Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOLUSIO

PLASENTA DAN PLASENTA PREVIA


Di susun guna memenuhi tugas Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu :

Ns. Desty Lismayati, M.Kep

Di Susun Oleh :

Ajijah Yusriani 220201045

Difa Nur Fadillah 220201055

Haisam Maulana 220201056

Jodie Haura Baqir. S 220201051

D3 Keperawatan Tingkat 2

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SEHATI NDONESIA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Swt. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan
dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
laporan kasus pada penyakit pneumonia. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada penulis sehingga makalah ini dapat
penulis susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun
melalui media internet.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan penulis semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi penulis, dosen pengampu mata kuliah Maternitas dan juga kepada
teman-teman seperjuangan yang membantu penulis dalam berbagai hal. Harapan
penulis, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah penulis selanjutnya.
Demikian makalah ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Karawang, 21 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3

1.3 Tujuan .................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Solusia Plasenta .................................................................................. 5

2.1.1 Pengertian Solusio Plasenta ...................................................... 5

2.1.2 Etiologi...................................................................................... 6

2.1.3 Patofisiologi .............................................................................. 7

2.1.4 Pathway ..................................................................................... 8

2.1.5 Klasifikasi Solusio Plasenta ...................................................... 8

2.1.6 Tanda dan Gejala..................................................................... 10

2.1.7 Manifestasi Klinis ....................................................................11

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................11

2.1.9 Komplikasi ...............................................................................11

2.1.10 Penatalaksanaan .................................................................... 12

2.2 Plasenta Previa .................................................................................. 14

2.2.1 Pengertian Plasenta Previa ...................................................... 14

2.2.2 Etiologi.................................................................................... 15

2.2.3 Faktor Resiko .......................................................................... 16

2.2.4 Patofisiologi ............................................................................ 18

2.2.5 Pathway ................................................................................... 18

ii
2.2.6 Manifestasi Klinis ................................................................... 19

2.2.7 Komplikasi Plasenta Previa .................................................... 20

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 21

2.2.9 Penatalaksanaan ...................................................................... 21

2.2.10 Perbedaan Solusio Plasenta dan Plasenta Previa .................. 22

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa ....... 22

A. Identitas .............................................................................................. 22

B. Riwayat Kesehatan ............................................................................. 23

C. Riwayat Menstruasi ............................................................................ 25

D. Riwayat Penyakit Sistemik Yang Pernah Diderita ............................. 25

E. Riwayat Penyakit Keluarga ................................................................ 25

F. Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 25

G. Pengkajian Sosial ............................................................................... 28

H. Analisa Data ....................................................................................... 28

I. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 29

J. Intervensi ............................................................................................. 30

K. Implementasi ...................................................................................... 34

L. Evaluasi .............................................................................................. 38

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 39

3.2 Saran .................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan obstetri merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
maternal dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang tinggi.
Hal ini masih menjadi masalah kesehatan di negara maju terlebih di negara
berkembang. Perdarahan obstetri di Indonesia masih menduduki peringkat
pertama sebagai penyebab kematian maternal. Pendarahan obstetri secara
umum dibagi menjadi perdarahan antepartum dan postpartum. Perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah minggu ke 28 masa
kehamilan.
Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan antepartum yang
seringkali memerlukan bedah sesar darurat. Selain itu banyak ibu dan janin
jatuh pada keadaan yang mengancam jiwa. Kelainan implantasi plasenta dapat
berupa plasenta yang implantasi di bagian bawah uterus atau gangguan
kedalaman implantasi plasenta. Implantasi di bagian bawah uterus meliputi
berbagai macam jenis plasenta previa ditambah plasenta letak rendah. Plasenta
previa didefinisikan sebagai plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Angka kejadiannya berkisar 4-5 per 1000 kehamilan.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan
tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Plasenta previa dapat dibagi menjadi
beberapa jenis. Plasenta Previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari. Plasenta Previa marginalis yaitu
apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada pinggir permukaan jalan
ari.

