OLEH :
ARSITE S SITANGGANG
180207011
Pembimbing
NIDN :
Ketua
NIDN :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Tuhan yang Maha Esa,Atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN.P : DENGAN GANGGUAN SISITEM
HEMATOLOGI : ANEMIA DI MAHONI RS UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN 2021’’. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan Pendidikan di program Studi D-III Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan USM -Indonesia.
Banyak rintangan dan hambatan yang di hadapi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
Ini, berkat bantuan pihak terkait, oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Dr.Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga,SKM.,MKM Selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Flora Sijabat, S.Kep.,MNS, selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Yunida Turisna Simanjuntak,S.KM, MKM selaku Dosen pembimbing Laporan Tugas
Akhir.
6. Frida Liharis Saragih, S,Pd, MKES selaku dosen penguji I Laporan Tugas Akhir.
7. Antonij Sitanggang, S.KM,MKM selaku dosen penguji II laporan Tugas Akhir.
8. Seluruh dosen dan staff pengajar dan administrasi yang telah banyak membimbing
penuliu selama proses perkuliahan di universitas sari Mutiara Indonesia.
9. Buat Teman-teman D-III keperawatan universitas sari Mutiara Indonesia angkatan 2018
yang turut memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir .
Saya menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,
untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang, dan atas perhatian dan
kerjasamanya penulis mengucapkan terimakaksih.
Medan,4 Mei 2021
Arsite S Sitanggang
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR………………………………………………………….i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………
1.2 Tujuan ………………………………………………………………
1.3 Manfaat …………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi anemia di Indonesia Cukup masih tinggi hasil menunjukkan bahwa angka
prevalensi anemia secara nasional pada semua kelompok umur adalah 21,70%
(Priyanto,2018). Sedangkan prevalensi anemia di provinsi jawa tuimur sebesar 5,8 %.
Angka tersebut masih dibawah target nasional yaitu sebesar 28%. WHO
mengklasifikasikan prevalensi anemia suatu daerah berdasarkan tingkat masalah yaitu
berat > 40%, sedang 20 %-39,9%, ringan 5%-19,9% dan normal < 4,9% (Natalia
sumarmi,& Nadhiroh,2018).
Kurang lebih terdapat 370 juta wanita di berbagai negara berkembang menderita
anemia defisiensi besi(Fe) dengan 41% diantaranya wanita tidak hamil. Prevalensi
anemia di india menunjukkan angka sebesar 45% remaja putri telah dilaporkan
emngalami anemia defisiensi zat besi. Prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi
( Fakhidah & putri, 2016). Hasil penelitian Listiana (2016) menunjukkan bahwa
prevalensi anemia defisiensi zat besi pada remaja Putri di tahun pertama menstruasi
sebesar 27,50%, dengan rata-rata usia pertama kali mengalami menstruasi pada usia 13
tahun.
WHO menyebutkan bahwa 818 juta anak – anak pada umur dari 5 tahun dan
perempuan yang dipengaruhi anemia sebagian besar di negara berkembang. Setiap tahun
1 juta meninggal anak-anak dan remaja dan wanita hamil adalah dengan 1 estimasi
global; prevalensi dari 43-51 % berturut-turut). Anemia terjadi sering pada negara
berkembang dan negara industri, di negara industri dilakukan beberapa percobaan bahwa
anemia terjadi pada pegawai rendahan dengan persentase antara 2% dan 8 %. Insiden
anemia terjadi antara 12% sampai 18% pada perempuan di utara amerika, eropa dan asia.
Diperkirakan di asia timur adalah 50-70%, sedangkan perempuan di negara berkembang
memberi peringkat dari 23% hingga 64% di Amerika Selatan. Menurut WHO 40%
kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan.
Berdasarkan ahsil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 prevalensi anemia
pada ibu hamil di Indonesia adalah 40,1%. Sedangkan berdasarkan riskesdes pada tahun
2007 prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia turun menjadi 24,5%
(Masriadi,2016).
Anemia menyerang lebih dari 75% remaja Putri di Indonesia. Anemia pada remaja
putri menjadi masalah kesehatan dengan prevalensi >15%. Berdasarkan ahsil kampanye
sangobion Indonesia bebas anemia, di solo terdapat 23% positif anemia, purwokerto 31%
dan di Yogyakarta 10%. Selama program itu berlangsung sejak 2002 di ajwa timur
terdapat 33% anemia, jawa barat 41%, sunatera utara 33% dan jawa tengah 22%. Jumlah
remaja putri yang mengalami anemia Gizi di makassar sebesar 33,7%. Kejadian anemia
di dunia menduduki urutan ke 3 dengan prevalensia anemia pada ibu hamil 74%.
Prevalensi anemia di asia bervariasi di antaranya Thailand 39% dan india 85,5%.
(Masriadi,2016)
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Anemia merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
kurang dari normal dan lebih sering terjadi pada wanita usia Hamil dan wanita
usia subur, anemia sering terjadi karena kurang mengonsumsi diet yang tinggi
besi dan Gizi.sehingga menyebabkan pembentukan sel darah merah tidak normal.
Dan sikap yang dimiliki dalam rangka mengatasi /pencegahan dini pada Anemia.
1.3.2 Bagi Rumah Sakit
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian.
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal dan turunnya kadar sel darah merah/hemoglobin dalam
darah. Kadar hemoglobiun rendah umunya berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Anemia pada pria biasanya didefenisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5
garm /100 ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0gram/100 ml.
defenisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi laboratorium
yang digunakan. Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika
kadar sel darah (eritrosit) dalam tubuh menajdi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan
mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara, ginjal, sum sum tulang dan nutrisi
dalam tubuh. Jika ginjal atau sum-sum tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi maka
jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin akan sulit dipertahankan. Anemia
sebenarnya adalah sebuah tanda dan proses penyakit bukan penyakit itu sendiri. Hal ini
biasanya di golongkan baik akut atu kronis, anemia kronis terjadi selama waktu jangka
Panjang. Anemia akut terjadi dengan cepat. (Masriady,2016).
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah emrah ( yang ebrfungsi membawa
oksigen) mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan
fisiologis spesifik bervariasi pada manusia dan bergantung pada usia, jenis kelamin,
kebaisaan merokok dan tahap kehamilan. Anemia dalah kondisi klinis yang terjadi skibat
insufisiensi kebutuhan sel darah merah(SDM), baik volume total SDMmaupun kuantitas
hemoglobin. Kadar hemoglobin (HB) digunakan untuk membagi derajat anemia. Klien
dengan anemia ringan (Hb 10-14 g/dl) umumnya tidak menunjukkan gejala apapun,
gejala timbul seiring dengan peningkatan keparahannya. Klien dengan anemia sedang
(Hb 6-10 g/dl) dapat menunjukkan dyspnea, palpitasi, diaphoresis saat aktivitas, dan
kelemahan kronis. Anemia berat ( Hb <6 g/dl) dapat asimtomatik karena anemia
berkembang secara bertahap, sementara yang lain dapat menunjukkan manifestasi klinis
yang signifikan di berbagai organ tubuh. (Rencana asuhan keperawatan medical-bedah,
Yasmira dkk,2017)
Tanda dan gejala anemia bergantung pada derajat dan kecepatan terjadinya anemia,
juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih ringan pada anemia yang terjadi
perlahan, karena ada kesempatan bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan
dengan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. (Masriadi,2016)
8. Pada anemia yang lebih berat timbul latergi, konfusi, dan gagal jantung.
9. Mudah Lelah/lemas (tidak bertenaga) dan kram otot. Karena jumlah oksigen
yang mencapai jaringan berkurang.
2.3 Etiologi
3. Agen infeksi
4. Toksin.
Menurut Masriadi (2016) berikut adalah beberapa etiologi anemia yang paling sering
ditemukan :
2. Perdarahan
3. Genetik
2.4 Klasifikasi
1. Anemia aplastik
Anemia aplastik atau hipoplastik terjadi akrena cedera atau destruksi sel tunas
(stem cells) di dalam sumsum tulang atau matriks sumsum tulang sehingga terjadi
pansitopenia (anemia,leukopenia serta trombositopenia) dan karena hipolasia
sumsum tulang.
Anemia defisiensi asam folat merupakan anemia megaloblastic yang sering terjadi
dan berjalan progresif secara lambat. Biasanya anemia ini terjadi pada bayi,
remaja, ibu hamil dan menyusui, peminum-minuman keras (alcohol), lanjut usia
(lansia) dan apsiend engan penyakit maligna atau penyakit intestinal.
a. Pengertian
b. Etiologi
3. Konsumsi zat besi yang kurang (factor nutrisi), yaitu kurangnya jumlah
konsumsi zat besi dalam makanan sehari-hari. Kebutuhan zat besi yang
dieproleh dari makanan sekitar 20 mg/hari. Dari jumlah tersebut, kurang
lebih sekitar 2 mg yang diserap.
c. Klasifikasi
d. Manifestasi Klinis
e. Penatalaksanaan
6. Terapi kasual
4. Anemia Pernisiosa
5. Anemia Sideroblastik
Anemia sideroblastik merupakan kelompok gangguan heterogen dengan defek yang
umum, yaitu penyakit ini tidak mampu menggunakan zat besi dalam sintesis hemoglobin
meskipun simpanan besi tersedia dalam jumlah memadai. Anemia ini bersifat herediter
atau akuisita dapat primer atau sekunder ( Masriadi,2016)
b. Anemia sideroblastic
a. Anemia aplastic
b. Anemia mieloplastik
d. Anemia diseritropoietik
C. Anemia hemolitik
b. Thalassemia major
d. Anemia sideroblastic
b. Anemia aplastic
a. Bentuk megaloblastic
b. Bentuk non-megaloblastik
System hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan
organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport tubuh,
volume darah manusia sektiar 7%-10% berat badan normal dan jumlah sekitar 5
liter.darah terdiri dari 3 komponen utama, sebagai berikut;
b. Eritrosit ; sel darah merah, sel ini berwarna merah karena mengandung
hemoglobin (Hb) yaitu seperti protein mengandung Fe(zat besi).fungsi utama Hb
adalah mengikat oksigen untuk di edarkan ke seluruh tubuh. Sel darah merah di
bentuk di sumsum merah tulang pipa dan tulang pipih. Sel darah merah hanya
berumur kurang lebih 120 hari
Bentuk seld arah putih tidak tetap dan memiliki inti, Setiap 1 mm3 sel darah putih
mengandung sekitar 8.000 sel darah putih. Leukosit bergerak aktif bisa
menembus dinding pembulu darah.
Fungsi utama dari sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh melawan
kuman/bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh dengan cara memakannya
(fagosit)atau membentuk antibody.
A. Granulosit
1. Esinofil
2. Basophil
3. Netrofil
B. Agranulosit
C. Eosinophil
Mengandung granola berwarna merah disebut juga asidofil. Berfungsi pada
reaksi alergi terutama infeksi cacing
D. Basophil
F. Limfosit : ada dua jenis yaitu sel T dan sel B berfungsi untuk
menyelenggarakan imunitas tubuh
G. Monosit : merupakan leukosit dengan ukuran paling besar, disebut juga sel
darah pembeku(hemostasis).
d. Trombosit : memiliki bentuk tidak teratur dan tidak berinti. Dalam setiap 1mm 3 darah
terdapat kurang lebih 300.000 ribu keeping darah. Trombosit berfungsi untuk proses
pembekuan darahg jika mengalami luka. Trombosit memiliki umur sektiar 5-9 hari
2. fungsi darah
1. Sebagai zat pengangkut zat-zaty kimia seperti hormone, penganguk zat buangan
hasil metabolisme tubuh, pengangkut oksigen dan pengangkuit karbondioksida.
3. Mengangkut oksigen
2.6 Patofisiologi
Penurunan jumlah sel darah merah (SDM) dalam sirkulasi, penurunan jumlah
hemoglobin (Hb) di dalam sel darah merah, atau kombinasi keduanya mengakibatkan
kekurangan kapasitas pembawa oksigen dalam darah. (Marilynn E,Doenges 2018).
1. Kehilangan darah berlebih, hal ini terjadi pendarahan karena luka perifer atau
karena penyakit misalnya gastric ulcer dan hemoroid.
3. Destruksi berlebih sel dara merah; antibody sel darah merah, obat-obatan,
sequestrasi berlebihan pada limfa
a. Anemia aplastic, biasanya terjadi ektika sel tunas (stem cells) yang rusak atau
hancur menghambat produksi sela darah. Lebih jarang terjadi, penyakit ini timbul
ketika mikrovaskulator sumsum tulang yang rusak menciptakan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi pertumbuhan dan amturasi sel.
Asam folat ditemukan apda sebagian besar jaringan tubuh dan di dalam jaringan
tersebut asam folat bekerja sebagai koenzim pada berbagai proses metabolism
yang melibatkan pemindahan satu atom karbon. Asam folat merupakan zat gizi
esensial bagi pembentukan serta maturasi sel darah merah dan bagi sintesis asam
deoksiribonukleat.
c. Anemia defisiensi besi; terjadi ektika pasokan zat besi mencukupi bagi
pembentukan sel darah merah yang optimal sehingga terbentuk sel yang
berukuran lebih kecil(mikrositik) dengan warna lebih muda(hipokromik) ketika
dilakukan pewarnaan.
Patofisiologi anemia dapat dilihat pada gambar Pathway dibawah ini (Deny Yasmara
dkk,2017):
2.7 Komplikasi
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptic kaput femoralis, serangan-
serangan piapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi.
Kelaiann ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan
hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat
mengonsentrasikan urine.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastic
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat. Kalua
tersedia dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar hemoglobin kurang
dari 5 gr%.
5. Anemia megaloblastic
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
7. Anemia hemolitik
Terapi farmakologi anemia harus ditujukan pada etiologi anemia dan terapi yang
dilakukan sebagai berikut (Masriadi,2016):
a. Transfusi Darah.
d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainnya.
1. Suplementasi
2. Fortifikasi
4. Penyuluhan
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Tes penyaring, tes ini di kerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen sebagai berikut : kadar Hb, Indek Eritrosit,
(MCVdan MCHC), apusan darah Tepi.
b) Pemeriksaan darah seri Anemia : hitung leukosit,trombosit laju endap
darah (LED) dan hitung retikulosit.
4. Pemeriksaan sitogenetik.
a. Laboratorium
1. Kadar hemoglobin (Hb) serum menurun ( normal : pria 13,5-18 g/dl,
wanita 12-16 g/dl)2 atau pada anemia berat; penurunan kadar MCH
( normal : 27-31g/dl)
5. Hitung sel darah merah (SDM) serum menurun ( normal : pria ;4,6-6,0
juta/ul; wanita 4,5-5,0 juta/ul)2 dengan sel mikrositik dan hipokromik
(pada tahap awal, hitung SDMnormal, kecuali pada bayi dan anak)
2.11.1 Pengkajian
klien mengeluh pusing, lemah, mual, dan muntah, badan terasa lelah, letih, pucat,
akral dingin.
C. Riwayat Kesehatan
1. Keletihan,kelemahan,malaise umum
2. Dapat menetap selama beberapa tahun tanpa ada tanda dan gejala.
3. Ketidak mampuan untuk berkonsentrasi.
6. Sakit kepala
8. Kesulitan menelan
d. Genogram
D. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : compos mentis
N : biasanya menurun
P : biasanya cepat
S : biasanya meningkat
d) Pemeriksaan fisik
7. Thorax
a. Paru -paru
P : Sonor
b. Jantung
P : pekak
8. Abdomen
11. Ekstermitas
Pucat pada kulit, dasar kuku dan membrane mukosa, kuku mudah patah dan
berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan aktifitas.
12. Punggung
Kolaborasi :
1. menghindari makanan
keing.
2. Diare :
pengeluara
n feses
yang lunak
dan tidak
berbentuk.
1 Resiko Kriteria hasil : Mandiri :
infeksi 1. Pengendalian risiko 1. Lakukan dan dukung Teknik
berhubung mencuci tangan yang cermat
Mengidentifikasi
an dengan oleh pemberi asuhan pada klien.
perilaku untuk
pertahanan
mencegah dan 2. Pertahankan Teknik aseptic
primer
tidak mengurangi risiko secara ketat ketika melakukan
adekuat infeksi. prosedur dan perawatan luka.
dan 2. Keparahan infeksi 3. Berikan perawatan kulit, oral dan
pertahanan perineal secara sermat.
Terbebas dari tanda
sekunder
infeksi : mencapai 4. Anjurkan perubahan posisi dari
tidak
penyembuhan luka ambulasi, latihan batuk, dan
adekuat.
sesuai rencana, jika napas dalam secara sering.
Defenisi : terdapat luka. 5. Dukung asupan cairan secara
rentan
adekuat.
mengalami
infasi dan 6. Telankan perlunya memantau
i sesuai indikasi.
2.11.4 Implementasi
2.11.4 Evaluasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jensi studi kasus dalam laporan ini adalah studi kasus observasi dan melakukan
pendekatan pada klien dengan gangguan system Hematologi : Anemia.
Studi kasus dilakukan di Ruang Mahoni 8 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
tahun 2021.
Subjek studi kasus adalah klien dengan gangguan system Hematologi : Anemia.
Instrumen yang dipakai dalam penulisan laporan studi kasus ini dengan melakukan
asuhan keperawatan dan format pengkajian.
3.6.1 Observasi
3.6.2 Wawancara
Melakukan wawancara langsung pada klien maupun keluarga klien dengan
metode aloanamnese dan auto anamneses , juga perawat yanga da di ruangan tersebut
untuk memperoleh keterangan yang jelas dan benar baik data Objektif dan Data
Subjektif.
DAFTAR PUSTAKA
Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta :Trans Info Media.
Yasmara & dkk.2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.