0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan22 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) berbasis hak dan implementasinya dalam tata kelola pemerintahan di Nusa Tenggara Timur. SPM ditetapkan Pemerintah Pusat untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat, sedangkan penerapannya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Dokumen ini menjelaskan konsep, prinsip, implikasi, dan contoh penerap
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) berbasis hak dan implementasinya dalam tata kelola pemerintahan di Nusa Tenggara Timur. SPM ditetapkan Pemerintah Pusat untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat, sedangkan penerapannya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Dokumen ini menjelaskan konsep, prinsip, implikasi, dan contoh penerap
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) berbasis hak dan implementasinya dalam tata kelola pemerintahan di Nusa Tenggara Timur. SPM ditetapkan Pemerintah Pusat untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat, sedangkan penerapannya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Dokumen ini menjelaskan konsep, prinsip, implikasi, dan contoh penerap
KELOLA PEMERINTAHAN DI NUSA TENGGARA TIMUR KEBIJAKAN SPM
HAK DAN IMPLEMENTASI
DI DAERAH
URUSAN PEMERINTAHAN YANG
MENJADI KEWENANGANNYA KONSEPSI DASAR, FILOSOFI DAN HUBUNGAN SPM DENGAN PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 LATAR BELAKANG PERUBAHAN PARADIGMA
• Diterapkannya Good Governance, khususnya
transparansi dan akuntabilitas • Tidak menggunakan pendekatan kekuasaan/ authoritative, namun pendekatan pelayanan/ service dan kemitraan/partnership. • Dinamika global menuntut kinerja Pemerintah yang lebih profesional, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun stakeholders-nya. • Komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mengimplementasikan desentralisasi dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. ESENSI DESENTRALISASI
Penyelenggaraan maupun peningkatan
kapasitas pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengelola urusan pemerintahan yang merupakan hak masyarakat dan bekerja sama dengan stakeholders pemerintah. Tugas mendesak dalam memperkecil disparitas pencapaian pembangunan di Indonesia yang dilakukan secara realistis, bertahap dan berkesinambungan. KONSEP URUSAN DAN PELAYANAN DALAM UU NO. 32 TAHUN 2004
Penguatan kerja sama antar daerah
khususnya untuk pelayanan publik Daerah wajib mengelola bersama urusan pemerintahan yang in-efisien kalau dikerjakan sendiri-sendiri. Mencegah terjadinya high cost economy melalui pengelolaan urusan dan pelayanan bersama. Mencegah kegiatan lintas dampak yang merugikan daerah. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
Dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas,
akuntabilitas dan efisiensi. Memperhatikan keserasian hubungan antar susunan Pemerintahan, dimana kewenangan antar Pemerintah dan Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota atau antar Pemerintahan. Memperhatikan kesaling – terkaitan, kesaling -tergantungan dan sinergitas sebagai satu sistem pemerintahan. DEFINISI URUSAN PEMERINTAHAN
Fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi
hak dan kewajiban setiap tingkatan dan /atau susunan pemerintahan. Pengaturan dan pengurusan fungi-fungsi pemerintahan tersebut yang menjadi kewewnangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan dan mensejahterahkan masyarakat. EKSTERNALITAS
Menentukan bahwa siapa yang menerima
dampak, maka dialah yang mengurus kewenangan/urusan tersebut. Apabila dampak nasional, maka menjadi kewenangan/urusan Pusat, dampak regional menjadi kewenangan/urusan Provinsi dan dampak lokal menjadi kewenangan/urusan Kabupaten/Kota. AKUNTABILITAS
Mengisyaratkan bahwa berikanlah pengurusan
kewenangan/urusan tersebut kepada tingkatan pemerintahan yang paling dekat dengan dampak tersebut untuk menciptakan akuntabilitas yang optimal. Kedekatan pengelolaan kewenangan/urusan tersebut dengan masyarakat akan menciptakan hubungan yang intensif antara masyarakat dengan pemerintahnya. Hubungan intensif tersebut akan memudahkan masyarakat menuntut akuntabilitas Pemerintah yang bersangkutan. EFISIENSI
Terkait dengan argumen bahwa
