Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA BAYI "D” NCB SMK

UMUR 3 HARI DENGAN HISPRUNG DI RS GAMBIRAN


KOTA KEDIRI TAHUN 2015

Disusun untuk Memenuhi persyaratan mengikuti Ujian Semester Akhir

Tahun 2015

Dosen Pembimbing: Endang Wartini, S. ST, S. Pd, M. Kes

Semester VII-1

Disusun oleh:

DESSY MARIA GORETY MEO


14613779

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan pada neonatus patologi di RSUD GAMBIRAN.

Pembuatan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas terstruktur dalam rangka


meningkatkan ketrampilan para mahasiswa yang dilaksanakan dengan baik.

Laporan asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan kaerna kami banyak mendapatkan
masukan dari berbagai sumber buku . Bimbingan serta saran-saran yang yang berguna bagi
semua pihak

Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini . Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membaca, khususnya tenaga medis.

Kediri,Januari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Tujuan...................................................................................................... 2

C. Manfaat.................................................................................................... 3

D. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data.................................. 3

E. Sitematika Penulisan................................................................................ 4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Neonatus................................................................................. 6

B. Konsep Dasar hysprung........................................................................... 11

C. Konsep Dasar Menejemen Asuhan Kebidanan NCBSMK usia 3 hari dengan hysprung

.................................................................................................................. 14

BAB 3 : TINJAUAN KASUS

A. Pengumpulan Data Dasar......................................................................... 21

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah......................................................... 23

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial.......................................... 24

D. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Tindakan Segera.................. 24

E. Intervensi................................................................................................. 24

F. Implementasi............................................................................................ 25

G. Evaluasi.................................................................................................... 25
BAB 4 : PEMBAHASAN................................................................................ 26

BAB 5 : PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 27

B. Saran......................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan

pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang

yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab

obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling

sering pada neonatus.

Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak

terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal

tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara

spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses

secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang

tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat

menyebabkan dilatasi usus proksimal.

Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada

tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang

mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya

penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan

Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh

gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.

Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di

Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup.
Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka

diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung.

Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih

banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada

bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat

bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.

Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan

mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan

konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan

faktor lingkungan.

Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang

dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri

anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan

colostomi.

1.2 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Manajemen Asuhan kebidanan neonatus Patologi Pada Bayi

dengan Hysprung

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Dilakukannya pengumpulan data dan analisa data dasar dengan kasus hysprung

2. Dilakukannya perumusan diagnosa/masalah aktual dengan kasus hysprung

3. Dilakukannya perumusan diagnosa/masalah potensial dengan hysprung


4. Dilakukannya pelaksanaan tindakan segera, kolaborasi dan konsultasi dengan

kasus hysprung

5. Dilakukannya perumusan rencana tindakan asuhan kebidanan dengan kasus

hysprung.

6. Dilakukannya pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan dengan kasus hysprung.

7. Dilakukannya evaluasi asuhan kebidanan dengan kasus hysprung.

8. Dilakukannya pendokumentasian asuhan kebidanan dengan kasus hysprung

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Institusi

Hasil studi kasus diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan merupakan

bahan bacaan bagi penulis selanjutnya.

1.3.2 Bagi RSUD

Dapat menjadi bahan informasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

sesuai dengan standarisasi pelayanan.

1.3.3 Bagi penulis

Merupakan pengalaman yang bagi penulis dalam memperluas wawasan dalam

memperluas cakrawala berfikir.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan untuk penulisan karya tulis ini adalah :

1.4.1    Studi Kepustakaan

Dimana penulis mempelajari buku-buku literatur-literatur dan informasi melalui

internet yang berhubungan dengan Neonatus patologi khususnya mengenai hysprung.

