1
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada
Wanita Usia Subur Dengan Flour Albus di Puskesmas Kutawaringin Kabupaten
Bandung Tahun 2023 “yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas stase
Remaja, Pranikah dan Prakonsepsi Profesi Kebidanan di Institut Kesehatan
Rajawali Bandung. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan penulisan laporan ini sangat penulis harapkan.
Dalam penulisan laporan ini telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan rendah hati
penulis menyampaikan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M,. M.Keb. selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
3. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb. selaku Penanggung Jawab Program Studi
Pendidikan Profesi Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung
4. Iga Retia Mufti., S.S.T., Bd., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan laporan ini sampai menjadi
lebih baik.
5. Bidan Puskesmas Kutawaringin selaku pembimbing praktik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik.
ii
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat, berguna, dan berkah,
semoga ketulusan doa dan seluruh bantuan yang telah diberikan untuk
keterlaksanaanya laporan ini kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Aamiin Ya Rabbal’Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penuisan ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Konsep Wanita Usia Subur..................................................................... 4
2.1.1 Definisi Wanita Usia Subur ........................................................... 4
2.1.2 Tujuan Perawatan Pada Wanita Usia Subur .................................. 4
2.1.3 Asuhan Pada Wanita Usia Subur ................................................... 5
2.2 Konsep Flour Albus (Keputihan) ........................................................... 6
2.2.1 Definisi Flour Albus (Keputihan) .................................................. 6
2.2.2 Patofisiologi Flour Albus (Keputihan) ......................................... 6
2.2.3 Jenis Flour Albus (Keputihan) ....................................................... 7
2.2.4 Gejala Flour Albus (Keputihan) .................................................... 8
2.2.5 Faktor Penyebab Flour Albus (Keputihan) .................................... 9
2.2.6 Cara Pencegahan Flour Albus (Keputihan) ................................... 10
BAB III LAPORAN KASUS ......................................................................... 12
3.1 Data Subjektif ......................................................................................... 12
3.2 Data Objektif .......................................................................................... 14
3.3 Analisa .................................................................................................... 15
3.4 Penatalaksanaan ...................................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
(Rahayu dkk, 2015) menunjukkan vulva hygiene sangat mempengaruhi
terjadinya keputihan. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan organ
reproduksi dengan melakukan tindakan higienis termasuk mencuci organ
intim dengan air bersih, menjaga kelembaban organ intim dan tidak
menggunakan pembalut yang wangi merupakan tindakan vulva hygiene yang
sangat mempengaruhi terjadinya keputihan pada wanita usia subur.
Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada wanita usia subur dengan Flour
Albus di Puskesmas Kutawaringin Kabupaten Bandung Tahun 2023”
2
4. Melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada Wanita Usia
Subur Dengan Flour Albus di Puskesmas Kutawaringin Kabupaten
Bandung
5. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Wanita
Usia Subur Dengan Flour Albus di Puskesmas Kutawaringin Kabupaten
Bandung
6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Wanita
Usia Subur Dengan Flour Albus di Puskesmas Kutawaringin Kabupaten
Bandung
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
j. Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular di
kemudian hariKonseling Prakonsepsi
2.1.3 Asuhan Pada Wanita Usia Subur
Menurut laporan WHO pada tahun 2014, asuhan kesehatan
prakonsepsi merupakan asuhan kesehatan bagi laki-laki dan perempuan yang
diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan profesional lainnya yang
fokusnya pada upaya untuk memiliki anak yang sehat dimana dengan asuhan
tersebut dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi
(Anggraeny & Arisetiningsih, 2017: 8). Delapan puluh lima persen wanita
mengalami gangguan mood atau suasana hati setelah melahirkan dimana hal
ini dapat mempengaruhi banyak hal, termasuk respons atau penerimaan
terhadap bayi baru lahir. Para ibu yang belum siap atau tidak merencanakan
kehamilan terlebih dahulu (prakonsepsi) sebagian besar ibu akan mengalami
baby blues, sedangkan kurang lebih 10-15% mengalami depresi pasca
persalinan atau dikenal sebagai postpartum depression (Saleha, 2009).
Menurut CDC (2006) dalam buku Anggraeny & Arisetiningsih
(2017: 9-11) mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan prakonsepsi, yaitu:
a. Kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur (terjadwal)
b. Pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi dan kehamilan seperti
skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat, pengkajian
konsumsi alkohol, dan riwayat penyakit
c. Pemberian konseling terkait modifikasi kebiasaan individu
5
memberikan pendidikan kepada perempuan tentang kesiapan kehamilan dan
melahirkan. Konseling prakonsepsi dapat menurunkan mortalitas neonatus
yang diduga karena meningkatnya antenatal care dan suplementasi zat besi
maupun asam folat (Bhutta dan Lassi, 2015)
6
wanita akan menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan
patologis yang ditandai dengan gatal, berbau, dan berwarna kuning kehijauan
(Marhaeni, 2016).
2.2.3 Jenis Flour Albus (Keputihan)
Menurut Marhaeni (2016), Keputihan dapat dibedakan menjadi dua
jenis keputihan, yaitu: keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal
(patologis).
1. Keputihan Normal
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi,
pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi. Keputihan yang
fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi peningkatan
vaskularisasi dari endometrium yang menyebabkan endometrium menjadi
sembab. Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum sehingga
mensekresikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan (Benson RC,
2009).
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang
berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang
jarang. Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening,
kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai dengan
keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit
(Hanifa Wiknjosastro, 2007).
2. Keputihan Abnormal
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan
penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksual). Ciri-ciri
keputihan patologis adalah terdapat banyak leukosit, jumlahnya banyak,
timbul terus menerus, warnanya berubah seperti kuning, hijau, abu-abu,
dan menyerupai susu, disertai dengan keluhan gatal, panas, dan nyeri serta
berbau apek, amis, dan busuk (Daili, Fahmi S dkk, 2009).
7
Perempuan yang mengalami keputihan patologis umumnya
mempunyai keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada organ
kelamin, panas dan perih ketika buang air kecil, dan nyeri pada perut
bagian bawah. Keputihan patologis kemungkinan disebabkan oleh infeksi
atau peradangan yang mungkin disebabkan oleh penyakit menular seksual,
gejala keganasan pada organ reproduksi, adanya benda asing dalam uterus
atau vagina (Citrawathi, 2014)
Kekambuhan vaginosis bakteri setelah perawatan adalah umum
dan dapat ditingkatkan dengan praktik kebersihan pribadi, seperti
douching vagina, yang mengganggu flora normal vagina. Vaginosis
bakteri juga dapat dikaitkan dengan IMS bersamaan, umumnya
Trichomonas vaginalis. Vaginosis bakteri dikaitkan dengan infeksi
panggul setelah aborsi yang diinduksi dan pada kehamilan dengan
persalinan prematur dan bayi berat lahir rendah. Trikomoniasis kurang
umum di negara-negara kaya tetapi mencapai tingkat tinggi (sering 10-
20%) di antara perempuan miskin di negara-negara berkembang serta di
antara perempuan kurang beruntung di negara-negara kaya.
2.2.4 Gejala Flour Albus (Keputihan)
Menurut Wira & Kusumawardani (2011), pada keadaan normal
cairan yang keluar dari vagina merupakan gabungan dari cairan yang
dikeluarkan oleh kelenjar yang ada di sekitar vagina seperti kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, kelenjar bartholin, kelenjar pada serviks atau mulut rahim.
1. Keputihan Fisiologis
Terdapat beberapa gejala keputihan fisiologis, yaitu:
1) Cairan vagina akan tampak jernih, kadang tampak putih keruh sampai
kekuningan ketika mengering di pakaian dalam
2) Sifat cairan yang dikeluarkan tidak iritatif sehingga tidak menyebabkan
gatal, tidak terdapat darah, tidak berbau, dan memiliki pH 3,5 sampai
4,5 sifat asam ini yang merupakan salah satu mekanisme pertahanan
terhadap kuman yang menyebabkan penyakit
8
3) Keputihan normal akan tampak seperti cairan putih jernih, sedikit
lengket, tidak gatal dan dan tidak berbau
2. Keputihan Abnormal (Patologis)
Adapun gejala keputihan abnormal yaitu:
1) Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih
kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer
atau kental, lengket dan kadang-kadang berbusa
2) Mengeluarkan bau yang menyengat
3) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta
dapat mengakibatkan iritasi pada vagina
4) Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang berbahaya
seperti HIV, Herpes, Candyloma
2.2.5 Faktor Penyebab Flour Albus (Keputihan)
Menurut Dinata (2018), faktor penyebab keputihan secara umum meliputi:
1. Hormon tubuh sedang tidak seimbang
2. Rusaknya keseimbangan biologis dan keasaman vagina
3. Gejala dari suatu penyakit tertentu
4. Kelelahan
5. Mengalami stress
6. Kurang menjaga kebersihan vagina
7. Sering memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan, sehabis buang
air kecil dan buang air besar
8. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis, sehingga
berkeringat dan memudahkan timbulnya jamur
9. Sering menggunakan toilet umum yang kotor
10. Jarang mengganti pembalut
11. Kebiasaan membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari arah anus ke
arah atas menuju vagina
12. Sering membasuh vagina bagian dalam
13. Sering menggaruk vagina
14. Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain
9
15. Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
16. Tidak menjalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah olah
raga, tidur kurang)
17. Lingkungan sanitasi yang kotor
18. Kadar gula darah tinggi (penyakit kencing manis)
19. Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang
menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat
20. Sering berganti pasangan dalam berhubungan intim
2.2.6 Cara Pencegahan Flour Albus (Keputihan)
Keputihan yang fisiologis dapat berubah menjadi patologis, namun
hal tersebut dapat dicegah dengan personal hygiene yang benar. Salah satu
cara pencegahan terjadinya keputihan yaitu :
1. Jaga kebersihan vagina
Menjaga kebersihan vagina merupakan hal yang paling penting untuk
mencegah keputihan akibat infeksi berbagai bakteri. Membersihkan
vagina dengan sabun mandi akan mengganggu keseimbangan pH. Kadar
pH normal pada vagina adalah sekitar 3,8 -4,5 sedangkan sabun mandi
biasa cenderung memiliki pH sekitar 7-8. Setiap wanita memiliki tingkat
sensitive yang berbeda pada vaginanya, ada wanita yang tidak masalah
jika memakai sabun mandi biasa untuk membersihkan vagina, namun ada
yang mengalami iritasi dan alergi jika memakai sabun biasa.
Sebuah hal normal jika vagina memiliki aroma, karena aroma pada
vagina dapat berubah-ubah sesuai dengan siklus reproduksi yang terjadi,
sehingga tidak bisa di tetapkan bahwa vagina yang mengeluarkan bau
dianggap terjadi infeksi. Disaat siklus menstruasi berlangsung, vagina
lebih sering dibersihkan dan diganti pembalut sesering mungkin, hal ini
bertujuan menjaga kebersihan dan kelembapan vagina. Seka vagina
dengan tisu bersih, dari bagian depan ke belakang (arah vagina ke anus).
Hal ini untuk menghindari bakteri yang ada di sekitar anus berpindah ke
vagina
10
2. Ganti pakaian dalam
Mengganti pakaian dalam setidaknya 2 hingga 3 kali dalam sehari dapat
membantu menjaga kebersihan vagina. Dengan cara ini, menghindarkan
bakteri tinggal di vagina dan juga dapat menurunkan aroma yang tidak
sedap pada vagina. Pemakaian bahan pakaian dalam yang salah dapat
menjadi salah satu faktor risiko vagina terkena infeksi bakteri. Pakaian
dalam yang berbahan katun memudahkan vagina untuk bernafas.
Kurangi pemakaian celana ketat seperti jeans yang dapat membuat
vagina mudah iritasi.
3. Melakukan hubungan seksual yang aman
Banyak penyakit seksual yang diakibatkan oleh bakteri yang tertular
ketika melakukan hubungan seksual, seperti klamidia, gonorhea, herpes
genitalia, sifilis dan HIV. Penyakit-penyakit menular seksual dapat
dikenali dengan gejala keputihan patologis.