pelaksanaan otonomi tersebut jangan sampai menimbulkan high cost pelayanan. Untuk mencapai efisiensi tersebut sangat terkait dengan pencapaian skala ekonomis dari pelayanan tersebut (economies of scale). Pencapaian economies of scala sangat tergantung dari cakupan wilayah pelayanan (catchment area of service). TYPOLOGI URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMERINTAHAN
Urusan pemerintahan yg Urusan pemerintahan yg dpt
sepenuhnya menjadi dikelola bersama oleh Wewenang Pemerintah : Pemerintah Pusat, Provinsi Kab./Kotra:
/dpt melimpahkan sebagian Pemerintahan Daerah Pemerintah urusannya kpd perangkatnya/kpd Wakil Pem. di daerah/menugaskan Kpd pem-an Daerah/Pemdes • Menyelenggarakan sendiri WAJIB PILIHAN • Melimpahkan sebagaian Pelayanan Dasar Sektor Unggulan urusan kpd Gub selaku Standar Pelayanan Minimal wkl Pem. • Menugaskan sebagian Diselenggarakan berdasarkan asas otonomi urusan kpd Pem-an Daerah/Pemdes URUSAN WAJIB
Dimaksudkan untuk melindungi hak-hak
konstitusional warga negara, mengamankan kepentingan nasional, serta dalam rangka menciptakan ketentraman dan ketertiban umum. Merupakan jaminan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Implementasi bangsa sebagai komunitas internasional dalam mensukseskan perjanjian dan konvensi internasional. URUSAN WAJIB DAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Urusan Pemerintahan yang bersifat wajib.
Menyangkut penyediaan pelayanan dasar. Apabila merupakan pelayanan dasar, maka berpedoman pada standar pelayanan minimal. Urusan wajib, pelayanan dasar dan SPM dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11
ayat (4) dan Pasal 14 ayat (3) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004. Ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. PRINSIP-PRINSIP SPM
Merupakan alat Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib. Ditetapkan oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuan kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan. PRINSIP-PRINSIP SPM (LANJUTAN)
Bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur,
terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas waktu pencapaian. Memiliki indikator yang merupakan tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran - sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil, manfaat dan/atau dampak pelayanan. IMPLIKASI SPM
Masyarakat akan terjamin menerima suatu
pelayanan dari Pemerintah Daerah. Dapat ditentukan Standard Spending Assesment (SSA) yaitu perhitungan biaya untuk suatu pelayanan, dan perhitungan kebutuhan agregat minimum pembiayaan daerah. Menjadi landasan dalam menentukan anggaran suatu pelayanan publik, perimbangan keuangan dan anggaran berbasis kinerja. Membantu penilaian kinerja atau LPJ Kepala Daerah secara lebih akurat, terukur, transparan dan akuntabel. IMPLIKASI SPM (LANJUTAN)
Menjadi argumen bagi peningkatan pajak dan
retribusi daerah karena baik Pemda dan masyarakat dapat melihat keterkaitan pembiayaan dengan pelayanan publik yang disediakan Pemda. Merangsang rasionalisasi kelembagaan Pemda, karena Pemda akan lebih berkonsentrasi pada pembentukan kelembagaan yang berkolerasi dengan pelayanan masyarakat. Membantu Pemda dalam merasionalisasi jumlah dan kualifikasi pegawai yang dibutuhkan dengan kemampuan mengelola pelayanan publik tersebut. MENGAPA PUSAT MENYUSUN SPM DAN DAERAH MENERAPKANNYA
Pemerintah Pusat menyusun SPM dengan maksud dan tujuan
perlindungan hak konstitusional; kepentingan nasional; ketentraman dan ketertiban umum; keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan komitmen nasional sehubungan perjanjian dan konvensi internasional. Pemerintah Daerah menerapkan SPM dengan pengertian bahwa pusat pelayanan yang paling dekat dengan masyarakat adalah di tingkat Daerah c.q. Kabupaten/Kota. Pem. Prov bdsk SPM dari pusat dalam kapasitasnya sebagai wakil pem. Pusat di daerah memfasilitasi kab dan kota yang ada dalam wilayah kerjanya untuk menerapkan dan mencapai SPM tsb. PENERAPAN SPM DI NTT
URUSAN WAJIB BIDANG KESEHATAN.
KEPMENKES REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1457. MENKES / SK / X / 2003 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA. PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL URUSAN WAJIB BIDANG KESEHATAN PROVINSI NTT. TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro