Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ISOLASI SOSIAL

Respons perilaku masyarakat akibat tsunami dan gempa sangat bervariasi sesuai dengan kondisi masing-
masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala
negatif pasien dengan psikotik atau skizofrenia.

Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dewasa dengan masalah keperawatan
isolasi sosial. Saudara dapat mempelajari isi modul ini, mengerjakan latihan sesuai dengan panduan yang
diberikan, sehingga Saudara siap menangani pasien gangguan jiwa dengan gejala isolasi sosial yang ada di
wilayah binaan Saudara. Selamat mempelajari modul ini.

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara mampu:


1. Melakukan pengkajian pada pasien isolasi sosial
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien isolasi sosial
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan isolasi sosial
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien isolasi sosial
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

B. Pengkajian Pasien Isolasi sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

Untuk mengkaji pasien isolasi sosial Saudara dapat menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga.

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
 Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Pasien merasa tidak berguna
 Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
 Pasien merasa ditolak

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara untuk mendapatkan
data subyektif:
 Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau tetangga)?
 Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
 Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
 Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
 Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
 Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang sekitarnya?
 Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
 Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
Latihan 1: Melakukan Pengkajian Pasien Isolasi sosial

Orientasi:
“Selamat pagi Bpk/Ibu ……!”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu......hari ini?”
“Baiklah, sekarang kita mau diskusikan tentang bagaimana hubungan Bpk/Ibu
dengan orang di sekitar sini. Berapa lama kita mau berdiskusi? Mau di mana?”
Kerja:
“Dengan siapa Bpk/Ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat?”
“Apa yang membuat Bpk/Ibu tidak dekat dengan orang lain?”
“Apa saja kegiatan yang biasa Bpk/Ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana
dengan teman-teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang
lain?”
“Apa yang menghambat Bpk/Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
orang lain?”
Terminasi:
“Baiklah, bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Jadi apa saja tadi yang membuat Bpk/Ibu tidak senang bercakap-cakap dengan orang lain?” (Perawat
merangkum beberapa alasan pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain melalui percakapan yang
telah dilakukan)
“Coba dalam dua hari ini Bpk/Ibu mengingat lagi hal-hal apa yang membuat tidak ingin bercakap-cakap
dengan orang lain ”
“Dua hari lagi saya akan kemari, jam ……, kita akan bercakap-cakap tentang keuntungan bercakap-cakap
dengan orang lain dan cara bergaul dengan orang lain.”
“Selamat pagi Bpk/Ibu!”

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan observasi, adalah:
 Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
 Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
 Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
 Kontak mata kurang

Latihan 2: Dokumentasikan dengan menggunakan pedoman pengkajian dan format dokumentasi (lihat
halaman 7-8) data berikut ini:

Ny D, 35 th, sudah 3 tahun mengalami gangguan jiwa. Setiap hari pasien hanya diam di dalam kamar,
tidak pernah keluar. Pasien mengatakan malu jika keluar rumah, rasanya semua orang mentertawakan
dirinya, sehingga sejak 3 tahun terakhir tidak pernah ikut kegiatan social di lingkungannya

C. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

D. Tindakan Keperawatan

1.Tindakan keperawatan untuk pasien.


a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan

1) Membina Hubungan Saling Percaya

Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah :
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang Saudara sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya di mana
 Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-kadang perlu waktu yang tidak
singkat. Untuk itu Saudara sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu
penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan
hasil. Bila pasien sudah percaya dengan Saudara maka apapun yang akan Saudara programkan pasien akan
mengikutinya.

Latihan 3: Membina Hubungan Saling Percaya

“Selamat pagi Pak/Bu!”


“Saya Pak ……….., Saya senang dipanggil Pak …………, Saya perawat Puskesmas ……… yang akan merawat
Bpk/Ibu.”
“Siapa nama Bpk/Ibu?”
“Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan Bpk/Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluhan Bpk/Ibu? Mau
dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, Pak/Bu? Bagaimana kalau
setengah jam?”