4. Pemeriksaan serviks rutin
Wanita yang berusia 25-64 tahun dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan serviks secara rutin. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeteksi apakah terdapat perubahan abnormal pada leher rahim dan
jika ada dapat dideteksi dari awal. Hal ini juga dapat mendeteksi kanker
leher rahim pada wanita. Keputihan patologis juga merupakan gejala
yang menyertai kondisi abnormal disekitar leher rahim.
5. Mengonsumsi makanan yang sehat
Makanan sangat berpengaruh pada kesehatan, termasuk kesehatan
vagina. Mengkonsumsi makanan yang sehat dan cairan yang cukup,
dapat menjaga kesehatan reproduksi sekaligus mencegah keputihan yang
tidak normal. (vestine, 2019)
11
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA WANITA USIA SUBUR DENGAN
FLOUR ALBUS DI PUSKESMAS KUTAWARINGIN
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2023
B. Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal : 22-05-2023 Pukul 09.00 wib
2. Alasan Kunjungan : Ingin melakukan imunisasi TT calon
pengantin dan konsultasi perihal keluhan
yang di alami
3. Keluhan-keluhan
Nn.L datang ke puskesmas, selain akan melakukan imunisasi TT calon
pengantin, Nn.L juga mengeluh keputihan sejak 2 bulan yang lalu.
Keputihan yang dialami yaitu sebelum menstruasi dan saat stress.
Keputihan berbentuk bening dan encer, tidak berbau hanya sedikit gatal.
12
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarch : usia 12 tahun
b. Siklus : 30 hari
c. Lamanya : 5-7 hari
d. Banyaknya : 2-3x/hari ganti pembalut
e. Konsistensi : cair
f. Dysmenorrhea : tidak pernah
5. Pola Sehari-hari
No Pola sehari-hari Kegitan
1. Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 2-3 kali/hari
Jenis makanan Nasi, lauk, sayur
Makanan pantangan Tidak ada
b. Minum
Jenis minum Air putih
Frekuensi 8-10 gelas/hari
2. Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 5-6 kali/hari
b. BAB
Frekuensi 1 kali/hari
Konsistensi Lembek
Warna Kuning feses
4. Personal Hygiene
Mandi 2 kali/hari
Gosok gigi 2 kali/hari
Keramas 3 kali/minggu
Perawatan vulva Hyigene Tidak pernah
6. Riwayat Imunisasi TT
Baru melakukan imunisasi TT1
13
7. Riwayat penyakit ibu dan keluarga
Nn.L mengatakan bahwa ibu dan keluarga tidak pernah memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti : asma, jantung, diabetes, dll serta
tidak pernah memiliki riwayat penyakit menular seperti :
hepatitis,TBC, dan tidak pernah memiliki riwayat penyakit menular
seksual.
8. Riwayat Sosial
Nn.L mengatakan tidak ada kepercayaan tertentu yang dilakukan saat
terjadi keluhan seperti keputihan
14
B. Pemeriksaan penunjang
Tidak melakukan pemeriksaan penunjang
3.3 ANALISA
Diagnosa : Nn.L Usia 20 tahun dengan flour albus (keputihan)
Masalah : flour albus (keputihan) normal
Kebutuhan :
1. Konseling tentang personal hygiene
2. Konseling tentang nutrisi dan pola hidup
Diagnosa potensial : tidak ada
Identifikasi kebutuhan segera : tidak ada
3.4 PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Nn.L dalam keadaan tidak baik ;
Nn.L mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan imunisasi TT1 calon pengantin ; Nn.L bersedia dan mengatakan
sudah siap untuk di imunisasi
3. Memberikan konseling kapan kunjungan ulang untuk dilakukan imunisasi
kembali ; Nn.L tahu kapan harus melakukan kunjungan ulang
4. Menjelaskan tentang perbedaan antara keputihan normal atau abnormal,
keputihan normal itu keputihan seperti yang dialami Nn.L saat ini berbau
tidak busuk, warna putih bening dan cair. Keputihan yang abnormal itu
keputihan yang berbau busuk warna kuning hingga kehijauan, jumlahnya
banyak dan sering ; Nn.L mengerti dengan apa yang di jelaskan
5. Memberikan KIE pada Nn.L tentang cara menjaga kebersihan genetalia,
cara membersihkan setelah bab/bak dengan cara cebok dari arah depan
kebelakang lalu keringkan sebelum menggunakan pakaian dalam ; Nn.L
mengerti dengan apa yang di jelaskan
6. Memberitahu pasien Jika keputihan banyak saperti saat ini gantilah pakaian
dalam jika sudah sangat mengganggu, tidak dianjurkan memakai pentiliner,
15
tidak dianjurkan juga memakai cairan pembersih vagina dan pakailah celana
dalam yang tidak ketat dan menyerap keringat ; Nn.L mengerti dengan apa
yang di jelaskan
7. Memberikan KIE pada pasien yang bisa menyebabkan keputihan. yang
mempengaruhi keputihan itu sendiri adalah tentang pola kehidupan
keseharian, pola nutrisi, pola hygine dari alat kelaminnya; Nn.L mengerti
dengan apa yang di jelaskan
16
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Diagnosa Potensial
Diagnosa kebidanan sendiri didapat dari data dasar yang terdiri dari
data subjektif dan data objektif. Diagnosa yang ditegakkan adalah Nn.L dengan
flour albus. Dari data yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa Nn.L
17
sedang mengalami flour albus (keputihan) fisiologis yang disebabkan oleh
faktor kebersihan.
3. Penatalaksanaan
Menurut Sondakh (2013) planning menggambarkan
pendokumentasian dan evaluasi perencanaan implementasi berdasarkan
pengumpulan data subjektif, objektif dan assessment sesuai kebutuhan pasien.
Planning pada kasus ini penulis memberikan Pendidikan Kesehatan tentang
flour albus (keputihan), dimana Pendidikan Kesehatan ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan sehingga mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya sendiri, dalam mengubah, menumbuhkan dan mengembangkan
perilaku positif. Pendidikan kesehatan bermanfaat untuk membantu orang-
orang mengontrol Kesehatan mereka sendiri dengan cara menguatkan keputusan
atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri (Maulana, 2009).
Hal yang dapat dilakukan dalam mencegah flour albus (keputihan)
antara lain menjaga kebersihan daerah vagina. Mencuci bagian vulva (bagian
luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering bertujuan untuk mencegah
tumbuhnya bakteri dan jamur. Disarankan sebaiknya menggunakan sabun non
parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina. Menghindari
penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung deodorant dan
bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu pH cairan
kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur atau bakteri. Menjaga kuku
tetap bersih dan pendek merupakan salah satu cara untuk mencegah keputihan.
Kuku dapat terinfeksi Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi.
Candida yang tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat
mandi atau cebok (Army, 2007) dalam (Johar et al., 2013).
18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan pengkajian sampai evaluasi kasus tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bidan dapat memberikan KIE yang tepat dan memberikan
intervensi yang tepat kepada klien.
5.2.2 Bagi Masyarakat
Segala keluhan yang dirasakan pada setiap wanita dan mengganggu selama
kegiatan aktivitas sehari-hari di harapkan dapat di konsulkan minimal
dengan bidan dan diharapkan masyarakat benar-benar memahami cara
personal hygiene yang tepat dan benar
19
DAFTAR PUSTAKA
Johar, W. E., Rejeki, S., Khayati, N. (2013). Persepsi dan Upaya Pencegahan
Keputihan pada Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. JKMat
(Jurnal Keperawatan Maternitas), 1, 37–45.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Standar Nasional Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) [Guidance of national standard of
adolescent health services] (1st ed.). https://doi.org/613.043.3.
Kursani, et all., E. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya flour albus
(Keputihan) pada remaja putri. Jurnal Maternity, 2(1), 30–36.
Manuaba, I. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan (3rd ed.; S. P. Barus, ed.). Jakarta:
EGC.
Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan (1st ed.; E. K. Yudha, ed.). Jakarta: EGC.
Nadesul, H. (2009). Kiat Sehat Pranikah Menjadi Calon Ibu, Membesarkan Bayi
Nadesul, H. (2010). Cantik Cerda & Feminin kesehatan Perempuan Sepanjang
MAsa (1st ed.; J. Kustana, ed.). Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Novrinta, A. D. (2011). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga
Kebersihan Genetalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi
SMA Negeri 4 Semarang. Artikel Karya Tulis Ilmiah.
https://doi.org/10.1002/chem.201090025
20