Anda di halaman 1dari 111

LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”H” PASCA BERSALIN
DENGAN PEB, MAKROSOMIA DAN ANEMIA SEDANG
DIRUANG NIFAS RSUD GERUNG

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma III (DIII) Jurusan Kebidanan
Tahun Akademik 2021/2022

Disusun Oleh:

Erni Yanti
NIM. P07124019065

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEBIDANAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir (LTA)


Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Kebidanan
dan Diterima Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Prodi DIII Kebidanan Jurusan Kebidanan
Tahun Akademik 2021/2022

1
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Kebidanan

Syajaratuddur Faiqah,S.SiT.,M.Kes
NIP.197608032003122002

Tim Penguji,
1. Ketua Penguji
Baiq Iin Rumintang, SST., M.Keb
Nip. 198001312002122003
( )
2. Penguji I
Ati Sulianty, S.SiT., M.Kes ( )
NIP. 197904042005012003
3. Penguji II
Yunita Marlina, S.SiT.,M.Keb ( )
NIP.197906062006042004

Tanggal Lulus:

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


Di Susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma (DIII) Jurusan Kebidanan
Tahun Akademik 2021/2022

2
Disusun Oleh:

Erni Yanti
NIM. P07124019065

Mataram, Januari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Yunita Marlina, S.SiT.,M.Keb Ati Sulianty, S.SiT., M.Kes


NIP.197906062006042004 NIP. 197904042005012003

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,

atas limpahan karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikkan Laporan

Tugas Akhir yang berjudul asuhan kebidanan persalinan patologis Ny ”X”

pasca bersalin dengan PEB, Makrosomia dan Anemia Sedang diruang nifas

3
RSUD gerung.

Dalam penyusunan LTAl ini penulis banyak mendapat bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. H.Awan Dramawan, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram.

2. Drg Arbain Ishak MM, selaku Direktur RSUD Gerung

3. Syajaratuddur Faiqah, SSiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

4. Ati Sulianty, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Politeknik

Kesehatan Mataram, sekaligus sebagai Pembimbing II dalam

penyusunan LTA ini.

5. Yunita Marliana SSiT, M.Kebselaku Pembimbing I yang memberikan

banyak bimbingan.

6. Semua dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram yang banyak memberikan bekal pengetahuan dan wawasan

kepada penulis

7. Seluruh tenaga kesehatan RSUD Gerung yang membantu penulis

dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.

8. Orang Tua dan saudara tercinta yang selaku memberikan dukungan

moril, dan doa demi kelancaran penelitian ini.

9. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir

ini.

4
Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat

membangun dan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Mataram, September 2021

Penulis

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN Association Of South East Asian Nation


DINKES Dinas Kesehatan

5
DJJ Denyut jantung janin
HCL Hidrogen klorida
HELLP Hemolisis Elevated Liverenzymes low plateled
IM Intra mascular
IV Intravena
KB Keluarga Berancana
KIA Kesehatan ibu dan anak
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
KJDR Kematian janin dalam Rahim
LILA Lingkar lengan
MAP Mean Arterial Pressure
Mgso Magnesium Sulfat
NST Non StresS Test
PEB Pre Eklampsia Berat
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
RL Ringer Lactat
SAP Satuan acara penyuluhan
SC Sectio Caesarea
SDKI Survi Demograpi Kesehatan Indonesia
SGOT/SGPT Serum glutamic transaminase/Serum glutamic pyruvic
transaminase
SOAP Subjek ,Objektif,Assesment,Planning
TTV Tanda tanda vital
USG Ultra Sono Grafift
WHO World Healt Organization

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

6
Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi, yaitu 343/100.000

data tersebut sesuai dengan survey demografi dan kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2018. (RISKESDAS) tahun 2019 menunjukkan bahwa

sebagian besar persalinan di NTB ditolong oleh dukun (46,1 %), Bidan

(36,5 %), dokter (4,1 %). Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat

mencegah perkembangan buruk PreEklampsia Ringan (PER) kearah

PreEklampsia Berat (PEB) atau bahkan eklampsia, perkembangannya

perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI)

dan anak. Semua kasus PreEklampsia Berat (PEB) harus dirujuk ke

rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif

maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan

pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi (Prawirohardjo

2005).

Di negara ASEAN (Association of South East Asian Nations) seperti

Singapura hanya 7 per 100.000 kelahiran hidup dan di Malaysia

mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, bahkan Angka Kematian Ibu

di Vietnam sama seperti negara Malaysia, sudah mencapai 98 per

100.000 kelahiran hidup menurut Tando dalam (Buhari I, 2015).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2015 Angka Kematian Ibu karena PreEklampsiadi Inonesia tercatat

300305/100.000 kelahiran hidup (KH), angka kematian ibu (AKI) belum

mencapi target yang di harapkan. Pada tahun 2015 MDGS yang di

lanjutkan dengan suntanible devolepment gols (SDGS), salah satu target

7
SDGS yaitu menurunkan AKI menjadi kurang dari 70/100000 KH pada

tahun 2030 (kementrian kesehatan republik Indonesia, 2017).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi

Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu permasalahan yang mendapat

perhatian pemerintah saat ini, dimana AKI dan AKB di daerah ini masih

tinggi.Tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di

Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh minimnya

pengetahuan masyarakat tentang proses kehamilan, serta sulitnya akses

kesehatan di daerah-daerah tertentu terutama di daerah-daerah terpencil.

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Seksi

Kesehatan Keluarga terus menerus berupaya menekan AKI dan AKB

melalui peningkatan Sumber Daya Petugas Kesehatan maupun Fasilitas

Kesehatan.

Berdasarkan laporan tahunan Bidang Kesehatan Masyarakat

Dinkes Prov. Nusa Tenggara Barat, tahun 2020 jumlah kematian ibu

sebanyak 112 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu

karena Perdarahan 38 ibu, kematian ibu karena hipertensi dalam

kehamilan 31 orang, kematian ibu karena infeksi 8 orang, gangguan

system peredaran darah sebanyak 11 orang, gangguan metabolik 10

orang, dan 24 orang karena penyakit lain. Berdasarkan data di RSUD

Gerung Kabupaten Lombok Barat jumlah kasus PEB pada tahun 2020

sebanyak 102 orang.

8
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan

dan salah satu dari 3 penyebab tertinggi mortalitas dan mordibitas di

samping perdarahan dan infeksi.secara global 80% kematian ibu

tergolong pada kematian ibu lansung.sebagian besar kasus eklamsia

terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan tetapi sekitar 3% eklamsia dapat

timbul pada sebelum, selama, serta setelah persalinan (Sarwono

Prawirohardjo, 2014).

Faktor-faktor resiko terjadinya antara lain tinggi

primigravida,primipaternitas, umur, riwayat preeklamsia atau eklamsia,

penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, kehamilan

ganda, serta obesitas.tetapi dari faktor-faktor tersebut resiko masih sulit

ditentukan faktor mana saja yang ditentukan.

Penelitian yang dilakukan Wright dkk (2012) preeklampsia berat

banyak dialami pada pasien nulipara dibandingkan multipara.

Berdasarkan penelitian oleh Vincent dkk (2018) preeklampsia dan

eklampsia lebih dominan terjadi pada primipara yaitu sebanyak 51 orang

(39,8%) untuk preeklampsia berat dan 6 orang (50%) untuk eklampsia,

dan pada multipara juga cukup tinggi sebanyak 46 orang (35,9%) untuk

preeklampsia berat dan 4 orang (33,4%) untuk eklampsia. Hasil analisis

yang dilakukan oleh Karima dkk tidak didapatkan hubungan yang

signifikan antara paritas dengan kejadian preeklampsia berat. Ini

bermakna bahwa kejadian preeklampsia berat dan eklampsia dapat

terjadi baik pada primipara ataupun multipara.

9
Salah satu bentuk komplikasi nifas adalah Preekalmpsia Berat

(PEB), Penyebab Preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara

pasti, bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya

kemungkinan PreEklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat

berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklampsia

sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai trimester I

sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah PreEklampsia

menjadi lebih berat (Manuaba, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Agustina R &

Raharjo, 2015) mengatakan hipertensi adalah timbulnya tekanan darah

140/90 mmhg tidak disertai dengan protein uria atau oedema pada umur

kehamilan sebelum 20 minggu atau lebih dan atau pada masa nifas.

Hipertensi yang terjadi pada masa nifas mencakup hipertensi gestasional

(karena kehamilan), hipertensi kronik meningkatnya tekanan darah

sebelum usia kehamilan 20 minggu dan hipertansi yang terjadi secara

akut pada waktu nifas (Saifuddin, 2010).

Hipertensi pada masa nifas terjadi sebnyak 5-10% dari kasus

patalogis ibu nifas lainnya. Kondisi stress dapat menyebabkan

peningkatan tekanan darah karena saat seorang dalem kondisi stress

akan terjadi pengeluaran bebrapa hormon yang akan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah, pelepasan renin, dan pengeluaran cairan

lambung yang berlebihan. Kondisi stress yang terus menerus dapat

10
menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Menurut Kowalak (2011) pada

hipertesi nifas terjadi penurunan aliran darah dan prufusi uterus.

Menurut World Health Organization (WHO, 2015) menegaskan

setiap tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal disebapkan karena

PreEklampsia sejumlah 355.000 kasus berasal dari Negara-negara

berkembang. Angka Kematian Ibu karena PreEklampsia di negara

berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan 270 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan Angka Kematian Ibu

karena PreEklampsiadi negara maju yang 35 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu tahun 2019 di dunia yaitu 312.000

menurun sekitar 44% dibandingkan dengan tahun 1990 Menurut World

Health organization (WHO) dalam (Widia dan Wahyuni 2019).

Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4.000 gram dan jarang

melebihi 5.000 gram. Dinamakan bayi besar adalah bila berat badannya

lebih dari 4.000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4.000 gram

adalah 5,3% dan yang lebih dari 4.500 gram adalah 0,4%. Janin besar

dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, pada

postmaturitas, dan pada grande multipara (Prawirohardjo, 2006). Janin

dengan berat badan yang lebih untuk usia kehamilannya atau

makrosomia mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami distosia

bahu, peningkatan cedera lahir, insiden kelainan kongenital yang lebih

besar, dan dimasukkannya bayi ke dalam perawatan intensif neonatus,

11
serta peningkatan risiko kelebihan berat badan pada masa selanjutnya

(Sinclair, 2009)

Kenaikan berat badan selama kehamilan(p < 0,0001), tempat

tinggal ibu (desa/ kota) (p= 0,02), jenis kelamin bayi (p=0,011), kadar

hemoglobin selama awal kehamilan (p< 0,0001), penyakit yang sudah

ada sebelumnya (p= 0,019), pemeriksaan ANC (p= 0,016) dan episode

diare selama kehamilan (p= 0,034) signifikan berkaitan dengan berat lahir

bayi (Abubakari dkk, 2015). Sebagian besar bayi lahir gemuk atau

makrosomia berada di wilayah perkotaan serta berada pada keluarga

yang berpendapatan tinggi (p= 0,002; RP= 1,095; 95%CI= 1,053 –

1,302). Ibu yang mempunyai bayi makrosomia cenderung memiliki tingkat

pendidikan yang tergolong rendah (p= 0,000; RP= 0,608; 95%CI= 0,273

– 0,815) (Merita, 2015).

Faktor risiko makrosomia meliputi diabetes pada ibu, kehamilan

post-term, obesitas pada ibu, multiparitas, riwayat makrosomia, bayi laki-

laki, usia ibu yang tua, kenaikan berat badan yang tinggi selama

kehamilan, dan etnis (Sinclair, 2009). Sedangkan faktor lain yang dapat

mempengaruhi berat bayi lahir besar yaitu meliputi tingkat sosial ekonomi

ibu hamil dan kondisi lingkungan pedesaan atau perkotaan (Merita,

2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad beigi menunjukkan

bahwa diantara 160 ibu hamil yang berpartisipasi dalam penelitian

tersebut, 32 Ibu (20%) melahirkan bayi makrosomia dengan 2 kasus

12
kematian bayi makrosomia. Prediktor utama makrosomia berdasarkan

penelitian tersebut adalah diabetes gestasional, preeklampsia dan

riwayat kelahiran makrosomia.

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di

dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Menurut

WHO secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia

adalah sebesar 41, 8 %. Salah satu penyebab anemia pada kehamilan

yaitu paritas dan umur ibu.

Asuhan pelayanan kebidanan dalam mencegah komplikasi pada

masa kehamilan maupun persalinan dilakukan dengan pemeriksaan

darah yang dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada

trimester 1 dan trimester 3. Dari pengamatan yang dilakukan oleh

Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia

menderita anemia kekurangan gizi dan kebanyakan anemia yang diderita

oleh masyarakat salah satunya karena kehamilan dan persalinan dengan

jarak yang berdekatan, ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial

ekonomi yang rendah (Nurjanah dkk, 2012)

Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child"

(potensial membahayakan ibu dan anak). Dampak dari anemia pada

kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan pre¬maturitas, hambatan

tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat

mengakibatkan gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama,

13
dan terjadi partus terlantar, dan pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri

menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi puerperium,

dan pengeluarkan AS1 berkurang (Aryanti dkk, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti tertarik untuk melakukan

studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny”H” Pasca

Bersalin Dengan PEB, Makrosomia dan Anemia Sedang Diruang Nifas

RSUD Gerung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas rumusan masaah

dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah “Bagaimanakah Penatalaksanaan

“Asuhan Kebidanan Pada Ny”H” Pasca Bersalin Dengan PEB,

Makrosomia dan Anemia Sedang Diruang Nifas RSUD Gerung”?

