Anda di halaman 1dari 21

PROSES INVOLUSI UTERI

Makalah disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui
Dosen Pengampu :
Nila Widya Keswara, SST, M.K.M.

OLEH :
1. Putri Febiana Rikianti 212001
2. Wahyu Dian Pusfita 212020
3. Ruspita Dewi 212025
4. Yuliana Putri Valentina 212027
5. Wanda Luckytasari 212029
6. Metsi Indah Safitri 212034
7. Adilliya Yesicha Putri 212038

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN
MALANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,atas rahmat-Nya dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya.Adapun judul dari makalah
singkat ini adalah “Prosen Involusi ”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan
maklah singkat ini.Selain itu,saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat
makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Malang, 28 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3

1.3 Tujuan Umum..............................................................................................................3

1.4 Tujuan Khusus.............................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN........................................................................................................................4

2.1 Konsep Involusi Uteri..................................................................................................4

2.1.1 Definisi Involusio Uteri........................................................................................4

2.1.2 Proses Involusi.....................................................................................................4

2.1.3 Bagian bekas Implantasi Plasenta........................................................................4

2.1.4 Perubahan Normal Uterus selama Postpartum.....................................................4

2.1.5 Pemeriksaan Pada Uterus.....................................................................................6

2.2 Masa Nifas...................................................................................................................7

2.2.1. Pengertian Masa Nifas.........................................................................................7

2.2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas..................................................................................7

2.2.3. Pengertian Senam Nifas.......................................................................................7

2.2.4. Tujuan Senam Nifas.............................................................................................7

2.2.5. Manfaat senam nifas............................................................................................8

2.2.6. Kontraindikasi senam nifas..................................................................................8

ii
2.2.7. Kerugian Tidak Melakukan Senam Nifas............................................................8

2.2.8. Waktu Pelaksanaan Senam Nifas.........................................................................8

2.2.9. Tatacara melakukan Senam Nifas........................................................................9

2.3 Menyusu Dini.................................................................................................................11

2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Payudara........................................................................11

2.3.2. Pembentukan Air Susu.......................................................................................11

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menyusui dini diantaranya.........................12

2.3.4. Kontraindikasi Dilakukan Menyusu Dini..........................................................12

2.4 Hormon yang berhubungan dengan proses involusi......................................................13

2.5 Pengertian Imunologi dan Sistem Imun.........................................................................13

BAB III.....................................................................................................................................15

PENUTUP................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

3.2 Saran...............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses involusi yang terhambat dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi dan
kegagalan inisiasi menyusui dini pada masa nifas. Menurut Belfort (2017) perdarahan post
partum merupakan kasus darurat, masalah ini merupakan penyebab kematian ibu.Menurut
Timbawa (2015) komplikasi masa nifas adalah infeksi yang terjadi karena perlukaan jalan
lahir.Menurut (Edmond et. al 2014) pemberian IMD yang tidak sesuai dapat menyebabkan
resiko kematian. Dapat disimpulkan AKI disebabkan karna kegagalan proses involusi.
Studi menunjukan bahwa gangguan pada proses involusi meningkatkan angka
kematian ibu. AKI dua puluh kali lebih tinggi dinegara berkembang dari AKI di Negara maju
(WHO 2015). Hal ini dapat dilihat dengan kematian ibu di negara maju sebesar (12 % dari
100.000 jiwa )AKI. Menurut WHO terdapat 25 % kematian ibu yang terjadi akibat
perdarahan post partum. Menurut WHO Angka menyusui didunia sangat buruk pemberian
ASI di139 negara hanyalah 20 %. Menurut Maritalia (2014) pada masa nifas ibu post partum
perlu mendapatkan perhatian karna sekitar 60% AKI terjadi pada masa nifas berdasarkan
WHO (World Helath Organitation) angka kematian ibu sebesar 500.000 jiwa setiap tahun,
kejadian kematian ibu terdapat dinegara berkembang sekitar 98 sampai 99%.Hal ini
menunjukan bahwa masa nifas harus lebih diperhatiakan agar tidak terjadi lambatnya proses
involusi uteri yang mengakibatkan kematian pada ibu.
Sebagian dari negara-negara di dunia sebagaimana di Asia juga menunjukan tingginya AKI
karna adanya gangguan proses involusi. Di ketahui urutan pertama angka kematian ibu di
Laos tiga ratus lima puluh tujuh per 100 ribu, pada tahun 2015 di Singapura jumlah AKI 7
per 100.000, di Malaysia diangka 24per 100.000. Beberapa Negara berkembang yang AKI
meningkat yaitu di Afrika berjumlah 25%, Amerika Latin dan Karibia berjumlah 32%, Asia
Timur berjumlah 30%, Asia Selatan berjumlah 47%, dan terdapat negara berkembang lainnya
sebanyak 46%.
Ditahun2017 Asia Selatan memaparkan temuan AKI sebanyak 7.831 jiwa dan
menurut Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Oleh karna itu dapat
disimpulkan presentase kematian ibu post partum di Asia cukup tinggi.
Ada beberapa Negara di Indonesia angka ini juga cukup tinggi. Pada tahun 2016 yang
menyebabkan meningkatnya AKI yaitu perdarahan pasca persalinan 4 orang (20%), pre
eklamsi atau eklamsi 5 orang (25%), infeksi 4 orang (20%), Dinkes Kabupaten Bondowoso
(2016). Menurut Dinas Kesehatan Bali (2017) Penyebab kematian ibu yaitu pendarahan

1
sebesar 23,91%, dan komplikasi masa nifas adalah infeksi, yaitu sebanyak 10,91% yang
terjadi ditahun 2015. Menurut Dinkes Kabupaten Bondowoso (2016) di 3 tahun terakhir pada
tahun 2014 terdapat dua ratus tiga puluh lima orang kejadian perdarahan post partum di
Kabupaten Bondowoso dan pada tahun 2015 terjadi penurunan yaitu seratus delapan puluh
orang serta di tahun 2016 terjadi peningkatan yaitu seratus sembilan puluh enam
orang.Menurut Kemenkes (2015)diketahui bahwa perdarahan (28%), infeksi (11%) dan
komplikasi masa nifas (8%).Menurut Anjasmara (2015) di Kabupaten Malang pada bulan Juli
2014 terdapat 20 persalinan normal 15% melakukan IMD, dan di bulan Agustus 2014, ada 24
persalinan normal hanya 50% ibu mengikuti IMD. Sebagian besar kejadian saat melahirkan
merupakan angka kematian ibu terbesar dengan jumlah (60,87%), pada waktu nifas terdapat
angka kejadian (30,43) dan saat hamil AKI sebanyak (8,70). Peningkatan tiga tahun terakhir
di Kabupaten Bondowoso AKI di tahun 2014 berjumlah tujuh belas ibu, pada tahun 2015
meningkat yaitu sembilan belas ibu, di tahun 2016 meningkat kembali menjadi dua puluh
ibu.Dapat disimpulkan AKI tertinggi di sebabkan karna masa nifas yang tidak berjalan
dengan baik.
Beberapa provinsi yang ada di Negara Indonesia termasuk di Provinsi Sulawesi
Utara,terdapat AKI yang perlu diperhatikan. Di kota Manado 32/1000 jiwa angka kematian
ibu. Jumlah kematian ibu di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 yaitu 58 jiwa, jumlah
kematian ibutertinggi di Kota Manado sebesar 11 jiwa per 1000 AKI disusul Kabupaten
Minahasa 6 jiwa dan Kabupaten Sangihe 6 jiwa. Menurut data dari Dinkes Sulut (2017)
menurut dalam Engkeng et.alpresentase IMD di Kota Manado adalah 28,5% yang masih jauh
dari presentase nasional. Perdarahan pada post partum sebanyak 19,1 % dari seluruh
kematian di rumah sakit setelah melahirkan.
Upaya pemerintah dalam pencegahan dengan membuat program nasional di masa
nifas dengan melakukan kunjungan 4 kali pada masa nifas. Kunjungan masa nifas 6-8 jam
setelah persalinan dan 6 hari setelah ibu post partum 2 dan 6 minggu setelah ibu post partum.
Program dilakukan untuk menilai status ibu post partum, mencegah dan melihat serta
menangani masalah-masalah proses involusi uteri pada masa nifas yang akan terjadi. Dalam
masa nifas ada kegiatan ibu post partum yang harus diperhatikan dalam masa nifas untuk
memastikan involusi uteri berjalan normal (Puspita 2014).Adapun upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mencegah adanya perdarahan saat proses persalinan yang diberikan saat
kala tiga dan empat yaitu dengan memberikan hormon oksitosin.yang mempunyai fungsi
untuk merangsang kontraksi ibu. Upaya untuk mengendalikan perdarahan dari tempat
plasenta dengan memperbaiki kontraksi dan retraksi serat myometrium yang kuat dengan
mobilisasi dini dan senam nifas.

2
Walaupun upaya-upaya diatas telah dilakukan pemerintah namun masih banyak ibu
yang kurang memahami pentingnya senam nifas terhadap proses pemulihan setelah
persalinan khususnya pada proses involusi uteri dan penelitian mengenai pengaruh senam
nifas terhadap proses involusi uteri disulawesi utara masih sangat terbatas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah tindakan senam nifas ibu post partum dapat mempengaruhi proses involusi?

1.3 Tujuan Umum


1. Mengetahui pengaruh senam nifas terhadap proses involus

1.4 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi proses involusimenurut referensi inklusi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Involusi Uteri


2.1.1 Definisi Involusio Uteri
Involusi uteri adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil dalam bentuk
maupun posisi. Involusi ini dapat mengecilkan rahim setelah persalinan agar kembali
kebentuk asal dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Marmi, 2012).

2.1.2 Proses Involusi


Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah
umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan
berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal
tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel- sel otot dan hipertropi, yaitu
pembesaran sel- sel yang sudah ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormon-
hormon ini menyebabkan autolisis.

2.1.3 Bagian bekas Implantasi Plasenta


Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan
luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru
di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis.
Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi
plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia.

2.1.4 Perubahan Normal Uterus selama Postpartum


Perubahan-perubahan normal uterus selama postpartum

4
Involusi Tinggi Fundus Berat
Uteri Uteri Uterus
Plasenta 12,5 cm 1000 gram
Lahir
7 hari 7,5 cm 500 gam
14 hari Tidak teraba 350 gram
6 minggu Normal 60 gram

(Ambarwati, 2010)
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) faktor -faktor yang dapat mempengaruhinya antara
lain:

1. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu nifas bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
2. Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi sesorang yang sesuai
dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang baik pada ibu
nifas dengan status gizi baik akan mampu menghindari serangan
kuman sehingga tidak terjadi infeksi dan mempercepat proses
involusi uterus.
3. Senam nifas
Apabila otot rahim di rangsang dengan latihan dan gerakan senam
maka kontaraksi uterus semakin baik sehingga mempengaruhi
proses pengecilan uterus.
4. Menyusu Dini
Pada proses menyusui ada refleks let down dari hisapan bayi
merangsang hipofisis posterior mengeluarkan hormon oksitosin
yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan
membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus
terjadi.

5
5. Usia
Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses
penuaan dimana mengalami perubahan metabolisme yaitu terjadi
peningkatan jumlah lemak, penurunan otot, penurunan
penyerapan lemak,protein, dan karbohidrat dan hal ini akan
menghambat involusi uterus.
6. Paritas (jumlah anak)
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Ibu yang
paritasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih lambat, karena
makin sering hamil uterus akan sering mengalami regangan.

2.1.5 Pemeriksaan Pada Uterus


Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi.
1. Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah
umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah abdomen atau
bergeser kesalah satu sisi.
2. Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah
lebar jari dari umbilikus atas atau bawah .
3. Penentuan konsistensi uterus
Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan uterus
lunak dapat dilekukkan , terasa mengeras dibawah jari- jari ketika tangan
melakukan masase pada uterus, bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam
involusi disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan
tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan
dengan normal atau terhambat , bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik ,
akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage
( Varney’s,2008)

6
2.2 Masa Nifas
2.2.1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan
saat melahirkan (Suherni dkk, 2009).

2.2.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi ibu maupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat
4. Memberikan pelayanan KB dan Mendapatkan kesehatan emosi (Yetti Anggraini.
2010)

2.2.3. Pengertian Senam Nifas


Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan
setelah keadaan tubuhnya pulih dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi
kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan
dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian
punggung, dasar panggul dan perut (Anggriyana, 2010).

2.2.4. Tujuan Senam Nifas


1. Mengurangi rasa sakit pada otot
2. Memperbaiki peredaran darah
3. Mengencangkan otot-otot perut dan perineum
4. Melancarkan pengeluaran lokhea
5. Mempercepat involusi
6. Menghindarkan kelainan (misalnya : emboli, trombosis dan lain- lain
7. Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan meningkatkan otot-otot
punggung, pelvis, dan abdomen. (Bahiyatun, 2009)

7
2.2.5. Manfaat senam nifas

1. Mengurangi rasa sakit pada otot

2. Memperbaiki peredaran darah

3. Mengencangkan otot perut dan perinium

4. Melancarkan pengeluaran lokia.

5. Mempercepat involusi

6. Mencegah komplikasi yang timbul pada waktu nifas

(tromboflebitis)

(Sarminem, 2008)

2.2.6. Kontraindikasi senam nifas


1. Ibu post partum dengan komplikasi yang belum teratasi
2. Ibu post partum dengan secsio sesarea (operasi) (Bobak LJ, 2008)

2.2.7. Kerugian Tidak Melakukan Senam Nifas


1. Kekuatan otot ibu menjadi kurang dan kurang optimal
2. Ibu post partum menjadi layu dan tidak segar
3. Produksi ASI kurang lancar
4. Sering menyebabkan sembelit dan gangguan pada saat kencing
5. Sikap tubuh ibu kurang baik (Bobak LJ,2008)

2.2.8. Waktu Pelaksanaan Senam Nifas


Senam ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi
obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi, pasca kejang, demam). Senam
nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian
dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam nifas sesegera
mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan melakukan secara
bertahap.Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan. Melakukan senam
nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh.
Sebaliknya jika dilakukan di saat lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas.
Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas ini dilakukan
dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit (Marmi, 2012).

8
2.2.9. Tatacara melakukan Senam Nifas
1. Latihan pernafasan
Tubuh berbaring rileks dengan kedua tangan diletakkan diatas perut. Tarik
napas dalam lewat hidung dengan perut dikembungkan. Setelah itu keluarkan
napas dengan ditiupkan lewat mulut. Lakukan dengan aba-aba : tarik napas,
kembungkan perut, tiup, kempeskan. Ulangi gerakan tersebut 4-8 kali.

Gambar 2.1 latihan pernafasan

2. Latihan tungkai kaki

Gerakan pertama telapak kaki direntangkan lurus, lalu digerakkan ke atas. Lakukan

gerakan tersebut 4-8 kali. Gerakan kedua telapak kaki memutar keluar dan ke dalam.

Gambar 2.2 latihan tungkai

3. Latihan otot-otot dasaar panggul dan vagina

Tubuh berbaring dengan kedua kaki ditekuk, tangan diletakkan di bawah pantat,dan

kepala sedikit diangkat. Kemudian, kerutkan pantat kedalam seperti buang air besar.

Lakukan gerakan ini 4-8 kali.

9
4. Berlatih postur yang benar

Tubuh berbaring lurus dengan kedua telapak kaki mengarah ke atas dan kedua tangan

lurus disamping badan

Senam Nifas Hari Kedua Hingga Keempat Puluh

1. Melonggarkan sendi – sendi panggul

Berbaring dengan kedua tangan disamping tubuh, lalu tekuk kaki kanan dan jatuhkan ke

arah kaki kiri yang lurus. Setelah itu kembali ke posisi semula, lakukan gerakan 4-8 kali

gerakan. Lalu gerakan dengan kaki kiri.

2. Berbaring dan tekuk kedua kaki. Kedua tangan tetap disamping tubuh, badan agak

diangkat tinggi, tahan sebentar lalu turunkan

3. Latihan otot-otot perut

4. Berbaring dengan kedua kaki ditekuk, lalu angkat kepala , kontraksi otot perut tarik

kebawah. Kedua tangan lurus menyentuh lutut kaki.

5. Tubuh tetap berbaring dengan kedua kaki ditekuk. Angkat kepala dan badan, satu

tangan kanan meneyentuh lutut kiri dengan arah diagonal. Lakukan gerakan 4-8kali.

Setelah itu lakukan gerakan dengan tangan kiri.

6. Latihan fleksibilitas otot-otot tulang belakang

Tubuh dalam posisi merangkak. Masukkan tangan kiri kearah kakan dengan diikuti

gerakan kepala ke arah yang sama, sementara satu tangan menahan.

7. Setelah itu, keluarkan tangan yang digerakkan ke arah luar dengan posisi agak ke atas

dan lurus, diikuti gerakan kepala. Lakukan gerakan tersebut dengan tangan bergantian.

(Sarminem, 2008)

10
2.3 Menyusu Dini
Menyusui Dini merupakan suatu aktivitas menyusui bayi segera

setelah melahirkan sampai satu jam pertama masa postpartum

( Rosita, 2008).

2.3.1. Anatomi dan Fisiologi Payudara


Secara vertikal mamae terletak diantara kosta II dan IV, secara
horisontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris
medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub cutan superfisial dan
profundus, menutupi muskulus pectoralis mayor. Ukuran normal
10-12cm dengan berat pada perempuan 200gram, pada wanita hamil
aterm 400-600gram dan masa laktasi sekitar 600-800gram.

2.3.2. Pembentukan Air Susu


Ada 2 reflek yang berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu :
1. Refleks Prolaktin
Hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum
keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pasca partum, kadar estrogen dan progesteron
turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat
inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi
perangsangan puting susu, terbentuklah prolactin oleh hipofise,
sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat
penting dalam proses menyusui yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi
2. Refleks Aliran ( Let Down Reflek )
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang berasal
dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise posterior yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini akan
diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus
sehingga terjadilah ivolusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
merangsang kontraksi dari sel akan memeras ais susu yang telah

11
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
(Yetti Anggraini, 2010)

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menyusui dini diantaranya


Faktor – faktor yang mempengaruhi aktifitas ibu selama
menyusui dini diantaranya masalah-masalah yang berkaitan
dengan payudara yaitu bentuk puting yang abnormal misal puting
kedalam atau retracted nipple menyebabkan ibu kesulitan untuk
menyusui bayinya, puting susu lecet akibat tehnik menyusu yang
salah, bayi tidak mengisap sampai areola mamae tapi hanya
dibagian putting saja,putting susu nyeri pada waktu awal
menyusui payudara bengkak terjadi pada hari- hari pertama
sekitar 2 – 4 jam disebabkan bertambahnya aliran darah ke
payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah
banyak, mastitis atau abses payudara merupakan peradangan pada
payudara dengan gejala merah , bengkak kadangkala diikuti rasa
nyeri dan panas,suhu tubuh meningkat,didalam payudara terasa
masa padat kejadian ini terjadi pada masa nifas 1 - 3 minggu
setelah persalinan yang diakibatkan oleh sumbatan saluran ASI
yang berlanjut.
(Hubertin, 2009)

2.3.4. Kontraindikasi Dilakukan Menyusu Dini


1. Ibu dengan penyakit kardiorespiratorik
Mekanisme oksitosin dapat merangsang otot polos,sementara itu organ
jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos. Jadi,menyusu dapat
memunculkan kontraksi karena kelenjar tersebut terpacu hingga kerja
jantung jadi lebih keras,sehingga bisa timbul gagal jantung.
2. Ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat
Keadaan ibu biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk
mengatasi penyakitnya.
3. Ibu dengan penyakit infeksi akut seperti AIDS.

12
4. Bayi dengan keadaan kejang akibat trauma persalinan atau infeksi
yang tidak memungkinkan untuk menyusu.
5. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Refleks menghisap dan
refleks lain pada BBLSR belum baik sehingga tidak memungkinkan
untuk menyusu.
(Yetti Anggraini, 2010)

2.4 Hormon yang berhubungan dengan proses involusi


Menurut Asih ,2016 hormon-hormon yang perperan dalam masa nifas adalah sebagai
berikut:
1. Oksitosin:
Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin didalam
sirkulasi darah menyebabkan konraksi otot uterus dan pada wktu yang
sama membantu proses involusi uterus.
2. Prolaktin
Prolaktin Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan
oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara
sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar
prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel
didalam ovarium ditekan.
3. HCG,HPL,estrogen,progesteron
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormon
HCG,HPL, estrogen didalam darah ibu menurun dengan cepat,
normalnya etelah 7 hari.

2.5 Pengertian Imunologi dan Sistem Imun


Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan
akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh manusia.
Manusia memiliki sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing yang
dikenal dengan sistem imun, dimana akan melindungi tubuh terhadap penyebab
penyakit, patogen seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur. Sistem imun

13
dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun dapat dibagi menjadi
sistem imun non-spesifik dan spesifik. Sistem imun non- spesifik bekerja cepat
dan siap mencegah mikroba masuk ke  dalam  tubuh Sistem imun spesifik bekerja
spesifik karena respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda dan harus mengenal
dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Oleh karena itu, sistem imun ini bekerja
agak lama untuk memberikan
perlindungan (Bratawidjaya, 2012). Komponen dari sistem imun non-spesifik
terdiri dari sel-sel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear dan makrofag serta sel
natural killer (NK). Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan bakteri
bersangkutan secara non-spesifik dengan proses fagositosis, tanpa mempedulikan
perbedaan yang ada di antara substansi-substansi asing. Dalam hal ini leukosit
yang termasuk fagosit memegang peran yang amat penting, khususnya makrofag.
Supaya terjadinya fagositosis, partikel bakteri harus melekat pada permukaan
fagosit. Agar fagosit tersebut bergerak menuju sasaran antigen, makrofag akan
bergerak ke arah antigen yang dimungkinkan berkat dilepaskannya zat atau
mediator yang disebut kemotaktik yang berasal dari bakteri. Selanjutnya partikel
bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis Imunologi biasa disebut juga
dengan bidang studi tentang fungsi, kegunaan berserta gangguan sistem imunitas
pada tubuh. Sistem imunitas merupakan
tantanan sekumpulan sel dan protein yang bekerja sama untuk memproteksi tubuh
dari bahaya yang disebabkan oleh mikrorganisme yang berpotensi jahat penyebab
infeksi, dapat berupa virus, bakteri atau fungi. Infeksi virus, bakteri, protozoa,
cacing, atau jamur parasitik yang mencoba masuk kedalam tubuh atau permukaan
tubuh kemungkinan merupakan alasan keberadaan atau adanya sistem imun pada
tubuh manusia (Wantini & Mayadianasari, 2020). Sistem Imun adalah semua
mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai
perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam
lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen. Menurut (Suardana, 2017) dengan
kemajuan imunologi yang telah dicapai sekarang ini, maka konsep imunitas dapat
diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat faali yang melengkapi manusia

14
dan binatang dengan suatu kemampuan untuk mengenal suatu zat yang asing
terhadap dirinya, yang selanjutnya tubuh akan melakukan reaksi dalam bentuk
netralisasi, melenyapkan atau memasukkan dalam proses metabolisme yang dapat
menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Involusi uteri adalah kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil dalam
bentuk maupun posisi Proses involusi uteri pada akhir kala III persalinan, uterus
berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar
pada promontorium sakralis.
Adapun faktor faktor yang dapat mempengaruhi Perubahan Normal Uterus
selama Postpartum. Sepeti mobilisasi dini,status gizi,senam nifas, menyusui dini,usia
dan juga paritas/jumplah anak.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011

Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 2014.

Rekapitulasi Jumlah Perdarahan Postpartum April 2014.

Rukiyah, Aiyeyeh, dkk 2010.

Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta:Trans Info Media. Maritalia, Dewi 2012.

Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dewi, Viviana, Nanny
Li & Sunarsih, Tri 2014. A

suhan Kebidanan Pada Ibu NIfas. Jakarta: Salemba Medika. Heryani, Reni 2012. Asuhan
Kebidanan Nifas. Tim. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai