Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
D3 Keperawatan Tingkat 2
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Swt. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan
dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
laporan kasus pada penyakit pneumonia. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada penulis sehingga makalah ini dapat
penulis susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun
melalui media internet.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan penulis semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi penulis, dosen pengampu mata kuliah Maternitas dan juga kepada
teman-teman seperjuangan yang membantu penulis dalam berbagai hal. Harapan
penulis, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah penulis selanjutnya.
Demikian makalah ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi...................................................................................... 6
2.2.2 Etiologi.................................................................................... 15
ii
2.2.6 Manifestasi Klinis ................................................................... 19
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Plasenta Previa ....... 22
A. Identitas .............................................................................................. 22
J. Intervensi ............................................................................................. 30
K. Implementasi ...................................................................................... 34
L. Evaluasi .............................................................................................. 38
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Plasenta Letak Rendah yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah
rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan. Solusio plasenta
atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur
plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi
dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam
masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak
keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan
yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu
inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena
dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar
sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan
syok. Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun,
15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan
sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas
dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit
menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta
didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi
gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang
menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih
sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit
kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan
ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko
yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio
2
plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada
janin dan bayi baru lahir.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta dan
plasenta previa.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari solusio plasenta dan
plasenta previa
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari solusio plasenta dan
plasenta previa.
4. Untuk mengetahui dan memahami pathway dari solusio plasenta dan
plasenta previa.
3
5. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari solusio plasenta
plasenta previa.
6. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari solusio plasenta
dan plasenta previa.
7. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari solusio plasenta
dan plasenta previa.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk solusio plasenta dan
placenta previa.
9. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari solusio plasenta dan
plasenta previa.
10. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari solusio plasenta
dan plasentra previa.
11. Untuk mengetahui dan memahami solusio plasenta dan plasenta previa.
12. Untuk mengetahui dan memahmai asuhan keperawatan pada pasien
dengan solusio plasenta dan plasenta previa.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.2 Etiologi
6
tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikro
sirkulasinya.
h. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan
uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran
uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
i. Riwayat solusio plasenta sebelumnya.
2.1.3 Patofisiologi
7
2.1.4 Pathway
8
a. Solusio plasenta menurut derajat pelesapasn plasenta :
1) Solusio plasenta totalitas, plasenta terlepas seluruhnya.
2) Solusi plasenta partialis, plasenta terlepas Sebagian.
3) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas.
b. Solusio plasenta menurut bentuk perdarahan :
1) Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup perdarahan terjadi
dibelakang plasenta, tetapi memiliki batas tegas karena posisi
hematom.
2) Solusio plasenta dengan perdarahan terbuka perdarahan yang
terlihat ketika pemisahan atau pemotongan membrane juga
lapisan endometrium dan darah mengalir keluar melalui vagina.
3) Cunningham dan gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasi solusio plasenta menurut tingkat gejala
klinisnya, yaitu :
a) Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak
tegang, belum ada tanda renjatan, janin, hidup, pelepasan
plasenta kurang 1/6 bagian permukaan kadar fibrinogen
plasma lebih 150 mg%.
b) Sedang : perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat
tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati,
pelepasan plasenta ¼-2/3 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma 120-150 mg%.
c) Berat : uterus tegang dan berkontraksi teknik tetanik,
terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta
dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
9
\
10
3) Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
4) Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan pervaginam
mungkin saja belum sempat terjadi.
2.1.9 Komplikasi
a) Langsung (immediate)
1) Perdarahan.
2) Infeksi.
3) Emboli dan syok abtetric.
11
b) Tidak langsung (delayed)
1) Couvelair uterus, sehingga kontraksi tidak baik, menyebabkan
perdarahan postpartum.
2) Hipofibrinogenamia dengan perdarahan postpartum.
3) Nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremia.
4) Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
c) Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati
kunsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan produk
degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal, gawat janin,
kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta (uterus couvelar). Bila
janin dapat diselamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, berat
badan lahir rendah dan sindrom gagal nafas.
d) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire) Pada solusio plasenta
yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah
perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan
warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut
Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak,
tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan
perdarahan.