C. Tujuan

14
1. Tujuan umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pasca

bersalin pada Ny “H” dengan Preeklamsia Berat, makrosomia dan

anemia sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada ibu nifas pasca bersalin atas

indikasi Preeklamsia berat, makrosomia dan anemia sedang di

ruang Nifas RSUD Gerung.

b. Melakukan data hasil pengkajian pada ibu nifas pasca bersalin

atas indikasi Preeklamsia berat, makrosomia dan anemia

sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

c. Melakukan diagnosa/masalah potensial pada ibu nifas pasca

bersalin atas indikasi Preeklamsia berat, makrosomia dan

anemia sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

d. Melakukan kebutuhan tindakan segera/kolaborasi ibu nifas

pasca bersalin atas indikasi Preeklamsia berat, makrosomia dan

anemia sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

e. Merumuskan rencana asuhan kebidanan yang tepat pada ibu

nifas pasca bersalin atas indikasi Preeklamsia berat,

makrosomia dan anemia sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

f. Mengimplementasikan asuhan kebidanan sesuai rencana

asuhan pada ibu nifas pasca bersalin atas indikasi Preeklamsia

15
berat, makrosomia dan anemia sedang di ruang Nifas RSUD

Gerung.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan kasus komprehensif ini dapat dijadikan sebagai

referensi bagi ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan

penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pasca bersalin pada

Ny“H” dengan Preeklamsia Berat, makrosomia dan anemia

sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lahan Praktek Laporan tugas akhir ini dapat dijadikan

gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan

manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek

mengenai penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pasca

bersalin pada Ny “x” dengan Preeklamsia Berat, makrosomia

dan anemia sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

b. Bagi Institusi Pendidikan Poltekes Kemenkes Mataram Sebagai

sarana belajar, bahan referensi dan untuk pengembangan bagi

mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan

melalui penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pasca

bersalin pada Ny“H” dengan PreEklamsia Berat , Makrosomia

dan anemia sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

c. Bagi Profesi kebidanan Menjadi informasi dalam upaya

16
meningkatkan pelayanan kebidanan pada ibu bersalin, terutama

dalam memberikan pengetahuan, pengawasan dan pelayanan

dengan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pasca

bersalin pada Ny “H” dengan Preeklamsia Berat, makrosomia

dan anemia sedang di ruang Nifas RSUD Gerung.

d. Bagi Ibu/Klien Dapat menambah informasi tentang ibu bersalin

dengan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pasca

bersalin pada Ny“H” d Preeklamsia Berat, makrosomia dan

anemia sedang di RSUD Gerung.

E. Keorisinalitas Penelitian

17
Beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini dapat dilihat

pada tabel di bawah ini

Tabel. 1.1 Keorisinalitas Penelitian

Aspek Peneliti I Peneliti II Peneliti III Penelitian


Natiqotul Shrywilon Tria Sekarang
Fatkhiyah Banunaek Ardiyanti
Judul Determinan Asuhan Asuhan Asuhan
Maternal Kebidanan Kebidanan Ibu kebidanan ibu
Kejadian Pada Multipara Nifas Patologi nifas pasca
Preeklampsia Post Sc Atas Pada Ny.T P2a0 bersalin pada
(Studi Kasus Indikasi Umur 37 Tahun Ny “H” umur 39
Di Kabupaten Preeklampsia Dengan Pre tahun dengan
Tegal, Jawa Berat Di Eklampsia Berat PreEklamsia
Tengah) Ruangan Di Rsud Dr. Berat,Makrosom
Flamboyan Moewardi ia dan anemia
Rsud Prof. Dr. Tahun 2014 sedang di
W. Z. ruang Nifas
Johannes RSUD Gerung
Kupang
Variabel Determinan Multipara, Post Nifas, Patologi, Nifas,
Maternal, Sc, PEB, PEB PEB,Makrosomi
PEB Ruang a dan anemia
Plamboyan sedang.
Jenis Obsevasional Penelitian Penelitian Metode
Penelitia deskriptif deskriptif Deskriptif
n
Analisi case control Soap SOAP SOAP

Data

Sampel Seorang ibu seorang Ny “T” Ny “H”


didiagnosis multipara
PEB dengan post
sc atas
indikasi

BAB II

18
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Kasus

1. Pre-Eklampsia Berat

a. Pengertian

Preeklamsia berat atau PEB adalah hipertensi yang terjadi

pada ibu hamil yang biasanya terjadi pada trimester akhir.

Preeklamsia merupakan suatu sindrom yang dijumpai pada ibu

dengan kehamilan diatas 20 minggu yang ditandai dengan

hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema

(bengkak).Eklamsia adalah pre-eklamsia yang di sertai dengan

gejala kejang-kejang umum yang terjadi pada saat hamil, waktu

partus, atau dalam tujuh hari post partum bPre-Eklampsia Bukan

karena epilepsi.

PEB dan eklamsia sangat rawan untuk dilakukan persalinan

pervaginam karena ibu dan baytinya berisiko tinnggin terjadinya

injuri. Pada umumnya, ibu hamil yang menderita PEB ataupun

eklamsia acap kali berakhir dengan persalinan resiko sesarea.

(Kosasih,2015).

Tanda dan Gejala

19
Menurut (Prawiroharjo, 2008) terdapat edema paru dan

sianosis Tekanan darah lebih lebih 160/110 mmHg pada usia

kehamilan lebih dari 20 minggu.

1) Tes celup urin menunjukkan proteinuria >2+ atau

pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil > 5 g/24

jam.

2) Atau disertai keterlibatan organ lain:

a) Trombositopenia (<100.000 sel/ uL), atau penurunan

trombosit dengan cepat. Hemolisis mikroangipati.

b) Peningkatan SOGT/ SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan

atas

c) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion.

3) Oliguria (< 500ml/24 jam), kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,

2 mg/dl.

4) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri

kepala, stokoma dan pandangan kabur.

5) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

(akibat teregangnya kapsula aglisson).

6) Oedema paru dan sianosis

7) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatosuler) : peningkatan

kadar alanin dan aspartate aminotransferase

8) Sindrom HELLP

a) Komplikasi menurut (Wiknjosastro, 2007)

20
1. Solusio plasenta Biasanya terjadi pada ibu yang

menderita hipertensi akut

2. Hipofibinogenemia sehingga dianjurkan pemeriksaan

fibrinogen secara berkala.

3. Hemolisis Ibu dengan preeklamsia berat biasanya

menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal dengan

ikhterus. Belum diketahui dengan pasti atau destruksi sel

darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering

ditemukan pada autopsy penderita eklamsia yang dapat

menerangkan ikhterus tersebut.

4. Perdarahan otak Yang menjadi penyebab utama

kematian maternal penderita eklamsia.

5. Kelainan mata Kehilangan mata untuk sementara, yang

berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan

kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan

tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

6. Edema paru Disebabkan karena payah jantung.

7. Nekrosis hati Nekrosis periportal hati merupakan akibat

vasospasmus arterior umum. Kerusakan sel-sel hati

dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama

penentuan enzim-enzimnya.

8. Sindrom HELLP yaitu hemolisis, elevated Liverenzymes

dan low plateled. (PreEklamsia – eklamsia disertai

21
timbulnya hemolisis, peningkatan enzym hepar, disfungsi

hepar, dan trombositopenia.

9. Kelainan ginjal Kelainan ini berupa endoteliosis

glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel

endothelial tubulus ginjal tanpa membedakan dari

hipertensi esentialis kadang-kadang sulit, tapi gejala

yang menunjukkan ke hipertensi esentialis :

a) Tekanan darah diatas 200 mmHg

b) Pembesaran jantung

c) Multiparitas terutama kalau pasien diatas 30 tahun.

d) Pernah menderita toxemia pada kehamilan yang lalu.

e) Tidak ada oedema dan proteinuria

f) Perdarahan dalam retina.

b. Patofisiologi PEB

Perubahan pokok pada preeklampsia adalah spasmus

pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Dengan

biopsi ginjal, menemukan spasmus yang hebat pada arteriola

glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya

sehingga hanya dilalui oleh satu sel darah merah.

Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga ditemukan di

seluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang

meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan

tahanan perifer,agaroksigenisasi jaringan dapat dicukupi, kenaikan

22
berat badan dan oedema disebabkan penimbunan cairan yang

berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya. Telah

diketahui bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang

rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan

normal.

Kasus patofisiologi pada masa nifas muncul disebapkan karena

1) Memiliki riwayat atau masalah kesehatan Kesehatan tekanan

darah tinggi

2) Memiliki riwayat pre eklamsia berat pada kehamilan

sebelumnya

3) Hamil pada usia di atas 35 tahun

4) Obesitas

5) Jarak kehamilan sangat jauh (10 tahun atau lebih dari

kehamilan sebelumnya

6) Faktor genetic, diet makan atau nutrisi, serta gangguan

pembuluh darah.

Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan

mengatur retensi air dan natrium. Pada preeclampsia permeabilitas

pembuluh darah terhadap protein meningkat (Wiknjosastro, 2007).

Adapun contoh kasus memiliki riwayat atau masalah kesehatan

Kesehatan tekanan darah tinggi. Darah tinggi atau hipertensi adalah

timbulnya tekanan darah 140/90 mmhg tidak disertai dengan protein

uria atau oedema pada umur kehamilan sebelum 20 minggu atau

23
lebih dan atau pada masa nifas. Hipertensi yang terjadi pada masa

nifas mencakup hipertensi gestasional (karena kehamilan), hipertensi

kronik meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20

minggu dan hipertansi yang terjadi secara akut pada waktu nifas

(Saepuddin, 2010).

Hipertensi pada masa nifas terjadi sebnyak 5-10% dari kasus

patalogis ibu nifas lainnya. Kondisi stress dapat menyebabkan

peningkatan tekanan darah karena saat seorang dalam kondisi stress

akan terjadi pengeluaran bebrapa hormon yang akan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah, pelepasan renin, dan pengeluaran

cairan lambung yang berlebihan. Kondisi stress yang terus menerus

dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Menurut Kowalak

(2011) pada hipertesi nifas terjadi penurunan aliran darah dan prufusi

uterus.

c. Syarat sebelum dilakukan tindakan pada PEB

Menurut Wiknjosastro (2006), penanganan kasus pre eklampsia

berat pasca persalinan, yaitu :

1) Jelasnya pada ibu tentang kondisinya.

2) Beri KIE tentang tanda-tandabahaya pre eklampsia.

3) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

4) Pantau tekanan darah, protein urin.

5) Anjurkan pada ibu untuk banyak istirahat.

6) Anjukan pada ibu untuk diet rendah garam.

24
7) Keseimbangan cairan dan pengganti elektrolit untuk memperbaiki

hipovolemik, mencegah kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan

serum harian.

8) Pemberian sedativa untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.

9) Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpOG.

10)Melakukan rujukan kerumah sakit yang lebih tinggi.

d. Faktor resiko PEB

1. Kejang

2. edema paru

3. gagal ginjal

4. stroke

e. Penatalasanaan

Penatalaksanaan yang diberikan dirumah sakit pada pasien

PEB yaitu memberikan infus RL drip MgSO4 40% 28 tpm 24 jam

masa nifas, pemberian obat nifedipine 10 mg, tablet SF 300 mg,

Asam mefenamat 500 mg, dopamet 250 mg, pemantau TTV, tinggi

fundus uterus, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan.

Menurut Sarwono (2014) perawatan dan pengobatan

preeeklamsia berat dan eklamsia mencakup pencengahan kejang,

pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan sufortif

terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk

persalinan.

25
Monitoring selama di rumah sakit pemeriksaan sangat teliti

diikuti selama observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa :

nyeri kepala, ganguan vesus,nyeri epigastrium,dan kenaikan cepat

berat badan. Selama itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan,

pengukuran protein urine, pengukutran tekanan darah, pemeriksaan

laboratorium, dan pemeriksaan USG.

Manajemen umum perawatan preeklamsia berat sama dengan

perawatan preeklasia ringan, di bagi menjadi dua : sikap terhadap

penyakitnya, yaitu pemberian obat-obatan atau terapi medisinalis

dan sikap terhadap kehamilanya ialah: aktif: menejemen agresif,

kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan

hemodinamika sudah stabil.

Berikut adalah tindakan atau penanganan dalam memberik

terapi obat-obatan pada pasien yang mengalami preeklamsia berat

mulai dari kehamilan, persalinan, dan nifas :

1. Kehamilan

Dengan pemberian asfirin dosis rendah yaitu pemberin anti

trombotik berupa asfirin dosis rendah dapat menurunkan terjadi

preeklamsia dan pertumbuhan janin terlambat. Dosis yang

diberikan berkoisar antara 50 mg – 150 mg per hari/hari

2. Persalinan

a) Pada preeklamsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24

jam, sedangkan pada eklamsia dalam 12 jam sejak gejala

26
eklamsia timbul

b) Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi

dalam 12 jam pada eklamsia lakukan SC

c) Jika SC akan dilakukan, perhatikan bahwa : tidak terdapat

kuagulolopati-anatesia yang aman / terpilih adalah anatesi

umum, jangan lakukan anatesi lokal, sedangkan anatesi

spinal berhubungan dengan resiko hipotensi

d) Jika anastesi umum tidak tersedia, atau janin mati aterm

terlalu kecil, lakuka persalinan pervaginam. Jika servik

matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500

ml dekstrose 10 tetes / menit atau dengan prostaglandin.

Cara pemberian dosis awal mgs 04 pada pasien

PEB atau eklamsia yaitu :

a) 4 grmgs o4 (10 cc mgs04 40% + 10 cc aquades atau

20 cc mg04 20 cc) diberikan secara IV secara

perlahan selama 5-10 menit.

b) Atau jika akses intrapena sulit, berikan 5 grmgso4 40

% (12,5 cc mgso4 40 %) IM dibokong kanan dan kiri

Cara pemberian dosis pemeliharaan mgs 04 :

a) Mgrmgs 04 40 % (15 cc mgs04 40 %) dan larutkan

dalam 500 cc larutan linggerlaktat / linger asetat lalu

berikan melalui infus 28 tetes per menit selama 6 jam

( 1gr/jam)

27
b) Diberika hingga 24 jam setelah persalinan atau

setelah kejang terakhir pada eklamsia.

Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :

a) Kesadaran

b) Tekana darah, nadi.

c) Ferekwensi nafas > 16 kali permenit jumlah urin

setiap 2 jam

Pemberian obat anti hipertensi :

a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberika 5

mlgram IV pelan-pelan sampai 5 menit sampai

tekana darah turun

b) Jika perlu pemberian hidralazim dapat diulang

setiap jam, atau 12,5 mg secara IM setiap 2 jam

c) Jia hidralazim tidak tersedia, dapat diberikan

nivedifine 5 mg sublingual, jika respon tidak baik

setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg

sublingual – labetolol 10 mg IV, yang jiak

respon tidak baik setelah 10 menit diberikan lagi

labetolol 20 mg IV.

28
f. Standar Oprasional Prosedur PEB

PRE EKLAMSIA BERAT

RSUD
PATUT PATUH PATJU No. Dokumen No. Revisi Halaman
LOMBOK BARAT 077/BYN/IV 01 ¼
RSUD/2018
Ditetapkan
STANDAR PROSEDUR Tanggal Direktur
OPERASIONAL Ditetapkan
26/04/2018
ARBAIN ISHAK
Timbulnya hipertensi lebih ≥160/110 mmHg disertai protein nuria ˃5
Pengertian Gram/24 Jam atau kualitatif dana atau edema pada ibu nifas pasca
bersalin.
Tujuan Mencegah terjadinya hipertensi (pada ibu dan anak) dan kejang.
Peraturan direktur rumah sakit daerah patut patuh patju, Gerung
Kebijakan Kabupaten Lombok Barat Nomor : 19/PER/BYN/RSUD/IX 2017 tentang
revisi kebijakan pelayanan obstetric neonatal emergency komphrehensif

Prosedur Gejala Klinis


Bila didapatkan hipertensi pada ibu nipas pasca bersalin dengan suhu
atau lebih gejala dibawah ini :
1. Tekanan darah sistolik lebih ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih ≥110 mmHg tekanan tidak menurun pada ibu
nifas maka harus dirawat dan menjalani tirah baring
2. Protein Urin: lebih lima Gram atau 24 jam kualitatif.
3. Jumlah produksi urine lebih ≥500 cc/24 jam disertai kenaikan
kreatinin darah
4. Gangguan visus mata berkunang-kunang.
5. Gangguan selebral kepala pusing
6. Nyeri epigestrium atau nyeri pada perut dan jallan lahir
7. Edema paru dan sianosis
8. Terjadinya perdarahan
A. Perawatan konservatif
1. bila ibu mengalmi peningkatan tensi ,tanpa adaya keluhan
subyektif denga keadaan ibu baik
2. Pengobatan di lakukan di ruang nifas /ruang isolasi
a) tirah baring dengan miring ke satu sisi (kiri)
b) pasang kateter tetap
c) pemberian obat anti kejang Megnasium sulfat (Mgso4)
1. Dosis awal 15 Mg Mgso4 (40%) 6 g dalam larutan liger
laktat / ringer asetat selama 6 jam
2. Maintenance dose (dosis pemelihraan) Mgso4 40% 1
gr/jam melalui impuse ringer laktat / ringer asetat
diberikan selam 24 jam pospartum

29
3. Syarat – syarat pemberian Mgso4
a) Harus tersedia antidotum Mgso4 yaitu calcium
glukonas 10% ( 1gr dalam 10 cc) diberikan
secara IV pelan (3 menit).
b) Reflkes patela (+)
c) Frekuensi pernafasan >16x/menit
d) Produksi urin lebih >100 cc dalam 4 jam
sebelumnya.
d) Pemberia anti hipertensi (bila tekanan darah diastolic ≥110
Mmhg)
e) Pemeriksaan laboraturium
1. Hb, trombosit, hemtocrit, asam urat
2. Urine lengkap dan produki urine 24 jam
3. Pungsi hati
4. Pungsi ginjal
f) Konsultasi SMF penyakit dalam, SMF mata, SMF jantung,
DLL.
3. Pengobatan dan evaluasi selama rawat inap diruang nifas
a. Tirah baring
b. Medikamentosa nifedipine 3x10 mg (po)
c. Pemeriksaan laboraturium
1. Hb, trobosit, hematocrit, asam urat
2. Urine lengkap dan produksi urine 24 jam
3. Pungsi hati
4. Pungsi ginjal
d. Diet biasa
e. Dilakukan penilaian kesehjatraan ibu
4. Prawatan konservatif dianggap gagal bila :
a. Adanya tanda-tanda “impending eklamsia” (keluhan
subyektif)
b. Penilaian kesehjatraan ibu
c. Kenaikan tekanan darah progresif
d. Adanya kelainan pungsi ginjal
5. Prawatan konservatif diaanggap berhasil bila penederita sudah
mencapai perbaikan dengan tanda-tanda prieklamisia ringan
dan dilanjutkan sekurang-kurangnya selam 3 hari kemudian
penderita boleh pulang.
6. Bila perwatan konservatif gagal dilakukan terminasi.
B. Prawatan aktif
1. Indikasi
a. Penilaian kesejahtaan ibu
b. Adanya keluhan subyekif
c. Prawatan konservatif gagal
d. Prawataan selam 24 jam, tekanan darah tetap ≥160/110
mmHg
2. Pengobatan medikamentosa
a. Tirah baring miring ke 1 sisi (kiri)
b. Pemberian obat anti kejang ”magnesium sulfat (Mgso4)
1. Dosis awal
 Mgso4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
 Dilanjutkan dengan 15 ml Mgso4 (40%) 6 g
dalam larutan ringer laktat/ringer asetat yang
diberikan sampai 24 jam pospartum.
 Syarat-syarat pemberian mgso4 :
1. Harus tersedia antidotum Mgso4 yaitu
calcium glukonas 10% (1 gr dalam 10 cc)
diberikan IV pelan (3 menit)
2. Reflex patella (+)
3. Frekuensi pernafasan >16x/menit produksi

30
urine >100 cc dalam 4 jam sebelumnya.
c. Pemberin anti hipertnesi (bila tekanan diatolic ≥110 mmHg.
C. Teori menejemen asuhan kebidanan
1. Standar asuhan kebidanan
Menejemen aasuahan kebidanan mengacu pada
KEPEMENKES NO. 938/MENKES SK VIII 2007 tentang
standar asuhan kebidan yang melingukupi :
a. STANDAR I : pengkjian (rumusan format pengkajian)
b. STANDAR II : perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan
c. STANDAR III : perencanaan
d. STANDAR IV : implementasi
e. STANDAR V : evaluasi
f. STANDAR VI : pencatatan asuhan kebidanan
2. Menejemen asuhan kebidanan
Menejemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin langsung
dibuat berdasarkan tinjaun teori tentang asuhan pada ibu nifas
dengan prieklamsia berat.
Helen parne mengungkapkan alur berfikir bidan pada saat
menghadpi klien meliputi 7 langkah.

2. Makrosomia

a. Definisi Makrosomia

Makrosomia adalah bayi yang besar sehingga dapat

menimbulkan kesulitan saat persalinan bahu. berat bayi lebih dari

persentil ke 90 dianggap bayi makrosomia. Perhitungan berat bayi

absolut di atas 4.000 gram, khususnya untuk orang Indonesia

sudah dianggap bayi dengan makrosomia (Manuaba, 2007).

Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4.000 gram dan

jarang melebihi 5.000 gram. Dinamakan bayi besar adalah bila

berat badannya lebih dari 4.000 gram. Frekuensi berat badan lahir

lebih dari 4.000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4.500 gram

adalah 0,4%. Janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan

diabetes mellitus, pada postmaturitas, dan pada grande multipara

(Prawirohardjo, 2006).

31
b. Diagnosis Makrosomia

Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit.

Terkadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak

adanya kemajuan persalinan pada panggul yang normal dan

kuat. Pemeriksaan yang teliti tentang adanya disproporsi

sefalopelvik dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan besarnya

kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara teliti dengan

menggunakan alat ultrasonografi (Prawirohardjo, 2014).

Pertumbuhan janin yang bersifat makrosomik dari wanita hamil

dapat diidentifikasi menggunakan ultrasonografi setelah

kehamilan 30 minggu dengan melihat lemak tambahan yang

tersimpan di area abdomen dan interskapula (Sinclair, 2010).

c. Patofisiologi Makrosomia

Makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat

badan lebih dari 4000 gr. Dari berbagai penelitian didapatkan

informasi bahwa hiperinsulinisme dan peningkatan penggunaan

zat makanan dapat mengakibatkan peningkatan ukuran badan

janin. Hipotesis Perdersen menyebutkan bahwa hiperglikemia

maternal dapat merangsang hiperglikemia dan hiperinsulinisme

32
janin,sehingga menyebabkan terjadinya makrosomia

(Prawirohardjo, 2012)

d. Faktor – faktor Risiko Makrosomia

Belakangan ini diketahui bahwa makrosomia sering

dikaitkan dengan riwayat diabetes melitus (baik sebelum

kehamilan atau saat kehamilan) dan obesitas pada Ibu. Dua

faktor tersebut merupakan faktor yang paling penting untuk

mengetahui perkembangan janin makrosomia (Alberico, 2014).

Faktor risiko lain yang mempengaruhi sebuah bayi terlahir besar

diantaranya adalah usia Ibu, kenaikan berat badan ketika hamil,

multiparitas, lama kehamilan, janin lakilaki, riwayat melahirkan

bayi makrosomia, ras, dan etnis (Trisnasiwi dkk, 2012).

e. Penatalaksanaan

Makrosomia Menurut Resnik (2003) penatalaksanaan

yang dapat dilakukan pada Ibu yang mengandung janin

makrosomia adalah sebagai berikut:

1. Untuk persalinan, rujuk Ibu ke fasilitas kesehatan yang dapat

melakukan cesarean section.

2. Persalinan normal dapat dilakukan untuk taksiran berat janin

hingga 5000 gram pada Ibu tanpa diabetes.

3. Cesarean dipertimbangkan untuk taksiran berat janin >5000

gram pada Ibu tanpa diabetes dan >4500 gram pada Ibu

dengan diabetes.

33
4. Cesarean menjadi indikasi bila taksiran berat janin >4500

gram dan terjadi perpanjangan kala II persalinan atau

terhentinya penurunan janin di kala II persalinan

f. Sop Makrosomia

MAKROSOMIA

SOP

No. Dokumentasi
Nomor Revisi :
Tangal Terbit
Halaman : ½
Kepala RSUD Gerung

RSUD PATUT
PATUH PATJU
LOMBOK
BARAT Arbain Ishak
Pengertian Makrosomia atau bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari
400gr. Menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan
distosia kalau beratnya melebihi 4.500 grm. Kesukaran yang
ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau
bahu. Karena regangan dinding Rahim oleh anak yang sangat besar
dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum
lebih besar.
Tujuan Untuk mendeteksi secara dini adanya penyulit pada persalinan
sehingga dapat melakukan asuhan Kebidanan yang tepat dan dapat
menekan angka mordibitas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
Kebijakan -

Referensi -

Alat dan Bahan -

Prosedur 1. Menjaga kehangatan


2. Membersihkan jalan nafas
3. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
4. Melakukan inisiasi menyusui dini
5. Membersihkan badan bayi dengan kapas babi oil atau minyak
6. Memberikan obat mata
7. Memberikan injeksi Vitamin K
8. Membungkus bayi dengan kain hangat
9. Mengkaji keadaan kesehatan pada bayi makrosomia dengan
mengobservasi keadaan umum dan vital SIGN serta memeriksa
kadar glukosa darah sewaktu pada umur 3 jam
10. Memantau tanda gejala komplikasi yang mungkin terjadi
11. Memberikan terapi sesusai komplikasi

34
Unit Terkait 1.loket
2.Puskesmas
3.KIA

3. Tinjauan Tentang Anemia Sedang

a. Definisi Anemia Sedang.

Menurut manuaba (2007), anemia sedang adalah dimana

kadar hemoglobin berkisar antara 7-8 gr %. Anemia sedang

adalah apabila kadar darah yang di hasilkan oleh pemeriksaan

Hb sahli sebesar 7-8 gr% (Anon, 2011).

b. Tanda Dan Gejala Anemia Sedang

Menurut manuaba (2007), pada anemia akan di dapatkan

keluhan sebagai berikut:

1. Cepat lelah

2. Sering pusing

3. Mata berkunang-kunang

4. Badan lemas .

c. Patofisiologi Anemia Sedang

Menurut wira kusuma (2002), adalah :

Sebelum terjadi anemia, biasanya terjadi kekurangan zat besi

secara perlahan-Lahan. Tahap- tahap defisiensi besi sebagai

berikut :

1. Berkurangnya cadangan zat besi

2. Turunnya zat besi untuk system pembentukan sel-sel

35
darah merah

3. Anemia gizi besi

Pada tahap awal, simpanan zat- zat besi yang berbentuk

ferritin dan hemosiderin menurun dan absorbsi besi meningkat.

Daya ikat besi dalam plasma, selanjutnya besi yang tersedia

untuk sistem erittropoisis di dalam sum-sum tulang berkurang.

Terjadilah penuruinan jumlah sel darah merah dalm jaringan,

pada tahap akhir hemoglobin menurun dan eritrosit mengecil,

maka terjadilah anemia.

d. Faktor Resiko Anemia Sedang

1. Dapat terjadi zubinvolusio uteri yang menyebabkan

pendarahan pos partum

2. Memudahkan infeksi puerverium terjadi dekompensasio

cordis yang mendadadak setelah persalinan

3. Pengeluaran asi berkurang

4. Mudah terjadi infeksi payudara

e. Penetalaksaan Anemia Sedang

Menurut Manuaba (2002). Penata laksaan anemia sedanmg

antara lain :

1. Meningkatkan gizi penderita

36
Paktor utama penyebab anemia anemia ini adalah, faktor

gizi, terutama protein zat besi, sehingga pemberian asupan

zat besi sangat perlukan oleh ibu nifas yang mengalami

anemia sedang.

2. Memberi suplemen zat besi

a. Peroral

Pengobatan dapat di mulai dengan priparat besi per

osgram besi sebanyak 600-1000 mg seharu seperti sulpas

perrosus atau gluponas perosus. Hb dapat di naikkan

10g/100ml atau lebih. Vitamin c mempunyai khasiat

mengubah ion perri menjadi perro yang lebih mudah di

serap oleh selaput usus.

b. Parental

Di berikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi

peroral, ada gangguan absobsi, penyakit saluran

pencernaan. Besi parental di berikan dalam bentuk perri

secara intramuscular/intrapena. di berikan perum desktran

seratus dosisi total 1000/2000 mg intrapena.

c. Transpusi darah

Transpusi darah sebagai pengobatan anemia sedanga

dalam masa nifas sangat jarang di berikan walaupun Hb-

nya kurang dari 6g/100ml, apabila tidak terjadi perdarahan

37
f. SOP Anemia Sedang

ANEMIA SEDANG
SOP
No. Dokumentasi
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman
RSUD PATUT PATUH Kepala Ruangan Nifas
PATJU LPMBOK
BARAT Masayu Diah K,SST,M.
Tr. Keb

1. Pengertian Anemia sedang adalah di mana kadar hemoglobin dalam tubuh antara 7-9gr%
anemia sedang dalam nifas adalah dimana ibu nifas dengan keadaan kadar
hemoglobin antara 7-9gr%
2. Tujuan Sebagai acuan dalam pnanganan ibu dengan anemia sedang
3. Kebijakan Surat keputusan kepala ruangan tahun 2018
Tentang standar pelayanan klinis Kebidanan
4. Refrensi Buku pelayana Kebidanan
5. Prosedur 1. Melakukan anamnesa kepada pasien
a. Petugas memberikan salam pada pasien
b. Menanyakan keluhan yang dialami ibu nifas sekarang ini,
apakah cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,
malaise, nafsu makan turun (anoreksia), nafas pendek, dll.
2. Melakukan pemeriksaan fisik: lakukan pemeriksaan keadaan umum ibu
(tensi, nadi, tespiratori, dan suhu). Lakukan insfeksi, warna konjung tipa
dan bibir pasien.
3. Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui kadar hemoglobin pada ibu nifas. Jika hasil hemoglobin
menunjukkan 7-9gr% maka ibu mengalami anemia sedang.
4. Penatalaksanaan:
1) .memberitahukan penjelasan kepada ibu tentang hasil
pemriksaan bahwa ibu memgalami anemia sedang.
2) Petugas memberikan konsling tentang bahaya anemia sedang
pada ibu hamil, persalinan dan nifas seperti abortus, premature,
perdarahan posprtum yang mengakibatkan kematian.
3) Petugas memberikan obat-obatan:
 Infus RL
 Tablet tambah darah
 Amoxcillin
 Pracetamol
 Transpusidarah
4) Petugas memberikan penkes tentang banyak mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi:
 Lauk seperti daging, hati, kuning telur
 Sayur berwarna hijau seperti bayam, kangkung dll
 Buah seperti, kurma, salak, jambu merah
 Minum seperti susu ibu hamil.
5) Petugas melakukan pencatatan
6. Unit terkait UGD
R.rawat inap
Laboratorium
7. Dokumen terkait Informant consent
Register
Rekam medis

38
4. Tinjauan Tentang Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Prawirohardjo, 2009). Masa nifas adalah (puerperium) adalah

masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai alat-alat

kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-

8 minggu (Mochtar, Rustam 2015).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah

partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu

(Prawirohardjo, 2010). Masa nifas adalah masa sesudah

persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang

diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha,

2013).

b. Tanda Dan Gejala Masa Nifas

1. Vagina bengkak atau bernanah

2. Infeksi pada luka bekas oprasi

3. Keluar nanah dari lubang vagina

4. Perdarahan yang berlebihan

5. Sering merasa haus tapi buang air kecil sangat sedikit

6. Mual, muntah, dan napsu makan hilang

39
7. Tekanan darah tinggi atau (preeklamsia)

8. Sakit kepala hebat atau migrain

9. Sesak nafas sebagai tanda bahay nifas

10. Payudara bengkak

11. Baby blus

c. Fatopisiologi Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk

menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh

ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain

(Anggraeni, 2010) :

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada

kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui

dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba

dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).

b) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang

berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau

tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea

mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya

40
proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis

berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

1) Lokhea rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari

ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna

merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut

bayi), dan mekonium.

2) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan

berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari

ke-7 post partum.

3) Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau

laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari

ke- 14.

4) Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lender serviks, dan serabut jaringan

yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama

2-6 minggu post partum.

41
Lokhea yang menetap pada awal periode post

partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan

sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya

sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa

yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis,

terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan

demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah

berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”.

Pengeluaran lokhea yang tidak lancer disebut “lokhea

statis”.

c) Perubahan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol.

d) Perubahan Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang

bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium

42
sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,

sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum

hamil.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,

kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas

tubuh.

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan

sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab

dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema

leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan)

antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan

berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan

air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan

tersebut disebut “diuresis”.

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh

darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-

43
ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada

waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan

pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8

minggu setelah persalinan.

5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah

bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi

kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi

dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti

sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga

sampai kelima postpartum.

6. Perubahan Tanda-tanda Vital

Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara

lain :

a) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik

sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila

dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.

Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena

ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak

turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.

44
b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per

menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan

lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus

waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan

post partum.

c) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan

tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan

karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat

post partum menandakan terjadinya preeklampsi post

partum.

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak

normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila

pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.

d. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Puerperium dini (immediate postpartum periode) Masa

segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang

dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-

45
jalan. Masa ini sering terdapat banyak masalah misalnya

perdarahan karena atonia uteri oleh karena itu bidan dengan

teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.

2. Puerperium intermedial (early post partum periode) Masa 24

jam setelah melahirkan sampai 7 hari (1 minggu). Periode ini

bidan memastikan supaya involusio uterus berjalan normal,

tidak ada perdarahan abnormal dan lokhia tidak terlalu busuk,

ibu tidak demam, ibu mendapat cukup makanan dan cairan,

menyusui dengan baik, melakukan perawatan ibu dan

bayinya sehari-hari.

3. Remote puerperium (late post partum periode) Masa 1

minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini

bidan tetap melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-

hari serta memberikan konseling KB.

e. Tahapan Masa Nifas

Dalam masa nifas terdapat 3 priopde yaitu :

1. Periodeimmediate postpartum atau puerperium dini adalah

masa segera setelah plesnta lahir samapi dengan 24 jam.

Pada masa ini sering terdapat masalah, oleh karena itu, bidan

harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi

uterus, pengeluiaran lochea, tekanan darah dan suhu.

2. Periode intermedial atau early postpartum (24 jam-1 minggu)

46
Puerpurium intermedia adalah kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia eksterna dan internal yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerpurium atau periodelate postpartum (1-5 minggu)

Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konsling KB. (Kurnia, 2014)

f. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Kunjungan masa nifas untuk memberikan asuhan dilakukan

paling sedikit 4 kali kunjungan, dengan tujuan

1. Kunjungan 1 (6-8 jam masa nifas)

a) Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konsling kepada ibu atau salah satu anggota

keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena Antonia uteri

d) Memberi ASI pada masa awal menjadi ibu

e) Mengakarkan cara mempererat hubungan ibu dengan bayi

baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia.

g) Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus

menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam

47
keadaan stabil.

2. Kunjungan 2 (6 hari masa nifas)

a) Memastikan involusio uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, undus di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal dan tidak bau

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, hipertesi,

dan kelaina pasca persalinan.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konsling kepda ibu mengenai asuhan pada

bayi, cara merawat talui pusat, dan bagaimana menjaga

bayi agar tetap hangat.

3. Kunjungan 3 (2 minggu masa nifas)

a) Memastikan involusio uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, undus di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal dan tidak bau

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, hipertesi,

dan kelaina pasca persalinan.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

48
tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konsling kepda ibu mengenai asuhan pada

bayi, cara merawat talui pusat, dan bagaimana menjaga

bayi agar tetap hangat.

4. Kunjungan 4 (6 minggu masa nifas)

a) Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang

di alaminya.

b) Memberikan konsling untik memberikan KB secara dini

(Sukma et al., 2017)

Menurut Saleha (2013) peran bidan pada masa nifas

adalah sebagai berikut :

1. Memberikan dukungan yang terus-menerus selama masa

nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar

mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama

persalinan dan nifas.

2. Sebagai promoter hubungan yang erat antara ibu dan bayi

secara fisik dan psikologis

3. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara

meningkatkan rasa nyaman.

g. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas ini,

antara lain sebagai:

49
1. Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam

menghadapi saat-saat kritis masa nifas.

2. Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan

terhadap ibu dan keluarga.

3. Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan

perawatan, penentuan, penanganan masalah, rujukan dan

deteksi dini komplikasi masa nifas.

h. Perawatan dan Pengobatan

Tingkat permulaannya PreEklamsia tidak memberikan

gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri maka

diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum

care.Pasien hamil hendaknya diperiksa sekali dua minggu

setelah bulan keenam dan sekali seminggu pada bulan

terakhir.Pada pemeriksaan ini secara rutin harus ditentukan

tekanan darah, tambah berat dan ada atau tidaknya

proteinuria.Terutama pada penderita yang mempunyai faktor

predisposisi terhadap preeklamsia kita harus waspadai

(Prawiroharjo, 2008).

Pasien juga harus mengetahui tanda-tanda bahaya ialah

sakit kepala, gangguan penglihatan dan bengkak pada tangan

atau muka.Jika salah satu dari masalah ini timbul, ia harus

segera memeriksakan diri, jangan menunggu pemeriksaan rutin.

(Prawirohardjo,2008). Usaha pencegahan preeklamsia yang

50
terpenting adalah pembatasan pemakaian garam dan

mengusahakan pembatasan penambahan berat pada gravida.

Pembatasan pemakaian garam baiknya dianjurkan pada

semua wanita triwulan yang terakhir dari kehamilan, lebih-lebih

pasien pada pasien dengan faktor predisposisi diatas

(Prawirohardjo, 2008). Ditinjau dari umur kehamilan dan

perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama

perawatan maka perawatan dibagi menjadi:

1) Perawatan aktif atau kehamilan segera akhiri atau

diterminasi ditambah pengobatan medicinal. Perawatan

aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap

penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment

pemeriksaan Non Stress Test (NST) dan Ultra Sono Grafift

(USG), dengan indikasi ( salah satu atau lebih) yakni:

2) ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih : adanya tanda-

tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi

konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi

kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan

medicinal, ada gejala-gejala atattus quq( tidak ada

perbaikan)

1) janin: hasil fetal assesment jelek ( NST & USG) : adanya

tandatanda IUGR.

2) Hasil laboratorium: adanya “HELLP Sydrome” (hemolisis dan

51
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).

Tujuan pengobatan preeklamsia ialah :

1) Mencegah terjadinya preeklamsia

2) Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar

3) Mencegah terjadinya gangguan fungsi organ vital

4) Persalinan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya dan

jangan sampai menyebabkan penyakit pada kehamilan dan

persalinan berikutnya.

5) Mencegah hipertensi yang menetap.

6) Mencegah terjadinya perdarahan intra cranial.

Pada dasarnya penanganan berat terdiri atas pengobatan medik

dan penanganan obstetrik.Penanganan obstetrik ditujukan untuk

melahirkan bayi pada saat optimal, yaitu sebelum janin mati dalam

kandungan.Akan tetapi sudah cukup matur untuk bayi hidup diluar

uterus.Waktu optimal tidak selalu dapat dicapai pada penanganan

preeklamsia, terutama bila janin masih sangat prematur.

Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat

menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur. Penanganan

preeklamsia dapat dilakukan dengan cara :

a. Dirawat dirumah sakit (rawat inap)

1) Banyak istirahat (berbaring/ tidur miring) yakni 1- 2 jam

pada siang hari dan 7-8 jam pada malam hari

2) Diet makanan yaitu cukup protein, rendah karbohidrat,

52
lemak dan garam.

3) Kalau tidak bisa istirahat berikan sedative ringan yaitu tablet

phenobabital 3x2 m/ oral atau tablet diazepam 3x2 mg/oral

selama 7 hari.

4) Roborantia

5) Kunjungan ulang setia 1 minggu

b. Perawatan obstetrik ( terutama sikap terhadap kehamilan)

1) Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila desakan darah

mencapai normotensif, selama perawatan, persalinannya

ditunggu sampai aterm.

2) Pada kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu

sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk

melakukan induksi persalinan pada “tafsiran tanggal

persalinan”.

3) Bila pasien sudah inpartu, perjalanan persalinan diikuti

dengan grafik friedman data partograf WHO.

4) Cara persalinan, persalinan dapat dilakukan secara

spontan, bila perlu memperpendek kala II.

c. Pengobatan medicinal Menurut Prawirohardjo,2008 pengobatan

medicinal pasien preeklamsia berat yaitu :

1) Segera masuk rumah sakit

2) Tidur miring k satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30

menit, reflek patella setiap jam.

53
3) Infuse dextrose 5% dimana setiap satu liter diselingi dengan

infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.

4) Antasida

5) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

6) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat

7) Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda

edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka.

Diberikan injeksi 40 mg/jam.

8) Antihipertensi diberikan bila :

a) Desakan darah systolik lebih lebih 180 mmHg.

Dyastolik lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.

Sasaran pengobatan adalah tekanan dyastolik kurang

105 mmHg. (Bukan kurang 90 mmHg) karena akan

menurunkan perfusi plasenta.

b) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi

pada umumnya.

c) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya,

dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral

(tetesan kotinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa

dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press

disesuaikan dengan tekanan darah.

d) Bila tidak tersedia antihipertensi parental dapat

diberikan tablet antihipertensi secara sublingual

54
diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama

dengan awal pemberian secara oral.

9) Kardiotonika Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus

payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan

cedilannid D.

10)Lain-lain

a) Konsul bagian dalam jantung, mata.

b) Obat-obat antipiretik berikan bila suhu rektal lebih 38,5cc

dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau

alkohol atau xylomidin 2cc im.

c) Antibiotic diberikan atas indikasi (4) diberikan ampicillin 1

gr/6 jam/IV/hari d) Anti nyeri bila penderita kesakitan atau

gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin

HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam

sebelum janin lahir. Pemberian Magnesium Sulfat

Pemberian MgSo4:

i. Tujuh langkah varney

1.Langkah pertama

Pengumpulan data dasar

Pada buku langkah ini dilakukan pengkajian dengan


pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan, klien secara lengkap seperti, riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhanya,
data subyektif yaitu data yang didapatkan dari ibu seperti ibu

55
mengeluh merasakan puising,nyeri uluh hati dan kaki bengkak
pada ibu, dan ibu mengatakan sudah merasa kencang tapi
belum sering dan ibu adalah pasien dari voli, kesehatan, ibu
awalnya hanya periksa dan hasil USG air ketuban ibu
sedikit.merasa cepat lelah, aagak pucat, pusing setelah
bangun tidur atau duduk. Data obyektif yaitu merupakan data
dari hasil pemeriksaan yang di lakukan
Tanda-Tanda vital meliputi:

a. Tekanan darah untuk mengetahui paktor resikiko preeklamsia

berat dengan tekanan darah tinggi 160/100 mmHg

b. Suhu untuk mengetahui ada penigkatan suhu atau tidak ,tapi

suhu ibu dalam batas normal yaitu 36,5 -37,6 ºc

c. Nadi untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung

dalam 1 menit dan nadi ibu normal 80x/m

d. Respirasi untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang di

hitung dalam 1 menit dan respirasi ibu normal 20x/m

e. Tinggi badan untuk mengetahui tinggi badan klien yaitu 160 cm

f. LILA untuk mengetahui lingkar lengan atas klien normal/dan

lingkarnya normal yaitu 27 cm.

g. Data obyektif pemeriksaan bahwa hasil USG air ketuban

sedikit,usia kehamilan 39 minggu ,DJJ 128X m ireguler dan

dalam proses persalinanibu dilakukan amniotomi dan hasil

ketuban juga sedikit dan pada palpasi tinggi fundus uteri ibu 41

cm dan tafsiran berat janin ibu 5000 gram.

56
h. Dan dari hasil pemeriksaan penunjang lain yaitu Hb 8,10 gr/ dl

2.Langkah ke Dua

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah actual Pada


langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan iterpensi yang benar batas data yang di
kumpulkan, Diagnosa adalah hasil analisa dan perumusan
masalah yang diputuskan dalam menegakan diagnosa bidan
dengan menggunakan pengetahuan profisional sebagai dasar /
arahan untuk mengambil tindakan Untuk mendiagnosa
preeklamsia berat di dapatkan hasil yaitu tekanan darah
160/100 mmHg pada usia kehamilan ≥20minggu, tes celup urin
menunjukan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukan hasil ≥5g/24 jam atau di sertai
keterlibatan organ lain yaitu trombositopenia (<100.000 sel/ul)
hemolysis mikroangiopati, nyeri abdomen kuadran kanan atas,
sakit kepala, skotomas penglihatan, pertumbuhan janin uligoria
(<500 ml/jam), dan keratin di atas 1,2 mg/dl (buku saku
pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
Rujukan 2013,111).
3.Langkah ke tiga

Mengidentifikasi adanya diagnosis atau masalah potensial


Identifikasi adanya diagnose atau masalah potensial lain
dilakukan antisifasi atau pencegahan bila memungkinkan serta
waspada dan bersiap untuk segala sesuatu yang dapat terjadi.
pada step ini sanggat vital untuk perawatan yang aman. pada
kasus preeklasia berat, seorang bidasn atau tenaga kesehatan
lain dapat mengantisifasi kelainan yang akan terjadi pada saat
rawat jalan atau rawat inap karenan pada kasus preeklamsia
berat kemunngkinan ibu akan mengalami syok atau kejang,

57
dapat terjadi kematian ibu, kelahiran premature, dan resiko
terjadi kematian janin dalam Rahim (KJDR). Pada langkah
ketiga ini bidan menuntut mampu mengantisifasi masalah
potensial, tidak hanya merumusakan masalah potensial yang
terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisifasi agar
masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. langkah ini
bersifat antisifasi yang rasional atau logis. diagnosa potensial
yang mungkin terjadi pada preeklamsia berat adalah eklamsia.
Antisifasi terjadi eklamsia dilihat dari beberapa paktor yang
meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia dan eklamsia
diantaranya adalah sebagai berikut: resiko yang berhubungan
dengan partner laki laki berupa primigravida (resiko
primigravida 2 kali lebih besar dari pada multigravida),umur
yang terlalu ekstrim terlalu muda atau terlalu tua untuk
kehamilan, partner laki laki yang pernah menikahi wanita
kemudian hamil dan mengalami preeklamsia, inseminasi donor
oocyte, resiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit
dahulu dan riwayat penyakit keluarga berupa riwayat penyakit
preeklamsia, hipertensi kronis, penyakit ginjal, obesitas,
diabetes gestasional, dan resiko yang berhubungan dengan
kehamilan berupa mola hidatodosa kehamilan multiple, dan
hydropsfetals (Yulia Fuziah,2012)
4. Langkah ke Empat

Penetapan kebutuhan/tindakan segera pada langkah ini

bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien Pada langkah ini, mengindentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

58
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Situasi lainnya bisa saja merupakan kegawatan pada

preeklampsia berat sehingga dilakukannya kolaborasi dengan

dokter SpOG dalam pemberian terapi obat-obatan dan petugas

kesehatan lainnya seperti petugas laboratorium untuk

pemeriksaan proteinuria.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan tim kesehatan lain

seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis

bayi baru lahir. Jika dalam keadaan tertentu terjadi komplikasi

pada ibu dan membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai

maka dilakukannya rujukan agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan

sehat.

5.Langkah ke Lima

Intervensi/ Perencanaan tindakan asuhankebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumya dan semua perencanaan yang

dibuatkan harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi

pengetahuan, teori up to date, perawatan berdasarkan bukti

(evidence based care). Dalam menyusun rencana sebaiknya

pasien dilibatkan karena pada akhirnya pengambilan keputusan

59
dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui oleh

pasien.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau

diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah

ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi

terhadap wanita tersebut, apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan

dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis. Rencana

asuhan pada ibu hamil dengan preeklampsia berat yaitu:

a. Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami preeklampsia berat

b. Mengobservasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vitalnya

c. Melakukan pemeriksaan DJJ

d. Melakukan pemasangan infus dengan cairan RL

e. Melakukan pemasangan kateter tetap

f. Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian

terapi obat

g. Memberikan obat oral nifedipin 3x1 sehari @ 10 mg

60
h. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk

mengecek protein urinaria.

i. Memberikan dukungan moral kepada ibu dan keluarga untuk

tetap berdoa dan bertawakkal kepada Allah SWT untuk

kesembuhan ibu

6.Langkah ke Enam

Implementasi/ pelaksanaanasuhan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara

efisien dan aman. Implementasi merupakan pelaksanaan dari

asuhan yang telah direncanakan secara efisien dan aman. Pada

kasus ini dimana bidan harus berkolaborasi dengan dokter, maka

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang

menyeluruh (Mangkuji dkk, 2012:6). Pelaksanaan asuhan

kebidanan pada ibu hamil dengan preeklampsia berat sesuai

dengan pelaksanaan yang dilaksanakan.

7. Langkah ke Tujuh

Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai denga kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam maslah dan diagnosis.

61
Rencana tersebut dapat di anggap efektif juga memang benar

efektif dalam pelaksanaanya rencana tersebut lebih efektif

sedang sebagian belum efektif (Jannah2013).

B. Teori Manajemen Asuhan kebidanan

1. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan.

Pendokumentasian dalam asuhan kebidanan adalah suatu

pencatatan lengkap dan akurat terhadap keadaan atau kejadian

yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan (proses asuhan kebidanan)

Pendokumentasian asuhan yang telah di berikan harus di catat

benar, jelas, singkat dan logis dalam suatu metode

pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu :

S (Subjektif )

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis (langkah 1 varney) seperti ibu mengeluh sering

merasa lelah dan sering mengantuk, merasa pusing dan lemah,

merasa tidak enak badan, mengeluh sakit kepala.

O (Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium, dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung asuhan (langkah 1 varney). Dalam hal

ini dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien terdapat :

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kesadaran :Somnolen

62
c. TTV : TD : 160/100 mmHg R : 24 x/menit

N : 84 x/menit S : 36,4 c

d. TB : 156 cm

e. BB sebelum hamil : 50 kg

f. BB sekarang : 68 kg g.

g. LILA : 26 cm

A (Assesment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi

data subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi:

a. Diagnosis/ masalah

b. Antisipasi diagnosis/ masalah potensial

c. perlunya tindakan Segera oleh bidan atau dokter/

konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (langkah I,II,III,dan IV

varney).

P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assesment (langkah V, VI dan VII

verney) (Surachmindari, RY, 2014).

SOAP ini di lakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan atau pada

evaluasi hari berikutnya/ kunjungan berikutnya yang dilakukan

setiap bulan selama 4 kali kunjungan untuk memantau

63
perkembangan klien.Kunjungan rumah dilakukan untuk asuhan

yang lebih efektif

C. Kerangka Berpikir

Tanda & Gejala

1. Hipereffleksia
Penatalaksanaan 2. Sakit kepala
3. Gangguan fisual-
1. Banyak istirahat pandangan kabur,
2. Diet
skotomata
3. Sedativa ringan Penatalaksanaan
4. Nyeri epigastrik
4. Roborantia PEB
5. Oliguria-kurang dari
5. Kunjungan ulang 500cc/24 jam
setiap 1 minggu 1. Memberikan infus RL
6. Tekanan darah
6. Pemeriksaan 2. Pemberian obat
meningkat nifedipine
laboratorium
7. Proteinuria meningkat 3. Asam mefenamat
tajam 4. Pemantau TTV
5. tinggi fundus
uterus
Tindakan SC
6. kontraksi
Faktor Lain 1. Insisi inisial
PEB dengan pisau
1. frekuensi pada bedah dengan
primigraviditas vertical
2. Pisahkan Penatalaksanaan
2. Kehamilan ganda pesika urinaria Makrosomia
3. Hidromnion dan
4. Molahidatidosa myometrium 1.Antepartum
5. Tuanya kehamilan dengan diseksi
2.Induksi persalinan
6. janin dalam uterus tumpul pada
ruang antara 3.Cesarean section
7. timbulnya pesikouterina 4.Persalinan Normal
hipertensi 3. Lakukan insisi berat janin 500
8. oedema meometrium gram
dengan hati-
hati
Faktor Lain 4. Insisi uterus
MAKROSO dibuat 1-2 cm
1. Obesitas Penatalaksanaan
MIA pada bagian
2. Diabetes midline secra
Anemia
Gestasional & tipe 2 tranpersal
3. Kehamilan lebih 64 pada bagian 1. Meningkatkan
bulan bawah uterus gizi penderita
5. Setelah akses 2. Memberi
4. Multiparitas
kedalam
5. Usia Maternal lanjut rongga uterus
suplemen zat
Tanda & Gejala

1. Tinggi pundus uteri lebih


dari normal
2. Air ketuban berlebihan
3. Distosia bahu BAB III
4. Vagina Robek
5. Perdarahan setelah
METODE
persalinan

A. Rancangan

Rancangan dalam penelitian ini dengan metode penelitian deskriptif

dan jenis penelitian deskriptif yg digunakan adalah studi penelaahan

kasus (case study), yakni dengan cara meneliti suatu permasalahan yang

berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi,

kejadian-kejadian khusus yg muncul sehubungan dengan kasus maupun

tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan. Penelitian dengan

judul asuhan kebidanan pada Ny”H” P4A0H4 umur 39 tahun pasca

bersalin dengan PEB, Makrosomia dan anemia sedang diruang nifas

RSUD Gerung menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan studi kasus.

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

1. Lokasi

Lokasi pengambilan kasus dilakukan di Rumah Sakit Patut Patuh Patju

Gerung

2. Waktu Studi Kasus dilaksanakan pada bulan Oktober 2021. Kegiatan

pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober sampai November

65
2021.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam study kasus asuhan ini adalah Ny”H”

asuhan Kebidanan pada Ny “H” umur 39 tahun.pasca bersalin dengan

PEB ,makrosomia ,dan anemia sedang di ruang nifas RSUD GERUNG.

- Kriteria Subjek

- Persalinan normal

- Tanpa komplikasi.

- HB di cek setelah bersalin

D. JenisData

Jenis data dalam penelitian ini adalah:

1) DataPrimer

Observasi: Metode pengumpulan data melalui suatu pengamatan

dengan menggunakan anamnesa, peemeriksaan fisik dan USG

maupun alat sesuai format asuhan kebidanan.

- Wawancara: Wawancara dilakukan untuk mendapatkan

informasi yang lengkap dan akurat.

- Pemeriksaan fisik dan penunjang

2) DataSekunder

- KIA klien dan rekam medis

- Status kehamilan klien di RSUD Gerung

- Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang

66
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam studi kasus ini adalah:

1. Alat untuk melakukan anamnese yaitu: buku pulpen.

2. Alat untuk melakukan pemeriksaan fisik, yaitu, tensi meter, stetoskop,

Hadscon.

3. Alat untuk melakukan pemeriksaan laboratorium,( cek protein urine)

yaitu: carik celup, post sampel tempat urine.

4. Alat untuk penaganan preeklamsia,yaitu:Mgso4,obat anti kejang,

hepertensi, tiang baru, spuit 10 cc, aboocade16, hadscon, cairan

Ringer Laktat (RL).

5. Instrument yang digunakan dalam studi kasus meliputi pormat,

pengkajian asuhan kebidanan, SAP, leaflet dan ceklist.

Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Jenis wawancara

yang digunakan adalah wawancara testruktur (peneliti telah

mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh sehingga

peneliti menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan tertulis

yang alternative jawabannya pun telah disiapkan). Wawancara ini

dilakukan dengan cara menyiapkan format asuhan kebidanan yang

digunakan untuk pengkajian pada pasien mulai dari identitas, keluhan,

67
riwayat haid, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat

menggunakan alat kontrasepsi, riwayat kehamilan sekarang, riwayat

kehamilan persalinan dan nifas yang lalu, serta riwayat pemeriksaan

labiratorium terakhir.

2. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Data itu

dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat. Observasi

yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan fisik dan

pemantauan keadaan ibu dan kesejahteraan janin serta kemajuan

persalinan.

F. Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data – data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menjadi

laporan yang ditulis secara komunikatif, dan mudah dibaca, sehingga

memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting

sdan laporan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus

kehidupan seseorang. Pelaporan menggunakan pendokumentasian

kebidanan.

2. Analisa Data

Setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi,

mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang

dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal

68
khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data.

Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan

ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,

sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau

setelah selesai dan lapangan. Analisa data didokumentasikan dalam

bentuk asuhan kebidanan SOAP.

G. Masalah Etika

Etika dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir meliputi :

a) Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan sebagai responden diberikan pada saat

pengumpulan data. Bertujuan agar responden mengetahui tujuan,

manfaat, prosedur intervensi dan kemungkinan dampak yang

terjadi selama penelitian. Jika responden bersedia maka

responden menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika

responden menolak untuk diteliti maka peneliti menghargai hak-

haktersebut.

b) Tanpa Nama (Anonimity) Nama ibu yang menjadi responden tidak

perlu dicantumkan pada hasil dokumentasi. Peneliti cukup

memberikan kode pada hasil dokumentasi yang berupa asuhan

kebidanannifas.

c) Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya olehpeneliti.

69
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus

RSUD patut patuh patju merupakan salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan yang terletak di Kabupaten Lombok Barat,

tentunya sudah memiliki berbagai sarana dan prasarana yang

menunjang pelayanan kesehatan masyarakat. Beberapa di

antarannya IGD 24 jam yang terdiri IGD PONEK dan IGD, yang

terdiri atas kamar periksa atau kamar tindakan, kamar rawat inap

sementara (Intermediate 1), kamar rawat inap sementara

(Intermediate 2), dan kamar operasi. Kemudian rawat jalan yang

terdiri atas ruangan klinik anak, klinik bedah mulut, klinik bedah

umum, klinik gigi, klinik jantung, klinik kandungan, klinik kesehatan

jiwa, klinik kulit dan kelamin, klinik mata, klinik orthopedi, klinik paru,

klinik penyakit dalam 1 dan 2, klinik syaraf 1 dan 2, klinik THT, dan

klinik umum. Kemudian terdapat ruangan rawat inap, yang terdiri

atas ruang isolasi, kelas I, kelas II, kelas III, dan ruangan khusus,

dan ruang\an penunjang, yaitu Farmasi, Laboratorium patologi klinik,

laboratorium patologi anatomi, radiologi, fisioterapi, dan gizi dan

jumlah tempat tidur sebanyak 300 unit. Untuk pelayanan rawat jalan,

70
dibuka dari jam 08.00 WITA sampai 13.00 Wita, sedangkan untuk

rawat inap 24 jam.

Peneliti melakukan studi kasus di RSUD Patut Patuh Patju

Gerung dengan mengambil kasus PEB, MAKROSOMIA DAN

ANEMIA SEDANGPosstrem Peneliti melakukan pengumpulan data

dan kunjungan pada tanggal 23-10- 2021 di ruang VK/Bersalin dan

Ruang Nifas.