1
Plasenta Letak Rendah yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah
rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan. Solusio plasenta
atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur
plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi
dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam
masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak
keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan
yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu
inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena
dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar
sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan
syok. Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun,
15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan
sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas
dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit
menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta
didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi
gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang
menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih
sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit
kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan
ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko
yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio

2
plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada
janin dan bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian solusio plasenta dan plasenta previa?
2. Apa etiologi solusio plasenta dan plasenta previa?
3. Bagaimana patofisiologi dari solusio plasenta dan plasenta previa?
4. Bagaimana pathway dari solusio plasenta dan plasenta previa?
5. Apa saja klasifikasi dari solusio plasenta dan plasenta previa?
6. Apa saja tanda dan gejala dari solusio plasenta dan plasenta previa?
7. Apa saja manifestasi klinis dari solusio plasenta dan plasenta previa?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan solusio plasenta dan
plasenta previa?
9. Apa saja komplikasi dari solusio plasenta dan plasenta previa?
10. Penatalaksanaan dari solusio plasenta dan plasentra previa?
11. Apa perbedaan solusio plasenta dan plasenta previa?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada solusio plasenta dan pasien plasenta
previa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta dan
plasenta previa.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari solusio plasenta dan
plasenta previa
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari solusio plasenta dan
plasenta previa.
4. Untuk mengetahui dan memahami pathway dari solusio plasenta dan
plasenta previa.

3
5. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari solusio plasenta
plasenta previa.
6. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari solusio plasenta
dan plasenta previa.
7. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari solusio plasenta
dan plasenta previa.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk solusio plasenta dan
placenta previa.
9. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari solusio plasenta dan
plasenta previa.
10. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari solusio plasenta
dan plasentra previa.
11. Untuk mengetahui dan memahami solusio plasenta dan plasenta previa.
12. Untuk mengetahui dan memahmai asuhan keperawatan pada pasien
dengan solusio plasenta dan plasenta previa.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Solusia Plasenta


2.1.1 Pengertian Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah Pemisahan sebagian/ seluruh plasenta normal


yang menempel di uterus. Pemisahan terjadi di daerah desidua basalis
setelah 20 mgg kehamilan dan sebelum kelahiran bayi. (Lowdermik,
2013)
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir. (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro.
Ilmu Kebidanan Jakarta. PT Gramedia. 2011)
Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,
dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau
korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III. (Dr. Chrisdiono.
M. Achadiat,SP. 2013)

5
2.1.2 Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti,


namun ada beberapa factor yang menjadi predisposisi :
a. Faktor kardiovaskuler, Glomerulonefritis kronik, hipertensi
essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
b. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
Dekompresi uterus pada hidramnion dan gemeli. Tarikan pada tali
pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi
luar atau tindakan pertolongan persalinan. Trauma langsung, seperti
jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
c. Factor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
d. Faktor usia ibu
Dalam penelitian dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan
kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu,
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat
Menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di
atas bagian yang mengandung leiomioma.
f. Faktor penggunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah
dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung
jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat
berakibat terlepasnya plasenta.
g. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1
(satu) bungkus per hari Pada ibu yang perokok plasenta menjadi

6
tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikro
sirkulasinya.
h. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan
uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran
uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
i. Riwayat solusio plasenta sebelumnya.

2.1.3 Patofisiologi

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam


desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis
yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual
yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran
plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah,
hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena
uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu
berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput
ketuban.

7
2.1.4 Pathway

2.1.5 Klasifikasi Solusio Plasenta

Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solutio Plasenta Totalis.


