Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI

Di susun oleh :

Mahmuddin, S.Kep., MARS

Mata Kuliah : Stase Jiwa


Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi
dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan
adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan
terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah, bermusuhan dan bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri untuk mengambil keputusan bunuh diri (Stuart, 2006).
Bunuh diri juga merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan
stres yang tinggi dan menggunakan koping yang mal adaptif. Situasi gawat pada bunuh
diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau
percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri. (Yusuf, Fitryasari, &
Endang, 2015).
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan
rentang adaptif maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon
maladaptif antara lain:
1. Ketidakberdayaan, apatis (acuh tak acuh/tidak peduli).
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah,
karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak
berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada
yang membantu.
2. Kehilangan, ragu-ragu.
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal
dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya: Kehilangan pekerjaan dan
kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah
diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh diri.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor penyebab predisposisi yang
menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Ada tiga gangguan jiwa yang dapat membuat klien berisiko bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia. Dan lebih dari
90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri sebelumnya
mempunyai riwayat gangguan jiwa.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Klien yang baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan
yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko bagi
klien untuk perilaku resiko bunuh diri.
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamin dapat menimbulkan perilaku
resiko bunuh diri. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri
terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotinin dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang
otak (EEG).

2. Faktor Presipitasi
Perilaku resiko bunuh diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan, keinginan
yang tidak terpenuhi, adanya konflik keluarga dan sosial, dipermalukan di depan
umum, kehilangan pekerjaan, dan lain – lain. Faktor lain yang juga dapat menjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan tindakan bunuh diri.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria, N (2009), tanda dan gejala dari resiko prilaku bunuh dari, adalah:
• Mempunyai ide untuk bunuh diri.
• Mengungkapkan keinginan untuk mati.
• Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
• Impulsif (sikap ketika seseorang melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan
akbatnya).
• Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
• Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).

D. Pohon Masalah

Resiko bunuh Diri

Ancaman bunuh diri

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif


E. Masalah Keperawatan
1. Maslah keperawatan yang mungkin timbul pada klien resiko bunuh diri adalah:
• Koping individu tidak efektif
• Kecemasan
• Ketidakberdayaan
• Keputus asaan
• Harga diri rendah
• Risiko bunuh diri

2. Data yang perlu dikaji pada klen resiko bunuh diri adalah:
• Mengungkapkan keinginan bunuh diri
• Mengungkapkan keinginan untuk mati
• Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
• Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
• Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
• Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
• Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
• Impulsif
• Mennjukkan perilaku yang mencurigakan(biasaya menjadi sangat patuh)
• Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
• Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
• Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)

F. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri b.d harga diri rendah d.d mengungkupkan keinginan mati

G. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Diagnosa keperawatan : Resiko bunih diri
• Tujuan: Klien tetap aman dan selamat
• Tindakan: Melindungi pasien
Tindakan untuk melindungi klien resiko bunuh diri, maka perawat dapat melakukan
tindakan sebagai berikut:
- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
- Jauhkan semua benda berbahaya seperti: gnting, garpu, pisau, silet, tali
pinggang, dan gelas, dll.
- Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat.
- Jelaskan dengan lembut pada pasien bahwa kita (perawat) akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri


• Tujuan:
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri.
• Tindakan:
Melindungi pasien
Tindakan: untuk melindungi klien resiko bunuh diri.
Maka keluarga klien dapat melakukan tindakan sebagai berikut:
- Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta tidak
meninggalkan pasien sendirian.
- Beritahukan pada keluarga untuk menjauhkan semua benda berbahaya
seperti: gnting, garpu, pisau, silet, tali pinggang, dan gelas, dll.
- Ingatkan keluarga untuk tidak membiarkan klien sering melamun sendiri.
- Anjurkan keluarga untuk sering mengajak klien ngobrol.