2. Gambaran Subjek

Responden dalam studi kasus ini adalah Ny.H umur 39 tahun

rujukan dari puskesmas Kediri ibu hamil 9 bulan mengeluh sakit pinggang

menjalar keperut bagian bawah sejak tanggal 22-10-2021 pukul:19.30 dan

pasien di kaji tanggal 23-10 22, dan di ruang IGD pengeluaran air ketuban (-)

dan gerakan janin masih di rasakan aktif K/U ibu baik kesadaran,

composmentis, tekanan darah,160/100 Mmhg, respirasi, 82x/m, suhu, 36 ,

His: 2x/10 menit, DJJ: 130x/m, VT,1 cm eff, 25% ket (+), teraba kepala

denominator belum jelas penurunan kepala di H1, tidak teraba bagian kecil

janin atau tali pusat ,pasien dengan G4P3A0H3 UK 38 minggu T/H/LU

persentasi kepala K/U ibu dan janin baik dengan inpartu kala I fase laten

denagan FEB+makrosomia+anemia sedang sehingga diberikan tindakan: di

pasangkan Infus RL 28 tpm, diberikan Mgs04 4 gr/ IV pukul:03:45, Drip

Mgs04 6 gr pukul:03:30, di berikan nifedifine 5 mg/oral pukul:03:20 dan di

pasangkan DC pukul:03:25 dan lansung di rujuk ke vk bersalin untuk

penaganan lebih lanjut tanggal 23-10-2022 pukul. 06:00 di pasangkan dosis 3

71
lpm dan dilakukan pre op dan melakukan skin tes cefrokone dan hasil (-)

sehingga diberikan injeksi ceprokone 2 gram secara IV dan diberikan diet

thtp, injeksi Tofedek 2X1 ampul (1hari) drip oksitosin 1 ampul/500 ml di ifus

RL sampai 12 jam post op, dan diberikan drip Mgso4 1 gr /jam sampai 24 jam

post op,dan tanggal oprasi 23-10-2022.

Berdasarkan pengkajian diruang nifas pada hari ke nol tanggal 23-10-

22 pukul:16:00 hasil yang diperoleh bahwa keadaan umum ibu tampak lemah

dan tekanan darah 150/100 mmhg nadi 80x/m suhu 36 respirasi 20x/m TFU

sepusat cut baik .masih terpasang infus RL 28 tpm/m dan terpasang

transpusi darah 1 kantong tanggal 23-10-22 pukul: 17:00 wita.dan diberian

terapi obat obatan yaitu Asammefenamat 1x500 mg,amoksilin

1x500mg,tablet fe 2x60 mg, vitamin C 1x100 mg,vitamin A 200.000 LU 1

kali.kemudian penulis melakukan kunjungan ulang selama 4 hari dan

melakukan evaluasi terhadap perkembangan pasien dan melakukan evaluasi

kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien.dan kondisi klien saat dikaji

ibu mengatakan badanya terasa lemas,pusing dan pegal pegal.dan masih

terpasang infus RL disebelah kanan tangan ibu DC masih terpasang dandi

lepas pukul 23:25 wita sudah dilepas dan di berikan terapi obat

Asammefenamat 1x500 mg,amoksilin 1x500mg,tablet fe 2x60 mg, vitamin C

1x100 mg,vitamin A 200.000 LU 1 kali.

72
3. Tinjauan Kasus

Pengkajian

Tanggal: 23-10-2021 Pukul :17. 00 Diruang nifas

Identitas pasien

1) Identitas Istri Suami

Nama : Ny.H : Tn.J

Umur : 39 tahun :39 tahun

Agama : Islam : Islam

Suku/Bangsa : Sasak : Sasak

Pendidikan : s1 : s1

Pekerjaan : IRT : guru

Alamat : sedau tengah kediri Lombok Barat

2)Anamnesa

a) Keluhan Utama: Ibu mengatakan pusing nyeri dan kaki bengkak.

b) Riwayat perjalanan penyakit

Ibu hamil 9 bulan rujukan dari puskesmas kediri pada tanggal 23-10-21 Ibu

datang mengeluh sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah 19.30

wita,ibu mengatakan sudah tidak kuat lagi dengan rasa sakitnya sehingga di

bawa ke puskesmas Kediri pukul. 19.35 wita, dilakukan pemeriksaan ttv

dengsan hasil TD: 160/ 110 mmHg, N: 85x/M ,S: 36,5 ° C, respirasi 20x/m,

73
PU:+++, dan VT : 1 cm, eff, 25 %, ketuban utuh, denominator belum

jelas,penurunan kepala di HI, His 2x 10 menit lama 20 detik ,DJJ 136x/ menit

memasangkan infuse RL di lengan kanan pasien kemudian di rujuk ke RSUD

gerung. Di ruang VK IGD pukul.03.25 wita, pasien lansung dipasangkan DC,

pukul, 03.25 wita diberikan obat anti kejang Mgso4 diinjeksikan 4gr IV (2x

pemberian dengan dosis 2 gr Mgso4,5 ml aquades) dan memberikan Mgso4

drip 6 gr dalam larutan RL 500 ml selama 6 jam (1 gr/jam) dan pemberian

nifedifin oral 10 mg kemudian pasien dipindahkan ke ruang vk bersalin untuk

di lakukan observasi lebih lanjut, dan dari hasil observasi dan pemeriksaan

pukul 07.25 wita pembukaan tidak maju maju, dan hasil pemeriksaan di

dapatkan TFU 41cm dan di curigai bayi besar atau makrosimia sehingga di

pindahkan keruang oprasi untuk lakukan tindakan operasi, tanggal 23-10

2021, dan ibu melahirkan pukul 12:30 wita secara SC. berat badan

bayi ,5347 gram ,PB:55cm .JK: perempuan.dengan TD:150/100 mmHg dan

PU+++.dan ibu lasungung di pindahkan dari ruang oprasi keruang nifas untuk

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Sumber Rekam medis

a) Tanda bahaya nifas

1. Demam disertai lochea bau busuk: tidak ada

2. Perdarahan >500 cc :tidak ada

3. Sakit kepalaa penglihatan kabur :tidak ada

4. Demam, muntah :tidak ada

5. Nyeri saat berkemih :tidak ada

74
6. Payudara merah panas :tidak ada

7. Pembengkakan di kaki :tidak ada

8. Kehilanagan nafsu makan :tidak ada

9. Perasaan sedih atau tidak mampu mengurus dirinya dan bayinya

: tidak ada

b) Riwayat persalinan sekarang

1) Tanggal/ jam persalinan : 23-10-2021/ 12:30

2) Penolong persalian :dr.SpoG

3) Tempat pertsalinan :Ruang oprasi

4) Jenis persalinan : SC

5) Keadaan bayi lahir :BB :5347 gram, PB:55 cm, JK

Perempuan

6) Robekan jalan lahir :tidak ada

7) Komplikasi kehamilan :tidak ada

c) Riwayat persalinan dan nifas yang lalu

Hamil ke UK Tempat Penolong Jenis Penyulit BBL Umur Ket


Persalinan
H P N JK BL

1 9 Bulan RSUP Bidan Spontan - - Laki 40100 11 thn


- H

2 RSUP Bidan Spontan


- - - Laki 2800 8 thn H

3 9 Bulan RSUP Bidan Spontan


- - - Laki 4200 4 tahun H

4 9 bulan rsud dr spoG SC - - - P 5347 0 hari H


gr

75
f) Riwayat Psikososial

1) Konsumsi zat besi : Tablet Fe (1 tablet)

2) Kosumsi obat – obatan : Tablet Fe 1X1XXX, amox

3x1 500 mg, vit A 1x1/II,

Nifedifin 3x1 10 mg, asmet

3x1 500 mg, pct 3x1 500 mg

3) Kebutuhan nutrisi

a) Frekuensi makan : 3kali sehari

b) Porsi makan : 1 piring

c) Komposisi : nasi, lauk pauk, sayur.

d) Masalah : tidak ada

4) Pemberian ASI

a) Frekuensi : 1 kali (IMD)

b) Lamanya : 1 jam

c) Kesulitan : tidak ada

5) Pola eliminasi ( BAK dan BAB)

BAB Hamil Selama nifas

Frekuensi 1 kali Belum

Konsistensi Padal unak Tidak ada

Masalah Tidak ada Tidak ada

76
BAK Hamil Selama nifas

Frekuensi 5-6 kali 1 kali

Warna Jernih Jernih

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

6) Istirahat : Belum biasa tidur

7) Ketidaknyamanan atau nyeri

a) Lokasi : Abdomen

b) Itensitas : sedang ringan

c) Cara :Teknik relaksasi

8) Mobilisasi

a) Duduk : Setelah 2 jam melahirkan

b) Bertdiri : Setelah 2 jam melahirkan

c) Berjalan : Setelah 2 jam melahirkan

9) Personal hygiene

a) Mandi : Belum dilakukan

b) Gosok gigi : Belum dilakukan

c) Ganti pakaian : Sudah ganti

d) Ganti pakaian dalam : sudah di ganti

10) Hubungan seksual

a) Kenyamanan fisik

77
Ibu merasa belum nyaman untuk berhubungan dalam waktu

dekat

b) Kenyamanan emosi

Ibu merasa belum nyaman untuk berhubungan dalam waktu

dekat

11) Psikologi

a) Respon ibu terhadap diri sendiri

Ibu merasa khawatirdengan keadaanya saat ini

b) Respon ibu terhadap bayi

Ibu merasa cemas tidak bias merawat bayinya dengan baik

c) Respon keluarga terhadap ibu dan bayi

Keluarga merasa senang terhadap ibu dan bayi

12) Riwayat social ekonomi

a) Status perkawinan : Menikah sah

b) Lama perkawianan : 15 tahun

c) Jumlah angota keluarga dalam 1 rumah : 6 orang

d) Riwayat dan rencana KB : KB suntik 3 bulan

B. Data Objektif (O)

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Emosi : Stabil

2. Tanda vital

78
a. Nadi : 82xm

b. Suhu : 36, ° C

c. Tekanan darah : 150/100 mmHg

d. Respirasi : 22x/m

3. Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan rambut

Kebersihan : Bersih tidak ada ketombe

Distribusi rambut : Merata

Alopesia / lesi : Tidak ada

Infeksi kulit : Tidak ada

b. Wajah

Warna pucat : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Konjungtiva : Tidak pucat

Sklera : Putih

c. Mulut dan Gigi

Bibir : Lembab

Rahang dan lidah (pucat / lesi) : Tidak pucat

Gigi dan gusi : Tidak tanggal

d. Leher

Kelenjar tyroid : Tidak ada benjolan

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

Vena jungularis : Tidak ada bendungan

79
e. Payudara

Simetris : Simetris

Areola : hiperpegmentasi

Benjolan/ tumor/massa : Tidak Ada

Rasa nyeri tekan : Tidak ada

Pengeluaran : (+) / (+)

f. Abdomen

Luka bekas oprasi : ada di abdomen

Kandung kemih : kosong

Kontraksi : baik

TFU : 2 jari bawah pusat

g. Genetalia

Inspeksi : Terpasang DC

Luka laserasi : Tidak ada

Lochea : urin tertampung lebih kurang 100

cc

Ekstremitas :

Kemerahan : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Refleks patella : +/+

Odema : Ada (pada telapak kaki)

4. Pemeriksaan penunjang

80
Tanggal 23-10-2021

a) Darah

HB : 12,8 gr/%

Golongan Darah :B

Hbsag : (-) Negatif

b) Urine 24-10-2021

Protein urine : (+++)

Reduksi : (-) Negatif

Tanggal 28-10-2021

c) Darah

HB : 12,8 gr%

Swab antigen : Negatif

5. Analisa (A) tgl:23-10-2021 pukul: 17.00

1. Diagnosa : P4 A0 H4 Post SC hari ke 0 dengan

Preeklamsia berat,Makrosomia dan Anemia

Sedang

2.Masalah : cemas, dikarenakan badanya terasa lemas,

Pusing, dan pegal-pegal.

3.Kebutuhan : Memberikan Mgso4 Drip 6 gr dalam larutan

WIDA RD 500 ml selama 6 jam sampai 24 jam

Post partum dan transusi darah 2 kantong

81
6. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,yaitu ibu dalam

keadaan baik, TD 150/100 mmhg, nadi 82x/m, suhu 36,5°C,

respirasi 20xm ibu mengetahui tentang keadaanya dan masih

dipasangkan infus RL disebelah kanan tangan ibu,

2. Melakukan informent consent kepada suami atau keluarga

pasien,keluarga setuju atas tindakan yang akan diberikan

kepada ibu

3. Dan dan berikan cairan Mgso4 Drip 6 dalam larutan WIDA RD

500 ml selama 6 jam dengan jumlah tetesan 28

tetes/menit.pemberian Mgs04 4 gr dalam larutan WIDA RD

diberikan sebanyak 4 kali atau sampai 24 jam post partum dan

diberikan transfusi darah sebanyak 1 kantong tanggal 23-10-22

pukul 17:00 wita.selama Hb nya dalam batas normal.

4. Memberi KIE pada ibu tentang gizi ibu nifas dengan anemia,

yaitu sayuran hijau, daging, telur dan buah yang mengandung

vitamin C seperti jeruk.

5. Melakukan kalaborasi dengan Dokter spOG untuk melakukan

terapi obat yaitu Asammefenamat 1x500 mg, Amoksilin 1x 500

mg,Tablet fe 2x 60 mg, vitamin C 1x 100 mg, Vitamin A 200.000

Lu 1kali.