Plasenta yang terlepas sebagian disebut Solutio Plasenta Parsial. Plasenta
yang terlepas hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut Ruptura Sinus
Marginalis. Solutio Plasenta dibagi menjadi :

8
a. Solusio plasenta menurut derajat pelesapasn plasenta :
1) Solusio plasenta totalitas, plasenta terlepas seluruhnya.
2) Solusi plasenta partialis, plasenta terlepas Sebagian.
3) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas.
b. Solusio plasenta menurut bentuk perdarahan :
1) Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup perdarahan terjadi
dibelakang plasenta, tetapi memiliki batas tegas karena posisi
hematom.
2) Solusio plasenta dengan perdarahan terbuka perdarahan yang
terlihat ketika pemisahan atau pemotongan membrane juga
lapisan endometrium dan darah mengalir keluar melalui vagina.
3) Cunningham dan gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasi solusio plasenta menurut tingkat gejala
klinisnya, yaitu :
a) Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak
tegang, belum ada tanda renjatan, janin, hidup, pelepasan
plasenta kurang 1/6 bagian permukaan kadar fibrinogen
plasma lebih 150 mg%.
b) Sedang : perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat
tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati,
pelepasan plasenta ¼-2/3 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma 120-150 mg%.
c) Berat : uterus tegang dan berkontraksi teknik tetanik,
terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta
dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

9
\

2.1.6 Tanda dan Gejala

a) Solusio plasenta ringan :


1) Perdarahan pervagina, warnanya akan kehitam-hitaman dan
sedikit-sedikit.
2) Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus.
3) Bagian-bagian janin masih muda diraba.
b) Solusio plasenta sedang
1) Sakit perut terus-menerus, yang tidak lama kemudian disusul
dengan perdarahan pervaginam.
2) Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
jika masih hidup mungkin.
3) Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan
sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Apabila janin
masih hidup, bunyi jantung sukar terdengar.
c) Solusio plasenta berat
1) Plasenta telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaanya terjadi
sangat tiba-tiba.
2) Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah
meninggal.

10
3) Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
4) Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan pervaginam
mungkin saja belum sempat terjadi.

2.1.7 Manifestasi Klinis


a) Anamnesis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan
pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa
rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang
perdarahan pervaginam yang banyak, syok dan kematian janin intra
uterin.
b) Pemeriksaan fisik
Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
c) Pemeriksaan obstetric
Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar
dinilai, denyuk jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban
berwarna kemerahan karena tercampur darah.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotorik, trombosit,


waktu protombin, waktu pemebekuan, waktu tromboplastin, parsial,
kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
b) Cardiotografi untuk menilai kesejahteraan janin.
c) USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

2.1.9 Komplikasi

a) Langsung (immediate)
1) Perdarahan.
2) Infeksi.
3) Emboli dan syok abtetric.

11
b) Tidak langsung (delayed)
1) Couvelair uterus, sehingga kontraksi tidak baik, menyebabkan
perdarahan postpartum.
2) Hipofibrinogenamia dengan perdarahan postpartum.
3) Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia.
4) Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
c) Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati
kunsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan produk
degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin,
kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila
janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat
badan lahir rendah dan sindrom gagal nafas.
d) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire) Pada solusio plasenta
yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan
warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut
Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak,
tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan
perdarahan.

2.1.10 Penatalaksanaan

a) Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas bera.


b) Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari
peningkatan tekanan rongga perut.
c) Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan
berikan cairan peroral.

12
d) Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk
mendeteksi adanya hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula
BJJ & pergerakan janin.
e) Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi
darah , bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila
teratasi perhatikan keadaan janin.
f) Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin
masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan
berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat diatasi , upayakan
tindakan penyelamatan optimal.
g) Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari
6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm
lakukan seksio sesarea .
h) Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu /
taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr. penganganan berdasarkan
berat / ringannya penyakit yaitu:
1. Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti,
kontraksi uterus tidak ada, janin hidup) dengan tirah baring atasi
anemia, USG & KTG serial, lalu tunggu persalinan
spontan.Aktif,bila ada perburukan (perdarahan berlangsung
terus, uterus berkontraksi, dapat mengancam ibu/janin)
usahakan partus pervaginam dengan amnintomi/infus oksitosin
bila memungkinan. Jika terus perdarahan skor pelvik kurang
dari 5/persalinan masih lama, lakukan seksi sesarea .
2. Solusio plasenta sedang/berat
Resusitasi cairan atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah.
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6
jam perabdominam bila tidak dapat renjatan, usia gestasi 37
minggu atau lebih/taksiran berat janin2.500gr/lebih,pikirkan

13
partus perabdominam bila persalinan pervaginam di perkirakan
berlangsung lama.

2.2 Plasenta Previa


2.2.1 Pengertian Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen


bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum (OUI). Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta.
Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi plasenta
previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal maupun
masa intranatal, dengan ultrasonografi. Oleh karena itu pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal
maupun intranatal. Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
a) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
b) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat
besar, dan biasanya janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
c) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang
menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko
perdarahan tetap besar.

14
d) Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga
dangerous placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang
2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar,
dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.

2.2.2 Etiologi

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim


belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja
blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim. Plasenta
previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium yang
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya
vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada :
a. Mulpara, terutama jika jarak kehamilannya pendek. \
b. Mioma uteri
c. Kuretasi yang berulang.
d. Umur lanjut (diatas 35 tahun).
e. Bekas seksio sesaria.
f. Riwayat abortus.
g. Defek vaskularisasi pada desidua.

15
h. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis
fetalis.
i. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya.
j. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada Wanita perokok
pemakai kokain.

2.2.3 Faktor Resiko


Etiologi plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya plasenta
previa yaitu:
a) Umur
Penelitian yang dilakukan oleh Wardana menyatakan usia wanita
produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35
tahun.Wanita pada umur yang kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena
endometrium belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering
pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena kesuburan endometrium
berkurang.10Wardana menyatakan peningkatan umur ibu merupakan
faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli
kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar
dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran
darah yang adekuat.
b) Paritas Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita
multipara daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa
disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada
desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak
cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi
pembukaan jalan lahir.

16
c) Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur,
keguguran, bekas persalinan berulang dengan jangka pendek,
persalinan dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir
meninggal dapat berakibat buruk pada kehamilan yang sedang dialami.
d) Dari hasil penelitian sebelumnya, sebanyak 52% plasenta previa
ditemukan pada wanita dengan riwayat seksio sesarea. Beberapa studi
lain telah mengobservasi bahwa peningkatan frekuensi plasenta previa
pada wanita dengan riwayat seksio sesarea atau abortus berhubungan
dengan prosedur pembedahan yang merusak rongga uterus, sehingga
menyebabkan plasenta berimplantasi ditempat yang lebih rendah. Pada
operasi seksio sesarea dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga
dapat mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan
berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
aliran darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan pelebaran tempat
plasenta dan endometrium yang baik untuk berimplantasi yaitu di
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.
e) Insiden plasenta previa meningkat sesuai jumlah abortus sebelumnya.
Insiden plasenta previa sebesar 0,32% pada wanita 1 kali abortus, dan
2,48% pada mereka yang 4 kali melakukan abortus sebelumnya. Studi
lain mengatakan bahwa wanita dengan riwayat abortus ≥ 2 kali, 2,1
kali lebih berisiko untuk terjadi plasenta previa.
f) Riwayat plasenta previa sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Cunningham pada tahun 2001 menyatakan bahwa ibu yang
pernah memiliki riwatar plasenta previa sebelumnya memiliki risiko
12 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa kembali karena
jaringan endometrium sejak hamil sebelumnya sudah tidak baik.13,17
g. Pada kehamilan kembar karena ukuran plasenta meningkat.
g) Ibu diabetes kemungkinan karena plasenta lebih besar dari ukuran
biasanya.