1.4.2.    Studi Kasus


Menggunakan pendekatan proses manajemen komprehensif, yang dihimpun dari

pengkajian hingga evaluasi didapatkan dengan menggunakan metode :

a. Wawancara

Melakukan wawancara pada klien, keluarga dan petugas kesehatan secara

langsung yang berhubungan dengan masalah yang dialami klien dengan

menggunakan instrument pengumpulan data (Terlampir).

b. Observasi

Memperoleh data dengan cara observasi dan pamantauan secara langsung

pada klien.

c. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik mulai dari kepala hingga kaki dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi.

d. Pemeriksaan penunjang

Memperoleh data dengan membaca hasil laboratorium yang ada status klien.

1.4.3    Studi Dokumentasi

Mempelajari status klien berdasarkan catatan medik yang terkait dengan kasus klien.

1.5 Sistematika Penulisan

Asuhan kebidanan ini terbagi dalam beberapa bab yang sistematikanya sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,

serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan tentang pengertian neonatus, hysprung dll.


BAB III : TINJAUAN KASUS

Menguraikan pengkajian, analisa data, diagnosa potensial, perencanaan,

pelaksanaan tindakan dan evaluasi/follow up.

BAB IV : PEMBAHASAN

Menguraikan tentang kesenjangan atau kesamaan yang ada antara teori dan

kasus nyata.

BAB V : KESIMPULAN dan SARAN

Menguraikan tentang kesimpulan dari konsep dasar dan asuhan kebidanan

serta saran yang ditujukan pada petugas pelayanan dan klien.

DAFTAR PUSTAKA
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Neonatus

2.1.1. Pengertian

Neonatus atau bayi baru lahir adalah mulai dari lahir sampai usia satu bulan periode

neonatal atau neonatus adalah bulan pertama selama periode neonatal bayi mengalami

pertumbuhan dan perubahan yang amat menakjubkan. (Hamilton, 1995).

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu, lahir biasanya

dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Wong, 2003). Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah

tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan ekstensi fisik secara terpisah

dari ibunya. Perubahan biologis besar yang terjadi pada saat bayi lahir memungkinkan

transisi dari lingkungan intra uterin ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi dasar

pertumbuhan dan perkembangan dikemudian hari.

2.1.2. Karakteristik Biologis

Pada kehamilan cukup bulan, berbagai sistem fisiologis dan anatomis mencapai

tingkat perkembangan dan fungsi yang memungkinkan janin memiliki eksistensi terpisah dari

ibunya. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi

sosial. Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usia 28 hari merupakan

waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir.

a. Sistem Kardiovaskuler

Sistem Kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi

lahir, Foramen Ovale, Ductus Arteriosus, Ductus Venus menutup. Arteri dan Vena

Umbilikalis dan Arteri Hepatika menjadi legamen. Napas pertama yang dilakukan

bayi baru lahir membuat paru-paru mengembang dan menurunkan resistensi Vaskuler
Pulmoner, sehingga darah paru menurun. Rangkaian peristiwa ini merupakan

mekanisme besar yang menyebabkan tekanan Atrium kanan menurun. aliran darah

pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung bagian kiri sehingga

tekankan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan ini menyebabkan foramen ovale

menutup. Selama beberapa hari pertama kehidupan, tangisan dapat mengembalikan

aliran darah melalui poramen ovale untuk sementara dan mengakibatkan siasonis

ringan. Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 14 kali/ menit saat lahir dengan variasi

berkisar antara 120 dan 160 x/ menit, bunyi jantung selama periode neonatal bernada

tinggi (high pitch), lebih cepat (short in duration), dan memiliki intensitas yang lebih

besar dari bunyi jantung orang dewasa. Pada kehamilan cukup bulan, jantung janin

terletak ditengah puncak kepala dan bokong. Titik impuls maksimum pada baru lahir

berada diruang interkosta ke empat dan disebelah kiri garis Mid Klavikular. Tekanan

darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 dan tekankan diastolic rata-rata 42. Tekankan

darah sistolik sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah

lahir.

b. Sistem Hematopoesis

Saat bayi lahir rata-rata Hb, dan sel darah merah lebih tinggi dari normal orang

dewasa. Hb bayi baru lahir berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/ dl. Ht bervariasi dari

44% sampai 72% dan hitung sel darah merah berkisar antara 5 - 7,5 juta / mm.

