Anda di halaman 1dari 10

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dengan masalah Resiko Bunuh Diri

Mahasiswa

Benedikta Endah Kusumandari


20176523012

Tanggal
Disahkan Oleh

Dosen Pembimbing

Ns. Mather, S.Kep. M.Sos


NIP. 197610162006041002
1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)
Risiko bunuh diri

2. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunh diri sebagai prilaku
destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak di cegah dapat mengarah
pada kematian. Prilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal
ini sebagai sesuatu yang di inginkan (Stuart dan Sundeen , 1995).

3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), Lima faktor predisposisi bunuh
diri antara lain :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat,
dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya
adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kritis, perpisahan,
atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting
dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti
serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat
dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo
Graph (EEG).

2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress
berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa
kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

4. Tanda dan Gejala


Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang
dirasakan klien.
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Impulsif
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan )
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah,
dan mengasingkan diri)
9) Kesehatan mental (scara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi,
psikosis, dan menyalahkangunakan alkohol)
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyaki kronis atau
terminal)
11) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier)
12) Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14) Pekerjaan.
15) Konflik interpersonal.
16) Latar belakang keluarga.
17) Orientasi seksual.
18) Sumber-sumber personal.
19) Sumber-sumber social.
20) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

5. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji


Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Risiko bunuh diri Subjektif:
1. Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan
keputusasaan
4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh
diri sebelumnya dari keluarga
5. Berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang dosis obat yang mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik
interpersonal
7. Mengungkapkan telah terjadi korban
perilaku kekerasan saat kecil

Objektif:
1. Impulsif
2. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh)
3. Ada riwayat penyakit mental (depresi,
psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
4. Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis
atau penyakit terminal)
5. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan
pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)
6. Status perkawinan yang tidak harmonis

B. Pohon masalah (gambaran pohon masalah)

Effect                                 bunuh diri

Core problem                   risiko bunuh diri

Causa                              isolasi sosial

                                      harga diri rendah kronis

6. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
7. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawat.
a.       Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b.      Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri,
maka saudara dapat melakukan tindakan berikut :
a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan
ketempat yang aman.
b. Menjauhi semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas,
tali pinggang).
c. Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya, jika
klien mendapat obat.
d. Memeriksa apakah pasien benar-benar bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan


bunuh diri
a. Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan :
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta
jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya disekitar pasien.
c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun
sendiri.
d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
secara teratur.
3. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
Tujuan:
1. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya.
3. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
4. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.

Tindakan keperawatan:
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
posittif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya berarti untuk orang lain.
4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
klien.
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.

c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah.
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik.
4) Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan anggota keluarga
yang menunjukkan isyarat bunuh diri.
Tujuan : Keluarga mampu merawat klien dengan risiko bunuh diri
Tindakan keperawatan :
a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang
pernah muncul pada pasien.
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umunya muncul
pada pasien beresiko bunuh diri.
b. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh
diri.
1. Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan
keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan
gejala bunuh diri.
2. Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien,
antara lain:
1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien
ditempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien
mengunci diri di kamarnya atau jangan meninggalkan
pasien sendirian dirumah.
2) Menjauhkan barang-barang yang bisa untuk bunuh diri.
Jauhkan psien dari barang-barang yang bisa digunakan
untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak/bensin,
api, pisau atau benda tajam lainnya zat yang berbahaya
seperti obat nyamukatau racun serangga.
3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat.
Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien
tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.
4) Menganjurkan keluarga untuk mempraktikkan cara tersebut
diatas.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan
apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis.

d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang


tersedia bagi pasien.
e. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan.
f. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien
berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh
dirinya.
g. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat
sesuai prinsip 5 benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar
dosisnya, benar cara penggunaannya, benar waktu penggunaannya
dan benar pencatatannya.
Daftar Pustaka

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung : Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai