Anda di halaman 1dari 36

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................1
B. MAKSUD DAN TUJUAN ..........................................................................................3
C. DASAR HUKUM ........................................................................................................4
D. RUANG LINGKUP SPM ...........................................................................................5
E. KEBIJAKAN UMUM .................................................................................................6
F. ARAH KEBIJAKAN .................................................................................................7

BAB II
PENDAHULUAN
A. PELAYANAN DASAR SPM .....................................................................................8
B. INDIKATOR DAN PENILAIAN SPM ....................................................................17
C. REALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM .........................................19

BABA III
PENUTUP ...............................................................................................................................27

Standar Pelayanan Minimal ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, desentralisasi diselenggarakan dengan pemberian otonomi yang

seluas-luasnya kepada daerah untuk mengurus sendiri urusan Pemerintahannya

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada daerah antara lain

dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Sejalan

dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan

bertanggungjawab, dengan pengertian bahwa penanganan urusan pemerintahan

dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan potensi

dan kekhasan daerah dalam rangka memberdayakan daerah dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan

dengan tujuan yang hendak dicapai, Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan

pengawasan berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan,

supervisi, pengendalian, koordinasi, monitoring dan evaluasi. Hal ini

dimaksudkan agar kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap sejalan

dengan tujuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Pelayanan Minimal 1


Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah maka SPM tidak lagi dimaknai dalam kontekstual sebagai

norma, standar, prosedur, dan kriteria. Batasan pengertian SPM secara tekstual

memang tidak berubah, yaitu bahwa SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis

Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar yang berhak diperoleh setiap Warga

Negara secara minimal, namun terdapat perubahan mendasar dalam pengaturan

mengenai Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar, kriteria penetapan

SPM, dan mekanisme penerapan SPM.

Dalam penerapannya, SPM harus menjamin akses masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah sesuai dengan ukuran-

ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam perencanaan

maupun penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM yaitu sederhana,

konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan

serta mempunyai batas waktu pencapaian.

SPM juga diposisikan untuk menjawab isu-isu krusial dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, khususnya dalam pelayanan dasar yang

bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat. Upaya ini sangat sesuai

dengan apa yang secara normatif dijamin dalam konstitusi sekaligus untuk

menjaga kelangsungan kehidupan berbangsa yang serasi, harmonis dan utuh

dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk memberikan pelayanan publik secara maksimal kepada masyarakat,

yang berorientasi terhadap terwujudnya pelayanan publik yang prima,

Standar Pelayanan Minimal 2


maka Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menerapkan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) dalam menyelenggarakan pelayanan dasar dengan tujuan peningkatan

pelayanan prima yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat umum

sehingga terwujud suatu pelayanan prima menuju Good Governance. Penerapan SPM

juga dianggap sebagai tindakan yang logis bagi Pemerintah Daerah karena:

1. Kemampuan masing-masing daerah sangat berbeda, sehingga sulit bagi

Pemerintah Daerah untuk melaksanakan semua kewenangan/fungsi yang ada.

Keterbatasan dana, sumber daya aparatur, kelengkapan, dan faktor lainnya

membuat Pemerintah Daerah harus mampu menentukan jenis-jenis pelayanan

yang minimal harus disediakan bagi masyarakat.

2. Kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah menjadi lebih terukur SPM

yang disertai tolok ukur pencapaian kinerja yang logis dan riil akan

memudahkan bagi masyarakat untuk memantau kinerja aparatnya sebagai

salah satu unsur terciptanya penyelenggaraan yang baik.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari SPM Bidang Kesehatan adalah sebagai panduan kepada

Pemda dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta

pengawasan dan pertanggung jawaban penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota. SPM Bidang Kesehatan juga dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada Pemda terkait penerapan SPM Bidang Kesehatan dan

Kebijakan pelaksanaan urusan pemerintahan Bidang Kesehatan berdasarkan

undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta

peraturan pelaksanaannya.

Standar Pelayanan Minimal 3


Konsep SPM berubah dari Kinerja Program Kementerian menjadi Kinerja

Pemda yang memiliki konsekuensi reward dan punishment, sehingga Pemda

diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat,

tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan dengan

kuat.

C. DASAR HUKUM

Dasar Hukum SPM Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan

Minimal

c. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018 tentang Penerapan

Standar Pelayanan Minimal

d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis

Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minumal Bidang

Kesehatan

Standar Pelayanan Minimal 4


D. RUANG LINGKUP SPM

Ruang lingkup Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan

terdiri dari:

1. Rencana Pencapaian target SPM;

2. Pengintegrasian rencana pencapaian SPM dalam dokumen Perencanaan

dan penganggaran;

3. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM dan perencanaan

pembiayaan pencapaian SPM Bidang Kesehatan;

4. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian

target tahunan SPM kepada masyarakat;

5. Menyusun kebijakan program dan kegiatan untuk mencapai target.

Standar Pelayanan Minimal 5


E. KEBIJAKAAN UMUM
Strategi pembangunan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten

Kutai Kartanegara dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran diwujudkan dalam

bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program. Kebijakan merupakan

arah/ketentuan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah sebagai dasar untuk

dijadikan pedoman, pegangan/petunjuk dalam melaksanakan program/kegiatan

guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam mewujudkan tujuan dan

sasaran. Kebijakan dan program pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mencapai sasaran meningkatnya aksesabilitas

masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan

kebijakan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik, dengan

program penyempurnaan sistem manajemen pelayanan publik dan sebagai

instrumen bagi masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap kinerja pemerintah

Daerah dalam pelayanan publik salah satunya bidang Kesehatan.

SPM yang ditelah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi

Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menyusun perencanaan dan

penganggaran penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pemerintah Kabupaten

Kutai Kartanegara menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target

tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM

sesuai dengan Peraturan/Keputusan Menteri. Rencana pencapaian SPM dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategi

Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).

Standar Pelayanan Minimal 6


Target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD),

Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan

mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah

E. ARAH KEBIJAKAAN

Strategi pembangunan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten

Kutai Kartanegara dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran diwujudkan dalam

bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program. Kebijakan merupakan

arah/ketentuan yang ditetapkan oleh instansi pemerintah sebagai dasar untuk

dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam melaksanakan

program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam

mewujudkan tujuan dan sasaran. Program merupakan instrumen kebijakan yang

berisi kumpulan beberapa kegiatan yang sistematis dan terpadu yang dilaksanakan

oleh instansi pemerintah atau masyarakat yang dikoordinasakan oleh instansi

pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran

Standar Pelayanan Minimal 7


BAB II
PEMBAHASAN
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)BIDANG KESEHATAN

A. PELAYANAN DASAR SPM

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016


Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.di Kabupaten/Kota mencakup
12 (dua belas) jenis pelayanan dasar, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan ibu hamil;


2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
4. Pelayanan kesehatan balita;
5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;
7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
9. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus;
10. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat;
11. Pelayanan kesehatan orang dengan TB;
12. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV.

A.1 Pelayanan kesehatan ibu hamil

Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar. Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil kepada

semua ibu hamil di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu

kehamilan.Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan

kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu kali pada

trimester pertama,

Standar Pelayanan Minimal 8


satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang dilakukan

oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang bekerja

di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang memiliki Surat

Tanda Register (STR).

A.2 Pelayanan kesehatan ibu bersalin

Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai

standar.Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan

Kesehatan Ibu Bersalin kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya dalam

kurun waktu satu tahun. Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan

yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan

yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang

memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan

dengan komplikasi. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes,

Puskesmas, bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin,

balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta.

A.3 Pelayanan kesehatan bayi baru lahir

Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar.Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan

kesehatan bayi baru lahir kepada semua bayi di wilayah kerjanya dalam kurun

waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah

pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada

Pelayanan Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak, dilakukan oleh

Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang

memiliki Surat Tanda Register (STR).

Standar Pelayanan Minimal 9


A.4 Pelayanan kesehatan balita

Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan anak balita

kepada semua balita di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan

kesehatan balita sesuai standar adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

anak berusia 0-59 bulan dan dilakukan oleh Bidan dan atau Perawat dan atau

Dokter/DLP dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register

(STR) dan diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, dan UKBM.

Pelayanan kesehatan, meliputi :

a. Penimbangan minimal 8 kali setahun, pengukuran panjang/tinggi badan

minimal 2 kali setahun

b. Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun.

c. Pemberian imunisasi dasar lengkap.

A.5 Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar

Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan

sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan penjaringan

kesehatan kepada anak usia pendidikan dasar di wilayah kabupaten/kota tersebut

pada waktu kelas 1 dan kelas 7. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar

yaitu :

1) Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan kesehatan

yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar, minimal satu kali pada

kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh Puskesmas.

2) Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah pelayanan yang meliputi :

a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis anemia);

b) Penilaian tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan napas);

Standar Pelayanan Minimal 10


c) Penilaian kesehatan gigi dan mulut;

d) Penilaian ketajaman indera penglihatan dengan poster snellen;

e) Penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu tala;

3) Semua anak usia pendidikan dasar di wilayah kabupaten/kota adalah semua

peserta didik kelas 1 dan kelas 7 di satuan pendidikan dasar yang berada di

wilayah kabupaten/kota.

A.6 Pelayanan kesehatan pada usia produktif

Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining

kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan

skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 15–59 tahun di wilayah

kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

1) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun sesuai standar adalah:

a) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di

Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan

pemerintah daerah.

b) Pelayanan skrining kesehatan usia15–59 tahun minimal dilakukan

satu tahun sekali.

c) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi :

(1) Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa

tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut.

(2) Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai

pencegahan primer.

Standar Pelayanan Minimal 11


(3) Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat

gula darah.

(4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku.

(5) Pemeriksaan ketajaman penglihatan

(6) Pemeriksaan ketajaman pendengaran

(7) Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara

klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30–59

tahun.

2) Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk

ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya

A.7 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut

Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining

kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan

skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di

wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun.Pelayanan

skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun. Lingkup skrining adalah

sebagai berikut :

(1) Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.

(2) Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.

(3) Deteksi kadar kolesterol dalam darah

(4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk

kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status

Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental

Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale(GDS).

Standar Pelayanan Minimal 12


A.8 Pelayanan kesehatan penderita hipertensi

Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.

Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan

kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi sebagai upaya

pencegahan sekunder di wilayah kerjanya. Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun

ke atas. Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi memperoleh

pelayanan kesehatan sesuai standar; dan upaya promosi kesehatan melalui

modifikasi gaya hidup di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Penderita

hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis, diabetes

melitus) perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) yang

mempunyai kompetensi untuk penanganan komplikasi.

Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi: pemeriksaan dan

monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan diet seimbang, aktifitas fisik, dan

pengelolaan farmakologis. Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk

mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg untuk usia di bawah 60 th

dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke atas dan untuk mencegah

terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes melitus dan penyakit ginjal kronis.

Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan darah

penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan sebagaimana dimaksud pada poin

sebelumnya atau mengalami komplikasi, maka penderita perlu dirujuk ke FKTL

yang berkompeten

Standar Pelayanan Minimal 13


A.9 Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus

Setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar.Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan

pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penyandang diabetes melitus

sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya.Sasaran indikator ini

adalah penyandang DM di wilayah kerja kabupaten/kota.Penduduk yang

ditemukan menderita DM atau penyandang DM memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di FKTP.Penduduk

yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM dengan komplikasi perlu

dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya. Pelayanan

kesehatan diberikan kepada penyandang DM di FKTP sesuai standar meliputi 4

(empat) pilar penatalaksanaan sebagai berikut:

a) Edukasi,

b) Aktifitas fisik,

c) Terapi nutrisi medis,

d) Intervensi farmakologis. Setiap penyandang DM yang mendapatkan

pelayanan sesuai standar termasuk pemeriksaan HbA1C.Bagi penyandang

DM yang belum menjadi peserta JKN diwajibkan menjadi peserta JKN.

A.10 Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat (ODGJ)

Setiap ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.

Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah:

1) Pelayanan promotif preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan jiwa

ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan dan

pemasungan.

Standar Pelayanan Minimal 14


2) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat diberikan oleh perawat dan dokter

Puskesmas di wilayah kerjanya.

3) Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi:

a) Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala gangguan jiwa,

kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah

tindakan pemasungan kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah tangga

dan aktivitas bekerja sederhana, dan/atau

b) Tindakan kebersihan diri ODGJ berat

4) Dalam melakukan pelayanan promotif preventif diperlukan penyediaan materi

KIE dan Buku Kerja sederhana.

A.11 Pelayanan kesehatan orang dengan TB

Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai

standar.Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk

memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengan

TB sebagai upaya pencegahan di wilayah kerjanya.Pelayanan Tuberkulosis

Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada seluruh orang

dengan TB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di

FKTP (puskesmas dan jaringannya) dan di FKTL baik pemerintah maupun

swasta. Pelayanan yang diberikan sesuai Pedoman Penanggulangan TB yang

berlaku antara lain :

- Penegakan diagnosis TB dilakukan secara bakteriologis dan klinis serta dapat

didukung dengan pemeriksaan penunjang lainnya.

Standar Pelayanan Minimal 15


- Dilakukan pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir

pengobatan intensif, bulan ke 5 dan akhir pengobatan.

- Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan

panduan OAT standar.

Gejala Utama TB adalah batuk selama 2 minggu atau lebih.Batuk dapat

diikuti dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu

makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa aktifitas fisik

dan badan meriang lebih dari satu bulan. Kegiatan Promotif dan preventif antara

lain penemuan kasus secara dini, penemuan kasus secara aktif, pemberian KIE

untuk pencegahan penularan dengan penerapan etika batuk, pengendalian faktor

risiko dan pemberian obat pencegahan. Prinsip pelayanan TB adalah penemuan

orang dengan TB sedini mungkin, ditatalaksana sesuai standar sekaligus

pemantauan hingga sembuh atau “TOSS TB” (Temukan, Obati Sampai Sembuh).

A.12 Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV

Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,

waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga

pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar. Pelayanan

Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai standar adalah pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil, pasien TB, pasien infeksi menular

seksual (IMS), waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga

pemasyarakatan, dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya

Standar Pelayanan Minimal 16


dan diberikan di FKTP (Puskesmas dan Jaringannya) dan FKTL baik

pemerintah maupun swasta serta di lapas/rutan narkotika. Pelayanan Kesehatan

meliputi: a) Upaya pencegahan pada orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV,

b) Pemeriksaan HIV ditawarkan secara aktif oleh petugas kesehatan bagi orang

yang berisiko dimulai dengan:

pemberian informasi terkait HIV-AIDS

pemeriksaan HIV menggunakan tes cepat HIV dengan menggunakan alat

tes sesuai standar nasional yang telah ditetapkan

orang dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus dirujuk ke fasilitas yang

mampu menangani untuk mendapatkan pengobatan ARV dan konseling

tentang HIV dan AIDS bagi orang dengan HIV (ODHA) dan pasangannya

orang dengan infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender, pengguna

napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan dengan hasil

pemeriksaan HIV negatif harus dilakukan pemeriksaan ulang minimal

setelah tiga (3) bulan, enam (6) bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan yang

pertama.

B. INDIKATOR DAN PENILAIAN SPM


Capaian kinerja pemerintah daerah kabupaten/Kota dalam memberikan

standar pelayanan Minimal bidang kesehatan dengan target capaian kinerja

pemerintahan dalam pelayanan adalah 100 persen (%)

Standar Pelayanan Minimal 17


1. Target SPM

Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu Satuan Kerja/


NO Pencapaian Lembaga
Nilai (Tahun) Penanggung
Indikator
(%) Jawab
1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 100 2022 Dinkes
Kab.Kutai
Kartanegara
2 Pelayanan Kesehatan Ibu bersalin 100 2022 Dinkes
Kab.Kutai
Kartanegara
3 Pelayanan Kesehatan Bayi 100 2022 Dinkes
Baru Lahir Kab.Kutai
Kartanegara
4 Pelayanan Kesehatan Balita 100 2022 Dinkes
Kab.Kutai
Kartanegara
5 Pelayanan Kesehatan pada 100 2022 Dinkes
Usia Pendidikan Dasar Kab.Kutai
Kartanegara
6 Pelaynan Kesehatan pada 100 2022 Dinkes
Usia Produktif Kab.Kutai
Kartanegara
7 Pelayanan Kesehatan pada 100 2022 Dinkes
Usia Lanjut Kab.Kutai
Kartanegara
8 Pelayanan Kesehatan pada 100 2022 Dinkes
Penderita Hypertensi Kab.Kutai
Kartanegara

9 Pelayanan Kesehatan Penderita 100 2022 Dinkes


Diabetes Militus Kab.Kutai
Kartanegara
10 Pelayanan Kesehatan Orang 100 2022 Dinkes
dengan Gangguan Jiwa Berat Kab.Kutai
Kartanegara
11 Pelayanan Kesehatan Orang 100 2022 Dinkes
terduga Tuberkulosis (TB) Kab.Kutai
Kartanegara
12 Pelayanan Kesehatan Orang 100 2022 Dinkes
dengan Resiko Terinfeksi virus Kab.Kutai
yang melemahkan daya tahan Kartanegara
tubuh manusia (HIV)

Standar Pelayanan Minimal 18


C. REALISASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM

Pembangunan Kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar

rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945 dan Undang-

Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. SPM Bidang Kesehatan disusun

dengan prinsip-prinsip yaitu :

1.) Diterapkan pada urusan wajib,

2.) Diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten/Kota,

3.) Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa mengorbankan mutu

dan mempunyai dampak luas pada masyarakat,

4.) Merupakan pelayanan yang langsung dirasakan masyarakat,

5.) Merupakan prioritas tinggi bagi Pemerintah Daerah karena melindungi hak-hak

konstitusional perorangan dan masyarakat,

6.) Berorientasi pada output yang langsung diarasakan masyarakat,

7.) Dilaksanakan secara terus-menerus, terukur dan dapat dikerjakan.

Dengan melaksanakan SPM, maka basis untuk kesejahteraan masyarakat dapat

terbangun setidaknya bila semua sasaran minimal dapat terwujud. Di setiap unit kerja di

daerah (SKPD, DINAS atau Kantor) dalam menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya sudah

diberikan koridor berupa TUPOKSI (tugas Pokok dan Fungsi) yang menggambarkan

cakupan kegiatan yang harus dijalankan dengan pendanaan yang tertuang dalam APBD.

Tidak semua program kegiatan menjadi kegiatan pelayanan yang termasuk dalam

SPM.Hanya beberapa kegiatan pokok saja yang merupakan pelayanan dasar yang wajib

diberikan sesuai fungsi dan tugas pokoknya dari cakupan kegiatan masing-masing Unit

Kerja.

Standar Pelayanan Minimal 19


Berikut disampaikan capaian SPM kabupaten Kutai Kartanegara :
1. Pelayanan kesehatan ibu hamil Tahun 2020
No Kab/kota Target Realisasi (%)
1 Kutai Kartanegara 12.187 11.598 95,17

Permasalahan /Hambatan :
a. Masih ada ibu yang tidak kontak ANC dari TW-1
b. Belum terlayani ANC ibu hamil dengan pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan
c. Mobilisasi ibu hamil untuk kontak ANC di beberapa tempat dengan tidak terlacak
dipencatatan kohort
d. Tidak adanya kunjungan bimbingan teknis untuk pemamtauan dan pembinaan
langsung
e. Kondisi pandemic sehingg dibeberapa zona merah tidak dianjurkan bagi ibu hamil
untuk melakukan ANC rutin tanpa ada factor risiko

Solusi/RTL :
a. Menguatkan intensitas penyuluhan konseling serta kunjungan rumah
b. Ketersediaan peralatan dan logistik untuk reagen/stik pemeriksaan laboratorium
c. Penguatan konsep kewilayahan dan motivasi kepada ibu hamil
d. Ketersediaan anggaran untuk melakukan bimbingan teknis
e. Melakukan bimbingan kelas ibu hamil dengan menggunakan media WhatsApp Grup

2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 11.633 12.065 103,71

Permasalahan /Hambatan :
a. Faktor budaya yang masih kuat hingga masih ada persalinan oleh tenaga non
kesehatan
b. Kurang terpenuhinya fasilitas pelayanan kesehtaan khususnya di desa sehingga
persalinan masih dilakukan dirumah
c. Penentuan sasaran ibu bersalin yang didasarkan pada perhitungan statistik tidak sesuai
dengan kondisi riil ibu bersalin yang lebih besar sehingga cakupan lebih dari 100%

Solusi/RTL :
a. Penguatan Desa Siaga
b. Perencanaan berbasis data dan kebutuhan serta skala prioritas
c. Diperlukan data sasaran pembanding (data dari kelurahan/desa/kecamatan/jika ada
desa dengan sasaran yang tidak sesuai
Standar Pelayanan Minimal 20
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 11.079 11.684 105,48

Permasalahan /Hambatan :
a. Masih 3,25% pesalinan ditolong oleh dukun sehingga bayi tidak mendapatkan
pelayanan sesuai standar
b. Terdapat 6,8% bayi BBLR yang tidak mendapatkan HB
c. Jumlah sasaran bayi dibawah jumlah riil bayi lahir hidup sehingga cakupan >100%.
(Jumlah sasaran bayi 11.684 orang sedangkan data bayi lahir hidup riil sejumlah
12.862 orang.

Solusi/RTL :
a. Meningkatakan kemitraan bidan dan dukun bayi
b. Intensitas pelaksanaan kunjungan rumah ibu nifas dan bayi baru lahir, sehingga ibu
yang melahirkan dengan dukun bersalin juga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
c. Peningkatan kualitas pembelajaran melalui kelas ibu, kualitas pelayanan pada ibu dan
konseling gizi untuk mencegah bayi BBLR.
d. Dalam penghitungan capaian Pelayanan Kesehatan pada Bayi Baru Lahir bisa
disandingkan dengan menggunakan data pembanding riil jumlah bayi lahir hidup di
akhir tahun

4. Pelayanan kesehatan Balita Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 58.691 28.294 48,21

Permasalahan /Hambatan :
a. Diberlakukannya regulasi dan surat edaran tentang adaptasi kebiasaan baru pada masa
pandemi yang berakibat pada tidak berjalannya kegiatan di sebagian besar posyandu
dan tidak dianjurkannya balita tanpa keluhan/sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan
b. Balita dengan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) sebagian besar tidak dibawa oleh orang
tuanya untuk dilakukan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) sebagai salah satu pelayanan yang semestinya didaptkan oleh seorang
balita

Standar Pelayanan Minimal 21


Solusi/RTL :
a. Melakukan kerjasama dan intensitas komunikasi dengan kader kesehatan sebagai
perpanjangan tangan untuk melakukan pemantauan di lapangan
b. Meningkatkan upaya promotif dan edukatif dengan pembuatan leaflet dan media serta
cara penyampaian informasi oleh masing-masing Puskesmas untuk di sebarluaskan ke
wilayah kerjanya.

5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 29.826 29.198 97,89

Permasalahan /Hambatan :
a. Adanya kebijakan dan himbauan agar tidak melakukan pembelajaran dengan tatap
muka sehingga kegiatan penjaringan dan pemeriksaan anak sekolah dilakukan dengan
cara online dengan penggunaan aplikasi
b. Tidak semua siswa mempunyai smartphone android untuk bisa mengakses aplikasi
yang disampaikan oleh pihak Puskesmas

Solusi/RTL :
a. Melakukan sosialisasi dan kerjasama dengan pihak sekolah untuk melakukan
pemantauan pada siswa-siswinya, khususnya bagi anak yang terjaring memiliki
masalah kesehatan
b. Melakukan kerjasama dengan pihak sekolah (guru UKS) untuk melakukan
pemantauan pada siswa siswi yang tidak tercatat di aplikasi karena kendala jaringan
dan ketiadaan smartphone

6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 47.946 26.948 56,20

Standar Pelayanan Minimal 22


Permasalahan /Hambatan :
a. Sistem pencatatan dan pelaporan (pengolahan data) sangat lemah (simpus sering
rusak)
b. Logistik program PTM ( RDT Stik Gula darah dan BHP IVA test ) sering kurang
c. Kurangnya tenaga sehingga banyak tugas rangkap dan sering terjadi rotasi petugas
sehingga program tidak maksimal.
d. Masih kurangnya kerjasama lintas Program

Solusi/RTL :
a. Melakukan Analisis Beban Kerja terhadap Pegawai DiPuskesmas.
b. Pengadaan logistik program PTM (RDT Stik Gula Darah,BHP IVA Test)
c. Meningkatkan Kerjasama lintas Program

7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 47.946 26.948 56,20

Permasalahan /Hambatan :
a. Tidak dilaksanakannya kegiatan posyandu lansia di sebagian besar wilayah
Puskesmas, terutama pada wilayah dengan zona merah
b. Keengganan lansia dan keluarganya untuk membawa lansia melakukan pemeriksaan
pada posyandu lansia yang dibuka, yang dikarenakan kekhawatiran akan paparan
COVID-19
c. Di beberapa Puskesmas memiliki keterbatasan tenaga kesehatan dikarenakan kegiatan
dalam dan luar gedung terutama kegiatan pelayanan/penanganan kasus COVID-19,
serta beberapa tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif

Solusi/RTL :
a. Dilaksanakannya kegiatan pelayanan dengan kunjungan rumah terutama pada lansia
risti (usia >70 tahun dan lansia dengan penyakit kronis/berat)
b. Menjalin komunikasi efektif dengan kader posyandu lansia untuk pemantauan jika ada
lansia yang mengalami masalah kesehatan
c. Mengefisiensikan tenaga petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Pembantu sebagai
pemberi layanan terdekat untuk melakukan pemantauan pada lansia.

Standar Pelayanan Minimal 23


8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 226.148 50.213 22,20

Permasalahan /Hambatan :
a. Petugas pelaksana program belum pernah dilatih tentang program PTM
b. Sistem pencatatan dan pelaporan (pengolahan data) sangat lemah (simpus sering rusak)
c. Logistik program PTM (Posbindu Kit, RDT dan Reagent) sering kurang
d. Kirangnya tenaga sehingga banyak tugas rangkap dan ering terjadi rotasi petugas
sehingga program tidak maksimal

Solusi/RTL :
a. Pelatihan SDM pengelola program PTM puskesmas
b. Pengadaan logistik program PTM (posbindu KIT, RDT dan Reagent)

9. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Militus Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 14.560 12.000 82,42

Permasalahan /Hambatan :
a. Petugas pelaksana program belum pernah dilatih tentang program PTM
b. Keterbatasan logistik untuk pemeriksaan/deketsi dini DM
c. Sistem pencatatan dan pelaporan (pengolahan data) sangat lemah (simpus sering rusak)
d. Kurangnya tenaga sehingga banyak tugas rangkap dan sering terjadi rotasi petugas
sehingga program tidak maksimal