2.1.10 Penatalaksanaan
12
d) Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk
mendeteksi adanya hipotensi / syk akibat perdarahan . pantau pula
BJJ & pergerakan janin.
e) Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi
darah , bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal . bila
teratasi perhatikan keadaan janin.
f) Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin
masih hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan
berlangsung lama . bila renjatan tidak dapat diatasi , upayakan
tindakan penyelamatan optimal.
g) Setelah syk teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari
6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm
lakukan seksio sesarea .
h) Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu /
taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr. penganganan berdasarkan
berat / ringannya penyakit yaitu:
1. Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti,
kontraksi uterus tidak ada, janin hidup) dengan tirah baring atasi
anemia, USG & KTG serial, lalu tunggu persalinan
spontan.Aktif,bila ada perburukan (perdarahan berlangsung
terus, uterus berkontraksi, dapat mengancam ibu/janin)
usahakan partus pervaginam dengan amnintomi/infus oksitosin
bila memungkinan. Jika terus perdarahan skor pelvik kurang
dari 5/persalinan masih lama, lakukan seksi sesarea .
2. Solusio plasenta sedang/berat
Resusitasi cairan atasi anemia dengan pemberian tranfusi darah.
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berkurang dalam 6
jam perabdominam bila tidak dapat renjatan, usia gestasi 37
minggu atau lebih/taksiran berat janin2.500gr/lebih,pikirkan
13
partus perabdominam bila persalinan pervaginam di perkirakan
berlangsung lama.
14
d) Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga
dangerous placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang
2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar,
dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.
2.2.2 Etiologi
15
h. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis
fetalis.
i. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya.
j. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada Wanita perokok
pemakai kokain.
16
c) Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur,
keguguran, bekas persalinan berulang dengan jangka pendek,
persalinan dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir
meninggal dapat berakibat buruk pada kehamilan yang sedang dialami.
d) Dari hasil penelitian sebelumnya, sebanyak 52% plasenta previa
ditemukan pada wanita dengan riwayat seksio sesarea. Beberapa studi
lain telah mengobservasi bahwa peningkatan frekuensi plasenta previa
pada wanita dengan riwayat seksio sesarea atau abortus berhubungan
dengan prosedur pembedahan yang merusak rongga uterus, sehingga
menyebabkan plasenta berimplantasi ditempat yang lebih rendah. Pada
operasi seksio sesarea dilakukan sayatan pada dinding uterus sehingga
dapat mengakibatkan perubahan atropi pada desidua dan
berkurangnya vaskularisasi. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
aliran darah ke janin tidak cukup dan mengakibatkan pelebaran tempat
plasenta dan endometrium yang baik untuk berimplantasi yaitu di
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum.
e) Insiden plasenta previa meningkat sesuai jumlah abortus sebelumnya.
Insiden plasenta previa sebesar 0,32% pada wanita 1 kali abortus, dan
2,48% pada mereka yang 4 kali melakukan abortus sebelumnya. Studi
lain mengatakan bahwa wanita dengan riwayat abortus ≥ 2 kali, 2,1
kali lebih berisiko untuk terjadi plasenta previa.
f) Riwayat plasenta previa sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Cunningham pada tahun 2001 menyatakan bahwa ibu yang
pernah memiliki riwatar plasenta previa sebelumnya memiliki risiko
12 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa kembali karena
jaringan endometrium sejak hamil sebelumnya sudah tidak baik.13,17
g. Pada kehamilan kembar karena ukuran plasenta meningkat.
g) Ibu diabetes kemungkinan karena plasenta lebih besar dari ukuran
biasanya.
17
h) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Pathway
18
2.2.6 Manifestasi Klinis
19
2.2.7 Komplikasi Plasenta Previa
20
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
a) USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring plasenta tapi
apakah plasenta melapisi servik tidak biasa diungkapkan.
b) Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
c) Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada
umumnya di dalam batas normal.
d) Pengkajian vagina
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya
ditunda kalau memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula
mekanisme susunan ganda (double setup procedure). Double setup
ialah investigasi steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk imbas kelahiran secara cesar.
e) Isotop scanning atau lokasi penepatan plasenta.
f) Ammiocentesis
Jika 35 – 36 ahad kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan kalau paru-paru
fetal sudah mature.
2.2.9 Penatalaksanaan
1. Penanganan aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang
memebawa maut, contoh melakukan SC.
2. Penanganan pasif
21
Kehamilannya tidak segera diakhiri karena perdarahannya tidak
berbahaya walaupun janinnya masih premature (Johnson dan
Macafee, 1945)
3. Pengobatan ekspektatif
a. Ibu dirawat bedrest sampai berat anak ditaksir telah mencapai
2500 gram atau ± 37 minggu sehingga kehamilan bias diakhiri.
b. Prinsip dasar penangannya adalah transfuse darah dan operasi
c. Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi.
22
Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2013 Pukul 12.15 WIB
Rungan : IGD Prabumilih
Diagnosa Medis : Plasenta Previa
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan keluar darah dari vaginanya dan klien merasa
cemas.
2. Tanda-tanda inpartu
d. Kontraksi : Tidak ada
e. Frekuensi : Tidak ada
f. Lamanya pengeluaran pervaginam : -
g. Darah + lendir :-
h. Darah : Ada
Jumlah : Sedikit
Warna : Coklat
3. Air ketuban :+
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. G=1 P=0 A=0
b. HPHT : 16-02-2013
c. Usia kehamilan : 32 minggu
d. Taksiran partus : 23-11-2013
e. Masalah kehamilan sekarang :Klien mengatakan terkadang
23
terdapat sedikit darah
dicelana dalamnya.
f. Pemakaian obat-obatan : Tidak ada
5. Pergerakan anak
a. Usia kehamilan : 20 minggu
6. Frekuensi gerakan anak : <10 kali
7. Diet
a. Pola makan : 3x/hari
b. Komposisi makan : Nasi, sayur, lauk pauk
c. Perubahan makan yang dialami : Selama hamil klien sering
nambah
8. Eliminasi
a. Pola eleminasi BAB : 1-2x/hari
Karakteristik : Lunak terkadang keras
b. Pola eliminasi BAK : 6-7x/hari
Karakteristik : Kuning, bau amoniak
a. Aktivitas sehari-hari : Klien seorang ibu rumah
tangga yang sehari-hari
mengurusi rumahnya
9. Personal hygiene : Klien tampak cukup bersih
10. Pola istirahat/tidur : Klien tidur 7-8 jam/hari
11. Seksualitas : Usia kandungan semakin tua
klien sudah jarang seksual
12. Kontrasepsi :-
13. Imunisasi I : April 2013
Imunisasi II : Mai 2013
14. Riwayat alergi : Tidak ada
15. Riwayat operasi : Belum pernah
24
C. RIWAYAT MENSTRUASI
1. Menarche : Umur 14 tahun
2. Tidak teratur : Teratur
3. Siklus : 28 hari
4. Lamanya : 6-7 hari
5. Banyak : 1-2 pembalut/hari
6. Sifat darah : Amis dan kental
7. Dismenorrhoe : Ada, tidak mengganggu
aktivitas
F. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 140/100 mmHg
25
2. Denyut nadi : 90x/menit
3. Pernafasan : 24x/menit
4. Suhu : 36,5℃
5. BB sebelum hami : 52 kg
6. BB sesudah hamil : 64 kg
7. Tinggi badan : 162 cm
B. Wajah
1. Bentuk : Simetris
2. Oedema : Tidak ada
3. Cloasma :-
4. Gravidarium :-
C. Mata
1. Bentuk : Bulat, simetris
2. Oedema : Tidak ada
3. Conjungtiva : An anemis
4. Sclera : Isokor
D. Hidung
1. Bentuk : Simetris
2. Perdarahan : Tidak ada
3. Polip : Tidak ada
4. Sinusitis : Tidak ada
E. Telinga
1. Struktur : Simetris
2. Fungsi : Normal
3. Serumen : Tidak ada
4. Keluhan : Tidak ada
5. Pemakaian alat bantu : Tidak pakai
F. Mulut
1. Bentuk : Simetris
2. Warna : Hitam
3. Kelembapan : Cukup
26
4. Hipersaliva : Tidak
5. Gigi caries : Ada
G. Leher
1. Kelenjar typoid :-
2. Kelenjar limfe :-
3. Peningkatan JVP :-
H. Payudara
1. Bentuk payudara : Simetris
2. Putting susu : menonjol
3. Hiperpigmentasi :+
4. Kebersihan : Cukup
I. Thorax dan Pernafasan
1. Bentuk dada : Simetris
2. Benjolan : Tidak ada
3. Pernapasan
a) Pola nafas : Normal
b) Frekuensi nafas : 22x/menit
c) Kualitas nafas : Normal
d) Pengguna otot : Tidak
e) Pernapasan tambahan : Tidak
f) Batuk : Tidak
g) Sputum : Tidak
h) Ronki : Tidak
i) Retraksi dada : Tidak
J. Jantung
1. Palpasi :-
2. Perkusi :-
3. Auskultasi : Terdengar suara jantung 1 dan 2
K. Abdomen
1. Besar perut : Sesuai usia kehamilan
2. Bekas luka OP : Tidak ada
27
3. Striae : Ada
4. Leopold I : Tinggi fundus uteri 22 cm
: Presentasi plasenta
: Bagian terntdah janin/5
L. Genetalia
Vulva dan vagina
1. Varises :-
2. Luka :-
3. Kemerahan :-
4. Nyeri :-
5. Kebersihan : Cukup
Parineum
1. Luka parut :-
H. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds : Komplikasi Risiko
kehamilan Perdarahan
28
- Klien mengatakan keluar
darah di vaginanya
Do :
- Tampak bercak darah
dicelana klien
- TTV :
• TD : 90/70mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit
2 Ds : Kurang Ansietas
pasien mengatakan merasa terpapar
cemas dan gelisah takut informasi
terjadi apa apa dengan janin
dan kesehatannya.
Do :
- Klien tampak gelisan
- Klien tampak cemas
- TTV :
• TD : 90/70mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
2 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
29
J. INTERVENSI
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan
pendarahan tindakan Observasi:
keperawatan 1x24 - Monitor tanda
jam diharapkan dan gejala
tingkat perdarahan perdarahan
menurun dengan - Monitor nilai
kreteria hasil : hematokrit/hemo
- Perdarahan globin sebelum
vagina 5 dan setelah
(menurun) kehilangan darah
- Tekanan - Monitor tanda-
darah 5 tanda vital
(membaik) ortostatik
- Monitor
koagulasi
Terapeutik
- Pertahankan bad
rest selama
pendarahan
- Batasi tindakan
invasive, jika
perlu
- Gunakan Kasur
pencegah
dektubitus
- Hindari
pengukuran suhu
rektal
30
Edukasi
- Jelaskan tanda
dan gejala
perdarahan
- Anjurkan
menggunakan
kaus kaki saat
ambulasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
untuk
menghindari
konstipasi
- Anjurkan
menghindari
aspirin atau
antikoagulasi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
- Anjurkan segera
melapor jika
terjadi
pendarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
31
pendarahan , jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
produk darah,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
pelunak tinja, jika
perlu
2 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
tindakan Observasi :
keperawatan 1x24 - Identifikasi saat
jam diharapkan tingkat ansietas
ansietas menurun berubah
dengan kreteria - Identifikasi
hasil: kemampuan
- Perilaku mengambil
gelisah (5) keputusan
menurun - Monitor tanda
- Perilaku dan gejala
tegang (5) ansietas
menurun Terapeutik
- Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumuhkan
kepercayaan
- Temani pasien
untuk
mengurangi
32
kecemasan jika
memungkinkan
- Pahami situasi
yang membuat
ansietas
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur
termasuk sensasi
yang dialami
- Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,pengob
atan
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien
33
- Latih kegiatan
penglihatan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih teknik
relaksasi.