Kecenderungan pendarahan pada bayi baru lahir jarang terjadi pembekuan darah

cukup untuk mencegah pendarahan hanya terjadi difisiensi vitamin K berat.

c. Sistem Pernapasan

Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian

sistem pernafasan. Paru-paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/ kg.,

(Loper, 1992).
Tarikan napas pertama terjadi karena refleks yang dipicu oleh perubahan

tekanan, pendinginan, bunyi, cahaya, dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses

kelahiran.Pada pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang

cukup bulan. Setelah pernapasan mulai berfungsi, napas bayi menjadi dangkal dan tak

teratur, bervariasi dari 30 sampai 60x/ menit. Disertai apnea singkat (kurang dari 15

detik). Periode apnea singkat ini paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (REM).

Durasi dan frekuensi apnea menurun seiring peningkatan usia.

d. Sistem Ginjal

Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan dan rentang keamanan yang

kecil infeksi, diare. Atau pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat

menimbulkan asidosis dan tidak seimbangan cairan seperti dehidrasi atau odema.

Ketidak maturan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk

mengekspresikan obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih

bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12

jam sampai 24 jam. Berkemih enam sampai 10 kali dengan warna urine pucat

menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukup bulan

mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram per hari. (Blackburn, Loper, 1992 :

Fanaroff, Martin, 1992)

e. Sistem Cerna

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan

mengabsorpsi protein dan karbonhidrat sederhana serta mengemulsi lemah kecuali

amilase pancreas karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan sudah ditemukan

pada bayi yang berat badan lahirnya rendah.Bising usus bayi dapat di dengar satu jam

setelah lahir kapasitas lambung bervariasi dari 30 sampai 90 ml, tergantung pada

ukuran bayi, waktu pengosongan lambung sangat bervariasi, beberapa faktor seperti
waktu pemberian makan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan serta stres

psikis dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung.

f. Sistem Hepatika.

Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas kanan iga

karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.

1) Penyimpanan Besi

Hati janin (yang berfungsi sebagai produksi hemoglobin setelah lahir). Mulai

menyimpan besi sejak masih dalam kandungan apabila ibu dapat cukup asupan

besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan

sampai bulan kelima kehidupan di luar rahim.

2) Konjugasi Bilirubin

Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat dalam peredaran darah bilirubin

ialah pigmen kuning yang berasal dari hemoglobin yang terlepas saat

pemecahan sel darah merah dan mioglobin di dalam sel otot. Hemoglobin

difagositosis oleh sel retikoloendotilieal, diubah menjadi bilirubin dan di lepas

dalam bentuk tidak terkonjugasi bilirubin tidak terkonjugasi ini disebut bilirubin

indirek; bilirubin ini dapat meninggalkan sistem peredaran darah dan memasuki

jaringan ekstravaskuler (mis. Kulit, sklera, dan membram mukosa mulut).

Warna kuning yang timbul disebut ikterik.

g. Sistem Integumen

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum

matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangattipis. Verniks

keseosa juga berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung.

Baik cukup bulan memiliki kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir, setelah itu

warna kulit memucat menjadi warna normal. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik
warna kebiruan ini, akrunosis disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, status

kapilor dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara

dan bertahan selama 7 sampai 10 hari, terutama bila terpajan udara dingin.

h. Sistem Reproduksi

Pada saat lahir ovarium berisi beribu-ribu sel geminal primitif sel-sel ini

mengandung komplemen lengkap ova yang matur karena tidak terbentuk eogonia

lagi. Setelah bayi cukup bulan lahir. Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil,

yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan pengeluaran suatu

cairan mukoid atau kadang pengeluaran bercak darah melalui vagina (psedo

menstruasi) pada bayi prematur. Klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan

terbuka.

Testis turun di dalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki prepusium

yang ketat sering dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra dapat tertutup

prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama tiga sampai empat tahun.