H. Strategi Pelaksanaan keperawatan


1. Kondisi klien
Nama klien Tuan B, berusia 38 tahun, tinggal di daerah tambun selatan. Tn. B tampak
murung dan sedih. Kalau ada orang yang mau mencoba mendekatinya akan selalu
dijauhi oleh Tn. B.
Keluarga menceritakan bahwa Tn. B sudah beberapa kali mengutarakan ke inginannya
untuk mati. Klien mengatakan kepada keluarga ” sepertinya segala sesuatu akan lebih
baik jka dia tidak ada”. Klien, merasa dia selalu membawa sial, dia merasa lebih baik
mati saja. Kondisi seperti ini mulai terjadi sejak Tn. B di PHK dari pekerjaannya
beberapa bulan yang lalu.
2. Percakapan untuk melindungi klien resiko bunuh diri, yaitu:
a. Fase orientasi:
Assalamualaikum, selamat pagi bapak B !
Perkenalkan saya Mahmuddin.
Saya adalah perawat yang hari bertugas jaga di ruangan ini.
Bagaimana keadaan bapak hari ini?
Bapak tidak perlu khawatir, bapak bisa menceritakan semuanya apa saja yang
bapak rasakan, siapa tau saya dapat membantu bapak.
Kalau bapak tidak mau bicara sekarang, tidak apa – apa, mungkin nanti di alain
waktu.
Kira – kira kapan bapak ada waktu untuk kita bisa ngobrol berdua?
Bagaimana kalau habis makan siang?, bapak setuju?
Baik bapak, nanti kita ketemu habis makan siang ya pak?

b. Fase kerja
Bagaimana pak, sudah makan siangnya?
Makan sama apa hari ini pak?
Wah, pastinya makan siangnya enak ya pak?
Oyaa pak, bagaimana perasaan bapak sekarang?
Boleh saya tau ga pak, hal apa yang membuat bapak merasa selalu membawa
sial?
Apakah bapak merasa sering bersalah pada diri sendiri?
Kenapa bapak merasa tidak berguna hidup di dunia ini?
Apakah bapak mearasa jika bapak tidak ada di dunia ini segala sesuatu akan jadi
lebih baik?
Seberapa sering keinginan bapak untuk mengakhiri hidup itu muncul ?

Jika pertanyaan tersebut diatas, jawaban klien mengarah ke resiko bubuh diri.
Segera lakukan tindakan keperawatan untuk melindungi klien dari resiko bunuh
diri tersebut.
Jauhkan semua benda berbahaya yang dapat di gunakan sebagai alat untuk bunuh
diri, seperti: gnting, garpu, pisau, silet, tali pinggang, dan gelas, dll.
Beri motivasi dan support kepada klien.
Beritahu kepada klien cara menghilang keinginan bunuh diri saat keinginan itu
muncul.
Misalnya: bapak seorang yang hebat dan kuat, bapak pasti bisa mengatasi masalah
yang sedang bapak hadapi sekarang. Kalau keinginan bunuh diri bapak muncul,
bapak segera berdoa mohon ampun dan kekuatan oleh Tuhan untuk bapak.
Percaya lah keluarga bapak sangat menyayangi bapak dan mereka ingin selalu
bersama bapak.
c. Fase terminasi
Bagaimana perasaan bapak sekarang?
Apakah bapak merasa lebih nyaman?
Kakau keinginan bunuh diri bapak muncul lagi, bapak jangan ruga selalu berdoa
kepada Tuhan minta perlindungan dan kekuatan dari Nya.
Bapak juga mempunyai keluarga yang sangat menyayangi bapak.
Baik pak, saya minta izin sebentar, nanti bila bapak membutuhkan sesuatu bapak
bisa langsung panggil saya.
Semoga bapak sehat selalu.
DAFTAR PUSTAKA

Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3)

Fitria, Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Shives, L. R. (2008). Basic Cocepts of Psychiatric – Mental health Nursing (7 th ed).


Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins.

Stuart, G. W. (2006). Buku Saku: Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Endang, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai