Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN CAPAIAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

TAHUN 2019

KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


selesainya penyusunan Laporan Capaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Tahun 2019 Kabupaten
Banjarnegara. Sesuai amanat Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa
penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran
serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sehingga menjadi wajib bagi
pemerintah daerah untuk selalu mengukur setiap capaian
pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat.
Penyusunan Laporan Capaian SPM ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Banjarnegara selalu berusaha untuk
mengembangkan kapasitas daerah dalam peningkatan
pelaksanaan pemenuhan pelayanan dasar untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Laporan Capaian SPM Tahun 2019 Kabupaten
Banjarnegara ini disusun selain untuk mengukur dan
menilai kinerja Perangkat Daerah juga untuk
menyempurnakan kebijakan penerapan SPM dalam
perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018
menyebutkan bahwa Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar terdiri atas 6 urusan
dasar yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum,

ii
Perumahan Rakyat, Ketenteraman, ketertiban umum, dan
pelindungan masyarakat serta Sosial. Maka laporan ini
juga menyajikan perkembangan penerapan dan
pencapaian SPM yang mencakup 6 urusan wajib tersebut.
Dengan berkoordinasi dengan Perangkat Daerah yang
membidangi 6 urusan wajib pelayanan dasar, Kabupaten
Banjarnegara oleh Bagian Pemerintahan dan Otonomi
Daerah Sekretariat Daerah telah mengumpulkan data
capaian hasil penerapan SPM tahun 2018 dengan
memberikan analisa pada indikator-indikator yang belum
dapat terpenuhi 100%, serta membuat kesimpulan dan
usul saran yang berguna untuk penyusunan laporan
pencapaian penerapan SPM di tahun 2019. Untuk itu,
kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak
yang ikut membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa penyajian laporan ini masih
memiliki kekurangan sehingga kami berharap agar
seluruh pihak terkait berkenan memberikan informasi
serta kritik saran dan masukan untuk perbaikan yang
pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan reformasi
birokrasi yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Banjarnegara.

Banjarnegara, Maret 2020

BUPATI BANJARNEGARA,

BUDHI SARWONO

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..........................................................1

B. DASAR HUKUM..............................................................3

C. KEBIJAKAN UMUM........................................................4

D. ARAH KEBIJAKAN...........................................................6

BAB II : PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM

A. URUSAN PENDIDIKAN....................................................8

B. URUSAN KESEHATA.......................................................15

C. URUSAN PEKERJAAN UMUM.........................................40

D.URUSAN PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN


PERMUKIMAN..................................................................45

E. URUSAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM SERTA


PERLINDUNGAN MASYARAKAT.......................................48

F. URUSAN SOSIAL.............................................................58

BAB III : PENUTUP....................................................................65

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah


diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat atau kesejahteraan rakyat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di
samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis
globalisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya
saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan
keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Upaya percepatan terwujudnya
kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan rakyat tersebut
dalam lingkungan strategis globalisasi dengan menggunakan
prinsip pemerataan dan keadilan salah satunya diwujudkan
melalui penetapan dan penerapan SPM.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah maka SPM tidak lagi dimaknai
dalam kontekstual sebagai norma, standar, prosedur, dan
kriteria. Batasan pengertian SPM secara tekstual memang tidak
berubah, yaitu bahwa SPM merupakan ketentuan mengenai
Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar yang berhak
diperoleh setiap Warga Negara secara minimal, namun terdapat
perubahan mendasar dalam pengaturan mengenai Jenis
Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar, kriteria penetapan
SPM, dan mekanisme penerapan SPM.
Pengaturan mengenai Jenis Pelayanan Dasar ditentukan
dengan tegas dan jelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan tidak
didelegasikan lebih lanjut kedalam peraturan perundang-
undangan lainnya. Terkait dengan Mutu Pelayanan Dasar maka
pengaturan lebih rincinya ditetapkan oleh masing-masing
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
sesuai dengan jenis SPM. Pengaturan oleh menteri terkait
1
merupakan pengaturan mengenai standar teknis SPM.
Penetapan SPM dilakukan berdasarkan kriteria barang
dan/atau jasa kebutuhan dasar yang bersifat mutlak dan
mudah distandarkan yang berhak diperoleh oleh setiap Warga
Negara secara minimal sesuai dengan Jenis Pelayanan Dasar
dan Mutu Pelayanan Dasar. Untuk mekanisme penerapan SPM
maka tidak lagi ditentukan berdasarkan indikator SPM dan
batas waktu pencapaian tetapi mengutamakan penerapan SPM
dengan berdasarkan : (i) pengumpulan data secara empiris
dengan tetap mengacu secara normatif sesuai standar teknis; (ii)
penghitungan kebutuhan pemenuhan Pelayanan Dasar; (iii)
penyusunan rencana pemenuhan Pelayanan Dasar; dan (iv)
pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar, yang kesemuanya
itu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan bukan oleh
kementerian terkait.
Perubahan paradigma penting lainnya mengenai SPM yaitu
dalam konteks belanja Daerah. Terhadap belanja Daerah maka

ditentukan secara tegas dan jelas bahwa belanja Daerah


diprioritaskan untuk mendanai pelaksanaan SPM. Atas prioritas
tersebut dan terlaksananya SPM maka SPM telah menjamin hak
konstitusional masyarakat, sehingga bukan kinerja Pemerintah
Daerah yang menjadi prioritas utama apalagi kinerja
kementerian tetapi prioritas utamanya yaitu terpenuhinya
kebutuhan dasar Warga Negara.
Atas perubahan paradigma yang telah disebutkan diatas,
maka penerapan SPM di Kabupaten Banjarnegara dalam tahap
penyesuaian. Secara umum muatan Laporan Penerapan SPM ini
mencakup kebijakan umum, arah kebijakan, penerapan dan
pencapaian SPM serta program dan kegiatan yang dilaksanakan
dalam rangka pemenuhan SPM terhadap warga negara penerima
layanan dasar dalam hal ini yaitu warga negara Indonesia yang
tercatat sebagai warga Kabupaten Banjarnegara.

2
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum penerapan SPM di Kabupaten Banjarnegara,
antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 45);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2011 Nomor 5234);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6178).
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1475).
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Kesehatan
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
100 Tahun 2018 tentang Penerapan SPM (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1540).

3
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2018 tentang Standar Teknis
Pelayanan Minimal Pendidikan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1687).
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2018
tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Sub Urusan
Kebakaran Daerah Kabupaten/Kota
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis Standar
Pelayanan Minimal Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Standar Teknis Standar
Pelayanan Minimal Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018
tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Sub-Urusan Bencana Daerah
Kabupaten/Kota
13. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial di Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota

C. KEBIJAKAN UMUM

Kebijakan umum menggambarkan kebijakan umum daerah


yang dimuat dalam rencana penerapan dan pencapaian SPM
yang dituangkan dalam RPJMD. Prioritas pembangunan dalam
RKPD Kabupaten Banjarnegara tahun 2019 disusun melalui
beberapa pendekatan, meliputi politis, teknokratis, partisipatif,
dan top down-bottom up. Berpedoman pada Peraturan Bupati
Banjarnegara Nomor 42 tahun 2019 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara, Tema
BANJARNEGARA BERMARTABAT DAN BERSEJAHTERA
Pembangunan Kabupaten Banjarnegara Tahun 2019 adalah
“Pengembangan Infrastruktur Jalan”. Fokus prioritas pada
program dan kegiatan yang berdampak pada peningkatan
4
kompetensi dan daya kompetisi pelaku usaha, infrastruktur
penunjang aktivitas perekonomian, dan kebijakan kabupaten
yang berdampak perluasan jangkauan pemasaran citra industri
jasa dan budaya Kabupaten Banjarnegara. Selain itu, prioritas
pendukung diletakkan pada program dan kegiatan yang
berdampak meningkatkan kecukupan dan kualitas layanan
dasar pendidikan, kesehatan, pemukiman, dan koponen
penguat reformasi birokrasi dan pelayanan publik yang
berkeadilan. Dalam rangka siaga tahun politik (pemilu serentak)
program dan kegiatan yang berdampak pada penguatan
kesiagaan masyarakat untuk meningkatkan kondusivitas kota
juga menjadi prioritas. Oleh karena itu, arah kebijakan terkait
pencapaian SPM yang mendasari rencana kerja pembangunan
Kabupaten Banjarnegara dan diterjemahkan oleh Perangkat
Daerah sesuai kewenangan urusannya adalah:

BIDANG ARAH KEBIJAKAN

Pendidikan a. Peningkatan akses, kualitas dan


relevansi pendidikan
b. Membudayakan ilmu pengetahuan,
tehnologi dan seni berkarakter
unggul
c. Pengembangan kreatifitas pemuda

Kesehatan d. Pembiasaan Pola Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat
e. Peningkatan aksesibilitas dan
kualitas layanan kesehatan
Pekerjaan Umum Peningkatan kuantitas dan kualitas
infrastruktur memenuhi Universal
Access
Perumahan Rakyat Peningkatan tata kelola lingkungan
dan Kawasan sehat
Permukiman

5
Ketenteraman, Peningkatan kondusivitas keamanan,
Ketertiban Umum ketertiban, kenyamanan kota
dan Perlindungan
Masyarakat
Sosial Percepatan pengentasan masyarakat

miskin dan pengangguran

Adapun prioritas pembangunan tahun 2019 sebagai berikut :


a. Penguatan komponen reformasi birokrasi dan pelayanan
publik yang berkeadilan
b. Peningkatan kompetensi dan daya kompetisi pelaku usaha

c. Penguatan kebijakan kabupaten yang berdampak pada


perluasan jaringan pemasaran citra industri jasa dan budaya
Kabupaten Banjarnegara
d. Penguatan layanan dasar pangan, pendidikan, kesehatan dan
permukiman
e. Peningkatan infrastruktur penunjang aktivitas perekonomian
f. Peningkatan kondusivitas kabupaten dan tata kelola
lingkungan hidup

D. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan menggambarkan orientasi dan komitmen


yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah selama satu
tahun anggaran dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM
yang dituangkan dalam KUA.
Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan
pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan
dengan standar pelayanan minimal. Adapun Kebijakan Umum
APBD Kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2019, sebagai
berikut :
1. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, alokasi
anggaran fungsi pendidikan diupayakan sekurang-kurangnya
34,26% dari belanja daerah, termasuk Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
dan Biaya Personal (Bantuan Sosial);
6
2. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, alokasi
anggaran urusan kesehatan sekurang-kurangnya 9,98% dari
total belanja APBD di luar gaji sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, termasuk Jaminan Kesehatan Nasional yang belum
dibiayai oleh APBN/APBD Provinsi Jawa Tengah serta anggaran
Bantuan Sosial bidang kesehatan;
3. Penganggaran Pendapatan dan Belanja yang bersumber dari
dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) pada Puskesmas;
4. Penganggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana
lokal dan pemberdayaan masyarakat kelurahan paling sedikit
5% dari APBD Kota setelah dikurangi DAK;

7
BAB II
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM

A. Bidang Urusan Pendidikan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal yang
telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2018 tentang
Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan, bahwa jenis
pelayanan dasar SPM bidang urusan pendidikan, antara lain : a)
Pendidikan dasar; b) Pendidikan kesetaraan; dan c) Pendidikan
anak usia dini.
1. Jenis Pelayanan Dasar
]
Jenis pelayanan dasar untuk SPM bidang urusan
pendidikan antara lain :
a. Pendidikan Dasar, dengan indikator sebagai berikut :