Solusi/RTL :
a. Pelatihan SDM pengelola program PTM puskesmas
b. Pengadaan logistik program PTM (posbindu KIT, RDT dan Reagent)

10. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat Tahun 2020

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 766 645 84,20

Standar Pelayanan Minimal 24


Permasalahan /Hambatan :
a. Petugas program keswa belum pernah mengikuti pelatihan program kesehatan Jiwa
b. Puskesmas sebagian besar tidak mengganggarkan untuk kegiatan kesehatan jiwa
c. Keterbatasan obat obatan untuk khusus gangguan jiwa
d. Rujukan ODGJ berat terkendala dengan biaya/jaminan kesehatan (BPJS)

Solusi/RTL :
a. Pelatihan SDM bagi petugas kabupaten maupun puskesmas
b. Pengadaan obat obatan untuk program kesehatan Jiwa
c. Bantuan advokasi dalam pengurusan BPJS bagi warga kurang mampu dan orang
terlantar

11. Pelayanan kesehatan orang dengan TB Tahun 2017

No Kab/kota Target Realisasi (%)


1 Kutai Kartanegara 5.372 2.753 51,25

Permasalahan /Hambatan :
a. Adanya pandemic Covid-19
b. Tingginya rotasi petugas program TB di puskesmas sehingga masih banyak petugas TB
yang belum dilatih tata laksana TB
c. Berkurangnya kunjungan pelayanan kesehatan karena adanya pandemic Covid-19
sehingga jika ke Puskesmas dengan batuk dikira Covid-19
d. Adanya pengurangan anggaran
e. Ketersediaan logistic khususnya oil emercy
Solusi/RTL :
1. Meningkatan penyakit TB dimasa pandemic bahawa batuk TBC bukan termasuk covid-
19
2. Usulan kembali petugas agar mengikuti pelatihan tata laksana TB
3. Rencana aggaran TB agar pelaksaan program TB terlaksana dengan baik

Standar Pelayanan Minimal 25


12 . Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV 2020
No Kab/kota Target Realisasi (%)
1 Kutai Kartanegara 14.703 13.874 94.36

Permasalahan /Hambatan :
a. Pandemi Covid-19
b. Tingginya stigma terkait penyakit HIV sehingga terdapat sasaran yang tidak mau
skrining atau pemeriksaan HIV
c. Anggaran dikurangi sehingga program tidak dapat secara maksimal dilaksanakan

Solusi/RTL :
a. Peningkatan sosialisasi terkait penyakit HIV
b. Usulan anggaran agar tidak ada pengurangan
c. Solusi yg dilakukan selama pandemi covid-19 kami melakukan zoom metting untuk
evaluasi program yg dilaksankan pada 3 bulan sekali

Standar Pelayanan Minimal 26


BAB III

PENUTUP

Demikian Laporan Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Kesehatan ini dibuat sebagai bentuk Pertanggungjawaban Pelayanan Publik. Dalam

melaksanakan SPM yang merupakan bagian dari pelayanan dasar dalam urusan wajib,

selain sosialisasi konsep penetapan dan petunjuk teknis pelaksanaannya yang dilakukan,

juga diperlukan pemetaan kondisi awal SPM di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

khususnya pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menentukan penetapan

target pencapaian sasaran SPM pada tahun berjalan dan tahun berikutnya hingga memenuhi

standar capaian SPM secara nasional, penghitungan rencana pembiayaan untuk sasaran

capaian tiap tahunnya, dan mengintegrasikan SPM tersebut ke dalam dokumen perencanaan.

Langkah-langkah tersebut merupakan suatu prasyarat agar SPM dapat diterapkan secara

utuh untuk kemudian dapat dianggarkan, dilaksanakan, dan dievaluasi pencapaiannya

sebagai bahan kajian pelaksanaan pelayanan dasar pada tahun berikutnya.

Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

evaluasi dalam rangka mengoptimalkan urusan wajib daerah di Bidang Pelayanan Dasar

Kesehatan.

Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Standar Pelayanan Minimal 27



15

Anda mungkin juga menyukai