6. Ibu sudah mengetahui keadaanya sekarang

82
7. Ibu mengerti tentng gizi yang dibutuhkan ibu nifas dengan

anemia

8. Ibu mau minum terapi yang diberikan oleh dokter.

9. Observasi tetesan infus RL 20 tpm pada tangan kanan

Tanggal : 23-10-2021 pukul: 17: 30 wita

CATATAN PERKEMBANGAN I

Kunjungan I

Hari /tanggal : 24-10-2021

Pukul : 09:00

Tempat : ruang nifas gerung

A.DATA SUBYEKTIF (S)

1. Keluhan utama saat Ini

Ibu mengatakan cemas engan keadaanya

Ibu mengatakan sudah mnum obat

Ibu mengatakan masih merasakan pusing dan lemas

2. Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Demam di sertai lochea berbau busuk : tidak ada

b. Perdarahan >500 cc : tidak ada

c. Sakit kepala , penglihatan kabur : tidak ada

d. Demam, muntah, nyeri saat berkemih : tidak ada

e. Payudara merah, panas terasa sakit : tidak ada

f. Terasa sakit,merrah , lunak : tidak ada

g. Kehilangan nafsu makan : tidak ada

83
h. Perasaan sedih atau tidak mampu

Mengurus dirinya atau bayinya : tidak ada

3. Riwayat Psikososial

a. Kosumsi zat besi : Baru minum 2

Tablet fe

b. Kosumsi obat-obatan : Ada, obat

Pemberian bidan

c. Kebutuhan Nutrisi/ diet

1) Frekuensi : 3x/ hari

2) Komposisi : Nasi,lauk pauk

sayur

3) Porsi :1 piring

4) Pantangan : tidak ada

5) Masalah : tidak ada

d. Pemberian ASI

1) Frekuensi : belum dilakukan

2) Lamanya : belum dlakukan

3) Kesulitan : tidak ada

e. Pola eliminasi (BAK dan BAB)

1) Frekuensi : Belum BAB setelah melahirkan

2) Konsistensi :-

3) Warna :-

84
4) Kesulitan :-

BAK

1) Frekuensi : Sudah BAK setelah melahirkan

2) Konsistensi : Cair

3) Kesulitan : Tidak ada

f. Istirahat

1) Lama : 2 jam

2) Kesulitan : tidak ada

g. Ketidaknyamanan atau nyeri

1) Lokasi : Perut

2) Itensitas : Sedang

3) Cara mengatasi nyeri : melakukan teknik pernafasan

h. Mobilisai

1) Duduk : Ibu bisa duduk

2) Berdiri : Ibu bias berdiri

3) Berjalan : Ibu masih belum biasa berdiri

i. personal hygine

1) Mandi : 2 x sehari

2) Gosok gigi : 2 x sehari

3) Ganti pakaian : 2 x sehari

4) Potong kuku : 1 x seminggu

j. Hubungan seksual : Belum dilakukan

85
B. DATA OBYEKTIF (O)

1. Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum : cukup

b) Kesadaran : Composmentis

c) Emosi : stabil

2. Tanda vital

a) Nadi : 80x/menit

b) Suhu : 36,5 ° C

c) Tekanan darah : 140/100 mmHg

d) Respirasi : 20x/menit

3. Pemeriksaan fisik

a. Payudara

Simetris : Simetris

Areola : hyperpegmentasi

Puting susu :Menonjol

Benjolan/ tumor/masa :tidak ada

Rasa nyeri tekan : tidak ada

Pengeluaran : (+)/(+)

b. Abdomen

luka oprasi : jahitan masih basah, PPV=

Lochea Rubra

kontraksi : Baik

86
TFU : pertengahan pusat dan

simfisis

Masalah/ konsistensi /otot perut : tidak ada

Diastasis : tidak dilakukan

c. Genetalia

Keadaan labia mayor dan minor ( luka, cairan) : tidak ada

Lokhia (warna,konsistensi, bau) : tidak ada

Perdarahan : 10cc

d. Ekstrimitas

1) Kemerahan : tidak ada

2) Varises : tidak ada

3) Oedema : ada( pada

telapak kaki)

4) Tanda homan : tidak ada

C.ANALISA

1. Diagnosa : P4 A0 H4 Post SC ke-1 dengan

PEB,Makrosomia dan Anemia Sedang.

2. Masalah : cemas,dikarenakan badanya terasa lemas,

Pusing,pegal –pegal.

3. Diagnosa potensial : Eklamsia atau kejang , dan

Anemia sedang

87
D.PENATALAKSANAAN

Tgl:24-10-22 pukul 09:10 wita

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum baik

Kesadaran composmentis,tanda tanda vital dalam batas normal,

Tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 80x/m, suhu 36’5° C, respirasi

20x/m, kontraksi baik, TFU 2 jari bawah pusat, perdarahan 10 cc

Ibu mengetahui keadaanya.

2 .Mengajurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mengatasi keluhan

Yang dirasakan. Ibu mengerti dan menerima anjuran yang diberikan.

4. Infus masih terpasang dan di injeksikan tofedex 2x1 ampul (1hari)

5. Cek DL post transfusi PPC 2 kantong

6. Lepas kateter pukul:23:25 wita

7. Kadar Hb 7,8 gr/DL tanggal:23-10-22 pukul:04.50 wita

8. Tetap menganjurkan ibu untuk memperhatikan kebersihan,seperti

tetep menyuruh ibu untuk menganti gurita yang sudah kotor,dan

menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi agar bekas

luka oprasi ibu cepat kering.

9. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, memakan

makanan yang bergizi seperti sayur, telur, ikan, daging, tempe,

buah-buahan dll.

10. Mengajurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam sekali atau

saat bayi mengiginkan dan memberitahu ibu bahwa menyusui juga

dapat membantu memepercepat proses involusiouteri.

88
11. Memberikan penyuluhan tentang tanda bahaya masa nifas. Adapun

tanda tanda bahaya atau penyakit pada ibu nifas yang harus

diantisifasi anatara lain: perdarahan masa nifas, infeksi masa nifas,

keadaan abnormal pada payudara, demam, payudara berubah

merah panas dan nyeri. Ibu mengerti teteng penjelasan yang

diberikan bidan.

12. Memberitahu ibu untuk tetap mengosumsi obat yang diberikan

sampai habis, ibu bersedia, mengosumsi obat yang diberikan

13. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan 2 hari lagi tanggal 26-10-

22.

14. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan lagi.

CATATATAN PERKEMBANGAN II

Kunjungan II

Hari tanggal : 26-10-2021

Pukul : 09:00

Tempat : ruang nifas

A.DATA SUBYEKTIF

1. Keluhan utama saat ini

1.ibu mengatakan masihmerasakancemas dengan keadaanya

2.ibu mengatakan sudah minum obat yang diberikan bidan

3.ibu mengatakan bahwa bainya sudah mau menetek

4.Ibu engatakan masih merasakan pusingdan lemas.

2. Tanda Bahaya Masa Nifas

89
a. Demam disertai lochea berbau busuk : tidak ada

b. Perdarahan > 500 cc : tidak ada

c. Sakit kepala, penglihatan kabur demam, muntah, nyeri saat

berkemih : tidak ada

d. .payudara merah, panas, terasa sakit : tidak ada

e. Terasa sakit, merah, lunak, : tidak ada

f. Kehilangan nafsu makan : tidak ada

g. persaan sedih atau tidak mampu

mengurus dirinya dan bayinya : tidak ada

3. Riwayat psikososial

a. Kosumsi zat besi : baru meminum 7 tablet fe

b. kosumsi obat-obatan : Ada, obat yang diberikan bidan

c. Kebutuhan Nutrisi/diet

1). Frekuensi : 3x/ sehari

2). Komposisi : nasi, sayur,ikan,telur, buah.

3) Porsi : 1 piring

4) pantangan : tidak ada

5) Masalah : tidak ada

d. Pemberian ASI

1). Frekuensi : setiap bayi mengiginkan /setiap 2 jam

2). Lamanya : 10-15 menit

3). Kesulitan : tidak ada

e. Pola eliminasi (BAK dan BAB)

90
BAB

1). Frekuensi : 1-2 kali/hari

2) .Konsistensi : lunak

3). Warna :kekuningan

4). Kesulitan : tidak ada

BAK

1). Frekuensi : 4-5 kali/hari

2). Konsistensi : cair

3). Kesulitan :tidak ada

f. istirahat

1). Lama : siang 2 jam

Malam 5-6 jam

2). Kesulitan : tidak ada

g. Mobilisasi

1). Duduk : sudah dilakukan

2). Berdiri : Sudah dilakukan

3). Berjalan : sudah dilaklukan

h. Personal Hygiene

1). Mandi : 3x/ hari

2). Gosok gigi : 2x/ hari

3). Ganti pakaian : 2x/ hari

4). Ganti pakaian dalam : 2x/ hari

5). Potong kuku : 1x/ minggu

91
i. Hubungan seksual : Belum Dilakukan

B. DATA OBYEKTIF (O)

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Emosi : stabil

2.Tanda vital

a. Nadi : 80x/menit

b. Suhu : 36,5 ° C

c. Tekanan darah : 130/90 mmHg

d. Respirasi : 20x/menit

3. Pemeriksaan fisik

a. Abdomen

abdomen : jahitan masih basah lochea rubra

kontraksi : Baik

TFU : pertengahan pusat dan simfisis

b. Genetalia

Keadaan labia mayor dan minor ( luka, cairan) : tidak ada

Lokhia (warna,konsistensi, bau) : tidak ada

c. Ekstrimitas

1). Kemerahan : tidak ada

2). varises : tidak ada

3). Hasil Hb : 12,8 gr/DL

92
C.ANALISA

1. Diagnosa : P4 A0 H4 .Nifas hari ke-3

2.Masalah : kaki oedema

3.Diagnosa potensial : tidak ada

D.PENATALAKSANAAN tanggal: 26-10-22 pukul 09:10

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum

baik,Kesadaran composmentis,tanda tanda vital dalam batas normal

Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80x/m, suhu 36’5° C, respirasi

20x/m, kontraksi baik, TFU pertengahan syimpisis, perdarahan tidak

ada ibu mengetahui keadaanya.

2. Mengajurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mengatasi keluhan

Yang dirasakan. Ibu mengerti dan menerima anjuran yang diberikan.

3. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, memakan

makanan yang bergizi seperti sayur, telur, ikan, daging, tempe, buah-

buahan dll.

4. Mengajurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam sekali atau

saat bayi mengiginkan dan memberitahu ibu bahwa menyusui juga

dapat membantu memepercepat proses involusiouteri

5. Memberikan penyuluhan tentang tanda bahaya masa nifas. Adapun

tanda tanda bahaya atau penyakit pada ibu nifas yang harus

diantisifasi anatara lain: perdarahan masa nifas, infeksi masa nifas,

keadaan abnormal pada payudara, demam, payudara berubah merah

panas dan nyeri. Ibu mengerti teteng penjelasan yang diberikan bidan.

93
6. .Memeberitahu ibu untuk tetap mengosumsi obat yang diberikan

Asammefenamat 1x500 mg,Amoksilin 1x500 mg,Tablet Fe2x 60 mg,

vitamin C 1x100 mg, vitamin A 200.000 lu 1kali .Memberitahu ibu

akan dilakukan kunjungan ulang

7. Luka oprasi sudah dirawat dan menganti perban mengunakan perban

of side atau perban anti air.

8. Bayi sudah di rawat gabung dan memberikan KIE terhadap ibu tentang

asi eklusif

9. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah besok.

CATATAN PERKEMBANGAN III

Kunjungan III

Hari tanggal : 28-10-2021

Pukul : 10:45

Tempat : ruang nifas

A.DATA SUBYEKTIF (S)

1. Keluhan utama saat ini

1. ibu mengatakan keadaanya sudah agak membaik

2. ibu mengatakan sudah minum obat yang diberikan bidan

3. ibu mengatakan senang bias mengurus bayinya

4. ibu mengatakan sudah tidak merasakan psing lagi.

2.Tanda Bahaya Masa Nifas

94
a. Demam disertai lochea berbau busuk : tidak ada

b. Perdarahan > 500 cc : tidak ada

c. Sakit kepala, penglihatan kabur

d. demam, muntah, nyeri saat berkemih : tidak ada

e. payudara merah, panas, terasa sakit : tidak ada

f. Kehilangan nafsu makan : tidak ada

g. Perasaan sedih atau tidak mampu

Mengurus dirinya dan byinya : tidak ada

h. Perasaan sedih gelisah : tidak ada

i. perasaan sedih gelisah, tidak mampu

mengurus dirinya dan bayinya : tidak ada

3 Riwayat Psikososial

a.Kosumsi zat besi : Baru minum 14 Tablet fe

b.Kosumsi obat-obatan : Ada, obat Pemberian bidan

c.Kebutuhan Nutrisi/ diet

1). Frekuensi : 3x/ hari

2).Komposisi : Nasi,lauk pauk, Sayur, buah

3). Porsi :1 piring

4). Pantangan : tidak ada

5). Masalah : tidak ada

d. Pemberian ASI

1). frekuensi : setiap bayi mengiginkan / setiap 2 jam

2). Lamanya : 10-15 menit

95
3). Kesulitan : tidak ada

a. Pola eliminasi (BAK dan BAB)

1).Frekuensi : 1-2 kali/hari

2).Konsistensi : lunak

3).Warna : kekuningan

4) .Kesulitan : tidak ada

BAK

1). Frekuensi : 4-5 kali/hari

2).Konsistensi : Cair

3).Kesulitan : Tidak ada

b. Istirahat

1). Lama : Siang 2 jam

Malam 6-7 jam

2). Kesulitan : tidak ada

g. Personal hygiene h. Personal Hygiene

1). Mandi : 3x/ hari

2). Gosok gigi : 2x/ hari

3). Ganti pakaian : 2x/ hari

4). Potong kuku : 1x/ minggu

h.Hubungan seksual : Belum dilakukan

B. DATA OBYEKTIF (O)

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

96
b. Kesadaran : Composmentis

c. Emosi : stabil

2.Tanda vital

a. Nadi : 80x/menit

b. Suhu : 36,5 ° C

c. Tekanan darah : 110/80 mmHg

d. Respirasi : 20x/menit

3.Pemeriksaan fisik

a.Abdome

luka oprasi : jahitan masih basah, PPV = Lochea Rubra

kontraksi : Baik

TFU : pertengahan pusat dan simfisis

b.Genetalia

Lokhia (warna,konsistensi, : alba, tidak berbau

c. Ekstrimitas

1). Kemerahan : tidak ada

2). varises : tidak ada

C.ANALISA

1. Diagnosa : P4 A0 H4 .Nifas hari ke-5

2.Masalah : Tidak ada

3.Diagnosa potensial : tidak ada

97
D. PENATALAKSANAAN tanggal: 28-10-22 pukul:10:5-0 wita

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu

baik,Kesadaran composmentis, tanda-vital dalam batas normal

Tekanan darah110/80:mmHg nadi: 80x/m suhu: 36’5°Crespirasi:20x/m

kontraksi baik pertengahan pusat dan simfisis perdarahan tidak ada

ibu mengetahui keadaanya.

2. Memerikan penyuluhan tentang diet bagi ibu nifas dengan riwat PEB

dan anemia,Ibu mengerti tentang penyuluhan yang diberikan

3. Memberikan terapi obat Asam mefenamat 1x500 mg, Amoksilin 1x500

mg, tablet fe 2x 60 mg, Vitamin C 1x100 mg, vitamin A 200,000 lu1kali

4. Mengajurkan ibu untuk tetep menyusui bayinya setiap 2 jam / sekali

atau setiap bayi mengiginkan ibu bersedia sdan bayi menyui bayinya

5. Mengajurkan ibu untuk datang ke puskesmas terdekat jika ada

keluhan atau mengalami tanda bahaya nifas ,ibu bersedia untuk

datang ke tenaga kesehatan jika mengalami tanda bahaya nifas.

6. Sudah dilakukan perawatan luka oprasi dengan menganti perban

mengunakan perban of side atau perban anti air .

7. Meberikan KIE pada ibu tentang gizi pada ibu nifas dengan anemia

yaitu mengosumsi sayuran hijau,daging, telur, dan buah-buahan yang

mengandung vitamin C seperti jeruk.

8. Mengajurkan ibu untk mengosumsi obat yang telah diberikan sesuai

aturan yang sudah dijelasakan .

98
9. Memberitahu ibu untuk dilakukan kunjungan ulang di rumah ibu ,ibu

bersedia untuk dilakukan kunjugan rumah.