Sebagai respon terhadap esterogen ibu, ukuran genetalia ekstema bayi baru lahir

cukup bulan dapat meningkat, begitu juga dengan pigmentasinya.

i. Sistem Musculo Skeletal

Arah pertumbuhan cefalocaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara keseluruhan,

kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh lengan sedikit lebih

panjang dan pada tungkai wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak ada dua

kurvatura pada kolumna vertebralis : toraks dan sakrum pada bayi baru lahir, lutut

sering berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan. Sehingga tungkai bawah

terlihat melengkung ekstremitas harus simetris, garis-garis telapak tangan dan kaki

sudah terlihat.
j. Sistem Neuromuskular

Saat ini, bayi baru lahir cukup bulan, dikenal sebagai mahluk yang relatif,

respondif dan hidup. Perkembangan sensorius bayi baru lahir dan kapasitas untuk

melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat. (Martin, 1992).

Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di

prediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-kanak, otak memerlukan

glukosa sebagai sumber energi dan suplai oksigen dalam jumlah besar itu proses

metabolisme yang adekuat.

Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tromor sementara di

mulut dan dagu terutama sewaktu menangis dan pada ekstremitas terutama lengan dan

tangan perlu dibedakan tremor normal dan tremor akibat hipoglikemia. Gangguan spp

sehingga upaya perbaikan dapat dilakukan sedini mungkin.(Parker, dkk, 1990).Bayi

baru lahir memiliki banyak reflek primitis saat reflek bayi baru lahir ini muncul dan

menghilang menunjukkan kematangan perkembangan dan sistem saraf yang baik.

2.2 Hysprung

2.2.1 Pengertian

Hischprung (Gangguan pasase usus besar karena tidak adanya sel ganglion di

dalam pleksus aurerbach/meissner). Penyakit Hisprung (Hirschprung)  adalah

kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer.dkk, 2000).

Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson ,

1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan

ganglion parasimpatis.
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit

ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan

(aganglionik).

Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang

tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam

menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus

besar yang terkena berbeda-beda

2.2.2 Etiologi Penyakit Hisprung:

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan

dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di

daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai

seluruh usus sampai pilorus.

Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down

Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal

eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

2.2.3 Gejala Penyakit Hisprung:

Akibat dari  kelumpuhan  usus besar dalam menjalankan fungsinya, maka tinja

tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya

(mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit

Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali.

Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan

lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan

pertumbuhan.
2.2.4 Patofisiologi Penyakit Hisprung:

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan

primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal.

Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus

besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga

pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum

tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang

menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian

proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &

Sowden, 2002:197).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol

kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen

aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya

bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan

menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar (Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

2.2.5 Pemeriksaan Tambahan pada Penyakit Hisprung:

Pemeriksaan colok dubur  untuk menilai adanya pengenduran otot dubur.

Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah roentgen perut, barium

enema, dan biopsi rektum. Roentgen perut bertujuan untuk melihat apakah ada

pembesaran/pelebaran usus yang terisi oleh tinja atau gas. Barium enema, yaitu

dengan memasukkan suatu cairan zat radioaktif melalui anus, sehingga nantinya dapat

terlihat jelas di roentgen sampai sejauh manakah usus besar yang terkena penyakit ini.

Biopsi (pengambilan contoh jaringan usus besar dengan jarum) melalui anus

dapat menunjukkan secara pasti tidak adanya persarafan pada usus besar. Biopsi ini

biasanya dilakukan jika usus besar yang terkena penyakit ini cukup panjang atau
pemeriksaan barium enema kurang dapat menggambarkan sejauh mana usus besar

yang terkena.

2.2.6 Komplikasi Penyakit Hisprung:

Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi dan

septikemia.

2.2.7 Penatalaksanaan klien dengan Hisprung:

1.      Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa

rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.

2.      Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis,

enterokolitis berat dan keadaan umum buruk.

3.      Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan

membuat anastomosis.

