Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. MASALAH UTAMA
Risiko Bunuh Diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri/melakukan tindakan yang
dapat mengancam kehidupan. Dalam sumber lain dikatakan sebagai perilaku destruktif diri yaitu aktivitas
yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap
bentuk aktifitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang
diinginkan. (Stuart, Sundeen, 1995)

2. Tanda dan gejala


a. Ada ide bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati
c. Mangungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Impulsive
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
f. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya
g. Verbal,terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, keasingan)
i. Kesehatan mental (klinis depresi, psikosis, penyalagunaan alkohol)
j. Kesehatan fisik (penyakit kronis, penyakit terminal)
k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, kegagalan)
l. umur 15 – 19 tahun atau diatas 45 tahun
m. Status perkawinan
n. Pekerjaan
o. Konflik interpersonal
p. Latar belakang keluarga
q. Orientasi seksual
r. Sumber-sumber personal
s. Sumber-sumber sosial
t. Perilaku kekerasan saat kecil

3. Rentang Respon

Rentang Respons Protektif Diri

Respon Adaptif Respon maladaptif


|_______________|________________|________________|_______________| Peningkatan diri
Pertumbuhan Destrustif-diri Pencederaan diri Bunuh diri
pe beresiko tak langsung

Gambar. Rentang Respons protektif diri

0
Perilaku bunuh diri biasa dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Ancaman Bunuh Diri/Ide Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebur mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang
tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada disekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat dan sebagainya. Kurangnya
respon positif dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk me;lakukan tindakan bunuh diri.
b. Upaya Bunuh Diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada
kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh Diri
Dapat terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya
bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.

4. Faktor Predisposisi
Tidak ada teori yang berdiri sendiri mengungkapkan tentang bunuh diri dan memberi petunjuk
intervensi yang terapeutik. Teori Perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang dipelajari
dan di terima pada saat kanak-kanak dan masa remaja. Teori Psychologi memfokuskan dalam masalah
tahap awal perkembangan ego, trauma interpersonal dan kecemasan yang tidak diselesaikan mungkin
dapat memicu untuk mencederai diri. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri mungkin
kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa akanak-kanak merasa mendapat perlakuan kasar dan tidak ada
kepuasan.
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor predisposisi atau presipitasi pencederaan diri.
Faktor predisposisi yang lain antara lain adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan komunikasi,
mengkomunikasikan perasaan, perasaan bersalah, depresi, dan perasaan yang tidak stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus
kehidupan yaitu :
1). Diagnosa Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai hubungan
dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizifrenia.
2). Sifat Kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif
dan depresi.
3). Lingkungan psikososial
Faktor predisposisi untuk perilaku bunuh diri termasuk didalamnya pengalaman kehilangan, kehilangan
suppotr sosial, kejadian-kejadian negatif dalam kehidupan, penyakit kronis, perpisahan atau perceraian.
Kekuatan sosial support sangat penting dalam intervensi yang terapeutik menegetahui penyebab
masalah psikiatrik, mengetahui respon, dll.
4). Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
5). Faktor Biokimia

1
Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik menjadi media proses
yang dapat menimbulkan perilakuk destruktif diri.
5. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami individu.
Pencetusnya seringkali berupa kejadian kehidupan yang memalukan. Selain itu mengetahui seseorang
yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau membaca melalui media, dapat juga membuat individu
makin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri.

6. Sumber Koping
Klien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dan seringkali orang ini melakukan secara sadar untuk memilih perilaku bunuh diri.
Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor baik sosial dan budaya. Struktur sosial dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi
sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang
yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu mentolerasnsi stress dan menurunkan perilaku bunuh
diri. Aktif dalam keagamaan juga menjadi pendukung orang-orang dalam mencegah perilaku bunuh diri.

7. Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi koping mekanisme yang berhubungan dengan
perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme
pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa memberikan cara koping alternatif. Mekanisme
pertahanan ini mungkin berada diantara individu dan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan
upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif

C. POHON MASALAH

Bunuh Diri

CP : Risiko Bunuh Diri

Harga Diri Rendah


D. MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko bunuh diri
2. Bunuh diri /mencelakai diri sendiri
3. Harga Diri Rendah Kronis

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji

Risiko Bunuh Diri Subjek :


~ Ada ungkapan ide bunuh diri

~ Mengungkapkan keinginan untuk mati

~ Mangungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

~ Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri


sebelumnya dari keluarga

2
~ Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan)
~ Mengungkapkan adanya konflik interpersonal

~ Ungkapan perilaku kekerasan saat kecil


Objektif :
~ Impulsive

~ Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya


menjadi sangat patuh)
~ Ada riwayat kesehatan mental (klinis depresi, psikosis,
penyalagunaan alkohol)
~ Ada riwayat kesehatan fisik (penyakit kronis, penyakit
terminal)
~ Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
kegagalan)
~ Umur 15 – 19 tahun atau diatas 45 tahun