K. IMPLEMENTASI
No. Diagnosa Waktu Implementasi Paraf
keperawatan
1 Resiko 28-10-13 Observasi:
pendarahan 12.30 - Memonitor tanda
WIB dan gejala
perdarahan
- Memonitor nilai
hematokrit/hemogl
obin sebelum dan
setelah kehilangan
12.45 darah
WIB - Memonitor tanda-
tanda vital
ortostatik
- Memonitor
koagulasi
Terapeutik
- mempertahankan
bad rest selama
pendarahan
34
12.50 - membatasi
WIB tindakan invasive,
jika perlu
- menggunakan
Kasur pencegah
dektubitus
- menghindari
pengukuran suhu
rektal
Edukasi
12.50
- menjelaskan tanda
WIB
dan gejala
perdarahan
- menganjurkan
menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
- menganjurkan
meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari
konstipasi
- menganjurkan
menghindari
aspirin atau
antikoagulasi
- menganjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
35
- menganjurkan
segera melapor jika
terjadi pendarahan
Kolaborasi
- berkolaborasi
pemberian obat
pengontrol
pendarahan , jika
perlu
- berkolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu
- berkolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu
2 Ansietas 28-10-13 Observasi :
13.00 - menidentifikasi
WIB saat tingkat ansietas
berubah
- mengidentifikasi
kemampuan
mengambil
keputusan
- memonitor tanda
dan gejala ansietas
Terapeutik
- menciptakan
suasana terapeutik
13.15 untuk menumuhkan
WIB kepercayaan
36
- memahami situasi
yang membuat
ansietas
- mendengarkan
dengan penuh
perhatian
- mengunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
- memotivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
- menjelaskan
prosedur termasuk
sensasi yang
dialami
- menginformasikan
secara faktual
mengenai
13.20 diagnosis,pengobat
WIB an
- menganjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien
- melatih kegiatan
penglihatan untuk
37
mengurangi
ketegangan
L. EVALUASI
No. Waktu Evaluasi Paraf
1. 28-10-13 S: pasien mengtakan darahnya
12.50 yang keluar sudah sedikit
WIB berkurang
O:
- Ka : compos mentis \
TTV :
• TD : 110/80mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit
A: Masalah resiko pendarahan
teratasi sebagian
P: intervensi di lanjutkan di rumah
2. 28-10-13 S: Pasien mengatakan rasa cemas
12.65 dan gelisah nya sudah berkurang
O:
- Klien tampak lebih tenang
TTV :
• TD : 110/80mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Suhu : 36,5℃
• RR : 24x/menit
A: Masalah ansietas teratasi
P : Intervensi di hentikan
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada solusio plasenta darah dari tempat pelepesan akan mencari jalan
keluar antara selaput janin dan dinding Rahim hingga akhirnya keluar dari
serviks hingga terjadilah perdarahan keluar atau perdarahan terbuka.
Terkadang darah tidak keluar tetapi berkumpul dibelakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut
perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi.
Placenta previa adalah keadaan dimana berimplantasi pda tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh permukaan jalan lahir, (Oustium Utari Interume).
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa factor yang meningkatkan resiko terjadinya placenta previa,
misalnya bekas oprasi rahim yang sering mengalami infeksi rahim. Gejala yang
sering terjadi pada placenta previa adalah berupa perdarahan jadi kejadian yang
paling khas pada placenta previa yaitu perdarahan tanpa nyeri biasanya baru
terlihat setelah trisemester II atau sesudahnya.
Klasifikasi placenta previa berdasarkan terabanya jaringan placenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu: Placenta previa totalis,
previa lateralis, bila hanya sebagian pembukaan lahir tertutup oleh placenta.
Placenta previa marginalis dan placenta previa letak rendah.
3.2 Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan
asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.
39
DAFTAR PUSTAKA
40