JUMINAH
ENDANG EKAWATI
TRIYATI
SALMAWATI
SURIANI
ITSNA ARYANI
APRIDIANA RAHMAWATI
i
HALAMAN PENGESAHAN
KELOMPOK 1 KLOTER 2
Pembimbing Institusi
Pembimbing Institusi
Pembimbing Lahan
Rusmila Aida,S.ST
NIP. 197002031989122001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan diskusi refleksi kasus (DRK)
dengan judul “Diskusi Refleksi Kasus Pada Ny. M, P50015 Post Operasi Sectio
Caesaria dan Anemia di RSUD Panglima Sebaya Tanah Grogot, Kabupaten Paser
Tahun 2022”. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai penyelesaian mata kuliah Metodik Khusus pada semester 8 di
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
3. Nursari Abdul Syukur, M. Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
5. Lutfhi Metta M.C, S.Tr.keb selaku dosen pembimbing institusi yang telah
6. Rusmila Aida,S.ST selaku dosen pembimbing lahan yang telah membimbing dan
7. Segenap dosen dan staf pendidik di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
iii
8. Staf perpustakaan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan
Timur.
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan do’a, kasih sayang serta motivasi
Saya selaku penulis mohon maaf atas kekurangannya. Semoga laporan ini
Penulis
Kelompok 1
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
i
HALAMAN PENGESAHAN....………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR.…………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat .......................................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................37
BAB V PENUTUP................................................................................................40
A. Kesimpulan................................................................................................40
B. Saran...........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
LAMPIRAN……………………………………………………..…………..…..44
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan
atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019b).
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak mendapat perhatian khusus
(Kemenkes RI, 2018). Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini
juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun
kualitas (Kemenkes RI, 2019b).
Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian ibu (AKI)
di dunia tahun 2017 sebesar 830 ibu setiap harinya yang meninggal akibat
penyakit atau komplikasi terkait kehamilan dan persalinan yang tidak ditangani
dengan baik dan tepat waktu (World health organization, 2017).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu mencapai
4.627 jiwa pada 2020. Angka tersebut meningkat 10,25% dibandingkan dengan
tahun sebelumnya hanya 4.197 jiwa. Penyebab kematian ibu pada tahun lalu,
antara lain diakibatkan oleh pendarahan (28,29%), hipertensi (23%), dan
gangguan sistem peredaran darah (4,94%).
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2020 menunjukkan
jumlah Kematian di Kalimantan Timur yakni 92 kasus dengan jumlah Kematian
Ibu di Kabupaten Paser yakni 5 jiwa (Dinas Kesehatan Kalimantan Timur,
2021). Sedangkan jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Paser tahun 2021
1
meningkat menjadi 20 orang, sebagian besar dikarenakan oleh infeksi Covid 19
(Dinas Kesehatan Kabupetan Paser , 2020).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) penyebab langsung
kematian ibu terjadi saat dan pasca melahirkan 75% kasus kematian ibu
diakibatkan oleh perdarahan, infeksi, atau tekanan darah tinggi saat kehamilan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan hal tersebut adalah umur, pengetahuan,
sikap, pendidikan, kurangnya informasi dari tenaga kesehatan, kemampuan
ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung
(Syahda, 2018).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2018 jumlah ibu hamil
trimester I-III yang mengalami anemia sebesar 43 %, laporan USAID’s, A2Z,
Micronutrient and Child Blindness Project, ACCESS Program, and Food and
Nutrition Technical Assistance (2013) menunjukkan separuh dari seluruh jenis
anemia diperkirakan akibat dari defisiensi zat besi dan 2% diantaranya
berdampak pada kematian. Proporsi tertinggi terdapat pada ibu hamil di daerah
Afrika dan Asia Selatan yaitu 57,1% dan 48,2%, diantara negara-negara Asia
Selatan, India adalah negara dengan prevalensi anemia dalam kehamilan paling
tinggi yaitu 49,7%. Penelitian yang dilakukan oleh Hanif et al, (2007) di
Malaysia melaporkan prevalensi anemia adalah 35% (Noronha et al., 2018).
Data prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia di Propinsi Kalimantan
Timur pada tahun 2018 sebanyak 15,2% (Dinas Propinsi Kaltim, 2019), Data
Kabupaten Paser tahun 2020, ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang mengalami anemia Anemia ringan 26,83% dan anemia berat
6,13 %. dengan rincian Kecamatan Long Ikis tertinggi sebanyak 22,71 %, Tanah
Grogot sebanyak 19,51%, Suliliran Baru sebesar 8,03% dan PKM Senaken
urutan sebelas 11 yaitu sebanyak 2,50 % dan data bulan Agustus s/d November
2021 ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan laboratorium sebanyak 435 orang
dan yang mengalami anemia Anemia ringan sebanyak 36,29 % (Dinas Kesehatan
Kabupaten Paser, 2021).
2
Pada wanita hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi zat besi, hal ini
terjadi karena hemodilusi yang menyebabkan terjadinya pengenceran darah,
pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma, kurangnya zat
besi dalam makanan dan kebutuhan zat-zat besi meningkat serta gangguan
pencernaan dan absorbsi (Cunningham dan Garry dalam Dewi & Sunarsih,
2019).
Penanggulangan masalah anemia yang terjadi di Indonesia, pemerintah
telah mencanangkan pemerataan pendistribusian tablet Fe ke pelayanan-
pelayanan kesehatan untuk dapat dibagikan keseluruh ibu hamil secara gratis.
Program pemerintah yang telah dijalankan merupakan suatu langkah yang
ditempuh dalam rangka menurunkan kejadian anemia. Namun, anemia defisiensi
zat besi pada wanita hamil masih merupakan masalah kesehatan yang dialami
oleh wanita hamil. Pemberian tablet Fe oleh pemerintah sudah dilaksanakan
sebagai bagian dari Ante Natal Care (ANC) tetapi angka kejadian anemia masih
tinggi.
Salah satu komponen penunjang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu, dan untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu yaitu salah satunya dengan DRK.
Tujuan dari DRK adalah untuk mengembangkan profesionalisme bidan,
meningkatkan aktualisasi diri dan membangkitkan motivasi belajar. Kegiatan
DRK bila dilaksanakan secara rutin dan konsisten akan dapat mendorong
perawat lebih memahami hubungan standar dengan kegiatan pelayanan yang
dilakukan sehari-hari. Kesadaran akan kebutuhan untuk berkembang adalah
menjadi salah satu tanggung jawab bidan terhadap dirinya sendiri dan
profesinya. Motivasi melalui DRK akan meningkatkan kinerja bidan sesuai
dengan standar dalam memberikan pelayanan yang bermutu untuk memenuhi
harapan masyarakat. Tenaga bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
ibu dan anak dengan jumlah yang cukup besar (40%) dari seluruh kategori
3
tenaga kesehatan mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang
bermutu, diperlukan proses belajar yang berkesinambungan dalam meningkatkan
kemampuan berfikir serta keterampilan bidan. Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik melakukan
DRK pada Ny.M usia .. tahun pada dengan judul “Diskusi Refleksi Kasus Pada
Ny.M P0000 , Post Operasi Sectio Caesaria dan Anemia di RSUD Panglima Sebaya
Tanah Grogot, Kabupaten Paser Tahun 2022”.
B. Rumuan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada studi kasus ini
adalah “Bagaimana Diskusi Refleksi Kasus pada “Ny. M” dimasa kehamilan
dengan judul “Diskusi Refleksi Kasus Pada Ny. P50015 Post Operasi Sectio
Caesaria dan Anemia di RSUD Panglima Sebaya Tanah Grogot, Kabupaten
Paser Tahun 2022 ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan DRK pada Ny. M dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney dan pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
Dalam memberikan asuhan kebidanan nifas melalui DRK penulis mampu :
a. Melaksanakan mengembangkan profesionalisme bidan.
b. Meningkatkan aktualisasi diri bidan dalam pelayanan asuhan kebidanan.
c. Melaksanakan kegiatan yang membangkitkan motivasi belajar.
d. melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penulis mendapatkan ilmu pengetahuan terutama ilmu yang
bermanfaat dalam perkembangan ilmu kebidanan, serta dapat dijadikan
dasar untuk mengembangkan ilmu kebidanan sesuai dengan pendekatan
manajemen kebidanan dan evidence based dalam praktik asuhan
kebidanan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan Institusi Kesehatan dapat memfasilitasi tenaga kesehatan
dalam melaksanakan DRK.
b. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam praktik
memberikan asuhan pelayanan kebidanan masa kehamilan, persalinan
dan nifas pada ibu.
c. Bagi Penulis
Diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan asuhan pelayanan
kebidanan yang lebih mendalam dengan menerapkan prinsip – prinsip
pembelajaran dalam DRK.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gr % pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr % pada trimester II.
kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe)
menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam
sumsum tulang serta di tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada
6
Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih
zat besi pada wanita yang hamil dapat rendah karena menstruasi dan
sebanyak dua atau tiga kali lipat. Zat besi diperlukan untuk produksi sel
kehilangan harian yang normal. Kebutuhan zat besi janin yang paling
terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari diet oleh
mukosa usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu.
Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari
10 %, dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu
hamil. Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat
membawa pengaruh buruk pada ibu maupun janin, hal ini dapat
2020).
7
Cara mengatasi kekurangan zat besi pada tubuh menurut Imai
mengatasi anemia.
defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari
(Proverawati, 2019).
1) Faktor Langsung
8
a) Status gizi
b) Makanan yang kurang bergizi.
c) Gangguan pencernaan dan malabsorpsi.
d) Kurangnya zat besi dalam makanan.
e) Kebutuhan zat besi yang meningkat.
f) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, malaria dan lain-
lain.
g) Nutrisi
anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
2019).