~ Status perkawinan yang tidak harmonis

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN : Risiko Bunuh Diri

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

 Ancaman /percobaan bunuh diri dengan diagnosa : Risiko Bunuh Diri


1. Tindakan keperawatan pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka dapat dilakukan :
2) Menemani pasien terus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
3) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
4) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan
obat
5) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah meninggalkan
pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya
disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga untuk menjaga pasien untuk tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

3
 Isyarat Bunuh Diri dengan Diagnosa Harga Diri Rendah
1.Tindakan keperawatan untuk pasien yang menunjukkan isyarat bunuh diri
a. Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan
dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien.
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan degan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

2. Tindakan keperawatan keluarga dengan anggota keluarga yang menunjukkan isyarat bunuh diri
a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul pada
pasien.
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien berisiko
bunuh diri.
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan
tanda dan gejala bunuh diri
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang mudah
diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamar, jangan meninggalkan pasien
sendirian di rumah
(2) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien
dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar
minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat
nyamuk atau racun serangga.
(3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan
gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun
pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.

4
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut diatas.

3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila


pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan
upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan bantuan
medis
4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatasi masalah bunuh dirinya.
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima benar
yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunakannya,
benar waktu penggunaannya

Evaluasi
Di bawah ini tanda-tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara berikan kepada pasien dan
keluarganya, berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan.
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi anggota
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan :
a) Pasien mampu mengungkapkan perasaanya
b) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
c) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
risiko bunuh diri. Untuk itu diharapkan :
a) Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri
b) Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota keluarga yang berisiko
bunuh diri
c) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat anggota
keluarga yeng berisiko bunuh diri

 Terapi Individu : Terapi Perilaku


Sesi I : Menyebutkan alasan dan menuliskan berperilaku yang tidak sesuai

Sesi 2 : Menguraikan atau menggambarkan pada klien tentang perilaku yang akan dipelajari dan menuliskan
perilaku baru dan terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien menuliskan perilaku
yang tidak dikehendaki

Sesi 3 : Klien mempelajari perilaku baru dengan menggunakan arahan dan demonstrasi dari terapis.

Sesi 4 : Klien mempraktekkan perilaku baru dan terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien.

5
Sesi 5 : Klien mentransfer perilaku baru pada lingkungan dan keadaan yang alami dan sesungguhnya.

Sesi 6 : Dukungan Keluarga

 Terapi Keluarga : Triangle thrapy


Sesi 1 : Terhadap klien

Sesi 2 : Terhadap keluarga

 Terapi Kelompok : Logotherapy


Sesi 1 : Mengenal masalah

Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri

Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman bermakna

Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis

Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi


G. STRATEGI PELAKSANAAN ASKEP UNTUK PASIEN

TERAPI TINDAKAN KEPERAWATAN SP

Th/. General Tindakan keperawatan pasien yang mengancam atau mencoba bunuh
diri
1. Melakukan kontrak treatment SP 1 (pasien)
2. Menemani pasien terus-menerus
3. Menjauhkan semua benda yang berbahaya bagi klien
4. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
5. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
6. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri
7. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
8. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP 2 (ps)
Meningkatkan harga diri pasien
SP 3 (ps)
Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah

Th/. Individu Terapi Perilaku


SP 4 (ps)
Sesi I : Menyebutkan alasan dan menuliskan berperilaku yang tidak sesuai

Sesi 2 : Menguraikan atau menggambarkan pada klien tentang perilaku yang


akan dipelajari dan menuliskan perilaku baru dan terapis
SP 5 (ps)
memberikan umpan balik terhadap kemampuan klien menuliskan
perilaku yang tidak dikehendaki

Sesi 3 : Klien mempelajari perilaku baru dengan menggunakan arahan dan


SP 6 (ps)
demonstrasi dari terapis.
SP 7 (ps)
Sesi 4 : Klien mempraktekkan perilaku baru dan terapis memberikan umpan
balik terhadap kemampuan klien.
SP 8 (ps)
Sesi 5 : Klien mentransfer perilaku baru pada lingkungan dan keadaan yang
alami dan sesungguhnya.
SP 9 (ps)
Sesi 6 : Dukungan Keluarga
SP 5 (kel)

Th/. General u/ 1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah SP 1 (kel)
kelg. meninggalkan pasien sendirian
2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang

6
berbahaya disekitar pasien
3. Mendiskusikan dengan keluarga menjaga pasien untuk tidak sering
melamun sendiri
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

1. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri


2. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri SP 2 (kel)
3. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri
4. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan bagi pasien

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan risiko bunuh


diri langsung ke pasien.

Membantu keluarga membuar jadwal aktivitas dan minum obat klien di rumah SP 3 (kel)
(discharge planning)

Triangle terapi SP 4 (kel)


Sesi 1 : Terhadap klien
Th/. Keluarga
Sesi 2 : Terhadap keluarga
SP 10 (ps)

SP 6 (kel)

Th/.Kelompok Logo terapi SP 11 (psn)


Sesi 1 : Mengenal masalah
SP 12 (psn)
Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri
SP 13 (psn)
Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman bermakna
SP 14 (psn)
Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis
SP 15 (psn)
Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi

SP16-...(ps)
Th. Kom. Assertive Community Therapy (akan disusun selanjutnya) SP 7-..(kel)

7
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

 Masalah : Risiko Bunuh Diri


 Pertemuan : Ke 1 (Pertama)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi :
* Ada ide bunuh diri/mengakhiri kehidupan
* Mengungkapkan keinginan untuk mati
* Mangungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
* Impulsive
* Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
* Ada riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya
* Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)
* Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
2. Diagnosa : Resiko Bunuh Diri berhubungan dengan Harga Diri Rendah
3. TUK :
1. Klien tetap aman dan selamat
2. Klien Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
3. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
4. Pasien dapat meningkatkan harga diri
4. Tindakan Keperawatan
1. Melakukan kontrak treatment
2. Menemani pasien terus-menerus
3. Menjauhkan semua benda yang berbahaya bagi klien
4. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat
5. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak
ada keinginan bunuh diri.
6. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri
7. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
8. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KPERAWATAN (SP)


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, nama saya Nancye Pandeirot, bapak boleh memanggil saya Nancye (sambil
mengulurkan tangan untuk berjabat tangan), nama bapak siapa ? dan apa panggilan yang bapak
senangi ?. Bisa kita berbincang-bincang sebentar ?
b. Evaluasi/validasi
 Bagaimana perasaan bapak A pagi ini ?
c. Kontrak
Saya yang akan merawat bapak diruangan hari ini, saya akan membantu menyelesaikan masalah
yang bapak hadapI.

8
 Topik : Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang hal atau perasaan Bapak
yang menyebabkan bapak ingin mengakhiri kehidupan bapak?
 Tempat : Bapak A mau dimana kita bercakap-cakap, bagaimana bila di ruang duduk ?
 Waktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini ? bagaimana bila
15 menit ?

2. Fase Kerja
Apakah bapak pernah berniat untuk bunuh diri ?
Apakab bapak pernah mencoba bunuh diri ? bagaimana caranya ? apa yang bapak rasakan saat itu ?
Apa yang menyebabkan bapak memiliki perasaan ingin mengakhiri kehidupan bapak ?
Bapak nanpaknya membutuhkan pertolongan karena bapak ada keinginan untuk bunuh diri, untuk itu
sata akan menemani bapak disini.
Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar bapak untuk memastikan tidak ada benda yang
membahayakan bapak.
Apakah bapak telah meminim obat yang diberikan oleh perawat ? kalau belum saya akan membantu
bapak untuk minum obat.
Apa yang bapak lakukan bila keinginan bunuh diri tersebut muncul ?
Saya akan Bantu bapak cara mengatasi keinginan bunuh diri
Kalau keinginan bunuh diri itu muncul, untuk mengatasinya bapak bisa langsung meminta bantuan
kepada perawat atau keluarga yang mengunjungi. Katakana bahwa keinginan bunuh diri itu muncul.
Cara lain dapat juga dengan mengalihkan perhatian dan pikiran atau keinginan bunuh diri tersebut
dengan cara bapak mencari teman untuk dapat bercakap-cakap.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan pak A setelah kita bercakap-cakap ? apakah bapak merasa ada manfaatnya
kita berbincang-bincang saat ini ?
Apakah saat ini keinginan bunuh diri itu ada ?
b. Evaluasi Objektif
 Bapak masih ingat cara mengatasi bila keinginan bunuh diri itu muncul ?
 Coba bapak sebutkan cara mengatasi bila keinginan bunuh diri itu muncul.
c. Rencana Tindak lanjut
 Bagaimana bila nanti saat bila keinginan bunuh diri itu muncul, bapak mencoba dan melakukan
seperti yang bapak telah pelajari ?
d. Kontrak
 Topik : Baiklah kita sudah bercakap-cakap selama 15 menit, bagaimana kalau nanti kita
bercakap-cakap tentang cara mengatasi rasa bersalah, rasa rendah diri bapak ?
 Tempat : Dimana tempatnya nanti kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau disini saja ?
 Waktu : Mau jam berapa ? bagaimana kalau jam 11 siang nanti, setelah bapak bertemu
dengan teman-teman ?

9
DAFTAR PUSTAKA

Byod, M.A. & Nihart, M.A. (1998).Psychiatric Nursing : ContemporaryPractice,


Philadelphia: Lippincolt

Psychotherapy with Suicidal People : A Person-Centred Appoach Antoon A.Leenars.(diambil tanggal 1 Maret
2006)
http://www.suicide/psychotherapywithsuicidal.html

Shives, L.R. (1998). Basic concept psychiatric–mental health nursing. (4th ed). Philadelphia: Lippincolt.

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition). St.Louis : Mosby

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1995). Buku saku keperawatan jiwa: pocket guide to psychiatric nursing. alih
bahasa: Achir Yani S.Hamid.(ed.3). Jakarta: EGC

Tim pengembang MPKP (2006).Modul Model Praktek Keperawatan Jiwa, WHO & FIK-UI : Jakarta

Townsend, M.C. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing. (3rd ed.)
Philadelphia: F.A.Davis Company

10

Anda mungkin juga menyukai