CATATAN PERKEMBANGAN IV

KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan IV

Hari tanggal : 30-10-2021

Pukul : 10:45

Tempat : rumah pasien

A.DATA SUBYEKTIF (S)

1. Keluhan utama saat ini

1. ibu mengatakan sudah tidak cemas dengan keadaanya

2 . ibu mengatakan bayinya sudah mau menetek

3. ibu mengatakakan sudah minum obat yang diberikan bidan

4.ibu mengatakan sudah toidak merasakan pusing dan lemas lagi

5. ibu mengatakan ingin pulang

2.Tanda Bahaya Masa Nifas

j. Demam disertai lochea berbau busuk : tidak ada

k. Perdarahan > 500 cc : tidak ada

l. Sakit kepala, penglihatan kabur

m. demam, muntah, nyeri saat berkemih : tidak ada

n. payudara merah, panas, terasa sakit : tidak ada

99
o. Kehilangan nafsu makan : tidak ada

p. Perasaan sedih atau tidak mampu

Mengurus dirinya dan byinya : tidak ada

q. Perasaan sedih gelisah : tidak ada

r. perasaan sedih gelisah, tidak mampu

mengurus dirinya dan bayinya : tidak ada

4 Riwayat Psikososial

a.Kosumsi zat besi : Baru minum 14 Tablet fe

b.Kosumsi obat-obatan : Ada, obat Pemberian bidan

c.Kebutuhan Nutrisi/ diet

1). Frekuensi : 3x/ hari

2).Komposisi : Nasi,lauk pauk, Sayur, buah

3). Porsi :1 piring

4). Pantangan : tidak ada

5). Masalah : tidak ada

d. Pemberian ASI

1). frekuensi : setiap bayi mengiginkan / setiap 2 jam

2). Lamanya : 10-15 menit

3). Kesulitan : tidak ada

c. Pola eliminasi (BAK dan BAB)

1).Frekuensi : 1-2 kali/hari

2).Konsistensi : lunak

3).Warna : kekuningan

100
4) .Kesulitan : tidak ada

BAK

1). Frekuensi : 4-5 kali/hari

2).Konsistensi : Cair

3).Kesulitan : Tidak ada

d. Istirahat

1). Lama : Siang 2 jam

Malam 6-7 jam

2). Kesulitan : tidak ada

g. Personal hygiene h. Personal Hygiene

1). Mandi : 3x/ hari

2). Gosok gigi : 2x/ hari

3). Ganti pakaian : 2x/ hari

4). Potong kuku : 1x/ minggu

h.Hubungan seksual : Belum dilakukan

B. DATA OBYEKTIF (O)

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Emosi : stabil

2.Tanda vital

a. Nadi : 80x/menit

b. Suhu : 36,5 ° C

101
c. Tekanan darah : 110/80 mmHg

d. Respirasi : 20x/menit

3.Pemeriksaan fisik

a.Abdomen

kontraksi : Baik

TFU : pertengahan pusat dan simfisis

b.Genetalia

Lokhia (warna,konsistensi, : alba, tidak berbau

c. Ekstrimitas

1). Kemerahan : tidak ada

2). varises : tidak ada

C.ANALISA

1. Diagnosa : P4 A0 H4 .Nifas hari ke-7

2.Masalah : Tidak ada

3.Diagnosa potensial : tidak ada

D. PENATALAKSANAAN tanggal 30-10-22 pukul.10:50 wita

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu

baik,Kesadaran composmentis, tanda-vital dalam batas normal

Tekanan darah110/80:mmHg nadi: 80x/m suhu: 36’5°Crespirasi:20x/m

kontraksi baik pertengahan pusat dan simfisis perdarahan tidak ada

ibu mengetahui keadaanya.

2. Memerikan penyuluhan tentang diet bagi ibu nifas dengan riwat PEB

dan anemia,Ibu mengerti tentang penyuluhan yang diberikan

102
3. Memberikan terapi obat Asam mefenamat 1x500 mg, Amoksilin 1x500

mg, tablet fe 2x 60 mg, Vitamin C 1x100 mg, vitamin A 200,000 lu1kali

4. Mengajurkan ibu untuk tetep menyusui bayinya setiap 2 jam / sekali

atau setiap bayi mengiginkan ibu bersedia sdan bayi menyui bayinya

5. Mengajurkan ibu untuk datang ke puskesmas terdekat jika ada

keluhan atau mengalami tanda bahaya nifas ,ibu bersedia untuk

datang ke tenaga kesehatan jika mengalami tanda bahaya nifas.

6. Sudah dilakukan perawatan luka oprasi dengan menganti perban

mengunakan perban of side atau perban anti air .

7. Meberikan KIE pada ibu tentang gizi pada ibu nifas dengan anemia

yaitu mengosumsi sayuran hijau,daging, telur, dan buah-buahan yang

mengandung vitamin C seperti jeruk.

8. Mengajurkan ibu untk mengosumsi obat yang telah diberikan sesuai

aturan yang sudah dijelasakan .

9. Ibu bersedia untuk melakukan apa yang dijelaskan bidan.

E.PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini peneliti akan menjelaskan tentang pengaruh

asuhan kebidanan yang telah diberikan selama 4 hari. Adapun hasil setiap

kunjungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

103
Tabel. Keluhan pasien

Kunjungan Hari/Tanggal Keluhan Extrremitas, PU

I 24-10-21 Ibu mengeluh masih merasakan Pada extremitas


2 jam post partum Sedikit pusing,nyeri uluh hati, Bawah terdapat
0 hari post partum 2Dan kaki bengkak. Odema, PUU +++
II 26-10-21 Ibu mengeluh sedikit pusing Pada exstremitas
1 hari post partum Dan kaki masih bengkak bawah terdapat
odema, PU +++
III 28-10-21 Ibu mengatakan kakinya masih Pada exstremitas
4 hari post partum Sedikit bengkak Bahwa terdapat
odema
IV 30-10-2021 Ibu mengatakan tidak ada keluhan Tidak ada odema
7 hari post yang dirasakan
partum.

Menurut obstetri, 2016 gejala dan kondisi yang menujukan

npreeklamsia berat meliputi ibu merasa pusing,saklit kepala yan g

berat,penglihatan kabur,nyeri uluh hati,odema pada kaki,jari jari tangan,dean

muka,positif protein urine.Menurut Situmorang, 2016 salah satu tanda yang

dapat menegakan diagnose preeklamsi yaitu pada pemeriksaan penunjang

yang hasilnya positif protein urine. Dan dari hasil pemeriksaan penunjang

yaitu pemeriksaan darah bahwa ibu mengalami anemia dengan Hb, 8,7

gr/dl ,Menurut penelitian reinita dkk tahun 2018 mengatakan bahwa pre

eklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita

hamil,bersalin,dan nifas yang ditandai dengan adanya hipertensi,edema,dan

protein urin,yang muncul pada usia kehamilan 2o minggu sampai akhir

minggu pertama setelah persalinan.

104
Melihat kondisi responden maka peneliti menyimpulkan bahwa tidak

ada kesenjangan antara praktik atau keluhan pasien dengan teori yang

sudah ada.

Tabel Tekanan Darah

Kunjungan Hari/tanggal Tekanan darah

I 24-10-21 1hari post partum 150/110 mmHg

II 26-10-2021 3Hari post partum 140/100 mmHg

III 28-10-2021 5Hari post partum 120/80 mmHg

IV 30-10-2021 7hari post partum 110/80 mmHg

Menurut obstetri, 2017 gejala dan kondisi yang menunjukan preeklamsia

berat salah satunya adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmhg

sistolik atau 110 mmHg diastolik pada dua kalimpemeriksaan berjarak 15

menit mengunakan lengan yang sama. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Nurizawati,dkk tahun 2018 menyatakan pengunaan obat anti hipertensi

yang paling banyak adalah nifedipin karena memiliki aksi yang

cepat ,pengunaan nifedipin untuk mencapi penurunantekanan darah secara

bertahap dan berkelanjutan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi

seperti perdarahan otak dan eklamtsia serta memberikan efek tokolitik pada

ibu. Responden mengalami penurunan tekanan darah setelah persalinan

sesuai dengan teori yangb sudah ada,sehingga peneliti menyipulkan bahwa

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik yang sudah ada.

105
Tabel . intervennsi

Kunjungan Hari/tanggal Intervensi

I 24-10-2021 Melakukan protaf PEB: Memberikan ibu obat anti kejang Mgs04 6 gr Bolus
post partum pada larutan WIDA RD 500 ml. serta pemberian nifedipin untuk
hari-1 mempertahankan tekanan darah ibu agar tidak naik, serta memeberikan
dukungan dan kenyamanan untuk ibu , melakukan observasi 2 jam PP tiap
10 menit sekali .memberikan obat- obatan post partum ,nifedifin, 3x10 mg,
asmet 3x1, amox 3x1,sf 2x1.
II 26-10-2021 Evaluasi keadaan umum ibu, anjurkan ibu untuk mengosumsi obat yang
3 hari post telah diberikan oleh bidan, dan tetap mengosumsi makannan yang begzi
partum seperti nasi, telur, lauk pauk,buah ,ikan ayam ,sayur, dan memberikan KIE
tentang tanda bahaya masa nifas.
III 28-10-2021 Evaluasi keadaan umum ibu, anjurkan ibu untuk mongosumsi obat yang
5 hari post telah di berikan dan tetap mengigatkan ibu untuk tetap memakan makanan
partum yang bergizi ,dan memberikan KIE tentang cara mengurangi odema pada
ibu.
IV 30-10-2021 Evaluasi keadaan umum ibu ,pantau ibu untuk mengosumsi pengobatan
7hari post yang telah diberikan, KIE ibu tentang diet bagi ibu post partum dengan PEB
partum dan anemia sedang dengan tetap mengigatkan dan memberikan KIE
tentang btetap nmengosumsi makanan y\ang begizi agar kondisi ibu
kembali stabil, dan memberikan konseling untuk dating ke puskesmas
terdekat jika mengalami tanda bahaya atau memiliki keluhan.

Menurut Aditiawarman, 2016 menyatakan bahwa langkah-langkah

penatalaksanaan kegawatdaruratan pre eklamsia berat pada ibu hamil,

bersalin dan nifas adalah sebagai berikut:

1. Segera masuk RS

2. Tirah baring ke satu posisi

3. Monitor tanda-tanda vital ,reflex dan DJJ

106
4. Diet tinggi kalori , tinggi protein, rendah karbohidrat, lemak dan

garam

5. Pemenuhan kebutuhan cairan: jika jumlah urine < 30 ml/ jam

pemberian cairan infuse ringer laktat 60-125 ml/jam

6. Infuse ringer laktat atau ringer dextrose 5%

7. Pemberian anti kejang Mgso4 sebagai pencegahan dan terapi obat

8. Pemberian anti hipertensi dan mempertahankan tekanan darah di

bawah 160/110 mmHg, dapat di berikan nofedifin.

9. Monitoring keadaan janin

10. Setelah persalinan jika tekanan darah diastolic> 110 mmHg,

berikan anti hipertensi sampai diastolic di antara 90-110 mmHg.

11. Pemberian obat anti konvulsan atau Mgso4 di teruskan sampai 24

jam post partum atau kejang berakhir.

12. Obsevasi tanda-tanda vitall

Dari intervensi yang diberikan selama 4 hari,mka tidak ada perbedaan

antara asuhan yang di berikan dengan teori yang sudah ada.

F.KETERBATASAN

Dalam studi kasus ini tidak ada keterbatasan selama proses pemberian

asuhan pada ibu nifas dengan preeklamsia berat ,anemia sedang dan

makrosomia

107
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah di berikan pada Ny”H”dengan

metode soap dengan mengevaluasi keadaan umum ibu serta

mengobservasi tanda-tanda vital pada ibuevaluasi pemberian obat serta

evaluasi tentang KIE menjaga pola makan ibu maka peneliti dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari pengkajian data yang dilakukan oleh peneliti memeperoleh data

subyektif bahwa pasien sebelumnya tidak [pernah mengalami

kenaikan tekanan darah tetapi saat kehamilan 37 minggu tekanan

darah ibu naik menjadi 160/110 mmHg serta terdapat odema pada

kaki ibu setelah dilakukan pemeriksaan lab hasil protein urine (+++).

Pada tanggal : ibu melahirkan di ruang oprasi RSUD gerung pukul :

sedangkan dari data obyektif di ruang VK IGD di dapatkan hasil

pemeriksaan TD 160/ 110 mmhg, serta protein urin(+++) dan dari

hasil data obyektif lain bahwa hasil USG air ketuban sedikit, usia

kehamilan 39 minggu DDJ 140 x/m ileguler dalam proses persalinan

ibu di lakukan amniotomi dan hasil cairan ketuban juga sedikit dan

pada palpasi tinggi fundus uteri ibu 41 cm dan tafsiran berat janin

,5.347 gram.sehingga proses kelahiran di lakukan secara sc.dan dari

hasli pemeriksaan penujang lain ibu megalami anemia sedang dengan

Hb 7,8 gr/dl

108
2. Interpensi data dasar dari hasil pengkajian data peneliti menegakan

diagnosa bahwa responden mengalmi preeklamsi beratanemia sedang

dan makrosomia.

3. Diagnose potensial yang mungkin terjadi pada responden adalahah

bias terjadi kejang pada PEB, ganguan paru-paru pada anemia

sedang, dan pada makrosimia dapat mengalami distosia bahu pada

bayi.

4. Tindakan segera yang dilakukan untuk peneliti untuk mencegah

masalah potensial adalah melakukan protaf PEB dengan memberikan

obat-obatan untuk mencegah terjadinya kejang pada ibu dan

mengevaluasi keadaan umum ibu. Serta memantau ibu pada saat

transpusi darah diberikan karena ibu mengalami anemia sedang

dengan Hb 7,8 gr/dl, Agar kondisi ibu membaik.

B. Saran

1. Bagi responden

Di harapkan pengetahuan responden tentang cara pencegahan

preeklamsia dan anemia agar tidak terjadi lagi sehingga responden

dapat mencegah terjadinya pre eklamsia dan anemi

2. Bagi peneliti

Di harapkan agar peneliti dapat melakukan identifikasi dan memahami

protaf penanganan PEB sehingga dapat memperdalam,

mengaflikasikan ilmu yang di peroleh dan mencegah komplikasi kejang

109
karena PEB dan anemia dengan memberikan asuhan kebidanan pada

ibu nifas dengan PEB dan ANEMIA.

Di harapkan agar peneliti dapat melakukan identifikasi dan

Memahamiprotaf penanganan PEB, sehin dapat memperdalam

Mengaplikasikan ilmu yang di peroleh dan mencegah komplikasi

Kejang karena PEB dan anemia dengan memberikan asuhan

Kebidanan pada ibu nifas dengan PEB dan ANEMIA.

110
111

Anda mungkin juga menyukai