Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF PADA NY.

R 33 TAHUN
DI PUSKESMAS PAMITRAN
TAHUN 2023
Tugas ini dibuat untuk memenuhi Tugas Individu Praktik Kebidanan Komunitas
Komprehensif

Penyusun:
Euis Nurmawar

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan Laporan Praktek Pemberdayaan Masyarakat.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktek stase
komunitas dalam konteks continuity of care yang berpusat pada perempuan di
Program Profesi Bidan. Laporan Pendahuluan ini bisa diselesaikan tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada
kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Hj Ani Radiati R, S.Pd., M.Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST., M.Keb selaku ketua Program Studi Profesi
Bidan.
4. Tim Penanggung Jawab Praktek Kebidanan Stase 10
5. selaku pembimbing akademik
6. selaku Bidan Koordinator Lahan Praktek Puskesmas Pamitran
7. Orang tua dan kakak serta seluruh keluarga yang selalu memberi doa dan
dukungan baik moril maupun materil.
8. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan
dan pengalaman. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Terimakasih.

Cirebon, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4
A. Kehamilan.......................................................................................................4
1. Definisi Kehamilan......................................................................................4
2. Tanda-Tanda Kehamilan..............................................................................4
3. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu hamil...............................................6
5. Cara Mengurangi Ketidaknyamanan Dengan Yoga.......................................9
B. Persalinan......................................................................................................13
1. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan...........................................................13
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan..........................................14
3. Tanda-tanda Persalinan..............................................................................17
4. Proses Persalinan........................................................................................18
1. Pengertian...................................................................................................23
2. Tujuan Endorphin Massage......................................................................24
3. Cara melakukan endorphin massage..........................................................24
4. Manfaat Pijat Endorphin...........................................................................26
C. Nifas..............................................................................................................27
1. Definisi Masa Nifas...................................................................................27
2. Tahapan Masa Nifas...................................................................................27
3. Perubahan Sistem Tubuh pada Masa Postpartum......................................28
D. Bayi Baru Lahir.............................................................................................43
1. Definisi Bayi Baru Lahir............................................................................43
2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal..............................................................44

ii
3. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir..............................................................46
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................56
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................35
BAB V PENUTUP................................................................................................42
A. Kesimpulan...................................................................................................42
B. Saran..............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu selama
masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain disetiap 100.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI
di Indonesia menunjukkan penurunan dari 359 kematian ibu tahun 2012
menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB
sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target
MDG 205 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian neonatal di 20 negara dengan kematian ibu
dan kematian bayi teratas di dunia, termasuk salah satunya Indonesia yaitu
berat lahir rendah/ prematuritas (35,5%), asfiksia (24,3%) dan infeksi
(22,7%) (ICM et al, 2016). Untuk Indonesia sendiri, 35,9% kematian
neonatal disebabkan oleh gangguan/ kelainan pernapasan termasuk asfiksia
(Kemenkes RI, 2010).
Menuruh WHO, setiap harinya 830 ibu di dunia meninggal akibat
penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. Kira-kira 75%
kematian disebabkan oleh perdarahan parah, infeksi, tekanan darah tinggi
saat kehamilan, partus lama / macet, dan aborsi yang tidak aman
(WHO,2018).
Berdasarkan laporan rutin Profil Kesehatan Jawa Barat di
Kabupaten/Kota tahun 2016 tercatat jumlah kematian ibu maternal yang
terlaporkan sebanyak 799 orang (84,78/100.000 KH), dengan proporsi
kematian ada Ibu Hamil 227 orang (20,09/100.000), pada Ibu Bersalin 202
orang (21,43/100.000 KH), dan pada Ibu Nifas, 380 orang (40,32/100.000

1
2

KH), jika dilihat berdasarkan kelompok umur presentasi kematian


pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 71 orang (8,89%), kelompok umur
20 - 34 tahun sebanyak 509 orang (63,70%) dan >35 tahun sebanyak 219
orang (27,41%). Dan jika dilihat Berdasarkan Kabupaten/Kota proporsi
kematian maternal pada ibu antara 18,06/100.000 KH – 169,09/100.000 KH,
tertinggi terdapat di Kabupaten Indramayu dan terendah di Kota Cirebon.
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016).
Kehamilan akan mengalami komplikasi diperkirakan sebesar 20%.
Komplikasi yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian, namun
sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila ibu segera
pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan prosedur
penanganan yang sesuai, tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi
dini komplikasi, apabila komplikasi terjadi maka tenaga kesehatan dapat
memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien
sebelum melakukan rujukan, proses rujukan yang efektif, pelayanan di RS
yang cepat dan tepat guna (Kemenkes RI, 2015).
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian
dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui peningkatan pelayanan antenatal
yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai,
pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil,
pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, pelayanan emergensi obstetric dan
neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau
secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes RI,
2015).
Dengan melihat masalah diatas maka penulis merasa penting untuk
menyusun Laporan Asuhan Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny R Usia 33 Tahun G4P2A1 Usia Kehamilan 37
Minggu Di PMB Euis N, SST”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R 33 Tahun
G4P2A1 Dengan Kehamilan Normal ?”
3

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswi mampu melaksanakan asuhan komprehensif pada Ny. R 33
Tahun G4P2A1 Dengan Kehamilan Normal
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswi kebidanan dapat :
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. R 33 Tahun
G4P2A1 Dengan Kehamilan Normal
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny. R 33 Tahun G4P2A1
Dengan Kehamilan Normal
c. Mampu melakukan analisis pada Ny. R 33 Tahun G4P2A1 Dengan
Kehamilan Normal
d. Mampu melakukan perencanaan pada Ny. R 33 Tahun G4P2A1 Dengan
Kehamilan Normal
e. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny. R 33 Tahun G4P2A1
Dengan Kehamilan Normal
f. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. R 33 Tahun G4P2A1 Dengan
Kehamilan Normal
g. Mampu melakukan dokumentasi asuhan kebidanan pada Ny. R 33 Tahun
G4P2A1 Dengan Kehamilan Normal
h. Mampu melakukan analisis kesenjangan antara teori dan kenyataan di
lahan praktik pada Ny. R 33 Tahun G4P2A1 Dengan Kehamilan Normal

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan tentang perkembangan ilmu kebidanan dan
sebagai pengaplikasian terhadap ilmu yang telah didaptkan selama kuliah
khususnya mengenai Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan,
Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir.
2. Manfaat Praktis
4

Sebagai acuan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya


mengenai Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan, Persalinan, Nifas,
dan Bayi Baru Lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40).

2. Tanda-Tanda Kehamilan
a. Tanda Pasti Kehamilan
 Ibu merasakan kuat bayi di dalam perutnya
 Bayi dapat dirasakan di dalam rahim
 Denyut jantung bayi dapat terdengar
 Tes kehamilan medis menunjukan bahwa ibu hamil
b. Tanda tidak pasti kehamilan
 Amenorrhoe.
 Mual dan muntah
 Mengidam.
 Tidak tahan bau bauan.
 Pingsan.
 Anoreksia.
 Lelah.
 Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri.
 Sering kencing.

4
 Konstipasi.

4
 Pigmentasi kulit.
 Epulis.
 Adanya varises
c. Tanda mungkin hamil
 Perut membesar.
 Uterus membesar.
 Tanda hegar.
 Tanda chadwicks.
 Tanda piscasek.
 Kontraksi kecil uterus dirangsang.

3. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu hamil


a. Sistem reproduksi
1) Uterus
a) Ukuran. Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30
x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. hal ini
mmungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin.
Pada saat ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi
otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi
higroskopik, dan endometrium menjadi desidua.
b) Berat. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir bulan
c) Posisi rahim dalam kehamilan.
• Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau
retrofleksi
• Pada 4 bulan kehamilan. Rahim tetap berada dalam rongga
pelvis
• Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam
pembesarannya dapat mencapai batas hati
• Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga
abdomen kanan atau kiri

4
d) Vaskularisasi. Arteri uterin dan ovarika bertambah dalam
diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah
vena mengembang dan bertambah.
e) Serviks Uteri. Bertambah baskularisasinya dan menjadi lunak,
kondisi ini yang disebut dengan tanda goodel. Kelenjar
endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan
mucus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh
darah, warnanya menjadi livid, dan ini disebut dengan tanda
chadwick.
2) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih
pengeluaran estrogen dan progesterone.
3) Vagina dan vulva
Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskulerisasi pada
vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih
merah atau kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda chadwick.
b. Sistem Kardiovaskular
1) Volume darah meningkat sekitar 45 %.
2) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh
darah pulmonal.
3) Peningkatan frekuensi nadi.
4) Tekanan darah sedikit menurun.
5) Tekanan karena pembesaran uterus pada vena cava dapat
mempengaruhi aliran darah balik ke jantung dan mengakibatkan
pusing, pucat, berkeringat dan penurunan tekanan darah. Kondisi
ini dinamakan sindrom vena cava atau sindrom hipotensi pada
posisi terlentang. Hal ini dapat diperbaiki dengan meminta ibu
untuk berbaring miring atau dengan meletakkan sebuah bantal di
bawah panggul kanannya.

4
6) Kadar sel darah merah dan haemoglobin meningkat. Begitu juga
plasma, karena peningkatan volume plasma jauh lebih banyak,
terjadi anemia fisik kehamilan.
7) Peningkatan produksi leukosit mencapai nilai
10.000-11.000/mm3, nilai tersebut bisa mencapai 25.000/mm3
selama persalinan.
c. Sistem Urinaria
1) Volume darah yang disaring ginjal meningkat sekitar 30-50%,
puncaknya pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai saat
sebelum persalinan dikarenakan penekanan rahim yang membesar
2) Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang
membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran
darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan
curah jantung.
d. Sistem Gastrointestinal
1) Sering terjadi sembelit atau konstipasi
2) Sering mengalami rasa panas di dada dan sendawa, yang
kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada dalam
lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian
bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke
kerongkongan.
e. Sistem Metabolisme
1) Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70% dari biasanya
2) Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5 mg/hari
3) Peningkatan kadar kolestrol sampai 350 mg atau lebih per 100 cc
f. Sistem Muskoloskeletal
1) Ligament pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan mengilang
karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen
2) Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32
minggu dan sakrokoksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis
sebagai pengganti bagian belakang

4
3) Adanya sakit punggung dan ligament pada kehamilan tua
disebabkan oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat
pembesaran uterus
4) Bagi wanita yang kurus lekukan lumbalnya lebih dari normal dan
menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki
bagian belakang.
g. Kulit
1) Cloasma Gravidarum adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan
yang tampak di kulit kening dan pipi
2) peningkatan pigmentasi disekeliling puting susu, sedangkan di
perut bawah bagian tengan biasanya tampak garis gelap, yaitu
Spider Angioma
3) Adanya Striae gravidarum dan linea nigra
h. Payudara
1) Payudara bertambah besar, tegang, dan berat
2) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli
3) Bayangan vena-vena lebih membiru
4) Hiperpigmentasi pada areola dan putting susu
5) Kalau diperas akan keluar kolostrum berwarna kuning
i. Sistem Endokrin
Terdapat hormone HCG dari plasenta yang menyebabkan korpus
luteum mensekresi estrogen dan progesteron.
j. Sistem Pernapasan
1) Akan terjadi beberapa kali hiperventilasi selama kehamilan.
2) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi dalam nafas.
3) Diafragma meninggi.
4) Perubahan pernafasan abdomen menjadi pernafasan dada.
5. Cara Mengurangi Ketidaknyamanan Dengan Yoga
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Beddoe et al (2009) :“
The effects of mindfulness-based yoga during pregnancy on maternal
psychological and physical distress” dalam Bonura (2014) menunjukkan

4
efek menguntungkan dari dilakukannya yoga pada wanita hamil yaitu
dapat mengurangi stres dan kecemasan.

Penelitian Lina Fitriani (2018) tentang Efektivitas Senam Hamil


Dan Yoga Hamil Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil
Trimester III didapatkan hasil senam hamil efektif dalam menurunkan
nyeri punggung bawah pada ibu hamil Trimester III.

Nyeri tersebut dapat menimbulkan kesulitan berjalan. Nyeri


punggung ini dapat bersifat muskulosketal atau dapat berhubungan dengan
gangguan panggul seperti infeksi. Komplikasi lain dari nyeri punggung
adalah perburukan mobilitas yang dapat menghambat aktifitas seperti
mengendarai kendaraan, merawat anak dan mempengaruhi pekerjaan ibu,
insomnia yang menyebabkan keletihan dan iritabilitas (Wagiyo& Putrono,
2016). Sakit pinggang, sebagian besar dikarenakan perubahan sikap badan
selama kehamilan dan titik berat badan pindah kedepan disebabkan perut
yang membesar, varises, dipengaruhi oleh faktor keturunan, berdiri lama
dan usia, ditambah faktor hormonal (progesterone) dan bendungan dalam
panggul.

Senam prenatal yoga merupakan modifikasi dari senam yoga dasar


yang disesuaikan gerakannya dengan kondisi ibu hamil. Yoga adalah suatu
olah tubuh, pikiran dan mental yang sangat membantu ibu hamil dalam
melenturkan persendian dan menenangkan pikiran terutama pada ibu
hamil trimester II dan III. Gerakan dalam prenatal yoga dibuat dengan
tempo yang lebih lambat dan menyesuaikan dengan kapasitas ruang gerak
ibu hamil (Wagiyo& Putrono, 2016).

Menurut pudji astuti sindu dalam bukunya yoga untuk kehamilan


yoga prenatal bermanfaat untuk :

1. Meningkatkan stamina tubuh saat hamil


2. Melancarkan sirkulasi darah dan oksigen ke janin

4
3. Mengatasi sakit punggung,dan pinggang,sembelit,saluran urin yang
lemah dan bengkak pada sendi
4. Melatih otot dasar panggul agar lebih kuat dan elastis sehingga
mempermudah proses kehamilan
5. Mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mental ibu menghadapi
persalinan
6. Mempermudah proses persalinan yoga mengajarkan teknik
penguasaan tubuh yang baik. Mampu mengenali ketegangan yang
datang dengan menjaga tubuh tetap rileks, menjaga nafas tetap dalam,
membuat otot lebih lemas sehingga mempermudah proses kehamilan
7. Menjalin komunikasi antara bunda dan janin
8. Mempercepat pemulihan fisik dan mengatasi depresi pasca
persalinan(wulan Mulya,2018)
Bagi ibu hamil, sangat penting melakukan aktifitas yoga dibawah
pengawasan seorang instruktur. Aktifitas yoga pada ibu hamil tentu
berbeda dengan praktik yoga orang dewasa pada umumnya. Gerakan yang
lembut dan perlahan menjadi perhatian demi kenyamanan bunda dan janin.

Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan berlatih yoga :

1. Gunakan pakaian termasuk bra yang pas (tidak sempit maupun


longgar) serta berbahan katun menyerap keringat.
2. Berlatih tanpa alas kaki dan gunakan matras anti slip agar tidak
terpleset gunakan alat bantu yang mudah ditemui seperti bantal tidur,
kursi kayu, ikat pinggang
3. Lalukan dalam ruangan dan waktu yang sama setiap latihan agar
mudah masuk dalam kondisi yoga
4. Setel lah audio yang membuat bunda lebih merasa rilek jangan berlatih
saat perut kenyang, dua jam setelah makan berat atau satu jam setelah
makan ringan.
5. Memperbanyak minum air putih, sebelum dan selama setelah latihan.
(wulan mulya,2018)

4
Bagi ibu pastikan gerakan-gerakan yang akan dilakukan aman. Berikut hal
yang perlu diperhatikan terkait postur yoga:

1. Tidak melakukan postur yang menekan perut


2. tidak melakukan gerakan memuntir mulai dari pinggang hingga leher
karna gerkan ini dapat turut memuntir rahim dan membahayakan janin
dibolehkan memuntir secara lembut mulai dari belikat hingga leher
3. tidak melakukan postur terbalik karna dapat menyebabkan
pemampatan udara dialiran darah
4. tidak terlentang dalam posisi lama karena dapat menekan pembuluh
darah yang menuju jantung.
5. jangan bangun atau berubah posisi secara tiba-tiba
6. jaga agar posisi tulang punggung tetap tegak dan biarkan kaki
renggang sejajar tulang pinggung saat berdiri
7. hindari suhu yang terlalu tinggi
8. hindari postur dimana posisi kepala lebih rendah dari jantung
9. hindari posisi berbongkok penuh apabila bunda menderita varises
(Wulan Mulyana,2018)
Yoga bisa dilakukan ibu saat dirumah atau dengan mengikuti kelas
yoga untuk ibu hamil, di dalam setiap gerakan yoga ada manfaat tersendiri
untuk ibu dan janin seperti untuk memperkuat tubuh selama kehamilan,
mencegah sakit punggung, melatih pernapasan, dan meningkatkan kualitas
tidur akibat kecemasan menghadapi persalinan. Senam hamil yoga
memiliki lima cara yaitu latihan fisik yoga, pernapasan (pranayama),
positions (mudra), meditasi dan deep relaksasi yang dapat digunakan
untuk mendapatkan manfaat selama kehamilan dan kelahiran anak secara
alami dan dapat membantu dalam memastikan bayi yang sehat. (Fathia
Nurul Rahma, 2014).

B. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar, kemudian persalinan dan

4
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2005 dalam Walyani dan
Endang, 2016).

1. Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan


Sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya persalinan. Adapun teori-teori tentang penyebab terjadinya
persalinan adalah (Johariyah, 2012):
a. Teori Peregangan Otot
1) Otot rahim mempunyai kemampuan untuk meregang dalam batas
tertentu.
2) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi rahim sehingga
persalinan dapat dimulai.
3) Pada kehamilan ganda, sering terjadi kontraksi setelah
keregangan sehingga menimbulkan proses persalinan.
b. Teori Penurunan Progesteron
1) Proses penuaan plasenta dimulai pada umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi pelebaran pada jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan.
2) Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim
menjadi lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim
mulai berkontraksi setelah terjadi penurunan hormone
progesteron.
c. Teori Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi
Braxton Hicks.

4
3) Menurunnya konsentrasi akibat tuanya kehamilan, maka
oksitosin dapat meningkat, sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori Prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua.
2) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3) Prostaglandin dianggap dapat menjadi pemicu persalinan.
e. Teori Hipothalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
1) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anancephalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hypothalamus.
2) Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan,
hasilnya menunjukkan kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan terdapat
hubungan antarahypothalamus dengan mulainya persalinan.
3) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Ada lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Faktor-faktor ini mudah diingat sebagai lima P: passenger
(penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers
(kekuatan), posisi ibu, dan psychologic respon (respons psikologis).
Empat faktor utama sebagai dasar untuk proses fisiologis persalinan
(Bobak, Margaret et al, 2005), adapun tambahan yaitu faktor penolong.
a. Passanger (penumpang)
Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala
janin lebih lebar dari pada bagian bahu, kurang lebih seperempat dari
panjang ibu. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama.

4
Passanger terdiri dari janin, plasenta dan selaput ketuban (Helen,
2003)
Cara penumpang atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni: ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga
harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kelahiran normal (Bobak, Margaret et al, 2005).
b. Passageway (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dann introitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai (Bobak,
Margaret et al, 2005).
c. Power (Kekuatan)
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara
bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer, menandai
dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer
dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, yang
memperbesar kekuatan kontraksi involunter (Bobak, Margaret et al,
2005).
d. Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis
persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi (Melzack, dkk., 1991 dalam Bobak, Margaret

4
et al, 2005). Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan
jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membatu penurunan
janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk
membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi
lebih cepat. Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden
penakanan tali pusat. Posisi tegak juga menguntungkan curah jantung
ibu yang dalam kondisi normal meningkat selama persalinan seiring
kontraksi uterus mengembalikan darah ke anyaman pembuluh darah.
Peningkatan curah jantung memperbaiki aliran darah ke unit
uteroplasenta dan ginjal ibu. Curah jantung akan berkurang jika aorta
desenden dan vena kava asenden mengalami penekanan selama
persalinan. Kompresi pembuluh darah besar ini dapat mengakibatkan
hipotensi supine dan penurunan kecepatan denyut jantung janin atau
hipertensi, sehingga perfusi plasenta menurun. Posisi tegak juga
membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan
mencegah kompresi pembuluh darah (Bobak, Margaret et al, 2005).
Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada
reseptor regang dasar paggul merangsang refleks mengedan ibu.
rangsangan reseptor regang ini akan merangsang pelepasan oksitosin
dari hipofisis posterior (refleks ferguson). Pelepasan oksitosin
menambah intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan pada
posisi duduk atau berjongkok, otot–otot abdomen bekerja lebih
sinkorn (saling menguatkan) dengan kontraksi rahim (Bobak,
Margaret et al, 2005).
e. Psikis ibu
Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk dan
persiapan untuk menghadapi persalinan), kemampuan klien untuk
bekerjasama dengan penolong, dan adaptasi terhadap rasa nyeri
persalinan. (Walyani dan Endang, 2016).
f. Penolong

4
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran,
pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan multipara
(Walyani dan Endang, 2016).

3. Tanda-tanda Persalinan
a. Adanya kontraksi rahim
Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan
adalah mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi.
Kontraksi tersebut berirama, teratur, dan involunter, umumnya
kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar
dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta. setiap kontraksi
uterus memiliki tiga fase yaitu increment (ketika intensitas terbentuk),
acme (puncak atau maximum), decement (ketika otot relaksasi).
Kontraksi yang sesunggunya akan muncul dan hilang secara teratur
dengan intensiras makin lama makin meningkat (Walyani dan
Endang, 2016).
Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan wanita tersebut. Pada persalinan awal, kontraksi mungkin
hanya berlangsung 15 sampai 20 detik. Kemudian kontraksi pada
persalinan aktif berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi
rata-rata 60 detik (Varney, 2007.hlm.675 dalam Walyani dan Endang,
2016).
b. Keluarnya lendir bercampur darah
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir servik
pada awal kehamilan. Lendir awalnya menyumbat leher rahim,
sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga
menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercamur
darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut
rahim yang menandakan mulut rahim menjadi lunak dan membuka.
Lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody slim (Walyani dan
Endang, 2016).

4
c. Keluarnya air-air (ketuban)
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban.
Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari keuban
yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi (Maulana.
2008.hlm.205-206 dalam Walyani dan Endang, 2016).
Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi sudah pecah,
maka sudah saatnya bayi harus keluar. Bila ibu hamil merasakan ada
cairan yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat
ditahan lagi, tetapi tidak disertai mulas atau tanpa sakit, merupakan
tanda ketuban pecah dini, yaitu ketuban pecah sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan, sesudah itu akan terasa sakit karena ada
kemungkinan kontraksi. Bila ketuban pecah dini terjdi, terdapat
bahaya infeksi terhadap bayi. Normalnya air ketuban ialah cairan
yang bersih, jernih, dan tak berbau (Walyani dan Endang, 2016).
d. Pembukaan serviks
Penipisan mendahului dilatasi serviks, pertama-pertama aktiviras
uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian
aktivitas uterus menghasilkan dilatasi serviks yang cepat
(Liu.2002.hlm.70 dalam Walyani dan Endang, 2016). Membukanya
leeher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang berkembang.
Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui dengan
pemeriksaan dalam. Serviks menjadi matang selama periode yang
berbeda-beda sebelum persalinan, kematangan servik
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan
(Varney.2007.hlm.673 dalam Walyuni dan Endang, 2016)

4. Proses Persalinan
Proses persalinan dapat dijelaskan sebagai berikut (Kemenkes, 2013):
a. Kala I
Pada persalinan normal, terdapat beberapa fase: kala I dibagi menjadi
2:

4
1) Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam.
2) Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga 10 cm, sekitar 6 jam.
b. Kala II
Pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2
jam pada multigravida.
c. Kala III
Segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap sekitar 30
menit.
d. Kala IV
Segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum.
Dibawah ini akan dijelaskan pembagian Kala dalam Proses Persalinan:
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.Pada permulaan
kala pembukaan his berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih
bisa berjalan-jalan. Secara klinis dapat dinyatakan mulai terjadi
persalinan jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir
bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal
dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.
Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada
disekitar kanalis servikalis tersebut pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka.
Proses ini berlangsung kurang lebih 14 jam, yang terbagi
menjadi 2 fase, yaitu:
1) fase laten
Dimulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm, lamanya 8
jam.
2) fase aktif
Dimulai dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm,
lamanya 6 jam. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

4
a) fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm,
b) fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm,
c) fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida
pun terjadi demikian akan tetapi terjadi dalam waktu yang lebih
pendek (Taber, 1994; Wiknjosastro dkk, 2005).
Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.
Keadaan tersebut dapat dijumpai baik pada primigravida maupun
multigravida, akan tetapi pada multigravida fase laten dan fase aktif
terjadi lebih pendek. Berdasarkan Kurve Fridman, diperhitungkan
pembukaan pada primigravida 1 cm/jam, dan pembukaan pada
multigravida 2 cm/jam. Ketika ibu memasuki fase aktif, kecemasan ibu
cenderung meningkat seiring dengan ibu merasakan kontraksi dan
nyeri yang semakin hebat. Ibu mulai takut kehilangan kendali dan
menggunakan berbagai macam mekanisme koping. Beberapa ibu
menunjukkan penurunan kemampuannya untuk berkoping dan rasa
tidak berdaya. Ibu memilih ditemani keluarga yang mendampingi agar
bisa memberikan dukungan yang lebih memuaskan sehingga rasa
cemas dapat berkurang dibandingkan dengan ibu yang bersalin tanpa
ada pendamping persalinan (Maryunani, 2010).
Secara ringkas dapat disimpulkan pada Kala I persalinan akan
muncul tanda-tanda sebagai berikut :
a. Kontraksi yang datang perlahan dan akan semakin sering dan
teratur yang menandakan membukanya jalan lahir.
b. Mulut rahim menipis dan melunak sebelum akhirnya menegang
dan terbuka.
c. Keluarnya lendir bercampur dengan darah.

4
d. Saat mulut rahim mulai membuka, biasanya disertai dengan cairan
ketuban. Cairan ketuban ini terlihat jernih dan tidak berbau serta
menetes tidak terkendali.
e. Gerakan bayi menjadi lebih jarang kelihatan karena posisi bayi
sudah menetap berada dijalan lahir
Pemantauan
Berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi.
Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi
atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering
(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004).

Parameter fase laten fase aktif


Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30 – 60 menit Setiap 30 – 60 menit

DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*


serviks
Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

*dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

a. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

4
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan
mendorong janin hingga keluar. Dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primipara
dan 1 jam pada multipara. Pada kala ini his terkoordinir, kuat, cepat
dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun
memasuki ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengejan. Tekanan pada
rektum akibat penurunan kepala tersebut, menyebabkan ibu ingin
mengejan dan seperti akan buang air besar dengan tanda anus
membuka. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar
dengan membukanya vulva dan anus. Labia mulai membuka dan tidak
lama kemudian kepala janin tampak divulva pada saat ada his. Adanya
his yang terpimpin, akan lahirlah kepala yang diikuti seluruh badan
bayi. Kala II pada primipara berlangsung 1½ sampai 2 jam, sedangkan
pada multipara berlangsung ½ sampai 1 jam (Manuaba, 2009).
b. Kala III (Kala Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba
keras dengan fundus uteri diatas pusat. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga rahim setelah kelahiran bayi.Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena perlekatan plasenta semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlipat, menebal dan
akhirnya lepas dari dinding rahim. Setelah lepas, plasenta akan turun
kebagian bawah rahim atau ke dalam vagina. Pada pengeluaran
plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc.
Plasenta lepas secara spontan 5-15 menit setelah bayi lahir. Jika
diraba dari luar, maka fundus rahim sebelum plasenta lahir setinggi

4
pusat dan setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat. Dengan plasenta
lahir seluruhnya, maka ibu mulai memasuki masa puerperium (nifas).
Meskipun begitu, ibu masih memerlukan observasi pasca persalinan
(Maryunani,2010).
c. Kala IV (Tahap Pengawasan)
Kala IV persalinan atau yang disebut kala observasi adalah kala
pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir, ditujukan untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
Observasi yang dilakukan mencakup 7 hal penting yang harus
diperhatikan, Mochtar (2010) yaitu :
1) Kontraksi rahim baik.
2) Tidak ada perdarahan dari jalan lahir.
3) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap.
4) Kandung kemih kosong.
5) Luka perineum terawat.
6) Bayi dalam keadaan baik.
7) Ibu dalam keadaan baik.
5. Endorphine Massage

1. Pengertian
Endorphin massage merupakan salah satu terapi
nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk mengurangi intensitas
nyeri pada ibu yang akan melahirkan. Endorphin massage
merupakan teknik sentuhan dan pemijatan ringan ini sangat penting
bagi ibu bersalin untuk membantu mmeebrikan rasa tenang dan
nyaman, baik menjelang maupun saat proses persalinan akan
berlangsung dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah,
serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil (Firdaus,
2018).

4
2. Tujuan Endorphin Massage
Tujuan dari dilakukannya pijat endorphin adalah untuk
menghambat transmisi atau pengiriman rangsang nyeri dengan
indakan massage yang akan menghambat perjalanan rangsang
nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat
selanjutnya, rangsnagan taktil dan perasaan positif yang
berkembang ketika dilakukan bentuk sentuhan yang oenuh
perhatian dan empatik, bertindak memperkuat efek massage untuk
mengendalakn nyeri dan intensitas nyeri pun akan turun dan
memberikan efek tenang pada ibu bersalin. (Tanjung dan antoni
2019)

3. Cara melakukan endorphin massage


Adapun tahapan untuk melakukan endorphin massage
diantaranya, ada 2 cara yaitu :
Cara (1) :
a. Ambil posisi senyaman mungkin,bisa dilalkukan dengan
duduk,atau berbaring miring.sementara pasangan anda berada
didekat anda(duduk di samping atau dibelakang anda)
b. Tarik nafas yang dalam lalu keluarkan dengan lembut sambil
menutup mata. sementara itu suami mengelus permukaan luar
lengan anda,mulai dengan lembut yang dilakukan dengan
mengunakan jari- jemari atau hanya ujung-ujung jari.
c. Setelah sekitar 5 menit, minta suami berpindah
kelengan/tangan yang lain.
d. Meski sentuhan ringan ini hanya dilakukan dikedua lengan,
tetapi dapaknya luar biasa anda akan merasa seluruh tubuh
menjadi rileks dan tenang.
Gambar 2.1 Pemijatan pada Bagian Lengan

4
Cara (2) :
Teknik sentuhan ringan ini juga sangat efektif jisa
dilakukan dibagian punggung.
Caranya :
a. Ambil posisi berbaring miring atau duduk jika anda
memilih posisi duduk bisa dilakukan diatas kursi,tempat
tidu
b. Suami mulai melakukan pijatan lembut dan ringan dari
arah leher membentuk V terbalik, kearah luar ekor.
c. Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini berulang-ulang.
d. Suami dapat memperkuat efek pijatan lembut dan ringan
ini dengan kata-kata yang menentramkan anda. misalnya
sambil memijat lembut, suami bisa mengatakan,”saat aku
membelai lenganmu, biarkan tubuhmu menjadi rileks dan
santai”atau “saat kamu merasakan setiap belaianku,
bayangkan endorphin- endorphin yang menghilangkan
rasa sakit dilepaskan dan mengalir keseluruh
tubuhmu”.bisa juga dengan mengungkapkan kata-kata
cinta.
e. Setelah melakukan endorphin massage sebaiknya
pasangan lagsung memeluk istrinya,sehingga tercipta
suasana yang benar- benar menenangkan (Kuswandi,
2013).

Gambar 2.2 Tahapan Endorphine Massage

4. Manfaat Pijat Endorphin


a. Untuk Ibu
- Mengurangi intensitas nyeri saat persalanan
- Mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinan

4
- Mempecepat proses persalinan
- Membuat persalinan lebih nyaman
b. Untuk Bayi
Temuan penelitian Bolbol, et al (2016) menunjukkan
bahwa terapi pijat selama persalinan menyebabkan
pemendekan durasi kala satu persalinan, perbaikan kemajuan
persalinan dan skor APGAR pada menit pertama dan kelima
dan sebagai metode non-invasif, aman, mudah diakses, dan
berbiaya rendah dapat mengurangi komplikasi yang
berhubungan dengan persalinan lama dan pada akhir
mempromosikan persalinan normal.

4
C. Nifas

1. Definisi Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat
genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan (Prawirohardjo, 2009; Saifuddin, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.
Lama masa nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).

2. Tahapan Masa Nifas


a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum
karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan
pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling perencanaan KB.
d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau
komplikasi.

27
3. Perubahan Sistem Tubuh pada Masa Postpartum
a. Involusi
Involusi adalah kembalinya uterus ukuran, tonus dan posisi
sebelum hamil. Mekanisme involusi uterus secara ringkas adalah
sebagai berikut.
1. Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
2. Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
estrogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang
sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi
selama kehamilan. Proses autolisis ini terjadi karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi suplai darah pada tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
Tabel 2.1 Involusi Uteri
Diameter
Involusi Uteri TFU Berat Uterus
Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
Pertengahan pusat
7 hari (minggu 1) 500 gram 7,5 cm
dan simfisis
14 hari (minggu 2) Tak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
b. Pengeluaran Lochea atau Pengeluaran Darah Pervaginam

28
Darah adalah komponen mayor dalam kehilangan darah pervaginam
pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Sehingga produk darah
merupakan bagian terbesar pada pengeluaran pervaginam yang terjadi
segera setelah kelahiran bayi dan pelepasan plasenta. Seiring dengan
kemajuan proses involusi, pengeluaran darah pervaginam
merefleksikan hal tersebut dan terdapat perubahan dari perdarahan yang
didominasi darah segar hingga perdarahan yang mengandung produk
darah yang tidak segar, lanugo, verniks dan debris lainnya produk
konsepsi, leukosit dan organisme. Lochea berasal dari bahasa Latin,
yang digunakan untuk menggambarkan perdarahan pervaginam setelah
persalinan (Cunningham et al., 2012).
Menjelang akhir minggu kedua, pengeluaran darah menjadi
berwarna putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit
dan organisme. Proses ini dapat berlangsung selama tiga minggu, dan
hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat variasi luas dalam
jumlah darah, warna, dan durasi kehilangan darah/cairan pervaginam
dalam 6 minggu pertama postpartum.
Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:
1) Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel
desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
2) Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah
kecoklatan.
3) Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
4) Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.
c. Perinium, Vulva, dan Vagina
Meskipun perineum tetap utuh pada saat melahirkan, ibu tetap
mengalami memar pada jaringan vagina dan perineum selama beberapa
hari pertama postpartum. Para ibu yang mengalami cedera perineum
akan merasakan nyeri selama beberapa hari hingga penyembuhan
terjadi.

29
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu sebagai
berikut:
1. Derajat I : luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura
posterior tanpa mengenai kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika
tidak ada perdarahan dan posisi luka baik.
2. Derajat II : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot
perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan laserasi perineum.
3. Derajat III : robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot perineum hingga otot
sfingter ani.
4. Derajat IV : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot sfingter ani
sampai ke dinding depan rektum. Penolong asuhan persalinan
normal tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum
derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Perubahan pada perineum postpartum terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara
spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu.
Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal
ini dapat dilakukan pada masa nifas dengan latihan atau senam nifas.
Namun hindari penggunaan ramuan, serbuk, atau bahan-bahan yang
belum jelas terbukti bermanfaat dari kajian penelitian, untuk dioleskan
pada luka perineum, karena bisa menimbulkan potensi infeksi pada luka
perineum.
d. Tanda-Tanda Vital
Tanda vital ibu, memberikan tanda-tanda terhadap keadaan umum
ibu. Tindakan melakukan observasi terhadap tanda vital ibu yang
meliputi nadi, suhu, pernapasan dan tekanan darah merupakan tindakan
non invasif dan merupakan indikator kesehatan ibu secara keseluruhan.

30
Frekuensi nadi ibu secar fisiologis pada kisaran 60-80 kali
permenit. Perubahan nadi yang menunjukkan frekuensi bradikardi (100
kali permenit) menunjukkan adanya tanda shock atau perdarahan.
Frekuensi dan intensitas nadi merupakan tanda vital yang sensitif
terhadap adanya perubahan keadaan umum ibu.
Perubahan suhu secara fisiologis terjadi pada masa segera setelah
persalinan, yaitu terdapat sedikit kenaikan suhu tubuh pada kisaran 0,2-
0,5°C, dikarenakan aktivitas metabolisme yang meningkat saat
persalinan, dan kebutuhan kalori yang meningkat saat persalinan.
Perubahan suhu tubuh berada pada kisaran 36,5°C-37,5°C. Namun
kenaikan suhu tubuh tidak mencapai 38°C, karena hal ini sudah
menandakan adanya tanda infeksi. Perubahan suhu tubuh ini hanya
terjadi beberapa jam setelah persalinan, setelah ibu istirahat dan
mendapat asupan nutrisi serta minum yang cukup, maka suhu tubuh
akan kembali normal.
Setelah kelahiran bayi, harus dilakukan pengukuran tekanan darah.
Jika ibu tidak memiliki riwayat morbiditas terkait hipertensi,
superimposed hipertensi serta preeklampsi/eklampsi, maka biasanya
tekanan darah akan kembali pada kisaran normal dalam waktu 24 jam
setelah persalinan. Namun perubahan tekanan darah.
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan relatif tidak
mengalami perubahan pada masa postpartum, berkisar pada frekuensi
pernapasan orang dewasa 14-20 kali permenit.
e. Sirkulasi darah
Pada uterus masa nifas, pembuluh darah yang membesar menjadi
tertutup oleh perubahan hialin, secara perlahan terabsorbsi kembali,
kemudian digantikan oleh yang lebih kecil. Akan tetapi sedikit sisa-sisa
dari pembuluh darah yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama
beberapa tahun (Cunningham et al., 2013).
Tubuh ibu akan menyerap kembali sejumlah cairan yang
berlebihan setelah persalinan. Pada sebagian besar ibu, hal ini akan

31
mengakibatkan pengeluaran urine dalam jumlah besar, terutama pada
hari pertama karena diuresis meningkat (Cunningham et al., 2013).
Ibu juga dapat mengalami edema pada pergelangan kaki dan kaki
mereka, hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya variasi proses
fisiologis yang normal karena adanya perubahan sirkulasi. Hal ini
biasanya akan hilang sendiri dalam kisaran masa nifas, seiring dengan
peningkatan aktivitas ibu untuk merawat bayinya. Informasi dan nasihat
yang dapat diberikan kepada ibu postpartum adalah meliputi latihan
fisik yang sesuai atau senam nifas, menghindari berdiri terlalu lama,
dan meninggikan tungkai atau kaki pada saat berbaring, menghindari
kaki menggantung pada saat duduk, memakai pakaian yang longgar,
nyaman dan menyerap keringat, serta menghindari pemakaian alas kaki
dengan hak yang tinggi. Pada keadaan fisiologis pembengkakan pada
pergelangan kaki atau kaki biasanya bilateral dan tidak disertai dengan
rasa nyeri, serta tidak terdapat hipertensi. Bidan perlu mengkaji adanya
tanda tromboplebitis femoralis, apabila bengkak atau udema kaki
terdari unilateral kadang disertai warna kemerahan, disertai rasa nyeri,
terutama pada palpasi tungkai/betis teraba seperti utas tali yang keras
(phlegmasia alba dolens). Hal tersebut menunjukkan adanya tanda
peradangan atau infeksi, akibat sirkulasi darah yang tidak lancar,
sumbatan trombus, terjadi peradangan hingga infeksi pada daerah
tungkai, pada keadaan lanjut tromboplebitis femoralis bisa meluas
hingga panggul, keadaan ini disebut tromboplebitis pelvika.
f. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta
pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Kehilangan darah
merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi
terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-
3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai

32
mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan pervaginam,
ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Pada persalinan dengan
tindakan SC, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan
pada sistem kardiovaskuler terdiri atas volume darah (blood volume)
dan hematokrit (haemoconcentration). Pada persalinan pervaginam,
hematokrit akan naik sedangkan pada persalinan dengan SC, hematokrit
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu postpartum.
Tiga perubahan fisiologi sistem kardiovaskuler pascapartum yang
terjadi pada wanita antara lain sebagai berikut.
1. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10-15%.
2. Hilangnya fungsi endokrin placenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi.
3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama
wanita hamil.
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang
biasanya melintasi sirkulasi uteroplacenta tiba-tiba kembali ke
sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran. Curah
jantung biasanya tetap naik dalam 24-48 jam postpartum dan menurun
ke nilai sebelum hamil dalam 10 hari (Cunningham et al., 2012).
Frekuensi jantung berubah mengikuti pola ini. Resistensi vaskuler
sistemik mengikuti secara berlawanan. Nilainya tetap di kisaran
terendah nilai pada masa kehamilan selama 2 hari postpartum dan
kemudian meningkat ke nilai normal sebelum hamil. Perubahan faktor
pembekuan darah yang disebabkan kehamilan menetap dalam jangka
waktu yang bervariasi selama nifas. Peningkatan fibrinogen plasma
dipertahankan minimal melewati minggu pertama, demikian juga
dengan laju endap darah. Kehamilan normal dihubungkan dengan
peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup besar, dan diuresis

33
postpartum merupakan kompensasi yang fisiologis untuk keadaan ini.
Ini terjadi teratur antara hari ke-2 dan ke-5 dan berkaitan dengan
hilangnya hipervolemia kehamilan residual. Pada preeklampsi, baik
retensi cairan antepartum maupun diuresis postpartum dapat sangat
meningkat (Cunningham et al., 2012).
g. Sistem Hematologi
Pada akhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas, dan juga terjadi peningkatan
faktor pembekuan darah serta terjadi Leukositosis dimana jumlah sel
darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi
dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah
putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000-30.000, terutama
pada ibu dengan riwayat persalinan lama. Kadar hemoglobin,
hemotokrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa
postpartum sebagai akibat dari volume placenta dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh
status gizi dan hidrasi ibu. Kira – kira selama persalinan normal dan
masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 250-500 ml.
penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari
ke-3 sampai 7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4 sampai 5
minggu postpartum. Selama kehamilan, secara fisiologi terjadi
peningkatan kapasitas pembuluh darah digunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uteri. Penarikan kembali esterogen menyebabkan
diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma
kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan banyak
sekali jumlah urine. Menurunnya hingga menghilangnya hormon

34
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Setelah persalinan,
shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung
meningkat. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan adanya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sedia kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-7 hari post partum.
Pada sebagian besar ibu, volume darah hampir kembali pada keadaan
semula sebelum hamil 1 minggu postpartum.
h. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang
berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
1. Nafsu Makan Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena
metabolisme ibu meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu
dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan, termasuk
mengganti kalori, energi, darah dan cairan yang telah dikeluarkan
selama proses persalinan. Ibu dapat mengalami peubahan nafsu
makan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum
faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari.
2. Motilitas Secara fisiologi terjadi penurunan tonus dan motilitas otot
traktus pencernaan menetap selama waktu yang singkat beberapa
jam setelah bayi lahir, setelah itu akan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Pada postpartum SC dimungkinkan karena pengaruh

35
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
3. Pengosongan Usus Pasca melahirkan, ibu sering mengalami
konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan awal masa pascapartum. Pada keadaan terjadi
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
asupan nutrisi, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir,
meningkatkan terjadinya konstipasi postpartum. Sistem pencernaan
pada masa nifas membutuhkan waktu beberapa hari untuk kembali
normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali
teratur, antara lain pengaturan diit yang mengandung serat buah dan
sayur, cairan yang cukup, serta pemberian informasi tentang
perubahan eliminasi dan penatalaksanaanya pada ibu.
i. Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah placenta
dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi
pulih kembali ke ukuran normal. Pada sebagian kecil kasus uterus
menjadi retrofleksi karena ligamentum retundum menjadi kendor.
Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun. Setelah
melahirkan karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia
menjadi kendor. Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil,
dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia,
serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk
melakukan latihan atau senam nifas, bisa dilakukan sejak 2 hari post
partum.

36
j. Sistem Endokrin
Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti
sebelum hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah
plasenta lahir. Penurunan hormon estrogen dan progesteron
menyebabkan peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu setelah melahirkan
melibatkan perubahan yang progresif atau pembentukan jaringan-
jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut. Berikut ini perubahan hormon dalam
sistem endokrin pada masa postpartum.
1. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis posterior. Pada tahap
kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
meningkatkan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
2. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
hipofisis posterior untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi
ASI. Pada ibu yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
sehingga memberikan umpan balik negatif, yaitu pematangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui tingkat sirkulasi prolactin menurun dalam 14 sampai 21
hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar gonad pada
otak yang mengontrol ovarium untuk memproduksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, maka terjadilah
ovulasi dan menstruasi.
3. Estrogen dan progesteron

37
Selama hamil volume darah normal meningkat, diperkirakan
bahwa tingkat kenaikan hormon estrogen yang tinggi memperbesar
hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping
itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
4. Hormon plasenta Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke 7 postpartum. Enzyme insulinasi berlawanan
efek diabetogenik pada saat Penurunan hormon human placenta
lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta placenta kehamilan,
sehingga pada masa postpartum kadar gula darah menurun secara
yang bermakna. Kadar estrogen dan progesteron juga menurun
secara bermakna setelah plasenta lahir, kadar terendahnya dicapai
kira-kira satu minggu postpartum. Penurunan kadar estrogen
berkaitan dengan dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi
selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar
estrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 setelah melahirkan
dan lebih tinggi dari ibu yang menyusui pada postpartum hari ke
17.
5. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium Waktu mulainya ovulasi dan
menstruasi pada ibu menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar
prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam
menekan ovulasi karena kadar hormon FSH terbukti sama pada ibu
menyusui dan tidak menyusui, di simpulkan bahwa ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa hamil.
Pada ibu menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
ke 6 setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh
intensitas menyusui, durasi menyusui dan seberapa banyak

38
makanan tambahan yang diberikan pada bayi, karena menunjukkan
efektifitas menyusui. Untuk ibu yang menyusui dan tidak
menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan
menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi
yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di
antara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6
minggu dan 45% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.
Untuk wanita laktasi, 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk
wanita yang tidak laktasi, 50% siklus pertama anovulasi.
k. Penurunan Berat Badan
Setelah melahirkan, ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya
yang berasal dari bayi, plasenta dan air ketuban dan pengeluaran darah
saat persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh
untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. Rata-rata ibu
kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun sebagian besar
mempunyai kecenderungan tetap akan lebih berat daripada sebelumnya
rata-rata 1,4 kg (Cunningham et al., 2012).
l. Perubahan Payudara
Pada saat kehamilan sudah terjadi pembesaran payudara karena
pengaruh peningkatan hormon estrogen, untuk mempersiapkan
produksi ASI dan laktasi. Payudara menjadi besar ukurannya bisa
mencapai 800 gr, keras dan menghitam pada areola mammae di sekitar
puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera
menyusui bayi segerai setelah melahirkan melalui proses inisiasi
menyusu dini (IMD), walaupun ASI belum keluar lancar, namun sudah
ada pengeluaran kolostrum. Proses IMD ini dapat mencegah perdarahan
dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 postpartum
sudah mulai diproduksi ASI matur yaitu ASI berwarna. Pada semua ibu
yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Fisiologi
menyusui mempunyai dua mekanise fisiologis yaitu; produksi ASI dan
sekresi ASI atau let down reflex. Selama kehamilan, jaringan payudara

39
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi
bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan
plasenta tidak ada lagi, maka terjadi positive feed back hormone
(umpan balik positif), yaitu kelenjar pituitary akan mengeluarkan
hormon prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.
Pembuluh darah payudara menjadi membesar terisi darah, sehingga
timbul rasa hangat. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai
berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, reflek saraf merangsang
kelenjar posterior hipofisis untuk mensekresi hormon oksitosin.
Oksitosin merangsang reflek let down sehingga menyebabkan ejeksi
ASI melalui sinus laktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada
puting.
m. Peritoneum dan Dinding Abdomen
Ligamentum latum dan rotundum memerlukan waktu yang cukup
lama untuk pulih dari peregangan dan pelonggaran yang terjadi selama
kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat elastik pada kulit dan
distensi lama pada uterus karena kehamilan, maka dinding abdomen
tetap lunak dan flaksid. Beberapa minggu dibutuhkan oleh struktur-
struktur tersebut untuk kembali menjadi normal. Pemulihan dibantu
oleh latihan. Kecuali untuk stria putih, dinding abdomen biasanya
kembali ke penampilan sebelum hamil. Akan tetapi ketika otot tetap
atonik, dinding abdomen juga tetap melemas. Pemisahan yang jelas
otot-otot rektus (diastasis recti) dapat terjadi (Cunningham et al., 2013).
n. Sistem Eliminasi
Pasca persalinan terdapat peningkatan kapasitas kandung kemih,
pembengkakan dan trauma jaringan sekitar uretra yang terjadi selama
proses melahirkan. Untuk postpartum dengan tindakan SC, efek
konduksi anestesi yang menghambat fungsi neural pada kandung
kemih. Distensi yang berlebihan pada kandung kemih dapat
mengakibatkan perdarahan dan kerusakan lebih lanjut. Pengosongan

40
kandung kemih harus diperhatikan. Kandung kemih biasanya akan
pulih dalam waktu 5-7 hari pasca melahirkan, sedangkan saluran kemih
secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 2-8 minggu tergantung
pada keadaan umum ibu atau status ibu sebelum persalinan, lamanya
kala II yang dilalui, besarnya tekanan kepala janin saat intrapartum.
Dinding kandung kencing pada ibu postpartum memperlihatkan adanya
oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonium,
menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing
masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma
pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi.
Dilatasi ureter dan pyelum normal dalam waktu 2 minggu. Urine
biasanya berlebihan (poliuri) antara hari kedua dan kelima, hal ini
disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam
kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat
proses katalitik involusi. Acetonuri terutama setelah partus yang sulit
dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat dan lemak untuk
menghasilkan energi, karena kegiatan otot-otot rahim meningkat.
Terjadi proteinuri akibat dari autolisis sel-sel otot. Pada masa hamil,
perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan
meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan
kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36
jam sesudah melahirkan. Buang air kecil sering sulit selama 24 jam
pertama.kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-
buli ureter, karena bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan

41
dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.

4. Sari Kacang Hijau Untuk Ibu Menyusui


Kacang hijau (vigna radiate) merupakan tanaman yang dapat

tumbuh hampir disemua tempat di Indonesia. Sari kacang hijau

mengandung Vitamin B1 (thiamin) yang berfungsi untuk mengubah

karbohidrat menjadi energi, memperkuat sistem saraf dan bertanggung

jawab untuk produksi ASI, dimana thiamin akan merangsang kerja

neurotransmiter yang akan menyampaikan pesan ke hipofisis posterior

untuk mensekresi hormon oksitosin sehingga hormon ini dapat memacu

kontraksi otot polos mammae yang ada di dinding alveolus dan dinding

saluran sehingga ASI di pompa keluar, selain itu juga berguna untuk

memaksimalkan sistem kerja saraf sehingga mudah berkonsentrasi dan

lebih bersemangat. Ibu yang mudah berkonsentrasi, bersemangat serta

mood yang baik akan mimicu kerja otak untuk memberikan informasi

kepada infuls saraf agar menstimulasi hipotalamus dalam pembentukan

hormon prolaktin dan oksitosin sehingga proses pembentukan ASI serta

pengeluaran ASI lancer (Widia dan Putri, 2019).

Ibu nifas yang mengalami ketidaklancaran produksi ASI

dianjurkan untuk mengonsumsi makan-makanan bergizi salah satunya

42
sari kacang hijau karena sari kacang hijau bermanfaat untuk

memperlancar keluarnya ASI Kandungan vitamin B1 yang terdapat pada

sari kacang hijau mengubah karbohidrat menjadi energi karena ibu

menyusui membutuhkan energi lebih besar dibandingkan saat hamil,

jika kekurangan thiamin ibu akan mudah tersinggung, sulit konsentrasi

dan kurang semangat (Widia dan Putri, 2019).

Vitamin B1 (thiamin) yang terdapat pada sari kacang hijau

berfungsi untuk memperkuat sistem saraf dan bertanggung jawab untuk

produksi ASI, dimana thiamin akan merangsang kerja neurotransmiter

yang akan menyampaikan pesan ke hipofisis posterior untuk mensekresi

hormon oksitosin sehingga hormon ini dapat memacu kontraksi otot

polos mammae yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran

sehingga ASI di pompa keluar. Selain itu juga berguna untuk

memaksimalkan sistem kerja saraf sehingga mudah berkonsentrasi dan

lebih bersemangat. Ibu yang mudah berkonsentrasi, bersemangat serta

mood yang baik akan memicu kerja otak untuk memberikan informasi

kepada imfuls saraf agar menstimulasi hipotalamus dalam pembentukan

hormon prolaktin dan oksitosin sehingga proses pembentukan ASI serta

pengeluaran ASI lancar (Widia dan Putri, 2019)

D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia

43
satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya
2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat. (Kukuh Rahardjo, 2014 : 5). Bayi baru lahir
normal merupakan bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan. Sedangkan, asuhan pada bayi baru
lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut
selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru
lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan
(Prawirohardjo, 2009 : 28).
Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal yang tidak
menyenangkan bagi bayi tersebut. Hal ini disebabkan oleh lingkungan
kehidupan sebelumnya (intrauterin) dengan lingkungan kehidupan
sekarang (ekstrauterin) yang sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup
dan tumbuh dengan segala kenyamanan karena ia tumbuh dan hidup
bergantung penuh pada ibunya. Sedangkan, pada waktu kelahiran, setiap
bayi baru lahir akan mengalami adaptasi atau proses penyesuaian fungsi –
fungsi vital dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis atau
kemampuan mempertahankan fungsi – fungsi vital, bersifat dinamis,
dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital
(sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme).
Oleh karena itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan
perawatan yang dapat membantunya untuk melewati masa transisidengan
berhasil (Muslihatun, 2010 : 10).

44
2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Arief dkk (2009), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah :
a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 48-52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Bunyi jantung 120-140 x/ menit
f. Pernapasan 40-60 x/ menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup terbentuk dan diliputi vernik caseosa.
h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya tellah
sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut.) sudah terbentuk dengan baik.
k. Reflek suching (isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik.
l. Refleks morro (Gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
m. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik
n. Genetalia
a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang serta adanya labia minora dan mayora.
o. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam
24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda
antaralain : appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerah-
merahan, Pulse(heart rate) atau frekuensi jantung > 100 x / menit,
grimace (reaksi terhadaprangsangan), menangis, batuk/bersin, activity
(tonus otot), gerakan aktif,respiration (usaha bernafas), bayi menangis

45
kuat, Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38 ͦ c) atau terlalu
dingin(kurang dari 36 ͦc) warna kuning pada kulit (tidak pada
konjunctiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, memar, pada
saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak
muntah, tidak terlihat tanda – tanda infeksi pada tali pusat : tali pusat
merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih
selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidakada lendir atau
darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, tidakmudah
tersinggung, tidak terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai,
kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

3. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterineberjalan dengan lancar
dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan mediskomprehensif dilakukan dalam
24 jam pertama kehidupan.Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus
dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital
yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran,
pengelolaanlebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat
antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan
ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan,
terutama pencegahan terhadap sudden infant deathsyndrome (SIDS)
(Lissauer, 2013). Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah
untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat talipusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, danpencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008).
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1. Pencegahan Infeksi (PI)
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

46
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak
dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir
dengan tiga pertanyaan :
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir
pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian
Kesehatan RI, 2013)
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada
bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan
mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks,
kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah
pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat
dengan satu tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali
pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali
pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya,
menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di
bawahumbilikus (Lissauer, 2013).
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi

47
akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60
dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu
dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI,2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan
kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
Jikabayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial
lainnya(menimbang, pemberian vitamin K, salep mata,
sertapemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi
kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan
RI,2013).
Menurut WHO IMD adalah untuk meningkatkan kesempatan
bayi memperoleh kolostrum, mendukung keberhasilan ASI
eksklusif, memperkuat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan
kesehatan bayi.
a. Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan) :
1) Suami atau keuarga dianjurkan mendampingi ibu
2) Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi
ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu.
Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
4) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan
biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu.
5) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali
perilaku bayi sebelum menyusu.
6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu
minimal selama 1 jam bila menyusu awal terjadi

48
sebelum 1 jam biarkan bayi tetap di dad ibu sampai 1
jam.
7) Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam 1
jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu,
dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama
30 menit atau 1 jam berikutnya.
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6
jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan
tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan
infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mataantibiotika
profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atauantibiotika
lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidakefektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
7. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis
tunggal di paha kiri. Semua bayi baru lahir harus diberi
penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler
di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin yangdapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(KementerianKesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K
sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the
newborn dapat diberikandalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang
membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang
bervariasi dan proteksi yang kurangpasti pada bayi (Lissauer,
2013). Vitamin K dapat diberikandalam waktu 6 jam setelah
lahir (Lowry, 2014).

49
8. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di
pahakanan. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha
kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan
untukmencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yangdapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian
KesehatanRI, 2010).
9. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL). Pemeriksaan BBL
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap
berada di fasilitas tersebut selama24 jam karena risiko terbesar
kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat
kunjungan tindak lanjut (KN)yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1
kali pada umur 4-7 hari dan 1kali pada umur 8-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
10. Pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia
0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun.
Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur
dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi
mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta
pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya
penculikan danperdagangan bayi.
Penatalaksanaan segera bayi baru lahir menurut Wahyuni (2012)
a. Membersihkan jalan nafas dan sekaligus menilai apgar
menit pertama
b. Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan
menggunakan kain yang halus atau handuk.

50
c. Memotong dan mengikat tali pusat dengan memperhatikan
teknik antiseptik.
d. Mempertahankan suhu tubuh bayi
e. Membersihkan badan bayi
f. Memberikan obat untuk mencegah terjadinya infeksi pada
mata
g. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi
h. Memasang pakaian bayi
i. Mengajarkan ibu cara membersihkan jalan nafas,
memberikan air susu ibu (ASI) dan manfaatnya, perawatan
tai pusat, perawatan bayi sehari-hari, perawatan payudara
selama menyusui.
j. Menjelaskan pentingnya memberikan ASI sedini mungkin.
Makanan bergizi bagi ibu, mengikuti program imunisasi
untuk bayi, dan kb bagi ibu sesegera mungkin.
k. Melaksanakan follow up atau kunjungan rumah kembali.
4. Pijat Bayi
1. Pengertian Pijat Bayi
Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan
halus pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan
tangan yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot,
system pernafasan serta sirkulsi darah dan limpha. Pijat adalah terapi
sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling popular. Pijat
adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan
sejak berabad-abad silam. Bahkan diperkirakan ilmu ini telahsejak
awal manusia diciptakan ke dunia, mungkin karena pijat berhubungan
sangat erat dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia (Santi,
2012).
Pijat bayi disebut juga stimulasi touch atau terapi sentuh. Disebut
terapi sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi komunikasi
antara ibu dan buah hatinya. Sebenarnya, dikenal oleh berbagai bangsa

51
dan kebudayaan didunia sejak berabad-abad yang lalu. Pijat bayi
berkembang dalam berbagai bentuk jenis gerakan, terapi dan tujuan.
Selain sebagai salah satu terapi yang banyak memberikan manfaat,
pijat bayi ini juga merupakan salah satu cara pengungkapan kasih
saying antara orang tua dengan anak. Melalui sentuhan pada kulit
berdampak luar biasa pada perkembangan fisik, emosi dan tumbuh
kembang anak (Riksani, 2012).
2. Mekanisme Dasar pemijatan
Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan
bayi adalah penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. Mekanisme
dasar pijat bayi belum banyak diketahui.Walaupun demikian, saat ini
para pakar sudah mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini
serta mulai menemukan jawabannya. Diajukan beberapa mekanisme
untuk menolong menerangkan mekanisme dasar pijat bayi, antara lain
(Roesli, 2010):
a. Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan Pijatan
akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut Schanberg 1989 dari Duke University Medical School
melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus dan ditemukan bahwa
jika hubungan taktil (jilat-jilatan) ibu tikus kepada bayinya
terganggu akan menyebabkan hal-hal berikut ini (Roesli, 2010):
1) Penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase) suatu enzim
yang menjadi petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan
jaringan.
2) Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan.
3) Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian
hormon pertumbuhan.
Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran
suatu neurochemical betha-endorphine, yang akan mengurangi
pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan
aktivitas ODC jaringan (Roesli, 2010).

52
b. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi mekanisme penyerapan
makanan Pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus
nervus vagus (saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan
peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin. Dengan
demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Itu
sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih
banyak daripada yang tidak dipijat (Roesli, 2010).
c. Aktivitas Nervus Vagus Meningkatkan Volume ASI
Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan
aktivitas Nervus Vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga
akan lebih sering menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih
banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak
diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu yang
memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak
positif pada peningkatan volume ASI (Roesli, 2010).
d. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin,
yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat
glucocorticoid (adrenalin, suatu hormone stress). Proses ini akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin
(hormon stress). Penurunan kadar hormon stress ini akan
meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG (Roesli,
2010).
e. Pijat dapat Mengubah Gelombang otak
Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan
kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan
dapat mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan
cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang
beta serta tetha, yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG
(electroensefalogram) (Roesli, 2010).
3. Manfaat Pijat Bayi

53
Menurut ardhillah (2012), manfaat pijat bayi adalah merangsang
syaraf motorik, memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan
meningkatkan ketenangan emosional, selain juga menyehatkan tubuh
dan otot-ototnya.Bayi yang dipijat dengan baik dan teratur dapat
tumbuh lebih sehat dan berkembang lebih baik. Terapi sentuh,
terutama pijat menghasilkan perubahan fisiologis yang
menguntungkan dan dapat diukur secara ilmiah. Menurut Salsabila
(2009), manfaat pijat bayi antara lain sebagai berikut :
a. Efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain menurunkan
kadar hormon stress, dan meningkatkan kadar serotonin
b. Efek fisik/klinis yang meliputi meningkatkan jumlah dan
sitotoksisitas dari system immunitas (sel pembunuh alami),
mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki
sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan
serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan,
mengurangi depresi dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan,
membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi
kembung dan kolik (sakit perut).
Berikut beberapa manfaat pijatan bayi (Suririnah, 2009):
a. Manfaat bagi ibu meliputi mempererat hubungan batin antara
ibu dan anak, mengurangi rasa stres dan menimbulkan rasa
santai, merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan bayi,
dan memperbanyak produksi ASI untuk ibu yang menyusui.
b. Manfaat bagi bayi meliputi bayi dapat tidur dengan lebih baik
karena merasa rileks dan disayangi, membantu pencernaan
dengan menyembuhkan kolik dan kembung, membantu
membentuk perkembangan mental bayi, dan meningkatkan
kekuatan otot dan sirkulasi darah serta mengurangi stres pada
bayi.
c. Meningkatkan berat badan karena pijat bayi bisa merangsang
nervus vagus, dimana saraf ini meningkatkan persitaltik usus

54
sehingga pengosongan lambung meningkat dengan demikian
akan merangsang nafsu makan bayi. Disisi lain pijat juga
melancarkan peredaran darah dan meningkatkan metabolism
sel, dari rangkaian tersebut berat badan bayi akan meningkat.
Pada bayi prematur yang dilaukan pemijatan 3 x 10 menit
selama 10 hari, kenaikan berat badannya tiap hari 20%-47%
dan pada bayi cukup bulan usia 1-3 bulan dipijat 15 menit, dua
kali seminggu selama enam minggu, kenaikan berat badannya
lebih baik daipada yang tidak dipijat.
d. Meningkatkan pertumbuhan
e. Meningkatkan daya tahan tubuh
f. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih
lelap.
Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap,
sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih
penuh. Di Touch research Institusi Amerika, dilakukan
penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal
matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak-anak
tersebut selama 2x15 menit setiap minggunya selama jangka
waktu 5 minggu. Selanjutnya, pada anak-anak tersebut
diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka hanya
memerlukan waktu penyelesaian setengah dari waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan soal terdahulu, dan ternyata
pula tingkat kesalahannya hanya sebanyak 50 % dari sebelum
dipijat (Roesli, 2010).
g. Membina ikatan kasih saying orang tua dan anak (bonding)
Sentuhan dan pandangan kasih orang tua pada bayinya akan
mengalirkan kekuatan jalinan kasih diantara keduanya. Pada
perkembangan anak, sentuhan orang tuaadalah dasar
perkembangan komunikasi yang akan memupuk cinta kasih
secara timbale balik. Semua ini akan menjadi penentu bagi

55
anak untuk secara potensial menjadi anak berbudi pekerti baik
yang percaya diri (Suririnah, 2009).
h. Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cynthia mersmann, ibu yang memijat
bayinya mampu memproduksi ASI perah lebih banyak
dibandingkan kelompok control.Pada saat menyusui bayinya
mereka merasa kewalahan karena ASI terus-menerus menetes
dari payudara yang tidak disusukan.Jadi, pijat bayi dapat
meningkatkan volume ASI peras sehingga periode waktu
pemberian ASI secara ekslusif dapat ditingkatkan, khususnya
oleh ibu-ibu karyawati (Suririnah, 2009).

56
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. R 33 TAHUN G4P2A1


GRAVIDA 37 MINGGU DENGAN KEHAMILAN NORMAL
DI PUSKESMAS PAMITRAN

Hari, tanggal : Selasa, 25 April 2023


Waktu : 16.15 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST

A. Data Subjektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. R Tn. A
Umur : 33 Tahun 39 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Buruh
Alamat : Majasem 04/09
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu datang ke PMB untuk memeriksakan kehamilannya, mengatakan hamil
9 bulan. Mengeluh kenceng-kenceng. HPHT 10-08-2022, TAPI 17-05-2023.
Siklus haid normal ±30 hari. Merupakan kehamilan keempat, pernah
keguguran, anak pertama berusia 10 tahun, lahir secara spontan ditolong
oleh bidan di rumah sakit karena kala II memanjang, berat badan saat lahir
3300 gram. Anak kedua berusia 7 tahun lahir di rumah dibantu oleh bidan.
tidak ada masalah dan kelainan pada kehamilan dan nifas yang lalu.
Gerakan janin masih dirasakan aktif, sudah mendapatkan imunisasi TT 2
pada tanggal 10-02-2022. Tablet Fe diminum 1×1 setelah makan. Tidak

57
mengkonsumsi obat warung maupun jamu tradisional. Tidak ada
kekhawatiran khusus yang dirasakan oleh ibu.
3. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit berat seperti jantung, asma,
hipertensi maupun penyakit berat lainnya yang mempengaruhi kehamilan.
Belum pernah dirawat di rumah sakit.
4. Riwayat Sosial
Merupakan pernikahan pertama, lamanya ±11 tahun, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ini baik, keluarga mendukung. Pernah
menggunakan KB suntik, pengambilan keputusan dilakukan bersama. Pola
makan 3 x sehari, dengan menu lauk yang bervarian dan tidak ada
pantangan. Istirahat cukup, beban kerja sehari-hari dibantu suami, rencana
bersalin di Bidan, mempunyai BPJS.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTD
TD : 130/80 mmHg
N : 86 x/m
S : 36,6 ℃
P : 21 x/m
4. Berat Badan : 70 kg
5. Tinggi Badan : 153 cm
6. LILA : 30 cm
7. Kepala dan Leher
Wajah : Tidak ada oedema
Mata :Konjungtiva tidak pucat sklera tidak kuning
Mulut : Tidak ada caries
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
dan pembuluh limfe

58
8. Dada
Jantung : Irama jantung reguler
Paru-paru : Tidak ada wheezing dan ronchi
9. Payudara : Bentuk dan ukuran simetris, puting
menonjol, tidak ada tarikan atau retraksi
tidak ada dimpling sign
10. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU 30 cm,
posisi puka, presentasi kepala penurunan 3/5
DJJ 135 x/menit TBJ ± 2.945 gram
11. Genitalia : Tidak ada kelainan, tidak ada varises
12. Anus : Tidak ada hemoroid
13. CVAT : Tidak ada nyeri ketuk
14. Ektremitas
Atas : Tidak ada oedema
Bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises, reflek
patela +/+
15. Data Penunjang
HB : 13,5 gr/dl
Reduksi urin : - (negatif)
Protein urine : - (negatif)

C. Analisis
Ny. R 33 Tahun G4P2A1 gravida 37 minggu dengan kehamilan normal.
Keadaan ibu dan janin baik

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terjalin baik
2. Melakukan informed consent, ibu menyetujui
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan, hasil sudah diketahui.
4. Memberikan KIE tentang:
- Pola Nutrisi, respon ibu baik

59
- Persiapan persalinan, sudah disiapkan
- Tanda-tanda persalinan, respon ibu baik
5. Mengajarkan ibu senam hamil dan teknik relaksasi, ibu akan mencobanya di
rumah
6. Merencanakan kunjungan ulang, kesepakatan kunjungan ulang tanggal 02-
05-2022 atau jika ada keluhan, ibu bersedia.

60
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. R 33 TAHUN G4P2A1
GRAVIDA 37 MINGGU DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI PUSKESMAS PAMITRAN

Hari, tanggal : Jum’at, 28 April 2023


Waktu : 21.00 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST
A. Data Subjektif
1. Riwayat
Ibu datang ke PMB pukul 21.00 WIB. Diantar oleh keluarganya
mengeluh mules-mules sering sejak pukul 18.00 WIB. Belum keluar air-
air, sudah keluar lendir campur darah, merasa hamil 9 bulan. Gerakan
janin masih dirasakan aktif. HPHT : 10-08-2022, TP : 17-05-2023,
merupakan kehamilan keempat, pernah keguguran, jarak dengan
kehamilan sebelumnya 7 tahun, tidak ada kelainan dan masalah pada
kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya. Selama hamil konsumsi fe
sehari sekali, sudah periksa sebanyak 10x di bidan dan Puskesmas. BAB
terakhir pukul 15.00 WIB. BAK terakhir pukul 08.15 WIB. Makan
terakhir 17.30 WIB, minum terakhir 20.00 WIB. Mempunyai BPJS.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
N : 83 x/m
S : 36,7 ℃
P : 20 x/m
4. Wajah : Tidak ada oedema
5. Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
6. Jantung : Irama jantung reguler

61
7. Paru – paru : Tidak ada wheezing dan ronchi
8. Payudara : Bentuk dan ukuran simetris, puting menonjol,
tidak ada tarikan atau retraksi tidak ada
dimpling sign.
9. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU 30 cm, posisi
puki, DJJ 132 x/menit HIS 3x10’x40”, penurunan
kepala 3/5.
10. Genitalia : v/v t.a.k, portio tipis lunak, pembukaan 4 cm
ketuban (+), presentasi kepala penurunan H I-II.

C. Analisis
Ny. R 33 tahun G4P2A1 parturien aterm kala 1 fase aktif. keadaan umum ibu
dan janin baik, janin tunggal hidup intrauterine. Perlu diberikan pijat
endorphin.

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terjalin baik.
2. Melakukan informed consent, ibu menyetujui.
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, hasil sudah
diketahui.
4. Melakukan pijat endorphin, ibu terlihat rileks
5. Menyiapkan alat dan perlengkapan persalinan, alat dan perlengkapan
sudah siap.
6. Memfasilitasi ibu untuk makan dan minum, ibu sudah minum air putih.
7. Memfasilitasi ibu untuk mobilisasi, ibu sudah jalan jalan kecil atau miring
kiri.
8. Memfasilitasi ibu untuk BAK dan BAB, ibu sudah BAK di kamar mandi.
9. Memfasilitasi ibu teknik relaksasi, ibu tarik nafas saat merasa mules.
10. Melakukan pijat oksitosin, his mulai bertambah.
11. Merencanakan PD 4 jam kemudian, rencana PD jam 01.00 WIB atau jika
ada indikasi.

62
Pukul 00.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengeluh mulasnya semakin sering, keluar air-air, serta ingin BAB

B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TTV
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 37oC
Pernafasan : 20x/menit
Abdomen : penurunan 1/5, DJJ 147x/menit, HIS 5x10’x45”
Genetalia : v/v t.a.k portio tidak teraba , pembukaan lengkap,
ketuban (-), tidak ada bagian kecil yang menumbung,
tidak ada molase, UUK depan kanan, kepala di
H III-IV.

C. Analisis
Kala II persalinan, keadaan umum ibu dan janin baik. Perlu pertolongan
persalinan.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, hasil sudah diketahui.
2. Memfasilitasi pendamping persalinan, ibu didampingi oleh keluarga.
3. Memfasilitasi posisi persalinan, ibu memilih posisi dorsal recumbent.
4. Melakukan pertolongan persalinan segera secara APN, telah dilakukan
pukul 00.20 WIB, bayi lahir spontan segera menangis, tonus otot kuat,
warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan.

63
Pukul 00.20
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya, masih merasa mulas

B. Data Objektif
Bayi lahir segera menangis, pergerakan kuat. Keadaan umum ibu baik, uterus
globuler, TFU 1 jari diatas pusat, tali pusat memanjang, terdapat semburan
darah, kandung kemih kosong.

C. Analisis
Kala III persalinan, perlu managemen aktif kala III

D. Penatalaksanaan
1. Memastikan adanya janin kedua, tidak ada janin kedua.
2. Memberitahukan ibu untuk di suntik oxytosin, ibu bersedia.
3. Menyuntikkan oxytsin 10 IU secara IM di 1/3 paha kanan atas bagian luar,
sudah dilakukan.
4. Mengecek kandung kemih, kandung kemih kosong
5. Melakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi, tali
pusat memanjang.
6. Melahirkan plasenta, plasenta lahir spontan pukul 00.25 WIB
7. Melakukan masase fundus uteri 15x dalam 15 detik, kontraksi uterus baik.

Pukul 00.25 WIB


A. Data Subjektif
Ibu mengatakan perutnya mules

B. Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

64
Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 20 x/menit
Abdomen : Kontraksi uterus baik, TFU 3 jari dibawah pusat,
kandung kemih kosong.
Genetalia : Pengeluaran darah ± 200 cc, tidak terdapat robekan

C. Analisis
Kala IV persalinan, keadaan umum ibu baik. Perlu pemantauan kala IV

D. Penatalaksanaan.
1. Memberitahukan hasil pemerikaan, hasil sudah diketahui
2. Mengecek laserasi, tidak terdapat laserasi
3. Mengecek plasenta, plasenta lahir lengkap
4. Mengecek kontraksi uterus, kontraksi baik.
5. Mengecek kandung kemih, kandung kemih kosong
6. Mengecek pengeluaran darah, pengeluaran darah ± 200 cc.
7. Membersikan dan membuat nyaman ibu, ibu terlihat lebih nyaman.
8. Mengecek nadi dan tekanan/ darah, nadi 84x/menit dan tekanan darah
130/80 mmHg.
9. Mengajari ibu dan keluarga untuk masase fundus uteri, ibu dan keluarga
dapat melakukan dengan benar.
10. Melakukan pemrosesan alat bekas pakai dengan merendam di larutan
klorin 0,5% selama 10 menit, cuci bilas kemudian keringkan dan DTT,
sudah dilakukan.
11. Melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam, hasil terlampir di partograf

65
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. A 0 JAM
POST NATAL NORMAL

Hari, tanggal : Sabtu, 29 April 2023


Waktu : 00.20 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST

A. Data Subjektif
Bayi NY. R lahir spontan segera menangis, gerakan kuat, warna kulit
kemerahan, jenis kelamin laki-laki ditolong oleh bidan.

B. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Berat Badan : 3200 gram
Panjang Badan : 44 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar Dada : 31 cm
TTV : LJ : 135 x/m
LN : 47 x/m
S : 36,7 O C

C. Analisis
Bayi NY. R 0 jam post natal normal

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu, hubungan baik terjaga.
2. Melakukan inform consent, ibu menyetuji pemeriksaan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
bayi
4. Menilai keadaan bayi, bayi segera menangis, tonus otot kuat, warna kulit
kemerahan.

66
5. Meletakkan bayi diatas perut ibu, bayi sudah berada di atas perut ibu.
6. Mengeringkan bayi dengan menggunakan kain bersih dan kering, asuhan
telah dilakukan.
7. Mengganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering, kain
sudah diganti dengan kain yang kering dan bersih.
8. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat, penjepitan dan
pemotongan tali pusat sudah dilakukan 2 menit setelah bayi lahir.
9. Membaringkan bayi dalam ruangan > 25oC bersama ibunya, sudah
dilakukan.
10. Mendekap bayi (kontak kulit bayi-ibu – asuhan metode kanguru) sesering
mungkin, IMD telah dilakukan selama ± 1 jam.
11. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam dan bayi stabil,
sudah dilakukan.
12. Menimbang berat badan bayi yang terselimuti (BB: Berat total- berat
selimut), sudah dilakukan.
13. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi
sebagian, sudah dilakukan.
14. Menjaga kehangatan bayi dengan bedong, bayi sudah di bedong setelah
pemberian salep mata (oxytetracicline) 1% pada kedua mata bayi secara
mediolateralis, vitamin K1 dengan dosis 1 mg secara IM di 1/3 paha kiri
anterolateral, dan pengukuran antropometri.
15. Rencana imunisasi Hb0, imunisasi pukul 06.00 WIB

67
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R 6 JAM
POSTNATAL NORMAL

Hari/Tanggal : Sabtu, 29 April 2023


Waktu : 06.30 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayi sudah menangis kuat, sudah menyusu, sudah BAB dan
BAK, feses berwarna kehitaman.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. TTV
Laju jantung :148 x/m
Pernafasan : 51 x/m
Suhu : 36,8 C
3. Antropometri
BB : 3200 gram
PB : 44 cm
LK : 32 cm
LD : 31 cm
4. Kepala : Bentuk normal, ubun-ubun datar, tidak ada molase,
tidak ada penonjolan atau daerah yang mencekung
5. Telinga : Simetris dengan mata
6. Mata : Tidak ada tanda-tanda infeksi.
7. Hidung, mulut : Tidak ada cuping hidung, tidak ada labioschizis
dan
labiopalatoschiziz, rooting reflek (+), sucking
reflek (+), swallowing reflek (+).
8. Leher : Tidak ada pembengkakan dan pelebaran pembuluh

68
darah vena jugalaris
9. Dada : Bentuk normal, puting menonjol, tidak ada bunyi
wheezing dan ronchi. Irama jantung reguler.
10. Bahu, lengan, tangan : Gerakan aktif, jumlah jari tangan kanan dan kiri
lengkap 5/5, grasping reflek (+)
11. Sistem saraf : Moro reflek (+)
12. Perut : bentuk normal, tidak ada perdarahan pada tali
pusat,
tidak ada penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis.
13. Genitalia : testis telah turun ke skrotum
14. Punggung, anus : tidak ada pembengkakan, tidak ada spinabifida,
anus berlubang.
15. Tungkai, Kaki : Gerakan aktif, jumlah jari kaki kanan dan kiri
lengkap 5/5, babinsky reflek (+)
16. Kulit : warna kulit dan bibir kemerahan, tidak ada bercak
hitam

C. Analisis
By Ny R 6 jam postnatal normal.

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terjalin
dengan baik
2. Melakukan informed consent akan tindakan yang akan dilakukan, ibu
bersedia.
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan, respon ibu baik
4. Memberitahu kepada ibu bayinya akan di imunisasi Hb0, ibu bersedia.
5. Menyuntikkan imunisasi Hb0 di 1/3 paha kanan bagian luar secara IM,
sudah dilakukan.
6. Memberikan KIE kepada ibu dan keluarga, tentang:

69
- Pemberian ASI Eksklusif, Respon ibu dan keluarga baik
- Perawatan bayi sehari-hari, Respon ibu dan keluarga baik
- Menjaga kehangatan bayi , Respon ibu dan keluarga baik.
- Tanda sakit dan bahaya pada bayi, Respon ibu dan keluarga baik
7. Mendokumentasikan asuhan kebidanan, SOAP telah dibuat.

70
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. R 3 HARI
POSTNATAL NORMAL

Hari/Tanggal : Selasa, 02 Mei 2023


Waktu : 16.00 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sering menangis di malam hari. Menyusu 2 jam sekali
atau jika bayi menangis, bayi sudah menyusu dengan kuat dan ASI keluar
sudah lebih banyak. Bayi BAK ±6 kali, BAB ± 3 kali feses berwarna hitam
kehijauan. Pergerakan kuat.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik, warna kulit dan bibir kemerahan, gerakan
kuat
2. TTV
Laju jantung :143 x/m
Pernafasan : 53 x/m
Suhu : 36,9 C
3. Antropometri
BB : 2900 gram
PB : 44 cm
LK : 32 cm
LD : 31 cm
1. Perut : bentuk normal, tali pusat kering dan tidak ada
tanda
infeksi pada tali pusat, tidak ada penonjolan sekitar
tali pusat pada saat menangis.

C. Analisis

71
By Ny R 3 hari postnatal normal, keadaan umum baik

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terjalin
dengan baik.
2. Melakukan informed consent akan tindakan yang akan dilakukan, ibu
bersedia.
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan, respon ibu baik.
4. Memberikan KIE kepada ibu dan keluarga, tentang:
- Pemberian ASI Eksklusif, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI 2
jam sekali.
- Menjaga kehangatan bayi, Respon ibu dan keluarga baik.
- Tanda bahaya pada bayi lahir, Respon ibu dan keluarga baik
- Perawatan tali pusat, Respon ibu dan keluarga baik
- Menjemur bayi, Respon ibu dan keluarga baik
5. Merencanakan kunjungan ulang, kesepakatan kunjungan ulang pada tanggal
05 Mei 2023 atau jika ada keluhan, ibu bersedia.
6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan, SOAP telah dibuat.

72
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R USIA 33 TAHUN P3A1
6 JAM POST PARTUM SPONTAN NORMAL

Hari/Tanggal : Sabtu, 29 April 2023


Waktu : 06.20 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST

i. Data Subjektif
Ibu baru saja melahirkan anak ketiga lahir secara spontan ditolong oleh bidan
di PMB pukul 00.20 WIB. Ibu mengatakan masih sedikit mulas. Mobilisasi
baik. Ibu sudah menyusui bayinya, ASI sudah keluar namun sedikit. Sudah
makan dengan porsi sedang dan minum teh manis. Tidak ada pantangan
makanan, tidak minum obat warung dan jamu. Sudah minum tablet Fe,
paracetamol, dan amoxicillin. Istirahat ibu cukup sudah tidur 5 jam. Sudah
BAK di kamar mandi dan Belum BAB.

ii. Data Objektif


KeadaanUmum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
1. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 83 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 370C
2. Wajah : Tidak ada oedema.
3. Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak kuning.
4. Payudara : Terdapat pengeluaran kolostrum,
5. Abdomen : TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong.
6. Genitalia : Jumlah cairan pengeluaran darah ±60cc, tidak
ada hematoma.

28
7. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema
Bawah : Tidak ada oedema

iii. Analisis
NY. R 33 tahun P3A1 6 jam post partum spontan normal. Keadaan ibu baik,
keadaan proses involusi dan laktasi baik.

iv. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan terjalin baik.
2. Meminta persetujuan sebelum pemeriksaan, ibu dan keluarga bersedia
dilakukan pemeriksaan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, respon ibu dan keluarga senang.
4. Memberikan KIE tentang :
- Vulva hygiene, ibu dapat melakukanya di rumah.
- Pentingnya ASI Eksklusif, ibu dapat melakukanya di rumah.
- Tanda bahaya masa nifas, ibu dapat mengulang kembali yang telah
disampaikan.
- Manfaat sari kacang hijau untuk merangsang pengeluaran ASI, ibu
akan minum sari kacang hijau
5. Merencanakan kunjungan ulang, kesepakatan kunjungan ulang pada tanggal
01 Mei 2023, ibu bersedia.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan , SOAP telah dibuat.

29
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R USIA 33 TAHUN P3A1
3 HARI POST PARTUM NORMAL

Hari/Tanggal : Selasa, 02 Mei 2023


Waktu : 16.20 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih sedikit nyeri pada perut bagian bawah. sudah BAB.
BAK lancar. Mengatakan ASI yang keluar sudah mulai banyak dan bayi
sudah kuat menyusu. Mobilisasi ibu baik. Masih meminum tablet Fe,
paracetamol, dan amoxicillin. Ibu cukup istirahat dan tidak ada pantangan
makanan, tidak ada budaya yang mempengaruhi masa nifas.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
TekananDarah : 110/80 mmHg
Nadi : 86 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,80C
4. Wajah : Tidak ada oedema.
5. Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak kuning.
6. Payudara : Puting menonjol, ASI sudah keluar
7. Abdomen : Kandung kemih Kosong, TFU pertengahan pusat
dan simfisis
8. Genitalia : v/v tidak ada keluhan. Lochea rubra. Pengeluaran
darah ±30 cc.
9. Ekstremitas Atas : Tidak ada oedema
10. Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedema dan varices. Tanda homan (-)
C. Analisis
Ny R 33 Tahun P3A1 3 hari post partum normal. Keadaan umum ibu baik.

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu menyetujui pemeriksaan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, respon ibu dan keluarga senang
4. Memberikan KIE tentang :
- Tanda Bahaya Masa Nifas, dapat mengulai yang telah disampaikan.
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali dan sesering
mungkin, ibu bersedia.
- Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang berserat dan bergizi,
ibu bersedia.
5. Merencanakan kunjungan nifas, kesepakatan kunjungan pada tanggal 05
Mei 2023, ibu menyetujuinya.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan, SOAP telah dibuat.

28
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R USIA 33 TAHUN P3A01 6 HARI
POST PARTUM SPONTAN NORMAL

Hari/Tanggal : Jum’at, 05 Mei 2023


Waktu : 16.15 WIB
Tempat : PMB Euis N, SST

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan. BAB dan BAK lancar. Menyusi
bayinya 2 jam sekali atau jika bayi menangis lamanya sekitar 15 menit.
Mobilisasi ibu baik. Sudah tidak meminum obat karena sudah habis.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
TekananDarah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
Respirasi : 21 x/ menit
Suhu : 36,90C
4. Wajah : Tidak ada oedema
5. Mata : Kongjungtiva tidak pusat dan sklera tidak kuning.
6. Payudara : Puting menonjol, ASI sudah keluar
7. Abdomen : Kandung kemih kosong TFU tidak teraba.
8. Genitalia : v/v tidak ada keluhan. Lochea sanguinolenta
berbau khas
9. Ekstremitas Atas : Tidak ada oedema
10. Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedema dan varices. Tanda homan (-)

29
C. Analisis
Ny R 33 tahun P3A1 6 hari post partum spontan normal. Keadaan umum ibu
baik. Proses involusi dan laktasi baik.

D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, hubungan baik
terjalin.
2. Melakukan inform consent, ibu menyetujui pemeriksaan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, respon ibu dan keluarga senang
4. Memberikan KIE tentang :
- Pola nutrisi, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang, ibu bersedia.
- Pola istirahat, menganjurkan ibu untuk tidur mengikuti pola tidur bayi,
ibu bersedia.
- Senam nifas, ibu dapat melakukannya dengan baik.
5. Merencanakan kunjungan ulang, kesepakatan kunjungan ulang pada
tanggal 09 Juni 2023, untuk merencanakan KB dan Imunisasi bayi ibu
menyetujuinya.
6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan, SOAP telah dibuat.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. R Usia 33 Tahun G4P2A1. Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan metode SOAP yang dikaji mulai dari data subjektif, data objektif,
analisis dan penatalaksanaan. Dari data yang diperoleh penulis akan membahas
apakah ada kesenjangan antara teori dan praktik yang ditemukan selama
pengkajian data tersebut.
A. Asuhan Kehamilan Pada Ny. R
Pengkajian dan pemberian asuhan kebidanan masa kehamilan pada Ny. R
yaitu bertujuan untuk mendeteksi adanya kegawatdaruratan selama kehamilan
dan memastikan bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat. Hal ini sejalan
dengan teori yang disampaikan oleh Saiffudin (2010) yakni tujuan dari
asuhan kehamilan yaitu untuk membantu ibu dalam menyiapkan aspek fisik,
spiritual, sosial dan psikologis dalam menghadapi persalinan dan nifas.
Pada pengkajian data saat pemeriksaan kehamilan Ny. R didapatkan
bahwa HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) tanggal 10-08-2022 dan TP
(Taksiran Persalinan) pada tanggal 17-05-2023, hasil ini didapat dari metode
rumus Neagle yaitu tanggal kunjungan dikurangi tanggal hari pertama haid
terakhir sedangkan taksiran persalinan didapat dari rumus +7 (tanggal) -3
(bulan) +1 (tahun). Dihitung dari hasil taksiran persalinan dengan tanggal ibu
datang saat pemeriksaan ANC didapatkan hasil bahwa umur kehamilan ibu
menginjak umur kehamilan 37 minggu.
Pada pemeriksaan antenatal, Ibu mengeluh sering merasakan mules, hal
tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa keluhan tersebut adalah
kontraksi palsu dan jika semakin sering dapat menjadi tanda persalinan akan
di muluai (Jenaka, 2011).
Pada pemeriksaan abdomen secara palpasi (Leoplod) hasil pemeriksaan
tinggi fundus uteri 32 cm, bagian-bagian kecil janin teraba di kiri perut ibu,

31
janin tunggal dengan prentasi kepala dan sudah masuk PAP. Hasil
pemeriksaan ini sesuai dengan teori pemeriksaan abdomen dengan palpasi
menurut leopold bahwa lepold I untuk menentukan tuanya kehamilan dan
bagian apa yang terdapat dalam fundus, lepold II untuk menentukan letak
punggung janin dan letak bagian-bagian kecil, leopold III untuk menentukan
apa yang terdapat di bagian bawah perut dan apakah bagian bawah janin
sudah atau belum masuk pintu atas panggul, hal ini dapat diketahui bahwa
Ny. R tidak mengalami kelainan letak pada kehamilannya. TFU mc donald 30
cm. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tinggi fundus uterus dengan
mengukur jarak sympisis-fundus.
Menurut Depkes (2016) Setiap ibu hamil minimal di cek laboratorium
untuk mengetahui kadar hemoglobin apakah ibu hamil anemia atau tidak,
protein urin untuk mengetahui apakah dalam urine ibu terdapat protein atau
tidak dan urin reduksi mengetahui adanya kadar glukosa dalam urin. Hasil
pemeriksaan laboratorium sederhanapada Ny. R diantaranya Hb : 11 gr/dl,
protein urin negatif (-), urin reduksi negatif (-).
Setelah dilakukan pemeriksaan kehamilan, ibu diberikan konseling
terkait ketidaknyamanan trimester III serta pemberian kompres hangat untuk
mengurang nyeri punggung yang dialami oleh ibu. Selain itu konseling tanda-
tanda persalinan dan persiapan persalianan karena sesuai dengan usia
kandungan ibu yang sudah 9 bulan dan mendekati taksiran persalinan maka
ibu perlu persiapan.
B. Asuhan Persalinan Pada Ny. R
Pada saat dilakukan pemeriksaan ibu sudah masuk dalam kala I fase
aktif karena saat pemeriksaan dalam sudah pembukaan 4 cm, sudah
merasakan mulas yang teratur. Hal ini sesuai dengan teori yaitu proses
persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan
lahirnya plasenta secara lengkap (Kumalasari, 2015:97).
Pukul 00.00 WIB ibu sudah menunjukan tanda-tanda persalinan yaitu
adanya dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva

32
membuka. Lalu pukul 00.20 WIB bayi lahir spontan segera menangis tonus
otot kuat. Sesuai dengan pendapat Rohani dkk (2011) bahwa tanda dan gejala
kala II persalinan adalah adanya perasaan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi, adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina,
perineum menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani membuka serta
meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Pada Kala III persalinan didapatkan hasil, keadaan umum ibu baik.
Perlu manajemen aktif kala III. Tujuan manajemen aktif kala III (tiga) sendiri
adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah kala III (tiga) persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan
fisiologis. Penatalaksanaan manajemen aktif kala III (tiga) dapat mencegah
terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia
uteri dan retensio plasenta. Kala III Ny. R berlangsung selama 5 menit. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rohani dkk (2011) bahwa kala III dimulai setelah
lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Saat kala III, dilakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan
oksitosin 10 unit IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil
melihat tanda pelepasan plasenta serta massase fundus uteri segera setelah
plasenta lahir selama 15 detik.
Pada kala IV didapatkan hasil bahwa kondisi ibu normal. Keadaan
umum ibu baik, kesadaran compos menthis, Tanda – tanda vital dalam batas
normal, tetapi tekanan darah ibu masih sedikit tinggi. Penurunan TFU
normal. Kontraksi uterus baik. Kandung kemih kosong. Genetalia
pengeluaran darah dalam batas normal. Secara keseluruhan saat memberikan
asuhan tidak ditemukan kegawatdaruratan dan kesenjangan antara teori
dengan praktik.
C. Asuhan Masa Nifas Pada Ny. R
Pemeriksaan postpartum pada 6 jam setelah melahirkan dan
didapatkan hasil keadaan umum baik, proses involusi dan laktasi baik.
Menurut walyani & Purwoastuti (2015) tahap ini termasuk puerperium dini

33
yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
beraktivitas layaknya wanita normal. Pada masa ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya perdarahan atonia uteri, oleh karena itu bidan harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah,
dan suhu. Sehingga, pada periode ini diperlukan pemantauan yang tepat agar
jika ditemui masalah dapat segera ditindak lanjuti. Ibu sudah menyusui
bayinya dan kolostrum sudah keluar. Sering menyusui bayinya akan
berdampak pada ASI yang diproduksi, ibu yang memberikan ASI eksklusif
pada bayinya berpengaruh terhadap produksi ASI yang lebih banyak, semakin
sering ibu menyusui bayinya makan akan semakin banyak juga ASI yang di
produksi.
Ibu sudah mengonsumsi Vitamin A , Fe, Amoxilin, Paracetamol,dan
Vitamin C, Manfaat vitamin A pada masa nifas untuk ibu adalah untuk
memelihara kesehatan ibu selama menyusui dan mencegah buta senja karena
kurang vitamin A. Paracetamol untuk ibu menyusui merupakan salah satu
obat untuk mengatasi pusing maupun nyeri ringan lainnya serta dapat
menurunkan demam akibat beberapa kondisi tertentu. Untuk amoxicillin, obat
ini adalah obat antibiotik golongan penicillin. Obat ini berfungsi untuk
membantu membunuh (Placeholder1) vitamin B kompleks. Zat besi adalah
salah satu mineral penting yang memiliki berbagai peranan utama di dalam
metabolisme tubuh.
Pada saat dilakukan kunjungan ulang 3 hari post partum ibu
mengatakan keluhan bahwa terkadang merasa masih sedikit nyeri pada perut
bagian bawah. Hal itu wajar, karena itu merupakan proses untuk rahim
kembali mengecil agar tidak terjadi perdarahan. Selain itu ibu juga diberikan
konseling mengenai asupan nutrisi saat menyusui agar kebutuhan ibu maupun
bayi tercukupi. Pada masa nifas masalah perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu
dan memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010:97).

34
D. Asuhan Pada Bayi Ny. R
Pada pukul 00.20 WIB bayi lahir spontan hidup segera menangis,
jenis kelamin laki – laki . Dilakukan asuhan yang sesuai dengan bayi baru
lahir dan pemeriksaan semua dalam batas normal. Sesuai dengan teori
menurut Rohan (2013) Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm
antara 37–42 minggu, berat badan 2500 –4000 gram, panjang lahir 48 –52
cm. lingkar dada 30 –38 cm, lingkar kepala 33–35 cm, lingkar lengan 11 –12
cm, frekuensi denyut jantung 120 –160 kali/menit, kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat
dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas.
Pada pemeriksaan 6 jam postnatal, bayi sudah mendapatkan salep
mata untuk mencegah infeksi dan juga vitamin K untuk mencegah
perddarahan. Hal ini juga sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
pencegahan infeksi dilakukan dengan menggunakan salepmata tetrasiklin 1 %.
Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah
kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari
satu jam setelah kelahiran (Indrayani,2013). Selain itu semua bayi baru lahir
harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri
sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat
defesiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. Tempat
perdarahan yang utama adalah umbilikus, membran mukosa, saluran cerna,
sirkumsisi dan fungsi vena. Selain itu perdarahan dapat berupa hematoma
yang ditemukan pada tempat trauma, seperti sefal hematoma. Akibat lebih
lanjut adalah timbulnya perdarahan intrakranial yang merupakan penyebab
mortalitas atau morbiditas yang menetap (Kemenkes, 2011).
Pada saat dilakukan kunjungan ulang 3 hari postnatal didapatkan hasil
pemeriksaan baik tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Tidak ada
masalah yang mengarah pada tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ( KB)
Dalam pengkajian data subjektif, Ny. R berencana menggunakan alat
kontrasepsi IUD 8 tahun atas kesepatan oleh suami.

35
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis,
maka dapat disimpulkan bahwa penulis mampu :
1. Melakukan pengkajian data subjektif pada NY. R Usia 33 Tahun G4P2A1
Gravida 37 Minggu Dengan Keadaan Normal.
2. Melakukan pengkajian data objektif pada NY. R Usia 33 Tahun G4P2A1
Gravida 37 Minggu Dengan Keadaan Normal.
3. Melakukan analisis pada NY. R Usia 33 Tahun G4P2A1 Gravida 37
Minggu Dengan Keadaan Normal.
4. Melakukan perencanaan pada NY. R Usia 33 Tahun G4P2A1 Gravida 37
Minggu Dengan Keadaan Normal.
5. Melakukan penatalaksanaan pada NY. R Usia 33 Tahun G4P2A1 Gravida
37 Minggu Dengan Keadaan Normal.
6. Melakukan evaluasi pada NY. R Usia 33 Tahun G4P2A1 Gravida 37
Minggu Dengan Keadaan Normal.
7. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan pada NY. R Usia 33 Tahun
G4P2A1 Gravida 37 Minggu Dengan Keadaan Normal.
8. Melakukan analisis kesenjangan antara teori dan kenyataan di lahan
praktik pada NY. R Usia 33 Tahun G 4P2A1 Gravida 37 Minggu Dengan
Keadaan Normal.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, maka penulis
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Lahan Praktik
Seyogyanya lahan praktik dapat selalu mempertahankan dan
meningkatkan mutu kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

36
sekitar sehingga dapat memberikan asuhan secara menyeluruh serta
menangani kegawatdaruratan materal dan neonatal secara cepat dan tepat..

2. Bagi Tenaga Kesehatan


Seyogyanya seluruh tenaga kesehatan dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,
sehingga dapat memberikan asuhan secara menyeluruh.

37
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Brian. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Asiyah, N. (2017). Perawatan Tali Pusat Terbuka Sebagai Upaya Mempercepat


Pelepasan Tali Pusat. [Online] https://digilib.unisayogya.ac.id

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Unpad Bandung. 1983.


Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC

Dep. Kes RI. 2010. Tujuan Pelayanan Antenatal Care. Jakarta: Dep-kes 2010

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
2016.
Kemenkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta :
Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tim Pelatihan
RSUP Dr. Hasan sadikin Bandung. 2017. Obstetri Neonatal. Bandung:
Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Mandriwati. 2007. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC.


Manuaba, dkk. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

34
Maryunani, Anik. 2013. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans
Info Media
Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi edisi 2
jild 1.Jakarta: EGC.

Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Prawirahardjo, S, dkk.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Reeder, S.J, Leonide,L.M, Deborah, K. Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas :


Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Edisi 18. Volume 2. Jakarta.
EGC

Rian, D., Nur, F.,Cahyanto, E,. Et Al. 2018. Perbedaan Perawatan Tali Pusat
Terbuka Dan Kasakering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusatpada Bayi
Baru Lahir. [Online] https://jurnal.unsac.id

Romauli,Suryati,2011, Buku Ajar Askeb I: Konsep Dasar Kehamilan.


Yogyakarta:Nuha MedikA

Rukiyah AY, dkk 2011. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta: Trans Info Media

Saifuddin, AB. 2002 . Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika : Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

34
Sutanto, A. V. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori dalam
Praktik. Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

WHO. 2018. Maternity mortality. Diakses pada tanggal 11 November 2019


melalui https: //www.who.int/news-room/factsheet/detail/maternal-
mortality
Widyasih H, dkk. 2012. Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Wijanarko, B. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

34

Anda mungkin juga menyukai