9
terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah plasma 30%,
2017).
(Susiloningtyas, 2017).
darah merah yaitu anemia. Terjadi akibat produksi darah merah dari
10
sumsum tulang berkurang yang diakibatkan oleh kekurangan faktor
untuk eritropoesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan besi (Brunner &
Suddarth, 2018).
lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac
yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap
Setelah itu, pada saat melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah
11
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani
postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih
12
B. Konsep Dasar Diskusi Refleksi Kasus
1. Pengertian
Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman perawat dan bidan yang aktual dan menarik
dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan dan kebidanan di
lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman
standar yang ditetapkan (Depkes/WHO/PMPKUGM, 2006)
2. Tujuan DRK
Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009
tujuan dari DRK adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan
b. Meningkatkan aktualisasi diri.
c. Membangkitkan motivasi belajar
d. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan.
e. Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan
meningkatkan kerja sama.
13
pelayanan. Proses diskusi ini akan memberikan ruang dan waktu bagi
setiap peserta untuk merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuannya, dan mengarahkan maupun meningkatkan pemahaman
bidan terhadap standar yang akan memacu mereka untuk melakukan
kinerja yang bermutu tinggi.
b. Menyusun Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan yang harus dilaksanakan
dalam kurun waktu yang ditetapkan dan disepakati. Kegiatan DRK
disepakati dalam kelompok kerja, baik di puskesmas maupun di rumah
sakit (tiap ruangan). Kegiatan DRK dilakukan minimal satu kali dalam
satu bulan dan sebaiknya jadwal disusun untuk kegiatan satu tahun.
Dengan demikian para peserta yang telah ditetapkan akan mempunyai
waktu yang cukup untuk mempersiapkan. Setiap bulan ditetapkan dua
orang yang bertugas sebagai penyaji dan fasilitator/moderator
selebihnya sebagai peserta demikian seterusnya, sehingga seluruh
anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama yang berperan
sebagai penyaji, fasilitator/moderator maupun sebagai peserta. Peserta
dalam satu kelompok diupayakan antara 5-8 orang.
c. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut minimal
60 menit, dengan perincian sebagai berikut :
1) Pembukaan : 5 menit
2) Penyajian : 15 menit
3) Tanya jawab : 30 menit
4) Penutup/rangkuman : 10 menit
d. Peran Masing-Masing Personal DRK
Kegiatan selama DRK ditetapkan aturan main yang harus dipatuhi oleh
semua peserta agar diskusi tersebut dapat terlaksana dengan tertib. Ada
14
3 peran yang telah disepakati dan dipahami dalam DRK adalah sebagai
berikut:
1) Peran penyaji Menyiapkan kasus klinis kebidanan yang pernah
dialami atau pernah terlibat didalamnya yang merupakan kasus
menarik baik kasus lalu maupun kasus-kasus saat serta kasus
manajemen dan pengalaman keberhasilan dalam pelayanan juga bisa,
menjelaskan kasus yang sudah disiapkan dengan alokasi waktu 10-20
menit, menyimak pertanyaan yang disampaikan, memberikan
jawaban sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman nyata yang
telah dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan atau SOP
yang berlaku serta mencatat hal- hal yang penting selama DRK.
2) Peran peserta Mengikuti kegiatan sampai selesai diakhiri dengan
mengisi daftar hadir, memberikan perhatian penuh selama kegiatan,
mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan minimal
satu pertanyaan dengan alokasi waktu keseluruhan 20-30 menit,
dalam mengajukan pertanyaan agar merujuk kepada standar, tidak
dibenarkan untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan yang sifatnya
menyalahka atau memojokkan, tidak dibenarkan untuk mendominasi
pertanyaan, pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak bersifat
menggurui.
3) Peran fasilitator/moderator. Mempersiapkan ruangan diskusi dengan
mengatur posisi tempat duduk dalam bentuk lingkaran, membuka
pertemuan (mengucapkan selamat datang, menyampaikan tujuan
pertemuan, membuat komitmen bersama dengan keseluruhan anggota
tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu) dan menyampaikan
tata tertib diskusi), mempersilahkan penyaji untuk menyampaikan
kasusnya selama 10-20 menit, memberikan kesempatan kepada
peserta untuk mengajukan pertanyaan secara bergilir selama 30
menit, mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
15
peserta dan klarifikasi bila ada yang tidak jelas, merangkum hasil
diskusi, melakukan refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta
peserta untuk menyampaikan pendapat dan komentarnya tentang
diskusi tersebut, membuat kesimpulan hasil refleksi dan
menyampaikan isu-isu yang muncul, meminta kesepakatan untuk
rencana pertemuan berikutnya, menutup pertemuan dengan
memberikan penghargaan kepada seluruh peserta dan berjabat tangan
dan membuat laporan hasil diskusi sesuai dengan format dan
menyimpan laporan DRK pada arsip yang telah ditentukan bersama.
e. Laporan Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah
menyusun laporan DRK. Agar kegiatan DRK dapat diketahui dan
dibaca oleh pimpinan, anggota kelompok maupun teman sejawat lainnya
maka kegiatan tersebut harus dicatat/didokumentasikan sebagai laporan.
Bentuk laporan dikemas dengan menggunakan suatu format yang antara
lain berisikan :
1) Nama peserta yang hadir
2) Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan.
3) Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskusi
4) Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah, lampiran laporan
menyertakan daftar hadir yang ditandatangani oleh semua peserta.
f. Persyaratan DRK
Diskusi Refleksi Kasus berbeda dengan presentasi kasus karena DRK
mempunyai persyaratan-persyaratan khusus berdasarkan Modul
Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009 yaitu :
1) Suatu kelompok yang terdiri dari satu profesi yang beranggotakan 5-
8 orang
2) Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang
lagi sebagai penyaji dan lainya sebagai peserta.
16
3) Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
4) Kasus yang disajikan penyaji merupakan pegalaman klinis yang
nyata dan menarik. Posisi duduk sebaiknya melingkar agar setiap
peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.
5) Tidak boleh ada interupsi dan hanya ada satu orang saja yang
berbicara dalam satu saat dan peserta lain memperhatikan proses
diskusi
6) Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokan
penyaji atau peserta lain, serta dalam berargumentasi tidak boleh
menggurui.
7) Membawa catatan diperbolehkan, namun tidak mengurangi perhatian
dalam berdiskusi.
8) Diskusi Refleksi Kasus wajib dilakukan secara rutin, terencana dan
terjadwal dengan baik minimal satu bulan sekali dimana kelompok
diskusi berbagi pengalaman klinis dan IPTEK diantara sejawat
selama satu jam.
9) Selama diskusi setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan
untuk menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan sedemikian rupa, yang merefleksikan pengalaman,
pengetahuan serta kemampuan masing-masing.
10) Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-
pihak yang merasa tertekan atau terpojok, yang diharapkan terjadi
justru sebaliknya yaitu dukungan dan dorongan bagi setiap peserta
agar terbiasa menyampaikan pendapat mereka masing-masing.
11) Diskusi Refleksi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk
memecahkan masalah, merevisi standar, membuat standar ataupun
kesepakatan tindak lanjut agar standar dipatuhi.
17
1. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada
klien (Purwandari, 2011).
Manajamen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, yang dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Langkah-langkah tesebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bisa dipecah-pecah dalam tugas-tugas tertentu dan
semua bervariasi sesuai dengan kondisi klien (Purwandari, 2011).
Melihat kembali penjelasan diatas maka proses manajamen
kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola pikir
bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan
pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka
seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan
berdampak kurang baik untuk klien (Purwandari, 2011).
18
Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an (Purwandari,
2011).
Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai 7 langkah Varney, yaitu
(Purwandari, 2011):
a) Langkah I : Pengumpulan data dasar
Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk
mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi
pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi,
meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau
catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar
yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber infomasi
yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. Bidan
mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru
lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapatkan
konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi.
b) Langkah II : Interpretasi data
Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi masalah
atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi
khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis
tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana
perawatan kesehatan yang menyeluruh.
c) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah
dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,
pencegahan, jika memungkinkan, menunggu dengan penuh waspada
dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul.
19
Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi
perawatan kesehatan yang aman.
d) Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses
penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer
atau kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan
perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia
menjalani persalinan. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan
kemudian di evaluasi.
e) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh
dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi
baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan
kesehatan yang dibutuhkan.
f) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini
dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian
oleh ibu, orang tua, atau anggota tim kesehatan lainnya. Apabila tidak
dapat melakukannya sendiri, bidan betanggung jawab untuk
memastikan implementasi benar-benar dilakukan. Rencana asuhan
menyeluruh seperti yang sudah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman.
g) Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu
memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah
20
kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan
kesehatan.
2. Domentasi Kebidanan
Model dokumentasi kebidanan yaitu dalam bentuk SOAP:
Dokumentasi kebidanan ditulis dengan model SOAP. Dokumentasi model
SOAP dipakai pada dokumentasi kebidanan karena SOAP merupakan
dokumentasi yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat sehingga
dapat dilaksanakan oleh bidan dalam situasi apapun. Seringkali bidan
belum paham tentang pentingnya dokumentasi. Banyak kejadian ketika
bidan menangani pasien gawat, bidan justru lupa untuk mencatat
kronologis kejadian dan penanganan yang sudah dilakukan dalam usaha
menyelamatkan pasien. Akibatnya ketika diperlukan bukti dokumentasi
maka bidan tidak dapat menunjukkan bukti yang otentik. Kita harus selalu
ingat “Tulislah Apa Yang Anda Kerjakan“ dan “Yang Anda Tulis Harus
Yang Anda Kerjakan“, “Jangan Menulis Yang Tidak Anda Kerjakan”.
Yang perlu diperhatikan lagi tentang dokumentasi adalah segera ditulis
ketika anda selesai mengerjakan tindakan, jangan menunda-nunda untuk
menulis, nanti bisa lupa atau keliru. Berikut yaitu bentuk SOAP dalam
dokumentasi kebidanan (Wahyuningsih & Tyastuti, 2016):
S : Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa langsung
atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).
O : Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik dan
pendukung lain. Data ini termasuk catatan medis pasien yang lalu
(sebagai langkah I dalam manajemen Varney).
A : Analisis atau interpretasi berdasarkan data yang terkumpul, dibuat
kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat teridentifikasi
diagnosa atau masalah. Identifikasi diagnose/masalah potensial.
Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi kolaborasi
dan rujukan (sebagai langkah II, III, IV dalam manajemen Varney).
21
P : Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan implementasi
dan evaluasi rencana berdasarkan pada langkah V, VI, VII pada evaluasi
dari flowsheet. Planning termasuk : Asuhan mandiri oleh bidan,
kolaborasi atau konsultasi dengan dokter, tenaga kesehatan lain, tes
diagnostik/laboratorium, konseling/penyuluhan follow up.
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 14 September 2022
Waktu Pengkajian : 23.00 WITA
Tempat Pengkajian : Ruang VK RSUD Panglima Sebaya
Nama Pengkaji : Kelompok 1
S:
1. Identitas Klien
Nama Ibu : Ny.R Nama Suami : Tn. B
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Karyawan Kebun
Alamat : Langgai
23
ginjal dan penyakit lain yang menular, dan keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat keturunan kembar.
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 08-12-2021
TP : 15-09-2022
1. Riwayat Obstetri
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suami Anak Uk Peny Jns Pnlg Tpt Peny JK BB/PB H M Ab Lak Peny
1. Tn. N Hamil Ini
3. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki penyakit system reproduksi seperti kista,
mioma, condyloma, radang panggul, infeksi/ penyakit menular seksual dan
24
lainnya yang dapat mempengaruhi/ memperberat kehamilan ibu dan berpotensi
menurun.
4. Riwayat Kontrasepsi
Ibu sebelum kehamilan ini menggunakan KB suntik 3 bulan.
25
ibu seperti merokok, kehamilannya seperti
minum alkohol, dll merokok, minum alkohol,
jamu, dll.
Biasanya ibu melakukan 1x dalam seminggu
Seksualitas
2x dalam seminggu
26
Antropometri
BB sebelum hamil : 60 kg
BB saat ini : 75 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 25
LILA : 30 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, warna rambut hitam, distribusi merata, rambut bersih,
tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan
Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak ada chloasma, tidak ada oedem
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
pengeluaran kotoran, tidak ada perdarahan, tidak teraba oedema
palpebra
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
pengeluaran secret, tidak ada polip
Mulut : Simetris, bibir lembab, bibir tidak pucat, bersih, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries dentis, lidah tremor, tidak ada
pembengkakan pada tonsil dan ovula
Telinga : Simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau serumen
Leher : Tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher, tidak ada bendungan
vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
Dada : Simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada alat
bantu pernafasan, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan, BJ I loop, BJ II doop, bunyi BJ I dan BJ II teratur
Payudara : Simetris, bersih, puting susu payudara ibu menonjol, tidak ada
masa, ada pengeluaran kolostrum.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra dan striae
livide, pembesaran uterus sesuai usia kehamilan. TFU : 33 cm
27
Leopold I : Teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang
melenting.
Leopold II : Teraba bagian panjang dan keras seperti papan
di kanan ibu (punggung kanan) dan di kiri ibu
teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas)
Leopold III : Pada SBR teraba bagian keras, bulat dan
melenting (kepala), sudah tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV : Divergen, sebagian besar bagian terendah janin
sudah masuk PAP.
Djj: 144 x/mnt, punctum maksimum terletak
pada kuadran kanan bawah
TBJ: (TFU-11) x 155 gram = (33-11) x 155
gram = 3,410 gram
Genetalia : Tidak ada pengeluaran keputihan maupun lendir.
Anus : Tidak terdapat hemoroid
Ekstrimitas :
Atas : Simetris, tidak oedem, capillary refill time < 2 detik,
reflek bisep (+), reflek trisep (+).
Bawah : Simetris, tidak oedem, tidak ada varises, reflek Babinski
(-), homan sign (-), capillary refill time < 2detik, refleks
patella (+).
3. Pemeriksaan Khusus
Tanggal : 14 September 2022 Jam : 23.00 Wita Oleh : Bidan
a. Vulva vagina : Tidak ada masa abnormal
b. Portio : Tebal lunak
c. Pembukaan : Pembukaan Portio Kuncup
d. Ketuban : Utuh
28
e. Presentasi : Kepala
f. Denominator : UUK
g. Penurunan Kepala : Hodge 1+
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : (Tanggal 15 September 2022)
Protein urine : Negatif
b. Pemeriksaan USG
Tempat : VK RSUD Panglima Sebaya
Dokter : dr.Morita, Sp.OG
Hasil : USG, Janin Tunggal hidup, Ketuban berkurang
- GA : 40 w 2 d
- EDD : 15 September
- EFW : 3250 gram
- Air Ketuban : < 500 ml
A:
Diagnosis : G1P0000 usia kehamilan 40 minggu dengan Pre Eklampsia,
Oligohidramnion, Janin tunggal hidup intrauterine
Diagnosis potensial : Ibu : Eklampsia Berat dan Kala I Memanjang.
Bayi : Fetal Distress.
Kebutuhan segera : Konsultasi dokter
P:
Tanggal Penatalaksanaan Paraf
Waktu Pelaksana
14 Sep 2022 Os masuk ruangan VK dari IGD Poned, membawa Mhs
23.30 WITA rujukan dari dr. Morita, S.PoG:
S : Sakit Perut Kencang-kencang
29
O: KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV: TD. 130/90 mmHg, N. 88 x/menit, RR. 20,
S. 36°C,
His, Tidak adekuat. DJJ : 140 x/Mnt Teratur
PD : Pembukaan : Pengeluaran Lendir darah (-),
Pembukaan : Portio Kuncup.
P: - Memberikan penjelasan hasil pemerikasaan
- Lakukan Kolaborasi dengan Dokter Spog
untuk mendapatkan Terapi selanjutnya.
- Advis pemeriksaan laboratorium Protein
une.
Evaluasi :
- Ibu mengerti dengan penjelasan yang di
berikan, telah dilakukan Kolaborasi dengan
Dokter SPOG.
- Advis dr Sp.OG
- observasi djj
- Obs kemajuan persalinan
- Pemeriksasa Laboratorium Protein Urine.,
Hasil (-).
- Terapi : Induksi Meso Prostol : ¼ Tab, 1/4
Tab, ½ Tab / 6 Jam .
15 Sep 2022 S : Sakit Perut kencang-kencang masih hilang timbul. Mhs
Jam 06.30 Agak pusing.
Wita O: Observasi TTV, DJJ dan kemajuan Persalinan.
- Ku : baik
- Kesadaran : Compos Mentis.
30
- Keluhan : Pusing, sakit Belakang Kepala.
- TTV : T/D : 150/ 100 Mmhg, N 88 x/ mnt,
R : 20 x/ mnt, S : 36,5 ℃.
- Djj 136 X/ Mnt
- PD : Portio Kuncup
- Pemeriksaan Laboratorium : protein Urine
(-)
Penatalaksanaan :
- Obs TTV
- Obs DJJ
31
- Obs DJJ.
Evaluasi : Kondsi janin Normal , Ku Ibu baik.
Jam 15.00 S : ibu mengatakan sakit perut kencang-kencang Bidan
menjalar kepinggang.
O : -TTV : T/D 120/80 MMHg, N : 80 x/Mnt, Resp : 20
x/mnt, s : 36,5 ℃, Djj 140 x/ mnt
-His masih jarang.
-Pd pembukaan 2 jari Portio tebel lunak, ket +,
H1+
P : - Obs TTV, Obs Djj, Obs Kemajuan persalinan
- Pemberian misoprostol 100 Mg dosis 2
Evaluasi : Mesoprostol 100 mg telah di minum, Djj
Normal, His masih jarang.
CATATAN PERKEMBANGAN
32
Ibu mengeluk merasakan sakit perut kencang-kencang masih hilang timbul,
sesuai advis dokter , di lakukan Observasi TTV, observasi DJJ, dan observasi
kemjuan persalinan, di dapatkan hasil pemeriksaan TTV: T/D sudah turun, Djj dalam
batas normal.
S:
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan Sakit perut kencang- kencang dan sakit perut melingkar ke
pinggang, gerakan janin aktif
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
33
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,80C
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : Tidak oedem pada kelopak mata, tidak pucat pada
konjungtiva, berwarna putih pada sklera, dan fungsi
penglihatan baik. Tidak teraba benjolan atau massa di
palpebra
Payudara : Simetris, bersih, sudah terdapat pengeluaran kolostrum, tidak
ada hiperpigmentasi pada areolla mammae, puting susu
menonjol, tidak ada retraksi dan teraba massa.
Abdomen : Simetris, terdapat linea nigra, ada luka bekas operasi.
Kandung kemih kosong, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah
pusat kontraksi baik.
Genetalia : Tidak ada oedema dan varices pada vulva dan vagina, tidak
ada luka parut, tidak ada hemorrhoid, tidak terdapat
pengeluaran darah maupun lender.
Ekstremitas : Ekstermitas atas simetris, tidak ada oedema, pada refleks
capilary refill kembali dalam 2 detik. Reflek bisep (+), reflek
trisep (+).
Ekstermitas bawah tidak ada oedem, sama panjang, homan
sign (-), pada refleks capilary refill kembali dalam 1 detik.
Reflek babinsky (-), reflek Patella (+).
A:
Diagnosis : G1P0000 usia kehamilan 40 minggu dengan Pre
Eklampsia, Oligohidramnion, Janin tunggal hidup
intrauterine
Diagnosis potensial: Ibu : Eklampsia Berat dan Kala I Memanjang.
34
Bayi : Fetal Distress.
Masalah : Tidak ada
Masalah potensial : Tidak ada
Kebutuhan segera : Konsultasi dokter
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P:
Waktu Penatalaksanaan Pelaksana
Penatalaksanaan :
- Mesoprostol 100 Mg Dosis 2.
- Obs TTV
- Obs Kemajuan Persalinan
- Obs DJJ.
Evaluasi : Kondsi janin Normal , Ku Ibu baik.
20.00
Wita Bidan
35
Bidan
36
Asuhan Kebidanan persalian inpartu
S:
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan.
2. Pola Fungsional
Nutrisi, ibu mengatakan telah minum air hangat 1 gelas dan makan 1x dengan
menu nasi, sayur, serta lauk. Ibu menghabiskan setengah porsi makanan nya,
minum 600 ml. Istirahat, ibu tidur 30 menit – 1 jam. Aktifitas, ibu hanya
berbaring ditempat tidur, elemasi ibu BAK menggunakan kateter dan ibu belum
BAB.
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 150/80 mmHg Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 84 x/menit Suhu : 36.50C
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak ada kloasma gravidarum, tidak oedem dan tidak pucat
37
Mata : Tidak ada oedem pada kelopak mata, tidak pucat pada
konjungtiva, tampak putih pada sklera, dan fungsi
penglihatan baik, tidak teraba benjolan atau massa di
palpebra.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada alat bantu
otot pernafasan, irama jantung terdengar teratur, suara jantung
I terdengar di intercosta 4-5 dan suara jantung 2 terdengar di
intercostal 1-2, tidak terdengar suara nafas tambahan ronchi
dan wheezing.
Payudara : Simetris, bersih, terdapat pengeluaran ASI, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla mammae, puting susu
menonjol, tidak ada retraksi dan teraba massa.
Abdomen : Simetris, terdapat linea nigra, terdapat luka bekas operasi.
Kandung kemih kosong, tinggi fundus uteri 3 jari dibawah
pusat kontraksi baik.
Genetalia : Tidak ada oedema dan varices pada vulva dan vagina, tidak
ada hemorhoid, ada pengeluaran cairan lochea rubra,
konsistensi cair, banyaknya ±5cc.
Ekstremitas : Ekstermitas atas, Simetris, tidak ada oedema, pada refleks
capilary refill kembali dalam 2 detik, reflek bisep (+), reflek
trisep (+).
Ekstermitas bawah, teraba oedem, sama panjang, homan sign
(-), pada refleks capilary refill kembali dalam 1 detik, reflek
babinsky (-), reflek patella (+).
38
A:
Diagnosis : P4004 nifas normal post SC hari ke-2
Masalah : Nyeri bekas luka operasi
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Syok Neurogenik
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P:
Waktu Penatalaksanaan Pelaksana
Penatalaksanaan :
- Mesoprostol 100 Mg Dosis .
- Obs TTV
- Obs Kemajuan Persalinan
- Obs DJJ.
Evaluasi : Kondsi janin Normal , Ku Ibu baik.
11.45 Melakukan Observasi keadaan umum dan tanda-
tanda vital.
Bidan
E. KU baik, TD. 150/85, N 84 x/m, RR 24 x/m,
T.36,6
39
12.00 Memberitahu ibu jika akan diberikan injeksi obat
antrain
Bidan
E. - Pasien bersedia diberikan obat
- Injeksi obat telah diberikan
14.00 Pasien dipindahkan keruangan nifas
Bidan
E. Pasien telah dipindahkan
40
BAB IV
PEMBAHASAN
S.PoG Ibu mengatakan sakit perut kencang- kencang sejak tanggal 14/09/2022, jam
12.00 wita kemarin. Ibu mengatan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga kedua orang tua ibu juga tidak memiliki penyakit
kehamilannya pada saat melakukan Kontrol kehamilan di klinik Sayang Ibu, Selama
Pada trimester I ibu merasa mual dan sudah memeriksakan kehamilannya sebanyak
sebanyak 1x. Pada trimester III ibu tidak ada keluhan dan memeriksakan
pertama kali pada saat usia kehamilan 16 minggu. Selama hamil ibu rutin
peningkatan ( 140/90 mmhg), dan terdapat salah satu gejala/tanda preeklamsi yaitu
pusing, hal ini sesuai dengan gejala dan tanda yaitu adanya faktor yang memberikan
suatu gangguan seperti pada gangguan cerebral dan pada gangguan visus serta
penyakit yang terjadi di dalam kehamilan dan muncul setelah umur kehamilan 20
41
minggu festasi, ditandai dengan gejala hipertensi, edema, proteinuria. Preeklampsia
disebabkan oleh banyak faktor dan jika tidak segera ditangani akan menimbulkan
Dari beberapa riwayat yang Ny.R nyatakan maka terdapat faktor-faktor yang
berisiko terjadinya preeklampsia, diantaranya usia 28 Th. Sejalan dengan penelitian
di RSUD Wonosari Jawa Tengah, yang mengatakan ada hubungan antara usia
berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) dengan kejadian preeklampsia (Meisita Eka
Rizki, 2013). Di dapatkan hasil Tekanan darah meningkat /hipertensi pada Ny.R
hingga di lakukan rujukan untuk mendapatkan perawatan selanjutnya. Hipertensi
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan gangguan yang terjadi pada sistem
peredarah darah sehingga tekanan darah menjadi di atas batas normal (sistolik ≥ 140
mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg) (Juliawan, 2017). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gustri, dan kawan kawan (2016) bahwa ibu dengan riwayat hipertensi
berisiko mengalami preeklampsia sebanyak 12x lipat dari pada ibu yang tidak
mempunyai riwayat hipertensi.
Pada pemeriksaan umum semua dalam batas normal, namun tekanan darah ibu
lebih dari normal yaitu 140/90 mmHg (MAP: 106,66). Pada pemeriksaan fisik juga
dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan USG air ketuban
<500 ml.
Hasil pemeriksaan pada Ny.R mengarah pada preeklamsi yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi, pada kehamilan 20 minggu atau lebih. adanya faktor yang
memberikan suatu gangguan seperti pada gangguan cerebral dan pada gangguan visus
serta terjadinya rasa nyeri di epigastum , Pusing (Sibai, 2015). Dari hasil pemeriksaan
USG oleh dokter Sp.OG dinyatakan oligohidramnion. Hal ini sesuai dengan teori
42
perkemihan-ginjal, janin terlalau banyak minum sehingga dapat menimbulkan makin
Jumlah kurang dari 500 cc, Kental, Bercampur mekonium (Manuaba, dkk, 2010)
kemajuan Persalinan, dan di berikan Terapi : misoprostol ¼ tab,1/4 tab dan ½ tablet
setiap 6 jam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan Diskusi Refleksi melalui studi kasus asuhan
kebidanan ibu bersalin pada Ny.R diRuang bersalin RSUD Panglima Sebaya
Kabupaten Paser maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pemberian asuhan
kebidanan pada ibu bersalin Ny. R telah sesuai dengan teori dengan melakukan
pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney. Asuhan
kebidanan bersalin tujuannya adalah Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak
mendapat perhatian khusus, melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu.
Asuhan persalinan yang diberikan kepada Ny. R yaitu menjelaskan bahwa
saat ini ibu dalam kondisi tidak normal yaitu dengan komplikasi preeklamsia
berat dan oligohidramnion dan masalah dapat teratasi dengan dilakukan operasi
sectio caesarea. Pada setiap asuhan penulis menambahkan beberapa KIE sesuai
dengan kebutuhan ibu bersalin dengan operasi sc tersebut. Dan klien pun
merespon dengan baik perawatan dan konseling yang diberikan.
43
B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk
melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin agar dapat berjalan
fisiologis atau normal sesuai dengan standar kebidanan.
2. Bagi Klien dan keluarga
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan bahwa pemeriksaan dan
pemantauan kesehatan sangat penting khususnya masa kehamilan sehingga
ibu dapat bersalin dengan normal
2. Bagi Profesi Bidan dan lahan praktik
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Hardiana. 2016. Keterlambatan Penurunan TFU Pada Ibu Nifas Fisiologis dan
Post SC. Universitas Islam Lamongan, Jawa Timur.
Suciati, S., Sit, S., Keb, M., Sulistina, D. R., St, S., Keb, M., Rasyiid, A., & St, S.
(2015). Konsep Kebidanan (M. K. Siti Suciati, S.SiT (ed.)). Prodi D3
Kebidanan Universitas Tulungagung.
Sukma, F., Hidayati, E., & Nurhasiyah Jamil, S. (2017). Buku Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas.
World health organization. (2017). maternal mortality. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/maternal-mortality
World health organization. (2019). Newborns: improving survival and well-being.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/newborns-reducing-
mortality
Kemenkes RI. (2020). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4, Cetakan 4. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rahmah, E. F. (2016). Berat Badan Optimal Kehamilan Program Studi Ilmu Gizi. In
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. http://gizi.fk.ub.ac.id/berat-badan-
optimal-kehamilan/
Susanti, N. Y., Anwar, K., Kebidanan, A., & Sukorejo, I. (2014). Hubungan
Pendampingan Suami Dengan Lama Kala I. Oksitosin Kebidanan, 1(1), 1–7.
46
Susilo, R., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas dan Evidance based
Practice. Deepublish. https://books.google.co.id/books?
id=dbiEDwAAQBAJ&lpg=PR6&ots=Mvvi70Tyka&dq=fisiologis
nifas&lr&hl=id&pg=PR5#v=onepage&q=fisiologis nifas&f=false
47