2) Membantu Pasien Menyadari Perilaku Isolasi Sosial

Mungkin perilaku isolasi sosial yang pasien alami dianggap sebagai perilaku yang normal oleh pasien. Untuk
itu agar pasien menyadari bahwa perilaku tersebut perlu diatasi maka hal yang pertama dilakukan adalah
menyadarkan pasien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu diatasi. Berikut ini langkah-langkah
tindakan keperawatan yang dapat Saudara terapkan untuk menyadarkan pasien akan masalah isolasi
sosialnya:
 Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
 Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
 Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
 Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
Latihan 4: Membantu Pasien Menyadari Masalah Isolasi sosial Pasien

Orientasi :
“Selamat pagi Bpk/Ibu!”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
“Seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang apa yang menyebabkan Bpk/Ibu kurang
suka bergaul, keuntungan bergaul dan kerugian bila tidak bergaul dengan orang lain. Mau berapa lama
Bpk/Ibu? Di sini saja ya Bpk/Ibu?”
Kerja :
”Apa yang membuat Bpk/Ibu tidak suka bergaul dengan orang lain?”
“Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap Bpk/Ibu ? Atau ada alasan Bpk/Ibu tidak ingin
bergaul dengan orang lain ? 
“Apakah ruginya kalau kita tidak punya teman?”
“Menurut Bpk/Ibu, Apakah keuntungannya kalau kita banyak teman?”
Nah kita sudah mengetahui penyebab Bpk/Ibu tidak mau bergaul dengan orang lain, ruginya tidak punya
teman, dan untungnya punya teman”
”Bagaimana Bpk/Ibu, ingin belajar bergaul dengan orang lain?”
”Bagaimana kalau minggu depan kita belajar cara-cara bergaul dengan orang lain.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Bpk/Ibu sebutkan lagi penyebab Bpk/Ibu tidak ingin bergaul dengan orang lain!”
“Coba Bpk/Ibu pikirkan lagi keuntungan bergaul dengan orang lain”
”Sampai minggu depan, assalamu’alaikum”

3). Melatih Pasien Berinteraksi dengan Orang Lain Secara Bertahap

Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain,
karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu Saudara dapat melatih
pasien berinteraksi secara bertahap. Mula-mula jalinlah hubungan yang betul-betul saling percaya dengan
pasien. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus
membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara sehat dengan orang-orang di sekitarnya.

Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai berikut:
 Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
 Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
 Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di
hadapan Saudara
 Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
 Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat
orang dan seterusnya.
 Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
 Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
Latihan 5: Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap

Orientasi:
“Selamat pagi Bpk/Ibu!”
“Bagaimana perasaan hari ini?”
“Hari ini kita akan belajar tentang bagaimana memulai berhubungan dengan orang lain. Kita akan belajar
berapa lama? Mau di mana Bpk/Ibu?”
Kerja:
“Begini lho Pak/Bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan
yang kita sukai. Contoh: Nama Saya Pak Ahmad, senang dipanggil Mamad.”
“Selanjutnya Bpk/Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak/Ibu
siapa? Senang dipanggil apa?”
“Ayo Pak/Bu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Bpk/Ibu. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali!”
“Setelah Bpk/Ibu berkenalan dengan orang tersebut Bpk/Ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan Bpk/Ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi Bpk/Ibu, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan berkenalan ini?”
”Coba Bpk/Ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain!”
”Dalam seminggu ini, coba Bpk/Ibu bercakap-cakap dengan teman di sekitar ini yang selama ini belum
dikenal!”
“Minggu depan saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang pengalaman Bpk/Ibu bercakap-
cakap dengan teman-teman baru. Waktunya seperti sekarang ini. Tempatnya di sini saja ya!”

2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a.Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah.

b. Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial

Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat mengatasi masalahnya termasuk
mengatasi masalah isolasi sosial ini. Hal ini mengingat keluargalah yang akan bersama-sama dengan pasien
sepanjang hari.

Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:
1) Menjelaskan tentang:
 Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
 Penyebab isolasi sosial.
 Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya.
 Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
 Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
2) Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien
3) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara berkomunikasi dengan pasien
Latihan 6: Pendidikan Kesehatan Keluarga

Orientasi:
“Selamat pagi Bpk/Ibu! Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?
“Hari ini kita berdiskusi tentang masalah tidak mau bergaul dengan orang lain yang dialami oleh anak
Bpk/Ibu dan cara mengatasinya. Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bpk/Ibu punya waktu? Bagaimana
kalau satu jam?”

Kerja:
“Masalah yang dialami oleh anak Bpk/Ibu disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit yang
juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.”
“Apabila masalah ini tidak diatasi maka pasien bisa mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau
melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan pasien yang demikian keluarga harus sabar. Pertama keluarga harus membina
hubungan saling percaya dengan pasien yang caranya adalah bersikap peduli dengan pasien dan jangan
ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan banyak
mencela kondisi pasien.”
”Seperti ini cara memberikan pujian : Bagus ... Bagus. Kamu sudah mampu bergaul dengan teman-teman di
sekitar rumah ini!”
Coba Bpk/Ibu peragakan !
“Bpk/Ibu juga harus menjaga supaya pasien terus minum obat sesuai program. Jangan menghentikan obat
tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan (perawat atau dokter puskesmas).”
“Apabila pasien tidak membaik dan sama sekali tidak bisa mengurus dirinya sendiri, Bpk/Ibu bisa
membawanya ke RSJ untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sampai di sini ada yang mau
ditanyakan?”

Terminasi:
“Baiklah karena waktunya habis. Bagaimana perasaan Bpk/Ibu?”
“Coba Bpk/Ibu ulangi lagi cara menangani pasien yang tidak mau bergaul!”
“Selanjutnya silakan Bpk/Ibu coba cara yang tadi kita bahas !”
“Minggu depan kita akan diskusi tentang pengalaman Bpk/Ibu mempraktekkan latihan kita hari ini. Saya
akan datang jam 10.00 WIB ke mari.

E. Evaluasi

1. Evaluasi Kemampuan Pasien


 Pasien menunjukkan rasa percayanya kepada Saudara sebagai perawat dengan ditandai
dengan pasien mau bekerja sama secara aktif dalam melaksanakan program yang Saudara
usulkan kepada pasien.
 Pasien mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak mau bergaul dengan orang lain,
kerugian tidak mau bergaul dan keuntungan bergaul dengan orang lain.
 Pasien menunjukkan kemajuan dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

2. Evaluasi kemampuan Keluarga

 Keluarga ikut bekerja sama merawat pasien sesuai anjuran yang Saudara berikan.
F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi
dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan
evaluasi.

1. Pedoman Pengkajian Isolasi sosial

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi pasien:

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat:

c. Hambatan berhubungan dengan orang lain:

Masalah keperawatan:

2. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat:

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

Nama Pasien:………………………………….
Nama Puskesmas: …………………………….
No RM:…………………………………
Tanggal: ……………………………………
Data:

Dx keperawatan:

Tindakan Keperawatan:

Evaluasi:
S:
O:
A:
P:

Tanda Tangan
Nama Perawat
Contoh Dokumentasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat:

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

Nama Pasien:Tn B
Nama Puskesmas: Puskesmas Kuta Baro
No RM:
Tanggal: 4 Agustus 2005

Data : Laki-laki, 27 tahun, belum kawin, sakit sejak 2 tahun terakhir. Sudah pernah dirawat di RSJ setahun lalu.
Setahun terakhir berobat jalan tetapi tidak rutin. Kondisi saat ini: menyendiri di kamar, tak mau
berinteraksi dengan orang lain. Pasien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain karena merasa
malu.

Dx keperawatan: Isolasi Sosial

Tindakan Keperawatan:
 Berkenalan dengan pasien
 Membuat kontrak asuhan dengan pasien dan keluarga
 Mendiskusikan penyebab isolasi social
 Mendiskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan

Evaluasi:
S: Pasien mengatakan senang ada kunjungan perawat. Penyebab isolasi social karena malu. Keuntungan banyak teman
bias saling tolong menolong.
O: Tampak malu. Kontak mata kurang. Bicara tersendat dan pelan
A: Pasien bias percaya dengan perawat. Mampu mengidentifikasi penyebab isolasi social dan keuntungan
berhubungan.
P: Anjurkan pasien untuk lebih aktif berinteraksi. Lanjutkan interaksi untuk latihan berinteraksi dengan orang lain

Tanda Tangan

Nama Perawat

Anda mungkin juga menyukai