2.3 Konsep Manajemen Varney


Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam
pelayanan pada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan
selama masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
2.3.1 Pengkajian
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun
data obyektif disertai hari/tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian, tanggal
masuk rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomor register.
a.      Data Subyektif
1)      Biodata
a)      Data Anak
Nama anak : Nama anak untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya
kekeliruan.
(Christina, 1993: 41)
Umur : Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan
yang dilakukan seperti pemberian/ terapi obat.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Jenis kelamin : Untuk mencocokkan identitas kelamin sesuai nama anak, serta
menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan nama anak dengan pasien yang lain.
Anak ke : Untuk mengetahui paritas dari orang tua.

b)      Biodata Orang Tua


Nama : Untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung jawab terhadap
anak.
Umur : Untuk mengetahui umur dari ibu serta suami.
Agama : Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh di dalam kehidupan
termasuk kesehatan, dan akan mudah dalam mengatasi masalah kesehatan pasien.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Suku : Untuk mengetahui dari suku mana ibu dan suami berasal dan menentukan
cara pendekatan serta pemberian asuhan kepada anak.
Pendidikan: Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan
asuhan kebidanan selain itu anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien (anak)
yang tingkat pendidikannya tinggi.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Pekerjaan : Jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga
dan juga dapat mempengaruhi kesehatan.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)
Penghasilan : Mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan status
gizi pada anak.
Alamat: Dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan dapat
memberi petunjuk keadaan tempat tinggal pasien.
(Modul Pelatihan Fungsional Bidan di Desa, Depkes RI: 10)

2)      Keluhan Utama


Diisi sesuai dengan apa yang dikeluhkan ibu tentang keadaan bayinya pada kasus
hysprung yang sering menjadi keluhan adalah
Ibu mengatakan anaknya tidak BAB dari lahir
3)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui kondisi bayinya
4)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
a)      Anggota keluarga yang mempunayi penyakit tertentu terutama penyakit menular
seperti TBC, hepatitis dll.
b)      Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan
darah, jiwa, asma dll.
c)      Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan hamil
kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila
ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai karena
hal ini bisa menurun pada ibu. (Manuaba, 2000: 265)
5)      Riwayat Prenatal, Natal, Postnatal dan Neonatal
a)      Prenatal
Untuk mengetahui kondisi Ibu selama hamil, adakah komplikasi/tidak, periksa
kehamilan dimana dan berapa kali, serta mandapatkan apa saja dari petugas kesehatan
selama hamil.
b)      Natal
Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa, apakah ada penyulit/tidak
selama melahirkan seperti perdarahan
c)      Post Natal
Untuk mengetahui berapa lama Ibu mengalami masa nifas serta adakah komplikasi
atau tidak. Baik berhubungan dengan ibu maupun bayi.
d)     Neonatal
Untuk mengetahui apakah bayi minum ASI atau PASI, berapa berat badan lahir,
panjang badan lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak, serta adakah
cacat/ tidak.
6)      Pola Kebiasaan Sehari-hari
a)      Nutrisi
Kebiasaan minum ASI anak berapa 30-40cc/ 2 jam sekali minum dalam sehari dapat
diketahui dari status gizi anak tersebut
b)      Eliminasi
Belum keluar mekonium
c)      Istirahat
Istirahat siang ± 3- 4 jam/ hari dan isirahat malam ± 8-10 jam/ hari
d)     Personal Hygiene
Anak mandi 1 kali/ hari, ganti baju setiap kali mandi dan ganti popok setiap BAB/
BAK.
e)      Aktivitas
Gerak aktif anak seperti bereaksi terkejut terhadap suara keras
7)      Riwayat Psikososial
Untuk mengetahui respon orang tua dan lingkungan maupun sebaliknya terhadap
kelahiran bayi.
8)      Riwayat Budaya
Untuk mengetahui kebiasaan ibu/keluarga berobat jika sakit, serta dapat dijadikan
dasar dalam memberikan informasi yang disampaikan dapat sesuai dengan adat yang
dianut ibu.
9)      Sosial
Untuk mengetahui kebiasaan anak dalam kepercayaan yang dianut oleh keluarganya,
adakah kebiasaan orang tua yang dianggap kurang baik menurut kesehatan.
10)  Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui kebiasaan ibu dan keluarga dalam beribadah, untuk memudahkan
petugas kesehatan dalam pendekatan terapeutik.
b.      Data Obyektif
1)      Pemeriksaan Umum
a)      Keadaan umum bayi lemah, tonus otot lemas.
b)      Kesadaran pada umumnya cukup.
c)      Denyut jantung 80-120x/ menit
2)      Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal,
tidak ada caput sucsedaneum maupun cephal
hematum, rambut hitam menyebar merata.
Wajah : Simetris, tidak oedema.
Mata : Simetris, sklera tidak kuning,
konjungtiva merah muda.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Mulut : Simetris, tidak ada labioschisis, tidak ada
labiopalatoschisis, muntah berwarna hijau
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran limphe.
Dada : Simetris, tidak ada refraksi dada.
Perut : ada pembesaran, terlihat buncit
Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida.
Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak terdapat polydaktil
maupun syndaktil, pergerakan lemah , terlihat
keringat dingin
Bawah : Simetris, tidak terdapat polydaktil
maupun syndaktil, pergerakan lemah, , terlihat
keringat.
Integumen : Bersih, turgor cukup baik
Genetalia : Bersih, testis turun ke skrotum, uretra
berlubang.
Anus : Bersih, tidak terdapat atresia ani dan
tidak ada atresia rekti.
b)      Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak
teraba pembesaran kelenjar limfe, dan tidak
teraba pembesaran vena jugularis.
Perut : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak terdapat
pembesaran hepar.
Ekstremitas :
Atas : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
Bawah : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
Integumen: Bersih, turgor cukup baik.

c)      Auskultasi
Dada : Terdengar detak jantung 140 x/menit, tidak ada
wheezing, tidak terdengar bunyi ronchi.
d)     Perkusi
Abdomen : kembung/ tidak
3)      Pemeriksaan lain
a)      Reflek
Rooting : positif
Morro : positif

2.3.2        Identifikasi Masalah/ Diagnosa


Dx : NCB SMK usia.... dengan hysprung
Ds : Mencantumkan data subyektif yang mendukung adanya diagnosa
Do : Mencantumkan data obyektif yang mendukung adanya diagnosa
2.3.3        Antisipasi Masalah Potensial
Untuk mengetahui masalah yang dapat terjadi pada pasien disaat yang akan datang dan
sebagai deteksi dini jika terjadi penyulit maupun komplikasi pada saat masa nifas.

2.3.4        Identifikasi Kebutuhan Segera


Untuk memberikan tindakan yang harus segera dilakukan kepada pasien untuk mengurangi
angka kesakitan, kecacatan bahkan kematian pada klien.

2.3.5        Intervensi
Dx : NCB SMK usia .... dengan....
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan hysprung dapat
teratasi
Kriteria hasil : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Apgar score : 8 - 10
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Pernafasan : Normal (40 - 60x/ menit)
Suhu : Normal (36,5oC - 37,5oC)
Nadi : Normal (100 – 160 x/ menit)
Berat badan : Normal ( 2500 – 4000 )
Panjang badan : Normal ( 48 – 52 cm )
Intervensi :
1.      Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya bahwa bayi mengalami ketidak sempurnaan
sisitem pencernaan
R/ Ibu dan keluarga lebih kooperatif sehingga penanganan bayi dengan hysprung dapat
diatasi
2.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi
R/ Menghindari infeksi nosokomial
3.      Observasi tanda- tanda vital bayi
R/ sebagai parameter untuk mengetahui apakah ada infeksi
5.      Jaga suhu tubuh bayi untuk mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi dengan
memberikan selimut hangat dan letakkan bayi pada incubator
R/Mengurangi terjadinya penguapan pada suhu tubuh untuk mengurangi terjadinya hipotermi
6.      Lakukan pemantauan Intake dan Output
R/ Mengetahui adanya keseimbangan antara intake dan output
7.      Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk menentukan rencana selanjutnya
R/Bayi mendapatkan terapi yang tepat

2.3.6        Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

2.3.7        Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang
telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1       PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 06-01-2015 pukul 20.00 WIB Ruang : Anak
3.1.1  Data Subyektif
3.1.1.1 Biodata
Nama klien : By “D”
Umur : 3 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
No register : 08

