Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

P DENGAN GANGGUAN SISTEM


HEMATOLOGI : ANEMIA DI MAHONI 8 RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA TAHUN 2021

LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)


DISUSUN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

OLEH :
ARSITE S SITANGGANG
180207011

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN GANGGUAN SISTEM


HEMATOLOGI : ANEMIA DI MAHONI 8 RS UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA TAHUN 2021

Medan, Mei 2021

Pembimbing

Yunida Turisna Simanjuntak, S.KM, MKM

NIDN :

Program studi DIII Keperawatan

Ketua

Ns. Flora Sijabat, S.Kep, MNS

NIDN :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Tuhan yang Maha Esa,Atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN.P : DENGAN GANGGUAN SISITEM
HEMATOLOGI : ANEMIA DI MAHONI RS UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN 2021’’. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan Pendidikan di program Studi D-III Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan USM -Indonesia.

Banyak rintangan dan hambatan yang di hadapi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
Ini, berkat bantuan pihak terkait, oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :

1. Dr.Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga,SKM.,MKM Selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Flora Sijabat, S.Kep.,MNS, selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Yunida Turisna Simanjuntak,S.KM, MKM selaku Dosen pembimbing Laporan Tugas
Akhir.
6. Frida Liharis Saragih, S,Pd, MKES selaku dosen penguji I Laporan Tugas Akhir.
7. Antonij Sitanggang, S.KM,MKM selaku dosen penguji II laporan Tugas Akhir.
8. Seluruh dosen dan staff pengajar dan administrasi yang telah banyak membimbing
penuliu selama proses perkuliahan di universitas sari Mutiara Indonesia.
9. Buat Teman-teman D-III keperawatan universitas sari Mutiara Indonesia angkatan 2018
yang turut memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir .
Saya menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,
untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang, dan atas perhatian dan
kerjasamanya penulis mengucapkan terimakaksih.
Medan,4 Mei 2021
Arsite S Sitanggang

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR………………………………………………………….i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………
1.2 Tujuan ………………………………………………………………
1.3 Manfaat …………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1.1 pengertian ………………………………………………………….
1.2 Tanda dan Gejala…………………………………………………..
1.3 Etiologi ……………………………………………………………
1.4 Klasifikasi …………………………………………………………
1.5 Anatomi dan fisiologis…………………………………………….
1.6 Pathofisiologi ……………………………………………………..
1.7 Komplikasi ………………………………………………………..
1.8 Penatalaksanaan ………………………………………………….
1.9 Terapi farmakologis………………………………………………
1.10 Pemeriksaan penunjang…………………………………………...
1.11 Asuhan keperawatan………………………………………………
1.11.1 Pengkajian ………………………………………………………..
1.11.2 Diagnosa keperawatan……………………………………………
1.11.3 Intervensi keperawatan…………………………………………..
1.11.4 Implementasi Keperawatan……………………………………..
1.11.5 Evaluasi keperawatan…………………………………………….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


I.1 Jenis studi kasus………………………………………………….
I.2 Lokasi studi kasus………………………………………………..
I.3 Subjek studi kasus………………………………………………..
I.4 Waktu studi Kasus……………………………………………….
I.5 Instrumen Studi Kasus …………………………………………..
I.6 Tehnik pengumpulkan data………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang
(developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Pada kelompok
dewasa, anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita
menyusui karena mereka banyak yang mengalami defesiensi Fe. Secara keseluruhan
anemia terjadi pada 45 % wanita di negara berkembang dan 13 % di negara maju
( developed countries). Di amerika terdapat 12 % wanita hamil usia subur mengalami
anemia. Sementara presentase wanita hamil dari keluarga miskin terus meningkat seiring
bertambahnya usia kehamilan (8% anemia di trimester 1, 12% anemia di trimester II dan
29% anemia di trimester III). Anemia pada wanita masa nifas (pasca persalinan) umum
terjadi, sekitar 10% dan 22% terjadi pada wanita postpartum dan keluarga miskin.
(Masriadi,2016)

Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi populasi di


seluruh dunia. Prevalensi anemia berdasarkan Woorld Health Organization (WHO) dari
data yang dikumpulkan tahun 1993-2005 diperkirakan sekitar 1,6 miliar orang menderita
anemia (Petryetal.2016).

Prevalensi anemia di Indonesia Cukup masih tinggi hasil menunjukkan bahwa angka
prevalensi anemia secara nasional pada semua kelompok umur adalah 21,70%
(Priyanto,2018). Sedangkan prevalensi anemia di provinsi jawa tuimur sebesar 5,8 %.
Angka tersebut masih dibawah target nasional yaitu sebesar 28%. WHO
mengklasifikasikan prevalensi anemia suatu daerah berdasarkan tingkat masalah yaitu
berat > 40%, sedang 20 %-39,9%, ringan 5%-19,9% dan normal < 4,9% (Natalia
sumarmi,& Nadhiroh,2018).

Kurang lebih terdapat 370 juta wanita di berbagai negara berkembang menderita
anemia defisiensi besi(Fe) dengan 41% diantaranya wanita tidak hamil. Prevalensi
anemia di india menunjukkan angka sebesar 45% remaja putri telah dilaporkan
emngalami anemia defisiensi zat besi. Prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi
( Fakhidah & putri, 2016). Hasil penelitian Listiana (2016) menunjukkan bahwa
prevalensi anemia defisiensi zat besi pada remaja Putri di tahun pertama menstruasi
sebesar 27,50%, dengan rata-rata usia pertama kali mengalami menstruasi pada usia 13
tahun.

WHO menyebutkan bahwa 818 juta anak – anak pada umur dari 5 tahun dan
perempuan yang dipengaruhi anemia sebagian besar di negara berkembang. Setiap tahun
1 juta meninggal anak-anak dan remaja dan wanita hamil adalah dengan 1 estimasi
global; prevalensi dari 43-51 % berturut-turut). Anemia terjadi sering pada negara
berkembang dan negara industri, di negara industri dilakukan beberapa percobaan bahwa
anemia terjadi pada pegawai rendahan dengan persentase antara 2% dan 8 %. Insiden
anemia terjadi antara 12% sampai 18% pada perempuan di utara amerika, eropa dan asia.
Diperkirakan di asia timur adalah 50-70%, sedangkan perempuan di negara berkembang
memberi peringkat dari 23% hingga 64% di Amerika Selatan. Menurut WHO 40%
kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan.
Berdasarkan ahsil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 prevalensi anemia
pada ibu hamil di Indonesia adalah 40,1%. Sedangkan berdasarkan riskesdes pada tahun
2007 prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia turun menjadi 24,5%
(Masriadi,2016).

Anemia menyerang lebih dari 75% remaja Putri di Indonesia. Anemia pada remaja
putri menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi >15%. Berdasarkan ahsil kampanye
sangobion Indonesia bebas anemia, di solo terdapat 23% positif anemia, purwokerto 31%
dan di Yogyakarta 10%. Selama program itu berlangsung sejak 2002 di ajwa timur
terdapat 33% anemia, jawa barat 41%, sunatera utara 33% dan jawa tengah 22%. Jumlah
remaja putri yang mengalami anemia Gizi di makassar sebesar 33,7%. Kejadian anemia
di dunia menduduki urutan ke 3 dengan prevalensia anemia pada ibu hamil 74%.
Prevalensi anemia di asia bervariasi di antaranya Thailand 39% dan india 85,5%.
(Masriadi,2016)

Anemia merupakan penyebab kecacatan kedua tertinggi di dunia. Hal tersebut


menjadikan anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia.
Anemia bisa menyerang siapapun, tak terkecuali remaja yang masih berusia dini. Anemia
lebih sering terjadi pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki. Hal ini dikarenakan
remaja putri kehilangan zat besi(Fe). Perilaku remaja putri yang mengkonsumsi nabati
lebih banyak mengakibatkan asupan zat besi belum mencukupi kebutuhan zat besi harian.
Kebiasaan remaja putri yang ingin tampil langsing menjadikan remaja tersebut
membatasi asupan makanan hariannya yang mengakibatkan remaja putri mudah terserang
anemia (Triwinami,Hartini,&Susilo,2017)

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan umum di negara berkembang.


Kelaziman dari anemia adalah tinggi pada 1-5 tahun anak-anak di negara berkembang.
Anemia telah diperkirakan terjadi pada 245 Juta anak di bawah umur 5 tahun. Ini
sehubungan dengan lemah masukan nutrisi dan besi rendah pada makanan diet. Juga
terdapat masalah dari busung lapar dan anemia ebrada pada satu dimensi lebih besar
antara anak-anak muda. Sesuai dengan keluarga nasional kesehatan survei tentang 74%
anak-anak diantara umur 6 ke 35 bulan dan tanpa kekuatan(3).(Masriadi,2016)

1.2 Tujuan

1. Mampu melakukan asuhan keperawatan kepada Tn.P dengan gangguan sistem


hematologi : Anemia

2. Mampu melakukan pengkajian Keperawatan kepada Tn.P dengan gangguan


sistem hematologi : Anemia

3. Mampu melakukan Diagnosa Keperawatan kepada Tn.P dengan gangguan


sistem hematologi : Anemia

4. Mampu melakukan Intervensi Keperawatan kepada Tn.P dengan gangguan


sistem hematologi : Anemia

5. Mampu melakukan Implementasi Keperawatan kepada Tn.P dengan gangguan


sistem hematologi : Anemia

6. Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan kepada Tn.P dengan gangguan


sistem hematologi : Anemia

7. Membuat dokumentasi dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.P


dengan gangguan sistem hematologi : Anemi

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat bagi penderita Anemia

Anemia merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
kurang dari normal dan lebih sering terjadi pada wanita usia Hamil dan wanita
usia subur, anemia sering terjadi karena kurang mengonsumsi diet yang tinggi
besi dan Gizi.sehingga menyebabkan pembentukan sel darah merah tidak normal.
Dan sikap yang dimiliki dalam rangka mengatasi /pencegahan dini pada Anemia.
1.3.2 Bagi Rumah Sakit

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan khususnya bagi klien dengan Anemia.

1.3.3 Bagi penulis

Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


Hematologi : Anemia

1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai informasi bagi institusi Pendidikan dalam pengembangan dan


peningkatan mutu Pendidikan di masa yang akan datang.

1.3.5 Bagi pembaca

Untuk meningkatkan wawasan kita mengenai pengertian, penyebab, tanda dan


gejala, patofisiologi, penatalaksanaan, klasifikasi dari gangguan sistem
Hematologi : Anemia.
BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian.

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal dan turunnya kadar sel darah merah/hemoglobin dalam
darah. Kadar hemoglobiun rendah umunya berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Anemia pada pria biasanya didefenisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5
garm /100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0gram/100 ml.
defenisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi laboratorium
yang digunakan. Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika
kadar sel darah (eritrosit) dalam tubuh menajdi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan
mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara, ginjal, sum sum tulang dan nutrisi
dalam tubuh. Jika ginjal atau sum-sum tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi maka
jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin akan sulit dipertahankan. Anemia
sebenarnya adalah sebuah tanda dan proses penyakit bukan penyakit itu sendiri. Hal ini
biasanya di golongkan baik akut atu kronis, anemia kronis terjadi selama waktu jangka
Panjang. Anemia akut terjadi dengan cepat. (Masriady,2016).

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (HB), hematocrit atau hitung


eritrosit( ret sellcount) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh
darah. Tetapi ahrus di ingat pada keadaan tertentu dimana ke tiga parameter tersebut
tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, pendarahan akut dan
kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada
label anemia, tetapi ahrus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia
tersebut. (Amir,Hardhi,2016)
Kriteria Anemia Sebagai berikut : Tabel 2.1

Kelompok Kriteria Anemia (HB)


Laki-laki dewasa < 13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl
Wanita hamil <11 g/dl
Secara fungsional anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer. Dari segi praktis. Hal tersebut ditunjukkan dari penurunan kadar
hemoglobin paling sering dipakai sebagai penanda anemia. (Chris Tanto,2016)

Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah emrah ( yang ebrfungsi membawa
oksigen) mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan
fisiologis spesifik bervariasi pada manusia dan bergantung pada usia, jenis kelamin,
kebaisaan merokok dan tahap kehamilan. Anemia dalah kondisi klinis yang terjadi skibat
insufisiensi kebutuhan sel darah merah(SDM), baik volume total SDMmaupun kuantitas
hemoglobin. Kadar hemoglobin (HB) digunakan untuk membagi derajat anemia. Klien
dengan anemia ringan (Hb 10-14 g/dl) umumnya tidak menunjukkan gejala apapun,
gejala timbul seiring dengan peningkatan keparahannya. Klien dengan anemia sedang
(Hb 6-10 g/dl) dapat menunjukkan dyspnea, palpitasi, diaphoresis saat aktivitas, dan
kelemahan kronis. Anemia berat ( Hb <6 g/dl) dapat asimtomatik karena anemia
berkembang secara bertahap, sementara yang lain dapat menunjukkan manifestasi klinis
yang signifikan di berbagai organ tubuh. (Rencana asuhan keperawatan medical-bedah,
Yasmira dkk,2017)

2.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya anemia,
juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia yang terjadi
perlahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan
dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. (Masriadi,2016)

Gejala anemia sebagai berikut (Masriadi,2016) :

1. Berkurangnya energi ke jaringan.

2. Adanya hypovolemia (pada perderita dengan perdarahan akut dan amsif)

3. Pasokan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan mekanisme


konpensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan curah jantung pada
kadar Hb mencapai 5 gr% (Ht 5%).

4. Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5gr%

5. Sesak nafas saat beraktifitas.

6. Sesak pada saat istirhat, fatigue.

7. Denyut nadi berdebar

8. Pada anemia yang lebih berat timbul latergi, konfusi, dan gagal jantung.

9. Mudah Lelah/lemas (tidak bertenaga) dan kram otot. Karena jumlah oksigen
yang mencapai jaringan berkurang.

10. Pucat, gelisah, sesak nafas pendek, sakit kepala

11. Dana da perasaan mau mati karena kelelahan.

12. Kuku tipis dan mudah pecah.,Lesu

13. Aktifitas kurang dan Rasa mengantuk

14. Susah konsentrasi dan cepat Lelah

15. Prestasi kerja fisik dan pikiran menurun

2.3 Etiologi

Menurut, Marilynn E, Doengus, 2018 anemia bukanlah suatu eksatuan penyakit


tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar
(underlyng disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh :

a. Gangguan pembentukan /produksi eritrosit (SDM) oleh sumsum tulang.

1. Sintesis DNA detektif; defisiensi kobalamin/VitaminB12, defisiensi asam


folat

2. Penurunan sintesis hemoglobin; defisiensi zat besi,talasemia, anemia


skleroblastik.

b. Kehilangan darah keluar Tubuh (perdarahan).

1. Akut : trauma,rupture pembulu darah

2. Kronis; gastritis, hemoroid.

c. Proses penghancuran eritrosit (SDM) oleh tubuh sebelum waktunya (hemolysis).

1. Intrinsik; sickle cell anemia, defisiensi enzim, membrane abnormal.


2. Ekstrinsik; trauma fisik, antibody (auto imun dan isoimun).

3. Agen infeksi

4. Toksin.

Menurut Masriadi (2016) berikut adalah beberapa etiologi anemia yang paling sering
ditemukan :

1. Kekurangan zat besi

2. Perdarahan

3. Genetik

4. Kurang vitamin B12

5. Kekurangan asam Folat

6. Pecahnya dinding sel darah merah

7. Gangguan sumsum tulang.

Menurut hasil penelitian Mairita,Arifin,&Fadilah (2018). Menjelaskan bahwa penyebab


anemia dapat dibagi menajadi 2 jenis;

a. Berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah atau terjadinya gangguan dalam


pembentukan sel darah merah dalam tubuh.

b. Pembentukan hemoglobin dalam darah terganggu akibat kurangnya asupan nutrisi


dalam tubuh sehingga tidak terjadi pembentukan sel darah merah yang normal.

2.4 Klasifikasi

Klasifikasi Anemia menurut Masriandi (2016) ;

1. Anemia aplastik

Anemia aplastik atau hipoplastik terjadi akrena cedera atau destruksi sel tunas
(stem cells) di dalam sumsum tulang atau matriks sumsum tulang sehingga terjadi
pansitopenia (anemia,leukopenia serta trombositopenia) dan karena hipolasia
sumsum tulang.

2. Anemia defisiensi asam folat

Anemia defisiensi asam folat merupakan anemia megaloblastic yang sering terjadi
dan berjalan progresif secara lambat. Biasanya anemia ini terjadi pada bayi,
remaja, ibu hamil dan menyusui, peminum-minuman keras (alcohol), lanjut usia
(lansia) dan apsiend engan penyakit maligna atau penyakit intestinal.

3. Anemia defisiensi besi

Anemia defesiensi besi paling sering dijumpai, terutama di negara berkembang


berhubungand engan tingkat social-ekonimi masyarakat. Di Indonesia, anemia
defesiensi besi merupakan terjadi pada 16-50% laki -laki dan 25-48% perempuan;
46-92% ibu hamil dan 55,5% balita.(Cris Tanto,2016)

a. Pengertian

1. Anemia defesiensi besi merupakan gangguan transportasi oksigen yang di


karenakan defisiensi sintetis hemoglobin, (Masriadi,2016).

2. Anemia defesiensi besi merupakan anemia yang terjadi akibat


berkurangnya penyediaan besi untuk eritropolesisi karena cadangan besi
kosong. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya pembentukan hemoglobin.
(Cris Tanto,2016).

b. Etiologi

Menurut Doengus,Marylunn E, 2018

1. Kebutuhan zat besi meningkat; anak dalam masa pertumbuhan, kehamialn


dan laktasi;

2. Kehilangan zat besi karena perdarahan.

3. Konsumsi zat besi yang kurang (factor nutrisi), yaitu kurangnya jumlah
konsumsi zat besi dalam makanan sehari-hari. Kebutuhan zat besi yang
dieproleh dari makanan sekitar 20 mg/hari. Dari jumlah tersebut, kurang
lebih sekitar 2 mg yang diserap.

4. Gangguan absorbsi zat besi/ sindrom malabsorbsi; pasca gastrektomi.


Penyakit crohn, tropical spure.

c. Klasifikasi

Berikut beberapa tahapan penurunan cadanagn besi yang menimbulkan gejala


klinis .(Cris Tanto,2016).;

1. Deplis besi ( iron depleted state); Cadangan besi menurun, penyediaan


ebsi untuk eritropoesis belum terganggu;

2. Eritropoesis defesiensi besi; ( iron deficient erythropoiesis). Cadanagn


besi kosong, penyedia besi untuk erithropoesis terganggu,belum muncul
anemia secara laboratories.

3. Anemia defisiensi besi; Cadanagn ebsi kosong, sudah muncul anemia


defisiensi besi

d. Manifestasi Klinis

1. Gejala umum anemia; lemah, cepat lemah,mata berkunang-kunang, dan


pucat

2. Gejala khas defisiensi besi ; koilonikia ( kuku sendok),atrofi papil lidah,


stomatitis angualis, disfagia, maupun pica.