Anak Usia 7-15 Tahun yang sudah


tamat/sedang belajar di satuan
Pendidikan Dasar

x 100%
Anak Usia 7-15 Tahun

b. Pendidikan Kesetaraan, dengan indikator sebagai


berikuti:
Anak Usia 7-18 Tahun yang sudah
tamat/sedang belajar di satuan
Pendidikan Kesetaraan

x 100%
Anak Usia 7-18 Tahun

8
c. Pendidikan Anak Usia Dini, dengan indikator sebagai
berikut :
Anak Usia 5-6 Tahun yang sudah
tamat/sedang belajar di satuan
Pendidikan Kesetaraan

x 100%
Anak Usia 5-6 Tahun

2. Target Pencapaian SPM

Target pencapaian SPM bidang urusan pendidikan


sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal yaitu 100% setiap tahunnya.
Adapun target warga negara yang seharusnya
memperoleh pelayanan dasar bidang urusan pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Target Kab. Banjarnegara yang
Seharusnya Mendapat Pelayanan
Jenis Dasar
Pelayanan
Dasar
No.
Kualifikasi Jumlah

1. Pendidikan Jumlah Warga Negara 145.090

Dasar Usia 7 – 15 Tahun


2. Pendidikan Jumlah Warga Negara 10.150

Kesetaraan Usia 7 – 18 Tahun


3. Pendidikan Jumlah Warga Negara 33.046

Anak Usia Dini Usia 5 - 6 Tahun

9
3. Realisasi

Pada Tahun 2019, realisasi capaian SPM bidang urusan


pendidikan, disampaikan sebagai berikut :
Jenis Capaian

Pembilang

Penyebut
Pelayanan Indikator Kinerja
No. Dasar Pencapaian (%)

1. Pendidikan Jumlah Warga 145.090 133.788 92,21


Dasar Negara Usia 7 –
15 Tahun yang
berpartisipasi
dalam
pendidikan
dasar (SD/Mi,
SMP/MTs)

2. Pendidikan Jumlah Warga 2.705 10.150 26,65


Kesetaraan Negara Usia 7 –
18 Tahun yang
belum
menyelesaikaan
pendidikan
dasar dan atau
menengah yang
berpartisipasi
dalam
pendidikan
kesetaraan.

10
Jenis Capaian

Pembilang

Penyebut
Pelayanan Indikator Kinerja
No. Pencapaian
Dasar (%)

3. Pendidikan Jumlah Warga 33.046 29.639 89,69


Anak Usia Negara Usia 5 -
Dini 6 Tahun yang
berpartisipasi
dalam
pendidikan
PAUD.

4. Alokasi Anggaran

Dalam rangka implmentasi SPM urusan Pendidikan,


kebijakan alokasi anggaran sangat diperlukan. Berdasarkan
APBD Tahun Anggaran 2019, dana yang dialokasikan untuk
mendukung implementasi Standar Pelayanan Minimal
sebesar Rp. 12.370.520.000,00 terdiri dari :
a. Belanja Langsung sebesar Rp. 10.170.920.000,00
b. Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp. 2.199.600.000,00
rincian alokasi anggaran per jenis pelayanan dasar sebagai
berikut :
Jenis
Pelayanan Alokasi Realisasi
No. Anggaran(Rp) Anggaran (Rp) (%)
Dasar

BELANJA 10.170.920.000,- 9.788.471.402,- 96,24


A. LANGSUNG

1. Program 7.696.350.000,- 7.436.244.719,- 96,62


Pendidikan

Dasar
2. Program 1.345.000.000,- 1.249.440.133,- 92,90

11
Pendidikan

Kesetaraan
3. Program 153.600.000,- 151.610.000,- 98,70
Pendidikan
Anak Usia
Dini
4. Program 975.970.000,- 951.176.550,- 97,46
Pendidik
dan Tenaga
Kependidika
n
2.199.600.000,- 2.115.750.000,- 96,19
B BELANJA
BANTUAN
SOSIAL
Bantuan 2.199.600.000,- 2.115.750.000,- 96,19
Siswa
Miskin

TOTAL 12.370.520.000,- 11.904.221.402,- 96,23

12
5. Dukungan Personil
Sesuai dengan Permendikbud nomor 32 tahun 2018,
bahwa pemenuhan SPM disamping jenis pelayanan adalah
mutu pelayanan. Sebagaimana di atur dalam pasal 28, salah
satu mutu pelayanan pendidikan adalah standar jumlah dan
kualitas tenaga pendidik dan tenga kependidikan.
Kualitas tenaga pendidik diukur berdasarkan tingkat
pendidikan minimal yaitu S1 atau D/IV serta memiliki
sertifikat profesi guru yang dimiliki. Berikut tabel jumlah
tenaga pendidik tahun 2019 :
Jml JUMLAH TENAGA PENDIDIK
Satua Pendidikan Sertifkiat Profesi Guru
N
Jenjang n Bel
o Jumla Jumla
Pendi um S1 % belum sudah %
h h
dikan S1
A JENJANG
307 99 458 557 82,23 315 242 557 43,45
PAUD
1
TK 307 99 458 557 82,23 315 242 557 43,45
B JENJANG
DIKDAS 728 248 5.747 5.995 96 2.619 3.376 5.995 56,31
2
SD 630 221 3.999 4.220 94,76 2.019 2.201 4.220 52,16
3
SMP 98 27 1.748 1.775 98,48 600 1.175 1.775 66,20
C JENJANG 21 72 298 370 80,54 370 0 370 0
KESETARA
AN
4
PKBM 21 72 298 370 80,54 370 - 370 -

JUMLAH
1.056 419 6.503 6.922 93,95 3.304 3.618 6.922 52,27

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pemenuhan


standar mutu pelayanan terutama tenaga Pendidik di
Kabupaten Banjarnegara belum mencapai 100 %
sebagaimana diamanatkan peraturan yang berlaku. Tenaga
Pendidik dengan pendidikan minimal DIV/S1 tercapai
93,95% yang artinya belum semua tenaga pendidik
13
berijazah DIV atau Sarjana (S1). Prosentase terendah tenaga
pendidik pada jenjang TK yaitu 82,23%, hal tersebut
disebabkan Satuan Pendidikan pada Jenjang TK lebih
banyak berstatus swasta sehingga rekruitmen maupun
persyaratan minimal tenaga pendidik sepenuhnya menjadi
hak yayasan. Adapun capaian Tenaga Pendidik yang
memiliki sertifikat Profesi Guru tercapai 52,27. Hal tersebut
dikarenakan masih banyaknya guru tenaga wiyata bhakti
pada sekolah negeri yang statusnya bukan PNS sehingga
belum memenuhi persyaratan untuk mendapat sertifikat
profesi guru. Disamping itu, tenaga tutor pada PKBM tidak
memiliki kewajiban memiliki Sertifikat profesi guru.
Dari gambaran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
terkait dengan mutu standar pelayanan minimal,
pemenuhannya bukan semata-mata menjadi kewajiban
Pemerintah Daerah akan tetapi menjadi tanggungjawab
bersama anatara Pemerintah Pusat dalam hal pemenuhan
kuota pengangkatan ASN Guru serta pemerataannya
menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah.

6. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang dihadapi dalam rangka implementasi


Standar Pelayanan Minimal (SPM) urusan pendidikan di
Kabupaten Banjarnegara sebagai berikut :

1. Belum adanya indeks standar kebutuhan personal siswa


di Kabupaten Banjarnegara. Hal tersebut menjadi
kendala pada saat menentukan kebijakan alokasi
anggaran peralatan sekolah dan lainnya yang
proporsional dan realistis bagi peserta didik miskin

2. Belum adanya standar atau kriteria kemiskinan di luar


penerima KIP. Adapun data yang tersedia dari Basis Data
Terpadu (BDT) sudah masuk dalam PIP.

3. Verifikasi dan Pendataan Anak Tidak Sekolah (ATS)


kurang efektif dan efisien disebabkan sebaran ATS yang
dimungkinkan berada di luar sesuai alamat dan letak
geografis kabupaten banjarnegara yang cukup luas.

14
4. Jumlah Tenaga Pendidik terutama yang berstatus ASN
masih mengalami kekurangan, sehingga baik sebaran
pemerataan maupuin kompetensi belum bisa maksimal.

Adapun solusi yang dilakukan dalam pemenuhan


Standar Pelayanan Minimal urusan pendidikan yaitu melalui
penanggaran sesuai dengan kemampuan keuangan daerah,
penguatan data melalui kelembagaan di wilayah, usul
rekruitnmen ASN guru sesuai dengan kebutuhan di
Kabupaten Banjarnegara, peningkatan kompetensi melalui
diklat dan pelatihan.

B. Bidang Urusan Kesehatan

Bahwa indikator pelayanan dasar SPM bidang urusan


kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Indikator tersebut telah
digunakan untuk menghitung capaian SPM sejak Tahun 2019
untuk digunakan sebagai bahan laporan penerapan SPM bidang
urusan kesehatan Tahun 2019 dan diadopsi sebagai indikator
SPM bidang urusan kesehatan pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal.

1. Jenis Pelayanan Dasar

Adapun jenis pelayanan dasar SPM bidang urusan


kesehatan berdasarkan kedua aturan tersebut diatas, antara
lain :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Rumus penghitungan ibu hamil yang mendapatkan


pelayanan kesehatan ibu hamil, adalah sebagai berikut :

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan x 100%


pelayanan K4 di fasilitas pelayanan

15
kesehatan milik pemerintah dan swasta
Jumlah semua ibu hamil di Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Rumus penghitungan ibu bersalin yang mendapatkan


pelayanan kesehatan ibu bersalin, adalah sebagai berikut
:
Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan
pelayanan persalinan sesuai standar di
fasilitas kesehatan
x 100%
Jumlah semua ibu bersalin yang ada di
wilayah Kabupaten Banjarnegara pada
Tahun 2019

c. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir

Rumus penghitungan bayi baru lahir yang


mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
adalah sebagai berikut :
Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari
yang mendapatkan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai
dengan standar
x 100%
Jumlah semua bayi baru lahir di Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

d. Pelayanan Kesehatan Balita

Rumus penghitungan balita yang mendapatkan


pelayanan kesehatan balita, adalah sebagai berikut :
Jumlah balita usia 0-59 bulan yang
mendapat pelayanan kesehatan balita
sesuai standar

16
x 100%
Jumlah semua balita 0-59 bulan di
Kab. Banjarnegara pada Tahun 2019

e. Pelayanan Kesehatan pada Anak Usia Pendidikan Dasar


Rumus penghitungan pelayanan kesehatan anak
usia pendidikan dasar yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar, adalah sebagai berikut :
Jumlah anak usia pendidikan dasar
kelas 1 dan 7 yang mendapat
pelayanan skrining kesehatan di satuan
pendidikan dasar
x 100%
Jumlah semua anak usia pendidikan
dasar kelas 1 dan 7 yang ada di Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

f. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif

Rumus penghitungan pelayanan kesehatan pada


usia produktif yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar, adalah sebagai berikut :
Jumlah pengunjung usia 15-59 tahun
mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar
x 100%
Jumlah warga negara usia 15-59 tahun
yang ada di Kab. Banjarnegara pada
Tahun 2019

17
g. Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut

Rumus penghitungan pelayanan kesehatan pada


usia lanjut yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar, adalah sebagai berikut :
Jumlah pengunjung berusia 60 tahun
keatas yang mendapat skrining
kesehatan sesuai standar minimal 1
kali dalam kurun waktu satu tahun

Jumlah semua penduduk berusia 60 x 100%


tahun keatas yang ada di Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

h. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi

Rumus penghitungan pelayanan kesehatan penderita


hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar, adalah sebagai berikut :
Jumlah penderita hipertensi yang
mendapat pelayanan kesehatan sesuai
standar

x 100%

Jumlah estimasi penderita hipertensi


berdasarkan angka prevelensi Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

i. Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)

Rumus penghitungan pelayanan kesehatan penderita


diabetes melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar, adalah sebagai berikut :
Jumlah penyandang DM yang
mendapatkan pelayanan kesehatan x 100%
18
sesuai standar

Jumlah penyandang DM berdasarkan


angka prevelensi DM nasional di
wilayah kerja Pemerintah Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

j. Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa


(ODGJ) Berat
Rumus penghitungan pelayanan kesehatan orang
dengan gangguan jiwa yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar, adalah sebagai berikut :
Jumlah ODGJ berat (psikotik) di wilayah
kerja Pemerintah Kab. Banjarnegara
yang mendapat pelayanan kesehatan
jiwa promotif preventif
sesuai standar
x 100%
Jumlah ODGJ berat (psikotik) di
wilayah kerja Pemerintah Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

k. Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB)

Rumus penghitungan pelayanan kesehatan orang


dengan tuberkulosis yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar, adalah sebagai berikut :
Jumlah orang yang mendapatkan
pelayanan TB sesuai standar
Jumlah orang dengan TB yang ada di x 100%
wilayah kerja Pemerintah Kab.
Banjarnegara pada Tahun 2019

l. Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi

HIV
Rumus penghitungan pelayanan kesehatan orang

dengan risiko terinfeksi HIV yang mendapatkan


19
pelayanan kesehatan sesuai standar, adalah sebagai
berikut :
Jumlah orang berisiko terinfeksi HIV
yang mendapatkan pemeriksaan HIV
sesuai standar
Jumlah orang berisiko terinfeksi HIV
yang ada di wilayah kerja Pemerintah x 100%
Kab. Banjarnegara pada Tahun 2019

2. Target Pencapaian SPM

Target pencapaian SPM bidang urusan kesehatan


sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal yaitu 100% setiap tahunnya.
Adapun target warga negara yang seharusnya
memperoleh pelayanan dasar bidang urusan kesehatan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Target Kab. Banjarnegara yang
Seharusnya Mendapat Pelayanan
Dasar
Jenis Pelayanan
Dasar
No. Kualifikasi Jumlah

1. Pelayanan Jumlah ibu hamil yang 18.101


kesehatan ibu seharusnya
hamil mendapatkan layanan
kesehatan
2. Pelayanan Jumlah ibu bersalin 15.683
kesehatan ibu yang seharusnya
bersalin mendapatkan layanan
kesehatan
3. Pelayanan Jumlah bayi baru lahir 15.733
kesehatan bayi yang seharusnya
baru lahir mendapatkan layanan
kesehatan

20
4. Pelayanan Jumlah balita yang 73.916
kesehatan balita mendapatkan layanan
kesehatan
5. Pelayanan Jumlah warga negara 137.865
kesehatan pada usia pendidikan dasar
usia pendidikan yang seharusnya
dasar mendapatkan layanan
kesehatan
6. Pelayanan Jumlah warga negara 632.178
kesehatan pada usia produktif
usia produktif yang
seharusnya
mendapatkan layanan
kesehatan
7. Pelayanan Jumlah warga negara 144.076
kesehatan pada usia lanjut
usia lanjut yang
seharusnya
mendapatkan layanan
Kesehatan
8. Pelayanan Jumlah warga negara 284.224
kesehatan penderita hipertensi
penderita yang seharusnya
hipertensi mendapatkan layanan
Kesehatan
9. Pelayanan Jumlah warga negara 13.763
kesehatan penderita diabetes
penderita melitus
diabetes melitus yang
seharusnya
mendapatkan layanan
kesehatan
10. Pelayanan Jumlah warga negara 2.675
kesehatan orang dengan gangguan jiwa
dengan gangguan berat yang seharusnya
jiwa berat terlayani kesehatan

21
11. Pelayanan Jumlah warga negara 9.533
kesehatan orang terduga tuberkulosis
terduga yang seharusnya
tuberkulosis mendapatkan layanan
Kesehatan
12. Pelayanan Jumlah warga negara 20.831

kesehatan orang dengan risiko

dengan risiko terinfeksi virus yang

terinfeksi virus melemahkan daya

yang melemahkan tahan tubuh manusia

daya tahan tubuh (Human

manusia (Human Immunodeficiency

Immunodeficiency Virus) yang

Virus) Seharusnya

mendapatkan layanan

kesehatan

22
1. Realisasi
Pada Tahun 2019, realisasi capaian SPM bidang urusan

kesehatan, disampaikan sebagai berikut :

Jenis Capaian

Pembilang

Penyebut
Pelayanan Indikator Kinerja
No. Pencapaian
Dasar (%)

1. Pelayanan Jumlah ibu


kesehatan ibu
hamil hamil yang
15.458 18.101 85,4
mendapatkan
layanan
kesehatan

2. Pelayanan Jumlah ibu


kesehatan ibu bersalin yang
bersalin mendapatkan 15.596 15.683 99,45
layanan
kesehatan
3. Pelayanan Jumlah bayi
kesehatan baru lahir
bayi baru yang
15.398 15.733 97.87
lahir mendapatkan
layanan
kesehatan
4. Pelayana Jumlah balita
n
kesehatan yang
60.508 73.916 81,86
balita mendapatkan
layanan
kesehatan
5. Pelayanan Jumlah
69.499 137.865 50,41
Kesehatan warga negara

23
Jenis Capaian

Pembilang

Penyebut
Pelayana Indikator Kinerja
No. Pencapaian
n Dasar (%)

pada usia usia


pendidikan pendidikan
dasar dasar

yang
mendapatkan
layanan
kesehatan
6. Pelayana Jumlah
n warga negara
kesehatan usia produktif
pada usia yang 59.358 632.178 9,39
produktif mendapatkan
layanan
kesehatan
7. Pelayana Jumlah
n warga negara
kesehatan usia lanjut
pada usia yang 46.871 144.076 32,5
lanjut mendapatkan
layanan
kesehatan
8. Pelayanan Jumlah
Kesehatan warga negara
penderita penderita
hipertensi hipertensi
yang 35.509 284.224 12,5

mendapatkan
layanan
kesehatan

24
9. Pelayanan Jumlah
kesehatan warga negara
penderita penderita
diabetes diabetes
12.526 13.763 91
mellitus melitus yang
mendapatkan
layanan
kesehatan
10. Pelayanan Jumlah
kesehatan warga negara
orang dengan dengan
gangguan jiwa gangguan
1.901 2.675 71
berat jiwa berat
yang
terlayani
kesehatan
11. Pelayanan Jumlah
Kesehatan warga negara
orang terduga terduga
tuberkulosis tuberkulosis
10.256 9.533 107
yang
mendapatkan
layanan
kesehatan
12. Pelayanan Jumlah 19.116 20.831 76.0

Kesehatan warga negara

orang dengan dengan risiko

Risiko terinfeksi

Terinfeksi virus yang

virus yang melemahkan

melemahkan daya tahan

daya tahan Tubuh

Tubuh manusia

Manusia (Human

25
(Human Immunodefici

Immunodeficie ency Virus)

ncy Virus) Yang

mendapatkan

layanan

kesehatan

Dari 12 (dua belas) jenis pelayanan dasar SPM bidang

urusan kesehatan yang ditetapkan, 1 (satu) jenis pelayanan


dasar telah tercapai sesuai target yang ditetapkan atau
tercapai 100%, yaitu Pelayanan tuberculosis sesuai standar

Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan sesuai


standard belum mencapai target dikarenakan masih ada ibu
hamil yang kontak dengan tenaga kesehatan setelah umur
kehamilan lebih dari 12 minggu (akses) sehingga tidak
tercatat mendapat pelayanan sesuai standar karena
kehilangan kontak dengan petugas kesehatan pada trimester
pertama. Jumlah ibu hamil di Kabupaten Banjarnegara pada
tahun 2019 adalah 18.101 dengan cakupan K4 (Pelayanan
Ibu hamil sesuai standar) sebesar 15.458 atau sebesar
85,40%.

Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 untuk


meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil dalam
melakukan pemeriksaan kesehatan antara lain Deteksi dan
penatalaksanaan risiko tinggi pada ibu dan anak melalui
kelas ibu hamil dan pemantauan program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan OCe Oke
(One Client One Kader)

Pelayanan Kesehatan ibu bersalin belum mencapai


target hal ini karena masih ada ibu hamil yang melahirkan
sendiri tanpa perrtolongan tenaga kesehatan dan bersalin
dengan dukun bayi, dari jumlah 15.683 ibu hamil yang ada
sebanyak 15.596 diantaranya atau 99,45% sudah bersalin
dengan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
26
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan
sesuai standar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/kota
dengan memberikan pelayanan Kesehatan ibu bersalin
kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu sati tahun. Pelayanan persalinan sesuai standar
adalah persalinan yang dilakukan oleh bidan dan atau
Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan di fasilitas
pelayanan kesehatan Pemerintah maupun swasta yang
memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal
dan atau persalinan dengan komplikasi.

Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 untuk


mendukung persalinan dengan tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan antara lain Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), kemitraan bidan dan dukun
bayi dan kebijakan dari Pemerintah Daerah melalui Dinas
Kesehatan yang mewajibkan pertolongan persalinan di
Puskesmas dan bagi ibu hamil yang jauh aksesnya ke
Puskesmas disediakan rumah tunggu dan juga disediakan
anggaran jaminan persalinan kesehatan bagi ibu hamil untuk
bersalin gratis di fasilitas kesehatan.

Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir sesuai standar


belum mencapai target disebabkan masih adanya kelahiran
sendiri sehingga tidak mendapatkan kunjungan neonatus
yang pertama dan adanya bayi yang meninggal pada masa
neonatus sebanyak 130 kasus. Pada tahun 2019 dari jumlah
bayi baru lahir 15.733 yang mendapatkan pelayanan sesuai
tandar sebanyak 15.398 (97,87%).

Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 untuk


meningkatkan pelayanan bayi baru lahir sesuai standar
dengan kunjungan neonatus lengkap antara lain Sweeping
nenonatus melalui kunjungan neonatus, peningkatan kualitas
pelayanan neonates, penertiban pencatatan dan pelaporan
kasus komplikasi neonatus.

Pelayanan kesehatan belita sesuai standar adalah


pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anak usia 0-59
bulan dan dilakukan oleh Bidan dan atau Perawat dan atau
Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat
27
Tanda Register (STR) dan diberikan di fasilitasi kesehatan
pemerintah maupun swasta, dan UKBM meliputi pelayanan
balita sehat maupun pelayanan balita sakit. Pelayanan
Kesehatan, meliputi Pelayanan kesehatan balita sehat adalah
pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
menggunakan buku KIA dan skrining tumbuh kembang,
meliputi Pelayanan kesehatan Balita usia 0 -11 bulan yaitu
Penimbangan minimal 8 kali setahun, Pengukuran
panjang/tinggi badan minimal 2 kali /tahun, Pemantauan
perkembangan minimal 2 kali/tahun, Pemberian kapsul
vitamin A pada usia 6-11 bulan 1 kali setahun, Pemberian
imunisasi dasar lengkap.

Pelayanan kesehatan Balita usia 12-23 bulan meliputi


Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam
kurun waktu 6 bulan) dan Pengukuran panjang/tinggi badan
minimal 2 kali/tahun, Pemantauan perkembangan minimal 2
kali/ tahun, Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali
setahun dan Pemberian Imunisasi Lanjutan

Pelayanan kesehatan Balita usia 24-59 bulan meliputi


Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam
kurun waktu 6 bulan), Pengukuran panjang/tinggi badan
minimal 2 kali/tahun, Pemantauan perkembangan minimal 2
kali/ tahun, Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali
setahun, Pemantauan perkembangan balita, Pemberian
kapsul vitamin, Pemberian imunisasi dasar lengkap,
Pemberian imunisasi lanjutan, Pengukuran berat badan dan
panjang/tinggi badan, Edukasi dan informasi. Dan Pelayanan
kesehatan balita sakit adalah pelayanan balita menggunakan
pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

Pelayanan kesehatan belita sesuai standar belum


mencapai target hal ini disebabkan oleh keterbatasan SDM,
kompetensi kader dalam penimbangan, peran serta
masyarakat dalam penimbangan, pemantauan tumbuh
kembang anak, sarana dan prasarana belum memadai sesuai
standar. Dari 73.916 balita , sebanyak 60.508 balita
(81,86%) yang telah mendapat pelayanan kesehatan sesuai
standar .
28
Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar belum
mencapai target dari 137.865 siswa, yang mendapat
pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar sebanyak
69.499 siswa (50,49%). Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya keterbatasan sumber daya dalam
pelaksanaan kegiatan penjaringan kesehatan di sekolah dan
ketidakhadiran siswa saat pelaksanaan kegiatan sehingga
harus dilakukan kunjungan berulang. Peran orang tua dalam
mendukung keberhasilan kegiatan juga berpengaruh
sehingga diperlukan peningkatan pemahaman orang tua
dalam mengembangkan kesadaran dan kebiasaan
berperilaku hidup sehat, keterbatasan sarana dan prasarana
pendukung penjaringan kesehatan di sekolah.

Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 adalah


penjaringan kesehatan untuk kelas 1 dan kelas 7, pemberian
informasi pola hidup sehat melalui penyuluhan dan
pengembangan media promosi kesehatan tentang kesadaran
hidup sehat

Capaian persentase warga negara usia 15 - 59 tahun


mendapat skrining kesehatan sesuai standart belum
mencapai target yang ditetapkan, capaian sebesar 9,77% dari
target yang ditetapkan 100%. hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut yaitu masih kurangnya
kesadaran masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan
posbindu yang sudah ada hampir di semua desa/kelurahan,
belum semua desa mempunyai peralatan posbindu kit, masih
kurangnya peralatan bahan habis pakai laboratorium (stik
gula darah), dukungan dari lintas sektoral belum optimal
terutama dalam pengadaan sarana dan prasarana posbindu
kit, jumlah sumber daya manusia (kader) di desa/kelurahan
masih sangat terbatas (rata-rata baru ada 5 orang yang
sudah terlatih dan mau jadi kader posbindu), kader
desa/kelurahan rata-rata masih sangat terbatas
kemampuannya dalam hal pelaporan dan pencatatan hasil
kegiatan posbindu yang berbasis website, masih kurangnya
publikasi kepada masyarakat terkait tujuan dan manfaat
adanya posbindu.
29
Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 adalah
pengadaan alat posbindu kit 148 paket, pengadaan bahan
habis pakai laboratorium, pertemuan surveilans posbindu
bagi pelaksana posbindu puskesmas, pertemuan validasi
data posbindu, pelaksanaan deteksi dini factor risiko
penyakit tidak menular di posbindu desa/kelurahan,
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun di acara-acara
tertentu.

Pelayanan Kesehatan pada kelompok usia lanjut belum


mencapai target disebabkan beberapa faktor yaitu kurangnya
kesadaran masyarakat khususnya kelompok lanjut usia
untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, masih
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya
mengelola kesehatan usia lanjut, belum terdistribusinya
secara merata tenaga kesehatan maupun kader lansia
sebagai pengelola kegiatan lansia dan minimnya dukungan
anggaran untuk pengadaan alat pemeriksaan yang lengkap
dalam memenuhi pelayanan kesehatan secara standar
terhadap kelompok usia lanjut.

Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 adalah


gebyar lansia sehat, pembinaan kader lansia dan pertemuan
teknis programmer lansia yang bersumber dari Dana Alokasi
Khusus Non Fisik, sedangkan Anggaran yang bersumber dari
APBD 2 untuk mendukung upaya pencapaian pelayanan
pada kelompok usia lanjut tidak ada, sehingga diperlukan
adanya dukungan dana yang memadai agar kegiatan dapat
dilaksanakan dan pencapaian target dapat meningkat.

Capaian persentase warga negara penderita diabetes


melitus yang mendapatkan layanan kesehatan belum
mencapai target yang ditetapkan, capaian sebesar 91% dari
target yang ditetapkan 100%. Namun mengalami kenaikan
apabila dibandingkan Tahun 2018 dengan capaian sebesar
46,26%.

Pelayanan Kesehatan penderita diabetes melitus belum


mencapai target disebabkan oleh karena beberapa faktor
sebagai berikut masih kurangnya kesadaran masyarakat
untuk kontrol teratur terkait penyakitnya, masih kurangnya
30
sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya deteksi dini
faktor risiko penyakit tidak menular, belum semua puskesmas
melaksanakan Pandu PTM (Pelayanan Terpadu Penyakit
Tidak Menular) karena belum semua puskesmas (dokter dan
perawat) dilatih terkait Pandu PTM dan baru satu puskesmas
yang di latih Pandu PTM, sarana dan prasarana untuk
operasional Pandu PTM (stik gula darah) masih belum
tercukupi, data pelayanan pasien dengan diabetes melitus
baru dari laporan pelayanan yang dilaksanakan di
puskesmas sedangkan data dari laporan jejaring puskesmas
belum melaporkan, secara kuntitatif capaian sasaran sesuai
SPM masih tinggi karena sementara menggunakan target
jumlah sasaran berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas tahun 2017).

Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 adalah


sebagai berikut: pertemuan peningkatan kapasitas bagi
pelaksana program penyakit tidak menular, dokter fungsional
puskesmas. Anggaran yang bersumber dari APBD 2 untuk
mendukung upaya pencapaian pelayanan pasien dengan
diabetes melitus masih kurang, maka dari itu masih sangat
diperlukan adanya dukungan dana yang mencukupi untuk
tahun ke depannya agar pencapaian target dapat naik.

Pelayanan terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa


Berat (ODGJ) belum mencapai target yaitu 74% (target 100%)
disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut baru ada 2
puskesmas (dokter/perawat) yang dilatih kesehatan jiwa
(APBD 1), masih kurangnya sosialisasi kesehatan jiwa di
masyarakat dan keluarga ODGJ, keluarga ODGJ Berat
sebagian besar dari kalangan ekonomi ke bawah dan tingkat
kesadarannya masih rendah untuk mengajak anggota
keluarganya yang ODGJ berat sehingga untuk mendampingi
anggota keluarganya yang ODGJ untuk kontrol teratur masih
kurang , apalagi harus kontrol ke rumah sakit yang aksesnya
lebih jauh, Kabupaten Banjarnegara belum ada rumah sakit
rujukan jiwa untuk penanganan lebih lanjut kasus kasus
ODGJ Berat, dan belum ada dokter spesialis jiwa, obat-
obatan jiwa masih belum mencukupi apalagi BPJS belum
31
menyediakan obat-obatan jiwa.

Kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2019 adalah


sebagai berikut pertemuan refresing bagi pelaksana program
jiwa puskesmas, pertemuan sosialisasi Tim Pelaksana Jiwa
Masyarakat, Sosialisasi Napza dan Keswa bagi siswa –siswa
di 10 SLTP. Anggaran yang bersumber dari APBD 2 untuk
mendukung upaya pencapaian pelayanan pasien dengan
ODGJ Berat masih kurang, maka dari itu masih sangat
diperlukan adanya dukungan dana yang mencukupi untuk
tahun ke depannya agar pencapaian target dapat naik.

Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV


sesuai standar. Belum mencapai target disebabkan oleh
rendahnya kesadaran ibu hamil dan kelompok berisiko untuk
memeriksakan kesehatan sekaligus memeriksa potensi
infeksi HIV melalui program triple eliminasi.

pelayanan kesehatan ini diberikan kepada ibu hamil,


pasien TB, pasien infeksi menular seksual (IMS),
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan
Lembaga pemasyarakatan, dilakukan oleh tenaga kesehatan
sesuai kewenangannya dan diberikan di FKTP (puskesmas
dan jaringannya) dan FKTL baik pemerintah maupun swasta
serta di lepas/rutan narkoba.

3. Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran dalam pencapaian indikator SPM bersumber dari APBD 2


dan Dak Alokasi Khusus Non Fisik adalah sebagai berikut :

Jenis Pelayanan Dasar Program/ Alokasi Realisasi


Output Keg. %
pada SPM Kegiatan Anggaran Anggaran
Persentase Ibu Hamil
mendapatkan pelayanan ibu
Program :
hamil sesuai standar (SPM)
RPJMD
Persentase ibu bersalin
mendapatkan pelayanan Peningkatan
pesalinan sesuai standar keselamatan ibu
(SPM) RPJMD melahirkan dan
anak

32
Jenis Pelayanan Dasar Program/ Alokasi Realisasi
Output Keg. %
pada SPM Kegiatan Anggaran Anggaran
Persentase bayi baru lahir
mendapatkan pelayanan Rp Rp
Kegiatan : 98,21
kesehatan sesuai standar 10.000.000 9.821.000
(SPM) RPJMD
Deteksi
Persentase Balita
penatalaksanaan
mendapatkan pelayanan Rakor dengan
risiko tinggi
kesehatan sesuai standar Kepala Puskesmas
pada ibu dan
(SPM) RPJMD
anak
Rakor teknis
programer gizi
Rakor Bidan
Koordinator
Monev pelayanan
KIA
Rakor Inovasi
Pelayanan KIA (Oce
Oke)
Peningkatan
kapasitas SDM
Kesga Gizi
Sosialiasi kebijakan
kesga gizi
Fasilitasi teknis
standar pelayanan
Advokasi
penurunana AKI,
AKN, AKABA
Kegiatan :
Pembahasan
Pengkajian kasus Rp Rp
Kasus Maternal 90,349
kematian ibu-bayi 75.000.000 67.761.750
Neonatal
Diseminasi
rekomendasi AMP
Monev Tindak
Lanjut AMP
Orientasi Pedoman
AMP untuk Bides
Pengkajian sosial
kasus kematian ibu-
bay

Persentase Lansia
mendapatkan pelayanan Program :

kesehatan sesuai standar


Program
(SPM)
peningkatan

33
Jenis Pelayanan Dasar Program/ Alokasi Realisasi
Output Keg. %
pada SPM Kegiatan Anggaran Anggaran
pelayanan
kesehatan lansia
Kegiatan :
Pelayanan
Rp Rp
pemeliharaan Gebyar Lansia Sehat 0
- -
kesehatan
Pembinaan kader
lansia
Pertemuan teknis
programer lansia
Persentase anak usia
pendidikan dasar yang
Program :
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
Program
Promosi dan
Pemberdayaan
Kesehatan
Kegiatan :
Kegiatan
Penyuluhan Penyuluhan PHBS Rp Rp
99,94
masyarakat pola anak sekolah 100.260.000 100.204.613
hidup sehat
Penjaringan
kesehatan anak
sekolah
Tindak Lanjut
skrining anak
sekolah
Kegiatan
Pengembangan Pembuatan media
Rp Rp
Media Promosi informasi kesehatan 99,62
46.955.000 46.776.550
sadar hidup bagi anak sekolah
sehat
Persentase orang dengan
penyakit hipertensi
Program :
mendapatkan pelayanan
sesuai standar
Persentase orang dengan
Pencegahan dan
penyakit diabetes melitus
pengendalian
mendapatkan pelayanan
penyakit
sesuai standar
Persentase warga negara
usia 15-59 tahun mendapat
Kegiatan :
skrining kesehatan sesuai
standar

34
Jenis Pelayanan Dasar Program/ Alokasi Realisasi
Output Keg. %
pada SPM Kegiatan Anggaran Anggaran
Persentase orang dengan
Pencegahan dan
gangguan jiwa berat Rakor dengan Rp Rp
pemberantasan 96,22
mendapatkan pelayanan Kepala Puskesmas 3.349.948.000 3.223.349.039
PTM
sesuai standar

Rakor pelaksana
ptm

Rakorn pelaksana
posbindu
Monev pelayanan
ptm dan posbindu
Peningkatan
kapasitas SDM
pelaksana ptm dan
posbindu
(Workshop/OJT/Pel
atihan)
Sosialiasi DD FR
PTM
Sosialisasi Upaya
berhenti merokok
(UBM)
Pembelian sediaan
pendukung kegiatan
DD FR PTM
Gebyar Cerdik PTM
Peningkatan
kesehatan
Rakor pelaksana Rp Rp
keluarga, tenaga 99,54
jiwa puskesmas 75.000.000 74.651.550
kerja dan
kesehatan jiwa
Peningkatan
kapasitas SDM
pelaksana jiwa
Sosialisasi
Kesehatan jiwa
Persentase Orang terduga Program Penguatan
TBC mendapatkan pencegahan dan kepemimpinan
pelayanan TBC sesuai pemberantasan Program TB di
standar penyakit Kabupaten / Kota
Kegiatan Peningkatan Akses Rp Rp 68,31
Pelayanan Layanan 'TOSS TB' 626.884.500 428.254.105
pencegahan dan yang bermutu
penanggulangan
penyakit
menular

35
Jenis Pelayanan Dasar Program/ Alokasi Realisasi
Output Keg. %
pada SPM Kegiatan Anggaran Anggaran

Pengendalian Faktor
Resiko

Peningkatan
Kemitraan melalui
Forum Koordinasi
TB
Peningkatan
Kemandirian
Masyarakat dalam
Penanggulangan Tb

Persentase orang dengan Pertemuan Kader

risiko terinfeksi HIV Dukungan Sebaya

mendapatkan
pelayanan deteksi dini HIV Pelaksanaan Uji
sesuai standar Laboratorium
Program HIV IMS

TOTAL Rp Rp
92,22
4.284.047.500 3.950.818.607

4. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang terjadi dalam penerapan SPM


bidang urusan Kesehatan antara lain pada jenis pelayanan
dasar, sebagai berikut :

a. Pelayanan kesehatan balita


Permasalahan yang terjadi pada pelayanan kesehatan
balita yaitu kurangnya kesadaran masyarakat dalam
memanfaatkan Posyandu sebagai salah satu pemberi
layanan kesehatan khususnya untuk penimbangan berat
badan balita. Sehingga solusi yang perlu dilakukan yaitu
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya pemantauan kesehatan balita melalui
pemberdayaan kader posyandu.

36
b. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
Permasalahan yang terjadi pada pelayanan kesehatan
pada usia produktif, antara lain :
1) masih sulitnya melakukan pemenuhan semua
indikator pelayanan kesehatan pada usia produktif
dikarenakan keterbatasan SDM, sarana prasarana
dan peran aktif dari penerima manfaat;
2) Pelayanan kesehatan pada usia produktif tidak
dilaksanakan dalam 1 (satu) program/kegiatan
sehingga terdapat kesulitan dalam koordinasi serta
tidak semua SDM kesehatan belum memahami cara
pencapaian indikator tersebut;
3) Program remaja, Posbindu PTM, dan Poslansia belum
berjalan optimal dikarenakan belum menjadi program

utama yang dilakukan oleh Puskesmas sehingga


berdampak pada rendahnya kunjungan masyarakat
usia produktif; dan
4) Rendahnya kesadaran perempuan usia 30-49 untuk
melakukan IVA Test.
Sehingga solusi yang perlu dilakukan, antara lain :

1) Melakukan peningkatan kapasitas SDM dalam


pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
2) Meningkatkan peran aktif lintas sektor dan jejaring
dengan fasyankes swasta;
3) Pemenuhan sarana dan prasarana untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
4) Mengoptimalkan pelaksanaan program remaja,
posbindu PTM, dan pos lansia; dan
5) Meningkatkan kesadaran Wanita Usia Subur (WUS)
untuk melakukan IVA Test dengan melibatkan lintas
sektoral dan mensosialisasi pentingnya IVA Test.

c. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut


Permasalahan yang terjadi pada pelayanan kesehatan
pada usia lanjut, antara lain :
1) Ketersediaan sumber daya yang terbatas;
37
2) Terbatasnya biaya/anggaran;
3) Pelayanan kesehatan lansia yang tidak terlaporkan
dari jaringan dan jejaring puskesmas; dan
4) adanya kematian/mortalitas dan perpindahan
penduduk/migrasi lansia.

Sehingga solusi yang perlu dilakukan, antara lain :

1) Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan dengan


menjalin kemitraan fasyankes diwilayah binaan;
2) Penguatan pelayanan kesehatan lansia dengan
melibatkan lintas sektoral dan fasyankes swasta;
3) Meningkatkan kapasitas SDM dalam penguatan
program lansia; dan
4) Meningkatkan akses skrining usia lanjut melalui
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.

d. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi


Permasalahan yang terjadi pada pelayanan kesehatan
penderita hipertensi, antara lain :

1) Pencatatan pelaporan hanya mencakup kunjungan


ke puskesmas belum mencakup fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya,
2) Penemuan penderita hipertensi belum maksimal,
3) Penggunaan data PIS-PK dan data kegiatan luar
gedung lainnya belum maksimal, dan
4) pembagi dalam penghitungan persentase, didasarkan
pada estimasi jumlah penderita berdasarkan riset
kesehatan.

Sehingga solusi yang perlu dilakukan, antara lain :


1) Menjalin kemitraan dengan fasyankes di wilayah
binaan untuk penemuan penderita hipertensi.
2) Integrasi data layanan dalam gedung puskesmas dan
luar gedung puskesmas yaitu data dari PIS-PK
(Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
38
Keluarga), Posbindu, Pos Lansia, Pusling, dan
Prolanis.

e. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus


Permasalahan yang terjadi pada pelayanan kesehatan
penderita diabetes melitus, antara lain :
1) Pencatatan pelaporan hanya mencakup kunjungan
ke puskesmas,
2) Pememuan penderita DM belum maksimal,
3) Penggunaan data PIS-PK dan data kegiatan luar
gedung lainnya belum maksimal; dan
4) Pembagi dalam penghitungan persentase, didasarkan
pada estimasi jumlah penderita berdasarkan riset
kesehatan dasar.

Sehingga solusi yang perlu dilakukan, antara lain :


1) Menjalin kemitraan dengan fasyankes di wilayah
binaan untuk penemuan penderita hipertensi; dan
2) Integrasi data layanan dalam gedung puskesmas dan
luar gedung puskesmas yaitu data dari PIS-PK
(Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga), Posbindu, Pos Lansia, Pusling, dan
Prolanis.

f. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis, Pelayanan


tuberculosis sesuai standar adalah pelayanan kesehatan
diberikan kepada seluruh orang dengan TB yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan sesuai kewenagannya di FKTP
(puskesmas dan jaringannya) dan di FKTL baik pemerintah
maupun swasta. Prinsi pelayanan TB adalah penemuan
orang dengan TB sedini mungkin, ditatalaksana sesuai
standar sekaligus pemantauan hingga sembuh atau “TOSS
TB” (temukan, obati sampai sembuh).

g. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus


yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human
Immunodeficiency Virus)
39
Permasalahan yang terjadi pada pelayanan kesehatan orang
dengan risiko terinfeksi HIV, yaitu belum semua kelompok
berisiko HIV mendapatkan pemeriksaan HIV diantaranya ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya di fasyankes lain
selain puskesmas.
Sehingga solusi yang perlu dilakukan yaitu melakukan
jejaring dengan faskes/klinik dalam melakukan
pemeriksaan HIV bagi yang berisiko termasuk skrining ibu
hamil.

C. Bidang Urusan Pekerjaan Umum

Bahwa indikator pelayanan dasar SPM bidang urusan


pekerjaan umum mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis Standar Pelayanan
Minimal Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
1. Jenis Pelayanan Dasar
Adapun jenis pelayanan dasar SPM bidang urusan
pekerjaan umum, antara lain :

a. Penyediaan Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari


Indikator pencapaian jenis pelayanan dasar
penyediaan kebutuhan pokok air minum sehari-hari,
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah warga negara yang memperoleh

kebutuhan pokok air minum sehari-hari


Jumlah seluruh warga negara di Kab x 100%

Banjarnegara pada Tahun 2019

b. Penyediaan Pelayanan Pengolahan Air Limbah Domestik


Indikator pencapaian jenis pelayanan dasar
penyediaan pelayanan pengolahan air limbah domestik
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah warga negara yang memperoleh
layanan pengolahan air limbah

40
domestik
x 100%
Jumlah seluruh warga negara di Kab.

Banjarnegara pada Tahun 2019

41
2. Target Pencapaian SPM

Target pencapaian SPM bidang urusan pekerjaan


umum sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal yaitu 100% setiap tahunnya.
Adapun target warga negara yang seharusnya
memperoleh pelayanan dasar bidang urusan pekerjaan
umum dapat dilihat pada tabel berikut :
Target Kab. Banjarnegara yang
Seharusnya Mendapat Pelayanan
Jenis
Dasar
Pelayanan

No. Dasar

Kualifikasi Jumlah

1. Penyediaan Jumlah Warga Negara 915.946


Kebutuhan yang seharusnya
Pokok Air memperoleh Kebutuhan
Minum Sehari- Pokok Air Minum
hari Sehari–hari.

2. Penyediaan Jumlah Warga Negara 604.714


Pelayanan yang memperoleh
Pengolahan Air seharusnya Layanan
Limbah Pengolahan Air Limbah
Domestik Domestik.

42
3. Realisasi

Pada Tahun 2019, realisasi capaian SPM bidang urusan


pekerjaan umum, disampaikan sebagai berikut :
Jenis Capaian

Pembilang

Penyebut
Pelayanan Indikator Kinerja
No. Pencapaian
Dasar (%)

1. Penyediaan Jumlah 228.986 250.464 91,42


Kebutuhan Warga
Pokok Air Negara/Kabu
Minum paten yang
Sehari-hari memperoleh
Kebutuhan
Pokok Air
Minum
Sehari–hari.

2. Penyediaan Jumlah 151.178 250.464 60,36


Pelayanan Warga
Pengolahan Negara/Kab
Air Limbah yang
Domestik memperoleh
Layanan
Pengolahan
Air Limbah
Domestik.

4. Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran yang disiapkan guna mendukung


penerapan SPM bidang urusan pekerjaan umum yaitu
sebesar Rp. 13.537.769.000,- dengan rincian alokasi
anggaran per jenis pelayanan dasar sebagai berikut :
43
Jenis
Pelayanan Alokasi Realisasi
No. Anggaran (Rp) Anggaran (Rp) (%)
Dasar

1. Penyediaan 6.245.779.000,- 6.129.540.427,-


Kebutuhan
Pokok Air
Minum Sehari-
hari

2. Penyediaan 7.291.990.000,- 7.288.064.650,-


Pelayanan
Pengolahan Air
Limbah
Domestik

Ketersediaan anggaran untuk penyediaan kebutuhan


pokok air minum sehari-hari melalui Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Banjarnegara
sebesar Rp. 6.245.779.000 terealisasi sebesar Rp.
6.129.540.427,-,- dan melalui Perusahaan Daerah Air
Minum terdapat realisasi anggaran sebesar Rp.
7.291.990.000,- guna pemasangan Rp. 7.288.064.650,- Air
Minum.

5. Dukungan Personil

Kabupaten Banjarnegara yaitu Dinas Perumahan, Kawasan


Permukiman dan LH. Adapun total jumlah PNS pada Dinas tersebut yaitu
sebanyak 199 orang, dengan rincian jumlah struktural sebanyak 20 orang,
jabatan fungsional umum sebanyak 178 orang dan Jabatan fungsional
tertentu sebanyak 1 orang Perangkat daerah pelaksana SPM bidang
Perumahan Rakyat di
Adapun rekapitulasi personil pada Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Banjarnegara dapat
dilihat pada tabel berikut :
Nama Perangkat
44
JFT JFU Struktural Jumlah
Daerah
Dinas Pekerjaan 1 178 20 199
Umum dan Penataan
Ruang

6. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang terjadi dalam penerapan SPM


bidang urusan pekerjaan umum antara lain sebagai berikut :
 Keterbatasan anggaran;
 Belum ada data base air minum dan air limbah;
 Penyelesaian di tanah-tanah ilegal perlu ada koordinasi
dengan stakeholder.

D. Bidang Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

1. Jenis Pelayanan Dasar


Jenis Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis
Standar Pelayanan Minimal Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Pasal 9 ayat (2) terdiri atas:
a. penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi
korban bencana kabupaten.
b. fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi
masyarakat yang terkena relokasi program Pemerintah
Daerah kabupaten.

2. Target Pencapaian SPM


Target pencapaian SPM bidang urusan pekerjaan umum
sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal yaitu 100% setiap tahunnya.

Mutu pelayanan dasar fasilitasi penyediaan rumah yang


45
layak huni bagi masyarakat yang terkena relokasi program
pemerintah daerah kabupaten/kota meliputi standar jumlah
dan kualitas pelayanan dasar:
a. Standar jumlah sebagaimana dimaksud berupa setiap
rumah tangga terkena relokasi sesuai dengan jumlah
rencana fasilitasi dan penyediaan rumah layak huni yang
akan ditangani

b. kualitas pelayanan dasar ditentukan berdasarkan


layanan dan kriteria pelayanan dengan kualitas
masing-masing layanan terhadap fasilitasi dan rumah layak
huni

3. Realisasi
Pada Tahun 2019, realisasi capaian SPM bidang Urusan
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman :
Capaian
Jenis Pelayanan Kinerja
Pembilang

Penyebut
No. Dasar Indikator Pencapaian
(%)

1. Penyediaan & Jumlah Warga Negara


Rehabilitasi korban bencana yang
Rumah yang memperoleh rumah
Layak Huni bagi layak huni.
0 0 0
Korban Bencana
Kab/ Kota

46
2. Fasilitas Penyedia Jumlah Warga Negara
Rumah Yang yang terkena relokasi
Layak Huni Bagi akibat program
Masyarakat Yang Pemerintah Daerah
Terkenal Relokasi Kabupaten / Kota
Program yang memperoleh
51 51 100
Pemerintah fasilitasi penyediaan
Daerah Kabupaten rumah layak huni.
/ Kota

4. Alokasi Anggaran
Pada Tahun 2019 dalam rangka pemenuhan jenis
layanan dasar SPM berupa Penyediaan & Rehabilitasi
Rumah yang Layak Huni bagi Korban Bencana Kab/Kota
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui Dinas
Perumahan Kawasan Permukiman dan LH menganggarkan
dana sebesar Rp. 1.530.000.000,- Pemerintah Kabupaten
Banjarnegara melalui Dinas Perumahan Kawasan
Pengembangan perumahan dengan Kegiatan Permukiman
dan LH menganggarkan untuk Progran Penyelenggaraan
infrastruktur pada relokasi bencana. , yang anggaran
tersebut telah terserap 100%.

5. Dukungan Personil
Perangkat daerah pelaksana SPM bidang Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman di Kabupaten
Banjarnegara yaitu Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman dan LH. Adapun total jumlah PNS pada Dinas
tersebut yaitu sebanyak 198 orang, dengan rincian jumlah
struktural sebanyak 20 orang, jabatan fungsional umum
sebanyak 178 orang. Adapun rekapitulasi personil pada
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kab,
Banjarnegara pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut :
47
Nama
Perangkat JFU Struktural Jumlah

Daerah
Dinas Perumahan 178 20 198
Kawasan
Permukiman dan
LH

6. Permasalahan dan Solusi


Dalam memenuhi mutu pelayanan dasar pada setiap
jenis layanan dasar untuk urusan Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman yang diberikan kepada masyarakat
pada tahun 2019, Pemerintah Kab. Banjarnegara masih
mengalami kendala. Untuk jenis pelayanan dasar
Penyediaan & Rehabilitasi Rumah yang Layak Huni bagi
Korban Bencana Kab/Kota capaiannya tidak dapat sesuai
target nasional 100% dikarenakan minimnya ketersediaan
lahan baru di Kab. Banjarnegara. Sedangkan terbatasnya
lahan untuk relokasi juga menjadi kendala dalam
pencapaian jenis layanan dasar Fasilitas Penyedia Rumah
Yang Layak Huni Bagi Masyarakat Yang Terkena Relokasi
Program Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota .

E. Bidang Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum dan


Perlindungan Masyarakat

1. Jenis Pelayanan Dasar


SPM Bidang Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum dan
Perlindungan Masyarakat di lingkungan Pemerintah
Kab.Banjarnegara, dilaksanakan oleh Satuan Polisi Pamong
Praja Kab. Banjarnegara, Dinas Pemadam Kebakaran Kab.
Banjarnegara dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kab. Banjarnegara. Untuk jenis pelayanan dasar masing-
masing sub urusan.

48
a. Sub Urusan Pelayanan Penegakan Peraturan Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah di Kabupaten/Kota;
Masih berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 69 Tahun 2012 tentang Peraturan Menteri Dalam
Negeri tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di
Kabupaten/Kota, Pelayanan Pemeliharaan Ketertiban
Umum, Ketentraman Masyarakat dan Perlindungan
Masyarakat mencakup pelayanan penegakan peraturan
daerah dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota,
patroli siaga ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat dan rasio petugas perlindungan masyarakat
di kabupaten/kota. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
bahwa salah satu tugas satuan polisi pamong praja
adalah melakukan pelayanan penegakan peraturan
daerah dan peraturan kepala daerah. Akan tetapi dalam
pelaporannya kemudian menyesuaikan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018.
Pada prinsipnya penegakan perda dan peraturan kepala
daerah merupakan upaya yang dilakukan oleh satuan

polisi pamong praja untuk menjamin dan memastikan


perda dan peraturan kepala daerah tersebut dapat
dilaksanakan sebagaimana seharusnya. Apabila terjadi
pelanggaran perda dan peraturan kepala daerah, satuan
polisi pamong praja mempunyai kewenangan untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk
menyelesaikannya.

b. Sub Urusan Bencana Kabupaten/Kota, antara lain:


 Pelayanan Informasi Rawan Bencana;
Terdapat dua kegiatan yang mendukung pencapaian
jenis pelayanan informasi rawan bencana, antara lain:
- Penyusunan kajian risiko bencana; dan
- Komunikasi Informasi dan Edukasi rawan bencana.

49
 Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan Terhadap
Bencana
Kegiatan pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana sedikitnya memuat:
- Penyusunan rencana penanggulangan bencana;
- Pembuatan rencana kontinjensi;
- Pelatihan pencegahan dan mitigasi;
- Gladi kesiapsiagaan terhadap bencana;
- Pengendalian operasi dan penyediaan sarana
prasarana kesiapsiagaan terhadap bencana; dan
- Penyediaan peralatan perlindungan dan
kesiapsiagaan terhadap bencana
 Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi Korban
Bencana, paling sedikit memuat:

- Respon cepat kejadian luar biasa penyakit/wabah


zoonosis prioritas;
- respon cepat darurat bencana;
- aktivasi sistem komando penanganan darurat
bencana;
- pencarian, pertolongan dan evakuasi korban
bencana; dan
- pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana.

c. Sub urusan Kebakaran daerah kabupaten/kota yaitu


pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran
mencakup pelayanan kepada masyarakat pada pra
kebakaran, saat kejadian kebakaran dan pasca kebakaran
di kawasan permukiman, bangunan gedung publik,
pabrik/industri, hutan dan lahan yang merupakan
wilayah yurisdik tanggung jawab pemerintah daerah
otonom.
Untuk menghindari kekosongan pelayanan kepada
masyarakat ditetapkan SPM indikator kinerja
pemerintahan daerah sebagai alat ukur akses dan mutu
pelayanan penanggulangan kebakaran dan penyelamatan
di daerah. Sub urusan ini meliputi kegiatan:
- Layanan respon cepat (Response Time) penanggulangan
50
kejadian kebakaran;
- Layanan pelaksanaan pemadaman dan pengendalian
kebakaran;
- Layanan pelaksanaan penyelamatan dan evakuasi;

- Layanan pemberdayaan masyarakat/relawan


kebakaran; dan
- Layanan pendataan, inspeksi dan investigasi pasca
kebakaran.

2. Target Pencapaian SPM

Target pencapaian SPM bidang sub urusan


Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan
Masyarakat sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal yaitu 100% setiap tahunnya.
3. Realisasi

Capaian
Pembilang

Penyebut
Jenis Pelayanan
No. Indikator Pencapaian Kinerja
Dasar
( %)
1. Pelayanan Penegakan Jumlah Warga Negara
Peraturan Daerah yang memperoleh
dan Peraturan Kepala Layanan akibat dari 0 0 0
Daerah Penegakan hukum
Perda dan Perkada.
2. Pelayanan Informasi Jumlah Warga Negara
Rawan Bencana yang memperoleh
300 300 100
Layanan Informasi
Rawan Bencana.
3. Pelayanan Jumlah Warga Negara
Pencegahan Dan yang memperoleh
Kesiapsiagaan Layanan Pencegahan 320 320 100
Terhadap Bencana dan Kesiapsiagaan
terhadap Bencana.
4. Pelayanan Jumlah Warga 23 KK 23 KK 100
Penyelamatan dan Negara yang 87 JIWA 87 JIWA
Evakuasi Korban memperoleh

51
Bencana Layanan
Penyelamatan dan
Evakuasi Korban
Bencana.

a. Sub Urusan Pelayanan Penegakan Peraturan Daerah dan


Peraturan Kepala Daerah di Kabupaten/Kota; Masih
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69
Tahun 2012 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62
Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten/Kota, Pelayanan
Pemeliharaan Ketertiban Umum, Ketentraman Masyarakat
dan Perlindungan Masyarakat mencakup pelayanan
penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota, patroli siaga ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat dan rasio petugas perlindungan
masyarakat di kabupaten/kota. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja bahwa salah satu tugas satuan polisi pamong
praja adalah melakukan pelayanan penegakan peraturan
daerah dan peraturan kepala daerah. Akan tetapi dalam
pelaporannya kemudian menyesuaikan dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018. Pada
prinsipnya penegakan perda dan peraturan kepala daerah
merupakan upaya yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong
Praja untuk menjamin dan memastikan Perda dan Peraturan
Kepala Daerah tersebut dapat dilaksanakan sebagaimana
seharusnya. Apabila terjadi pelanggaran perda dan peraturan
kepala daerah, Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai
kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu
untuk menyelesaikannya.

b. Sub urusan Kebakaran daerah kabupaten/kota yaitu


pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran
mencakup pelayanan kepada masyarakat pada pra
kebakaran, saat kejadian kebakaran dan pasca kebakaran di

52
kawasan permukiman, bangunan gedung publik,
pabrik/industri, hutan dan lahan yang merupakan wilayah
yurisdik tanggung jawab pemerintah daerah otonom. Untuk
menghindari kekosongan pelayanan kepada masyarakat
ditetapkan SPM indikator kinerja pemerintahan daerah
sebagai alat ukur akses dan mutu pelayanan penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan di daerah. Sub urusan ini
meliputi kegiatan:
- Layanan respon cepat (Response Time) penanggulangan
kejadian kebakaran;
- Layanan pelaksanaan pemadaman dan pengendalian
kebakaran;
- Layanan pelaksanaan penyelamatan dan evakuasi;
- Layanan pemberdayaan masyarakat/relawan
- kebakaran; dan
- Layanan pendataan, inspeksi dan investigasi pasca
kebakaran.

c. Sub Urusan Bencana Kabupaten/Kota, antara lain:


- Pelayanan Informasi Rawan Bencana;
Terdapat dua kegiatan yang mendukung pencapaian jenis
pelayanan informasi rawan bencana, antara lain:
 Penyusunan kajian risiko bencana; dan
 Komunikasi Informasi dan Edukasi rawan bencana.
- Pelayanan Pencegahan dan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana
Kegiatan pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap
bencana sedikitnya memuat:
 Penyusunan rencana penanggulangan bencana;
 Pembuatan rencana kontinjensi;
 Pelatihan pencegahan dan mitigasi;
 Gladi kesiapsiagaan terhadap bencana;
 Pengendalian operasi dan penyediaan sarana
prasarana kesiapsiagaan terhadap bencana; dan
 Penyediaan peralatan perlindungan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana
- Pelayanan Penyelamatan dan Evakuasi Korban Bencana,
paling sedikit memuat:
53
- Respon cepat kejadian luar biasa penyakit/wabah zoonosis
prioritas;
- respon cepat darurat bencana;
- aktivasi sistem komando penanganan darurat bencana;
- pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana; dan
- pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana.

d. Sub urusan Kebakaran daerah kabupaten/kota yaitu


pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran
mencakup pelayanan kepada masyarakat pada pra
kebakaran, saat kejadian kebakaran dan pasca kebakaran di
kawasan permukiman, bangunan gedung publik,
pabrik/industri, hutan dan lahan yang merupakan wilayah
yurisdik tanggung jawab pemerintah daerah otonom.
Untuk menghindari kekosongan pelayanan kepada
masyarakat ditetapkan SPM indikator kinerja pemerintahan
daerah sebagai alat ukur akses dan mutu pelayanan
penanggulangan kebakaran dan penyelamatan di daerah. Sub
urusan ini meliputi kegiatan:
- Layanan respon cepat (Response Time) penanggulangan
kejadian kebakaran;
- Layanan pelaksanaan pemadaman dan pengendalian
kebakaran;
- Layanan pelaksanaan penyelamatan dan evakuasi;
- Layanan pemberdayaan masyarakat/relawan
- kebakaran; dan
- Layanan pendataan, inspeksi dan investigasi pasca
kebakaran.

4. Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran pada Satuan Polisi Pamong Praja pada


tahun 2019 untuk belanja langsung sebesar Rp
3.552.391.500,- dan untuk belanja tidak langsung sebesar
Rp 3.776.216.000,-.
Untuk sub urusan bencana daerah kabupaten/kota,
pemenuhan jenis layanan dasar Pelayanan Informasi Rawan
Bencana terlaksana melalui program Kesiapsiagaan melalui
54
kegiatan Desa Tangguh Bencana. Dilaksanakan di 10 desa
yang tergolong daerah rawan bencana. masing masing desa
30 orang peserta. Alokasi anggaran yang disediakan pada
tahun 2019 adalah sebesar Rp. 300.000.000,- dengan nilai
realisasi Rp. 299.782.061,-atau 93,93%.
Sedangkan untuk pelayanan dasar Pencegahan dan
Kesiapsiagaan melalui indikator pencapaian warga negara
yang memperoleh layanan pencegahan dan kesiapsiagaan
terhadap bencana di dukung dengan kegiatan Pembinaan
Relawan untuk melatih para relawan yang ada diinstitusi
organisasi relawan sebanyak 120 orang dilaksanakan selama
4 kali dengan peserta yang berbeda masing masing 30
orang. Alokasi anggaran yang disediakan pada Tahun 2019
adalah sebesar Rp. 40.000.000,-dengan nilai realisasi
40.000.000,- atau 100%.
Dan didukung dengan Program Mitigasi bencana Geologi
melalui Kegiatan Sosialisasi dan Pemantauan Daerah Rawan
Bencana untuk mensosialisasikan dan meningkatkan
pemahaman kepada masyarakat tentang daerah rawan
bencana berjumlah 200 orang, dilaksanakan di 5 desa
masing masing 40 orang peserta. Alokasi anggaran yang
disediakan Tahun 2019 adalah sebesar Rp.30.000.000,-
dengan realisasi Rp. 29.265.025,- atau 97,55%.
Untuk pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban
bencana, terlaksana dengan indikator Jumlah warga negara
yang memperoleh layanan penyelamatan dan evakuasi
korban bencana merupakan pelayanan dan penyelamatan
bagi penduduk yang terkena bencana alam jumlah 23 KK
atau 87 jiwa sementara ini masih dalam penanganan
pengungsi di Desa Kebutuh jurang Kecamatan Pagedongan
Dengan alokasi anggaran berupa Bantuan Sosial dari ABPD
II Kabupaten Banjarnegara pemrosesannya melalui Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah dan Aset Daerah (BPPKAD)
Kabupaten Banjarnegara, masing masing menerima bantuan
sosial setiap KK sebesar Rp.15.000.000,-dan 1 Unit
Bangunan Rumah Ibadah senilai 10.000.000,- juga
menerima Bantuan sosial dari APBD I Propinsi Jawa Tengah

55
masing masing KK sebesar Rp.10.000.000,-

5. Dukungan Personil

Untuk Standar Pelayanan Minimal urusan Ketentraman,


Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah
Kab. Banjarnegara, dibidangi oleh 3 (tiga) OPD yaitu Satuan
Polisi Pamong Praja, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dan Dinas Pemadam Kebakaran. Adapun dukungan
personil yang ada dapat dilihat pada table berikut:
Nama Perangkat
JFT JFU Struktural Jumlah
Daerah
Satuan Polisi Pamong - 32 13 45

Praja
BPBD - 29 5 34

F. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan dan solusi penerapan Pelaksanaan


standar pelayanan minimal untuk urusan :
a. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan
Masyarakat Tahun 2019 antara lain:

1. Permasalahan
 Tidak ada relokasi tempat PKL
 Makin menjamur jumlah PKL
 Penanganan PKL tidak merata
 Proses penanganan PKL antara SKPD belum saling
terkait
 Belum ada SOP terkait dengan penanganan tingkat
Kabupaten
 Belum ada rumah singgah
2. Solusi
 Koordinasi dengan OPD terkait
 Patroli rutin

56
 Penertiban sesuai prioritas
 Melakukan koordinasi atau rapat dengan OPD terkait
 Dilaksanakan penanganan koordinasi secara lisan
kepada OPD terkait
 Pembuangan/pengiriman PGOT kedaerah lain
3. Rencana Tindak Lanjut
 Penertiban penanganan /rencana penataan PKL yang
diikuti dengan pembangunan / penyediaan tempat
relokasi
 Penetapan lokasi / zonasi PKL
 Pembuatan jadwal patroli rutin
 Koordinasi lebih lanjut dengan OPD terkait
 Pembuatan SOP terkait penanganan PGOT dengan
OPD terkait
 Pembangunan rumah singgah oleh OPD terkait
b. Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah.
1. Permasalahan.
 Perda yang diampu baru diundangkan dan harus
melalui tahapm sosialisasi, sehingga kegiatan
penindakan tipiring belum dapat dilaksanakan
2. Solusi.
 Kegiatan sosialisasi dengan seluruh OPD terkait dan
Perangkat
3. Rencana Tindak Lanjut.
 Melaksanakan operasi pekat secara
berkesinambungan.
c. Pelayanan penanggulangan bencana kebakaran,
permasalahan dan solusi yang dihadapi antara lain:
1. Permasalahan
 Keterbatasan sarana dan prasarana
 Biaya perawatan cukup tinggi
2. Solusi
 Optimalisasi sarana prasarana dicukupi secara
bertahap.
 Penambahan anggaran perawatan.
3. Rencana Tindak Lanjut:
 Pengadaan armada baru.

57
d. Permasalahan dalam penanggulangan bencana antara lain:
belum terintegrasi penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan (RKPD, RPJMD, RPJPD), membangun sistem
penanggulangan bencana yang handal melalui kelembagaan
yang kuat, pendanaan yang memadai, dan membangun
masyarakat yang tangguh/tahan dalam menghadapi
bencana.
Minimnya jumlah SDM yang ada pada BPBD Kab.
Banjarnegara sehingga perlu perekrutan pegawai yang
memenuhi syarat. Selain itu perlu juga untuk meningkatkan
kualitas SDM dengan mengikutsertakan SDM dalam
berbagai diklat dan Pelatihan di bidang kebencanaan. serta
didukung dengan anggaran yang memadahi.

G. Bidang Urusan Sosial

1. Jenis Pelayanan Dasar

Menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun


2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Sosial Di Daerah Provinsi Dan Di
Daerah Kabupaten/Kota, jenis pelayanan dasar yang harus
diperoleh warga negara adalah:
a. Rehabilitasi Sosial dasar Penyandang Disabilitas
Telantar di luar Panti Sosial;
b. Rehabilitasi Sosial dasar Anak Telantar di luar Panti
Sosial;

c. Rehabilitasi Sosial dasar Lanjut Usia Telantar di luar


Panti Sosial;
d. Rehabilitasi Sosial dasar tuna sosial khususnya
Gelandangan dan Pengemis di luar Panti Sosial;
e. Perlindungan dan Jaminan Sosial pada Saat dan
Setelah Tanggap Darurat Bencana bagi Korban
Bencana daerah kabupaten/kota.

58
2. Target Pencapaian SPM

Target pencapaian SPM bidang urusan Sosial sebagaimana


diatur dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018
Tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Sosial Di Daerah Provinsi Dan Di
Daerah Kabupaten/Kota yaitu 100% setiap tahunnya.
Target tersebut dijabarkan kedalam Peraturan Bupati
Banjarnegara Nomor 59 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Sosial di Kabupaten
Banjarnegara yang mengacu pada Permensos No.9 Tahun
2018 dengan lampiran target sebagaimana tertera pad tabel
di bawah ini :

3. Realisasi

Pencapaian SPM bidang Sosial Pemerintah Kab.


Banjarnegara memiliki 5 (lima) indikator SPM , dengan
capaian 4 (empat) indikator telah tercapai 100% namun
1 Indikator yaitu Persentase warga negara penyandang
dan pengemis yang memperoleh rehabilitasi sosial dasar
di Luar Panti baru mencapai 68,49% Hasil tersebut
dikarenakan adanya bantuan APBN yang sangat berarti,
jika anggaran hanya dari APBD Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2019 saja maka capaian masih
sangat jauh dari target.
Capaian
Pembilang

Penyebut

Jenis Pelayanan
No. Indikator Pencapaian Kinerja
Dasar
( %)
Jumlah Warga Negara 223 173 128,90%
Rehabilitasi
penyandang
Sosial Dasar
disabilitas yang
Penyandang
1. memperoleh
Disabilitas
rehabilitasi sosial di
Terlantar di Luar
Luar Panti
Panti

59
Rehabilitasi Jumlah Warga Negara 289 173 167%
Sosial Dasar Lanjut usia terlantar
2. Anak Terlantar yang memperoleh
Di Luar Panti Rehabilitasi Sosial di
Luar Panti.
Rehabilitasi Jumlah Warga 2624 1036 253,2
Sosial Dasar Negara 8%
Lanjut Usia lanjut usia terlantar
3.
Terlantar Diluar yang memperoleh
Panti Rehabilitasi Sosial di
Luar Panti.
Rehabilitasi Jumlah Warga 50 73 68,49
Sosial Dasar Negara
Tuna Sosial /Gelandangan dan
Khususnya Pengemis yang
4.
Gelandangan memperoleh
Dan Pengemis rehabilitasi sosial
Di dasar di Luar Panti.
Luar Panti
Perlindungan Jumlah Warga
Dan Jaminan Negara korban
Sosial Pada Saat bencana Kab /Kota
Tanggap& yang memperoleh
5. Paska perlindungan dan 388 388 100
Bencana Bagi jaminan sosial.
Korban
Bencana
Kab/Kota

60
4. Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran dalam penerapan SPM bidang urusan


sosial pada APBD Kab. Banjarnegara melalui Dinas Sosial PPPA
Kab. Banjarnegara, dilaporkan sebagai berikut:

No Kegiatan SPM Program/ Anggaran Realisa


Kegiatan Kegiatan si Keterangan
APBD (Rp) Kegiata % Capaian
n Keuang Fisik
(Rp) an

1 Rehabilitasi Program 50.000.000 44.033.500 88.07 92%


Sosial Dasar pembinaa
Penyandang n para
Disabilitas penyandan
Terlantar di g cacat
Luar Panti dan
trauma
Kegiatan:
Pendidika
n dan
pelatihan
bagi
penyandan
g cacat
dan eks
trauma
2 Rehabilitasi Sosial Program 84.861.750 83.281.700 98,14% 100%
Dasar Anak pembinaan
Terlantar di Luar anak terlantar
Panti Kegiatan :
Pelatihan
ketrampilan
dan praktek
belajar kerja
bagi anak
terlantar
3 Rehabilitasi Program 98.000.0000 91.505.200 93,37% 100%
sosial dasar Pemberdayaan
Lanjut Usia Fakir Miskin ,
Terlantar di Komunitas
luar panti sosial Adat Terpencil

61
(KAT) dan
PMKS lainnya
Kegiatan :
Asistensi
Lanjut Usia
4 Rehabilitasi sosial Program : 72.000.000 65.656.050 91,19% 100%
dasar tuna sosial Pembinaan
khususnya eks
gelandangan dan penyandang
pengemis luar penyakit sosial
panti (Eks napi,
PSK, narkoba
dan penyakit
sosial
lainnnya).
Kegiatan:
Pemberdayaan
penyandang
eks
penyandang
penyakit
sosial.

5 Perlindungan Program 115.000.000 94.710.500 82,3 100


dan jaminan Pelayanan dan 6% %
sosial pada saat Rehabilitasi
dan setelah Kesejahteraan
tanggap darurat Sosial
bencana bagi Kegiatan 1 :
korban bencana Peningkatan
daerah kualitas
kabupaten/kota pelayanan,sara
na, dan
prasarana
rehabilitasi
kesejahteraan
sosial bagi
PMKS

Program : 140.250.000 96.069.500 68.5% 100


Pelayanan dan %
Rehabilitasi
Kesejahteraan
Sosial

62
Kegiatan 2:
menyangkut
tanggap cepat
darurat dan
KLB

5. Dukungan Personil

Untuk Standar Pelayanan Minimal di Pemerintah Kab.


Banjarnegara khususnya urusan Sosial, langsung dibidangi
oleh Dinas Sosial Kab. Banjarnegara. Adapun dukungan
personil berupa petugas/pegawai yang tercatat di Dinas Sosial
total sebanyak 54 pegawai dengan rincian 3 pegawai JFT, 28
pegawai JFU dan pejabat struktural sebanyak 16 dan 7 PTT.

6. Permasalahan dan Solusi

Kendala yang terjadi dalam penerapan SPM Bidang


Urusan Sosial antara lain :
a. Rehabsos dasar penyandang disabilitas di luar panti ;
Indikator “Rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas
terlantar di luar panti” tahun ini mencapai 128,90 % , hal
ini disebabkan adanya bantuan APBN meski tidak signifikan
dan dari APBD Kab. Banjarnegara sendiri ada kegiatan yang
mengikutsertakan sebagian besar penyandang cacat pada
peringatan HDI (Hari Disabilitas Indonesia) sehingga
cakupan cukup tinggi, meski bentuk bantuan sangat kecil
namun yang terpapar cukup banyak yaitu berupa asistensi
sosial dalam bentuk pehatian dan perlindungan sosial
berupa kegiatan senam bersama, pentas seni, bazar hasil
karya dizabilitas, transport peserta , paket bansos dll.
Kegiatan ini memberi kontribusi tinggi untuk pencapaian
target

b. Rehabsos dasar Korban Bencana alam dan sosial; Selain


indikator pada point a, Indikator lainnya yang mencapai
target 100% adalah Persentase warga negara korban
bencana Kab /Kota yang memperoleh perlindungan dan
jaminan sosial.
63
Jumlah korban bencana tahun 2019 menurun dibandingkan
pada tahun 2018. Tahun ini hanya tercatat 388 korban dan
seluruh korban telah mendapat pelayanan kebutuhan dasar
sebagaimana korban bencana pada umumnya. Indikator ini
beranding terbalik semakin kecil jumlah korban semain baik
capaiannya.
C. Rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar di luar panti sosial
Indikator ini mencapai 253%, seperti halnya indikator SPM
lain yang telah mencapai target dikarenakan adanya
dukungan anggaran APBN yang dapat meningkatkan jumlah
Lansia yang mendapatkan manfaat.
d. Rehabsos dasar anak terlantar di luar panti ;

Rehabsos dasar anak terlantar juga telah mencapai target


100% lebih, yaitu mencapai 167% sebenarnya
kemampuan APBD hanya mampu membantu pemenuhan
kebutuhan dasar anak terlantar di luar panti sebanyak 20
anak, capaian tinggi dikarenakan adanya bantuan APBN
sebagaimana tertera pada tabel Capaian Indikator SPM dan
anggaran berdasarkan APBD dan APBN.

64
BAB III
PENUTUP
Secara umum, penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan
Minimal Pemerintah Kab. Banjarnegara Tahun 2019 telah
dilaksanakan meskipun belum dapat memenuhi target capaian
secara nasional. Hal ini di sebabkan oleh beberapa kendala, baik dari
Perangkat Daerah yang membidangi 6 urusan pelayanan dasar
maupun terkendala oleh regulasi tentang standar teknis masing-
masing urusan. Kendala tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
1. Belum terdokumentasinya data-data dengan baik pada beberapa
Perangkat Daerah sehingga terkendala dalam pengumpulan data
pendukung;
2. Penyusunan target capaian SPM Kabupaten terkendala dengan
tingginya target capaian SPM secara nasional yaitu 100%.
Dengan target waktu yang sangat terbatas dan target capaian
yang dipatok sangat tinggi;
3. Penghitungan kebutuhan anggaran terkendala ketidaktersediaan
piranti pendukung karena tidak semua SPM Kementerian
tersedia e-costing (petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
perencanaan pembiayaan);

4. Pencapaian target SPM di Kabupaten Banjarnegara masih


terkendala anggaran, sehingga seharusnya penerapan SPM yang
ditekankan oleh pemerintah pusat juga harus diikuti dengan
penganggarannya kepada daerah, dari penyusunan Rencana Aksi
sampai tahap pelaksanaan SPM itu sendiri;
5. Jumlah dukungan personil yang dibutuhkan sesuai dengan
kualifikasi untuk memenuhi SPM yang dipersyaratkan masih
terbatas;

65
6. Regulasi terkait aturan teknis yang belum jelas dan mengalami
keterlambatan penerbitan, bahkan ada sub urusan yang belum
diatur standar teknisnya, sehingga memunculkan beberapa
permasalahan antara lain: perbedaan penterjemahan
pelaksanaan dilapangan, terdapat indikator capaian yang nilai
strategisnya berbeda di setiap daerah.

Dengan mengacu pada hasil capaian dan evaluasi penerapan


Standar Pelayanan Minimal Pemerintah Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2019 ini, diharapkan penerapan dan pencapaian Standar
Pelayanan Minimal Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tahun 2020
akan mengalami peningkatan serta dapat mencapai target nasional
yaitu 100%.

BUPATI BANJARNEARA,

BUDHI SARWONO

66
67

Anda mungkin juga menyukai