Nama Ayah : Tn.”R” Nama Ibu : Ny.”S “


Umur : 30 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Penghasilan :- Penghasilan : Rp.450.000
Alamat : Desa Mojoroto-Kediri Alamat :Desa Mojoroto

3.1.1.2 Alasan datang


Selama dirumah bayi belum pernah buang air besar,minum kurang,setiap kali minum bayi
muntah.ranat
3.1.1.3 Keluhan utama
Ibu mengatakan sejak bayi dilahirkan tanggal 06-01-2015 jam 20.00 WIB bayi belum
pernah buang air besar,dan setiap kali bayi minum pasti muntah.
3.1.1.4 Riwayat kesehatan
a.Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada penyakit yang diderita
b.Penyakit sekarang
Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak pernah buang air besar dan setiap kali minum bayi
muntah.
c.Penyakit keluarga
ibu mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan seperti DM.
d.Riwayat Pra natnal,natal dan post natal
ibu mengatakan selama hamil memeriksakan dirinya di puskesmas selama 6x dan waktu
melahirkan ibu melahirkan di BPM Bidan “G” dan selama masa nifas ibu selalu makan
makanan yang bergizi.
3.1.1.5.Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a.Pertumbuhan
Ibu mengatakan bahwa ia merasakan berat badan anaknya semakin menurun
b.Perkembangan
Ibu mengatakan bahwa anaknya kurang aktif,lemah,sering nangis dan rewel.
3.1.1.6.Riwayat psikososial
Ibu mengatakan bahwa bayinya hanya mau digendong oleh ibunya saja.
3.1.1.7.Riwayat imunisasi Vit K1
Imunisasi HB 0 tanggal :06-01-2015 Vit K1 tanggal : 06-01-2015
Reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian HB 0 dan Vit K1 ternyata tidak bermasalah
3.1.1.8.Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : ASI
Eliminasi : BAK 2x,BAB belum pernah
Istrirahat : bayi selalu gelisah pada saat bayi tidur
Aktifitas : bayi lemah dan tidak aktif seperti bayi-bayi lainnya

3.1.2 Data Obyektif


3.1.2.1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Bayi nampak lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV : T :36,70C HR : 128 x/mnt RR : 64 x/mnt
Antropometri
BB : 3100 gr
PB : 51 cm
LK : 32 cm
LD : 30 cm

3.1.2.2.Pemeriksaan Khusus
Kepala : bundar tidak ada kelainan
Rambut : warna rambut hitam
Wajah : simetris tidak ada oedem
Mata : simetris,sklera putih,conjunctiva merah muda
Hidung : simetris,tidak ada polip dan tidak ada pernapasan cuping hidung
Telinga : simetris,telinga bersih tidak ada serumen
Mulut : simetris,tidak ada kelainan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Dada : tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : membesar
Genitalia : testis sudah turun ke skrotum uretra berlubang
Ekstremitas : tidak ada kelainan,tidak ada oedema

a.Refleks primitif
Rooting : Positif
Sucking : Positif
Swallowing : Positif
Morro : Positif
Grasphing : Positif
Babinski : Positif

b.Pemeriksaan penunjang : belum dilakukan

3.2 Interperstasi data


a. Diagnosa : NCB SMK usia 3 hari dengan hysprung
DS : Ibu mengatakan bayinya belum BAB sejak tanggal 06-01-2015,kurang suka
menyusui,dan muntah berwarna kehijauan.
             DO : Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36, 3 oC       
HR : 128 x/menit
Pernapasan : 64 x/menit
Perut bayi nampak membesar,kembung,dan muntah
b. Masalah
DS : Ibu mengatakan bayinya belum BAB sejak tanggal 06-01-2015,kurang suka
menyusui,dan muntah berwarna kehijauan.
DO : bayi lemah,perut bayi nampak membesar,bayi muntah berwarana kehijauan,bayi
tidak mau isap ASI

3.3       Antisipasi masalah potensial


Potensial terjadi Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon,
perforasi dan septikemia

3.4       Identifikasi Kebutuhan Segera


Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pembedahan kolostomi.

