAS.

Masjoer, dkk.(2011). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:


media Aesculapius.

Milman N. (2015). Iron Deficiency and Anemia in Pregnant Women in


MalaysiaStill a Significant and Challenging Health Problem. Journal Of
Pregnancy and Child Health 2015 (2):3.

Noran M and Mohammed M. (2015). The Impact of Maternal Iron Deficiency and
Iron Deficiency Anemia on Child’s Health. Saudi Medical Journal 2015,
36 (2): 146-149.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pertiwi, Intan. 2016. Gambaran Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Besi
Di Puskesmas Godean II, Sleman Yogyakarta (KTI). Yogyakarta:
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Proverawati, Asfuah S. 2011. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Proverawati, A. 2013. Anemia dan Anemia Kehamilan. Nuha Medika.


Yogyakarta.
36

Rasyada. dkk. 2014. Hubungan Nilai Hematokrit Terhadap Jumlah Trombosit


pada Penderita Demam Berdarah Dengue. FK UNAD : Padang.

Ridayanti D A M, Sulistianingsih.A, Keisnawati. Faktor-Faktor Terjadinya


Anemia Pada Ibu Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
lampung. Jurnal Keperawatan. 2015 Juli; 6(2): 79-87.

Salmariantity. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir tahun 2012. Jakarta: FK UI.

Sarwono. 2010 Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustakia Sarwono


Prawirohardjo.

Setyawati Bu. Perbedaan Asupan Protein, Zat Besi, Asam Folat, dan Vitamin B12
Antara Ibu Hamil Trimester III Anemia dan Tidak Anemia di Puskesmas
Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2013.

Shiel W, Stoppler M. 2010. Kamus Kedokteran Webster’s New World. Edisi ke-
3. Dialihbahasakan oleh Paramita. Jakarta: PT Indeks.

Smith NC, Battacharya S, Love ER, Battacharya SO, (2010). Effect of


interpregnancy interval on outcomes of pregnancy after miscarriage:
Retrospective Analysis of hospital Episode Statistic in Scotland. BMJ
341:3967.

Soebroto, I. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta:


Bangkit.

Soh KL, Eusni RMT, Salimah J, Soh KG, Norhaslinda BR, and Rosna AR.
(2015). Anemia among Antenatal Mother in Urban Malaysia. Journal of
Biosciences and Medicines 2015 (3): 6-11.

Sriwahyuni., Indriasari, R, Salam, A. (2013). Pola konsumsi buah dan sayur serta
asupan zat gizi mikro dan serat pada ibu hamil di Kabupaten Gowa.
Diakses dari repository.unhas.ac.id/
bitstream/handle/.../Jurnal%20MKMI.pdf?

Sudoyo, A. W. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Internal Publishing. Jakarta.

Tarwoto dan Wasnidar. (2007). Anemia pada Ibu Hamil, Konsep dan
Penatalaksanaanya. Jakarta: Trans Info Media.

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima.


37

Wiknjosastro H. 2013. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina


Pustakia Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization. 2018. Worldwide Prevalence Of Anemia : WHO


Global database on Anemia. Geneva: WHO Press.

Wulandari,Apriliyani .,TulusAriyadi , dan Muji Rahayu.2017. Perbedaan Hasil


Pemeriksaan Hematokrit Metode Mikro hematokrit dengan
Analyzer.Semarang: Universitas Muhamadiyah semarang.
38

Lampiran 1

Hasil Pemeriksaan Kadar Hematokri Total Pada Ibu Hamil Penderita


Anemia

Kode Umur Kadar Kadar


No Ht Keterangan
sampel (Tahun) Hb
1 X1 22 9,4 30,2 Menurun
2 X2 20 7,8 20,2 Menurun
3 X3 26 7,2 18,5 Menurun
4 X4 23 7,7 18,7 Menurun
5 X5 25 5,0 17,1 Menurun
6 X6 33 12,8 36,2 Normal
7 X7 22 6,4 18,1 Menurun
8 X8 31 11,6 35,8 Normal
9 X9 29 12,3 38,7 Normal
10 X10 30 8,0 30,2 Menurun
11 X11 33 13,8 39,2 Normal
12 X12 20 7,9 24,2 Menurun
13 X13 29 13,0 37,2 Normal
14 X14 27 14,2 39,5 Normal
15 X15 24 7,7 21,6 Menurun
39

Lampiran 2
40

Lampiran 3
41

Lampiran 4
42

Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
43
44

Lampiran 6

BUKTI KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA/I


PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI
MUTIARA INDONESIA

Nama : Fahira Adhani Alitala Hasibuan


NIM : 170209140
Judul KTI : ANALISA HEMATOKRIT DENGAN METODE
MIKRO MENGGUNAKAN DARAH KAPILER PADA
IBU HAMIL PENDERITA ANEMIA DI PUSKESMAS
SIDODADI KISARAN BARAT TAHUN 2020
Dosen Pembimbing : Erlan Aritonang S.si, M.si

Tanda Tangan
No Tanggal Pembahasan Saran Dosen
Pembimbing

1 Perbaikan dan
28 Agustus 2020 Bab IV dan Bab V
Lanjut abstrak

2
9 September 2020 Abstrak Perbaikan

3 Bab IV, Bab V, dan


19 September 2020 ACC
Abstrak
Lanjut Sidang Karya Tulis Ilmiah/
Keputusan
Tidak Lanjut Karya Tulis Ilmiah
Nb : Bukti Lembar ini diikut sertakan pada KTI

Medan, Agustus 2020.


Mengetahui,
Ketua Program Studi

(Yunita Purba, M.Si)


45

Lampiran 7
LEMBAR BUKTI KONSULTASI
46

Lampiran 8
BUKTI PEMBAYARAN

Anda mungkin juga menyukai