17
h) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

2.2.4 Patofisiologi

Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak


kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai
melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran
sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat
dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

2.2.5 Pathway

18
2.2.6 Manifestasi Klinis

a) Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.


b) Jarang terjadi pada episode pertama insiden yang mengancam
kehidupan atau mengakibatkan trauma hipovolemik.
c) Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa tanda-tanda dan merupakan
suatu temuan yang kebetulan pada scan ultrasonik.
d) Beberapa ialah jelmaan untuk pertama kali, dikala uteri bawah
merentang dan tipis, dikala sobek dan perdarahan terjadi di lokasi
implantasi bawah.
e) Placenta previa mungkin tidak mengakibaatkan perdarahan hingga
kelahiran mulai atau hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal
terjadi dan berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah
terang mungkin terjadi secara intermitten, dikala pancaran, atau lebih
jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin berawal dikala
perempuan sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan
insiden ini tidak pernah terjadi kecuali kalau dilakukan pengkajian
vaginal atau rektal memulai perdarahan dengan garang sebelum atau
selama awal kehamilan.
f) Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa ialah rasa sakit.
Bagaimanapun kalau perdarahan yang pertama bersamaan dengan
serangan kelahiran, perempuan mungkin mengalami rasa tak nyaman
lantaran kontraksi uterus.
g) Pada pengkajian perut, kalau fetus terletak longitudinal, ketinggian
fundus biasanya lebih besar dari yang diperlukan untuk umur
kehamilannya lantaran placenta previa menghalangi turunnya bagian
bagian janin.
h) Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau
melintang lantaran kecacatan lokasi implantasi placenta.
i) Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya kalau
potongan penting placenta previa terlepas dari desidua basilis atau
kalau ibu menderita trauma hipovolemik.

19
2.2.7 Komplikasi Plasenta Previa

Plasenta previa sanggup mengakibatkan resiko pada ibu dan janin.


Menurut Manuaba (2001), adapun komplikasi – komplikasi yang terjadi
yaitu :
a) Komplikasi pada ibu, antara lain: perdarahan aksesori dikala operasi
menembus plasenta dengan inersio di depan, benjol lantaran anemia,
robekan implantasi plasenta di potongan belakang segmen bawah
rahim, terjadinya ruptura uteri lantaran susunan jaringan ringkih dan
sulit diketahui.
b) Komplikasi pada janin, antara lain: prematuritas dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi, gampang benjol lantaran anemia disertai daya
tahan rendah, asfiksia intrauterine hingga dengan kematian. Menurut
Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin
antara lain :
1. Terbentuknya segmen bawah rahim secara sedikit demi sedikit
terjadilah pelepasan tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah
perdarahan yang tidak sanggup dicegah berulang kali, penderita
anemia dan syok.
2. Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga
dengan gampang jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam
miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi lantaran dari
insiden placenta akreta dan mungkin inkerta.
3. Servik dan segmen bawah raim yang ringkih dan kaya akan
pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh
perdarahan yang banyak mengakibatkan mortalitas ibu dan
perinatal.

20
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang

a) USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring plasenta tapi
apakah plasenta melapisi servik tidak biasa diungkapkan.
b) Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
c) Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada
umumnya di dalam batas normal.
d) Pengkajian vagina
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda kalau memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula
mekanisme susunan ganda (double setup procedure). Double setup
ialah investigasi steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk imbas kelahiran secara cesar.
e) Isotop scanning atau lokasi penepatan plasenta.
f) Ammiocentesis
Jika 35 – 36 ahad kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan kalau paru-paru
fetal sudah mature.

2.2.9 Penatalaksanaan

1. Penanganan aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang
memebawa maut, contoh melakukan SC.
2. Penanganan pasif

21
Kehamilannya tidak segera diakhiri karena perdarahannya tidak
berbahaya walaupun janinnya masih premature (Johnson dan
Macafee, 1945)
3. Pengobatan ekspektatif
a. Ibu dirawat bedrest sampai berat anak ditaksir telah mencapai
2500 gram atau ± 37 minggu sehingga kehamilan bias diakhiri.
b. Prinsip dasar penangannya adalah transfuse darah dan operasi
c. Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi.

2.2.10 Perbedaan Solusio Plasenta dan Plasenta Previa

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa


A. IDENTITAS
Nama : Ny.A
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Karang Rajo No 3
Suku/Bangsa : WNI
Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2013 Pukul 12.00 WIB

22
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2013 Pukul 12.15 WIB
Rungan : IGD Prabumilih
Diagnosa Medis : Plasenta Previa

Nama suami : Tn. J


Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karang Rajo No 3
Suku/Bangsa : WNI

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan keluar darah dari vaginanya dan klien merasa
cemas.
2. Tanda-tanda inpartu
d. Kontraksi : Tidak ada
e. Frekuensi : Tidak ada
f. Lamanya pengeluaran pervaginam : -
g. Darah + lendir :-
h. Darah : Ada
Jumlah : Sedikit
Warna : Coklat
3. Air ketuban :+
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. G=1 P=0 A=0
b. HPHT : 16-02-2013
c. Usia kehamilan : 32 minggu
d. Taksiran partus : 23-11-2013
e. Masalah kehamilan sekarang :Klien mengatakan terkadang

23
terdapat sedikit darah
dicelana dalamnya.
f. Pemakaian obat-obatan : Tidak ada
5. Pergerakan anak
a. Usia kehamilan : 20 minggu
6. Frekuensi gerakan anak : <10 kali
7. Diet
a. Pola makan : 3x/hari
b. Komposisi makan : Nasi, sayur, lauk pauk
c. Perubahan makan yang dialami : Selama hamil klien sering
nambah
8. Eliminasi
a. Pola eleminasi BAB : 1-2x/hari
Karakteristik : Lunak terkadang keras
b. Pola eliminasi BAK : 6-7x/hari
Karakteristik : Kuning, bau amoniak
a. Aktivitas sehari-hari : Klien seorang ibu rumah
tangga yang sehari-hari
mengurusi rumahnya
9. Personal hygiene : Klien tampak cukup bersih
10. Pola istirahat/tidur : Klien tidur 7-8 jam/hari
11. Seksualitas : Usia kandungan semakin tua
klien sudah jarang seksual
12. Kontrasepsi :-
13. Imunisasi I : April 2013
Imunisasi II : Mai 2013
14. Riwayat alergi : Tidak ada
15. Riwayat operasi : Belum pernah

24
C. RIWAYAT MENSTRUASI
1. Menarche : Umur 14 tahun
2. Tidak teratur : Teratur
3. Siklus : 28 hari
4. Lamanya : 6-7 hari
5. Banyak : 1-2 pembalut/hari
6. Sifat darah : Amis dan kental
7. Dismenorrhoe : Ada, tidak mengganggu
aktivitas

D. RIWAYAT PENYAKIT SISTEMIK YANG PERNAH DIDERITA


1. Hipertensi : Tidak ada
2. Jantung : Tidak ada
3. Ginjal : Ttdak ada
4. Hepatitis : Tidak ada
5. DM : Tidak ada
6. Epilepsi : Tidak ada
7. Asma/TB paru : Tidak ada

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Hipertensi : Tidak ada
2. Jantung : Tidak ada
3. Ginjal : Tidak ada
4. Hepatitis : Tidak ada
5. Riwayat gemelli : Tidak ada
6. Asama : Tidak ada

F. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 140/100 mmHg

25
2. Denyut nadi : 90x/menit
3. Pernafasan : 24x/menit
4. Suhu : 36,5℃
5. BB sebelum hami : 52 kg
6. BB sesudah hamil : 64 kg
7. Tinggi badan : 162 cm
B. Wajah
1. Bentuk : Simetris
2. Oedema : Tidak ada
3. Cloasma :-
4. Gravidarium :-
C. Mata
1. Bentuk : Bulat, simetris
2. Oedema : Tidak ada
3. Conjungtiva : An anemis
4. Sclera : Isokor
D. Hidung
1. Bentuk : Simetris
2. Perdarahan : Tidak ada
3. Polip : Tidak ada
4. Sinusitis : Tidak ada
E. Telinga
1. Struktur : Simetris
2. Fungsi : Normal
3. Serumen : Tidak ada
4. Keluhan : Tidak ada
5. Pemakaian alat bantu : Tidak pakai
F. Mulut
1. Bentuk : Simetris
2. Warna : Hitam
3. Kelembapan : Cukup

26
4. Hipersaliva : Tidak
5. Gigi caries : Ada
G. Leher
1. Kelenjar typoid :-
2. Kelenjar limfe :-
3. Peningkatan JVP :-
H. Payudara
1. Bentuk payudara : Simetris
2. Putting susu : menonjol
3. Hiperpigmentasi :+
4. Kebersihan : Cukup
I. Thorax dan Pernafasan
1. Bentuk dada : Simetris
2. Benjolan : Tidak ada
3. Pernapasan
a) Pola nafas : Normal
b) Frekuensi nafas : 22x/menit
c) Kualitas nafas : Normal
d) Pengguna otot : Tidak
e) Pernapasan tambahan : Tidak
f) Batuk : Tidak
g) Sputum : Tidak
h) Ronki : Tidak
i) Retraksi dada : Tidak
J. Jantung
1. Palpasi :-
2. Perkusi :-
3. Auskultasi : Terdengar suara jantung 1 dan 2
K. Abdomen
1. Besar perut : Sesuai usia kehamilan
2. Bekas luka OP : Tidak ada

27
3. Striae : Ada
4. Leopold I : Tinggi fundus uteri 22 cm
: Presentasi plasenta
: Bagian terntdah janin/5
L. Genetalia
Vulva dan vagina
1. Varises :-
2. Luka :-
3. Kemerahan :-
4. Nyeri :-
5. Kebersihan : Cukup
Parineum
1. Luka parut :-

G. PENGKAJIAN PSIKO SOSIAL


1. Rasa cemas, tegang : Klien cemas dengan kondisi
sekarang
2. Konsep diri : Klien menyadari tentang kondisinya
yang tidak memungkinkan
melahirkan normal
3. Mekanisme koping : klien selalu berdoa dan sholat ketika
ketika menghadapi masalah dalam
hidupnya
4. Support sistem : Suami klien selalu berada
Disampingnya

H. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds : Komplikasi Risiko
kehamilan Perdarahan

28
- Klien mengatakan keluar
darah di vaginanya
Do :
- Tampak bercak darah
dicelana klien
- TTV :
• TD : 90/70mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit
2 Ds : Kurang Ansietas
pasien mengatakan merasa terpapar
cemas dan gelisah takut informasi
terjadi apa apa dengan janin
dan kesehatannya.
Do :
- Klien tampak gelisan
- Klien tampak cemas
- TTV :
• TD : 90/70mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
2 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

29
J. INTERVENSI
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
pendarahan tindakan Observasi:
keperawatan 1x24 - Monitor tanda
jam diharapkan dan gejala
tingkat perdarahan perdarahan
menurun dengan - Monitor nilai
kreteria hasil : hematokrit/hemo
- Perdarahan globin sebelum
vagina 5 dan setelah
(menurun) kehilangan darah
- Tekanan - Monitor tanda-
darah 5 tanda vital
(membaik) ortostatik
- Monitor
koagulasi
Terapeutik
- Pertahankan bad
rest selama
pendarahan
- Batasi tindakan
invasive, jika
perlu
- Gunakan Kasur
pencegah
dektubitus
- Hindari
pengukuran suhu
rektal

30
Edukasi
- Jelaskan tanda
dan gejala
perdarahan
- Anjurkan
menggunakan
kaus kaki saat
ambulasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
untuk
menghindari
konstipasi
- Anjurkan
menghindari
aspirin atau
antikoagulasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
- Anjurkan segera
melapor jika
terjadi
pendarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol

31
pendarahan , jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
produk darah,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
pelunak tinja, jika
perlu
2 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
tindakan Observasi :
keperawatan 1x24 - Identifikasi saat
jam diharapkan tingkat ansietas
ansietas menurun berubah
dengan kreteria - Identifikasi
hasil: kemampuan
- Perilaku mengambil
gelisah (5) keputusan
menurun - Monitor tanda
- Perilaku dan gejala
tegang (5) ansietas
menurun Terapeutik
- Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumuhkan
kepercayaan
- Temani pasien
untuk
mengurangi

32
kecemasan jika
memungkinkan
- Pahami situasi
yang membuat
ansietas
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur
termasuk sensasi
yang dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,pengob
atan
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien

33
- Latih kegiatan
penglihatan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih teknik
relaksasi.

K. IMPLEMENTASI
No. Diagnosa Waktu Implementasi Paraf
keperawatan
1 Resiko 28-10-13 Observasi:
pendarahan 12.30 - Memonitor tanda
WIB dan gejala
perdarahan
- Memonitor nilai
hematokrit/hemogl
obin sebelum dan
setelah kehilangan
12.45 darah
WIB - Memonitor tanda-
tanda vital
ortostatik
- Memonitor
koagulasi
Terapeutik
- mempertahankan
bad rest selama
pendarahan

34
12.50 - membatasi
WIB tindakan invasive,
jika perlu
- menggunakan
Kasur pencegah
dektubitus
- menghindari
pengukuran suhu
rektal
Edukasi
12.50
- menjelaskan tanda
WIB
dan gejala
perdarahan
- menganjurkan
menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
- menganjurkan
meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari
konstipasi
- menganjurkan
menghindari
aspirin atau
antikoagulasi
- menganjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K

35
- menganjurkan
segera melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi
- berkolaborasi
pemberian obat
pengontrol
pendarahan , jika
perlu
- berkolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu
- berkolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu
2 Ansietas 28-10-13 Observasi :
13.00 - menidentifikasi
WIB saat tingkat ansietas
berubah
- mengidentifikasi
kemampuan
mengambil
keputusan
- memonitor tanda
dan gejala ansietas
Terapeutik
- menciptakan
suasana terapeutik
13.15 untuk menumuhkan
WIB kepercayaan

36
- memahami situasi
yang membuat
ansietas
- mendengarkan
dengan penuh
perhatian
- mengunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
- menjelaskan
prosedur termasuk
sensasi yang
dialami
- menginformasikan
secara faktual
mengenai
13.20 diagnosis,pengobat
WIB an
- menganjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien
- melatih kegiatan
penglihatan untuk

37
mengurangi
ketegangan

L. EVALUASI
No. Waktu Evaluasi Paraf
1. 28-10-13 S: pasien mengtakan darahnya
12.50 yang keluar sudah sedikit
WIB berkurang
O:
- Ka : compos mentis \
TTV :
• TD : 110/80mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit
A: Masalah resiko pendarahan
teratasi sebagian
P: intervensi di lanjutkan di rumah
2. 28-10-13 S: Pasien mengatakan rasa cemas
12.65 dan gelisah nya sudah berkurang
O:
- Klien tampak lebih tenang
TTV :
• TD : 110/80mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit
A: Masalah ansietas teratasi
P : Intervensi di hentikan

38
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada solusio plasenta darah dari tempat pelepesan akan mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding Rahim hingga akhirnya keluar dari
serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar tetapi berkumpul dibelakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
Placenta previa adalah keadaan dimana berimplantasi pda tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh permukaan jalan lahir, (Oustium Utari Interume).
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa factor yang meningkatkan resiko terjadinya placenta previa,
misalnya bekas oprasi rahim yang sering mengalami infeksi rahim. Gejala yang
sering terjadi pada placenta previa adalah berupa perdarahan jadi kejadian yang
paling khas pada placenta previa yaitu perdarahan tanpa nyeri biasanya baru
terlihat setelah trisemester II atau sesudahnya.
Klasifikasi placenta previa berdasarkan terabanya jaringan placenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu: Placenta previa totalis,
previa lateralis, bila hanya sebagian pembukaan lahir tertutup oleh placenta.
Placenta previa marginalis dan placenta previa letak rendah.

3.2 Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan
asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, dkk. 2010. Obstetrical haemorrhage.


Wiliam obstetrics 21th edition. Lange USA: Prentice Hall International Inc
Appleton.
Resiko cidera pada janin.Edisi 1. perawatan maternal/bayi. Edisi 2.
Jakarta:2018.
Wong, Dona L, dkk. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8

40

Anda mungkin juga menyukai