3.5       Intervensi
Dx                 : NCB-SMK usia 3 hari dengan hysprung
            Tujuan           :  - Hysprung teratasi
- Neonatus tidak terjadi komplikasi dan sehat kembali
Kriteria Hasil : - Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Suhu : 36, 5-37 oC
- HR : 150-160
- Pernapasan : 30-60 x/menit
Intervensi
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya bahwa bayi mengalami ketidak
sempurnaan sisitem pencernaan
R/ Penjelasan yang diberikan membuat Ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayi
dan diharapkan keluarga lebih kooperatif sehingga penanganan bayi dengan hysprung
dapat teratasi.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi
R/ Menghindari infeksi nosokomial
3. Observasi tanda- tanda vital bayi
R/ Merupakan parameter untuk mengetahui apakah ada infeksi
4. Jaga suhu tubuh bayi untuk mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi dengan
memberikan selimut hangat
R/ Suhu tubuh yang stabil dapat mencegah terjadinya hipotermi
5. Lakukan pemantauan Intake dan Output
R/ Mengetahui adanya keseimbangan antara intake dan output
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk menentukan rencana selanjutnya
R/Bayi mendapatkan terapi yang tepat
7. Lakukan kolaburasi untuk pemeriksaan laboratorium
R/ Membantu dalam penegakan diagnosa

3.6       Implementasi
            Tanggal 06-01-2015 Pukul: 21.00 WIB

1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi bayinya bahwa bayi mengalami ketidak
sempurnaan sisitem pencernaan
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi
3. Mengobservasi tanda- tanda vital bayi
4. Menjaga suhu tubuh bayi untuk mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi dengan
memberikan selimut hangat
5. Melakukan pemantauan Intake dan Output
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk menentukan rencana selanjutnya
7. Melakukan kolaburasi untuk pemeriksaan laboratorium

3.7       Evaluasi
            Tanggal:06-01-2015 Pukul: 21.00 WIT.
Dx : NCB-SMK usia 3 hari dengan hysprung
S : - Ibu mengatakan bayinya akan dilakukan pembedahan dan cemas dengan
keadaan bayinya
O : - Keadaan Umum : Lemah
- Kesadaran      : Composmentis
- TTV : Normal
- Bayi persiapan Operasi
            A : NCB-SMK usia 3 hari dengan hysprung
P : - Anjurkan ibu dan keluarga untuk tidak takut dan cemas
- Anjurkan ibu untuk tetap memberikan asi
- Anjurkan ibu dan keluraga untuk berdoa sehingga proses operasi dapat
berjalan dengan baik.
BAB 4

PEMBAHASAN

Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik


masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang
mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan
masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus
difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk
tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara
pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi
kemungkinan yang terjadi.Pada pengakjian ditemukan bayi usia 3 hari, sulit buang air besar
(BAB) sejak lahir. Sejak lahir bayi sulit BAB. Perut kembung (+), perut membesar (+),
muntah (+). Riwayat BAB berdarah (-), BAB berlendir (-), demam (-). Pasien nafsu makan
berkurang. BB tidak bertambah.
BAB 5
PENUTUP

5.1       Kesimpulan


            Pada kasus neonatus By. “D” dengan hysprung, setelah dilakukan pengkajian dan
pemeriksaan diketahui penyebab utama terjadinya hysprung adalah kelainan pada kolon.
Sehingga pada intervensi dan implementasi dilakukan tindakan kolostomi dengan segera
untuk mencegah terjadinya komplikasi.

5.2       Saran


5.2.1    Petugas
Diharapkan selalu siap melakukan tindakan pada hysprung.
5.2.2   Institusi
           Mampu memberikan ketrampilan penatalaksanaan neonatus dengan hysprung sesuai
dengan mutu standar pelayanan kebidanan.
5.2.4   Mahasiswa
Diharapkan mampu menerapkan ilmu dan ketrampilan penanganan neonatus dengan
hysprung.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd),
Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :
EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :
FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius
FKUI

Anda mungkin juga menyukai