Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA MASA KEHAMILAN DENGAN KEHAMILAN RESIKO


TINGGI DI PKM TANJUNG

Dosen Pembimbing :

Nurmisih, S.Pd, M.Kes

Disususn Oleh :

Ria Harmonis

PO. 71242230014

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan komprehensif pada masa Kehamilan” guna
memenuhi tugas Stase kehamilan program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun
2023.

OLEH

RIA HARMONIS

PO 71242230014

Jambi, O k T O B E R 2023

Mengetahui :

Preseptop Akademik Pembimbing Lahan

(Nurmisih, S.pd, M.Kes) (Dianti Endang Setianingsih, S.ST)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Masa Kehamilan Pada

Ny. N umur 43 tahun G4 P3 A0 AH3 hamil 39 minggu dengan kehamilan resiko tinggi di PKM

Tanjung. Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas Mata Kuliah Praktik Klinik

Kebidanan Komprehensif Stase Kehamilan yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum

yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta

pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Yuli Suryanti, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi

3. Nurmisih, S.Pd, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Dianti Endang Setianingsih, S.ST Pembimbing Lahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata

semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Oktober 2023

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………........................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................. ........................... ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................4

C. Tujuan........................................................................................................................4

D. Manfaat......................................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan Resiko Tinggi...................................................................7

B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan..................................................................20

C. Teori Evidence Based Midwifery..............................................................................21

BAB III. TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Kasus.........................................................................................................27

BAB IV PEMBAHASAN

Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM.............................................................36

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…............................................................................................................47

B. Saran..........................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antenatal care (ANC) sebagai salah satu upaya penapisan awal dari faktor resiko

kehamilan. Antenatal care selama kehamilan untuk mendeteksi dini terjadinya resiko

tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu

dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan

kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang mungkin ada atau

akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum

berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan

antenatal care. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil

merupakan salah satu faktor penentu angka kematian ibu dan bayi meskipun masih

banyak faktor penentu yang lain ( Qudriani & Hidayah, 2017 : 197).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

keberhasilan upaya kesehatan ibu. Data yang dirilis oleh World Health Organization

(WHO) bahwa setiap tahun di dunia diperkirakan terdapat 385.000 kematian ibu dan

99% diantaranya kematian tersebut ada di Negara berkembang, dan sebanyak 67%

berasal dari beberapa negara termasuk Indonesia. Secara umum terjadi penurunan

kematian ibu selama periode 1991- 2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran

hidup. Target penurunan AKI diperkirakan pada tahun 2024 AKI di Indonesia turun

menjadi 183/100.000 kelahiran hidup dan di tahun 2030 turun menjadi 131 per 100.000

kelahiran hidup. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan

(1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus). Jumlah

1
Angka kematian Ibu provinsi jambi mengalami kenaikan pada tahun 2018 sebanyak

46 sedangkan tahun 2019 sebanyak 59 dimana penyebabnya antara lain perdarahan 18

kasus, hipertensi dalam kehamian 14 kasus, penyebab lain- lain 20 kasus (Kemenkes

RI, 2020 : 97).

Pada tahun 2020 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan (1.330

kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.110 kasus), infeksi (216 kasus). Jumlah angka

kematian ibu provinsi jambi pada tahun 2020 antara lain perdarahan 23 kasus,

hipertensi dalam kehamilan 17 kasus, infeksi 3 kasus, lain-lain 19 kasus ( Kemenkes RI

2021 : 382)

Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan

post partum. Penyebab ini dapat diminimalkan apabila kualitas Antenatal Care

dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu

hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi anemia, ibu hamil yang

menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun,

terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3

tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan,

sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000

kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur

perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari

semua perempuan yang telah kawin (Kemenkes RI, 2015 : 7) .

Lebih kurang 65% kehamilan masih terjadi karena “4 terlalu” yang

berhubungan dengan kehamilan “terlalu muda” (kurang dari 20 tahun), “terlalu

tua” (lebih dari 35 tahun), “terlalu sering” (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun,

“terlalu banyak” (lebih dari 3 anak). Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila

mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu

2
dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko

tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan

maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian

dan kesakitan. Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,

setiap ibu hamil memerlukan asuhan antental sebanyak minimal 4 kali (Khadijah &

Arneti, 2018 : 28).

Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap

trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama, minimal satu kali pada

trimester kedua dan minimal dua kali pada trimester. Ketiga standar waktu pelayanan

tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa

deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan

(Kemenkes RI, 2020 : 99).

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu

hamil dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung. Faktor

penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat mengancam

keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan

bayi. Maka perlu dilakukan upaya optimal untuk mencegah atau menurunkan frekuensi

ibu hamil yang beresiko tinggi dan penanganannya perlu segera dilakukan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan anak (Simanjuntak, 2021 : 91).

Berdasarkan penelitian Senewe, dkk (2004) menemukan wanita hamil dengan

risiko tinggi adalah 2,9 kali lebih berisiko untuk memiliki komplikasi persalinan

dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami komplikasi. Risiko mengalami

komplikasi persalinan adalah 3,2 kali jika ibu hamil pernah mengalami komplikasi

tersebut. Ada sekitar 5-10% kehamilan yang termasuk dalam kehamilan risiko tinggi.

Ibu hamil yang termasuk golongan risiko tinggi adalah ibu dengan riwayat kurang baik

3
pada kehamilan dan persalinan yang lalu, tinggi badan kurang dari 145 cm, berat badan

rendah, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, memiliki tiga anak atau

lebih, jarak antara dua kehamilan kurang, riwayat menderita anemia atau kurang darah,

perdarahan pada kehamilan, tekanan darah, kelainan letak janin dan riwayat penyakit

kronik (Manuaba, 2009)

Deteksi awal pada kehamilan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilannya. Banyak faktor yang menjadi

penyebab keadaan tersebut diantaranya minimnya pengetahuan tentang kehamila resiko

tinggi. Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko

tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap,

berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan

tersebut dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk

memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan

tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga

dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup

tinggi di Indonesia (Simanjuntak, 2021 : 93).

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi di

PKM Tanjung tahun 2023.

C. TUJUAN

1. Mampu melaksanakan pengumpulan data dasar pada ibu hamil dengan kehamilan

resiko tinggi di PKM Tanjung dengan menggunakan pendekatan manajeman

kebidanan.

4
2. Mampu melakukan interpretasi data dasar pada ibu hamil dengan kehamilan

resiko tinggi di PKM Tanjung dengan menggunakan pendekatan manajeman

kebidanan.

3. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa pada ibu hamil dengan

kehamilan resiko tinggi di PKM Tanjung dengan menggunakan pendekatan

manajeman kebidanan.

4. Mampu melakukan tindakan segera pada ibu hamil dengan kehamilan resiko

tinggi di PKM Tanjung dengan menggunakan pendekatan manajeman kebidanan.

5. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada ibu hamil dengan

kehamilan resiko tinggi di PKM Tanjung dengan menggunakan pendekatan

manajeman kebidanan.

6. Mampu melaksanakan tindakan yang sudah ditentukan pada ibu hamil dengan

kehamilan resiko tinggi di PKM Tanjung dengan menggunakan pendekatan

manajeman kebidanan.

7. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan pada ibu hamil dengan kehamilan

resiko tinggi di PKM Tanjung dengan menggunakan pendekatan manajeman

kebidanan.

D. Manfaat

1. Manfaat Untuk Lahan

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan

program dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada ibu hamil

dengan kehamilan resiko tinggi

5
2. Bagi Institusi

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi khususnya

tentang asuhan pada ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi bidan dalam mempertahankan

kualitas pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan pada pada ibu hamil dengan

kehamilan resiko tinggi dengan mengacu pada evidence based terbaru.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEHAMILAN RESIKO TINGGI

1. Definisi Kehamilan Resiko Tinggi

Resiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk

terjadinya suatu keadaan gawat darurat yang tidak diinginkan pada masa

mendatang, yaitu kemungkinan terjadinya komplikasi obstetrik pada saat

persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan,

ketidaknyamanan atau ketidakpuasan pada ibu dan bayi (Rochjati dalam

Indrawati dkk, 2016 : 14).

Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan

ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2010 : 241).

Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau

lebih faktor risiko, sedangkan ibu hamil risiko rendah bila pada pemeriksaan tidak

ditemukan faktor risiko. Namun bukan tidak mungkin dalam perjalanan

persalinan dan kehamilan, ibu hamil risiko rendah dapat berubah menjadi risiko

tinggi. oleh karena itu diperlukan pemeriksaan rutin selama periode kehamilan

dan proses melahirkan (Sarwono, 2008 : 178).

Kehamilan resiko tinggi dapat menyebabkan kematian ibu dan janin,

keguguran, persalinan premature , kelahiran dengan berat badan rendah , penyakit

janin atau bayi neonatus (Asrifah, 2018 : 16).

7
2. Skor Tingkat Resiko Kehamilan

Menurut Indrawati dkk ( 2016 : 14) Ukuran resiko dapat dituangkan dalam

bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau

ringannya resiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat resiko

yang dihadapi oleh ibu hamil. menurut Rochjati (2011 : 112) Berdasarkan jumlah

skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Kehamilan Resiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Merupakan kehamilan yang tidak disertai oleh faktor risiko atau

penyulit sehingga kemungkinan besar ibu akan melahirkan secara normal

dengan ibu dan janinnya dalam keadaan hidup sehat.

b. Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.

Merupakan kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor

risiko/penyulit baik yang berasal dari ibu maupun janinnya sehingga

memungkinkan terjadinya kegawatan saat kehamilan maupun persalinan

namun tidak darurat.

c. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor >12.

Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) merupakan kehamilan

dengan faktor risiko:

1) Perdarahan sebelum bayi lahir, dimana hal ini akan memberikan

dampak gawat dan darurat pada ibu dan janinnya sehingga

membutuhkan rujukan tepat waktu dan penanganan segera yang

adekuat untuk menyelamatkan dua nyawa.

2) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, dimana tingkat kegawatannya

meningkat sehingga pertolongan persalinan harus di rumah sakit

dengan ditolong oleh dokter spesialis.

8
3. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan

Faktor resiko kehamilan adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat

menyebabkan kemungkinan resiko atau bahaya terjadinya komplikasi pada

persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan

bayinya (Rochjati dalam Indrawati dkk, 2016 : 14).

Tabel 1. Kelompok Faktor Resiko

10 Masalah medic Skor


Kelompok FR 1 Primi muda 4
Primi tua 4
Primi tua sekunder 4
Anak kecil < 2tahun 4
Grande multi 4
Umur >35 tahun 4
Tinggi badan 4
Pernah gagal kehamilan 4
Persalinan yang lalu dengan tindakan 8
Bekas seksio sesaria 4
Kelompok FR II Penyakit ibu hamil 4
Preeklamsia ringan 4
Gemeli 4
Hidramnion 4
IUFD 4
Hamil serotinus 8
Letak sungsang 8
Letak lintang 8
Kelompok FR III Perdarahan dalam kehamilan ini 8
Preeklampsia/kejang-kejang 8
Sumber : Indrawati dkk, 2016 : 14).

Menurut Widatiningsih dan Christin (2017) batasan dalam faktor risiko atau

masalah dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

9
a. Ada potensi gawat obstetri (APGO)

Ada potensi gawat obstetri merupakan kehamilan yang perlu

diwaspadai, diantaranya:

1) Primi muda

Ibu hamil pertama pada umur ≤ 20 tahun rahim dan panggul

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan

keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Mental ibu juga

belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain bayi

lahir belum cukup umur, perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir,

perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.

2) Primi tua

Primi tua adalah wanita yang telah mencapai usia 35 tahun atau

lebih pada saat hamil pertama. Ibu dengan usia ini mudah terjadi

penyakit pada organ kandungan yang menua, dan jalan lahir juga

tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan

anak cacat, terjadi persalinan macet, dan perdarahan

3) Anak terkecil kurang dari 2 tahun

Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari

2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat.

Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Anak masih butuh asuhan dan

perhatian orang tuanya

4) Primi tua sekunder

Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu

dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan

10
yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan dapat

berjalan tidak lancar dan perdarahan pasca persalinan.

5) Grande multi

Ibu pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih karena ibu

sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan

seperti kesehatan terganggu, dan kekendoran pada dinding rahim.

Bahaya yang dapat terjadi yaitu kelainan letak, persalinan letak lintang,

robekan rahim pada kelainan letak lintang, persalinan lama, dan

perdarahan pasca persalinan. Grande multipara juga bisa menyebabkan

solusio plasenta dan plasenta previa.

6) Umur 35 tahun atau lebih

Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih dimana pada usia

tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan

lahir tidak lentur lagi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu tekanan darah

tinggi dan preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar

atau macet, dan perdarahan setelah bayi lahir

7) Tinggi badan 145 cm atau kurang

Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini, yaitu:

a) Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus.

Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak

proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi.

Pertama, panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan

janin atau kepala tidak besar. Kedua, panggul ukuran normal

tetapi anaknya besar atau kepala besar.

11
b) Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan

tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.

c) Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan

cukup bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya

yang dapat terjadi yaitu persalinan berjalan tidak lancar dan bayi

sukar lahir. Kebutuhan pertolongan medik yang diperlukan

adalah persalinan operasi sesar

8) Riwayat Obstetrik Buruk (ROB) Riwayat Obstetrik Buruk

Riwayat Obstetrik Buruk dapat terjadi pada:

a. Ibu hamil dengan kehamilan kedua, dimana kehamilan yang

pertama mengalami keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati,

dan lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari.

b. Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami

keguguran ≥ 2 kali.

c. Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam

kandungan. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu:

(1) Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi dengan

tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya,

keluar darah, dan perut kencang

(2) Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan,

misalnya diabetes mellitus dan radang saluran kencing

9) Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan yang ditolong dengan

alat melalui jalan lahir biasa atau pervaginam dengan bantuan alat

10) Bekas operasi sesar Ibu hamil pada persalinan yang lalu dilakukan

operasi sesar.

12
b. Ada gawat obstetri (AGO)

Ada gawat obstetri (AGO) adalah tanda bahaya pada saat kehamilan,

persalinan, dan nifas, terdiri dari:

1) Penyakit pada ibu hamil

Penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan ibu yaitu sebagai berikut:

Anemia, Malaria, Tuberkulosis paru, Payah jantung, Diabetes , Human

Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS), Toksoplasmosis, Preeklampsia ringan

2) Hamil kembar

Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau

lebih. Bahaya yang dapat terjadi yaitu keracunan kehamilan,

hidramnion, anemia, persalinan prematur, kelainan letak, persalinan

sukar, dan perdarahan saat persalinan. Pengaruh terhadap ibu yaitu

kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan

anemia dan defisiensi zat-zat lainnya, kemungkinan terjadinya

hidramnion bertambah 10 kali lebih besar, frekuensi preeklampsia dan

eklamsia lebih sering karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak

napas, sering miksi, serta terdapat edema dan varises pada tungkai dan

vulva. Dapat pula terjadi inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, dan

solusio plasenta sesudah anak pertama lahir. Pengaruh terhadap

janinnya yaitu usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya

jumlah janin pada kehamilan kembar (25% pada gemeli, 50% pada

triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum

cukup bulan). Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.

Bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi

13
kedua tinggi. Kesalahan letak janin yang sering terjadi, juga akan

mempertinggi angka kematian janin

3) Hidramnion atau Hamil kembar air

Hidramnion adalah kehamilan dengan jumlah cairan amnion

lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi

perlahan-lahan atau sangat cepat. Keluhan-keluhan yang dirasakan

yaitu sesak napas, perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi

cairan amnion lebih dari dua liter, edema labia mayor, dan tungkai.

Bahaya yang dapat terjadi yaitu keracunan kehamilan, cacat bawaan

pada bayi, kelainan letak, persalinan prematur, dan perdarahan pasca

persalinan. Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air

ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari dua liter.

Etiologi dari kejadian hidramnion masih belum jelas namun terdapat

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seperti penyakit jantung,

nefritis, edema umum (anasarka), anomali kongenital seperti

anensepali, hidrosepalus, dan sthroma blocking esophagus.

4) Janin mati dalam Rahim atau Inrauterine Fetal Death (IUFD)

Keluhan yang dirasakan yaitu tidak terasa gerakan janin, perut

terasa mengecil, dan payudara mengecil. Pada kehamilan normal

gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan.

Gerakan janin yang berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama

sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam. Berdasarkan

keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)

tidak terdengar dan hasil tes kehamilan negatif. Bahaya yang dapat

terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu gangguan

14
pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang

masuk ke dalam darah ibu.

5) Hamil serotinus/hamil lebih bulan

Hamil serotinus adalah ibu dengan umur kehamilan ≥ 42

minggu. Fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun.

Dampak tidak baik bagi janin yaitu janin mengecil, kulit janin

mengkerut, lahir dengan berat badan rendah, dan janin dalam rahim

dapat mati mendadak. Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan

risiko pada ibu, seperti distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir,

janin besar, dan moulding (moulase) kepala kurang sehingga sering

dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan

perdarahan pasca persalinan

6) Letak sungsang

Letak sungsang adalah kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak

janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.

Bahaya yang dapat terjadi yaitu bayi lahir dengan gawat napas yang

berat dan bayi dapat mati.

7) Letak lintang

Kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil

8-9 bulan), kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu.

Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena

sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bahaya yang

dapat terjadi pada kelainan letak lintang yaitu pada persalinan yang

tidak ditangani dengan benar, dapat terjadi robekan rahim. Akibatnya

15
adalah perdarahan yang mengakibatkan anemia berat, infeksi, ibu syok

dan dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

c. Ada gawat darurat obstetri (AGDO)

Ada gawat darurat obstetri adalah adanya ancaman nyawa pada ibu

dan bayinya terdiri dari:

1) Perdarahan pada saat kehamilan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan sebelum persalinan

atau perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar

dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut

perdarahan antepartum. Perdarahan dapat terjadi pada plasenta previa,

karena trauma atau kecelakaan dan tekanan darah tinggi atau pre-

eklamsia sehingga terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta

yang menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang

plasenta

2) Preeklampsia berat dan Eklamsia Peeklampsia berat

Preeklampsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan

terjadi kejang-kejang atau eklamsia. Bahaya yang dapat terjadi yaitu

ibu dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal. Bahaya bagi janin

yaitu ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil hingga mati

dalam kandungan

4. Penyebab kehamilan risiko tinggi

Menurut Rochjati dalam Kurniawati, Sugiarti, dan Arimina (2013 : 2)

faktor-faktor yang menjadi penyebab dari kehamilan risiko tinggi adalah umur

ibu yaitu usia ≤ 16 tahun dan ≥ 35 tahun, paritas yaitu ibu yang pernah

melahirkan anak sebanyak empat kali atau lebih, jarak anak yaitu ≤ 2 tahun atau ≥

16
10 tahun, terlalu lama hamil pertama ≥ 4 tahun setelah menikah, terlalu pendek ≤

145 cm, pernah gagal kehamilan, pernah melahirkan dengan tarikan tang/vakum,

uri dirogoh, diberi infus/transfusi, pernah operasi sesar, penyakit yang menyertai

kehamilan (kurang darah, malaria, TBC paru, payah jantung, kencing manis,

penyakit menular seksual), bengkak pada muka/tungkai dan tekanan darah tinggi,

hamil kembar, hidramnion, bayi mati dalam kandungan, kehamilan lewat waktu,

letak sungsang, letak lintang, perdarahan dalam kehamilan, preeklampsia dan

kejang-kejang

5. Penatalaksanaan Kehamilan Risiko Tinggi

Menurut Nursalam (2008) Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah dengan

pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil resiko tinggi

atau komplikasi yang lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan

kematian ibu dan bayi.

Menurut Kemenkes RI (2011) Adapun tujuan pengawasan antenatal yaitu

untuk mengetahui secara dini keadaan resiko tinggi ibu dan janin sehingga dapat:

a. Melakukan pengawasan yang lebih intensif

b. Memberikan pengobatan sehingga resikonya dapat dikendalikan

c. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang akurat

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu

Menurut Widatiningsih dan Christin (2017) Pencegahan terjadinya

kehamilan berisiko dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk kehamilan dan

persalinan aman tentang:

17
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di

rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan,

dukun membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.

2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), memberi penyuluhan agar

pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes

atau puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke rumah sakit, misalnya

pada letak lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan

rendah.

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk

untuk melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap dan di bawah

pengawasan dokter spesialis

b. Pengawasan antenatal

Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan

dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya, seperti:

1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat

kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.

2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,

persalinan, dan kala nifas.

3) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.

4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

c. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan kepada ibu, yaitu sebagai

berikut: Diet dan pengawasan berat badan, Kebersihan dan pakaian,

18
Perawatan gigi, perawatan payudara, Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dan

Obat-obatan.

Gambar 2.1
Mind Mapping Resiko Tinggi Kehamilan

19
B. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk

mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien atau pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi

(Jannah 2013 :193) .

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan

Menurut Varney dalam Handayani (2017 : 131) Tahapan dalam manajemen

kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan

semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.

b. Langkah II: Interpretasi data dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah

klien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan.

c. Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan

20
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan

asuhan yang aman.

d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa yang

sudah diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.

f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan

aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.

g. Langkah VII: Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan

didalam masalah dan diagnosa.

C. Teori Evidence Based Midwifery

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata (Jayanti , 2019 : 1).

21
Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan

bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray, 1997 dalam Jayanti,

2019 : 1).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian

dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.Rutinitas yang

tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti, 2019 : 1).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat (Jayanti, 2019 :

3)

3. Kategori Evidence Based

Menurut World Health Organization dalam Jayanti (2019 : 4) Menurut WHO,

Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan.

22
d. Evidence based report adalah mengumpulkan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang

public domain (Jayanti, 2019 : 4)

5. Evidece Based Midwifery pada kasus.

a) Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang Kehamilan Resiko Tinggi Terhadap

Pengetahuan Ibu Hamil (Fitriani dkk, 2014)

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan

tentang kehamilan resiko tinggi terhadap pengetahuan ibu hamil. Penelitian ini

menggunakan Quasy Eksperiment dengan pendekatan non equivalent control-

group yaitu penelitian yang dilakukan pada dua atau lebih kelompok yang

diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Ibu hamil dibagi menjadi kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok eksperimen berjumlah 15 ibu

hamil dan kelompok kontrol berjumlah 15 ibu hamil. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan di Puskesmas Rejosari Kecamatan Tenayan Raya,

digunakan uji t dependent dan juga uji t independen. Hasil uji dependent pada

kelompok eksperimen menunjukkan p value (0,000) < α (0,05), artinya ada

perbedaan yang signifikan antara rata-rata pengetahuan ibu hamil sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan resiko tinggi, dan

didapatkan rata-rata peningkatan pengetahuan ibu hamil sebanyak 24,67 poin.

Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan p value (0,40) > α (0,05),

23
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata pengetahuan ibu

hamil sebelum dan tanpa diberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan

resiko tinggi, dan didapatkan peningkatan rata-rata pengetahuan ibu hamil,

tetapi hanya sebanyak 2,96 poin. Hasil uji statistik dengan menggunakan t

independent diperoleh p value nya (0,000) < α (0,05). Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara mean pengetahuan ibu hamil tentang

kehamilan resiko tinggi setelah diberikan pendidikan kesehatan pada

kelompok eksperimen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian

pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang

kehamilan resiko tinggi.

b) Efektivitas Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) untuk deteksi resiko tinggi

pada ibu hamil di puskesmas ngumpakdalem kabupaten bojonegoro (Saraswati

& Hariastuti, 2017)

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dalam prosesnya

terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

bayi bahkan dapat menyebabkan kematian . Dalam obstetric modern terdapat

pengertian potensi risiko, dimana suatu kehamilan dan persalinan selalu

mempunyai risiko dengan kemungkinan bahaya atau risiko terjadinya

komplikasi. Komplikasi dapat ringan sampai berat yang dapat menyebabkan

kematian, kesakitan, kecacatan pada ibu, atau bayi. Besarnya komplikasi

dipengaruhi oleh derajat faktor risiko, artinya semakin banyak faktor risiko

yang ada pada ibu hamil, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami

komplikasi (Rochjati, 2003).

Semakin tinggi skor ibu hamil dapat meningkatkan resiko ibu saat

hamil dan bersalin bahkan dapat juga beresiko kepada bayi. Pendampingan

24
selama hamil dan penanganan yang komprehensif sangat diperlukan agar

faktor resiko ibu dapat diminimalkan dan ditangani dengan baik. Kematian

ibu dapat dicegah jika kita dapat melakukan deteksi dengan baik, salah satu

alat untuk mendeteksi resiko tinggi ibu hamil adalah dengan menggunakan

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR). Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui Efektifitas Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) untuk deteksi

resiko tinggi pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ngumpakdalem Kabupaten

Bojonegoro. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p value < 0,001 yang berarti

kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) efektif untuk deteksi resiko tinggi pada ibu

hamil. Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) efektif untuk deteksi resiko tinggi

pada ibu hamil, tetapi kehamilan tanpa resiko tetap perlu diberikan asuhan

secara komprehensif karena resiko kehamilan dapat berubah seiring waktu

kehamilan dan persalinan. KSPR mendeteksi kehamilan dan

menggelompokkan kehamilan dalam kehamilan resiko tinggi dan dengan

adanya deteksi tersebut maka dapat direncanakan asuhan kebidanan yang

komprehensif dapat direncanakan secara dini

c) Pengembangan Alat Deteksi Resiko Kehamilan Berbasis Web Sebagai Sistem

Pencatatan Pelaporan Bagi Bidan (Yusuf dkk, 2017)

Saat ini terdapat upaya sebagai deteksi dini terhadap faktor resiko

kehamilan yaitu salah satunya menggunakan metode Kartu Skor Poedji

Rochjati (KSPR) sebagai alat deteksi resiko kehamilan maupun sebagai sistem

pencatatan pelaporan bagi bidan. Di era modern ini, teknologi informasi

berkembang pesat, dukungan sistem dengan komputerisasi sangat membantu

dalam proses pencatatan dan pelaporan tenaga kesehatan yang dirasa efektif

dan interaktif. Tujuan penelitian untuk menjelaskan pengaruh penggunaan alat

25
deteksi resiko kehamilan berbasis web dalam kualitas pemantauan, pencatatan,

dan pelaporan kehamilan di tempat pelayanan kesehatan di Puskesmas

Wilayah Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan studi Quasi

Experimental Design dengan rancangan penelitian post-test only control group

design. Hasil analisis pengembangan alat deteksi resiko kehamilan berbasis

web menunjukkan hasil yang signifikan dimana didapatkan bahwa alat deteksi

resiko kehamilan berbasis web lebih efektif dibandingkan dengan alat deteksi

resiko kehamilan berbasis manual sebagai sistem pencatatan dan pelaporan

dengan nilai p-value <0,05 (0,019). Alat deteksi resiko kehamilan berbasis

web dapat digunakan dan layak sebagai system pencatatan dan pelaporan bagi

bidan. Tingkat efektivitas ini diukur dengan menggunakan kuesioner kualitas

pengembangan alat deteksi resiko kehamilan yang disusun oleh peneliti dan

sebelumnya telah di validasi oleh beberapa ahli.

d) Deteksi Tingkat Risiko Kehamilan dengan Metode Fuzzy Mamdani dan

Simple Additive Weighting (Wulandari & Susanto, 2018)

Risiko kehamilan merupakan faktor pendukung peningkatan Angka Kematian

Ibu (AKI). Tujuan dari penelitian ini untuk menghasilkan sistem deteksi

tingkat risiko kehamilan berdasarkan data hasil pemeriksaan pasien. Penelitian

ini mengkombinasikan metode fuzzy Mamdani dan metode Simple Additive

Weighting (SAW) menggunakan 11 kriteria untuk menentukan risiko ibu

hamil, yaitu rendah, tinggi dan sangat tinggi. Kriteria yang menentukan risiko

kehamilan dinyatakan sebagai pernyataan fuzzy. Metode fuzzy Mamdani dan

SAW telah dapat diterapkan untuk mendeteksi risiko tinggi pada ibu hamil

dengan akurasi 88% sesuai hasil diagnosis pakar.

26
BAB III

TINJAUAN KASUS

RS/PKM/RB/PMB/KLINIK : T a n j u n g Tanggal/Pukul pengkajian : 11– 10–2023 / 09. 00 WIB

Mahasiswa : Ria Harmonis Sumber Informasi tempat pelayanan


NIM : PO71242230014 Teman Orang tua/keluarga
Pembimbing : Nurmisih, S.Pd, M.Kes Nakes : ….. √ Sendiri
A BIODATA
Nama klien/Ibu : Ny. N Nama suami : Tn. W
Umur : 43 Th Umur : 44 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : RT. 03 Desa Rondang Alamat : RT. 03 Desa Rondang

Penanggung jawab
Nama : Tn. W Pekerjaan : Petani
Umur : 44 Th Alamat : RT. 03 Ds. Rondang
Hubungan dengan klien : Suami No. Telp/HP : -
B DATA SUBYEKTIF
ALASAN KUNJUNGAN : ingin memeriksakan kehamilannya
1 Keluhan Utama : nyeri ari- ari
2 Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 12 tahun, lamanya haid 7 hari, jumlah darah haid 2-3 x ganti pembalut. Siklus teratur
29 hari. HPHT : 14- 1-2023
Masalah lain : tidak Ada
3 Riwayat perkawinan :
Perkawinan ke : 1 Usia saat kawin : 19 tahun
4 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Tgl Keadaan
Tempat Umur Jenis Penolong Anak Kel/
No Tahun Penyulit Anak
Partus Hamil Persalinan Persalinan BB
Partus Sekarang
1. 1999 Dirumah 8 bulan Spontan Bidan Tidak L /900 gr Sehat
ada
2. 2000 Dirumah Post Spontan Bidan Tidak L / 4500 gr Sehat
term ada

27
3. 2007 Dirumah aterm Spontan Bidan Tidak P / 4500 gr Sehat
ada
4. Ini
5 Riwayat kehamilan saat ini : G4 P3 A 0 AH3
Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK : 39 Minggu
Di : PKM Oleh : bidan
Pemeriksaan saat ini yang ke 6
Masalah yang pernah dialami :
Hami muda : mual muntah perdarahan
 Lain-lain : Tidak Ada……………….………………………………….
Hamil tua : pusing Sakit kepala perdarahan
 Lain-lain : ………tidak ada………………………………………….
Imunisasi :
TT Hepatitis
Lain-lain :
Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini :
…Tidak ada ……………….. …………………………………………………………….
6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu: (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan)
Tidak ada
7 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit
Kanker Penyakit hati Hipertensi DM Penyakit ginjal
TBC Epilepsi Kelainan bawaan Alergi Hamil kembar
Penyakit jiwa
 Lain-lain : Tidak ada
8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi
Infentilitas infeksi virus PMS Servisitis kronis Endrometriosis
Myo Polip servix Kanker kandungan Operasi kandunga Perkosaan
 Lain-lain : …Tidak ada…… ……………………………………………………….
9 Riwayat Keluarga Berencana
Metode KB yang pernah dipakai : Suntik 3 bulan Komplikasi/masalah.......tidak ada

10 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat


Makan : 3 kali/hari ;
Minum : 8 gelas/hari ;
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :Nasi, sayur, lauk, buah, air teh , susu ,
(bila terdapat gangguan pada pola makan minum, hitung secara kuantitas/kualitas di lembar lain)
11. Pola Eliminasi :
BAK : 4 kali/hari
BAB : 1 kali/hari
Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : Tidak ada
12 Pola istirahat :
tidur : ..8... jam/hari : Tidur terakhir jam :..21.00.....Wib bangun jam 05.00 wib
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat
Tidak ada

28
13. Pola Seksualitas
Frekuensi :1x / minggu,
Masalah / gangguan yang di temukan pada pola seksualitas : tidak ada
14 Riwayat Psikososial
Psikososial: Penerimaan klien terhadap kehamilan ini
 Diharapkan Tidak diharapkan
Alasan : …………………………..
Social support dari :  Suami  orang tua Mertua keluarga lain
Masalah psikososial :
Kekerasan RT : Fisik Psikologis Dan lain lain: tidak ada

15 Perilaku kesehatan :
Penggunaan miras : Ada  Tidak
Penggunaan zat adiktif : Ada  Tidak
Merokok : Ada  Tidak
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :
Memakai benda tajam Membawa tumbuh-tumbuhan
 Lain-lain : tidak ada

Jambi, Oktober 2023

Pembimbing Lahan Mahasiswa

(Dianti Endang Setianingsih,SST) ( Ria Harmonis )

Dosen Pembimbing

( Nurmisih, S.Pd, M.Kes )

29
1. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Sikap tubuh lordosis kiposis skoliosis  normal
Cacat :
Tanda-tanda vital : TD 130/80 mmH g RR 21 x/mnt N 88 x/mnt S : 36,5 0C
Turgor :  Baik Kurang Jelek
Tinggi badan : 160 cm
BB sesuai indikasi: 75 kg
Pertambahan berat badan selama hamil : 13 kg
Rambut/kepala :  Bersih Kotor Rontok Lain-lain : …………
Mata : Seklera : Ikterus  Tidak Ikterus
Konjungtiva : Pucat  Tdk. Pucat
Penglihatan :  Jelas Kabur Lain-lain : …
Alat bantu : Kacamata Kontak-lens
Muka : Hiperpigmentasi Edema  Tdk. Tampak kelainan

 Lain-lain: tidak ada

Bibir : Kering Pecah- pecah Inflamasi  tidak tampak kelainan

Rahang dan Lidah : Pucat Sakit Lesi

Gigi : Palsu Karies  Lain-lain : tidak ada

Telinga :  Tdk. Tampak kelainan  Lain-lain .....Tidak ada.................

Alat bantu dengar

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid Pembesaran V. Jugul

 . Tampak kelainan
Tdk

Payudara :  Simetris Asimetris Kemerahan Bengkak Benjolan

Puting susu : Datar  Menonjol Ke dalam Lecet Kotor

Areola mammae :  Bersih Kotor Hiperpigmentasi

Pengeluaran asi : Kolostrum  Tidak tampak


Abdomen :
- Hepar/lien : Tidak dapat dinilai  Lain-lain … ……………………
- Bekas operasi : Ada Lokasi Tidak ada
- Striae : Tidak ada Livide  Albikans
- Linia : Alba  Nigra Fusca
- Palpasi : kelembutan pembesaran hati/ lien mass

30
Supra pubis tendernes
TFU : 34 Cm Letak punggung : Puki Presentasi : kepala , Penurunan : -
TBJ : 3565 gram
- Lain-lain
- DJJ : Frek 142 x/i  Teratatur Tdk. Teratur  Kuat Lemah
Punctum Maksimum 1/3 kuadran kiri bawah
Punggung dan pinggang : CVAT Ada Tidak Ada
Nyeri Ketuk Ada Tidak Ada
Ekstremitas :  tidak tampak cacat cacat varises
Refleks Patella :  Positif: kanan/kiri Negatif : kanan/
kiri Akral : Dingin Pucat Kebiruan  Normal
Ano genital :
Pengeluaran per vulva Darah Lendir Air ketuban
Palpasi pembengkakan kalenjer : skene bartholini lymFe
Lain-lain : Tidak ada
2. Pemeriksaan Penunjang :
Lain-lain : Tidak dilakukan
3. Hal –hal lain yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum diformat

31
CATATAN PERENCANAAN

Diagnosa :

Ny. N umur 43 tahun G4 P3 A0 AH 3 hamil 39 minggu Janin tunggal hidup intra uterin

preskep dengan kehamilan resiko tinggi

Masalah :

- Jarak kehamilan > 10 tahun

- Usia ibu > 35 thn

Perencanaan

1) Sampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan jelaskan hal-hal yang dianggap penting.

Rasional : penyampaian dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu sangat penting

agar ibu dapat mengetahui keadaan yang sedang dialaminya serta mengetahui

perkembangan kehamilannya, dan hal ini juga merupakan tujuan utama pelayanan

antenatal yang berkualitas.

2) Beri Penkes tentang bahaya jarak kehamilan > 10 tahun dan bahaya usia ibu > 35 tahun saat

hamil

Rasional : Dengan memberitahukan atau menjelaskan kepada ibu tentang bahaya jarak

kehamilan > 10 tahun dan usia ibu saat hamil > 35 tahun merupakan kehamilan

dengan resiko tinggi yang dapat berdampak pada ibu dan bayi terutama saat

persalinan.

3) Beri tahu ibu Hal tentang tanda bahaya dalam kehamilan

Rasional : Dengan memberitahukan atau menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya dalam

32
kehamilan maka ibu dapat mengerti dan melaksanakan anjuran bidan jika

mengalami salah satu tanda bahaya kehamilan tersebut, sehingga dapat terhindar

dari 3T (Terlambat dideteksi, Terlambat dirujuk, Terlambat diberikan

pertolongan).

4) Beritahu ibu tanda-tanda persalinan

Rasional : Dengan memberitahukan ibu tentang tanda persalinan, ibu akan mengerti dan

melaksanakan anjuran bidan bila ibu mengalami salah satu dari tanda persalinan

5) Anjurkan ibu untuk bersalin di Rumah Sakit

Rasional : Dengan menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit dapat mencegah

komplikasi dari kehamilan resiko tinggi

6) Berikan Th obat pada ibu : SF (1x1) , KALK (1x1)

Rasional : Pemberian Fe penting pada ibu agar tidak anemia. Anemia dalam kehamilan dapat

/mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada

ibu hamil dapat mengakibatkan resiko terjadinya perdarahan postpartum

(Proverawati, Atikah, 2009).

Suplementasi kalsium melalui makanan yang dianjurkan merupakan salah

satu upaya untuk penanggulangan dan pencegahan terjadinya kenaikan darah pada

ibu hamil yang pada akhirnya dapat membantu menurunkan AKI dan memberi

cadangan kalsium yang cukup pada janin (Permaesih, dkk, 1999). Dosis yang

direkomendasikan untuk suplemasi kalsium ibu hamil adalah 1000mg/hari

33
Nama : Ny. N Tanggal : 11 – 10 – 2023 / 09.00 wib Kelas : -

Umur : 43 Tahun

Diagnosa :

Ny. N umur 43 tahun G4 P3 A0 AH 3 hamil 39 minggu Janin tunggal hidup intra uterin

preskep dengan kehamilan resiko tinggi

Masalah :

- Jarak kehamilan > 10 tahun

- Usia ibu > 35 thn

CATATAN PELAKSANAAN
1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan jelaskan hal-hal yang dianggap penting.

2) Memberi penkes tentang bahaya jarak kehamilan > 10 tahun dan bahaya usia ibu > 35 tahun

saat hamil

3) Memberi tahu ibu Hal tentang tanda bahaya dalam kehamilan

4) Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan

5) Menganjurkan ibu untuk bersalin di Rumah Sakit

6) Memberikan Th obat pada ibu. : SF (1x1) , KALK (1x1)

34
Nama : Ny. N Tanggal : 11 – 10 – 2022 / 09.00 wib Kelas : -
Umur : 43 Tahun
Diagnosa :

Ny. N umur 43 tahun G4 P3 A0 AH 3 hamil 39 minggu Janin tunggal hidup intra uterin

preskep dengan kehamilan resiko tinggi

EVALUASI

1) Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2) Ibu telah paham mengenai bahaya jarak kehamilan > 10 tahun dan bahaya usia ibu > 35

tahun saat hamil

3) Ibu telah paham tentang tanda bahaya dalam kehamilan

4) Ibu telah paham tentang tanda-tanda persalinan

5) Ibu bersedia untuk bersalin di Rumah Sakit

6) Ibu bersedia untuk minum secara teratur obat yag diberikan

35
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan tentang pelaksanaan manajemen asuhan

kebidanan pada Ny. N dengan Kehamilan Resiko Tinggi. Penulis akan membahas tentang

perbandingan studi kasus pada Ny. N dengan tinjauan teoritis. Pembahasan akan diuraikan secara

narasi berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan 7 langkah varney sebagai

berikut :

1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Pada kasus ini diperoleh data subyektif yaitu Ny. N umur 43 tahun hamil ke 4 dengan

keluhan ingin memeriksakan kehamilannya dan nyeri diari-ari, HPHT pada tanggal 14

Januari 2023. TP : 21 Oktober 2023. Pada Hasil pengkajian riwayat kebidanan Ny. N yaitu

jarak hamil ini dengan kehamilan sebelumnya 16 tahun. Pada data obyektif dari

pemeriksaan tanda-tanda vital TD 130/80 mmHg, Suhu 36,5 0C, Nadi 88x/mnt, Pernafasan

21x/menit.

Pada kasus ini usia Ny. N termasuk kategori resiko tinggi. Menurut Romauli, (2011

: 162 ) mengatakan bahwa usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan

adalah 20-35 tahun. Usia sangatlah berpengaruh pada kehamilan maupun dalam persalinan.

Pada usia ibu <20 tahun dan >35 tahun tidak dianjurkan untuk hamil maupun melahirkan,

dikarenakan usia ibu <20 tahun belum matangnya alat reproduksi dengan ukuran uterus

yang belum mencapai ukuran normal untuk kehamilan dan usia >35 tahun fungsi organ

tubuh semakin menurun dan peluang untuk hamil semakin. Pada usia 20-35 tahun adalah

periode yang aman untuk melahirkan dengan resiko kesakitan dan kematian ibu yang

36
paling rendah. Umur sangat menentukan kesehatan seseorang, ibu dikatakan beresiko

tinggi apabila ibu hamil berusia <20 tahun dan >35 tahun. (Husaidah & Nurbaiti, 2020 :

32).

Ibu hamil umur 35 tahun atau lebih dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada

jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Bahaya yang dapat timbul

pada kelompok usia ini yaitu hipertensi dan preeklamsia, ketuban pecah dini, persalinan

macet, perdarahan setelah bayi lahir (Syaiful & Fatmawati, 2019 : 126).

Menurut Rochjati dalam Syaiful & Fatmawati, (2019 : 124) primitua dibagi menjadi

2, yaitu primitua primer dan primitua sekunder. Primitua primer yaitu ibu hamil pertama

pada umur lebih dari 35 tahun dan ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih

dengan kehidupan perkawinan biasa, sedangkan primitua sekunder adalah ibu hamil

dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu, ibu dalam kehamilan ini seakan-akan

menghadapi kehamilan yang pertama kali. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu primitua

skunder yaitu persalinan dapat berjalan tidak lancar, perdarahan pasca persalinan, penyakit

ibu seperti hipertensi, diabetes dan lain-lain (Syaiful & Fatmawati, 2019 : 125).

Pada kasus ini Ny. N termasuk primitua Skunder karna jarak hamil ini dengan

kehamilan sebelumnya 15 tahun. Dalam pengkajian ini penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual

Adapun diagnosa / masalah aktual yang di identifikasi Pada kasus Ny. N yaitu Ny. N

usia 43 tahun G4 P3 A0 AH3 hamil 39 minggu Janin tunggal hidup intra uterin preskep

dengan kehamilan resiko tinggi.

37
Menurut Indrawati dkk ( 2016 : 14) Ukuran resiko dapat dituangkan dalam bentuk

angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau ringannya resiko atau

bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat resiko yang dihadapi oleh ibu hamil.

Pada kasus ini melakukan deteksi secara dini dengan melakukan skrining kehamilan

dengan menggunakan kartu skor poedji rochjati (KSPR) dengan jumlah total skor 10

dimana skor awal kehamilan 2, primi tua skunder dengan skor 4 dan usia saat hamil lebih

dari 35 dengan skor 4. Sehingga Kasus ini termasuk kategori kehamilan resiko tinggi

(KRT).

Kehamilan resiko tinggi (KRT) merupakan jenis kehamilan dengan adanya

kemungkinan resiko atau komplikasi dengan jumlah skor 6-10 yang dapat terjadi pada ibu

atau janin dan menyebabkan terjadinya resiko kegawatan akan tetapi tidak darurat dan

persalinan dapat ditolong oleh bidan atau dokter di rumah sakit. Kehamilan resiko sangat

tinggi (KRST) merupakan kehamilan yang perlu diwaspadai dikarenakan termasuk ke

dalam kehamilan sangat beresiko dengan jumlah skor lebih dari 12 yang dapat beresiko

menyebabkan terjadinya perdarahan dan menimbulkan kegawatdaruratan bagi ibu dan

janinnya serta membutuhkan rujukan dan tindakan segera sebagai upaya dalam

menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Ada beberapa kemungkinan risiko yang dapat muncul

pada kehamilan yaitu adanya gawat darurat atau kehamilan berisiko yang perlu diwaspadai

diantaranya primi muda, primi tua, usai ibu yng terlalu tua, umur anak terkecil >2 tahun,

primi tua skunder, grandemultipara, tinggi badan >145 cm, riwayat obstetri jelek, terdapat

bekas bedah sesar, serta riwayat bersalin dengan tindakan (Susanti, Fitriani, & Manud,

2021 : 45).

38
Hal ini sejalan dengan Widatiningsih dan Christin (2017) Ada potensi gawat obstetri

merupakan kehamilan yang perlu diwaspadai, diantaranya: Primi tua sekunder Ibu hamil

dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu dan Usia saat hamil 35 tahun atau lebih.

Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama

lagi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu persalinan dapat berjalan tidak lancar dan perdarahan

pasca persalinan. Umur 35 tahun atau lebih pada Ibu hamil tersebut terjadi perubahan pada

jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Bahaya yang dapat terjadi

yaitu tekanan darah tinggi dan preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar

atau macet, dan perdarahan setelah bayi lahir.

Menurut Hartati & Mariyana (2018 : 37) terdapat hubungan antara umur ibu dengan

resiko tinggi pada kehamilan. Didalam penelitan ini didapatkan ibu hamil yang berusia <

20 dan > 35 sebanyak 23 orang, 15 diantara mengalami resiko tinggi pada kehamilan,

diantara juga disebabkan oleh faktor penyakit penyerta seperti PEB dan DM, terjadinya

plasenta previa, IUFD, dan riwayat bekas SC. Karena semakin bertambahnya usia maka

akan semakin meningkatkan pula resiko penyakit penyerta pada kehamilan, seperti yang

ditemukan didalam penelitian ini dengan tingginya kemungkinan terjadinya kehamilan

resiko tinggi pada usia <20 tahun dan >35 tahun maka anjuran untuk hamil diusia yang

paling aman sangat diperlukan yaitu pada usia 20-35 tahun. Tetapi usia 20-35 tahun tetap

harus melakukan deteksi dini karena kehamilan resiko tinggi banyak faktor yang

mempengaruhi seperti jarak kehamilan, faktor penyakit penyerta, sosial ekonomi, riwayat

kehamilan sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Simanjuntak (2021 : 96) ada hubungan umur ibu

dengan kehamilan resiko tinggi. Pada Kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dan diatas

39
35 tahun dapat menyebabkan anemia karena diusia kurang dari 20 tahun secara

biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga

mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap

pemenuhan kebutuhan zat -zat gizi selama kehamilannya. usia 35 tahun terkait dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa

diusia ini serta makin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari

endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan

plasenta yang lebih luas.

Menurut Nursal & Satri (2015 : 27) terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian

kehamilan risiko tinggi. Paritas adalah jumlah kelahiran hidup/mati yang pernah dialami

oleh ibu. Yang digolongkan anak 1 adalah primipara, lebih dari 2 disebut multipara dan

lebih dari 4 disebut grande multipara, dimana pada keadaan ini sering ditemui perdarahan

setelah persalinan akibat dari kemunduran daya lentur atau tidak elastis jaringan karena

telah hamil dan melahirkan berulang kali.

Dengan demikian secara garis besar tampak adanya persamaan antar teori dan tidak

ada kesenjangan dengan diagnose / masalah aktual yang ditegakkan sehingga memudahkan

memberikan tindakan selajutnya.

3. Langkah III : Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial.

Pada langkah ini penulis mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosis

potensial berdasarkan diagnosis / masalah yang sudah diidentifikasi.

Diagnosa potensial dari kasus ini yaitu tekanan darah tinggi dan preeklampsia,

ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar atau macet, dan perdarahan setelah bayi lahir

40
serta dapat mengarah ke kehamilan dengan resiko tinggi yang dapat membahayakan hidup

ibu dan janin Rochjati (2011 : 112) .

Kondisi wanita primi tua sekunder biasanya elastisitas otot dan pembuluh darahnya

menurun, sehingga tekanan darah ibu bisa meningkat (hipertensi) dan saat persalinan

berisiko mengalami partus lama. Hipertensi ibu sendiri dapat menjadi faktor predisposisi

pecahnya ketuban secara dini (Husin, Farid, 2014).

Pada kasus ini tidak terjadi masalah potensial karna penanganan segera dengan

melakukan deteksi secara dini dengan melakukan skrining kehamilan dengan

menggunakan kartu skor poedji rochjati (KSPR). Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)

merupakan media yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui secara dini adanya

masalah atau risiko pada kehamilan yang dapat berdampak buruk baik pada ibu maupun

bayi serta dapat digunakan untuk mengurangi tingginya kematian pada maternal apabila

terjadi atau ditemukan suatu masalah maka dapat dilakukan upaya terpadu untuk

meminimalisir sekaligus mencegah terjadinya kegawatdaruratan pada saat proses bersalin.

oleh karena itu setiap ibu hamil diwajibkan untuk memiliki buku KIA yang dilengkapi

dengan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) untuk memantau kesehatan ibu yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan. Tujuan dari skrining Skor Poedji Rochjati yaitu untuk mengetahui

sekaligus mengelompokkan ibu hamil menjadi tiga kelompok yaitu KRR, KRT, dan KRST

dalam memberikan pelayanan tempat serta penolong proses bersalin yang sesuai dengan

kebutuhan ibu, melakukan pemberdayaan peran masyarakat, suami dan keluarga terhadap

ibu hamil dalam memberikan dukungan dan bantuan baik berupa dukungan mental, biaya,

serta transportasi dalam menyiapkan rujukan terencana (Susanti, Fitriani, & Manud, 2021 :

44)

41
4. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi.

Antisipasi atau tindakan segera pada kehamilan resiko tinggi yaitu Pre- eklamsi

yaitu setiap kunjungan prenatal, tekanan darah dan berat badan harus selalu diukir, apabila

terjadi kenaikan yang tidak wajar dilakukan pemeriksaan protein urine. Deteksi dini pre-

eklamsi dilakukan teratur terutama trimester ketiga kehamilan (Manuaba, 2008).

Hipertensi yaitu tekanan darah tinggi sering terjadi ketika hamil dan lebih mudah

menyerang pada ibu hamil usia ≥ 35 tahun. Tekanan darah tinggi semasa hamil ini sukar di

elakkan karena bermula dari dalam tubuh. Tetapi dengan pemeriksaan awal, tekanan darah

tinggi dapat diatasi. Untuk mengatasi masalah tekanan darah tinggi ini, ibu hamil

mendapatkan terapi “anti-hypertension”. Melalui terapi ini, tekanan darah ibu bisa turun

atau stabil (Manuaba, 2008).

Ketuban pecah dini yaitu ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

inpartu: yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang

dari 5 cm. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi

infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Penggunaan antibiotika

spectrum luas dapat mengurangi terjadinya infeksi pada ketuban pecah dini (Manuaba,

2008).

Persalinan macet yaitu pertolongan persalinan macet dapat dilakukan dengan partus

spontan, ekstraksi vacum, ekstraksi forcep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi

bila janin meninggal, seksio sesarea dan lain-lain (Manuaba, 2008).

Perdarahan postpartum yaitu tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong

persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum: menghentikan perdarahan,

mencegah timbulnya syok, mengganti darah yang hilang. Cara mencegah perdarahan post

42
partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah dan bila

mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan

untuk infus dan obat-obatan uterotonika. Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai

membuka vulva, infus dipasang dan sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau

kombinasi dengan sintosinon (Mochtar, 2012).

Pada kasus ini diagnose potensial tidak ada, maka antisipasi kegawatdaruratan tidak

dilakukan. Dalam kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan hasil

studi kasus sudah sesuai.

5. Langkah V : Rencana Asuhan

Dalam rangka mengantisipasi, asuhan kebidanan pada primi sekunder untuk

mencegah bahaya yang terjadi, sudah dilakukan sesuai teori menurut Rochjati (2011) yaitu

memberi konseling yang ditekankan pada perencanaan persalinan untuk mewaspadai

bahaya akibat primi tua sekunder, menemukan sedini mungkin adanya penyakit dari ibu

yang berkaitan dengan bahaya primi sekunder, Melakukan rujukan terencana dengan

kesiapan mental, biaya dan transpotasi untuk melahirkan di Rumah Sakit.

Menurut Widatiningsih dan Christin (2017) Pencegahan terjadinya kehamilan

berisiko sebagai berikut: Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk

kehamilan dan persalinan aman, pengawasan antenatal, dan pendidikan kesehatan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Nurharjanti (2019 : 7) terdapat pengaruh

pendidikan kesehatan tentang kehamilan resiko tinggi metode index card match terhadap

pengetahuan ibu hamil di desa Gonilan Kartasura. Nilai rata-rata post test pengetahuan

lebih tinggi daripada nilai rata-rata pre test (22,57 > 19,23) sehingga pemberian pendidikan

43
kesehatan tentang kehamilan tinggi dengan metode index card match berpengaruh dalam

meningkatkan pengetahuan ibu hamil di desa Gonilan Kartasura.

Menurut Fitriani dkk (2014 : 6) Hasil uji statistik dengan menggunakan t independent

diperoleh p value nya (0,000) < α (0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan

antara mean pengetahuan ibu hamil pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan resiko tinggi, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu

hamil tentang kehamilan resiko tinggi. Oleh karena itu, memberikan pendidikan kesehatan

tentang kehamilan resiko tinggi efektif terhadap pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan

resiko tinggi.

Pada kasus Ny. N rencana tindakan yang diberikan adalah yaitu sampaikan hasil

pemeriksaan pada ibu dan jelaskan hal-hal yang dianggap penting, beri penkes tentang

bahaya jarak kehamilan > 10 tahun dan bahaya usia ibu > 35 tahun saat hamil, beri tahu

ibu hal tentang tanda bahaya dalam kehamilan, beritahu ibu tanda-tanda persalinan ,

anjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit, berikan th obat SF (1x1) , KALK (1x1). Pada

kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan. Menurut

Silfianasari (2020 : 44) Ibu hamil dengan persalinan terakhir >10 tahun yang lalu. Ibu

dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi.

Berdasarkan catatan statistik penelitian bahwa jarak kehamilan yang aman antara anak satu

dengan yang lainnya adalah 2-5 tahun. Pada jarak ini si ibu akan memiliki bayi yang sehat

serta selamat saat melewati proses kehamilan. Kehamilan dengan jarak kehamilan 5 tahun

atau lebih setelah melahirkan dapat meningkatkan resiko pre eklampsia, kelahiran

prematur, bayi berat lahir rendah, dan kondisi ini dapat mengancam keselamatan ibu hamil

44
dan janinnya. kehamilan mempengaruhi kapasitas uterus untuk mengakomodasi kebutuhan

dan pertumbuhan janin. Jarak antar kelahiran yang terlalu jauh membuat keuntungan

fisiologi ini menjadi hilang, selain itu Resiko yang dapat terjadi pada ibu hamil > 35 tahun

Hipertensi/tekanan darah tinggi, Pre-eklamsi, Persalinan macet : Ibu yang mengejan lebih

dari 1 jam bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa,

Perdarahan setelah bayi lahir

6. Langkah VI : Implementasi

Menurut Varney (2007) pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti

diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efesien dan aman. Pelaksaan asuhan

kebidanan ibu hamil dengan kehamilan Resiko tinggi sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat.

Ibu hamil dengan risiko tinggi akan mempunyai risiko atau bahaya komplikasi dalam

proses kehamilan maupun bersalin. Hal ini dapat berdampak dan mengancam pada

keselamatan jiwa ibu dan bayinya, oleh karena itu untuk mengurangi tingginya sekaligus

mencegah terjadinya risiko maka dapat dilakukan deteksi secara dini dan dapat ditangani

sedini mungkin apabila terjadi adanya risiko pada kehamilan. Kartu Skor Poedji Rochjati

merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pendeteksi secara dini dalam menemukan

adanya resiko dan dapat menggolongkan apakah jenis kehamilan termasuk resiko tinggi

atau tidak beresiko sehingga apabila terjadi adanya resiko tinggi maka dapat tertangani

secara dini (Hidayah et al dalam Susanti dkk, 2021 : 49)

Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari apa yang sudah direncanakan.

Didalam teori bidan melaksanakan proses kebidanan sesuai dengan kewenangannya.

Dalam praktek lapangan bidan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai apa yang sudah

45
direncanakan kepada klien tanpa ada tindakan yang menyimpang dari rencana

sebelumnya. Sehingga dalam langkah ini antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan.

7. Langkah VII : Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. N umur 43 tahun G4 P3 A0 AH3

hamil 39 minggu 5 hari Janin tunggal hidup intra uterin preskep dengan kehamilan resiko

tinggi yaitu ibu mengerti dengan kondisi yang dialaminya, ibu mengerti tentang kehamilan

resiko tinggi, tanda bahaya dalam kehamilan, dan tanda-tanda persalinan dan ibu bersedia

untuk bersalin di RS. Penanganan yang tepat dan observasi yang baik dari pelaksanaan

asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien maka dari hasil evaluasi tidak ditemukan

antara kesenjangan antara teori dan pratek dilapangan.

46
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. N umur 43 tahun G4 P3 A0 AH3

hamil 39 minggu Janin tunggal hidup intra uterin preskep dengan kehamilan resiko

tinggi, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik. Pengkajian tersebut didapat

dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan Ny. N umur 43 tahun G4 P3 A0 AH3 hamil 39 minggu Janin

tunggal hidup intra uterin preskep dengan kehamilan resiko tinggi yang didapat dari

data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian.

3. Penulis telah mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin akan terjadi pada Ny. N. Diagnosa potensial pada Ny. N tidak ditemukan

sehingga tidak dilakukan penanganan lebih lanjut.

4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap Ny. N

5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Ny. N umur 43

tahun dengan kehamilan resiko tinggi sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu

dengan memberikan informasi KIE yang tepat untuk kehamilan dan persalinan

aman, pengawasan antenatal, dan pendidikan kesehatan.

6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

47
7. Telah dilakukan evalusi untuk mengetahui pemahaman klien mengenai konseling

yang telah diberikan dan klien bersedia untuk melahirkan di RS

B. Saran

1. Bagi Lahan Praktik

Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan

dan pelaksanaan program dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pada ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi

2. Bagi Institusi

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi khususnya

tentang asuhan evaluasi pada ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan bagi bidan dalam mempertahankan kualitas

pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan evaluasi pada ibu hamil dengan

kehamilan resiko tinggi dengan mengacu pada evidence based terbaru.

48
DAFTAR PUSTAKA

Asrifah. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Usia Ibu Hamil Dengan Kehamilan Risiko Tinggi
Di Puskesmas Benua Kabupaten Konawe Selatan. Kendari: Politeknik Kesehatan
Kendari.

Fitriani, E., Utami, S., & Rahmalia, S. (2014). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang
Kehamilan Resiko Tinggi Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil. JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 ,
1-8.

Hartati, N., & Mariyana . (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Resiko Tinggi
Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sungai Panas Kota Batam Tahun 2017.
Kebidanan. Volume 08, Nomor 03, Agustus 2018, 34-41.

Hidayah, P., Wahyuningsih, H. P., & Kusminatun. (2018). Hubungan Tingkat Risiko Kehamilan
dengan Kejadian Komplikasi Persalinan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Kesehatan Vokasional, 3.

Husaidah, S., & Nurbaiti. (2020). Hubungan Resiko Tinggi Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian
Hipertensi Dalam Kehamilan Di Puskesmas Batu Aji. Zona Kebidanan – Vol. 10 No. 3
Agustus 2020, 32-38.

Husin, Farid. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti . Jakarta: Sagung Seto.

Indrawati dkk. (2016). Buku Ajar Pendidikan Kesehatan Kehamilan Resiko Tinggi (LCD dan
Leaflet). Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.

Khadijah, S., & Arneti . (2018). Upaya Deteksi Dini Resiko Tinggi Kehamilan Ditentukan Oleh
Pengetahuan Dan Dukungan Tenaga Kesehatan. Jurnal Sehat Mandiri , Volume 13 Nov1
Juni 2018.

Kurniawati, D. O., Sugiarti & Arimin, H. P. (2013). Profil Ibu Hamil Risiko Tinggi Berdasarkan
Umur dan Paritas. 1-5.

Manuaba. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC.

49
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC.

Nurharjanti, P. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kehamilan Resiko Tinggi


Dengan Metode Index Card Match Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Di Desa Gonilan
Kartasura. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nursal, D. G., & Satri, R. M. (2015). a. High Risk Pregnancy In Work Area Lubuk Gadang
Community Health Center, Solok Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas , 23-
28.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu.

Prawiroharjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina.

Qudriani, M., & Hidayah, S. N. (2017). Persepsi Ibu Hamil Tentang Kehamilan Resiko Tinggi
Dengan Kepatuhan Melakukan Antenatal Care Di Desa Begawat Kecamatan Bumijawa
Kabupaten Tegal Tahun 2016. 2nd Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT), 197-203.

Rochjati, P. ( 2014). Skrining antenatal pada ibu hamil. Pusat Safe Motherhood-Lab/SMF
Obgyn RSU Dr. Sutomo. Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.

Saraswati, D. E., & Hariastuti, F. P. (2017). Efektivitas Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
Untuk Deteksi Resiko Tinggi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ngumpakdalem Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.5 No.1, 28-33.

Senewe Fp, Sulistyowati N. (2004). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Komplikasi


Persalinan Tiga Tahun Terakhir Di Indonesia (Analisis Lanjut Skrt-Surkesnas 2001).
Buletin Penelitian Kesehatan.

Silfianasari, D. (2020). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. T di Puskesmas Margasari


Kabupaten Tegal. Tegal: Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Simanjuntak, H. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kehamilan Resiko


Tinggi Di Klinik Pratama Evi yanti Rokan Medan MarelanTahun 2020. Journal Of
Midwifery Senior Volume 4 Nomor 2: Mei 2021, 90-98.

Susanti, E., Fitriani, I. S., & Manud, H. (2021). Deteksi dini Kehamilan Risiko Tinggi Pada Ibu
Hamil Grandemultipara Fisiologis Dengan Skor Poedji Rochjati Tinggi. Health Sciences
Journal , 43-50.

Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: CV. Jakad
Publishing surabaya.

50
Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta:
EGC .

Wulandari, T., & Susanto, A. (2018). Deteksi Tingkat Risiko Kehamilan dengan Metode Fuzzy
Mamdani dan Simple Additive Weighting. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 110-
114.

Widatiningsih, S. dan Christin, H. T. D. (2017). Praktik terbaik asuhan kehamilan. Yogyakarta:


Transmedika.

Yusuf, N., Anugerah, D. E., & Adiani, F. (2017). Pengembangan Alat Deteksi Resiko
Kehamilan Berbasis WEB Sebagai Sistem Pencatatan Pelaporan Bagi Bidan.
JurnalRisetKesehatan,6(2), 55-61.

51

Anda mungkin juga menyukai