Stomatitis angualis merupakan lesi mukulopapular dan vesikuler pada


kulit sudut bibir dan perbatasan mukokutaneus; sementara atrifi papil
lidah ialah; kondisi tidak terdapat atau menumpuknya papil pada lidah.

e. Penatalaksanaan

Anemia defisiensi besi ditegakkan apabila ditemukan penurunan akdar Hb


dan penurunan kadarFe serum profil hematologic pada anemia defisiensi
besi adalah

1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit; Hb rendah, MCV rendah, MCH


rendah, MCHC rendah.

2. Apusan darah tepi

3. Besi (Fe)serum, menurun hingga<50ug/dl.

4. Penurunan kadar ferritin serum.

5. Saturasi transferring <15%

6. Terapi kasual

7. Pemberian preparat besi(Fe); ferrous sulfate/oral 3x200 mg selama 3-6


bulan

4. Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa merupakan tipe anemia megaloblastic yang paling sering


ditemukan, terjadi akrena malabsorbsi vitamin B12

5. Anemia Sideroblastik
Anemia sideroblastik merupakan kelompok gangguan heterogen dengan defek yang
umum, yaitu penyakit ini tidak mampu menggunakan zat besi dalam sintesis hemoglobin
meskipun simpanan besi tersedia dalam jumlah memadai. Anemia ini bersifat herediter
atau akuisita dapat primer atau sekunder ( Masriadi,2016)

Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis (Amin,Hardhi,2016)

A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang

1. Kekurangan bahan esensial

a. Anemia defisiensi besi

b. Anemia defisiensi asam folat

c. Anemia defisiensi Vitamin B12

2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

a. Anemia akibat penyakit kronis

b. Anemia sideroblastic

3. Kerusakan sumsum tulang

a. Anemia aplastic

b. Anemia mieloplastik

c. Anemia pada keganasan hematologi

d. Anemia diseritropoietik

e. Anemia pada sindrom mielodisplastik.

Anemia akibat kekurangan eritropoetin; anemia apda gagl ginajl kronik

B. Anemia akibat hemoragi

1. Anemia pasca perdarahan akut

2. Anemia akibat perdarahan kronik

C. Anemia hemolitik

1. Anemia hemolitik intrakorpuskular

a. Gangguan membrane eritrosit (membranopati)

b. Gangguan ensim eritrosit (enzimipati)

c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)


a. Anemia hemolitik autoimun

b. Anemia hemolitik microangiopatik

D. Anemia denagn penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis komplek.

Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi (Amin,Hardhi, 2016);

1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV<80 fl dan MCH<27pg

a. Anemia defisiensi besi

b. Thalassemia major

c. Anemia akibat penyakit kronik

d. Anemia sideroblastic

2. Anemia normokromik normositer, bila MCV < 80 -95 fl dan MCH27-34 pg

a. Anemia pasca perdarahan akut

b. Anemia aplastic

c. Anemia hemolitik didapat

d. Anemia akibat penyakit kronik

e. Anemia pada gagal ginjal kronik

f. Anemia pada sindrom mielodisplastik

g. Anemia pada keganasan hematologic

3. Anemia makrositer, bila MCV <95 fl

a. Bentuk megaloblastic

1. Anemia defisiensi asam folat

2. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa

b. Bentuk non-megaloblastik

1. Anemia pada penyakit hati kronik

2. Anemia pada hipotiroidisme

3. Anemia pada syndrome mielodisplastik.

2.5 Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi system Hematologi


Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang memperlajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya. Darah manusia memili warna merah terang jika
terdapat banyak oksigen dan emrah tua jika kekurangan oksigen.darah lebih berat dan
kental dibandingkan air dan memiliki Ph 7,4. Volume darah tepat 5 liter pada lki-laki
dewasa berukuran rata rata dan kurang sedikit pada perempuan dewasa.

System hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan
organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport tubuh,
volume darah manusia sektiar 7%-10% berat badan normal dan jumlah sekitar 5
liter.darah terdiri dari 3 komponen utama, sebagai berikut;

a. Plasma darah, sebagian besar terdiri dari 92% air,0,9% mineral


(Nacl,fosfor,magnesium,besi) 0,1 bahan organic (glukosa,lemak,enzim,dan
antigen) sehingga sebagian besar plasma darah terdiri dari air,elektrolit dan
protein darah

b. Eritrosit ; sel darah merah, sel ini berwarna merah karena mengandung
hemoglobin (Hb) yaitu seperti protein mengandung Fe(zat besi).fungsi utama Hb
adalah mengikat oksigen untuk di edarkan ke seluruh tubuh. Sel darah merah di
bentuk di sumsum merah tulang pipa dan tulang pipih. Sel darah merah hanya
berumur kurang lebih 120 hari

Gambar sel darah

c. Leukosit : sel darah putih

Bentuk seld arah putih tidak tetap dan memiliki inti, Setiap 1 mm3 sel darah putih
mengandung sekitar 8.000 sel darah putih. Leukosit bergerak aktif bisa
menembus dinding pembulu darah.

Fungsi utama dari sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh melawan
kuman/bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh dengan cara memakannya
(fagosit)atau membentuk antibody.

Jenis -jenis leukosit :

A. Granulosit

Yaitu leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar


(granula) jenisnya adalah

1. Esinofil

a. Ciri-cirinya : bersifat asam, bertindik kemerahan, jumlah meningkat


selama terjadi infeksi, jumlah sel (sel/mm3 darah);100-400

b. Tempat pembentukan : sumsum tulang

c. Fungsi : mencegah alergi, menghancurkan antigen,antibody, masa


hidup 8-12 hari

2. Basophil

a. Ciri -ciri : bersifat basa berwarna kebiruan , bersifat fagosit, jumlah


(sel/mm3); 100-400,

b. Tempat pembentukan : sumsum tulang dan amsa hidup beberapa jam-


beberapa hari

c. Fungsi : melepaskan zat pencegah alergi , mengandung heparin (zat anti-


koagulan).

3. Netrofil

a. Ciri ciri : plasma bersifat netral bentuk bermacam-macam , bersifat


fagosit, jumlah (sel/mm3) ; 3000-7000.

b. Tempat pembentukan : jaringan limfoid, kelenjar limfa

c. Masa hidup : 6 jam sampai beberapa hari

d. Fungsi : memfagosit/memakan bakteri

B. Agranulosit

Yaitu leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adal


limfosit dan monosit.

C. Eosinophil
Mengandung granola berwarna merah disebut juga asidofil. Berfungsi pada
reaksi alergi terutama infeksi cacing

D. Basophil

Mengandung granula berwarna biru , berfungsi pada reaksi alergi

E. Netrofil ; berfungsi sebagai fagosit.

F. Limfosit : ada dua jenis yaitu sel T dan sel B berfungsi untuk
menyelenggarakan imunitas tubuh

G. Monosit : merupakan leukosit dengan ukuran paling besar, disebut juga sel
darah pembeku(hemostasis).

d. Trombosit : memiliki bentuk tidak teratur dan tidak berinti. Dalam setiap 1mm 3 darah
terdapat kurang lebih 300.000 ribu keeping darah. Trombosit berfungsi untuk proses
pembekuan darahg jika mengalami luka. Trombosit memiliki umur sektiar 5-9 hari

2. fungsi darah

1. Sebagai zat pengangkut zat-zaty kimia seperti hormone, penganguk zat buangan
hasil metabolisme tubuh, pengangkut oksigen dan pengangkuit karbondioksida.

2. Menjaga agar suhu tubuh tetap stabil

3. Mengangkut oksigen

4. Mendengarkan air : untuk melakukan reaksi enzimatis dan menjaga tekanan


osmosis tubuh

5. Mengedarkan hormone dan getah bening ke seluruh tubuh

6. Menghindarkan tubuh dari infeksi kuman dengan jalan membentuk antibody

7. Mengatur keseimabngan asam dan basa untuk menghindari kerusakan jaringan


tubuh

8. Menutup luka melalui keeping darah.

Tabze 2.2 kriteria kadar/Niali Hb pada anemia

No Jenis kelamin/usia Kadar


hemoglobin
1 Laki -laki <13gr/dl
2 Perempuan dewasa tidak hamil <12 gr/dl
3 Perempuan <11 gr/dl
4 Anak usia 4-14 tahun 12 gr/dl
5 Anak usia 6 bulan – 6 tahun 11 gr/dl
Untuk kriteria Anemia di klinik, Rumah sakit atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut:

1. Hemoglobin <10 gr/dl

2. Hematocrit <30 gr/dl

3. Eritrosit <2,8 juta

2.6 Patofisiologi

Anemia menyebabkan transport oksigen mengalamigangguan. Hemoglobin yang


berkurang atau jumlah sel datah merah yang sangat menurun menyebabkan oksigen yang
tidak edekuatdi bawa ke seluruh jaringan dan berkembang menjadi hipoksia. Tubuh
mengompensasi keadaan tersebut , meningkatkan produksi Sel darah merah,
meningkatkan curah janjtung, dengan meningkatkan isi sekuncup atau irama jantung,
mendistribusi darah dari jaringan yang kebutuhan oksigennya rendah ke jaringan yang
kebutuhan oksigennya tinggi. (Deni Yasmara dkk, 2017)

Penurunan jumlah sel darah merah (SDM) dalam sirkulasi, penurunan jumlah
hemoglobin (Hb) di dalam sel darah merah, atau kombinasi keduanya mengakibatkan
kekurangan kapasitas pembawa oksigen dalam darah. (Marilynn E,Doenges 2018).

Menurut Masriadi,(2016) patofisiologi anemia sebagai berikut;

1. Kehilangan darah berlebih, hal ini terjadi pendarahan karena luka perifer atau
karena penyakit misalnya gastric ulcer dan hemoroid.

2. Pendarahan kronis; pendarahan vagina,peptic ulcer, parasite intestinal, aspirin dan


AINS lain.

3. Destruksi berlebih sel dara merah; antibody sel darah merah, obat-obatan,
sequestrasi berlebihan pada limfa

4. Factor intrakorpuskular; hereditas, kelainan sintesis Hb.

5. Produksi eritrosit kurang

6. Defisiensi nutrient (Fe,B12, Asam folat, Protein)

7. Defisiensi eritroblas; anemia aplastic, antagonis asam folat, eritroblastopenia


terisolasi, antibody.

8. Kondisi infiltrasi sumsum tulang; limfoma,leukemia, myelofibrosis, karsinoma,


abnormalitas endokrin, hipotiroid, insufisiensi adrenal, insufisiensi pituitary.

9. Penyakit ginjal kronis.

10. Penyakit inflamasi kronis; granulomatous disease, collagen vascular disease.

11. Penyakit hati.

Patofisiologi anemia yaitu tergantung jenis anemia (Masriadi,2016);

a. Anemia aplastic, biasanya terjadi ektika sel tunas (stem cells) yang rusak atau
hancur menghambat produksi sela darah. Lebih jarang terjadi, penyakit ini timbul
ketika mikrovaskulator sumsum tulang yang rusak menciptakan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi pertumbuhan dan amturasi sel.

b. Anemia defisiensi asam folat

Asam folat ditemukan apda sebagian besar jaringan tubuh dan di dalam jaringan
tersebut asam folat bekerja sebagai koenzim pada berbagai proses metabolism
yang melibatkan pemindahan satu atom karbon. Asam folat merupakan zat gizi
esensial bagi pembentukan serta maturasi sel darah merah dan bagi sintesis asam
deoksiribonukleat.

c. Anemia defisiensi besi; terjadi ektika pasokan zat besi mencukupi bagi
pembentukan sel darah merah yang optimal sehingga terbentuk sel yang
berukuran lebih kecil(mikrositik) dengan warna lebih muda(hipokromik) ketika
dilakukan pewarnaan.

Patofisiologi anemia dapat dilihat pada gambar Pathway dibawah ini (Deny Yasmara
dkk,2017):

2.7 Komplikasi

Komplikasi anemia (Marilynn E,Doengos,2018)

1. Perkembangan otot buruk

2. Kemampuan mendengar informasi yang didengar menurun

3. Interaksi social menurun


4. Daya konsentrasi menurun

Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptic kaput femoralis, serangan-
serangan piapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi.
Kelaiann ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan
hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat
mengonsentrasikan urine.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :

1. Anemia aplastic

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan


antithimocyte globulin (AGT) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10
hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil, bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.

2. Anemia pada penyakit ginjal.

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat. Kalua
tersedia dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

3. Anemia pada penyakit kronis.

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan


untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang mendasarinya , maka anemia
akan terobati dengan sendirinya.

4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat.

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar hemoglobin kurang
dari 5 gr%.

5. Anemia megaloblastic

a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila


defisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya faktor intrinsic
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus di teruskan


selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.

c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.

d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,


penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.

6. Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat


diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.

7. Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolysis.

2.9 Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi anemia harus ditujukan pada etiologi anemia dan terapi yang
dilakukan sebagai berikut (Masriadi,2016):

a. Transfusi Darah.

b. Kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan system kekebalan tubuh.

c. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membantu sel-sel darah.

d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainnya.

e. Upaya menanggulangi masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Suplementasi

2. Fortifikasi

3. Membatasi pembuangan zat besi dari tubuh secara patologis.

4. Penyuluhan

2.10 Pemeriksaan Penunjang ;(Huda Amin,Kusuma Hardhi,2016)

1. Pemeriksaan laboratorium

a) Tes penyaring, tes ini di kerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen sebagai berikut : kadar Hb, Indek Eritrosit,
(MCVdan MCHC), apusan darah Tepi.
b) Pemeriksaan darah seri Anemia : hitung leukosit,trombosit laju endap
darah (LED) dan hitung retikulosit.

c) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi


mengenai keadaan system hematopoiesis.

d) Pemeriksaan atas indikasi kasus : pemeriksaan ini untuk


menginformasikan dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini :

i. Anemia defisiensi besi : serum iron, TBC, Saturasi transferrin dan


ferritin serum

ii. Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, Vitamin B12

iii. Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan


elektroforesis Hb.

iv. Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan


sitokimia.

2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologi : faal ginjal, faal endokrin, asam urat,


faal hati

3. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.

4. Pemeriksaan sitogenetik.

5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH


=fluorescence in situ hybridization)

Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya,


seperti anemia akibat penyakit kronik, thalassemia, dan anemia
sideroblastic.perbedaan yang ditemukan diantaranya seperti derajat anemia, ( jumlah
darah lengkap, jumlah eritrosit, jumlah retikulosit bervariasi, pewarnaan sel darah
merah, laju endap darah, massa hidup sel darah merah, tes kerapuhan eritrosit, sel
darah putih, jumlah trombosit, hemoglobinelektroforesis, bilirubin serum, folat serum
dan vitamin B12, besi serum, masa perdarahan, tes schilling,Guailac, Analisa gaster,
aspirasi sumsum tulang, pemeriksaan endoskopi dan radiografik).

Pemeriksaan diagnostic menurut (Yasmara,dkk.2017)

a. Laboratorium
1. Kadar hemoglobin (Hb) serum menurun ( normal : pria 13,5-18 g/dl,
wanita 12-16 g/dl)2 atau pada anemia berat; penurunan kadar MCH
( normal : 27-31g/dl)

2. Hematocrit serum menurun (normal : pria 40-30%); wanita 36-46%)2

3. Kadar besi serum menurun (normal : 50-450 ug/dl)2

4. Kadar ferritin serum menurun.

5. Hitung sel darah merah (SDM) serum menurun ( normal : pria ;4,6-6,0
juta/ul; wanita 4,5-5,0 juta/ul)2 dengan sel mikrositik dan hipokromik
(pada tahap awal, hitung SDMnormal, kecuali pada bayi dan anak)

2.11 Asuhan keperawatan

Proses keperawatan menyediakan struktur untuk praktik keperawatan -kerangka


kerja penggunaan pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk
mengekspresikan human caring. Proses keperawatan digunakan secara terus-menerus.
Ketika merencanakan dan memberikana suhan keperawatan . perawat menganggap
pasien sebagai figure sentral dalam rencana asuhan dan memastikan ketepatan dari semua
aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi respon pasien.(Wilkinson,Judith M.
2016)

2.11.1 Pengkajian

Pengkajian menurut (Marillynn E, Doenges,2018)

A. Identitas klien, Meliputi

Nama ,Umur, Agama , status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan,tanggal masuk, No


register, diagnose medis, penanggung jawab, Meliputi: nama,umur, jenis kelamin,
Pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien.

B. .Alasan masuk rumah sakit

klien mengeluh pusing, lemah, mual, dan muntah, badan terasa lelah, letih, pucat,
akral dingin.

C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1. Keletihan,kelemahan,malaise umum

2. Dapat menetap selama beberapa tahun tanpa ada tanda dan gejala.
3. Ketidak mampuan untuk berkonsentrasi.

4. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

5. Klien mengatakan bahwa ia depresi

6. Sakit kepala

7. Nyeri mulut & lidah

8. Kesulitan menelan

9. Dyspepsia, anoreksia, menoragia, disfagia

10. Klien mengatakan BB menurun

11. Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi

12. Penurunan penglihatan

13. Kemampuan untuk beraktifitas menurun.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian


pertanyaan, meliputi:

1. Apakah sebelumnya pernah menderita anemia

2. Apakah pernah minum obat dalam jangka waktu yang lama

3. Apakah pernah menderita penyakit malaria

4. Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.

5. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti


kangker,leukemia dan multiple myeloma.

c. Riwayat kesehatan keluarga

1. Kecenderunagn keluarga untuk anemia

2. Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia coengenital

3. Keluarga adalah vegetarian berat.

4. Social ekonomi keluarga yang rendah.

d. Genogram

D. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : compos mentis

b) GCS ; 15 ( E;4, V;5, M;6).

c) TTV : TD : biasanya menurun

N : biasanya menurun

P : biasanya cepat

S : biasanya meningkat

d) Pemeriksaan fisik

1. Kepala : Bagaimana kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut


kering, mudah putus menipis dan ada uban atau tidak, sakit kepala, pusing.

2. Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor.

3. Telinga : Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga

4. Hidung : Kesimetrisan, fungsi poenciuman,kebersihan,

5. Mulut : biasanya penderita anemia mengalami lidah merah, bengkak, licin,


terang, dan nyeri tekan (glossitis, sudut bibir mengalami erosi, nyeri tekan dan
bengkak ( stomatitis angular)

6. Leher : kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tiroid/tidak ada.

7. Thorax

a. Paru -paru

I : pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, (kesulitan bernafas),


napas pendek dan cepat Lelah saat melakukan aktifitas jasmani
merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.

P : Taktil premitus Simetris

P : Sonor

A : bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.

b. Jantung

I : jantung berdebar -debar, takikardi dan bising jantung


menggambarkan beban jantung meningkat. Dan biasanya adanya
pembengkakan jantung.
P : tidak teraba adanya massa

P : pekak

A : bunyi jantung mur mur sistolik.

8. Abdomen

I : Kesimetrisan, diare, muntah, melena/hematemesis.

A : suara bising usus

P : terapi bunyi timpani

P : terabanya pembesaran hepar/ tidak adanya nyeri tekan.

9. Genitalia : Normal /abnormal.

10. Integument : mukosa pucat, kering dan kulit kering.

11. Ekstermitas

Pucat pada kulit, dasar kuku dan membrane mukosa, kuku mudah patah dan
berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan aktifitas.

12. Punggung

Kesimetrisan punggung, warna kulit dan kebersihan.

13. Persyarafan : pada penderita anemia biasanya mata berkunang-kunnag dan


pandangan terlihat kabur.

2.11.2 Diagnosa Keperawatan

Asuhan keperawatan menurut (Marilynn E,Doenges.2018) & (Yasmara,


dkk.2017) :

1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan emnelan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi nutrient.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen,Hb menurun.

3. Konstipasi/diare berhubungan dengan kebiasaan makan yang buruk, perubahan


motilitas gastrointestinal.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat dan


pertahanan sekunder tidak adekuat.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mengingat, salah
pengertian terhadap informasi dan tidak mengetahui sumber informasi.

2.11.3 Intervensi Keperawatan.

Table 2.3 Intervensi keperawatan ( Marilynn E,Doenges.2018)

N Diagnose Hasil yang dicapai Intervensi


o keperawat (NOC) (NIC)
an
(Nanda)
1 Ketidaksei kriteria hasil : Mandiri :
mbangan 1. Menunjukkan 1. Kaji ulang riwayat nutrisi,
nutrisi pertambahan berat termasuk pilihan makanan.
kurang abdan ysng progresif 2. Observasi dan catat asupan
dari atau berat badan yang makanan klien.
kebutuhan stabil
tubuh 3. Timbang berat badan secara
2. Menunjukkan nilai periodic secara tepat, seperti
berhubung
laboratorium yang setiap minggu.
an dengan
normal
ketidakma 4. Rekomendasikan makanan porsi
mpuan 3. Tidak mengalami tanda kecil dan sering serta makanan
mencerna mal nutrisi. ringan di antara waktu makan.
makan 4. Menunjukkan 5. Sarankan diet yang lunak, rendah
atau perubahan perilaku atau serat, hindari makanan yang
mengabsor gaya hidup untuk pedas,panas, berempah, atau
bsi nutrient memperoleh kembali sangat asam, sesuai indikasi.
Defenisi : dan mempertahankan
6. Minta klien untuk membuat
asupan berat badan yang sesuai.
catatan dan melaporkan
nutrisi terjadinya mual atau muntah.
tidak
7. Motifasi atau bantu higine oral
cukup
yang baik sebelum dan setelah
untuk
makan: gunakan sikat gigi
memenuhi
berbulu halus untuk menggosok
kebutuhan
gigi secara lembut.
metabolic.
Kolaborasi :
1. Konsultasikan dengan ahli
gizi/ahli diet.

2. Pantau hasil pemeriksaan


laboratorium, seperti Hb/Ht,
nitrogen urea darah,prealbumin
dan albumin, protein, transferrin,
zat besi serum, vitamin
B12,asam folat, TIBC, dan
elektrolit serum.

3. Berikan medikasi sesuai


indikasi, contohnya suplemen
vitamin dan mineral, seperti
sianokobalamin(vitamin B12),
asam folat, dan asam askorbat
(vitamin C).

4. Suplemen zat besi oral, seperti


fero sulfate, fero glukonat, dan
fero fumarate.

5. Pemberian zat besi dekstran


(InFeD)secara intramuscular/
intravena (IM/IV).

6. Obat kumur antijamur antiseptik,


jika diindikasikan.
2 Intoleransi Kriteria hasil Mandiri :
aktifitas 1. Melaporkan 1. Kaji kemampuan klien utnuk
berhubung peningkatan toleransi melakukan tugas dan aktifitas
an dengan aktivitas, termasuk kehidupan sehari-hari yang
ketidaksei aktivitas kehiudpan normal, dengan memperhatikan
mbangan sehari-hari. laporan tentang kelemahan,
antara keletihan, dan kesulitan dalam
2. Menunjukkan
suplai dan menyelesaikan tugas.
penurunan tanda
kebutuhan
fisiologis intoleran 2. Perhatikan perubahan dalam
oksigen(an -denyut nadi, keseimbangan gangguan gaya
emia). pernafasan, dan tekanan berjalan, dan kelemahan otot.

Defenisi: darah tetap berada 3. Pantau tekanan darah, denyut


ketidakcuk dalam rentang normal nadi dan pernafasans elama dans
upan klien. etelah aktifitas. Perhatikan
energi 3. Menunjukkan nilai respon yang merugikan terhadap
fisiologis laboratorium (Hb/Ht) peningkatan tingkat aktivitas-
atau dalam rentang yang peningkatan frekwensi jantung
psikologis dapat diterima. dan tekanan darah, disritmia,
untuk pusing, dyspnea dan sianosis
melanjutka membrane mukosa dan dasar
n atau kuku.
menyesuai 4. Anjurkan periode istirahat yang
kan sering atau tirah baring (jarang)
aktifitas sesuai indikasi.
sehari-hari
5. Tinggikan kepala tempat tidur
yang ingin
sesuai toleransi.
atau harus
dilakukan. 6. Anjurkan klien utnuk mengganti
posisi secara perlahan; pantau
terjadinya pusing.

7. Bantu klien utnuk


memprioritaskan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan
aktifitas yang diinginkan, selingi
antara periode istirahat dan
periode aktivitas.

8. Anjurkan bantuan dalam


melakukan aktifitas dan
ambulasi sesuai kebutuhan,
memungkinkan klien untuk
menjadi partisipan aktif
seoptimal mungkin.
9. Rencanakan kemajuan aktivitas
dengan klien, termasuk aktivitas
yang dianggap penting oleh
klien. Tingkatkan tingkat
aktivitas, sesuai batas
toleransinya

10. Diskusikan pentingnya


mempertahankan suhu
lingkungan dan kehangatan
tubuh,sesuai indikasi.

Kolaborasi :

1. Pantau hasil pemeriksaan


laboratorium, seperti Hb/Ht),
hitung sel darah merah dan gas
darah

2. Berikan oksigen tambahan,


sesuai indikasi.

3. Berikan terapi berikut sesuai


indikasi: (PRC) dan pantau
secara cermat reaksi terhadap
transfusi.
3 Konstipasi Kriteria hasil Mandiri:
/ diare 1. Mencapai kembali pola 1. Pastikan warna, konsistensi,
berhubung normal fungsi usus. frekwensi dan jumlah feses.
an dengan
2. Menunjukkan 2. Auskultasi bising usus,
kebiasaan
perubahan dalam 3. Pantau asupan dari keluaran
makan
perilaku atau gaya dengan perhatikan khusus
yang
hidup, seperti yang terhadap asupan cairan dan
buruk,
dibutuhkan oleh faktor makanan.
perubahan
penyebab atau
motilitas 4. Anjurkan asupan cairan
contributor.
gastrointes sebanyak 2.500-3000 ml/hari
tinal. sesuai toleransi jantung.

Defenisi: 5. Rekoimendasikan untuk

1. menghindari makanan

penurunan pembentuk gas

frekwensi 6. Kaji kondisi kulit perianal secara


normal sering, perhatikan perubahan
defekasi atau permulaan kerusakan kulit.
yang Anjurkan dan bantu dalam
disertai perawatan perineal setiap
pengeluara defekasi setiap mengalami diare.
n feses Kolaborasi
yang sulit
1. Konsultasikan dengan ahli
atau tidak
nutrisi untuk memberikan diet
lampias
seimbang yang tinggi serat serta
atau
bulk.
pengeluara
n feses 2. Berikan medikasi anti diare,

yang seperti difenoksilat hidroklorida

sangat dengan atropine, dan obat

keras dan penyerap air seperti Metamucil.

keing.

2. Diare :
pengeluara
n feses
yang lunak
dan tidak
berbentuk.
1 Resiko Kriteria hasil : Mandiri :
infeksi 1. Pengendalian risiko 1. Lakukan dan dukung Teknik
berhubung mencuci tangan yang cermat
Mengidentifikasi
an dengan oleh pemberi asuhan pada klien.
perilaku untuk
pertahanan
mencegah dan 2. Pertahankan Teknik aseptic
primer
tidak mengurangi risiko secara ketat ketika melakukan
adekuat infeksi. prosedur dan perawatan luka.
dan 2. Keparahan infeksi 3. Berikan perawatan kulit, oral dan
pertahanan perineal secara sermat.
Terbebas dari tanda
sekunder
infeksi : mencapai 4. Anjurkan perubahan posisi dari
tidak
penyembuhan luka ambulasi, latihan batuk, dan
adekuat.
sesuai rencana, jika napas dalam secara sering.
Defenisi : terdapat luka. 5. Dukung asupan cairan secara
rentan
adekuat.
mengalami
infasi dan 6. Telankan perlunya memantau

multiplikas dan emmbatasi pengunjung,

i sesuai indikasi.

organisme 7. Pantau suhu tubuh, perhatikan


patogenik adanya menggigil dan takikardia
yang dapat dengan atau tanpa demam.
menggang 8. Observasi eritema dan drainase
gu luka.
kesehatan.
Kolaborasi :

1. Dapatkan specimen untuk kultur


dan sensitivitas, sesuai indikasi.

2. Berikan antiseptic topical dan


antibiotic sistemik.
5 Defisiensi Kriteria hasil : Mandiri :
pengetahu 1. Menyatakan 1. Beri informasi tentang anemia
an pemahaman tentang spesifik dan jelaskan bahwa
berhubung sifat proses penyakit, terapi bergantung pada jenis dan
an dengan prosedur diagnostic, dan keparahan anemia.
kurangnya komplikasi potensial. 2. Diskusikan efek anemia pada
paparan
2. Mengidentifikasi faktor kondisi sebelumnya.
informasi,
penyebab. 3. Tinjau tujuan dan persiapan
mengingat,
salah 3. Menyatakan untuk pemeriksaan diagnostic.
pengertian pemahaman tentang 4. Jelaskan bahwa darah yang
terhadap kebutuhan terapeutik. diambil utnuk pemeriksaan
informasi, 4. Memulai perilaku atau laboratorium tidak akan
dan tidak perubahan gaya hidup memperburuk anemia.
mengetahu yang diperlukan. 5. Tinjau perubahan diet yang
i sumber
diperlukan untuk memenuhi
informasi.
kebutuhan diet yang
spesifik,yang ditentukan oleh
jenis anemia dan defisiensi.

6. Diskusikan makanan yang harus


dihindari, seperti kopi,the,kuning
telur, susu, serat dan protein
kedelai, ketika klien sedang
mengonsumsi makanan yang
tinggi zat besi.

7. Kaji sumber, termasuk finansial,


dan kemampuan untuk
memperoleh dan menyiapkan
makanan.

8. Anjurkan untuk berhenti


merokok.

2.11.4 Implementasi

Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi kedalam suatu kasus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter &
perry, 2016).

2.11.4 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan


klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Studi Kasus

Jensi studi kasus dalam laporan ini adalah studi kasus observasi dan melakukan
pendekatan pada klien dengan gangguan system Hematologi : Anemia.

3.2 Lokasi Studi Kasus

Studi kasus dilakukan di Ruang Mahoni 8 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
tahun 2021.

3.3 Subjek dan Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah klien dengan gangguan system Hematologi : Anemia.

3.4 Waktu Pelaksanaan Studi Kasus

Waktu pelaksanaan di lakukan pada April 2021.

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang dipakai dalam penulisan laporan studi kasus ini dengan melakukan
asuhan keperawatan dan format pengkajian.

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

3.6.1 Observasi

Observasi yaitu : suatu pengamatan secara langsung terhadap klien untuk


memperoleh informasi.

3.6.2 Wawancara
Melakukan wawancara langsung pada klien maupun keluarga klien dengan
metode aloanamnese dan auto anamneses , juga perawat yanga da di ruangan tersebut
untuk memperoleh keterangan yang jelas dan benar baik data Objektif dan Data
Subjektif.

DAFTAR PUSTAKA

Sumarmi dkk,2018. “ Pemeriksaan kadar Hemoglobin dengan PCOT (paint of care


testing) sebagai deteksi dini penyakit anemia bagi masyarakat desa sumberjono
Mojokerto” . Jurnal Surya Masyarakat ersalinanidianti@unusa.ac.id. Desember
2019.Volume 2.Nomor 1.

Priyanto,Lukman.2018.”Hubungan umur, tingkat Pendidikan, dan aktifitas Fisik


Santriwati Husada dengan Anemia”. JBE: Jurnal berkala epidemiologi Volume 6.Nomor
2. FKM UA : Departemen epidemiologi Fakultas kesehatan masyarakat universitas
airlangga,Surabaya, jawa timur, Indonesia. http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/, periode
mei 2018.

Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta :Trans Info Media.

Huda Amin,Kusuma Hardhi,2016.Asuhan keperawatan praktis Nanda,NIC,hasil


NOC.Jogyakarta : Mediaction. Jilid 1.

Marilynn E,Doenges. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC Edisi 9 Volume 2.

Yasmara & dkk.2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Tanto,Chris. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta pusat : Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai