Anda di halaman 1dari 213

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

S G1P0A0
GRAVIDA 39 MINGGU DENGAN KPD 12 JAM
DI PUSKESMAS SUKALARANG
TAHUN 2023

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Praktek Klinik Kebidanan (PKK) III

OLEH:
AINUNI HANDAYANI
21120A006

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI INDONESIA BOGOR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini berjudul :


ASUHAN KEBIDANAN KOMFREHENSIF PADA NY.S USIA 22 TAHUN
G1P0A0 PARTURIENT ATERM 39 MINGGU DENGAN DAN KPD 12 JAM
DI PUSKESMAS SUKALARANG TAHUN 2023

Oleh:
AINUNI HANDAYANI
21110A006

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing dan Pihak Program Studi
DIII Kebidanan Akbid Bhakti Indonesia Bogor

Sukabumi, Maret 2023

Pembimbing Akademik

ii
(Irma Suryani, S.ST, M.Kes)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kasus ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. S Usia 22 Tahun
G1P0A0 Parturient Aterm 39 Minggu Dengan KPD 12 jam” dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana. Pembuatan Laporan Kasus ini merupakan salah
satu tugas untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan III (PKK III )
Program Diploma Kebidanan Akbid Bhakti Indonesia Bogor.
Berhasilnya kegiatan laporan studi kasus dan penyusunan laporan ini
tentunya tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab
itu ucapan terimakasih kami sampaikan kepada yang terhormat :
a) Drs.H.E.Djumhana Cholil,MM., selaku Ketua Yayasan Akbid Bhakti
Indonesa Bogor.
b) Nia Kurnia Al,, S.Keb.,S.Kep,Ners.,M.Kep. selaku Direktur Akbid Bhakti
Indonesia Bogor.
c) Fanny Hidayat SE.,M.Si selaku Wakil Direktur Akbid Bhakti Indonesia
Bogor.
d) Irma Suryani, S.ST, MKes, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan dalam penyusunan laporan komprehensif ini.
e) Eti Rohaeti, S.ST, selaku pembimbing lapangan yang telah banyak
memberikan masukan dalam memberikan asuhan kepada pasien maupun
dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini.
f) Ny. S beserta keluarga yang telah bersedia menjadi klien dalam Asuhan
Kebidanan Komprehensif ini
g) Keluarga terutama Ayah dan Ibu yang penuh ikhlas memberikan dorongan
dan semangat baik moril maupun materil selama proses pembuatan hingga
terselesaikannya komprehensif ini
h) Sahabat dan teman-teman tersayang yang telah memberikan segala bentuk
dukungan dan bantuan baik moril maupun spiritual

iii
Dalam penulisan laporan kasus ini, penyusun merasa masih ada
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam profesi kebidanan.
Harapan penyusun semoga laporan kasus ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penyusun dapat
memperbaiki bentuk maupun isi dari laporan kasus ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan
demi penyempurnaan pembuatan tugas ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah.

Sukabumi, Maret 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................3
1.3 Manfaat...................................................................................4
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................4
1.5 Lokasi dan Waktu...................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketuban Pecah Dini................................................................5
2.2 Persalinan ...............................................................................15
2.3 Bayi Baru Lahir......................................................................56
2.4 Nifas........................................................................................72
2.5 Keluarga Berencana................................................................93
2.6 UU Republik Indonesia No. 4 tentang Kebidanan.................101
2.7 Manajemen Asuhan Kebidanan..............................................103
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan..............................108
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir..............................128
3.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas......................................143
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Persalinan................................................................................154
4.2 Bayi Baru Lahir......................................................................158
4.3 Nifas........................................................................................160

5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................162
5.2 Saran ......................................................................................162

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

6
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran


Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Partograf
Lampiran 3 Dokumentasi
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5 Leaflet
Lampiran 6 Lembar konsul

7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah pada saat proses
persalinan. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
Ketuban Pecah Dini (Sarwono, 2018).
Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari
vagina setelah kehamilan berusia 20 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini
terjadi sebelum proses persalinan berlangsung cairan keluar melalui selaput
ketuban yang mengalami robekan muncul setelah usia kehamilan mencapai
28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya dalam keadaan normal 8-10% hamil aterm mengalammi KPD
(Sagita, 2017).
Ketuban pecah dini jika tidak ditangani dengan baik akan dapat
berdampak mengerikan terutama bagi kandungan. Karena insiden air ketuban
pecah, kuman dapat berimigrasi ke dalam kantung ketuan sehingga
menyebabkan infeksi. Ketika kandungan infeksi, ini dapat membahayakan
pertumbuhan, perkembangan bahkan nyawa janin.
Di seluruh dunia, sebagian besar kematian ibu setiap harinya mencapai
angka 830 ibu di dunia meninggal akibat penyakit/komplikasi terkait
kehamilan dan persalinan Sebagian besar kematian tersebut seharusnya bisa
dicegah dan diselamatkan. Artinya, banyak Ibu yang seharusnya tidak
meninggal tetapi meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan dan
penanganan yang seharusnya. Kebanyakan Ibu meninggal karena komplikasi
kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu. Sekitar 15%
dari kehamilan/persalinan mengalami komplikasi, 85% normal. Kira-kira
75% kematian ibu disebabkan: Tekanan darah tinggi saat kehamilan

1
2

(preeclampsia/eclampsia), Perdarahan parah (sebagian besar perdarahan pasca


salin), infeksi (biasanya pasca persalinan), Partus lama/macet, Aborsi yang
tidak aman. (sumber: Key Facts. Maternal mortality. 2019).
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan
450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di sembilan negarta maju dan 51 negara persemakmuran.
Persalinan yang didapat dari WHO kejadian vakum ekstraksi berkisar 38%
dan pervaginan 62% pada presentase belakang kepala. Dr. Ieke menegaskan
bahwa 90% kematian ibu di Indonesia di sebabkan oleh perdarahan (30%),
infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%) komplikasi abortus
(12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat tahun 2017 yang dilaporkan
pada tabel profil kesehatan 2017 sebesar 76,03 per 100.000 KH, jika
dibandingkan dengan proporsi AKI tahun 2017 yang ditargetkan maka AKI
di Provinsi Jawa Barat sudah berada dibawah target nasional (MDG)s tahun
2015. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan, di Provinsi Jawa Barat tahun
2017 terdapat 3.077 bayi meninggal meningkat 5 orang dibanding tahun
2016. (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2017).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi mencatat, sejak Januari
hingga Akhir 2021 kasus angka kematian ibu (AKI) terdapat sebanyak 16
kasus.Angka ini, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang hanya sebanyak 12 kasus.
(Laporan Tahunan Dinas Kota Sukabumi, 2021 permasalahan tersebut
diakibatkan karena Keterlambatan mendapat pertolongan akibat factor
kemiskinan dan sosisal budaya yang menyebabkan terlembat mengambil
keputusan, keterlambatan karena hambatan geografis dan transportasi untuk
akses terhadap pelayanan kesehatan, kurangnya tenaga kesehatan atau bidan
yang ada di daerah-daerah, keterlambatan karena kemampuan dan
keterampilan bidan atau paraji yang tidak sesuai dengan standar penganan
3

persalinan, serta sarana dan prasaran masih kurang memenuhi standar


pelayanan pertolongan kegawatdaruratan ibu dan bayi (laporan dinas
Kesehatan kota sukabumi 2021)
Sementara itu, jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) pada 2020 lalu
mencapai 27 kasus dan pada 2021 ini hanya 17 kasus sehingga untuk kasus
AKB di Kota Sukabumi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
(POJOKJAAR.com-DinKes Kota Sukabumi 2021)
Berdasarkan data dari laporan PUSKESMAS SUKALARANG tahun
2022 pada bulan Januari-Desember tahun 2021 terdapat 27 kasus dengan
ketuban pecah dini .
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensip Pada
Ny. S G1P1A0 Gravida 39 Minggu Dengan KPD 12 Jam PUSKESMAS
SUKALARANG Tahun 2023’’

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Mampu menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan pada NY.
S Gravida 39 Minggu dengan KPD 12 Jam PUSKESMAS
SUKALARANG dengan menggunakan manajemen asuhan
kebidanan.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada asuhan
kebidanan NY. S Gravida 39 Minggu dengan KPD 12 jam dengan
INC, PNC, BBL di Puskesmas Sukalarang.
2. Mampu melakukan pengakajian objektif pada asuhan kebidanan
NY. S Gravida 39 Minggu dengan KPD 12 jam dengan INC, PNC,
BBL di Puskesmas Sukalarang.
3. Mampu menganalisa atau mendiagnosa kasus pada NY. S Gravida
39 Minggu dengan KPD 12 jam dengan INC, PNC, BBL di
Puskesmas Sukalarang.
4

4. Mampu melakukan penatalaksaan asuhan kebidanan NY. S


Gravida 39 Minggu dengan KPD 12 jam dengan INC, PNC, BBL
di Puskesmas Sukalarang.
5. Mampu melakukan pendokumentasian secara SOAP pada hasil
asuhan yang telah diberikan pada NY. S Gravida 39 Minggu
dengan KPD 12 jam dengan INC, PNC, BBL di Puskesmas
Sukalarang.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Dengan adanya praktek klinik kebidanan III ini mahasiswa dapat
mengaplikasikan secara langsung dari yang telah didapatkan dari
pekuliahan menjadi lebih mengetahui mengenai gambaran umum
kesehatan ibu, fisik dan fisiologis selama kehamilan, nifas, bayi baru
lahir.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Untuk mengevaluasi hasil kegiatan praktek klinik kebidanan III
oleh mahasiswa dilapangan serta untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dasar yang telah diberikan.
1.3.3 Bagi Lahan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang
diberikan sesuai dengan standar asuhan kebidanan.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup adanya praktek klinik kebidanan III ini adalah
mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung teori yang telah
didapatkan diperkuliahan menjadi lebih mengetahui mengenai gambaran
umum kesehatan ibu baik fisik dan psikologis saat kehamilan, persalinan,
nifas, dan perawatan BBL.
5

1.5 Lokasi dan Waktu


1.5.1 Lokasi
Lokasi yang digunakan dalam pengambilan kasus ini di ruang
bersalin dan ruang nifas di Puskesmas Sukalarang.
1.5.2 Waktu
Waktu yang digunakan dalam pengambilan studi kasus ini dimulai dari
tanggal 13 Maret – 15 Maret 2023.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Ketuban Pecah Dini


2.1.1 Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) atau prematur rupture of the
membranes (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya proses persalinan pada kehamilan aterm.
Sedangkan preterm prematur rupture of the membranes (PPROM)
adalah pecahnya ketuban dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu (Parry and Strauss, 1998;Brian and Mercer, 2003;n Mamede
dkk., 2012). Pendapat lain menyatakan dalam ukuran pembukaan
serviks pada kala I, yaitu bila ketuban pecah sebelum pembukaan pada
primigravida kurang dari 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5
cm. Dalam keadaan normal selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan (Cunnigham 2016; Soewarto, 2016).

2.1.2 Epidemiologi Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini preterm dikaitkan dengan 30-40% kelahiran
prematur dan merupakan penyebab utama kelahiran prematur.
Ketuban pecah dini preterm yang terjadi sebelum usia kehamilan 24
minggu, disebut sebagai KPD preterm previable, kejadiannya kurang
dari 1 % kehamilan dan berhubungan dengan komplikasi yang berat
pada ibu ataupun janin (Brian dan Mercer, 2003; Adeniji dkk.,2013;
Endale dkk., 2016). Kasus dengan ketuban pecah dini akan mengalami
persalinan hampir 95% dalm waktu 24 jam (Revathi dkk., 2015;
Endale dkk., 2016; Lorthe dkk., 2016).
Pada ketuban pecah dini preterm terjadi resiko baik pada janin
maupun pada ibu. Pada kehamilan preterm angka insiden
korioamnionitis s ekitar 13-60% dan solusio plasenta terjadi pada 4-
12% kehamilan dengan ketuban pecah dini. Keradangan selaput

6
7

ketuban atau korioamnionitis terjadi pada 9 % kehamilan dengan


ketuban pecah dini atrem, resikonya meningkat sampai 24 % apabila
pecah ketuban terjadi lebih dari 24 jam. Kematian dilaporkan pada 3-
22% kasus ketuban pecah dini preterm dengan usia kehamilan 16-28
minggu. Kejadian sepsis pada ibu sekitar 0,8% yang menyebabkan
kematian 0,14%. Resiko pada janin dapat terjadi infeksi intrauterin,
penekanan tali pusat dan solusio plasenta (Tsiartas dkk., 2013; Dima
dkk., 2014; Linehan dkk., 2016).

2.1.3 Patogenesis Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini terjadi setelah terdapat aktivitas dari
multifaktorial dan berbagai mekanisme. Faktor epidemiologi dan
faktor klinis dipertimbangkan sebagai pencetus dari ketuban pecah
dini. Faktor ini termasuk infeksi traktus reproduksi pada wanita
(Bakterial vaginosis, Trikomoniasis, Gonorrhea, Chlamydia, dan
korioamnionitis subklinis), faktor-faktor perilaku (merokok,
penggunaan narkoba, status nutrisi, dan koitus), komplikasi obstetri
(kehamilan multipel, polihidramion, insufisiensi servik, operasi servik,
perdarahan dalam kehamilan, dan trauma antenatal), dan
kemungkinan karena perubahan lingkungan (tekanan barometer).
Sinyal biokimia dari fetus termauk sinyal apoptosis dan sinyal
endokrin dari fetus, juga meru[akan implikasi dalam inisiasi dai
terjadinya ketuban pecah dini (Menon dkk., 2011; Hackenhaar dkk.,
2014 ).
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya eliastisitas
pada daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisnya
selaput ketuban ini sangat erat kaitannya denggan jaringan kolagen,
yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar
kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan
kompakta, fibroblas sertas pada korion di daerah lapisan retikuler atau
trofoblas (Oyen dkk., 2006; Mamede dkk., 2012).
8

2.1.4 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan
tidak dapat diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang berhubungan
erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor adalah :
1) Faktor maternal
a. Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil
dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi
bakteri.
b. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik
permulaan berasal dari vagina anus atau rectum dan menjalar
ke uterus.
c. Inkompetensi serviks (leher rahim) adalah istilah untuk
menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim
(serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu
menahan desakan janin yang semakin besar
d. Riwayat KPD sebelumnya (Winkjosastro, 2011).
2) Faktor neonatal
a. Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus
yang meningkat atau over distensi dan meyebabkan tekanan
pada intra uterin bertambah sehingga meneka selaput
ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,
tipis, dan kekuatan membran menjadi berkurang,
menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
b. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya gemeli (kehamilan kembar adalah suatu kehamilan
dua janin atau lebih). Pada kehamilan gemeli terjadi distensi
9

uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya


ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena
jumlahnya berlebihan. Isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah.
c. Hidramion dan polihidramion adalah jumlah cairan >2000ml.
Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat
banyak. Hidramion kronis adalah peningkatan jumlah cairan
amnion terjadi secara berangsur- angsur. Hidramion akut,
volume tersebut meningkat tiba- tiba dan uterus akan
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
(Winkjosastro, 2011).

2.1.5 Patofisiologi
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%). High virulensi berupa bacteroides low virulensi,
lactobacillus kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,
menyebabkan ketban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

2.1.6 Faktor resiko ibu bersalin dengan ketuban pecah dini


1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden
sehri-hari, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berta dan
dapat membahayakan kehamilnanya hendaklah dihindari untuk
menjaga keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban pecah
sebelum waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam
bekerja. Hal ini dapat dijadikan bagi ibu-ibu hamil agar selama
10

masa kehamilan hindari/ kurangi melakukan pekerjaan yang


berat. (Saifuddin, 2010)
2. Paritas
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari
penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya.
Paritas 2-3 yaitu paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi, resiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana. Konsistensi serviks pada persalinan sangat
mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini pada multipara
dengan konsistensi serviks yang tipis, kemingkinan terjadinya
ketuban pecah dini lebih besar dengan adanya tekanan intrauterin
pada saat persalinan. Konsistensi serviks yang tipis dengan proses
pembukaan serviks padaa multipara (mendatar sambil membuka
hampir sekaligus) dapat mempercepat pembukaan serviks
sehingga dapat beresiko ketuban pecah sebelum pembukaan
lengkap. (Fatikah, 2010).
3. Umur
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dengan bertambahnya umur seseiorang maka kematangan dalam
berfikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam
pemeriksaan kehamilan untuk mencegah komplikasi pada masa
persalinan. Umur dibagi menjadi 3 kriteria yaitu <20 tahun, 20-35
tahun dan > 35 tahun. Usia reproduksi yang aman untuk
kehamilan dan persalinan yaitu usia 20-35 tahun. Pada usia ini
alat kandungan telah matang dan siap untuk di buahi, kehamilan
yang terjadi pada usia < 20 tahun atau terlalu muda sering
11

menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin, hal ini


disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,
dimana rahim belum bisa menahan kehamilan dengan baik,
selaput ketuban belum matang dan mudah mengalami robekan
sehingga dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Sedangkan pada usia yang terlalu tua atau >35 tahun memiliki
resiko kesehatan bagi ibu dan bayiya. (Santoso, 2013)
4. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami KPD
kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat
adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga
memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama pada
pasien resiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4
kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya,
karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan
berikutnya.(Cunningham, 2010).
5. Usia kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini
bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi
tali pusat, defomitas janin, meningkatnya insiden sectio caesaria,
atau gagalnya persalinan normal. Persalinan prematur setelah
ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam stelah ketuban pecah. Pda kehamilan antara
28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. Usia
kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur
12

kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran


sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap
kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang uia
kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah
penyulit kehamilan yang penangannya bergantung usia janin.
Periode waktu dari KPD sampai kelahirnya berbanding terbalik
dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah
trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran,
antara terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk
mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu,
kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin
serta situasi maternal. (Astuti, 2012).

2.1.7 Tanda gejala


Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami ketudan pecah
dini adalah keluarnya cairaan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau enetes, dengan cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karenaa terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran
untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
yang terjadi. (Saifuddin, 2010).

2.1.8 Diagnosis
Penegakan diagnosis ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
bila air ketuban banyak dan mengandung mekonium verniks dan
mengandung mekonium verniks maka diagnosis dengan inspeksi
mudah ditegakan, tapi bila cairan keluarr sedikit maka diagnosis harus
ditegakan pada :
13

1. Anamnesa : kapan keluar cairan, warna, bau, adakah partikel-


partikel di dalam cairan (lanugo serviks).
2. Inpeksi : bila fundus di tekan atau bagian terendah digoyangkan,
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks
posterior.
3. Periksa dalam : ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban
sudah tidak ada lagi.
4. Pemeriksaan laboratorium :
Kertas lakmus : reaksi basa (lakmus merah berubah menjadi biru)
mikroskopik : tampak lanugo, verniks kaseosa (tidak selalu
dikerjakan )
5. Pemeriksaan penunjang (Ababi, 2010).

2.1.9 Komplikasi
1. Ibu
a) Infeksi pada ibu yang disebabkan oleh bakteri yang secara
spesifik permulaan berasal dari vagina, anus, atau rectum dan
menjalar ke uterus.
b) Gagalnya persalinan normal yang diakibatkan oleh tidak
adanya kemajua persalinan sehigga meningkatkan insiden
seksio sesarea.
c) Meningkatnya angka kematian pada ibu. (Sarwono, 2017)
2. Bayi
a. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligihidramion yang
menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
b. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul dengan
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90% terjadi pada 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan
14

dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu


persalinan dalam 1 minggu.
c. Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota
badan janin.
d. Peningkatan morbiditas neonatal karena prematuritas.
(Sarwono, 2017).

2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini dibagi pada kehamilan aterm,
kehamilan preterm, serta dilakukan induksi, pada ketuban pecah dini
yang sudah inpartu. (Ababi, 2010).
1. Ketuban pecah dengan kehamilan aterm
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi
antibiotika, observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24
jam, bila belum ada tanda- tanda inpartu dilakukan terminasi. Bila
saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak adaa tanda – tanda
inpartu dilakukan terminasi.
2. Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur
a. EFW (Estimzate Fetal Weigt) <1500 gram yaitu pemberian
ampicilin 1 gram/ hari tiap 6 jam, IM/IV selamaa 2 hari dan
getamicine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari,
pemberian kotikosteroid untuk merangsang maturitas paru
(betamethasone 12 mg, IV, 12xselang 24 jam ), melakukan
observasi 2x24 jam kalau belum inpartu segera terminasu,
melakukan obsevasi suhu rektal tiap 3 jam bila ada
kecenderungan meningkat > 37,6oc segera terminasi.
b. EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan
observasi 2x24 jam, melakukan observasi suhu rectal tiap 3
jam, pemberian antibiotika/ kortikosteroid, pemberian
15

ampiciline 1 gram/ hari tiap 6 jam, IM/IV selama 2 hari dan


gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari,
pemberian kortikosteroid untuk merangsang meturasi paru
(betamethasone 12 mg, IV, 2xselang 24 jam ), melakukan IV
selama observasi tidak dilakukan, kecuali ada his/inpartu, bila
suhu rektal meningkat >37,6oc segera terminasi, bila 2x24 jam
cairan tidak keluar, USG: bagaimana jumlah air ketuban: bila
jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan, perawatan
ruangan sampai dengan 5 hari, bila jumlah air ketuban minimal
segera terminasi, bila konsevatif sebelum pulang penderita
diberi nasehat seperti kembali ke RS bila ada tanda- tanda
demam atau keluar cairan lagi (Ababi, 2010).

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan adanya kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progsesif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Sholichah, Nanik 2017: 80).
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan
asfiksia bayi baru lahir. ( Sarwono, 2018)
Jadi dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan proses
pengeluaran hasil konsepsi dari dalam uterus yang telah cukup bulan
(37-42 minggu) disertai asuhan yang bersih dan aman selama persalinan
setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi sebab
16

pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan


mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.
Penyesuaian ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Hal ini dikarenakan sebagian besar
persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan
primer dengan penguasaan keterampilan dan pengetahuan petugas
kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai.
2.2.2 Fisiologi persalinan
Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita
terdapat dua hormon yang dominan, yaitu :
1. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsnagan
oksitosin, prostaglandin dan mekanis.
2. Progesteron
Progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot
rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostatglandin dan mekanis, serta menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi.
Adapun fisiologi persalinan menurut (Arisulistyawati, 2012)
1. Teori progesteron
Progesteron mempunyai peranan untuk mempertahankan
kehamilan. Semakin tua usia kehamilan maka kadar progesteron
dalam tubuh akan berkurang, sehingga otot Rahim akan mudah
dirangsang oksitosin.
2. Teori oksitosin
Menurunnya konsentrasi progesterone karena matangnya usia
kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi yang akan
menjadi kekuatan dominan saat memulainya proses persalinan
sesungguhnya.
17

3. Teori prostaglandin
Prostatglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka oleh
salah satu sebab permulaan persalinan. Kadar prostatglandin dari
kehamilan minggu ke-15 hingga aterm terutamasaat persalinan yang
menyebabkan kontraksi miometrium.
4. Teori distensi Rahim
Dengan majunya kehamilan, maka makin terengganglah otot-
otot Rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin
(Ai Yeyeh, 2009)

2.2.3 Tanda-tanda persalinan


Adapun tanda-tanda persalinan menurut (Ari sulistyawati,2012) yaitu:
1. Terjadinya his persalinan.
Karakteristik dari his persalinan.
a. Pinggang terasa sakit menajalar kedepan
b. Sifat his teratur, interval makin pendek, kekuatan makin besar
c. Terjadi perbuhanan pada serviks.
d. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan,
maka kekuatannya bertambah.
2. Pengeluaran lendir dan darah
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada servik
yang menimbulkan :
a. Pendataran dan pembukaan.
b. Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang dapat pada canalis
servikalis terlepas.
c. Terjadi perdarahan karena caviler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran cairan
Jika ketuban sudah pecah maka persalinan di targetkan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun, jika ternyata tindakan tercapai,
maka harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi
vacum atau Sectio Caesaria.(AI yeyeh, 2009)
18

2.2.4 Faktor-faktor yanng mempengaruhi persalinan


Adapun faktor-faktor penting dalam persalinan menurut (Ari
sulistyawati,2012) adalah sebagai berikut:
1. Passege (jalan lahir), mengacu pada kemampuan panggul dan jalan
lahir untuk memungkinkan janin turun ke dasar panggul.
Anatomi panggul wanita (Ari sulistyawati.2012)

a. Os Pelvis (Tulang Panggul)


1) Fungsi Panggul Wanita
Fungsi umum panggul wanita adalah :
a) Panggul besar (Pelvis Mayor)
Fungsi dari panggul besar adalah menyangga isi
abdomen
b) Panggul kecil (Pelvis Minor)
Fungsi panggul kecil adalah :
(1) Membentuk jalan lahir
(2) Tempat alat genitalia
2) Jenis-jenis Panggul Wanita
Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul :
a) Panggul Gynecoid: bentuk panggul ideal, bulat dan
merupakan jenis panggul tipikal wanita
b) Panggul Android: bentuk PAP seperti segitiga,
merupakan jenis jenis panggul tipikal pria
19

c) Panggul Antropoid: bentuk PAP seperti elips, agak


lonjong seperti telur
d) Panggul Platipeloid: bentuk PAP seperti kacang atau
ginjal, picak, menyempit arah muka belakang.

3) Panggul wanita terdiri dari :


a) Panggul besar (Pelvis Mayor)
Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang :
(1) 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga
buah tulang :
(a) Tulang Usus (Os. Ilium)
(b) Tulang Duduk (Os. Ischium)
(c) Tulang Kemaluan (Os. Pubis)
(2) 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum)
(3) 1 tulang tungging (Os. Coccygis)
b) Panggul kecil (Pelvis Minor)
Panggul kecil terbentuk oleh 4 buah tulang :
(1) Pintu atas panggul (PAP)/ Inlet
Pap dibentuk oleh: Promontorium, Sayap Os.
Sacrum, Linea terminalis/Inominata kanan dan kiri,
20

Ramus superior Ossis Pubis kanan dan kiri dan


Pinggir atas simfisis pubis
(2) Pintu tengah panggul (PTP)/ Midlet
PTP dibentuk oleh 2 buah bidang yaitu :
(a) Bidang luas panggul
Bidang luas panggul dibentuk oleh pertengahan
simfisis menuju pertemuan Os. Sacrum 2 dan 3.
(b) Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul dibentuk oleh tepi bawah
simfisis menuju kedua spina ischiadica dan
memotong Os. Sacrum setinggi 1-2 cm diatas
ujungnya.
(3) Pintu bawah panggul (PBP)/ Outlet
Pintu bawah panggul terdiri dari dua segitiga dengan
dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber ossis
ischiadica dengan dibatasi arcus pubis, sedangkan
segitiga belakang dasarnya tuber ossis ischiadica
denga dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kiri
dan kanan.
b. Bidang hodge perlimaan
Tabel 2.1
Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan
(Saifuddin, 2008.)
Periksa luar Perlimaan Bidang Keterangan
Hodge

Kepala di atas PAP mudah


5/5
digerakan.

Sulit digerakan, bagian


etrbesar kepala belum
4/5 H I – H II
masuk panggul.
21

Bagian terbesar kepala


3/5 H II – H III
belum masuk panggul

Bagian terbesar kepala


2/5 H III+
sudah masuk panggul

1/5 H III – H IV Kepala di dasar panggul

0/5 H IV Di perineum

Bidang Hodge :
1) Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simpisis dan promontorium.
2) Bidang Hodge II : Sejajar Hodge I setinggi bagian bawah
simpisis.
3) Bidang Hodge III : Sejajar Hodge I setinggi spina ischiadika.
4) Bidang Hodge IV : Sejajar Hodge I setinggi os. Koksigis.
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan)
adalah:
1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas
simpisis pubis.
2) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah melewati
pintu atas panggul.
3) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul.
4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berasa di atas simpisis dan 3/5 bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
22

5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian


terbawah janin yang berada di atas simpisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul.
6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak didapat diraba
dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian bawah janin sedah
masuk ke dalam rongga panggul.
2. Power (kekuatan), kekuatan yang mendorong janin keluar:
a. His (kontraksi otot rahim)
His yang sempurna mempunyai kejang otot paling tinggi di
fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal, dan puncak
kontraksi terjadi simultan diseluruh bagian uterus. Sesudah tiap
his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari pada
sebelumnya (retraksi). Oleh karena serviks kurang mengandung
otot maka serviks tertarik dan dibuka, lebih-lebih lagi jika ada
tekanan oleh bagian besar janin yang keras, umpamanya kepala
yang merangsang pleksus saraf yang setempat.
b. Tenaga meneran
Tenaga meneran akan semakin menambah kontraksi uterus
pada saat meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran
akan meningkatkan tekanan intra uterus sehingga janin akan
semakin terdorong keluar. Dorongan meneran akan semakin
meningkat ketika dalam posisi yang nyaman, misalnya setengah
duduk, jongkok, berdiri, atau miring kiri.
3. Passenger (isi kehamilan), mengacu pada janin dan
kemampuannya untuk bergerak melalui jalan lahir.
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa factor yakni kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin. Karena plasenta harus melewati jalan lahir,
maka dia dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai
23

janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal


(Sumarah, 2010)
24

a. Janin
1) Kepala Janin
Kepala adalah bagian terbesar janin dan paling sulit untuk
dilahirkan. Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan
dengan besarnya kepala dan juga posisi kepala tersebut.
Umumnya, jika kepala janin telah dilahirkan, bagian-bagian
lain dengan udah menyusul.
2) Bagian muka, terdiri dari: tulang hidung, tulang pipi,
tulang rahang atas dan tulang rahang bawah.
3) Bagian tengkorak
Yang membentuk bagian tengkorak adalah Tulang dahi 2
buah, Tulang ubun ubun 2 buah, Tulang pelipis 2 buah dan
tulang belakang kepala.
4) Sutura
Sutura adalah sela-sela diantara tulang yang ditutupi oleh
membran. Macam-macam sutura:
a) Sutura sagitalis terletak diantara kedua os parietal
b) Sutura Coronalis terletak antara os frontal dan os parietal
c) Sutura lamboidea terletak antara os occipital dan kedua
os parietal
d) Sutura frontalisterletak os frontal kiri kanan
5) Fontanel/ubun-ubun
Merupakan pertemuan beberapa sutura yang ditutupi oleh
membrane fontanel terdiri dari dua macam:
a) Fontanel mayor/ubun esar/ fontanel anterior merupakan
pertemuan anatara sutura sagitalis, sutura frontalis,
sutura coronalis. Berbentuk segi empat. Fontanel ini
menutup pada usia bayi 18 bulan.
b) Fontanel minor/ubun-ubun kecil/fontanel superior
erupakan pertemuan anatra sutura sagitalis dan sutura
25

lamboidea. Berbentuk segitiga fontanel ini menutup pada


usia bayi 6-8 minggu.
6) Ukuran-ukuran kepala bayi
a) Ukuran muka belakang
(1) Diameter suboccipitio bregmatika: dari foramen
magnum ke ubun-ubun besar: 9,5 cm
(2) Diameter suboccipito frontalis: 11cm
(3) Diameter fronto-occipitalis (dari pangkal hidung ke
titik terjauh pada belakang kepala): 12 cm
(4) Diameter mento-occipitalis (dari dagu ke titik yang
terjauh pada belakang kepala): 13,5 cm
(5) Diameter Submento-bregmatika (dari bawah dagu
ialah os hyoid ke ubun-ubun besar): 9,5 cm
b) Ukuran melintang
(1) Diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara
kedua ossa parietalia): 9 cm. Pada letak belakang
kepala ukuran ini melalui ukuran muka belakang dari
pintu atas panggul (conjugate vera)
(2) Diameter bitemporalis (jarak yang terbesar antara
suura-coronaria kanan kiri): 8 cm. Pada letak defleksi
ukuran ini melalui conjugate vera.
c) Ukuran Lingkaran
(1) Circumferentia suboccipito bregmatica (lingkaran
kecil kepala) 32 cm
(2) Circumferentia fronto occipitalis (lingkaran sedang
kepala) 34 cm
(3) Circumferentia mento occipitalis (lingkaran kepala
besar) 35 cm.
26

b. Plasenta
1) Struktur plasenta
a) plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal 2-2,5cm, berat rata-rata 500
gram.
b) Letak plasenta umunya di depan atau di belakang
dinding uterus, agak ke atas arah fundus uteri. Hal ini
fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri
lebih luas, sehinnga lebih banyak tempat untuk
berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar janin, yaitu vili
korialis yang berasal dari korion dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
c) Terdiri dari dua bagian, antara lain
(1) Pers maternal: bagian plasaenta yang menempel pada
desidua terdapat kotiledon rata-rata (15-20
kotiledon). Di bagian ini tempat terjadiya pertukaran
darah ibu dan janin
(2) Pers fetal : terdapat tali pusat,
2) Fungsi plasenta
a) sebagai alat yang memberi makanan pada janin
b) sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme
c) sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan
CO2.
d) Sebagai alat pembentuk hormon
e) Sebagai alat penyalur berbagai antibodi ke janin.
f) ekskresi hormon
c. Tali pusat
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin.
1) Struktur tali pusat sebagai berikut:
27

a) Terdiri dari dua arteri umbilkalis dan satu vena


umbilikalis
b) Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion
c) Panjang rata-rata 50 cm
2) Fungsi tali pusat
a) Nutisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin
b) Pengeluaran sisa metabolisme ke tubuh janin
c) Zat antibodi dari ibu ke janin.
d. Air ketuban
Air ketuban merupakan elemen penting dalam proses persalinan.
Air ketuban dapat dijadikan acuan dalam menentukan
kesejahteraan janin. Beberapa aspek penting yang perlu
diketahui yaitu sebagai berikut:
1) Struktur amnion
a) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 500-1000
cc.
b) Warna keruh sampai hijau pada proses persalinan
mengidentifikasikan adanya kondisi janin yang tidak
sejahtera, sehingga membutuhkan tindakan khusus untuk
bayi yang dilahirkan.
2) Fungsi amnion
a) Melindungi janin dari trauma atau benturan
b) Memungkinkan janin bergerak bebas
c) Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat
d) Menahan tekanan uterus
e) Pembersihan jalan lahir
4. Psikis (psikologis), mengacu pada keadaan psikologis pasien,
sistem pendukung yang tersedia, persiapan kelahiran bayi dan
pengalaman.
5. Provider (Penolong), peran dari penolong persalinan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
28

pada ibu dan janin. Dalam hal ini penolong selalu menerapkan
upaya pencegahan infeksi yang di anjurkan termasuk diantaranya
cuci tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan perlindungan
diri. (Depkes RI 2010.)

2.2.5 Perubahan dalam proses persalinan


Perubahan dalam proses persalinan menurut (sarwono,2012), yaitu :
1. Kala I
Dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir
yang bersemu darah ini berasal dari lendir canalis servicalis karena
servik mulai membuka dan mendatar. Sedangkan darah berasal dari
pembuluh caviler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah
karena pergeseran-pergeseran ketika servik membuka. Proses
membukanya serviks sebagai akaibat his di bagi dalam 2 fase:
a. Fase laten: berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 4 cm.
b. Fase Aktif: dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu:
1) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi: Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
2. Kala II
Dimulai dari pembukaan serviks lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Lama persalinan kala II pada primipara adalah 2 jam,
sedangkan pada multipara adalah 1 jam.
Pada kala ini his menjadi kuat dan lebih cepat kira2 2-3 menit
sekali, karena bisanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk
diruang panggul, maka pada his diaraskan tekanan pada otot-otot
29

dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin


mengedan. Wanita merasa ada tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka, labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tempak di depan vulva pada waktu his,
dengan his dan kekuatan maksimal kekuatan mengedan maksimal
kepala janin dilahirkan dengan suboksipito di bawah simpisis dahi,
muka dan dagu melewati perineum.
3. Kala III
Uterus teraba keras setingi dipusat. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri, pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Tanda – tanda lepasnya plasenta :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus, setelah bayi baru lahir
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi biasanya dibawah pusat.
b. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva. (Tanda Alfeld)
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
Manajemen aktif kala III:
1) Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan
penatalaksanaan fisiologis.
2) Keuntungan:
a) Persalinan kala III lebih singkat.
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah.
c) Mengurangi kejadian retensi plasenta.
30

3) Manajemen aktif kala III terdiri dari 3 langkah:


a) Pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir.
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c) Masase fundus uteri.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum (Nurasiah, dkk. 2012).
Tujuan asuhan persalinan ialah memberi asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya pencapaian pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi.

2.2.6 Pemenuhan Kebutuhan Pada Persalinan


A. Asuhan Selama Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah waktu yang diperlukan untuk
pembukaan jalan lahir dari 1 CM pada awal persalinan kala I
sampai pembukaan serviks 10 CM. Waktu yang dibutuhkan 12 jam
pada primi para dan 6 sampai 8 jam pada multi para. His pada awal
kala 1 tiap 10 -15 menit dan kekuatan 20 detik dan berangsur
bertambah menjadi 3 kali dalam 10 menit dengan kekuatan sekitar
60 detik menjelang bayi lahir. (Syaiffudin, 2002). Selama kala I ibu
perlu mendapatkan asuhan sayang ibu yang meliputi:
1. Asuhan Fisik dan Psikologis
Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam
proses persalinan, hal ini juga yang akan mengahindarkan ibu
dan infeksi.
Adapun asuhan yang dapat diberikan diantarannya adalah
a. Menjaga kebersihan diri
1) Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya
sesudah BAK/ BAB dan menjaga tetap bersih dan
31

kering. Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan


relaksasi serta menurunkan resiko infeksi karena
dengan adanya kombinasi antara bloody show,
keringat, cairan amnion, larutan untuk pemeriksaan
vagina, dan juga veces dapat membuat ibu bersalin
merasa tidak nyaman.
2) Mandi di bak / shower dapat menjadi sangat
menyegarkan dan santai, ibu tersebut dapat menjadi
merasa sehat tetapi bila fasilitasnya tidak
memungkinkan mandi di tempat tidur juga
menyegarkan.
b. Berendam
Air telah dihubungkan dengan suatu perasaan
sejahtera selama berabad-abad yang lalu. Ketertarikan dari
air dalam persalinan dan kelahiran bayi kini telah
berkembang. Beberapa wanita memilih untuk
menggunakan kolam hanya untuk berendam pada kala
satu dan beberapa wanita memilih untuk melahirkan
didalam air.
Beberapa wanita telah memberikan komentar tentang
betapa rileks nya mereka selama berada didalam air.
Berendam dapat menjadi tindakan ppendukung dan
kenyamanan yang paling menyenangkan. BAK yang
diperlukan perlu cukup dalam agar air dapat menutup
abdomennya. Hal ini memberikan suatu bentuk
hidrotherapy dan kegembiraan yang akan meredakan dan
membantu terhadap kontraksi, terhadap ibu bersalin.
c. Perawatan mulut
Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya
mempunyai napas yang bau, bibir kering dan pecah-pecah,
tenggorokan kering terutama jika dia dalam persalinan
32

selama beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa


perawatan mulut. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman
dan tidak menyenangkan bagi orang disekitarnya. Hal ini
dapat dihindari jika wanita mampu mencerna cairan
selama persalinan. Perawatan yang dapat diberikan:
1) Menggosok gigi : ibu bersalin harus diingatkan untuk
membawa sikat gigi dan pasta gigi kerumah
sakit/rumah bersalin untuk digunakan selama
persalinan.
2) Mencuci mulut : dengan pemberian pencuci mulut,
sebagai tindakan untuk menyegarkan napas.
3) Pemberian gliserin : untuk menghindari terjadinya
kekeringan pada bibir dapat digunakan gliserin
dengan cara mengusapkannya.
4) Pemberian permen untuk melembabkan mulut dan
tenggorokan. Sebaiknya anjurkan untuk mencegah
aspirasi gunakan permen lollipop.
d. Pengipasan
Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya
banyak mengeluarkan keringat, bahkan pada ruangan
persalinan dengan kontrol suhu terbaikpun mereka akan
mengeluh berkeringat pada beberapa waktu tertentu. Jika
tempat persalina tidak menggunakan pendingin akan
menyebabkan perasaan tidak nyaman dan sangat
menyengsarakan wanita tersebut. Untuk itu gunakan kipas
atau bisa juga bila tidak ada kipas dengan kertas atau lap
yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas.
2. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus
Hodneet (2002) dalam chapman(2003) menggunakan
bahwa ada beberapa keuntungan dalam dukungan yang
berkesinambungan bagi ibu bersalin, antara lain:
33

a. Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologis dan lebih


sedikit epidural.
b. Berkurangnya kelahiran instrumental.
c. Pembedahan caesar untuk membantu kelahiran menjadi
berkurang.
d. Skor apgar < 7 lebih sedikit.
e. Berkurangnya trauma perinatal.
Dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping
persalinan diantaranya adalah:
a. Menguap keringat
b. Memberikan motivasi dan semangat.
c. Menemani atau membimbing jalan-jalan.
d. Memberikan minum.
e. Merubah posisi, dll
3. Pengurangan rasa sakit
Nyeri pada saat persalinan disebabkan oleh kontraksi
rahim, dilatasi serviks dan distensi perineum. Rasa nyeri yang
terjadi saat persalinan dapat terjadi pada daerah-daerah tertentu
saja terutama disekitar perut.
Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit,
menurut varney’s midwifery:
a. Seorang yang dapat mendukung persalinan.
b. Pengaturan posisi.
c. Relaksasi dan latihan pernapasan.
d. Istirahat dan privasi.
e. Penjelasan mengenai proses / kemajuan dan prosedur.
f. Asuhan tubuh.
g. Sentuhan.
4. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
Beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi
dan ada pula yang berusaha untuk diam ada juga yang
34

menangis. Itu semua merupakan tingkah lakuyang pada saat itu


hanya dapat dilakukannnya. Sebagai seorang bidan yang dapat
dilakukan adalah hanya menyemaangatinya dan bukan
memarahinya.
Penerimaan akan tingkah lakunya dan juga sikap
kepercayaannya, adapun yang dia lakukan merupakan hal
terbaik yang mampu dia lakukan pada saat itu.
5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
a. Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan.
b. Penjelasan semua hasil pemeriksaan.
c. Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat
ketegangan dari rasa takut.
B. Asuhan Selama Persalinan Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau
kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Penanganan yang sebaiknya deiberikan pada ibu antara lain
(Syaiffudin, 2002).
1. Anjurkan pendamping memberikan dorongan/ dukungan
selama proses persalinan dan kelahiran.dengan alasan
memisahkan ibu orang yang memberikan dukungan akan
berkaitan dengan hasil persalinan yang baik.
2. Berikan dorongan dan besarkan hati ibu. Jelaskan kemajuan
persalinan pada ibu dan keluarga, serta ibu dalam meneran.
3. Biarkan ibu memilih posisi yang sesuai meneran
4. Penolong harus memberikan rasa aman dan nyaman,
menghilangkan rasa takut pada ibu, memberikan dukungan
moral serta membesarkan hati ibu.dukungan ini membantu ibui
agar santai. Memberikan pujian saat ibu mengejan.
35

5. Menjaga kebersihan diri, agarn terhindar dari infeksindir. Jika


ada darah lendir atau cairan ketuban keluar dari vagina segera
dibersihkan.
6. Mengipas dan memijat untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
7. Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu dengan cara: menjaga privasi ibu, penjelasan
tentang proses dan kemajuan persalinan.
8. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat
dipilih berbagai macam posisi berikut: jongkok, tidur miring,
setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan
berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangya
mentrauma vagina dan perineum dan infeksi.
9. Menjaga kandung kemih tetap kosong, oleh karena itu itu ibu
dianjurkan berkemih sesering mungkin.
10. Memberikan cukup minum, disamping untuk memberi tenaga
dan mencegah dehidrasi.
11. Pada saat mengedan, bantu ibu memperoleh posisi yang paling
nyaman. Setian posisi memiliki keuntungannya masing-
masing, misalnya posisi setengah duduk dapat membantu
turunya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.
12. Ibu di bimbing mengedan, selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas,
kemungkinan dapat menurunkan PH pada arteri umbilcius
yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal. Minta
ibu bernafas selagi kontrraksi ketika kepala janin akan lahir.
Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan
mengontrol lainnya kepala serta mencegah robekan. Setelah
bayi lahir nilai warna kulit, tonus otot, kemampuan bernafas
dan aktifitas.
36

13. Periksa denyut jantung janin (DJJ) pada saat kontraksi dan
setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak
mengalami bradikardi ( <120x /menit).
C. Asuhan Selama Persalinan Kala III
Asuhan pada kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penatalaksanaan aktif kala III meliputi:
1. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi
yang juga mempercepat pelepasan plasenta. Oksotosin dapat
diberikan dalam 1 menit setelah kelahiran bayi. Jika oksotosin
tidak tersedia, rangsangan puting payudara ibu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali ( PTT) dengan cara:
satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis
pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri
dengan gerakan dorso cranial kearah belakang dan ke arah
kepala ibu. Tangan yang lain memegang tali pusat dan tunggu
adanya kontraksi kuat (2-3 menit). Selama kontraksi dilakukan
tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam
tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada
uterus merasakan kontraksi atau ibu dapat juga memberi tahu
petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang
tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada
uterus tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah
PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
4. Begitu plasenta terasa terlepas, plasenta di keluarkan dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati
plasenta. Plasenta di keluarkan dengan gerakan ke bawah dan
ke atas sesuai dengan kalan lahir. Kedua tangan dapat
37

memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah


jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
5. Segera setela plasenta dan selaputnya dikeluarkan, fundus uteri
dipijat agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan,
jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik atau jika
perdarahan hebat terjadi maka segera laktoni kompresi
bimanual dalam. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-
2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca persalinan.
6. Jika amenggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga
lahir dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan
lakukan katerisasi jika kandung kemih penuh, periksa adanya
tanda-tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit Intra
muskuler dimana dosis ketiga dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitosin dosis pertama, siapkan rujukan jika tidak
ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
7. Periksa ibu secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi.
D. Asuhan Selama Persalinan Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan awal yang
kritis bagi ibu dan bayi. Kemungkinan perdarahan akibat tidak
adanya kontraksi, uterus yang lelah karena rahim ibu baru saja
mengalami perubahan fisik. Rahim yang selama inii membesar
akan berangsur kembali seperti di luar hamil. Penolong harus
tinggal bersama ibu untuk memastikan kondisi fital sgn, keadaan
rahim. Asuhan kala IV meliputi:
1. Pemeriksaan undus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak
kuat, pijat uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi,otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
38

menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi


kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan
2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertamadan setiap 30
menit selama jam kedua.
3. Menganjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan
menawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainnya
4. Membersihkan ibu, vulva, dan perineum. Kenakan pakaian ibu
yang bersih dan kering
5. Membiarkan ibu beristirahat karna lelah melahirkan bayinya
dan membantu ibu pada posisi yang aman.
6. Membiarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan
hubungan bayi dan ibu sebagai permulaan dengan menyusui
bayinya .
7. Segera seteslah bayi lahir adalah waktu yang tepat untuk
memulai memberikan ASI (Air Susu Ibu) karena menyusui
juga membantu uterus berkontraksi.
8. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun dan dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atu pusing setelah
persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dam 3 jam pasca
persalinan.
9. Ajari ibu atauanggota keluarga tentang bagaimana merangsang
kontraksi mengenal tanda tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

2.2.7 Mekanisme Persalinan Normal


Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin dalam
menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat
kepala melewati panggul. Mekanisme dalam persalinan diantaranya:
1. Engagement
Peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang/oblik didalam jalan lahir dan
39

sedikit fleksi, pada primigravida terjadi pada bulan terakhir


kehamilan dan pada multigravida terjadi pada permulaan persalinan
2. Penurunan kepala
Dimulai Sebelum persalinan/inpartu, penurunan kepala terjadi
bersamaan dengan mekanisme lainnya, kepala turun kedalam
rongga panggul akibat tekanan langsung dari his dari daerah fundus
ke arah daerah bokong, tekanan dari arah cairan amnion, kontraksi
dinding perut dan diafragma (mengedan), dan baggian janin terjadi
ekstensi dan menegang.
3. Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena gerakan janin terus didorong
maju tetapi kepala janin terhambat oleh servik, dinding panggul atau
dasar panggul. Pada kepala janin dengan adanya fleksi maka
diameter oksipitofrontalis 12 cm berubah sub oksipitofrontalis 9 cm,
posisi dagu bergeser kearah dada janin, pada pemeriksaan dalam
ubun – ubun kecil lebih jelas teraba dari pada ubun – ubun besar.
4. Rotasi dalam
Gerakan ini adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi
sebelumnya ke arah depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi
belakang kepala dimana bagian terendah janin yaitu ubun – ubun
kecil memutar ke depan sampai berada dibawah simpisis.
5. Ekstensi
Gerakan ini mengakibatkan bertambahnya penegangan pada
perineum dan introitus vagina. Ubun–ubun kecil semakin banyak
terlihat dan sebagai hypomochlion atau pusat pergerakan maka
berangsur–angsur lahirlah ubun–ubun kecil, ubun–ubun besar, dahi,
mata, hidung, mulut dan dagu.
6. Rotasi dalam
Gerakan ini menjadikan diameter biakromial janin searah
dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu
40

bahu dianterior dibelakang simpisis dan bahu yang satunya dibagian


posterior dibelakang perinium, sutura sagitalis kembali melintang.
7. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai
hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah
kedua bahu lahir disusul lahirnya trochanter depan dan belakang
sampai lahir jalan seluruhnya. (Nurasiah, dkk. 2012).

2.2.8 60 Langkah Pertolongan Persalinan Normal


1. Mengenali Tanda Dan Gejala Kala II
1) Mendengar, Melihat, dan memeriksa Tanda dan gejala Kala II.
- Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
- Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan spingter ani membuka
2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu
dan bayi baru lahir.
- Untuk asfiksia :
 Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.
 3 handuk / kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu
bayi.
 Alat penghisap lendir.
 Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
- Untuk ibu :
 Menggelar kain di perut ibu.
 Menyiapkan oksitosin 10 IU
 Alat suntik sekali pakai di dalam partus set
3) Pakai celemek plastik atau bahan yang tidak tembus cairan
41

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,


cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering
5) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT atau steril (pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik)
3. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kassa yang dibasahi air DTT
- Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang.
- Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
- Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % =>
langkah #9) pakai sarung tangan DTT/steril, untuk
melaksanakan tindakan selanjutnya.
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
- Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap, maka lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
42

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir/


saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160 x/menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
4. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Meneran
11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap,dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman)
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran :
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan epektif
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
43

- Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat


untuk ibu
- Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
- Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam ) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan kuat untuk
meneran dalam 60 menit.
5. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm.
16) Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
6. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang di
lapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi.
44

- Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat


bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di
dua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirnya bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing kepala kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya).
7. Penanganan Bayi Baru Lahir
25) Lakukan penilaian (selintas) :
- Apakah bayi cukup bulan ?
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan ?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika salah satu jawaban adalah “tidak” lanjut ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat
penuntun belajar resusitasi bagi asfiksia)
45

Jika semua jawaban “ ya “ lanjut ke langkah 26


26) Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya (kecuali bagian tangan) tanpa membersihkan
verniks.
- Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering
- Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut
bagian bawah ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir (hamil tunggal) dan atau bukan kehamilan ganda (gemelli)
28) Beritahukan ibu bahwa iya akan di suntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit (IM) di satu pertiga distal lateral paha (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin.
30) Setelah 2 menit bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat
dengan satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian
jari telunjuk dan jari tengah lain menjepit tali pusat dan geser
hingga 3 cm proksimal dari pusat bayi, klem tali pusat pada
titik tersebut tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari
telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat
ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm
distal dari klem pertama.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara dua klem tesebut).
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
46

- Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah


disediakan.
32) Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit-bayi,
luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada
ibunya. usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae.
- Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang
topi di kepala bayi
- Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk
pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit, bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
8. Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva,
34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang
klem untuk meregangkan tali pusat
35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-
atas (dorso cranial) secara hati-hati untuk mencegah inversio
uteri jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik hentikan
peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uetrus tidak segera
berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu.
47

Mengeluarkan plasenta
36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah
dorsal diikuti dengan penggeseran tali pusat kearah distal maka
lanjutkan dorongan ke arah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan.
- Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan
(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak
berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar-lantai-atas)
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva, dan lahirkan plasenta
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:
a) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika
kandung kemih penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d) Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan tali pusat
hingga 15 menit berikutnya,
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir
atau terjadi perdarahan maka segera lakukan plasenta
manual
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wadah yang telah di sediakan.
- Jika selaput ketuban robek pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
48

Rangsangan taktil (massase) uterus


38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
- Lakukan tindakan yang di perlukan kompresi bimanual
internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom,
kateter. Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah rangsangan taktil/ massase.
9. Menilai Perdarahan
39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-petal) pastikan plasenta
telah di lahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantong
plastik atau tempat khusus.
40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan
menimbulkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
10. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
41) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 % bilas kedua tangan tersebut dengan air
DTT dan keringkan dengan kain bersih dan kering.
42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.

Evaluasi
43) Pastikan kandung kemih kosong dan uterus berkontraksi
44) Ajarkan ibu-keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi.
45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46) memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik.
49

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 x /menit).
- Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, di resusitasi
dan segera merujuk ke rumah sakit.
- Jika nafas bayi terlalu cepat atau sesak segera rujuk ke
rumah sakit rujukan.
- Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi
dalam satu selimut.
Kebersihan Dan Keamanan
48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh cengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan
darah di ranjang atau di sekitr ibu berbaring, bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering
49) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI
anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan
yang di inginkannya.
50) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %
51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
52) Celupkan sarung tangan kotor dalam larutan klorin 0,5 %,
balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5 %, selama 10 menit.
53) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
kering dan bersih.
54) Pakai sarung tangan bersih/ DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
55) Dalam 1 jam pertama beri salep tetes mata profilaksis infeksi,
Vit k 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik
50

bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60x/ menit) dan


temperatur tubuh (normal 36,5 – 37,5oC) setelah satu jam
pemberian vit k 1 di berikan HB0.
56) Pemberian HB0 setelah satu jam pemberian vit k 1
57) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan 30 menit jam
kedua pasca persalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2
jam pertama pasca persalinan
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
dalam larutan klorin 0,5 %, selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun di air mengalir, kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
Dokumentasi
60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang, periksa tanda
vital dan asuhan kal IV).
(Sumber : Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2017)

2.2.9 Inisiasi Menyusu Dini


Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakan bayi
tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit
ibu. Biarkan kontak kulit dengan kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam
atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi
dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan
membantu ibu selama proses ini.
a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit pada bayi :
1) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi.
2) kontak kulit ke kulit dan Imd akan :
51

a) Menstabilkan pernapasan.
b) mengendalikan temperatur tubuh bayi
c) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik.
d) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih
cepat dan efektif.
e) meningkatkan kenaikan BB.
f) meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
g) bayi tidak perlu banyak menangis selama satu jam pertama.
h) menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam
perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap
infeksi.
i) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan
mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian
ikterus BBL.
j) kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik
selama beberapa jam pertama hidupnya.
b. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu.
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
1) Oksitosin : Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran
kolostrum dan meningkatkan produksi ASI, keuntungan dan
hubungan mutualistik ibu dan bayi, ibu menjadi lebih tenang,
fasilitasi kelahiran plasenta dan pengalihan rasa nyeri dari
berbagai prosedur persalinan lainnya.
2) Prolaktin: meningkatkan produksi ASI, membantu ibu
mengatasi stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman,
memberi efek relaksasi pada ibu setelah selesai menyusu,
menunda ovulasi.
c. Keuntungan IMD untuk bayi
1) Makanan denga kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat
kostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
52

2) Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.


3) meningkatkan kecerdasan.
4) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan
dan nafas.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayng ibu- bayi.
6) Mencegah kehilangan panas.
d. Langkah IMD dalam asuhan bayi baru lahir.
1) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.
2) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu
jam
3) Biarkan bayi mencari dan menemukan dan mulai menyusu.
Tabel 2.2
Lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan
waktu
1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit
pertama
2 Bayi mulai mendecakan bibir dan 30 – 60 menit
membawa jarinya ke mulut setelah lahir
3 Bayi mengeluarkan air liur dengan kontak
4 Bayi menendang, menggerakan kulit dengan
kaki, bahu lengan dan badannya ke kulit teris
arah ibu dengan mengendalikan menerus tanpa
indra penciumannya terputus
5 Bayi melekatkan mulutnya ke
putting
Sumber( KEMENKES RI. 2012.)

2.2.10 Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik. Partograf
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
53

b. Tujuan
1) Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
2) Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3) Mencatat kondisi ibu dan janin
4) Untuk membuat keputusan klinik
c. Catatan Kondisi Ibu
1) frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2) Nadi setiap 30 menit.
3) dilatasi serviks setiap 4 jam.
4) Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5) tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6) produksi urine, atau adanya aseton/protein urin setiap 2-4 jam.
d. Data Dalam Partograf
1) informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/persalinan
2) kondisi janin
3) kemajuan persalinan
4) jam dan waktu
5) kontraksi uterus
6) obat – obatan dan cairan yang di berikan.
7) kondisi ibu.
8) asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
e. Catatan Tentang Air Ketuban
1) U: selaput ketuban utuh
2) J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
3) M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
meconium.
4) D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
darah.
5) K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)
54

f. Molage
Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph
ditandai dengan:
1) 0: tulang kepala janin terpisah
2) 1: hanya bersentuhan.
3) 2: saling tumpang tindih, dapat dipisah
4) 3: saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah
g. Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),atau
lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit,nilai dan catat turunnya
bagian terbawah atau turunnya bagian terbawah persentasi
janin.pada persalinan normal,kemajuan pembukaan servik umumnya
diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi
janin.namun kadangkala,turunnya bagian terbawah/presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan servik sebesar 7cm.penurunan
kepala janin di ukur secara pasti palpasi bimanual. Penurunan
kepala janin di ukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi
menjadi 5 kategori denganb simbol 5/5 sampai 0/5.simbol 5/5
menyatakan bahwa bagian kepala janin belum memasuki tepi atas
simfisis pubis, sedangkan simbol 0/5 menyatakan bahwa kepala
janin sudah tidak bisa lagi di palpasi diatas simpisis pubis.kata-kata
turunnya kepala dan garis terputus dari 0-5,tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan servik.beri tanda O pada garis waktu yang
sesuai.Sebagaicontoh,jika kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O
dinomer 4.hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis
terputus.( Asuhan Persalinan Normal. 2008.)
55

h. Parameter Partograf
Tabel. 2.3
Parameter partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam
(Sumber Nurasiah, Ai S.ST, dkk. 2012.)

Gambar 2.1. Lembar Partograf

2.2.1 Standar Pertolongan Persalinan


Standar 9: Asuhan persalinan kala satu
Standar 10: Persalinan kala dua yang aman
Standar 11: Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
56

Standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi


Undang-undang kebidanan Nomor 4 Tahun 2021 Tentang tugas dan
wewenang bidan
Pasal 46
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak;
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;
d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang;
dan/atau
e. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bersama atau sendiri.
3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat
berperan sebagai:
a. Pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. Pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. Penyuluh dan konselor;
d. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan
perempuan; dan/atau
f. Peneliti.
2. Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
57

Pasal 48
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.ir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
(Jitowiyono, 2010).

2.3 Bayi Baru Lahir


2.3.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat.Pada waktu kelahiran, sejumlah
adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena
perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk
menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap
kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan
perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa
transisi dengan berhasil.Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) merupakan
proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus
ke kehidupan di luar uterus (Rahardjo dan Marmi, 2015)
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0-28 hari.
(KEMENKES RI. 2012)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram. (Jitowiyono, 2010).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. (Dewi, 2011)
Dari beberapa pernyataan di atas dapat dsimpulkan bahwa bayi
baru lahir atau neonatus adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir normal 2500-4000
58

gram yang baru saja mengalami trauma kelahiran, serta harus


menyesuaikan diri dengan kehidupan ekstrauterin.

2.3.2 Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir


1. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penutupan voramen ovale pada atrium dan penutupan
duktus arteriousus antara atretri paru-paru dengan aorta, perubahan
akibat tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah pasa saat tali
pusat dipotong dan pernafasan pertama (Vivian Nanny, 2013)
2. Sistem pernafasan
Pernafasan pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama segera setelah bayi lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan,
juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan
merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonates
bernafas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi
dan dalamnya bernafas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang,
maka alveoli akan kolaps dan paru-paru akan menjadi kaku,
sehingga terjadi aktelektatis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia),
nenonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolism anaerobic.
3. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum bisa mengatur suhu tubuhnya, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan syhu lingkungan.
Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan hasil penggunaan lemak cokelat untuk
memproduksi panas. Lemak cokelat akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin.
4. Metabolisme glukosa
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 s/d 2 jam). Koreksi dapat dilakukan dengan cara :
59

a. Melalui penggunaan Asi


b. Melalui penggunaan cadangan glikogen
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
5. Perubahan gastrointestinal
Setelah bayi lahir, bayi cukup bulan akan menghisap dan
menelan. Namun hubungan bagian bawah esophagus dan lambung
belum sempurna sehingga menyebabkan gumoh. Kapasitas lambung
sangat sedikit dan sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi
cukup bula. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi.
6. Perubahan kekebalan tubuh
Sistem imunisasi belum matang sehingga menyebabkan bayi
baru lahir rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Kekebalan
alami yang terdapat pada tubuh bayi baru lahir antara lain :
a. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
b. Fungsi saringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh lingkungan asam lambung,
juga sel darah merah membantu membunuh mikroorganisme
asing. Namun pada bayi baru lahir sistem ini belum matang
sehingga belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi
secara efisien.

2.3.3 Tanda- tanda bayi baru lahir normal


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500-4000 gram. (Nany,
2010)
Kehangatan tidak terlalu panas (≥380C) atau terlalu dingin (≤
360C), warna kuning pada kulit ( tidak pada konjungtiva), terjadi pada
hari 2-3 biru,pucat, memar,pada saat diberi makanan hisapan kuat,tidak
mengantuk berlebihan,tidak muntah,tidak terlihat tand-tanda infeksi tali
pusat, seperti tali pusat merah, bengkak, keluran cairan, bau busuk,
60

berdarah. Apat merkemih selama24 jam,tinja lembek atau hijau tua,


tidak ada lendir atau darah pada tinja ,bayi idak menggigil atau tangisan
kuat,terdapat tanda lemas,terlalu mengantuk, lunglay,kejang- kejang
atau menangis terus- menerus, (prawihardji,2014)
Ciri ciri bayi baru lahir normal
1. Lahir aterm antara 37-40 minggu
2. berat badan 2500-4000 gram.
3. frekuensi denyut jantung 120-160 kali permenit
4. Pernafan kurang lebih 40-60 kali permenit
5. Warna kulit kemerahan
6. Nilai afgar > 7
7. Gerak aktif
8. Bayi lahir langsung menangis kuat
9. Genetalia
a. Pada laki laki kematangan di tandai dengan testis yang berada
pada scrotum dan penis yang berlubang pada ujung
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra
yang berlubang, serta terdapat labia mayora dan labia minora.
c. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

2.3.4 Tanda-tanda bayi baru lahir tidak normal


1. Bayi lahir < dari 37 minggu atau > 40 minggu
2. Berat badan bayi kurang 2500-4000 gram
3. Frekuensi denyut jantung < 120 atau > 160 kali permenit
4. Pernafasan < 40 atau > 60 kali permenit
5. Kulit kebiruan
6. Nilai afgar score < 7
7. Tidak bergerak aktif
8. Bayi lahir tidak langsung menangis
9. Genetalia
61

10. Laki-laki : penis tidak berlubang


11. Perempuan : vagina dan uretra tidak berlubang
12. Belum BAB dalam waktu 24 jam pertama

2.3.5 Penatalaksanaan bayi baru lahir


1. Memberikan jalan nafas
a. Bayi noral akan langsung menangis spontan segera setelah lahir
b. Segera setelah lahir secara cepat menilai pernafasannya,
latakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.
c. Dengan kain bersih dan kering atau kassa waslap darah atau
lender dari wajah bayi untuk mencegah jalannya udara
terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi. (sebagian besar bayi
akan menangis atau bernafas secara spontan dalam waktu 70
detik stelah lahir)
d. Bila bayi tersebut tidak benafas dalam waktu 30 detik segeralah
cari bantuan dan mulai langkah-langkah resusitasi.
2. Pemotongan tali pusat
Tali pusat di potong di potong 2-3 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan di klem . dengan cara
a. Klem tali pusat dengan menggunakan 2 buah klem pada titik
kira-kira 2-3 cm dari pangkal pusat bayi (sisakan kira-kira 2-3
cm dari klem pertama)
b. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi
bayi dari gunting dengan tangan.
c. Pertahankan bkebersihan saat pemotongan.
3. Pemberian vitamin K 1
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
Vitamin K1 pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal berikut Semua
bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K1
dengan dosis 1 mg secara IM.
62

4. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pada waktu lahir, bayi belum mengatur tetap suhu badannya
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya agar
tetap hangat, dengan cara :
a. Kerinngkan bayi dengan seksama, selimuti dengan kain bersih
b. Tutup bagian kepala bayi, dianjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusui bayinya.
c. Jangan memandikan bayi dengan segera setelah lahir, paling
sedikitnya 6 jam.
d. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
Mekanisme kehilangan panas :
a. Evaporasi: karena pengeuapan cairan ketuban.
b. Konduksi: melalui kontak langsung udara sekitarnya yang
dingin.
c. Radiasi: terjadi pada saat bayi ditempatkan dengan benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari pada suhu tubuh bayi.
d. Konveksi : kehilangan panas terjadi pada saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. (APN,2008).
5. Pemberian obat/salep mata
Salep mata cholampenicol 1 % dianjurkan untuk mencegah
penyakit/infeksi dari jalan lahir, dan untuk mencegah penyakit
infeksi menular seksual. Salep mata di berikan pada 1 jam pertama
setelah lahir
6. Pemberian ASI/IMD (Inisiasi Menyusui Dini) Selama 1 jam
pertama
Pastikan pemberian ASI sesegera mungkin setelah lahir, ASI
memiliki beberapa keuntungan secara dini, diantaranya :
a. Merangsang produksi ASI
b. Memperkuat reflex menghisap bayi
c. Memperkuat kasih saying ibu dan anak
63

d. Memberikan kekebalan pasif yang segera pada bayi melalui


colostrum
e. Merangsang kontraksi uterus
Pedoman umum yang harus diikuti ibu saat menyusui mencakup:
a. Mulai menyesui sesegera mungkin setelah lahir
b. Jangan memberi makanan dan minuman pada bayi selain ASI.
c. Berikan ASI eksklusif selam 6 bulan
d. Berikan asi 2 jam sekali
e. Posisi yang baik, aman dan nyaman bagi ibu maupun janin
f. Peluk dan pandanglah bayi saat menyusui
g. Mulut bayi harus menempel semua pada aerola payudara ibu.
7. Pemantauan bayi selama 1 jam pertama
Hal hal yang dinilai waktu pemntauan bayi pada satu jam pertama
sesudah lahir meliputi:
a. Kemampuan menghisap kuat dan lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Warna kulit bayi kemerahan atau kebriuan
8. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi
hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K,
pada saat bayi berusia 2 jam. (Sulistyawati. 2009)
9. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
a. Pengukuran
1) Lingkar kepala
Lingkar kepala ukur dengan menggunakan meteran mulai
dari baggian depan kepala (di atas alis/area frontalis) dan
area occipital disebut lingkar oksipitofrontalis yang
merupakan diameter terbesar. Lingkar kepala yang
normalnya 31-35,5 cm pada bayi cukup bulan. Lingkar
kepala lebih besar dari lingkar dada sekitar 2-3 cm.
64

2) Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5 - 33
cm. Lingkar dada lebih kecil daripada lingkar kepala sekitar
2 cm. Pengukuran dilakukan tepat pada garis buah dada.
3) Panjang badan
Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit
pada bayi cukup bulan normalnya adalah 48 - 53 cm.
Terkadang agak sulit dilakukan pada bayi cukup bulan
karena adanya molase, ekstensi lutut tidak sempurna.Bila
panjang badan < 45 cm perlu dicermati adanya
penyimpangan kromosom.
4) Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2.500-4.000
gram.Timbang berat badan bayi segera setelah lahir karena
dapat terjadi penurunan berat badan agak cepat.Normalnya
bayi baru lahir kehilangan sampai 10% dari berat badan
lahirnya pada minggu pertama kehidupannya karena adanya
kehilangan cairan ekstraseluler dan mekonium yang
berlebihan maupun asupan makanan/minum terbatas,
terutama pada bayi yang menyusu ASI. Berat badan bayi
akan kembali naik pada sekitar hari ke-10.
5) Pengukuran tanda-tanda vital
a) Temperatur
Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila karena
mengukur temperatur melalui rectal/rectum dapat
menyebabkan perforasi pada mukosa. Temperatur tubuh
internal bayi adalah 36,5 - 37,5 °C.
b) Pernafasan
Denyut pernafasan pada bayi baru lahir adalah berkisar
dari 30 - 60 kali per menit.Pengukuran dilakukan dengan
65

menghitung selama 60 detik penuh untuk mendeteksi


ketidakteraturan dalam kecepatan, irama dan kualitasnya.
c) Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 100 -
180 kali permenit, jika kondisi bayi telah stabil dari 120 -
140 kali per menit.
b. Kondisi umum
1) Kepala : Ukuran, bentuk, simetris
2) Mata: yang perlu diperiksa adalah sebagai berikut:
a) Posisi mata
b) Kelopak mata, akan tampak edema beberapa hari akibat
proses kelahiran, iritasi kimia.
c) Adanya perdarahan subkonjungtiva karena tekanan pada
kepala bayi selama persalinan.
d) Pupil, perhatikan simetri dan refleks cahaya
e) Lensa mata, perhatikan apakah ada katarak
3) Telinga, yang perlu diperiksa adalah: Kematangan, atau
simetri, letak dan bentuk, ukuran, lubang telinga
4) Hidung, yang perlu diperiksa pada hidung bayi baru lahir
adalah: Bentuk dan ukuran, lubang hidung
5) Mulut, perlu di periksa pada mulut bayi baru lahir adalah:
a) Posisi, ukuran, simetri
b) Bibir : celah bibir
c) Palatum : celah
d) Mukosa dan lidah : normalnya merah muda
e) Gusi : perhatikan adanya kista kecil
f) Gigi neonates
g) Rahang
h) Air liur : bila banyak curiga adanya atresia esophagus
6) Leher, yang perlu diperiksa pada leher bayi baru lahir
adalah:
66

a) Bentuk : normal, webbing, torticolitis


b) Massa : normal, kelenjar tidak teraba
7) Klavikula
8) Payudara, yang perlu diperiksa pada payudara bayi baru
lahir adalah: bentuk, ukuran, bentuk puting susu, lokasi daii
jumlahnya.
9) Jantung
10) Paru-paru
11) Abdomen
12) Anus, yang perlu diperiksa pada anus bayi baru lahir adalah:
a) Paten, atresia ani
b) Feses : mekonium keluar dalam 48 jam pertama, feses
kuning mulai hai ke-5. Atau feses kehijauan dan
berlendir.
13) Tulang belakang
14) Genitalia, yang perlu diperiksa pada bayi baru lahir adalah :
a) Laki-laki : testis sudah turunke dalam scrotum, lubang
uretra.
b) Perempuan : labia minora sudah ditutupi labia mayora,
klitoris, lubang uretra, lubang vagina
15) Ekstremitas atas dan bawah.( APN. 2008)

2.3.6 Refleks Refleks pada bayi baru lahir


1. Reflek moro
Reflek ini adalah salah satu reflek yang didapat oleh bayi, sebab
reflek ini menunjukan status neurologist, ini juga sering disebut
reflek kejutan.
2. Reflek menggenggam telapak tangan dan kaki
Reflek ini adalah suatu reflek ketika sebuah benda diletakkan di
telapak tangan neonatus, reflek menggenggam menyebabkan jari
menggenggam tersebut, reflek ini dapat terlihat sampai usia 1 tahun
67

3. Reflek tonik neck


Reflek ini dapat diobervasi pada neonatus dalam posisi terlentang.
Reflek ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1 hari,
meskipun relek ini dapat diamati sampai usia bayi 3-4 bulan.
4. Rooting
Reflek ini ditandai dengan penghisapan secara kuat jari atau putting
susu ketika dimasukan kedalam mulut.
5. Reflek Swallowing
Reflek ini ditandai dengan menelan secara tepat cairan yang
dimasukan ke dalam mulut, reflek ini dapat dengan mudah
diobservasi pada saat makan.
6. Reflek babinski
Reflek ini disebut juga reflek hiperektensi jari kaki, tejadi ketika
bagian lateral dari telapak kaki bayi digores dari tumit ke atas dan
menyilang pada kaki, reflek ini menghilang setelah berusia 1 tahun.
7. Reflek menginjak
Bayi dapat membuat gerakan menginjak yang kadang-kadang
disebut gerakan menari. Reflek ini kadang-kadang sulit diperoleh
sebab tidak semua bayi kooperatif, dan menghilang berangsur-
angsur pada usia 2-3 bulan.( Depkes RI 2010)
2.3.7 Jadwal Kunjungan Neonatus
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal 1 (KN 1) dilakukan pada 6-48 jam setelah
lahir.
2. Kunjungan Neonatal 2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke
3-7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke
8-28setelah lahir.(Salmah, dkk. 2008)
Kunjungan Neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Resiko
68

terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,


minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika
bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Tabel 2.4
Jadwal kunjungan neonatus
Kunjungan
Penatalaksanaan Asuhan Neonatus
Neonatus
KN 1 - Menjaga kehangatan bayi
(6-48 jam) - Memberi ASI ekslusif
- Melakukan pecegahan infeksi
- Memeriksa status pemberian vit k dan memberikan
Imunisasi HBO
- Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat
KN 2 - Menimbang berat badan
(3-7 hari) - Memeriksa tanda-tanda vital seperti suhu, pernafasan,
denyut jantung
- Memriksa kemungkinan penyakit yang sangat berat
- Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dam
masalah pemberian ASI
- Memeriksa kemungkinan mengalami adanya diare,
ikterus dan keluhan lain
- Memeriksa pelepasan tali pusat
KN 3 - Menimbang berat badan
(8-28 hari) - Memeriksa tanda-tanda vital seperti suhu, pernafasan,
denyut jantung
- Memriksa kemungkinan penyakit yang sangat sangat
berat dan masalah pemberian ASI
- Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dam
masalah pemberian ASI
Sumber (Abdul Bari, Saifuddin . 2010)
69

2.3.8 Imunisasi Dasar


1. Imunisasi BCG
Yaitu tindakan memasukkan vaksin BCG yang bertujuan untuk
memberi kekebalan tubuh terhadap kuman Mycobacterium
tuberculosis dengan cara menghambat penyebaran kuman

2. Imunisasi Polio
Yaitu tindakan imunisasi dengan memberikan
vaksin polio (dalam bentuk oral) atau dikenal
dengan sebutan oral polio vaccine (OPV) yang
bertujuan untuk memberi kekebalan dari
penyakit poliomelitis, dapat diberikan 4 kali dengan interval 4-6
minggu.
Vaksin Polio Jenis Suntik (IPV) digunakan bagi mereka mereka
yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah
(Immunocompromise), karena vaksin ini jenis vaksin yang
dimatikan maka virus yang terdapat pada vaksin IPV ini tidak dapat
berbalik menjadi ganas.
Vaksin Polio Jenis Suntik (IPV) ini juga dapat dipakai untuk
saudara-saudara anak Immunocompromise dan anggota keluarga
yang mendapat kontak langsung (serumah) dianjurkan untuk
mendapatkan imunisasi polio inaktif (IPV).
Sebagai vaksinasi dasar, Vaksin Polio Jenis Suntik (IPV), diberikan
dengan tiga dosis masing-masing 0,5ml melalui suntikan (dibawah
kulit). Walaupun dalam atau intramuskular dengan interval 2 bulan,
dosis penguat harus diberikan dengan jadwal sama dengan
pemberian OPV. Anak dengan HIV-positif dan anggota keluarga
serumah yang mendapat kontak langsung harus menerima IPV.
70

3. Imunisasi DPT/DT/Pentavalen
Imunisasi ini dilakukan dengan memberikan vaksin DPT
(Difteri Pertusis Tetanus)/DT (Difteri Tetanus) pada anak yang
bertujuan untuk memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri,
pertusis, dan tetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan
dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu (kurang lebih 3 kali),
selanjutnya ulangan pertama 1 tahun dan ulangan berikutnya 3
tahun sekali sampai usia 8 tahun. Imunisasi ini tidak dianjurkan
untuk bayi usia kurang dari 2 bulan mengingat imunogen pertusis
yang sangat reaktogenik dan adanya hambatan tanggap kebal karena
pengaruh antibodi maternal untuk imunogen difteri atau tetanus.
Saat ini program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisai
adalah penggunakaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai
Vaksin Pentavalen. Vaksin ini merupakan gabungan vaksin DPT-
HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini hanya terdiri dari
DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai dengan
kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah berberapa jenis
penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari,
tetanus, hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan radang paru
(pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus
influenzae tipe b).
Kenapa Haemophillus Influenzae type b (Hib)? Hal ini antara
lain disebabkan beberapa kenyatan epidemiologi berikut:
 Haemophilus Influenzae tipe b (Hib) merupakan suatu bakteri
gram negatif dan hanya ditemukan pada manusia
 Penyebaran melalui percikan ludah (droplet)
 Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi Hib adalah usia
4 – 8 bulan
 Sebagian besar orang yg mengalami infeksi tidak menjadi
sakit, tetapi menjadi karier
71

 Prevalensi karier cukup tinggi (>3% ), sehingga kemungkinan


kejadian meningitis dan pneumonia akibat Hib juga tinggi.

4. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dilakukan dengan
memberikan vaksin hepatitis B ke dalam tubuh
yang bertujuan untuk memberi kekebalan dari
penyakit hepatitis. Pada ibu yang menderita
hepatitis B dengan HbsAg negatif, imunisasi
dapat diberikan kepada anak-anak sesuai dosis
yang ada, kemudian dilanjutkan pada usia 1-2 bulan dan yang ke
tiga pada usia 6 bulan. Apalagi HbsAg ibu positif, vaksin dapat
diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir kemudian suntikan
kedua pada usia 1-2 bulan dan ketiga. Imunisasi ulangan dapat
diberikan 5 tahun kemudian.
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak: tindakan memberikan vaksin campak pada anak
yang bertujuan membentuk kekebalan terhadap penyakit campak
yang dapat diberikan pada usia 9 bulan secara subcutan, kemudian
dapat diulang dalam interval waktu 6 bulan lebih setelah suntikan
pertama. (Hidayat, 2008)
Tabel 2.5
Jadwal Imunisasi Puskesmas
Umur Jenis Imunisasi
0-24 jam Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib l, Polio2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak/Measles Rubella (MR)
(Sumber KEMENKES RI. 2018)
72

2.3.9 Standar perawatan bayi baru lahir


1. Standar Pelayanan Nifas
Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
2. UUD NOMOR 4 TAHUN 2021 Tentang Kewenangan yang
Dimiliki Bidan
Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup:
1) Pelayanan bayi baru lahir
2) Pelayanan bayi
3) Pelayanan anak balita
4) Pelayanan anak pra sekolah
5) Pelayanan kesehatan reproduksi pada perempuan dan
keluarga berencana
6) Pelayanan kesehatan ibu
b. Kewenangan:
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini
(IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
pra sekolah
6) Pemberian konseling dan penyuluhan
7) Pemberian surat keterangan kelahiran
8) Pemberian surat keterangan kematian
73

9) Memberikan asuhan kebidanan masa sebelum hamil,masa


kehamilan normal,masa persalinan normal,dan masa nifas.
10) Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu
hamil,bersalin,nifas dan rujukan.
11) Melakukan deteksi dini kasus resiko dan komplikasi pada
masa kehamilan,persalinan,pascapersalinan,masa nifas,serta
asuhan pascakeguguran dan lanjutkan dengan rujukan.
12) Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2.4 NIFAS
2.4.1 Pengertian
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan
waktu sekitar 6 minggu ( Farrer. 2001 dalam Kirana, 2015: 26). Nurul
Jannah mengemukakan masa nifas /puerperium yaitu masa sesudah
persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan
pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil
yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan (dalam Aprilianti,
2016: 1).
Periode post partum adalah periode yang dimulai segera setelah
kelahiran anak dan berlanjut selama sekitar 6-8 minggu setelah
melahirkan dimana ibu kembali kekeadaan semula sebelum hamil
(Alkinlabil, et al, 2016: 254).

2.4.2 Fisiologis nifas


1. Puerperium dini : Masa kepulihan,yakni saat ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-
organ genetal kira-kira 6-8 minggu.
74

3. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat


sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan
mempunyai komplikasi). (suherni, dkk, 2009 )

2.4.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas


1. Perubahan sistem produksi
a. Uterus
Ukuran uterus akan mengecil kembali pada ukuran
sebelum hamil setelah 2 minggu pasaca persalinan.
Tabel 2.6
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000gram
Usia lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengangahan pusat-simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30gram
Sumber : suherni,dkk.2009
b. Lochea
Lochea adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar
melalui vagina selama puerperium ( Varney,2007 )
Tabel 2.7
Macam-macam lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Sel desidua, serviks,
kehitaman lanugo, sisa mekonium
dan sisa darah
Sanguinolenta 3-7 hari Merah Sisa darah bercampur
kuningan lender
Serosa 7-14 hari Kekuningan Lebih sedikit darah dan
Kecoklatan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit,dan
robekan laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks,dan
selaput jaringan yang mati
Sumber : Suherni,dkk.2009
75

c. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan dan
puerperium merupakan suatu saluran yang berdinding tipis
secara berangur-angsur luasnya berkurang,tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran multipara. Rughae timbul kembali pada
minggu tiga pasca melahirkan.
d. Serviks
Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan
paskularitasnya yang tertinggi, lubang serviks lambat laun akan
mengecil, beberapa hari stelah persalinan diriretak karena
robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar
akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat
empat (4) minggu post partum.
e. Perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil pada biasa, kepala janin melewati
bawah panggul dengan ukuran lebih besar. Bila ada laserasi
jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukanlah enjahitan dan
perawatan dengan baik (suherni, dkk. 2009).
f. Payudara
Ketika hormon yang dihasilkan placenta tidak ada lagi
untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktognik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.
Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit.
76

g. Perubahan pada sistem pencernaan


Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal
ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya
serat selama persalinan.
h. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya
partus kala 2 dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan
pada saat persalinan.
i. Sistem muskulosketal
Ligamen- ligamen,fasia dan diagfragma pelvis yang
meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamen rotundum
mengendur sehingga uterus jatuh kebelakang.
j. Sistem endokrin
Suatu proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin,terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
k. Oksitosin
Oksitosin disekresikan Dari kelenjar otak bagian
belakang,selama tahap ketiga persalinan,hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan oksitosin. Hal tersebut
membantu uterus kembali normal.
l. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi ASI.
77

m. Estrogen dan progesteron


Tingkat estrogen yang tinggi membesar hormon anti
diuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan meningkatkan pembuluh darah.

2.4.4 Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas


1. Suhu badan
a. Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik
sedikit, antara 37,2-37,5°C. kemungkinan disebabkan karena
mengikuti aktivitas payudara.
b. Bila kenaikan mencapai 38,0°C pada hari kedua sampai hari-
hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis
nifas.
2. Denyut nadi
a. Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit, yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.
b. Pada ibu yang nervous nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit.
Bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi, khususnya bila
disertai peningkatan suhu tubuh.
3. Tekanan darah
a. Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum.
b. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya
perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,
merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang
bisa timbul pada masa nifas. Namun hal seperti itu jarang
terjadi.
78

4. Respirasi
a. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat.
b. Bila ada respirasi cepat post partum (>30x/menit), mungkin
karena adanya tanda-tanda syok. (Suherni, 2009).

2.4.5 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Tahapan adaptasi psokologis masa nifas menurut Reva Rubin yaitu:
1. Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan:
a. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain,
b. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya,
c. Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu
melahirkan,
d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh ke kondisi normal,
e. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga
membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan
menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.
2. Periode Taking On/ Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
b. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya,
c. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,
BAK, BAB, dan daya tahan tubuhnya,
d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi
seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan
mengganti popok.
e. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan krikan
pribadi,
79

f. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena


merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
3. Periode Letting Go (berlangsung 10 hari setelah melahirkan).
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh
dukungan serta perhatian keluarga.
b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi
dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi
hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social.
c. Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini (Pitriani,
Risa. 2017: 7-8).

2.4.6 Kebutuhan dasar pada masa nifas


1. Nutrisi dan Cairan
Selama masa nifas, diet sehat sangat dianjurkan pada ibu
setelah melahirkan untuk mempercepat proses penyembuhan dan
peningkatan kualitas produksi ASI. Diet yang dilakukan tentunya
harus bermutu dengan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat serta banyak
mengandung cairan dan serat untk mencegah konstipasi.
Beberapa asupan yang dibutuhkan ibu pada masa nifas
diantaranya:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari (3-4 porsi
setiap hari)
2) Ibu dianjurkan minum sedikitnya 3 liter per hari, untuk
mencukupi kebutuhan cairan supaya tidak cepat dehidrasi.
3) Rutin mengkonsumsi pil zat besi setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan.
4) Serta tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan
yangmengandung kafein/ nikotin.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali yaitu
satu kali setelah melahirkan dan yang kedua diberikan setelah
80

24 jam selang pemberian kapsul vitamin A pertama.


Pemberian kapsul vitamin A 2 kali dapat menambah
kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6
bulan, dibandingkan pemberian 1 kapsul hanya cukup
meningkatkan kandungan sampai 60 hari.
Perbandingan Kebutuhan Zat Gizi
Wanita Tidak Hamil dan Wanita Hamil
Wanita Wanita Tidak
No Zat Gizi Satuan
Hamil Hamil
1 Energi Kkal 2485 2200
2 Protein G 60 48
3 Vitamin A Mcg 700 500
4 Vitamin D Mcg 15 5
5 Vitamin E Mg 18 8
6 Vitamin K Mcg 130 65
7 Vitamin C Mg 110 75
8 Vitamin B1 Mg 1,5 1,2
9 Vitamin B6 Mg 1,7 1,3
10 Vitamin B12 Mcg 2,6 2,4
11 Thiamin Mg 1,2 1,0
12 Riboflavin Mg 1,4 1,2
13 Niacin Mg 9,1 9
14 Asam Folat Mcg 300 150
15 Piridoksin Mg 3,8 1,6
16 Kalsium Mg 900 500
17 Fosfor Mg 650 450
18 Zat Besi Mg 46 26
19 Seng Mg 20 15
20 Yodium Mcg 175 150
21 Selenium Mcg 55
Sumber: (Hutahaean, 2015).
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk berjalan. Early
ambulation tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan
penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, paru-paru, demam,
dan sebagainya. Pada ibu dengan postpartum normal ambulasi
dini dilakukan paling tidak 6-12 jam postpartum, sedangkan pada
ibu dengan partus sectio caesarea ambulasi dini dilakukan paling
tidak setelah 12 jam postpartum setelah ibu sebelumnya
81

beristirahat/ tidur. Tahapan ambulasi ini dimulai dengan miring


kiri/kanan terlebih dahulu, kemudian duduk. Lalu apabila ibu
sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan).
Beberapa manfaat ambulasi dini diantaranya:
1) Membuat ibu merasa lebih baik, sehat dan lebih kuat.
2) Mempercepat proses pemulihan fungsi usus, sirkulasi,
jaringan otot, pembuluh vena, paru-paru dan system
perkemihan.
3) Mempermudah dalam mengajarkan ibu cara melakukan
perawatan pada bayinya.
4) Mencegah terjadinya trombosis akibat pembekuan darah,
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Biasanya dalam waktu 6 jam postpartum ibu sudah dapat
melakukan BAK secara spontan. Miksi normal terjadi setiap
3-4 jam postpartum. Namun apabila dalam waktu 8 jam ibu
belum dapat berkemih sama sekali, maka katerisasi dapat
dilakukan apabila kandung kemih penuh dan ibu sulit
berkemih. Kesulitan BAK antara lain disebabkan spingter
uretrs yang tertekan oleh kepala janin dan kejang otot
(spasmus) oleh iritasi muskulo spingter ani selama
persalinan, atau adanya edema kandung kemih selama
persalinan.
b. Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan sudah dapat buang air besar
setelah hari ke-2 postpartum. Jika pada hari ke-3 ibu belum
bisa BAB, maka penggunaan obat pencahar berbentuk
supositoria sebagai pelunak tinja dapat diaplikasikan melalui
per oral atau per rektal. Kesulitan BAB (konstipasi) pada ibu
antara lain disebabkan selain perineum yang sakit juga takut
luka jahitan perineum terbuka, adanya hemoroid atau obat-
82

obatan analgesik selama proses persalinan. Kesulitan BAB


ini dapat diatasi dengan melakukan mobilisasi dini, konsumsi
makanan tinggi serat, mencukupi kebutuhan asupan cairan
dapat membantu memperlancar BAB ibu dengan baik.
4. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi
dan meningkatkan perasaan nyaman ibu. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga kebersihan
dirinya antara lain:
a. Patikan kebersihan tubuh ibu tetap terjaga dengan cara mandi
lebih sering (2 kali/ hari) dan menjaga kulit tetap kering
untuk mencegah infeksi dan alergi dan penyebarannya ke
kulit bayi,
b. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu
dari arah depan ke belakang, setelah itu anus. Mengganti
pembalut minimal 2 kali sehari. Menganjurkan ibu
mencucitangan dengan sabun dan air setiap sebelum dan
selesai membersihkan daerah kemaluan. Jika ibu mempunyai
luka episiotomy, ibu dianjurkan untuk tidak menyentuh
daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.
c. Melakukan perawatan payudara secara teratur, yaitu dimulai
1-2 hari setelah bayidilahirkan dan rutin membersihkanya
setiap 2 kali sehari.
d. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur. Ibu dianjurkan
memakai pakaian yang longgar dan mudah menyerap
keringat, sehingga daerah seperti payudara tidak terasa
tertekan dan kering. Serta pada daerah lipatan paha, dengan
penggunaan pakaian dalam yang longgar tidak menyebabkan
iritasi kulit disekitar selangkangan akibat lokea.
e. Jika ibu mengalami kerontokan rambut akibat adanya
perubahan hormon, ibu dianjurkan menggunakan pembersih
83

rambut/ kondisioner secukupnya, dan menyisir rambut


dengan sisir yang lembut.
5. Istirahat dan Tidur
Selama proses pemulihan kondisi fisik dan psikologis ibu
pada masa nifas kebutuhan istirahat ibu harus tercukupi. Ibu dapat
beristirahat dengan tidur siang selagi bayi tidur, atau melakukan
kegiatan kecil dirumah seperti menyapu dengan perlahan-lahan.
Jika ibu kurang istirahat maka dampak yang terjadi seperti jumlah
produksi ASI berkurang, memperlambat proses involusi uteri,
serta meyebabkan depresi dan ketidakmampuan ibu dalam
merawat bayinya.
6. Aktivitas Seksual
Ibu dapat melakukan aktvitas seksual dengan suami ibu
kapan saja, selama ibu sudah siap, secara fisik aman dan tidak
merasakan nyeri daerah genetalia.
7. Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah
persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam
nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi
tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis.
Senam nifas dapat dilakukan saat ibu merasa benar-benar pulih
dan tidak ada komplikasi atau penyulit selama masa nifas. Selain
memulihkan kondisi tubuh ibu senam nifas dapat mempercepat
proses involusi uteri dan mengembalikan elastisitas otot-otot dan
jaringan yang merenggang waktu persalinan.

2.4.7 Tanda Bahaya Masa Nifas


Setelah ibu melahirkan, selanjutnya ibu memasuki tahap masa
nifas atau lazim disebut puerperium. Masa nifas dimulai 1 jam setelah
plasenta lahir hingga 6 minggu (42 hari) setelahnya. Menurut
Saifuddin, asuhan masa nifas sangat diperlukan karena masa nifas
84

merupakan masa kritis yang memungkinkan untuk terjadinya


masalah-masalah yang berakibat fatal karena dapat menyebabkan
kematian ibu. oleh karena itu perhatian penuh dari bidan sangat
diperlukan salah satunya dengan memberikan asuhan kebidanan
berkesinambungan yang berkualitas secara optimal. Dampak yang
terjadi jika cakupan pelayanan yang diberikan rendah, dapat
menyebabkan permasalahan pada ibu nifas seperti perdarahan post
partum, infeksi saat masa nifas, dan masalah obstetri lainya pada masa
nifas (Wahyuni, Sri, 2016: 58). Tanda bahaya masa nifas yang perlu
diwaspadai oleh ibu diantaranya.:
a. Perdarahan Pascasalin
Perdarahan paska persalinan yaitu perdarahan pervaginam
yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Perdarahan pascasalin
dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Pascasalin primer (Early Postpartum Haemorrhage), yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama paska
persalinan segera. Penyebab perdarahan ini diantaranya
atonia uteri, retensio plasenta sisa plasenta yang tertinggal,
dan robekan jalan lahir.
2) Perdarahan pascasalin sekunder (Late Postpartum
Haemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama paska persalinan. Penyebab utama perdarahan ini
diantaranya robekan jalan lahir, sisa plasenta yeng tertinggal
atau membran. Sakit kepala yang hebat. Pembengkakan di
wajah, tangan dan kaki. payudara yang berubah merah, panas
dan terasa sakit. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan
anemia mudah mengalami infeksi.
b. Infeksi Masa Nifas
Bakteri dapat menjadi salah satu penyebab infeksi setelah
persalinan. Selain kurang menjaga kebersihan dan perawatan
masa nifas yang kurang tepat, faktor lain yang memicu seperti
85

adanya luka bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran


genetalia termasuk episiotomi pada perineum ataupun dinding
vagina dan serviks. Gejala umum yang dapat terjadi:
1) Temperatur suhu meningkat >38°C.
2) Ibu mengalami peningkatan pernapasan (takikardi) dan
penurunan pernapasan (bradikardi) secara drastis, serta
tekanan darah yang tidak teratur.
3) Ibu terlihat lemah, gelisah, sakit kepala dan kondisi
terburuknya ibu tidak sadar/ koma.
4) Proses involusi uteri terganggu.
5) Lokea yang keluar berbau dan bernanah.
c. Demam, Muntah dan Nyeri Saat Berkemih
Pada masa nifas ini ibu cenderung mengalami peningkatan
suhu badan dan nyeri saat berkemih. Nyeri ini disebabkan oleh
luka bekas episiotomi, atau laserasi periuretra yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada ibu. Demam dengan suhu >38°C
mengindikasikan adanya infeksi, serta terjadinya diuresis dan
overdistensi dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
d. Kehilangan Nafsu Makan Dalam
Waktu Yang Lama. Selepas persalinan ibu akan mengalami
kelelahan yang amat berat, karena tenaga ibu bayak terkuras saat
menjalani proses persalinannya. Karena kelahan ini akhirnya
berdampak pada nafsu makan ibu yang menurun. Pada masa ini
dukungan keluarga sangat diperlukan dalam membantu ibu untuk
tetap makan dan mencukupi kebutuhan nutrisinya dengan baik.
e. Payudara Berubah Kemerahan, Panas, dan Terasa Sakit.
Jika ASI ibu tidak disusukan pada bayinya maka dapat
menyebabkan terjadi bendungan ASI, payudara memerah, panas,
dan terasa sakit yang berlanjut pada mastitis, atau terjadi radang
(peradangan pada payudara).
86

f. Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas.


Waspadai preeklamsi yang timbul dengan tanda-tanda:
1) Tekanan darah ibu tinggi.
2) Terdapat oedem/ pembengkkan di wajah dan ekstremitas.
3) Pada pemeriksaan urine ditemukan protein urine.

2.4.8 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Kunjungan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Adapun kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI tahun 2010 mengenai jadwal kunjungan nifas yaitu :
1. KF1 : Kunjungan 6 jam-48 hari pasca persalinan
Tujuan : mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
mendeteksi dan merawat penyebab lain perdaraha, rujuk jika
perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri, pemberian ASI awal, menjaga bayi tetap sehat
dengan mencegah hipotermia, jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2. KF2 : Kunjungan 4-28 hari setelah persalinan
Tujuan : memastikan involusi uterus berjalan dengan normal ;
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau ; menilai adanya tanda-tanda
demam infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu
mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan kepada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
87

3. KF3 : Kunjungan 29-42 hari setelah persalinan


Tujuan : menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami, memberi konseling untuk KB secara dini (Depkes,
2010).
Pelayanan kunjungan nifas merupakan kontak ibu nifas dengan
tenaga ke sehatan baik di dalam atau di luar gedung fasilitas
kesehatan termasuk bidan di desa/polindes/poskesdes atau
kunjungan rumah.
Pemeriksaan yang diberikan :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
c. Pemeriksaan lochia dan pengeluaran pervaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6 bulan
e. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali,
pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24
jam pemberian kapsul vitamin A pertama
f. Pelayanan KB pasca salin. (Kemenkes, 2014).

2.4.9 Senam Nifas


1. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang di lakukan pada saat seorang
ibu menjalani masa nifas atau masa setelah melahirkan
(Idamaryanti, 2009).
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat
mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada
kondisi normal seperti semula.(Ervinasby,2008).
Senam nifas dapat di mulai 6 jam setelah melahirkan dan
dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara bertahap, sistematis
dan kontinyu (Alijahbana,2008).
88

2. Tujuan senam nifas


Tujuan senaam nifas di antaranya:
a. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya
rahim ke bentuk semula).
b. Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan
pada kondisi semula.
c. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani
masa nifas.
d. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar
panggul, serta otot pergerakan.
e. Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan
melahirkan, tonus otot pelvis, regangan otot tungkai bawah.
f. Menghindaripembengkakan pada pergelangan kaki dan
mencegah timbulnya varises.
3. Manfaat senam nifas
a. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang
mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-
bagian tersebut kebentuk normal.
b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar
diakibatkan kehamilan.
c. Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan
menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi
pasca persalinan.
4. Syarat senam nifas
Senam nifas dapat di lakukan setelah persalinan, tetapi dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.
b. Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di
rumah sakit atau rumah bersalin, dan diulang terus di rumah.
89

5. Kerugian Bila Tidak Melakukan senam nifas


a. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa
darah tidak dapat dikeluarkan.
b. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.
c. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).
d. Timbul varises.
6. Cara melakukan senam nifas
a. Latihan senam nifas
1) Hari pertama, sikap tubih terlentang dan rileks, kemudian
lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas
melalui hidung dan tahan 3 detik kemudian buang melalui
mulut, Lakukan 5-10 kali.
Rasional: Setelah melahirkan peredaran darah dan
pernafasan belum kembali normal. Latihan pernafasan ini
ditujukan untuk memperlancar peredaran darah dan
pernafasan. Seluruh organ-organ tubuh akan teroksigenasi
dengan baik sehingga hal ini juga akan membantu proses
pemulihan tubuh.
2) Hari kedua, sikap tubuh terlentang, Kedua tangan dibuka
lebar hingga sejajar dengan bahu kemudian pertemukan
kedua tangan tersebut tepat di atas muka. Lakukan 5-10
kali.
Rasional : Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan
menguatkan kembali otot-otot lengan.
3) Hari ketiga, sikap tubuh terlentang, kedua kaki agak
dibengkokkan sehingga kedua telapak kaki berada dibawah.
Lalu angkat pantat ibu dan tahan hingga hitungan ketiga
lalu turunkan pantat keposisi semula. Ulangi 5-10 kali.
90

Rasional : Latihan ini di tujukan untuk menguatkan


kembali otot-otot daar panggul yang sebelumnya otot-otot
ini bekerja dengan keras selama kehamilan dan persalinan.
4) Hari keempat, tidur terlentang dan kaki ditekuk ± 45°,
kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu
angkat tubuh ibu ± 45° dan tahan hingga hitungan ketiga.
Rasional : Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan
menguatkan kembali otot-otot punggung.
5) Hari kelima, tidur terlentang, salah satu kaki ditekuk ± 45°,
kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan
dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan menyentuh
lutut. Gerakan ini dilakukan secara bergantian hingga 5 kali.
Rasional : Latihan ini bertujuan untuk elatih sekaligus otot-
otot tubuh diantaranya otot-otot punggung, otot-otot bagian
perut, dan otot-otot paha.
6) Hari keenam, Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki
sehingga paha membentuk 90° lakukan secara bergantian
hingga 5 kali.
Rasional: Latihan ini ditujukan untuk menguatkan otot-otot
di kaki yang selama kehamilan menyangga beban yang
berat. Selain itu untuk memperlancar sirkulasi di daerah kaki
sehingga mengurangi resiko edema kaki.
7. Tahapan Senam Nifas
a. Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut
di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung
dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding
abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru
91

b. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak


terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada
seluruh bagian kanan tubuh.

c. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit


diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan
kemudian rileks.

d. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/


kencangkan otot-otot perut sampai tulang punggung mendatar
dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks.

e. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut.


Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan
rilekskan dengan perlahan.

f. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di


bagian luar lutut kiri.
92

g. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki


diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan
angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.

h. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan


meletakkan kursi di ujung kasur, badan agak melengkung
dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan
pada jari-jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan
ini selama setengah menit.

i. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke


dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama
setengah menit.

j. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan bawah
seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
93

k. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan


dimana lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki
kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah
mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha.
Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.

l. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di


bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah
sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari
kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4
sampai 6 kali selama setengah menit.

2.4.10 Standar Pelayanan Nifas


a. Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
b. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
c. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Undang-undang kebidanan No 4 Tahun 2021
Paragraf 1
Pelayanan Kesehatan Ibu
Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan
berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
94

b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;


c. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal;
d. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, nifas, dan rujukan; dan
f. Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta
asuhan pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

2.5 Keluarga Berencana


2.5.1 Pengertian
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka
dibuatlah beberapa cara atau alternative untuk mencegah ataupun
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Sulistiawati, 2012).
Keluarga Berencana (KB) adalah mengatur jumlah anak sesuai
kehendak anda, dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil. Usaha
keluarga berencana (penggunaan kontrasepsi) dapat digunakan untuk
mencapai tujuan ini, misalnya mengurangi primi muda, grande multi
atau mengatur jarak antara dua kehamilan. (Irianto, 2014).
Menurut Undang-undang No. 10/1992, KB adalah upaya
peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera.
Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan Keluarga
Berencana (KB) merupakan usaha mengatur dan mengukur jumlah
anak, jarak kehamilan, dan mencegah kehamilan dengan tujuan
mengurangi primi muda, grande multi dan mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera.
95

2.5.2 Macam-Macam Metode Alat Kontrasepsi


Macam-macam Metode dan Alat Kontrasepsi. (Saifuddin, 2010).
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu
(ASI) secara eksklusif.Cara kerja :
1) Penundaan atau penundaan ovulasi
2) Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin
didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek
ketidak suburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh
aspek– aspek : yaitu cara menyusui, seringnya menyusui,
lamanya menyusui, jarak antara menyusui dan kesungguhan
menyusui.
Indikasi
1) Ibu yang menyusui secara eksklusif
2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan
Kontra Indikasi
1) Tidak menyusui secara eksklusif
2) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
b. Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
Indikasi
1) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
2) Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil
menunggu metode yang lain
3) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
Efek samping
Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun).
96

c. Kontrasepsi Kombinasi (Hormone Estrogen dan Progesterone)


1) Pil kombinasi
Pil monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormone aktif estrogen/progestin dalam
dosis yang masa, dalam 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis
yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
Pil trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet hormone aktif.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah inplantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh
sperma
d) Pergerakan tuba terganggu sehngga transpotasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
Efek samping
Mual, perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama, pusing,
nyeri payudara, mengurangi ASI, meningkatkan tekanan darah
dan retensi cairan
2) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksip
progesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan
injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Nerotindron
enantat dan 5 mg Estradol Valerat yang diberikan injeksi I.M.
sebulan sekali.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
97

b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi


sperma terganggu
c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang
tinggi
d) Menyusu ASI pasca persalinan > 6 bulan
e) Pasca persalinan tidak menyusui
f) Anemia, nyeri haid hebat dan haid teratur
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan
darah tinggi > 180/110 mmHg. Penyakit hati akut (virus
hepatitis) dan kanker payudara
Efek samping
Terjadinya perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spooting atau perdarahan selama 10 hari
mual, sakit kepala, nyeri payudara, nyeri payudara ringan dan
keluhan ini akan hilang ketika setelah suntikan kedua dan
ketiga.
d. Kontrasepsi progestin
1) Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin :
98

a) Depo medroksiprogeston Asete (Depo provera,


mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntik intramuscular (didaerah
bokong)
b) Depo noristerat yang mengandung 200 mg noretindron
enentat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular
Cara kerja
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi
d) Menghambat transfortasi gamet ke tuba
Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
d) Setelah melahirkan dan menyusui
e) Tekanan darah < 180/110
Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Menderita kanker peyudara atau riwayat kanker payudara
Efek samping
Meningkatnya atau menurunnya berat badan
2) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Jenis minipil :
a) kemasan dengan isi 35 pil
b) kemasan dengan isi 28 pil
99

Cara kerja :
a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks
diovarium (tidak begitu kuat)
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
Indikasi
a) Usia reproduksi, telah memiliki anak
b) Pasca persalinan dan tidak menyusui
c) Pasca keguguran, perokok untuk segala usia
d) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama, 180x/menit)
atau dengan masalah pembekuan darah
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
d) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin)
e) Sering lupa menggunakan pil
Efek samping
Amenorhoe dan perdarahan tidak teratur
3) Kontrasepsi Implant
Norplan terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36
mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang
kira–kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg
3 ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrol demgan lama kerja 3 tahun.
100

Cara kerja
1) Lendir serviks menjadi kental
2) Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi
3) Mengurangi transportasi sperma
4) Menekan ovulasi
Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
3) Paska persalinan tidak menyusui
4) Paska keguguran
Kontraindikasi
1) Hamil atau diduga hmil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Efek samping
1) Perdarahan tidak teratur, dan perdarahan bercak
2) Nyeri kepala, mual, dan gelisah
e. AKDR Cut – 380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselu`bungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Cara kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba fallopi
2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi
Indikasi
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
101

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang


4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Hamil atau kemungkinan hamil
6) Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya
Efek samping
1) Perubahan siklus haid (umumnya dalam 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
f. Kontrasepsi MANTAP
Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
vertilitas (kesuburan) seorang perempuan.
Cara kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
Indikasi
1) Usia > 26 tahun
2) Paritas > 2
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
4) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1) Hamil dan dicurigai hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
3) Infeksi sistemik atau velvik yang akut
4) Belum memberikan persetujuan yang tertulis
Efek samping
1) Infeksi luka
102

2) Demam pasca operasi (> 38º C)


3) Luka pada kandung kemih, intensial (jarang terjadi)
4) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
5) Perdarahan suferpisial (tepi – tepi kulit atau subkutan)
g. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklsi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses vertilisasi
penyatuan dalam ovum tidak terjadi.
Cara kerja
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan vertilitas dimana
fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap
kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan
kualitas keluarga
Kontraindikasi
1) Usia > 37 tahun
2) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium)
Komplikasi
1) Komplikasi bisa terjadi saat prosedur berlangsung atau
beberapa saat setelah tindakan
2) Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis,
infeksi atau abses pada testis, otrifi testis.

2.6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 Tentang


Kebidanan
Pasal 46
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak;
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
103

d. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau


e. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.
3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan
sebagai:
a. Pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. Pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. Penyuluh dan konselor;
d. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;
dan/atau
f. Peneliti.
2. Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 48
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
Pasal 58
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 sampai dengan Pasal 57 diatur dengan Peraturan
Menteri.
Paragraf 5 Keadaan Gawat Darurat
Pasal 59
1) Dalam keadaan gawat darurat untuk pemberian pertolongan pertama,
Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sesuai
dengan kompetensinya.
104

2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan


untuk menyelamatkan nyawa Klien.
3) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa Klien.
4) Keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Bidan sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5) Penanganan keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat 141 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.7 Manajemen Asuhan Kebidanan


Proses manejemen kebidanan menurut Helen Varney (2007) menjelaskan
bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an. Varney (2007)
dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah merupakan
salah satu teori yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Dalam
text book kebidanan yang di tulis pada tahun 1981 proses manajemen
kebidanan diselesaikan dalam lima langkah, setelah menggunakan varney
(2007) ada beberapah hal yang penting yang harus disempurnakan sehingga
ditambahkan dua langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah
yang sudah di jelaskan terdahulu.
2.7.1 Tujuh Langkah Manajemen Dokumentasi Varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan dan di setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi, ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap
yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa pun,akan tetapi setiap
langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci
dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagi berikut :
105

1. Pengumpulan data dasar


Pada langakah ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
Keadaan klien secara lengkap yaitu.
a. Riwayat Kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan
hasil studi.
2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan indetifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang suadah dikumpulkan
diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis
yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang
ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis
kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur antara lain :
kehamilan normal, partus normal, syok, denyut jantuk janin tidak
normal, abortus, solusio plasenta, amnionitis, anemia berat, atonia
uteri, postpartum normal, infeksi mammae, pembengkakan
mamae, presentasi bokong, presentasi dagu, disproporsi kepala
panggul (DKP), presentasi ganda, eklampsi, kehamilan ektopik,
hidramnion, presentasi muka, persalinan semu, PEB, PER,
Hipertensi karena kehamilan, retensio plasenta, ruptur uteri, bekas
luka uteri, presentasi bahu, robekan serviks dan vagina, letak
lintang, dan lain-lain.
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
106

diagnosis yang telah di identifikasi. Pada langkah ini penting


sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh seorang wanita
dengan pemuaian uterus yang berlebihan, bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus
yang berlebihan tersebut (misalnya polihidramion, besar dari
masa kehamilan, gemelli, diabetes).Pada persalinan dengan bayi
besar, bidan sebaiknya juga mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga
kebutuhan untuk resusitasi.
4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6. Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
7. Evaluasi
Pada langkah ini evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis.
107

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang bener


efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses
manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses pernikahan yang mempengaruhi tindakan
serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen
tersebut berlangsung didalam situasi dan dua langkah yang
terakhir tergantung pada klie dan situasi klinik, maka tidak
mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

2.7.2 Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP


Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan
menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak bidan dalam
pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. Asuhan yang
telah dilakukan harus dicatat seicara benar, jelas, singkat dan logis
dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mendokumentasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang
telah dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien yang
didalamnya tersirat proses berfikir sistematis seorang bidan dalam
menghadapi seorang klien sesuai langkah – langkah dalam proses
manajemen kebidanan. Alur berfikir bidan saat menghadapi klien ada
4 langkah yang didokumentasikan dalam bentuk soap.
S : Subjektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney(pengkajian
data),terutama data yang diperoleh melalui anamesis. Data subjektif
ini berhubungan dengan masalahdari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenali kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
108

dengan diagnosis.Data subjektif ini nantinya akan menguatkan


diagnosis yang akan disusun.
O : Objektif: Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil lab, tes diagnostik lain, yang dirumuskan dalam data,
focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney. Terutama
data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan
pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lain,catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis.
A : Assesment: Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
diagnosa. Antisipasi diagnose atau masalah potensial. Perlunya
tindakan oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, rujukan
sebagai langkah ke 2,3 dan 4 varney.
Sehingga mencakup hal-hal berikut ini; diagnosis masalah kebidanan,
diagnosis masalah potensial, serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis masalah
potensial dan kebutuhan tindakan segera harus di identifikasi menurut
kewenangan bidan,meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan
tindakan merujuk klien.
P : Planing: Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
implementasi dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah
5,6 dan 7 varney.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY. S G1P0A0


USIA KEHAMILAN 40 MINGGU
Tanggal/jam Pengkajian : 13-03-2023/ 14.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin Puskesmas sukalarang
Nama Pengkaji : Ai Nuni Handayani
NIM : 21120A006

I. DATA SUBJEKTIF
Anamnesa
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. K
Umur : 22 Tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Alamat : kp. Bojong rt 03/08 ds. Sukalarang kec. Sukalarang
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama mengeluh mules sejak
pukul 10:00 WIB dan sudah keluar air-air serta lendir darah sejak pukul
14.30 WIB dan gerakan janin masih dirasakan.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus Haid : 28 hari
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut / hari
Pembekuan : Tidak ada
Disminorhoe : Tidak ada

109
110

Keluhan : Tidak ada


4. Riwayat Perkawinan
Umur ibu saat menikah : 21 tahun
Umur suami saat menikah : 24 tahun
Lamanya pernikahan : 3 tahun
Frekuensi menikah : 1 kali
5. Riwayat kehamilan saat ini
HPHT : 09-06-2022
TP : 16-03-2023
Gerakan janin : Aktif
Pemeriksaan ANC : 7 Kali
Pengobatan yang dilakukan : Tidak ada
Status Imunisasi TT :-
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Usia Jenis Komplikasi Anak Nifas
Tanggal Tempat
No kehamila Persalina Penolong BB PB
Partus persalinan Ibu Bayi JK ASI Penyulit
n n (gr) (cm)
1 Hamil Ini - - - - - - - - - -

7. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi seperti
penyakit kelamin dan tumor.
8. Riwayat Seksual
Ibu mengatakan terdapat perubahan pola hubungan seksual dari sebelum
dan selama hamil, frekuensi hubungan seksual sebelum hamil 3x dalam
seminggu dan selama hamil 1x dalam seminggu, tidak ada keluhan.
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah menggunakan
111

10. Riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita


Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti tipoid,
darah tinggi, jantung asma, diabetes, malaria.
11. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit seperti hipertensi, asma, DM, dll.
12. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan kehamilannya sangat diharapkan karena ibu dan suami
sudah merencanakan untuk mempunyai keturunan. Ibu mengatakan
hubungan dalam keluarga terjalin dengan baik dan pengambilan
keputusan dalam keluarga adalah suami. Klien termasuk orang yang taat
dalam beribadah.
13. Pola kehidupan sehari-hari
a. Makan dan Minum
1) Makan
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 3 x/hari Frekuensi 3 x/hari
Menu Nasi, lauk Menu Nasi, lauk
pauk, sayuran pauk, sayuran
dan kacang- dan kacang-
kacangan kacangan
(tempe,tahu) (tempe,tahu)
Pantangan Tidak ada Pantangan Tidak ada
Keluhan Tidak Ada Keluhan Tidak ada
2) Minum
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 4-5 gelas/hari Frekuensi 5 gelas/hari
Jenis Air putih Jenis Air putih
Keluhan Tidak Ada Keluhan Tidak ada

b. Pola Eliminasi
112

1) BAK
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 4x/hari Frekuensi 5x/hari
Warna Kuning jernih Warna Kuning
jernih
Bau Khas Bau Khas
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
2) BAB
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi 1x/hari Frekuensi 1x/hari
Warna Coklat Warna Coklat
Kehitaman
Konsistensi Lembek Konsistensi Lembek
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
3) Pola Istirahat
Sebelum hamil Selama hamil
Tidur malam 7-8 jam/hari Tidur malam 8 jam/hari
Tidur siang Tidak pernah Tidur siang Tidak pernah
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
4) Pola personal hygiene
Sebelum hamil Selama hamil
Mandi 2x/hari Frek mandi 2x/hari
Keramas 3x/minggu Frek keramas 3x/minggu
Sikat gigi 2x/hari Frek sikat gigi 2x/hari
Ganti baju 2x/hari Frek ganti baju 3x/hari

14. Riwayat Penggunaan Obat-obatan dan bahan lain


Ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum jamu-jamuan, tidak minum
minuman beralkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan.
113

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
2. Anthropometri
TB : 155 cm
BB sebelum hamil : 60 kg
BB selama hamil : 75 kg
Kenaikan BB : 15 kg
BB 60 60
2,4
IMT TB2(m) = 1,552 = = 25
0
Kategori : BB Lebih : 25 – 29,9 (William Obstetrics,
2006)
LILA : 29 cm
3. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 MmHg
Denyut Nadi : 81 x / menit
Pernafasan : 21 x / menit
Suhu : 36,50C
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada benjolan/nyeri tekan
b. Rambut : Hitam, kulit kepala bersih, tidak mudah rontok
c. Muka : Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum,tidak
ada oedema.
d. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
fungsi penglihatan normal
e. Hidung : Lubang simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada
sekret, fungsi penciuman baik
114

f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, bersih, tidak ada


benjolan
g. Mulut : Simetris, tidak sianosis, tidak ada stomatitis, tidak
adacaries gigi, tidak ada pembengkakan gusi
h. Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
peningkatan vena jugularis, fungsi menelan baik
i. Dada
Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka operasi di payudara,
puting susu menonjol
Palpasi : Tidak ada benjolan/nyeri tekan, kolostrum sudah
keluar, tidak ada retraksi dinding dada
Auskultasi : Bunyi jantung regular, bunyi paru vesikuler
j. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut memanjang, pembesaran sesuai usia
kehamilan, tidak ada bekas luka operasi,linea nigra
tidak ada, striae gravidarum ada.
Palpasi : TFU (Mc Donald): 32 cm
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri ibu
(Puki) dan teraba bagian bagian kecil di sebelah
kanan ibu (Ekstremitas).
Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting
Leopold IV : sudah masuk PAP (Divergent)
TBBA/TBJ : TFU – 11 (sudah masuk PAP) x 155
: 32 – 11 x 155 = 3.255 gram
Penurunan kepala : 4/5
Auskultasi : 145 x/menit
k. Ekstremitas Atas
CRT : < 2 detik
Edema : Tidak ada
115

Ekstremitas Bawah
CRT : < 2 detik
Edema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Refleks Patella : Ada (+/+)
l. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
m. Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Hb : 11,1gr/dl
2. HBsAG : Non Reaktif
3. IgG : Non Reaktif
4. IgM : Non Reaktif
6. Pemeriksaan Abdomen
DJJ : 145x / menit (reguler)
HIS : 2x dalam 10 menit lamanya 25 detik
Penurunan Kepala : 4/5
7. Inspeksi vagina : terlihat adanya keluar lendir bercampur
darah dan cairan dari jalan lahir ibu
8. Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal kaku
Pembukaan : (Belum ada pembukaan)
Ketuban : Negative (Jernih)
Presentasi : Kepala
Denominator : Ubun-ubun kecil kanan depan
Molase : Tidak ada
Penurunan kepala : Hodge II
Bagian menumbung : Tidak ada

III. ANALISA
G1P0A0 gravida aterm 40 minggu dengan KPD 12 jam
116

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan dalam tindakan sudah dilakukan.
2. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan
dan kondisinya saat ini bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik, serta
belum ada pembukaan.
Ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti mengenai hasil pemeriksaan
dan kondisinya saat ini.
3. Megajarkan ibu cara teknik relaksasi dengan tarik nafas dari hidung dan
buang nafas dari mulut saat ada kontraksi.
Ibu sudah mengerti dan dapat melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri agar lebih cepat untuk
penurunan kepalanya. Ibu mengerti dan mau melakukannya.
5. Memberitahukan ibu untuk minum teh manis dan makan coklat saat tidak
ada HIS, Ibu mengerti dan mau makan dan minum.
6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK, Ibu mengerti
7. Memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu agar ibu tetap tenang dan
semangat melewati proses persalinan.
8. Memberitahu ibu agar tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap
9. Melakukan pemasangan infus RL 20 TPM (sesuai advis dr. cindy
rianilda)
10. Melakukan pemantauan HIS,DJJ dan kemajuan persalian.
11. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan menggunakan
metode varney dengan SOAP.
117

CATATAN PERKEMBANGAN INTRANATAL CARE

PADA NY.S G1P0A0

Tanggal/jam Pengkajian : 13 Maret 2023 / 18.00 WIB


Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin Puskesmas Sukalarang
Nama Pengkaji : Ai Nuni Handayani
NIM : 21120A006

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa mules semakin sering dan di sertai keluar cairan
ketuban

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 MmHg
Denyut Nadi : 82 x / menit
Pernafasan : 22 x / menit
Suhu : 36,30C
3. Pemeriksaan Abdomen
DJJ : 143 x / menit (reguler)
HIS : 3x dalam 10 menit lamanya 35 detik
Penurunan Kepala : 3/5
4. Inspeksi vagina : Pengeluaran lendir darah serta air air
5. Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
118

Portio : Tipis lunak


Pembukaan : 3 Cm
Ketuban : Negatif
Presentasi : Kepala
Denominator : Ubun-ubun kecil depan
Molase : Tidak ada
Penurunan kepala : Hodge II
Bagian menumbung : Tidak ada

III.ANALISA
G1P0A0 Parturient aterm kala I fase laten dengan KPD 12 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memeberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwa
keadaan ibu dan janin baik, serta pembukaan cm.
2. Mengajarkan teknik relaksasi dengan cara mengatur nafas dan menarik
nafas dari hidung mengeluarkan dari mulut bila terasa mules dan
Memberikan sedikit pijatan pada punggung Ibu untuk mengurangi rasa
sakit.Ibu bisa dan melakukannya dengan baik dan merasa nyaman.
3. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK, ibu mengerti
dan dapat melakukannya.
4. Menganjurkan ibu miring kiri agar mempercepat penurunan kepala bayi.
5. Mempersilahkan keluarga untuk menemani Ibu untuk memberikan
dukungan mental.Ibu memilih suami dan ibunya untuk menemaninya.
6. Menyiapkan partus set serta perlengkapan Ibu dan bayi untuk persalinan.
Partus set, perlengkapan ibu dan bayi sudah siap.
7. Memantau DJJ, His, Nadi selama 30 menit sekali , dan kemajuan
persalinan setiap 4 jam sekali.
8. Mengobservasi kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan kesejahteraan
janin. Kemajuan persalinan baik, ibu termotivasi oleh suami.
119

9. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan menggunakan


metode varney dengan SOAP.

CATATAN PERKEMBANGAN
INPARTU KALA II FASE AKTIF

Tanggal/jam Pengkajian : 14 Maret 2023 / 02.00 WIB


Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD AL MULK
Nama Pengkaji : Ai Nuni Handayani
NIM : 21120A006

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mules semakin sering dan ingin mengedan.

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 MmHg
Denyut Nadi : 82 x / menit
Pernafasan : 21 x / menit
Suhu : 36,40C
3. Pemeriksaan Abdomen
DJJ : 140 x / menit (reguler)
HIS : 3x dalam 10 menit lamanya 30 detik
Penurunan Kepala : 1/5
4. Inspeksi vagina : Pengeluaran lendir darah serta air air
5. Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
120

Portio : Tidak teraba


Pembukaan : 10 Cm
Ketuban : Negatif
Presentasi : Kepala
Denominator : Ubun-ubun kecil depan
Molase : Tidak ada
Penurunan kepala : Hodge III+
Bagian menumbung : Tidak ada
6. Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 11,1gr/dl
b. HBsAG : Non Reaktif

III.ANALISA
G1P0A0 Parturient aterm kala II dengan KPD 12 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwa
keadaan ibu dan janin baik, serta pembukaan lengkap.
Ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2. Mengenali adanya gejala dan tanda kala II.
Terdapat gejala dan tanda kala II yaitu :
- Ibu mengatakan ada dorongan kuat untuk meneran
- Ibu mengatakan ada tekanan pada anus dan vagina
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan spingter ani tampak membuka
3. Memastikan kelengkapan peralatan untuk proses pertolongan persalinan,
alat-alat seperti partus set, hecting set, alat resusitasi serta obat-obatan
essensial. dan Mendekatkannya.
Peralatan sudah didekatkan dan siap untuk dipakai
4. Menyiapkan diri dan memakai APD yaitu celemek, memakai pelindung
kepala, masker dan sepatu boat.
121

APD telah di pakai.


5. Mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun di air mengalir
dan mengeringkan kedua tangan dengan handuk bersih.
Mencuci tangan 6 langkah sudah dilakukan.
6. Memakai sarung tangan DTT.
Sarung tangan telah dipakai.
7. Menyiapkan Oxytocin 10 IU dan memasukannya kedalam tabung
suntik/spuit 3 cc dan memasukannya kedalam partus set.
Oxytcin telah siap dan telah dimasaukkan kedalam partus set.
Ibu dan keluarga sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil
pemeriksaan.
8. Memberitahu ibu posisi-posisi melahirkan seperti setengah duduk,
jongkok, merangkak, miring kiri, dan membantu ibu untuk memilih
posisi persalinan yang aman dan nyaman.
Ibu memilih posisi melahirkan setengah duduk/semi fowler.
9. Memberi dukungan psikologis kepada ibu dengan mengelus pinggangnya
serta memberikan minum diantara his. Ibu mulai tampak tenang
menghadapi proses persalinannya.
Ibu tampak tenang dan semangat.
10. Mengajarkan ibu cara meneran yang efektif yaitu meneran saat ada mules
dengan mendorong ke arah perut seperti hendak BAB, posisi kedua
tangan menahan lipatan paha serta dagu ditempel ke dada dan mata
melihat ke arah perut.
Ibu mengerti dan dapat melakukan anjuran dengan baik.
11. Memimpin ibu untuk mengedan dengan baik.
Ibu dapat mengedan dengan baik.
12. Memberikan pujian pada ibu saat mengedan dengan baik.
Ibu nampak senang saat dipuji.
13. Menganjurkan ibu untuk relaksasi diantara his dan menganjurkan ibu
untuk minum.
Ibu minum teh manis ± 100 cc.
122

14. Memantau DJJ diantara 2 kontraksi.


DJJ normal 143x/menit.
15. Membuka tutup partus set.
Tutup partus set telah dibuka
16. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Sarung tangan telah di pakai dikedua tangan.
17. Dilakukan episiotomi pada jalan lahir di khawatirkan gawat janin.
18. Drip oxytocin 0,5 cc pada infus rl yang sudah terpasang 20 tpm.
19. Kepala bayi sudah tampak di vulva dengan diameter 5- 6 cm, kemudian
menggelar kain di atas perut ibu (2 helai kain) dan di bawah bokong ibu
yang di lipat 1/3.
Kain telah digelar dibawah bookong ibu dan diatas perut ibu.
20. Menolong persalinan secara APN, tangan kanan melindungi perineum
dengan dilapisi kain bersih dan kering untuk mencegah terjadinya
robekan di perineum, serta tangan kiri diposisikan di pubis ibu untuk
mencegah terjadinya defleksi maksimal kepala bayi. dan membantu
lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal.
Lahirlah kepala bayi berturut-turut mulai dari kepala, dahi, mata, hidung,
mulut, dagu dan leher.
21. Mengecek lilitan tali pusat. Tidak terdapat lilitan talipusat.
22. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar. Kepala melakukan
putaran paksi luar dan membantu melahirkan bahu dengan posisi tangan
biparietal, lahirlah bahu depan disusul bahu belakang.
Kedua bahu bayi telah lahir.
23. Melanjutkan kelahiran badan bayi dengan teknik sanggah susur. Lahirlah
lengan, badan, dan kaki bayi secara berurutan, bayi lahir spontan pukul
01.00 WIB. Melakukan penilaian selintas, bayi menangis spontan jenis
kelamin Perempuan warna kulit kemerahan, tonus otot bayi baik.
123

24. Menjepit tali pusat dengan umbilikal klem setelah 2 menit pasca
persalinan, sekitar 2 cm dari pusar bayi, serta mengurut tali pusat kearah
distal (ibu) dan menjepit kembali tali pusat sekitar 2 cm dari klem
pertama. Penjepitan tali pusat sudah dilakukan.
25. Melakukan penanganan pada bayi baru lahir, berupa meletakkan dan
mengeringkan bayi diatas perut ibu mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali telapak tangan serta mengganti kain basah dengan
kain kering dan memposisikan bayi dalam kondisi aman dibagian bawah
perut ibu.
26. Memposisikan bayi untuk melakukan IMD, bayi diletakkan tengkurap di
dada ibu minta ibu untuk mendekap bayinya, serta memakaikan topi dan
menyelimutinya dengan kain hangat bersama dengan ibu.
Prosedur sudah dilakukan, bayi sudah diletakkan di atas perut ibu untuk
melakukan inisiasi menyusu dini. IMD sedang dilakukan
124

CATATAN PERKEMBANGAN
INPARTU KALA III

Tanggal/jam Pengkajian : 14 Maret 2023/02.15 WIB


Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin Puskesmas Sukalarang
Nama Pengkaji : Ai Nuni Handayani
NIM : 21120A006

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa mules di sertai keluar darah dari jalan lahir

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Kontraksi : Baik
4. TFU : Setinggi pusat dan tidak teraba janin kedua
5. Kandung Kemih : Kosong
6. Vulva : Tampak tali pusat

III. ANALISA
P2A0 Parturient aterm kala III

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan manajemen aktif kala III :
a. memeriksa uterus dan memastikan tidak teraba janin kedua. Tidak
teraba janin kedua.
b. memberitahu ibu bahwa akan di suntik oxytosin 10 IU secara IM di
1/3 paha atas kanan bagian distal lateral satu menit setelah bayi lahir,
Oksitosin 10 IU telah diinjeksikan.
125

c. Memastikan adanya tanda-tanda pelepasan plasenta seperti semburan


darah, talipusat memanjang, uterus globuler. Ada tanda-tanda
pelepasan plasenta
d. Melakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT) yaitu
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva, setelah ada kontraksi, tangan kiri melakukan penekanan ke arah
dorsokranial, serta tangan kanan meregangkan tali pusat sejajar
dengan lantai, tali pusat memajang, Prosedur PTT telah dilakukan
plasenta lahir lengkap pukul 01.10 WIB.
e. Melakukan masase uterus hingga uerus berkontraksi dengan gerakan
melingkar pada fundus uteri dan menilai perdarahan pada jalan lahir.
Kontraksi uterus keras, TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan
±100cc.
f. Memeriksa kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap, selaput utuh,
kotiledon lengkap, panjang tali pusat 45 cm, diameter 2 cm.
Melakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada sisa plasenta yang
tertinggal, tidak terdapat sisa plasenta.
126

CATATAN PERKEMBANGAN
INPARTU KALA IV

Tanggal/jam Pengkajian : 14 Maret 2023 / 02:30 WIB


Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin Puskesmas Sukalarang
Nama Pengkaji : Ai Nuni Handayani
NIM : 21120A006

I. DATA SUBJEKTIF
ibu mengatakan masih merasa mulas dan sedikit lemas.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Denyut nadi : 81x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,6oC
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih, fungsi
penglihatan normal.
b. Payudara : Kolostrum sudah keluar, tidak ada benjolan.
c. Abdomen : setinggi pusat, kontraksi keras.
d. Pendarahan : ± 50 cc
e. Kandung kemih : Kosong

III. ANALISA
P2A0 inpartu kala IV
127

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memeriksa robekan jalan lahir dengan menggunakan kassa, Tindakan
sudah dilakukan dan tidak terdapat robekan pada jalan lahir.
2. Melakukan massase uterus untuk memastikan tidak ada perdarahan aktif,
Tindakan sudah dilakukan dan tidak ada perdarahan aktif.
3. Membersihkan ibu dan daerah sekitar ibu dengan menggunakan air DTT
dan memasukkan pakaian kotor ibu ke dalam plastik yang telah di
sediakan sebelumnya serta memasangkan pembalut yang sebelumnya
sudah disiapkan, Tindakan sudah dilakukan.
4. Membersihkan tempat tidur dengan menggunakan larutan klorin 0.5 %,
Tindakan sudah dilakukan.
5. Memastikan kenyamanan ibu :
a. Mengganti pakaian ibu dengan pakaian yang kering dan bersih,
Pakaian telah diganti dan ibu terlihat nyaman.
b. Menganjurkan kepada ibu untuk makan dan minum, Ibu mau makan
dan minum.
6. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti
miring kanan atau miring kiri atau ibu belajar untuk BAK di kamar mandi,
Ibu mengatakan akan mencoba melakukannya.
7. Memberikan terapi sesuai kolaborasi dokter:Amoxiciline (3x1) Asmef
(3x1), dan Vit A(1x1) Fe (1x1) serta memberitahukan kapan ibu harus
meminumnya, Tindakan sudah dilakukan dan ibu mengerti
8. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas yang
mungkin terjadi seperti perdarahan yang banyak, kontraksi uterus lembek,
sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, ibu lemas, suhu tubuh di atas
38 0C atau kurang dari 36,5 0C, dan menganjurkan ibu untuk segera
memanggil petugas kesehatan jika ibu mengalami tanda bahaya tersebut,
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
9. Membereskan alat-alat bekas pakai dan merendamnya pada larutan klorin
0,5% yang sudah disediakan selama 10 menit, serta membuang sampah
medis ke tempat sampah yang sudah disediakan atau ke dalam safety box
128

dan mencuci tangan 6 langkah, Semua alat-alat bekas pakai telah


didekontaminasikan, mencuci, dan melakukan DTT selama 20 menit.
10. Memantau tanda-tanda vital ibu yaitu tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi,
kandung kemih dan pendarahan setiap 15 menit sekali pada jam pertama
pasca persalinan dan 30 menit sekali pada jam ke 2 pasca persalinan,
Pemantauan dilakukan dan terlampir di partograf.
11. Melengkapi partograf dan melakukan pendokumentasian, Partograf telah
dilengkapi dan pendokumentasian telah dilakukan dalam bentuk SOAP.
129

3.2 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. I USIA 1 JAM


Tanggal/jam Pengkajian : 14 Maret 2023/02:00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas
Nama Pengkaji : Ai Nuni Handayani
NIM : 21120A006

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas/Biodata
a. Identitas Bayi
Nama bayi : By.Ny. S
Tanggal Lahir : 15 Maret 2023
Jam lahir : 02.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
b. Nama Orang Tua
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. R
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Kp.Cipanengah rt 02/02, Sindangsari, Lembur Situ,
Kota Sukabumi
2. Riwayat Kelahiran
a. Jenis Kelahiran : Normal
b. Penolong Kelahiran : Bidan
3. Riwayat Faktor Lain :
a. Faktor Lingkungan : Bayi tinggal di wilayah tidak padat penduduk
b. Faktor Genetik : Bayi tidak memiliki riwayat keturunan cacat
c. Faktor Sosial : Bayi akan dirawat oleh orangtuanya
d. Faktor Neonatal : Bayi lahir normal tidak ada kelainan
130

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Antropometri
Berat Badan : 2900 Gram
Panjang Badan : 49 Cm
Lingkar Kepala : 33 Cm
Lingkar Dada : 34 Cm
Lingkar Lila : 10 Cm
b. Refleks
Moro : + (positif)
Rotting : + (positif)
Swallowing : + (positif)
Graps : + (positif)
Sucking : + (positif)
Tonicneck : - (Negatif)
Plantar : + (positif)
Babinski : + (positif)
Galant : + (positif)
c. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,6 °C
Respirasi : 50 x / Menit
BJA : 143 x/ Menit
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ubun-Ubun : Datar
Caput Succadeneum : Tidak ada
Cephal Hematom : Tidak ada
Sutura (Molase ) : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada
Cekungan : Tidak ada
131

2) Mata
Bentuk : Simetris
Perdarahan Pada Kornea : Tidak Ada
Konjungtiva : Merah Muda (Tidak anemis)
Sklera : Putih (Tidak ikterik)
Tanda – Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelopak Mata : Terbuka
Refleks Glabella : (+) Positif
Refleks Blinking : (+) Positif
3) Hidung
Bentuk : Simetris
Lubang Hidung : Ada
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak Ada
4) Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir dan Langit-Langit : Ada, tidak terdapat
Labioskhizis dan labiopalato
Skhizis
Sumbing : Tidak
5) Telinga
Hubungan letak mata dan telinga : Simetris
Tanda-Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
6) Leher
Pembengkakan : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
7) Dada
Bentuk : Simetris
Putting : Ada
Pembesaran Mammae : Tidak Ada
132

Sekresi Mammae : Tidak Ada


Bunyi Nafas : Tidak ada Wheezing dan
tidak ada ronchi
Bunyi Jantung : Reguler
8) Perut
Bentuk : Simetris
Benjolan : Tidak Ada
Penonjolan talipusat saat menangis : Tidak Ada
Perdarahan talipusat : Tidak Ada
Keadaan tali pusat : Normal
9) Kulit
Warna : Kemerahan
Verniks : Ada
Perlukaan : Tidak Ada
Bercak Hitam : Tidak Ada
Lanugo : Tidak Ada
10) Punggung
Bentuk : Simetris
Pembengkakan / Cekungan : Tidak Ada
11) Ekstremitas
Atas
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap, 10 jari
CRT : < 2 Detik
Bawah
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap , 10 Jari
CRT : < 2 Detik
12) Genetalia
133

Miksi dalam 24 jam : Ya


Laki-Laki
Dua tertis dalam skrotum : Ya
Penis berlubang pada ujung : Ya
13) Anus
Anus Berlubang : Ya
Pengeluaran Mekonium dalam 24 jam : Ya
Warna Mekonium : Hijau

III. ANALISA
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 1 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan imformed consent kepada ibu dan keluarga untuk dilakukan
pemeriksaan kepada bayi ibu. Ibu menyetujui
2. Menghangatkan bayi dengan disimpan dibawah lampu sorot untuk
dilakukan pemeriksaan pada bayi
3. Membersihkan bayi dari verniks dengan menggunakan baby oil, Tindakan
sudah dilakukan dan bayi tampak bersih.
4. Melakukan pengukuran antropometri yaitu Berat Badan, Panjang Badan,
Lingkar Kepada, Lingkar Dada dan Lingkar Lengan Atas, Tindakan sudah
dilakukan dan hasil terlampir
5. Melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa kelengkapan anggota
tubuh bayi serta untuk memeriksa apakah ada kelainan yang dialami oleh
bayi atau tidak, Tindakan sudah dilakukan dan tidak ada kelainan yang
ditemukan.
6. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan
dan kondisi bayinya, Ibu mengerti dan mengetahui mengenai hasil
pemeriksaan dan kondisi bayinya.
7. Memakaikan baju serta menyelimutinya, Tindakan sudah dilakukan.
8. Melakukan pemeriksaan
134

9. DJA: 143 x/menit, Suhu: 36,5oC, Respirasi: 46 x/menit.


10. Memberitahukan kepada ibu bahwa bayi akan diberikan profilaksis yaitu
seperti salep mata untuk terjadinya infeksi dan akan menyuntikkan
vitamin K di paha kiri bayi untuk mencegah terjadinya perdarahan
intrakranial, Informasi sudah disampaikan dan ibu menyetujuinya.
11. Memberikan profilaksis yaitu salep mata (Clorampenicol 1%) di kedua
matanya dan menyuntikkan vitamin K1 (Phytomenadion 0,5 mL) di 1/3
paha kiri antero lateral secara IM, Profilaksis sudah diberikan.
12. Menjaga kehangatan bayi dengan menggunakan selimut bayi agar bayi
tetap terjaga kehangatannya, Tindakan sudah dilakukan dan bayi terlihat
nyaman.
13. Memberikan konseling kepada ibu tentang ASI eksklusif untuk bayi
sampai usia 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun, dan
menyusui bayi sesering mungkin minimal setiap 2 jam sekali, Ibu
mengerti dengan penjelasan Bidan.
14. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada
bayinya, seperti: kejang-kejang, panas, tali pusat kemerahan, berdarah dan
berbau, pergerakkan bayi tidak aktif, warna kulit kuning, bayi tidak mau
menetek, bayi menangis terus tidak seperti biasanya, muntah terus-
menerus, dan diare. Dan anjurkan ibu untuk segera memanggil Bidan bila
terdapat tanda-tanda bahaya pada bayinya, Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
15. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
135

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. S
USIA 10 JAM (KN 1 6-48 JAM)

Hari/tanggal : 16 Desember 2021


Waktu Pengkajian : 07.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas
Nama Pengkaji : Anisa

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat dan bayinya sudah BAB dan BAK

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,7°C
Respirasi : 47 x / Menit
BJA : 135 x/ Menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ubun-Ubun : Datar
Caput Succadeneum : Tidak ada
Cephal Hematom : Tidak ada
Sutura (Molase ) : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada
Cekungan : Tidak ada
2) Mata
Bentuk : Simetris
Perdarahan Pada Kornea : Tidak Ada
Konjungtiva : Merah Muda ( Tidak anemis )
Sklera : Putih (Tidak ikterik )
136

Tanda – Tanda Infeksi : Tidak Ada


Kelopak Mata : Terbuka
3) Hidung
Bentuk : Simetris
Lubang Hidung : Ada
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak Ada
4) Mulut
Bentuk : Simetris
Bibir dan Langit-Langit : Ada, tidak terdapat labioskhizis
Dan Palato Skhizis
Sumbing : Tidak
5) Telinga
Hubungan Letak Mata dan Telinga : Simetris
Tanda-Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelainan : Tidak Ada
6) Leher
Pembengkakan : Tidak Ada
Benjolan : Tidak Ada
7) Dada
Bentuk : Simetris
Putting : Ada
Pembesaran Mammae : Tidak Ada
Sekresi Mammae : Tidak Ada
Bunyi Nafas : Tidak ada Wheezing dan
tidak ada ronchi
Bunyi Jantung : Reguler
8) Perut
Bentuk : Simetris
Benjolan : Tidak Ada
Penonjolan talipusat saat menangis : Tidak Ada
Perdarahan talipusat : Tidak Ada
137

Keadaan tali pusat : Normal


9) Kulit
Warna : Kemerahan
Verniks : Ada
Perlukaan : Tidak Ada
Bercak Hitam : Tidak Ada
Lanugo : Tidak Ada
10) Punggung
Bentuk : Simetris
Pembengkakan / Cekungan : Tidak Ada
11) Ekstremitas
Atas
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap, 10 jari
CRT : < 2 Detik
Bawah
Bentuk : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah Jari : Lengkap , 10 Jari
CRT : < 2 Detik

III. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 10 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayinya
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengetahui tentang pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan DJA, Suhu dan Respirasi, Tindakan sudah
dilakukan dan hasil terlampirayinya.
138

3. Menanyakan kepada ibu apakah bayi sudah BAB atau BAK dan
menanyakan apakah bayi sering disusui, Ibu mengatakan bahwa bayinya
sudah BAB dan BAK serta bayi sering menyusu.
4. Memberitahukan kepada ibu untuk segera mengganti popok ketika sudah
terasa basah karena khawatir bayi akan kedinginan, Ibu mengatakan
bahwa ibu telah melakukannya .
5. Memberitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar, seperti: bersihkan
puting dengan air bersih sebelum menyusui atau oleskan daerah puting
dengan air susu terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi agar
puting tidak lecet. Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dari perut bayi
agar bayi tidak tersedak, posisi bayi tetap menghadap dan rapat diperut
ibu, dagu menyentuh payudara ibu, mulut terbuka lebar, bibir bawah bayi
melengkung keluar, pastikan sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi,
baik menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang berhenti
sesaat, sendawakan bayi setelah menyusui agar bayi tidak muntah atau
tidurkan bayi secara miring bila tidak bersendawa agar pada saat terjadi
muntah tidak akan tersedak. Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui
bayi dalam posisi yang benar agar mengurangi resiko puting lecet, Ibu
mengatakan bahwa ibu mengerti dengan penjelasan yang telah
disampaikan oleh bidan.
6. Memberikan konseling kepada ibu tentang ASI eksklusif untuk bayi
sampai usia 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun, dan
menyusui bayi sesering mungkin minimal setiap 2 jam sekali, Ibu
mengerti dan akan melakukannya.
7. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada
bayinya, seperti: kejang-kejang, panas, tali pusat kemerahan, berdarah dan
berbau, pergerakkan bayi tidak aktif, warna kulit kuning, bayi tidak mau
menetek, bayi menangis terus tidak seperti biasanya, muntah terus-
menerus, dan diare. Serta menganjurkan ibu untuk segera memanggil
bidan bila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayinya, Ibu mengerti dan
akan melakukannya.
139

8. Memberitahu tentang caea perawatan bayi baru lahir seperti memandikan


bayi, Ibu mengerti.
9. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pemberian ASI, anjurkan
ibu untuk memberikan bayinya hanya ASI hingga bayi usia 6 bulan, susui
bayi minimal 2-3 jam sekali, biarkan bayi menyusu. Ibu mengerti dan
akan melakukannya.
10. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk menjemur bayinya setiap
pagi bersamaan dengan ibu setelah dimandikan selama 10-20 menit. Ibu
dan keluarga mengerti dan akan melakukannya.
11. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntikan Hb0 guna untuk
mencegah penyakit Hepatitis B. ibu menyetujuinya
12. Menyuntikan Hb0 dipaha sebelah kanan 1/3 anterolateral. Hb0 disuntikan
13. Merapihkan dan menyelimuti bayi. Bayi terlihat nyaman
14. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
140

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


USIA 6 HARI (KN II 3-7 HARI)

Tanggal : 21 Desember 2021


Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
Nama Pengkaji : Anisa

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tali pusat bayinya sudah kering dan sudah terlepas, Ibu
mengatakan bayinya sering BAK dan BAB frekuensi BAK ± 5x/hari, dan
BAB ± 4x/hari, ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, tiap 2-3 jam sekali
bayinya menyusu dan ibu juga selalu menjemur bayinya setiap pagi bila
cuaca cerah.

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,7 °C
Respirasi : 43x/Menit
Nadi : 127x/Menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : tidak ada benjolan, tidak ada kelainan
2) Mata
Perdarahan Pada Kornea : Tidak Ada
Konjungtiva : Merah Muda (Tidak anemis)
Sklera : Putih (Tidak ikterik)
Tanda – Tanda Infeksi : Tidak Ada
Kelopak Mata : Terbuka
3) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
4) Mulut : Tidak ada tanda infeksi
141

5) Telinga : Tidak ada kelainan dan tidan ada tanda infeksi


6) Leher : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada benjolan
7) Dada
Bunyi Nafas : Tidak ada Wheezing dan
tidak ada ronchi
Bunyi Jantung : Reguler
1) Perut
Benjolan : tidak ada
Penonjolan talipusat saat menangis : tidak ada
Perdarahan talipusat : tidak ada
Keadaan tali pusat : belum kering
2) Kulit
Warna : kemerahan
Perlukaan : tidak ada
Bercak Hitam : tidak ada
3) Punggung
Pembengkakan / Cekungan : tidak ada
4) Ekstremitas
Atas
Gerakan : aktif
CRT : < 2 Detik
Bawah
Bentuk : simetris
Gerakan : aktif
CRT : < 2 Detik

III. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari
142

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayinya
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengetahui tentang pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan DJA, Suhu dan Respirasi, Tindakan sudah
dilakukan dan hasil terlampir.
3. Menanyakan kepada ibu apakah bayi sudah BAB atau BAK dan
menanyakan apakah bayi sering disusui, Ibu mengatakan bahwa bayinya
sudah BAB dan BAK serta bayi sering menyusu.
4. Memberitahukan kepada ibu untuk segera mengganti popok ketika sudah
terasa basah karena khawatir bayi akan kedinginan, Ibu mengatakan
bahwa ibu telah melakukannya .
5. Memberitahu ibu cara menyusui yang baik dan benar, seperti: bersihkan
puting dengan air bersih sebelum menyusui atau oleskan daerah puting
dengan air susu terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi agar
puting tidak lecet. Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dari perut bayi
agar bayi tidak tersedak, posisi bayi tetap menghadap dan rapat diperut
ibu, dagu menyentuh payudara ibu, mulut terbuka lebar, bibir bawah bayi
melengkung keluar, pastikan sebagian besar aerola masuk ke mulut bayi,
baik menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang berhenti
sesaat, sendawakan bayi setelah menyusui agar bayi tidak muntah atau
tidurkan bayi secara miring bila tidak bersendawa agar pada saat terjadi
muntah tidak akan tersedak. Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui
bayi dalam posisi yang benar agar mengurangi resiko puting lecet, Ibu
mengatakan bahwa ibu mengerti dengan penjelasan yang telah
disampaikan oleh bidan.
6. Memberikan konseling kepada ibu tentang ASI eksklusif untuk bayi
sampai usia 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan apapun, dan
menyusui bayi sesering mungkin minimal setiap 2 jam sekali, Ibu
mengerti dan akan melakukannya.
7. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada
bayinya, seperti: kejang-kejang, panas, tali pusat kemerahan, berdarah
143

dan berbau, pergerakkan bayi tidak aktif, warna kulit kuning, bayi tidak
mau menetek, bayi menangis terus tidak seperti biasanya, muntah terus-
menerus, dan diare. Serta menganjurkan ibu untuk segera memanggil
bidan bila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayinya, Ibu mengerti dan
akan melakukannya.
8. Memberitahu tentang cara perawatan bayi baru lahir seperti memandikan
bayi, Ibu mengerti.
9. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pemberian ASI, anjurkan
ibu untuk memberikan bayinya hanya ASI hingga bayi usia 6 bulan,
susui bayi minimal 2-3 jam sekali, biarkan bayi menyusu. Ibu mengerti
dan akan melakukannya.
10. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk menjemur bayinya setiap
pagi bersamaan dengan ibu setelah dimandikan selama 10-20 menit. Ibu
dan keluarga mengerti dan akan melakukannya.
11. Merapihkan dan menyelimuti bayi. Bayi terlihat nyaman.
144

3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PADA Ny.S P2A0


2 JAM POST PARTUM
Tanggal Pengkajian : 15 Desember 2021
Waktu Pengkjian : 23:00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas
Nama Pengkaji : Anisa
I. DATA SUBJEKTIF
1. Nama Orang Tua
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. R
Umur : 25 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Kp.cipanengah rt 02/02,sindangsari,lembur situ,kota
sukabumi
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan 2 jam yang lalu mengeluh mules masih
dirasa
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus Haid : 28 hari
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut / hari
Pembekuan : Tidak ada
Disminorhoe : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
145

b. Riwayat persalinan sekarang


Telah melahirkan di Poned Cireunghas, Bayi lahir spontan langsung
menangis kuat pukul 21.00 WIB. Warna kulit kemerahan, tonus otot
kuat, Jenis kelamin: Perempuan.
c. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelumnya pernah menggunakan KB suntik 3 bulan
selama 4 Tahun.
d. Riwayat Post Partum
BAK : 2 kali
BAB : Belum

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda- Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
b. Denyut Nadi : 80 x / menit.
c. Pernafasan : 20 x / menit
d. Suhu : 36,70C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka dan Mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
b. Payudara
 Pembesaran : Normal
 Bentuk : Simetris
 Areola : Normal
 Putting susu : Menonjol
 Kolostrum : Sudah Keluar
146

c. Abdomen
 TFU : 2 Jari dibawah pusat
 Kontraksi uterus : Keras
d. Genitalia
 Lokhea : Rubra
 Perineum : Ruptur
 Varises : Tidak ada
 Pendarahan : ± 50 cc
e. Jenis Obat-obatan yang didapat :
 Amoxicilin (3x1)
 Asmef (3x1)
 Fe (1x1)
 Vit A (1x1)

III. ANALISA
P2A0 postpartum 2 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dan menjelaskan mengenai kondisinya, Ibu mengetahui dan
mengerti mengenai hasil pemeriksaan dan kondisinya saat ini.
2. Menyarankan ibu untuk mulai belajar BAK ke kamar mandi, Ibu ke
kamar mandi dengan dibantu suaminya
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, Ibu mengerti dan
akan melakukan apa yang dianjurkan.
4. Memberitahu ibu penyebab rasa mulas karena proses mengecilnya atau
kembalinya Rahim ke bentuk semula sebelum hamil dan mengajarkan ibu
teknik relaksasi, ibu mengerti dan bisa melakukannya.
5. Melakukan vulva hygiene, vulva tampak bersih
147

6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.


Yaitu makanan dengan gizi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat,
mineral protein, zat besi, dan vitamin yang terdapat pada nasi, lauk pauk,
sayur, buah buahan dan susu. Minum sedikitnya 8 gelas/hari agar dapat
merangsang pengeluaran ASI, dan tidak ada pantangan makanan selama
menyusui, ibu mengerti apa yang disampaikan dan ibu makan bubur dan
minum.
7. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti
perdarahan hebat, nyeri perut bagian bawah, sembelit, nyeri pada saat
BAB, sakit kepala yang terus menerus, payudara kemerahan, panas,nyeri
uluhati demam tinggi, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama,
bengkak muka dan kaki. Memberitahukan kepada ibu untuk segera
memanggil petugas kesehatan apabila ibu mengalami salah satu tanda
bahaya tersebut, Ibu mengerti dan akan segera memanggil petugas
kesehatan apabila ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ketempat pelayanan
kesehatan terdekat
9. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
148

CATATAN PERKEMBANGAN
PADA Ny.S P2A0 10 JAM POST PARTUM (KF1 6JAM-3 HARI)

Hari/tanggal Pengkajian : 16 Desember 2021


Waktu Pengkajian : 07:00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas
Nama Pengkaji : Anisa

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sudah BAK ke kamar mandi sendiri dan tidak pusing
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus Haid : 28 hari
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut / hari
Pembekuan : Tidak ada
Disminorhoe : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Komplikasi Anak Nifas
Tanggal Usia Jenis Tempat
No Penolong BB
Partus kehamilan Persalinan persalinan Ibu Bayi JK PB ASI Penyulit
(gr)
1 2019 Aterm Spontan BPM - - Bidan P 3200 48 ya -
c. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelumnya pernah menggunakan KB suntik 3 bulan
selama 5 tahun
d. Riwayat Post Partum
BAK : 3 kali
BAB : 1 kali
149

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda- Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
b. Denyut Nadi : 83 x / menit.
c. Pernafasan : 22 x / menit
d. Suhu : 36,70C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Muka dan Mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
b. Payudara
 Pembesaran : Normal
 Bentuk : Simetris
 Areola : Normal
 Putting susu : Menonjol
 Kolostrum : Sudah Keluar
c. Abdomen
 TFU : 3 jari dibawah pusat
 Kontraksi uterus : Keras
d. Genitalia
 Lokhea : Rubra
 Perineum : Ruptur
 Varises : Tidak ada
 Pendarahan :-
150

4. Data penunjang:
Cek Labolatorium Nilai Labolatorium Nilai Rujukan
Hb 10,4 gr%
Leukosit 13.500/ul
Hematokrit 30%
Trmbosit 159,000

III. ANALISA
P2A0 post partum 10 jam

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dan menjelaskan mengenai kondisinya, Ibu mengetahui dan
mengerti mengenai hasil pemeriksaan dan kondisinya.
2. Menanyakan kepada ibu apa yang menjadi keluhan yang dirasakan saat ini
dan mengatasi keluhan yang ibu rasakan saat ini yaitu dengan ibu harus
sering menyusui bayinya karena hal itu menjadi salah satu pemicu
pengeluaran ASI. Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Bidan.
3. Menjelaskan kepada ibu perubahan-perubahan fisiologi pada masa nifas,
Ibu mengerti tentang perubahan yang ibu alami selama masa nifas.
4. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan kebersihan alat genetalianya
dengan cara mencuci dari atas ke bawah dengan menggunakan air bersih,
mengganti pembalut dan celana dalam minimal 2 kali sehari, Ibu akan
menjaga kebersihan diri terutama kebersihan organ kewanitaannya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, Ibu mengerti dan
akan melakukannya.
6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasinya.
Yaitu makanan dengan gizi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat,
mineral protein, zat besi, dan vitamin yang terdapat pada nasi, lauk pauk,
sayur, buah buahan dan susu. Minum sedikitnya 8 gelas/hari agar dapat
merangsang pengeluaran ASI, dan tidak ada pantangan makanan selama
menyusui, Ibu akan melakukan apa yang dianjurkan oleh Bidan.
151

7. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, tanpa


memberikan makanan tambahan apapun, Ibu akan berusaha memberikan
ASI Eksklusif.
8. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin, minimal
setiap 2 jam sekali, Ibu mengerti anjuran bidan dan mau melakukannya.
9. Mengingatkan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti
perdarahan hebat, nyeri perut bagian bawah, sembelit, nyeri pada saat
BAB, sakit kepala yang terus menerus, payudara bengkak, panas, demam
tinggi, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, bengkak muka
dan kaki. Memberitahukan kepada ibu untuk segera memanggil petugas
kesehatan apabila ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut, Ibu
mengingatnya.
10. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan. SOAP
terlampir.
152

CATATAN PERKEMBANGAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S P2A0
6 HARI POST PARTUM (KF II 4-28 HARI)

Hari/tanggal Pengkajian : 21 Desember 2021


Waktu Pengkajian : 09.10 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny.S
Nama Pengkaji : Anisa

I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan Utama
Ibu mengatakan maih merasa dan masih sedikit keluar darah.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan Umuum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Keadaan emosional : Stabil
4. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x / menit
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 36,5 oC
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Muka : tidak pucat, tidak ada oedema.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
b. Payudara
Inspeksi : simetris, bersih, puting menonjol.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, ASI
Keluar sedikit.
153

c. Abdomen
Palpasi : kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri tekan
TFU : 3 jari diatas simpisis, kandung kemih kosong,
d. Ekstremitas
Atas : turgor kulit baik, CRT kembali < 2 detik
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises,
CRT kembali <2 detik
e. Genitalia : vulva tidak ada kelainan, tidak ada hematom, tidak
edema, lochea sanguinolenta, tidak ada tanda infeksi.
f. Anus : tidak ada hemoroid

III. ANALISA
P2A0 Post Partum 6 hari

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dan mengetahui kondisi
ibu.
2. Memberikan konseling kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi pada masa
nifas yaitu makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung
karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah – buahan serta
menganjurkan ibu untuk memenuhi air minum pada ibu menyusui pada 6
bulan pertama adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua adalah 12
gelas sehari, Ibu mengerti dan akan memenuhi kebutuhan nutrisinya.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya. Ibu mengerti dan akan
tetap menyusui bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tidur yang cukup, Ibu mengerti dan
mau melakukannya.
5. Mengingatkan kembali tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan hebat,
nyeri perut bagian bawah, sembelit, nyeri pada saat BAB, sakit kepala
yang hebat, pandangan kabur, payudara kemerahan dan panas, demam
154

tinggi, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, bengkak muka
da kaki, dan lain-lain, Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan datang ke
petugas kesehatan apabila ditemukan salah satu dari tanda bahaya
tersebut.
6. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya
terutama pada vagina. Ibu mengerti dan akan selalu menjaga kebersihan
dirinya.
7. Memberikan penyuluhan tentang alat kontrasepsi serta memberikan
penjelasannya tentang alat kontrasepsi. Ibu mengatakan bahwa ibu ingin
memilih alat kontrasepsi suntik 3 bulan.
8. Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan, SOAP
terlampir.
BAB IV
PEMBAHASAN

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban


sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan
normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini
(Sarwono, 2018).
Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas tentang perkembangan
kasus yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada Ny. S usia 25 tahun dengan
kehamilan kedua, asuhan kebidanan yang diberikan meliputi persalinan,
postpartum dan bayi baru lahir serta KB. Keseluruhan asuhan kebidanan
terangkum dalam asuhan kebidanan asuhan kebidanan pada Ny. S di RSUD AL
MULK.
Asuhan kebidanan asuhan kebidanan dilaksanakan mulai tanggal 15
Desember 2021 sampai dengan 21 Desember 2021 di wilayah kerja di RSUD AL
MULK. Metode yang digunakan pada pengkajian pemeriksaan persalinan, nifas
dan bayi baru lahir serta KB menggunakan dengan langkah varney sebagai pola
berpikir dan pendokumentasian dengan metode SOAP.
Adapun hal yang akan diuraikan merupakan hasil analisis dengan cara
membandingkan teori yang sesuai dengan penanganan yang telah dilaksanakan
secara langsung selama penulis melakukan asuhan kebidanan ini.
4.1 Persalinan
4.1.1 Kala I
Pada hari Rabu, 15/Desember/2021 Pukul 14.00 WIB . Ny. S
datang dengan keluhan mules namun masih jarang pukul 10.00 WIB
dan keluar lendir dan darah dan air air sejak jam 05:00 WIB. Ibu
mengatakan keluar cairan berbau amis tanpa dirasa
Pada pemeriksaan di dapatkan hasil tekanan darah ibu 120/80
mmHg nadi 81 x/menit, respirasi 21x/menit dan suhu 36,5 dan
dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil yaitu v/v tidak ada

155
156

kelainan, portio tebal kaku, terdapat pembukaan 2 cm, ketuban (-)


dengan sisa ketuban Jernih, dengan presentasi kepala, penurunan 4/5
atau HII, dan tidak ada moulage.
KPD adalah dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, yaitu
bila ketuban pecah sebelum pembukaan pada primigravida kurang dari
3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm. Dalam keadaan normal
selaput ketuban pecah dalam proses persalinan (Cunnigham 2010;
Soewarto, 2010).
Pada catatan perkembangan kala I pukul 18.00 dilakukan
pemeriksaan dalam kembali, Pada pemeriksaan ibu 1di dapatkan hasil
tekanan darah 20/80 mmHg nadi 81 x/menit, respirasi 21x/menit dan
suhu 36,5 dan dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil, v/v
tidak ada kelainan, portio tebal kaku, terdapat pembukaan 3 cm,
ketuban (-) dengan sisa ketuban Jernih, dengan presentasi kepala,
denominator ubun ubun kecil depan, penurunan 3/5 atau HII, dan
tidak ada moulage.
Pada Ny s di dapatkan analisa G2P1A0 Gravida 37 Minggu
inpartu kala I fase laten dengan KPD 9 jam. Pada Ny S
penatalaksanaan yang diberikan yaitu pemasangan infus RL,
pemberian obat mencegah infeksi yaitu obat Amoxicillin berdasarkan
hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan teori dan kenyataan di
lapangan pada Ny S.
4.1.2 Kala II
Pada kala II kasus pada Ny S data subjektif yang didapatkan
adalah ibu mengatakan mulesnya semakin kuat, rasa ingin mengedan
dan sudah keluar air air dan data objektif dari kasus ini adalah ibu
tampak gelisah, kesadaran ibu composmentis pada bagian tangan kiri
ibu terpasang infus Rl polos, dari pemeriksaan tanda-tanda vital ibu
hasil pemeriksaan yang dapatkan TD : 120/80, denyut
nadi :82x/menit, suhu : 36,4 °C, pernafasan : 21 x/menit. DJJ 138
x/menit (reguler) his 3x10’35”. Pada pemeriksaan dalam didapatkan
157

hasil vulva/vagina : tidak ada kelainan portio : tidak teraba,


pembukaan : 10 cm, Ketuban negatif dengan sisa ketuban jernih,
dengan presentasi kepala, penurunan 2/5 atau HII+, dan tidak ada
moulage. Diagnosa yang dapat dibuat dari hasil pemeriksaan tersebut
adalah G2P1A0 Parturient aterm Kala II dengan KPD 16 jam.
Terlihat ibu seperti ingin meneran, tampak tekanan pada anus dan
perineum menonjol, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa Ketika saat memasuki Kala II, maka akan terlihat tanda gejala
Kala II yaitu terlihat dorongan ingin meneran pada ibu, tampak
tekanan pada anus dan perineum menonjol serta vulva membuka
(APN, 2017).
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu membantu ibu untuk
menentukan posisi yang nyaman dan aman, , ibu diposisikan setengah
duduk dan memastikan ibu merasa nyaman. Mengajarkan dan
membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif, dukung
dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai bantu ibu mengambil posisi yang nyaman
sesuai pilihannya yaitu setengah duduk, menganjurkan ibu untuk
beristirahat diantara kontraksi serta memberi dukungan dan semngat
untuk ibu. Hal sesuai dengan teori (APN, 2017).
Pada kasu Ny. S Kala II berlangsung 30 menit . Hal ini sesuai
dengan teori Sulistyawati (2010) Kala II ini dimulai dari pembukaan
lengkap sampai lahirnya bayi. Kala II biasanya akan berlangsung
selama 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Berdasarkan hal tersebut penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kenyataan dilapangan pada persalinan
kala II pada Ny S.
IV.1.3 Kala III
Setelah bayi lahir, maka penolong melakukan menejemen aktif
Kala III yaitu mengecek janin kedua, tidak didapatkan janin kedua.
Pemberian suntik oksitosin yang dilakukan dalam 1 menit pertama
158

setelah bayi lahir dan setelah dipastikan tidak ada bayi kedua
(undiagnosed twin) di dalam uterus. Suntikan oksitosin dengan dosis
10 unit diberikan secara Intra Muskular (IM) pada sepertiga bagian
atas paha kanan bagian luar. (Lusa, 2008). Setelah itu penolong
melakukan peregangan tali pusat terkendali sambil melakukan dorso
kranial. Plasenta lahir spontan pukul 21:10 WIB, penolong
melakukan massase fundus uteri, serta melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
Segera setelah plasenta lahir, lakukan massase fundus uteri dan
melakukan pemeriksaan plasenta untuk memastikan bahwa kotiledon
dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap. (Lusa, 2011). Pada kasus
NY. S plasenta lahir dalam keadaan lengkap, Setelah itu dipastikan
bahwa tidak ada sisa plasenta yang masih tertinggal, maka penolong
melakukan massase fundus uteri kembali untuk memastikan tidak ada
perdarahan aktif.
Kala III berlangsung selama 10 menit. Hal ini sesuai dengan
teori lepasnya plasenta berkisar antara 6-15 menit menit setelah bayi
lahir. (Sulistyawati, 2010). Sehingga tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
IV.1.4 Kala IV
Kala IV berlangsung pukul 21.10 WIB, yaitu dimulai setelah
plasenta lahir sampai 2 jam Postpartum. (Saifudin, dkk:2002).
Penolong melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir dengan
menggunakan kassa dan ditemukan robekan jalan lahir.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memastikan plasenta
telah dilahirkan lengkap, memastikan kontraksi uterus keras dan
kandung kemih kosong, membersihkan ibu dengan air DTT,
mengganti pakaiaan ibu, serta memakaikan ibu pembalut dan
memposisikan ibu kembali, mendekontaminasi alat-alat kedalam
larutan klorin 0,5% selama 15 menit. Memantau 2 jam postpartum
evaluasi keadaan umum, TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, serta
159

perdarahan harus dilakukan pemantauan 1 jam pertama setiap 15


menit dan pada 2 jam ke berikutnya setiap 30 menit.
Pada kasus NY. S Kala IV hal ini sesuai dengan teori yaitu
mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, bila
ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan. Setelah selesai penjahitan pada Ny.S maka dilakukan
asuhan sayang ibu dengan membersihkan ibu, membersihkan tempat
tidur ibu, mengganti pakaian ibu, menganjurkan ibu untuk makan dan
minum dan mengatur posisi yang ibu inginkan, hal ini sesuai dengan
teori (APN, 2017) membersihkan ibu dengan air DTT, membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah, membantu ibu memakaikan
pakaian bersih dan kering, pastikan ibu merasa nyaman,
menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makan yang
diinginkannya dan mendekontaminasi tempat persalinan dengan
larutan klorin 0,5% . Sesuai dengan teori pada Kala IV (Kala
pengawasan) dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.
Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca
persalinan yang paling sering terjadi pada 2 jam pertama
(Sulistyawati, 2010).
Berdasarkan hal tersebut penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kenyataan dilapangan pada persalinan
kala IV pada Ny S.

4.2 Bayi Baru Lahir


Pada pukul 21.00 WIB bayi lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, anus (+), dan tidak ada cacat bawaan, dengan BB 2900 gram dan PB
49 cm, lngkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm Bayi lahir dengan kulit
kemerahan, tonus otot baik dan menangis kuat pada usia kehamilan 38
Minggu dan termasuk kedalam bayi cukup bulan atau bayi aterm. Bayi aterm
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan
lahir 2500 – 4000 gram (Wiknjosastro, 2015).
160

4.2.1 1 jam pasca lahir


Bayi dilakukan pemeriksaan lanjut dan diberi Imunisasi
Hepatitis B (HB0) pada saat 6 jam setelah bayi lahir. Tidak ditemukan
ikterus patologis, pemberian ASI lancar. Ibu berencana akan
memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan tanpa
ditambah makanan pendamping.
Dan pada pemeriksaan bayi 1 jam didapatkan keadaan bayi baik
dan normal.
4.2.2 KN 1 ( 6-48 jam)
Pada tanggal 16 Desember 2021 dilakukan pemeriksaan yang
termasuk kedalam kunjungan pertama (KN 1) yaitu saat usia 10 jam
dengan hasil pemeriksaan yaitu keadaan bayi baik, tali pusat bersih
dan tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak terdapat tanda bahaya pada
bayi, bayi sudah BAB dan BAK dan BB : 2500 gram PB : 48 cm. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa bayi baru lahir normal berat badannya
yaitu 2500 – 4000 gram, panjang badan bayi yaitu 48 – 52 cm dan
pengeluaran mekonium, urine harus keluar dalam waktu 24 jam
pertama. (Prawihardjo, 2014).
4.2.3 KN 2 (3 – 7 hari)
Pada tanggal 21 Desember 2021 dilakukan kunjungan ke dua
yaitu usia 6 hari. Hasil pemeriksaan yaitu keadaan bayi baik, tali pusat
belum puput, tidak ada tanda bahaya pada bayi, pola eliminasi baik
dan tidak ada masalah serta proses menyusui berjalan lancar, BB:
2600 gram PB: 48 cm tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena 10
hari lahir berat badan bayi akan mengalami penurunan sekitar 10 – 15
% dari berat badan lahir. Hal ini sesuai dengan teori menurut
(Prawihardjo, 2014).
161

4.3 Nifas
Dalam perawatan masa nifas asuhan yang diberikan pada Ny. S sesuai
dengan program teknis yaitu 2 kali kunjungan untuk menilai status ibu dan
bayinya dan juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi (Depkes RI, 2017).
4.3.1 2 jam pasca bersalin
Dua jam pertama merupakan masa yang sangat berbahaya dan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadi komplikasi, maka
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan
didapatkan ibu dalam keadaan baik. Lochea yang keluar adalah
Lochea rubra berwarna merah berbau khas yang terjadi pada 1-3 hari
setelah persalinan pengeluaran pervaginam dapat berupa darah segar
yang bercampur dengan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks caseosa, lanugo dan mekonium (Wiknjosastro, 2015: 238).
4.3.2 KF 1 (6 jam – 3 hari)
Pada 11 jam pasca persalinan ibu sudah bisa BAK, hal ini
menunjukkan tidak terjadi trauma yang berlebihan pada jalan lahir dan
saluran kemih. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil,
yaitu keadaan umum baik, tanda-tanda vital normal TD: 120/80
mmHg, Nadi 83 kali/menit, Pernafasan 22 kali/menit, Suhu 36,7 C,
kontraksi uterus baik konsistensi keras, tinggi fundus uteri sepusat .
Setelah 2 jam postpartum ibu mulai melakukan mobilisasi dini seperti
miring kiri/kanan, duduk, bangun dari tempat tidur, sampai ibu sudah
dapat BAK ke kamar mandi. Hal ini sesuai dengan teori menurut
(Hanifah Wiknosastro, 2015) bahwa mobilisasi dini mempunyai
keuntungan melancarkan peredaran darah sehingga mempercepat
pengeluaran ASI. Dalam 1 hari postpartum ini dilakukan pemberian
ASI sedini mungkin sehingga mencapai kedekatan antara ibu dan
bayi. Hal ini sesuai dengan program kebijakan pemerintah (Depkes
RI, 2017).
162

4.3.3 KF 2 (4 – 28 hari)
Pada tanggal 21 Desember 2021 dilakukan kunjungan nifas
kedua yaitu 6 hari postpartum. Pada pemeriksaan keadaan umum ibu
baik, dan pada pemeriksaan tanda-tanda vital normal Tekanan darah
120/80 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Suhu 36,60 C, Pernafasan 19
kali/menit, tinggi fundus 3 jari diatas sympisis, hal ini sesuai dengan
teori bahwa 1 minggu TFU pertengahan pusat-sympisis (Fitramaya,
2010). dan lochea berwarna kekuningan berisi sedikit darah dan lebih
banyak serum (lochea sanguinolenta), hal ini sesuai dengan teori
bahwa pada hari ke 4-7 postpartum akan mengeluarkan lochea
sanguinolenta (Bahiyatun, 2014). Tujuan dari kunjungan ini untuk
memastikan involusi uterus berjalan normal dan tidak mengalami
penyulit. (Depkes RI, 2016).
Masa nifas Ny. S berlangsung normal seperti involusi uterus,
pengeluaran lochea dan pengeluaran ASI cukup. Asuhan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan ibu, adapun asuhan yang diberikan
adalah Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
Pemeriksaan lochea dan pengeluaran pervagina lainnya personal
hygine, gizi ibu menyusui, tanda-tanda bahaya masa nifas, perawatan
payudara dan keluarga berencana. Hal ini sesuai dengan teori,
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Ny. S
memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah masa nifas
selesai. Setelah di jelaskan berbagai jenis,cara kerja, keuntungn dan
kerugian dari KB, ibu memilih suntik KB 3 bulan sebagai alat
kontrasepsinya agar tidak mempengaruhi ASI ibu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pengkajian data subjektif yang dilakukan pada Ny S
didapatkan persalinan disertai KPD , Pada pengkajian nifas dan bayi
baru lahir tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi, karena
keadaan ibu dan bayi baik.
2. Berdasarkan pengkajian, pemeriksaan dan interpretasi data yang
dilakukan pada Ny S diagnosa yang didapatkan yaitu G2P1A0 Gravida
38 Minggu dengan dengan KPD. Berdasarkan diagnosa tersebut
tindakan segera terhadap Ny S sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Penatalaksanaan asuhan kebidanan yang di berikan pada Ny S sesuai
dengan kebutuhan Ny S dan SOP puskesmas dengan persalinan aterem ,
masa nifas dan bayi baru lahir tidak ditemukan adanya kesenjangan
sehingga evaluasi penyulit dapat teratasi dan tidak terjadi masalah
potensial
4. Pendokumentasian hasil dari asuhan kebidanan pada Ny S dengan
persalinan aterem sudah didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

5.2 Saran
1. Bagi NY. S
a. Semoga dengan adanya asuhan ini dapat meningkatkan pengetahuan
ibu di bidang kesehatan.
b. Diharapkan agar ibu mengikuti program keluarga berencana.
c. Diharapkan agar ibu tetap melakukan perawatan BBL, dan pemberian
ASI dengan baik
d. Diharapkan agar ibu tetap menjaga Personal Hygiene, dan
memperhatikan Nutrisi.

163
164

2. Bagi Mahasiswa
Agar lebih meningkatkan ilmu kebidanan yang dimiliki baik itu
dalam teori maupun praktek sehingga pada saat dilapangan telah siap
menjadi bidan yang profesional dan melakukan asuhan kebidanan sesuai
standar kebidanan.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan RSUD AL MULK sebagai salah satu fasilitas
kesehatan tetap mempertahankan kompetensi atau kualitas pelayanan
yang sudah sesuai dengan standar pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita Jakarta ; CV. Trans Info Media

Alisjahbana, Mutia.2008. Senam Nifas http://www.berbagisehat.com Diakses 5


April 2018

Cunningham, Mac Donald, Gant. 2010. Obstetri Williams. Edisi ke-18. dr.
Suyono dan dr. Hartono (Penerjemah). Jakarta : EGC.

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010).Asuhan Neonatus bayi dan Anak


Balita.Jakarta:Salemba Medika

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. 2017. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota
Sukabumi 2017

Hani, Umi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika

Hidayat, A, Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.


Yogyakarta : Salemba Medika

http://www.cendikia.com diakses pada tanggal 26 Januari 2018

http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/arsip/categories/MTEz/profile-
kesehatan diakses pada tanggal 5 Maret 2018

Irianto, Koes.2014.Pelayanan Keluarga Berencana Bandung : Alfabeta

Jitowiyono S. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Muha


Medika

Kemenkes RI. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak Jakarta : Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Kemenkes RI. 2021. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Kebidanan.


Jakarta: Depkes RI

Kemenkes. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPK-KR

Kemenkes. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta: Depkes RI
Kemenkes. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.
Jakarta: EGC

Mochtar Rustam, 2012. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta :


EGC.

Nurasiah,dkk , 2012 Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan PT Refika Aditama


Bandung

Prawirohardjo, Sarwono, 2010, Ilmu Kebidanan Yayasan Bina PustakaSarwono


Prawirohaardjo, Jakarta

RSUD R. Syamsudin SH. 2021. Panduan Praktik Klinis (PPK) Tata Laksana
Kasus. Sukabumi.

Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Sulistyawati, Ari. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika

Vivian Nanny. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.

WHO. 2010. Infant mortality. World Health Organization

Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan, edisi


ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :..........................................................................................
Umur : ..........................................................................................
Alamat : ..........................................................................................

Menyatakan bersedia untuk diberikan Asuhan Kebidanan oleh mahasiswi :


Nama : ANISA
NIM : 029B.A19.002

Dalam kegiatan Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan Persalinan, Nifas, Bayi


Baru Lahir dan KB PATOLOGIS oleh Mahasiswi Program Diploma III
Kebidanan Poltekes Yapkesbi Sukabumi, Tanpa ada paksaan dan secara
sukarela.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Sukabumi, Desember 2021


Mahasiswi, Responden

ANISA (......................................)
029B.A19.002 Nama Lengkap
DOKUMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Tanda-Tanda Bahaya Pada Ibu Nifas


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : Rumah Klien
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit, pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui dan memahami tentang tanda-tanda bahaya pada ibu nifas
termasuk infeksi dan perdarahan.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan, pasien dan keluarga pasien mampu:
a. Menyebutkan pengertian nifas
b. Menyebutkan pengertian tanda bahaya nifas
c. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam tanda bahaya nifas

3. Proses Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan perawat Kegiatan Metode
Kegiatan peserta
Pendahulua 2 1. Memberi Salam Menjawab
n menit 2. Menjelaskan cakupan salam,
materi dan berkenalan Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dan
diberikan penyuluhan memperhatika
tentang tanda-tanda n
bahaya nifas
Penyajian 8meni 1. Menyebutkan Mendengarkan ceramah
t pengertian nifas dan
2. Menyebutkan memperhatika
pengertian tanda bahaya n
nifas
3. Menyebutkan dan
menjelaskan macam-
macam tanda bahaya
nifas
Penutup 5meni Menutup pertemuan
t a. Memberikan Menjawab Diskusi
pertanyaan kepada Ceramah
pesrta Menjawab , Tanya,
b. Meminta klien atau Jawab
salah satu keluarga
untuk mereview materi
yang telah disampaikan Bertanya
c. Membuka sesi tanya
jawab jika masih ada
yang kurang jelas Memperhatika
d. Menyimpulkan materi n
yang diberikan
e. Mahasiswa
mengucapkan terima Menjawab
kasih
f. Salam penutup Menjawab
salam

4. Metode
 Ceramah
 Diskusi/Tanya –Jawab

5. Media
 leaflet
Lampiran Materi

“TANDA-TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS”

1. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yaitu
pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang berlangsung selama
kira-kira 6-12 minggu setelah kelahiran anak (Hutahaean, 2009; Sulistyawati,
2009).

2. Pengertian Tanda Bahaya Nifas


Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

3. Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah sebagai berikut:


a) Perdarahan pasca persalinan (postpartum)
Pengertian:
Perdarahan pasca persalinan (postpartum) adalah perdarahan yang
melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009). Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu:
1) Perdarahanpostpartum primer (Early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio placenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
2) Perdarahan postpartum sekunder (Late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam. Penyebab utamanya adalah sub involusi, infeksi
nifas dan sisa plasenta. Menurut Manuaba (2005), perdarahan
postpartum merupakan penyebab penting kematian maternal.
Faktor-faktor penyebab perdarahan postpartum adalah:
a. Paritas lebih dari 5
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu pertolongan kala uri
sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan
dengan tindakan paksa (Notoatmodjo, 2008).
Penanganan :
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infuse, transfuse darah,
pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan
dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).

b) Lochea yang berbau busuk


Pengertian :
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.Sedangkan lochea yang berbau busuk adalah sekret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang berupa cairan
seperti nanah yang berbau busuk (Prawirohardjo, 2007).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest.Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau
membrannya.Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan
perdarahan terlambat (Manuaba, 2008).
Penanganan :
Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus profilaksis,
pemberian antibiotik adekuat, pemberian uterotonika (oksitosin atau
metergin), dan tindakan definitif dengan kuretase dan dilakukan
pemeriksaan patologi-anatomik (Notoatmodjo, 2008).
c) Pengecilan rahim terganggu (Sub involusi uterus)
Pengertian :
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60
gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu
disebut sub involusi (Eny, 2009).
Faktor penyebab:
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7 – 10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest.Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau
membrannya.Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan
perdarahan terlambat (Manuaba, 2008).
Penanganan :
Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap
hari ditambah ergometrin per oral.Bila ada sisa plasenta lakukan
kuretase.Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo,
2005).
d) Nyeri pada perut dan pelvis
Pengertian :
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti peritonitis.Peritonitis adalah peradangan pada peritonium.
Faktor penyebab:
Peritonitis nifas bias terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika. Selanjutnya pada kemungkinan bahwa abses pada
sellulitis mengeluarkan nanahnya ke rongga paritonium dan menyebabkan
peritonitis (Prawirihardjo, 2007). Gejala klinik peritonoitis dibagi 2 yaitu :

(1) Peritonitisterbatas pada daerah pelvis


Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis
umum.Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum
tetap baik.Pada pelvio peritonitis bisa terdapat pertumbuhan abses
(Prawirohardjo, 2007).
(2) Peritonitis umum
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat
pathogen dan merupakan penyakit berat.Suhu meningkat menjadi
tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense
musculaire. Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan
facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi
(Prawirohardjo, 2007).
Penanganan :

Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang


infuse intravena, berikan kombinasi antibiotic sampai ibu tidak
demam selama 48 jam ( ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam,
ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24
jam, ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena setiap 8 jam)
(Pamilih, 2006).

e) Pusing dan lemas yang berlebihan

Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya


pada masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah tinggi (sistol
>140 mmHg dan diastole >110 mmHg).
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya,
dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya
asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol
<100 mmHg diastole <60 mmHg). Penanganan gejala tersebut adalah :
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
 Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
 Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya selama 40
hari pasca bersalin.
 Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitaminnya pada bayinya.
 Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

f) Suhu tubuh ibu > 380C


Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
baik antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam
rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal
itu adalah normal.

Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut


selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi.Infeksi nifas adalah keadaan
yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Mochtar, 2002). Penanganan umum bila terjadi demam :

a) Istirahat baring.
b) Rehidrasi peroral atau infuse.
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.
d) Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok
harus waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat
memburuk dengan cepat (Prawirohardjo, 2002).

g) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit


Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim
kelenjar payudara (mastitis).Mastitis bernanah dapat terjadi setelah
minggu pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu
ke 3 atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008).

Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri


dan takikardia.Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih
hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri
(Prawirohardjo, 2008). Penanganan utama mastitis adalah :

a) Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu


bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan
terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.
b) Susukan bayi sesering mungkin.
c) Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.
d) Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.
e) Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) untuk
mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa agar
nanah dapat keluar terus.

h) Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)


Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan
perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa
lelah yang dirasakan, selain itu juga karena perubahan fisik dan emosional
selama beberapa bulan kehamilan (Eny, 2009). Gejala-gejala baby blues
antara lain:

a) Menangis.
b) Mengalami perubahan perasaan.
c) Cemas.
d) Kesepian.
e) Khawatir mengenai sang bayi.
f) Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan
menjadi seorang ibu.
Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,
pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk
pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (Manuaba, 2008).

i) Depresi masa nifas (depresi postpartum)


Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius.Hal ini
disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum
kelahiran anaknya ini.Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang
ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009). Gejala-gejala depresi
masa nifas adalah:

a) Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.


b) Nafsu makan hilang.
c) Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
d) Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
e) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
f) Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
g) Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h) Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar.
Definisi kerusakan jaringan atau sistem tubuh 8. Merasa sedih atau tidak mampu
Nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah bahkan dapat menimbulkan kematian mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- sendiri
alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6-8 minggu.

TANDA-TANDA BAHAYA MASA


NIFAS??

1. Perdarahan Lewat jalan lahir

APA YANG DI MAKSUD TANDA BAHAYA 2. Lochea yang berbau busuk (bau dari
BILA ADA SALAH SATU TANDA BAHAYA
NIFAS? vagina)
TERSEBUT, HAL YANG HARUS
3. Nyeri pada perut dan pelvis
DILAKUKAN ADALAH:
Suatu keadaan gawat darurat setelah 4. Pusing dan lemas yang berlebihan
proses persalinan yang membutuhkan 5. Demam, Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
SEGERA HUBUNGI TENAGA
penanganan secara khusus oleh tenaga 6. Bengkak pada wajah, tangan dan kaki
KESEHATAN
kesehatan, karena jika tidak dilakukan 7. Penyulit dalam Menyusui (Payudara
(BIDAN/DOKTER)
tindakan segera akan mengakibatkan Bengkak, berwarna kemerahan dan
sakit puting susu)
TETAP TENANG DAN TIDAK BINGUNG
BILA MERASA MULAS, BERNAFAS
TANDA BAHAYA IBU NIFAS
PANJANG.

BERNAFAS MELALUI HIDUNG DAN


MENGELUARKAN MELALUI MULUT
UNTUK MENGURANGI RASA SAKIT

Oleh:
ANISA
029B.A19.002

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBISUKABUMI
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KELUARGA BERENCANA
Pokok Bahasan : Keluarga Berencana
Sub Bahasan  : KB
Penyuluh  : ANISA
Hari Tanggal  : 08 januari 2022
Waktu   : 15 Menit
Tempat : Rumah Ny. S

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, dan mengatur interval
diantara kelahiran.
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Kontrasepsisuntikan ialah suatu cara kontrasepsi wanita yang diberikan
melalui suntikan.
Pengendalian kehamilan yaitu pengaturan jumlah anak yang dikandung
atau lahir. Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan.
Jadi, Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan jumlah keluarga.
Pembatasan bisa dilakukan dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan sebagainya.

B. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Ibu mengetahui macam-macam metode kontrasepsi
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
a. Ibu mengetahui pengertian KB
b. Ibu mengetahui manfaat KB
c. Ibu mengetahui macam-macam metode alat kontrasepsi
C. STRATEGI
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.

D. MEDIA
1. Leaflet.

E. KEGIATAN
No Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi
.

1. Pembukaan 2 menit  Mengucap salam Menjawab salam,


 Memperkenalkan diri mendengarkan

2. Isi 10 menit  Menjelaskan tentang Mendengarkan


pengertian KB dan
 Menjelaskan manfaat memperhatikan.
KB
 Menjelaskan tentang
macam-macam metode
KB
 Tanya jawab
4. Penutup 3 menit  Menyimpulkan hasil menjawab salam.
penyuluhan.
 Memberi saran-saran.
 Memberi salam
KB PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan
kehamilan, atau salah satu usaha untuk membantu keluarga termasuk individu
merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik sehingga dapat mencapai
keluarga berkualitas.

MACAM-MACAM METODE KONTRASEPSI


1. Metode Alami dalam Kontrasepsi
a. Koitus Interuptus (Sanggama Terputus)
Metode ini dapat mencegah terjadinya pembuahan yang berujung
pada kehamilan. 
1) Pengertian
Coitus Interruptus dapat diartikan sebagai senggama terputus atau
dalam artian penis dikeluarkan dari vagina sesaat seblum ejakulasi
terjadi. Membutuhkan partisipasi yang besar dari pasangan Anda.
2) Cara kerja
Dengan cara ini diharapkan cairan sperma tidak akan masuk kedalam
rahim serta mengecilkan kemungkinan bertemunya sperma dengan sel
telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan.
3) Keuntungan
a) Murah
b) Tidak perlu repot-repot datang ke tenaga kesehatan
c) Bisa digunakan oleh ibu yang mempunyai tekanan darah tinggi
4) Kerugian
Faktor kegagalan cukup tinggi jika pasangan tidak bisa bekerja sama
dengan baik
b. Sistem Kelender (Pantang Berkala/ogino-knaus)
Metode ini disebut juga dengan The Rhythm Method. Jika cara ini
jadi pilihan maka pengetahuan kita tentang masa subur atau fertility
awareness harus tinggi. Kita harus mengetahui dengan tepat masa subur
atau saat yang paling memungkinkan kita mengalami kehamilan.
Bila kita emang ingin menunda kehamilan, maka pada saat tubuh
memasuki masa subur tundalah keinginan berhubungan intim dengan
pasangan. Atau kita tetap melakukan hubungan seksual tapi menggunakan
kondom.
c. Metode Amenore Laktasi
1) Pengertian
Metode kontrasepsi yang digunakan dengan cara menyusui
bayinya secara eksklusif selama 6bln tanpa tambahan makanan
apapun dengan syarat ibu belum kembali kesuburannya (menstruasi)
2) Efektifitas
Efektifitas MAL mencapai 98%
3) Cara Kerja
Cara kerja dari MAL yaitu menghambat ovulasi
4) Syarat yang boleh menggunakan MAL
a) Klien yang belum mendapatkan haid setelah melahirkan
b) Umur bayi kurang dari 6 bulan
c) Menyusui Eksklusif
5) Keuntungan
a) Murah
b) Tidak perlu repot-repot datang ke tenaga kesehatan
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Tidak mengganggu produksi ASI
6) Kerugian
a) Tidak bisa digunakan bila klien bekerja / berpisah dengan bayinya
lebih dari 6 jam
b) Tidak bisa mencegah dari PMS (Penyakit Menular Seksual)
2. Metode Perlindungan (Barrier) 
a. Kondom
1) Pengertian
Kondom digunakan pada fenis pria untuk mencegah sperma bertemu
sel telur ketika terjadiejakulasi. 
2) Efektivitas
Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan
benar. 
3) Cara Kerja
Mencegah masuknya sperma ke alat kelamin wanita sampai ke ovum
4) Keuntungan
a) Mudah digunakan
b) Tidak membutuhkan bantuan medis untuk memakai.
c) Bisa menlindungi dari PMS
d) Mudah didapat
e) Tidak Merepotkan
5) Kerugian
Kegagalan terjadi jika kondom bocor, robek
6) Efek Samping
a) Kondom dapat tertinggal di dalam alat kelamin ibu
b) Ibu bisa mengeluh keputihan yang banyak dan berbau
c) Terjadi infeksi ringan
b. IUD (Intrauterine Device) = AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 
1) Pengertian
Teknik kontrasepsi ini adalah dengan cara memasukkan alat yang
terbuat dari tembaga kedalam rahim.
2) Cara Kerja
Menimbulkan reaksi keradangan lokal dalam endometrium kavum
uteri sehingga menghambat terjadinya penempelan sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim.
IUD diduga juga menghambat motilitas tuba sehingga memaksa
sperma "berenang" melawan arus.
3) Efektifitas
Efektivitasnya bisa mencapai 98%, layaknya seperti pil, IUD juga
mudah mengembalikan kesuburan Anda.
4) Keuntungan
a) Bisa digunakan untuk metode jangka panjang
b) Bisa digunakan untuk klien yang mempunyai tekanan darah tinggi
c) Tidak mengganggu produksi ASI
5) Kerugian
a) Mengganggu hubungan seksual
b) Harus datang ke tenaga kesehatan untuk memasang, melepas, dan
kontrol
c) Mahal
d) Tidak bisa mencegah dari PMS
6) Efek Samping
a) Amenorhea
b) Spoting / perdarahan bercak
c) Nyeri

3. Metode Hormonal
a. Pil KB
1) Jenis pil dan Pengertian
a) Minipil yaitu alat kontrasepsi jenis pil yang hanya mengandung
hormon progesteron cocok untuk ibu menyusui
b) Pil Kombinasi yaitu alat kontrasepsi yang mengandung hormon
estrogen dan progesteron.
2) Cara Kerja
a) mencegah pelepasan sel telur
b) mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu dengan sel
telur
3) Efektifitas
Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%) bila
digunakan dengan tepat dan secara teratur. 
4) Keuntungan
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Kesuburan cepat kembali
c) Membuat menstruasi teratur, 
d) Mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. 
5) Kerugian
a) Bisa menambah/mengurangi berat badan
b) Harus selalu mengingat-ingat minum pil
c) Tidak bisa mencegah dari PMS
6) Efek Samping
a) Mual, muntah
b) Amenorhea
c) Spotting

b. Suntik KB
1) Pengertian
Alat kontrasepsi suntik yang hanya mengandung hormon progesteron
yang diberikan setiap 3 bulan sekali/12 minggu sekali.
2) Cara Kerja
a) mencegah pelepasan sel telur
b) mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu dengan sel
telur
3) Efektifitas
Efektifitasnya tinggi sekitar 99% bila digunakan secara teratur
4) Keuntungan
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Cocok digunakan bagi klien yang pelupa (lupa minum pil)
5) Kerugian
a) Kesuburan lama kembali
b) Tidak melindungi dari PMS
c) Tidak boleh digunakan untuk wanita perokok
d) Kegemukan
6) Efek Samping
a) Amenorhea
b) Spotting

c. Susuk KB Implant/susuk KB
1) Pengertian
Alat kontrasepsi dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah kulit
pada bagian tangan yang dilakukan oleh dokter Anda.
2) Cara Kerja
a) Mengentalkan lendir serviks
b) Mengurangi proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
c) Menekan ovulasi
3) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
4) Jenis Implan
a) Norplant : terdiri dari 6 batang dan lama kerja 5 tahun
b) Implanont : terdiri dari 1 batang lama kerja 3 tahun
c) Indoplant dan Jadena : terdiri dari 2 batang dengan lama kerja 3
tahun.

5) Keuntungan
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) kesuburan cepat kembali
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
6) Kerugian
a) Membutuhkan tindakan insisi
b) Tidak melindungi dari PMS
c) Tidak dapat menghentikan pemakaian sendiri
7) Efek Samping
i) Amenorhea
j) Spotting
k) Ekspulsi
l) Infeksi pada daerah insisi

4. Metode Kontrasepsi Permanen (Kontrasepsi Mantap/ KONTAP)


a. Sterilisasi
1) Pengertian
Saluran telur pada wanita disumbat dengan cara diikat,
dipotong atau dilaser. Sterilisasi pada wanita ini juga bisa dilakukan
dengan pengangkatan rahim.
2) Cara kontrasepsi ini bersifat permanent.
Sedangkan pada kaum pria, sterilisasi dilakukan dengan cara
memotong saluran sperma. 
Jika kita ingin jalani kontrasepsi ini, sebaiknya usia anak
bungsu Anda telah melewati masa balita. hal ini sekedar berjaga-jaga
jika suatu saat Anda masih berniat untuk hamil kembali.
Apa Itu KB ? SUNTIKAN PIL
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha Suntik KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk Pil KB adalah alat kontrasepsi yang diugn untuk
mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan wanita yang mampu melindungi seorang ibu mencegah terjadinya kehamilan mengandung
nasehat perkawinan dan penjarangan kehamilan terhadap kemungkinan hamil. hormon estrogen dan progesterone.
dengan pemberian alat kontrasepsi.

Tujuan KB :
1. Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
2. Menjarangkan kehamilan
3. Membatasai jumlah anak

Sasaran KB: Cara  Kerja  Suntik KB ? Cara kerja  :


1. Ibu yang menderita penyakit menahun Sama dengan cara kerja KB Suntik.
1.     Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur
2. Usia ibu yang menderita penyakit menahun wanita.
3. Pasangan usia subur dari 20 tahun atau lebih2.     Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga Cara pemakaian :
dari 30 tahun Pil KB diminum pada hari pertama haid  sesudah
spermatozoa/sel mani tidak dapat masuk ke dalam
4. Riwayat persalinan yang buruk makan malam, selanjutnya diminum setiap hari
rahim.
5. Keguguran berulang kali sesuai petunjuk.
3.     Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap
untuk pembuahan dan kehamilan.
Manfaat KB Bagi Ibu :     4.     Menghambat pematangan dan pelepasan sel telur Keuntungan :
1. Perbaikan kesehatan - Sangat efektif
2. Peningkatan kesehatan Keuntungan : - Menyebabkan sedikit gangguan pada haid.
3. Waktu yang cukup untuk mengasuh anak 1.     Praktis, efektif, aman dan relatif murah. - Mengurangi resiko terhadap kanker ovarium
4. Waktu yang cukup untuk istirahat 2.     Tidak mempengaruhi produksi ASI, sehingga dan kanker rahim.
5. Menikmati waktu luang sangat cocok digunakan bagi ibu-ibu yang sedang
6. Dapat melakukan kegiatan lain menyusui. Kerugian :
- Sakit kepala
Manfaat KB Bagi anak :    Kerugian : - Mual
 Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat -         Gangguan hamil - Perubahan BB
 Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan -         Pusing  dan sakit kepala - Melunaknya buah dada
makanan yang cukup -         Perubahan BB - Perubahan aliran haid
 Perencanaan kesempatan pendidikan lebih -         Perubahan libido - Perubahan libido
baik -         Jerawat
-         Depresi
-         Keputihan
KONDOM KONTRASEPSI IMPLAN ALAT KONTRASEPSI
Suatu karet tipis, berwarna atau tidak berwarna, metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian KELUARGA BERENCANA
dipakai untuk menutupi penis yang ereksi sebelum subdermal, yang hanya mengandung progestin
dimasukkan ke dalam vagina sehingga sperma dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan
tertampung di dalamnya. reversibel untuk wanita
Keuntungan:
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5
tahun)
c. Pengembalian kesuburan yang cepat
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Tidak mengganggu kegiatan sanggama
f. Tidak mengganggu ASI
Keuntungan :
g. Klien hanya kembali ke klinik bila ada
 Murah, mudah didapat
keluhan
 Dapat dipakai sendiri
h. Dapat dicabut setiap saat
 Efek samping tidak ada
i. Mengurangi jumlah darah haid
Kerugian :
Kerugian:
 Sedikit mengganggu
a. Nyeri kepala
 Selalu harus pakai kondom baru
b. Peningkatan berat badan
 Harus ada persediaan
c. Jerawat OLEH :
d. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
(nervousness) ANISA
AKDR e. Membutuhkan tindak pembedahan minor
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi untuk insersi dan pencabutan.
banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi f. Tidak memberikan efek protektif terhadap
yang terbaik infeksi menular seksual termasuk AIDS.
g. Klien tidak dapat menghentikan sendiri
pemakaian kontrasepsi.

SUDAHKAN ANDA MENJADI ASEPTOR


KB..???
PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

Topik : Tanda Bahaya pada BBL


Hari/Tanggal : 08 Januari 2022
Jam : 12:45 WIB
Waktu : 10 Menit
Tempat : RSUD AL MULK
Penyuluh : ANISA

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta diharapkan dapat mengetahui
tanda - tanda bahaya pada bayi baru lahir

B. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan, peserta dapat:
1. Memahami tentang tanda - tanda bahaya bayi baru lahir
2. Membawa bayi segera ketenaga kesehatan bila terjadi dari tanda -
tanda bahaya bayi baru lahir

C. Media
Leaflet

D. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu

Pembukaan -     Mengucapkan salam -     Menjawab salam


(1 menit)
-     Menyampaikan -     Mendengarkan
tujuan

Inti Isi materi


penyuluhan
(5 menit)
1. Menjelaskan
          Mendengarkan
tentang pengertian
bayi baru lahir
2. Menjelaskan
          Mendengarkan
pengertian tanda -
tanda bahaya bayi
baru lahir
  Memperhatikan
3. Menjelaskan tanda
- tanda bahaya
pada bayi baru
lahir
Penutup 1. Tanya jawab -     Mengajukan pertanyaan
2. Mengakhiri
(4 menit) -     Menjawab
penyuluhan
3. Salam -

Menjawab salam
Lampiran Materi

TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

A. Pengertian Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram dan telah
mampu hidup di luar kandungan (Ibrahim Kristina S. 1984. Perawatan
Kebidanan jilid II,Bandung).
B.  Pengertian Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah
pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.
C.  Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali
kegawatan pada bayi baru (neonatus):
1. Bayi tidak mau menyusu
Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu.
Seperti yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi
bayi, jika bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya akan
berkurang dan ini akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi
tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin
justru dalam kondisi dehidrasi berat.
2. Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda
perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang
terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari
demamnya, selalu sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis
anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam kondisi
demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan
lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.
3. Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah.
Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari
diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia
dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang
dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda
wajib waspada. Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika
bayi kita merintih terus menerus walau sudah diberi ASI atau sudah
dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda
infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah
jaga tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air
hangat dan biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi
tidak untuk dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah
kering baru anda tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di
apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang
atau lebih perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar
membuat bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang
dingin atau pakaian yang basah.
8. Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya
infeksi yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi
dengan kapas dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau
bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun
jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥
14 hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki
bahkan tinja bayi berwarna kuning maka anda harus
mengkonsultasikan hal tersebut pada dokter.
D. Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya
Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi akut
perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di kamar
bersalin) :
1. Tidak bernafas
2. Sesak nafas
3. Sianosis sentral (kulit biru)
4. Bayi berat lahir rendah (BBLR) < 2500 gram
5. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c)
6.  Kejang
E. Kondisi perlu tindakan awal
1. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama)
2. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
F. Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan
segera (oleh tenaga di kamar bersalin):
1. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah
kelahiran bayi
2. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai
TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru


lahir dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda
ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi
lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat
perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal
bayi baru lahir dengan tanda ini adalah
stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih
buruk.  Warna kulit
Infeksi
Kuning (terutama pada 24 jam), biru atau pucat,
Suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan
Pernafasan memar.
(nanah), bau busuk, pernafasan sulit.
Sulit atau lebih dari 60 kali permenit.

Tinja/kemih
Tidak buang air besar dalam 3 hari, tidak
Kehangatan Pemberian ASI
berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, ada
Terlalu panas lebih dari 38oC atau terlalu dingin Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel,
lender atau darah pada tinja.
kurang dari 36oC. banyak muntah.
TANDA BAHAYA
BAYI BARU LAHIR

Aktivitas
menggigil, menangis yang tidak biasa, rewel,
lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang halus,
tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.

Oleh:
ANISA
029B.A19.002

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBISUKABUMI
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ASI EKSKLUSIF
Pokok Bahasan : Laktasi
Sub Bahasan  : ASI Eksklusif
Penyuluh  : ANISAH
Hari Tanggal  : 14 JANUARI 2022
Waktu   : 10 Menit
Tempat : Rumah NY. S

A. Tujuan Penyuluhan Umum ( TPU )


Setelah di berikan penyuluhan, ibu diharapkan dapat memberikan
bayinya ASI saja tanpa makanan apapun selama 6 bulan pertama dan ibu
mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif.

B. Tujuan Penyuluhan Khusus ( TPK )


1. Ibu mengetahui pengertian ASI Eksklusif.
2. Ibu mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif.
3. Ibu mengetahui keunggulan ASI Eksklusif.
4. Ibu mengetahui komposisi ASI.
5. Ibu mengetahui cara memperbanyak ASI.
6. Ibu mengetahui tanda bayi cukup ASI.

C. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
D. Media
Leaflet
E. Kegiatan
No Materi Kegiatan
1 Pembukaan (1 menit) 1. Membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam.
2. Menjelaskan tujuan umum dan tujuan
khusus pertemuan kali ini.
3. Menyampaikan waktu / kontrak
waktu yang akan digunakakan
2 Penyuluhan (4 menit) 1. Menjelaskan tentang ASI Eksklusif.
2. Menjelaskan tentang Manfaat ASI.
3. Menjelaskan keunggulan ASI
4. Menjelaskan kandungan ASI.
5. Menjelaskan cara memperbanyak ASI
6. Menjelaskan tanda bayi cukup ASI.
3 Tanya jawab dan evaluasi 1. Menjawab pertanyaan dari peserta.
(4 menit) 2. Memberikan soal secara lisan kepada
peserta untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman peserta pada
penyuluhan yang diberikan.
4 Penutup (1 menit) Mengucapkan terima kasih atas segala
perhatian peserta.
Mengucapkan salam penutup.

F. Evaluasi
1. Ibu mampu menjelaskan kembali pengertian Asi Ekslusif dengan benar
2. Ibu mampu menjelaskan kembali manfaat dari ASI Eksklusif.
3. Ibu mampu menjelaskan kembali keunggulan ASI Eksklusif.
4. Ibu mampu menyebutkan kembali tentang komposisi ASI.
5. Ibu dapat menyebutkan beberapa cara memperbanyak ASI.
6. Ibu mampu menyebutkan tanda bayi cukup ASI
G. Materi

ASI EKSKLUSIF

A. Pengertian ASI Eksklusif


ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-
garam organis yang disekresi oleh kedua buah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bayi.
ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sebagai
bahan makanan pokok. ASI ekslusif diberikan pada bayi sejak umur 0 – 6
bulan hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lainnya termasuk
susu formula, air gula, madu, air putih atau makanan tambahan apapun,
kecuali vitamin, mineral dan obat.

B. Manfaat ASI Eksklusif


1. Manfaat ASI bagi ibu
a) Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim
berkontraksi sehingga dapat mempercepat proses pemulihan rahim.
b) Menyusui (ASI) dapat membakar kalori sehingga membantu
penurunan berat badan lebih cepat.
c) Mencegah perdarahan setelah persalinan sehingga kecil kemungkinan
ibu akan mengalami anemia.
d) Sebagai bentuk mencurahkan kasih sayang kepada bayi dan
memperkuat ikatan batin ibu dan anak.
e) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
f) Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan (dapat
digunakan sebagai KB alami/MAL).
2. Manfaat ASI bagi Bayi
a) ASI mudah dicerna oleh bayi.
b) Jarang menyebabkan konstipasi, alergi, infeksi lambung dan usus.
c) ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh
bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.
d) ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
e) Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang
diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang
lebih cerdas. Hal ini diduga karena ASI mengandung DHA/AA. Hal
ini ditunjukkan anak-anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ
(Intellectual Quotient) lebih rendah tujuh sampai delapan poin
dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI eksklusif.
f) Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan akan menurunkan
resiko sakit jantung saat dewasa.
g) ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian
bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian
bayi mendadak.
3. Bagi keluarga
a) Mudah dalam proses pemberiannya (tidak perlu persiapan khusus)
b) Mengurangi biaya rumah tangga
c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat
biaya untuk berobat
4. Bagi Negara
a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan
b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
c) ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan infeksi sehingga
akan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

C. Keunggulan ASI
1) Murah, mudah dan ramah lingkungan
2) Ekonomis dan praktis, dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3) Tidak akan pernah basi (mempunyai suhu yang tepat), aman dan dapat
diberikan langsung.
4) Kemungkinan tersedak sangat kecil karena bentuk payudara yang
sedemikian rupa.
5) Mengandung semua zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi
6) ASI mengandung zat penolak (antibody) yang dapat melindung bayi dari
berbagai penyakit infeksi
7) Tidak menimbulkan alergi bagi bayi
8) Sebagai perantara hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
9) Membantu pertumbuhan gizi lebih baik
10) Mudah dicerna oleh bayi (tidak memberatkan fungsi saluran cerna dan
ginjal)

D. Kandungan ASI
1. Laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam
usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat
untuk:
a) Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
c) Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
d) Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
2. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
3. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
4. ASI memiliki kandungan yang dibutuhkan oleh bayi seperti :
a) Protein yang mengandung asam amino esensial, taurin yang tinggi
untuk pertumbuhan mata.
b) Karbohidrat
c) Lemak
Lemak ASI berfungsi sebagai sumber kalori, sumber vitamin, sumber
asam lemak esensial.
d) Mineral. ASI mengandung mineral yang lengkap sampai umur 6
bulan.
e) Air. Sekitar 88% dari ASI terdiri dari air yang berfungsi untuk
meredakan rasa haus untuk melarutkan zat-zat yang ada didalamnya.
f) Vitamin
Vitamin dalam ASI lengkap diantaranya vitamin A, D, C.
g) Kalori

E. Tanda Bayi Cukup ASI


1. Bayi tampak puas dan tertidur lelap setelah menyusu.
2. Adanya pertambahan berat badan bayi yang cukup signifikan.
3. Bayi sering menyusu, setiap 2-3 jam, minimal 8-12 kali menyusu dalam
sehari.
4. Ibu mendengar bayi menelan susu dan terkadang melihat susu di ujung
mulutnya.
5. Bayi terlihat sehat dan aktif.
6. Bayi pipis 7-8 kali setiap hari.
7. Ibu merasakan payudaranya ada perubahan, tegang dan merasakan aliran
deras saat menyusui
8. Setelah menyusui, payudara ibu akan kosong.
Air Susu IBU ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan b. Jarang menyebabkan konstipasi, alergi,
(ASI) Eksklusif kepada bayi sebagai bahan makanan pokok. ASI infeksi lambung dan usus
ekslusif diberikan pada bayi sejak umur 0 – 6 c. ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan
bulan hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tubuh)
tambahan lainnya termasuk susu formula, air d. ASI dapat mencegah karies karena
gula, madu, air putih atau makanan tambahan mengandung mineral selenium
apapun, kecuali vitamin, mineral dan obat. e. ASI mengandung DHA/AA akan menjadi
dewasa yang lebih cerdas
Manfaat ASI Eksklusif
f. ASI eksklusif sampai 6 bulan akan
1. Ibu menurunkan resiko sakit jantung saat
a. mempercepat proses pemulihan rahim dewasa
b. penurunan berat badan lebih cepat g. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi
c. Mencegah perdarahan saluran nafas bagian bawah, infeksi
d. memperkuat ikatan batin ibu dan anak saluran kencing, dan juga menurunkan
e. Mengurangi kemungkinan kanker resiko kematian bayi mendadak
payudara dan ovarium 3. Keluarga

Oleh: f. dapat digunakan sebagai KB alami/MAL a. Mudah dalam proses pemberiannya

ANISA 2. Bayi b. Mengurangi biaya

029B.A19.002 a. ASI mudah dicerna oleh bayi c. Bayi jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat

Keunggulan ASI
Program Studi DIII Kebidanan
Politeknik Kesehatan Yapkesbi Sukabumi 11) Murah, mudah dan ramah lingkungan

2021
12) Ekonomis dan praktis, dapat diberikan k) Mineral. ASI mengandung mineral yang g. Posisi ibu dan bayi pastikan dalam kondisi
dimana saja dan kapan saja. lengkap sampai umur 6 bulan. yang benar setiap kali menyusui.
13) Tidak akan pernah basi l) Air. Sekitar 88% dari ASI terdiri dari air
Tanda Bayi Cukup ASI
14) Kemungkinan tersedak sangat kecil karena yang berfungsi untuk meredakan rasa
bentuk payudara yang sedemikian rupa. haus untuk melarutkan zat-zat yang ada 9. Bayi tampak puas dan tertidur lelap setelah
15) Mengandung semua zat gizi berkualitas didalamnya. menyusu.
tinggi yang berguna untuk pertumbuhan m) Vitamin 10. Adanya pertambahan berat badan bayi yang
dan perkembangan kecerdasan bayi Vitamin dalam ASI lengkap diantaranya cukup signifikan.
16) ASI mengandung zat penolak (antibody) vitamin A, D, C 11. Bayi sering menyusu, setiap 2-3 jam,
yang dapat melindung bayi dari berbagai n) Kalori minimal 8-12 kali menyusu dalam sehari.
penyakit infeksi 12. Ibu mendengar bayi menelan susu dan
Cara Memperbanyak ASI
17) Sebagai perantara hubungan kasih sayang terkadang melihat susu di ujung mulutnya.
antara ibu dan bayi a. Tingkatkan frekuensi menyusui atau 13. Bayi terlihat sehat dan aktif.
memompa/memeras ASI. 14. Bayi pipis 7-8 kali setiap hari.
Kandungan ASI
b. Ibu harus dalam keadaan rileks 15. Ibu merasakan payudaranya ada perubahan,
h) Protein yang mengandung asam amino c. Hindari pemberian susu formula tegang dan merasakan aliran deras saat
esensial, taurin yang tinggi untuk d. Hindari penggunaan dot, empeng dan menyusui
pertumbuhan mata. sejenisnya. 16. Setelah menyusui, payudara ibu akan
i) Karbohidrat e. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan kosong.
j) Lemak: sebagai sumber kalori, sumber bergizi, buah-buahan, sayur dan susu.
vitamin, sumber asam lemak esensial. f. Lakukan perawatan payudara, pemijatan Terimakasih
payudara dan kompres air hangat dan air
dingin bergantian.
Semoga
Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai