Keperawatan Psikiatri
Disusun Oleh :
Adaptif Maladaptif
b. Anti depresi
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku
agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline, litium, dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan
agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan
mental organic.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
(1) Perkenalkan diri dengan klien
(2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
(3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
(4) Bersifat hangat dan bersahabat.
(5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
(1) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
(2) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
(3) Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
(1) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
(2) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan ,ketakutan
dan keputusasaan.
(3) Beridorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
(4) Beriwaktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
(1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
(2) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
(3) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
(1) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman
yang menyenangkan setiap hari (misal :berjalan-jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.)
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian tingkah laku bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan
keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik dan rencana spesifik. Perawat harus
mengkaji tingkat risiko bunuh diri, faktor predisposisi, presipitasi, mekanisme koping dan
sumber koping pasien.
1. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk
rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
2. Alasan masuk Rumah Sakit
Umumnya klien risiko bunuh diri dibawa kerumah sakit dikarenakan keluarga merasa tidak
mampu menangani atau merawat pasien, terganggu karena dengan prilaku klien, gejala yang
dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
dan penanganan yang lebih lanjut dan tepat
3. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang
dicapai.
4. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif diri (bunuh diri)
adalah sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Yusuf dkk, 2015) a. Pengkajian
lingkungan upaya bunuh diri.
1) Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
2) Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan, mengatur rencana, membicarakan
tentang bunuh diri, memberikan barang berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh
diri.
3) Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan.
4) Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
5) Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
b. Petunjuk gejala
- Data Subjektif
Klien mengungkapkan tentang :
1) merasa hidupnya tak berguna lagi
2) Ingin mati
3) Mengancam bunuh diri -
- Data Objektif :
1) Keputusasaan.
2) Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga.
3) Alam perasaan depresi.
4) Agitasi dan gelisah.
5) Insomnia yang menetap.
6) Penurunan berat badan.
7) Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
c. Penyakit psikiatrik
1) Upaya bunuh diri sebelumnya.
2) Kelainan afektif.
3) Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
4) Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
5) Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
6) Kombinasi dari kondisi di atas.
d. Riwayat psikososial
1) Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
2) Hidup sendiri.
3) Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami.
4) Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti, masalah
sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).
5) Penyakit medis kronis.
6) Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.
e. Faktor-faktor kepribadian
1) Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
2) Kekakuan kognitif dan negatif.
3) Keputusasaan.
4) Harga diri rendah.
5) Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
f. Riwayat keluarga
1) Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
2) Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau keduanya.
5. Faktor Perilaku
Menurut Yusuf, dkk (2015), faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya perilaku risiko
bunuh diri adalah sebagai berikut.
1) Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dengan program pengobatan yang dilakukan
(pemberian obat). Pasien dengan keinginan bunuh diri memilih untuk tidak
memperhatikan dirinya.
2) Pencederaan diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
3) Perilaku bunuh diri
Biasanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
1) Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan verbal dan nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara
verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga
mengomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya,
dan sebagainya.
2) Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat mengarahkan pada kematian jika tidak dicegah.
3) Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan.
Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
6. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
a)Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
b) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti.
c) Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d) Cara untuk mengakhiri keputusaan.
e) Tangisan minta tolong.
Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang
siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut. a. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai
hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko
untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan penyalahgunaan zat. b. Sifat
kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh
diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko penting
untuk perilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik menjadi media
proses yang dapat menimbulkan perilaku merusak diri.
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai berikut (Cook dan
Fontaine, 1987).
a. Penyebab bunuh diri pada anak
1) Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
2) Situasi keluarga yang kacau.
3) Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.
4) Gagal sekolah.
5) Takut atau dihina di sekolah.
6) Kehilangan orang yang dicintai.
7) Dihukum orang lain.
7. Sumber Koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan kultural.
Durkheim membuat urutan tentang tingkah laku bunuh diri. Ada subkategori bunuh diri
berdasarkan motivasi seseorang, yaitu : a. Bunuh diri egoistik akibat seseorang yang
mempunyai hubungan sosial yang buruk
b. Bunuh diri altruistik akibat kepatuhan pada adat dan
kebiasaan
c. Bunuh diri anomik akibat lingkungan tidak dapat
memberikan kenyamanan bagi individu
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri tak langsung
adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi. Seseorang yang melakukan
tindakan bunuh diri adalah indiviidu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri
sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.
9. Intensitas Bunuh diri
Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1997, dikutip oleh
shivers, 1998 dalam Yusuf kk, 2015). Mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS
(Suicidal Intertion Rating Scale). Intensitas bunuh diri dengan skor 0-4 dijelaskan pada
tabel (Suicidal Intertion Rating Scale).
Skor Intensitas
11 Percobaan Tidak atau yang Dari tidak sampai Dari tidak sampai
bunuh diri tidak fatal dengan cara yang agak berbagai cara yag fatal
sebelumnya fatal
12 Disorientasi Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
dan
disorganisasi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko bunuh diri dibuktikan dengan posttraumatic stress disorder
3. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSIS PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan (TUK/TUM) Kriteria Evaluasi Intervensi
(SLKI) (SIKI)
TUM : Setelah diberikan asuhan Observasi
Risiko bunuh diri Klien mampu untuk tidak keperawatan dalam 1 1. Identifikasi gejala resiko bunuh diri ( mis. gangguan
dibuktikan dengan
mencederai dirinya. x pertemuan, mood, halusinasi , delusi, panic , penyalahgunaan zat,
post traumatic
stress disorder diharapkan pasien kesedihan, gangguan kepribadian)
TUK 1 : menunjukkan : 2. Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (mis.
Klien dapat melindungi 1. Klien tidak barang pribadi, pisau cukur, jendela)
dirinya dari percobaan berperilaku agresif /
bunuh diri. amuk. Terapeutik
berperilaku merusak mudah dipantau (mis. tempat tidur dekat ruang perawat)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
atau
antipsikotik, sesuai indikasi
2. Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
TUK 3 : Setelah diberikan asuhan Observasi
Klien dapat meningkatkan keperawatan dalam 1 x 1. Identifikasi risiko keselamatan diri atau orang lain.
harga diri pasien. pertemuan, diharapkan 2. Monitor aktivitas dan tingkat stimulasi lingkungan.
pasien :
1. Klien memiliki Terapeutik
penilaian diri positif 1. Berikan kesempatan untuk menyampaikan perasaan
2. Klien merasa memiliki dengan cara yang tepat (mis. sandsack, terapi seni,
kelebihan / kemampuan aktivitas fisik)
positif.
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
Lampiran 1 Strategi Pelaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien risiko bunuh diri dapat dilakukan dengan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP). Strategi pelaksanaan tersebut adalah
a. Pasien SP 1 Pasien
- Mengidentifikasi benda-benda yang dapatmembahayakan pasien.
- Mengamankan benda-benda yang dapatmembahayakan pasien
- Melakukan kontrak treatment
- Mengajarkan cara mengendalikan doronganbunuh diri - Melatih cara mengendalikan
dorongan bunuhdiri
SP 2 Pasien
- Mengidentifikasi aspek positif pasien
- Mendorong pasien untuk herfikirpositif terhadap diri
- Mendorong pasien untuk menhargaidiri sebagai individu yang berharga
SP 3 Pasien
- Mengidentifikasi pola koping yangbiasa diterapkan pasien
- Menilai pola koping yg biasa dilakukan
- Mengidentifikasi pola koping yangkonstruktif
- Mendorong pasien memilih pola kopingyang konstruktif
- Menganjurkan pasien menerapkan polakoping konstruktif dalam kegiatan harian
SP 4 Pasien
- Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
- Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
- Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang
realistis
b. Keluarga SP
1 Keluarga
- Mendiskusikan masalah yg dirasakan keluarga dalam merawat pasien
- Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala risiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh diri
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
- Menjelaskan cara-cara merawat pasienrisiko bunuh diri
SP 2 Keluarga
- Melatih keluarga mempraktekkan caramerawat pasien dg risiko bunuh diri
- Melatih keluarga melakukan tara merawat langsung kepada pasien risikobunuh diri
SP 3 Keluarga
- Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat(dischargc
planning)
- Menjelaskan follow lip pasien setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP& SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S1Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fatimah, & Fitriani, D. R. (2017). Inovasi Guided Imagery Terhadap Gejala Resiko Bunuh Diri
Di Ruang Punai RSJD Atmahusada Samarinda, 1– 29.
Gomez, dkk. (2012). Klinis dan Aspek Epidemologi bunuh diri pada penderita Skizoprenia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. StandarLuaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Yusuf, A., H., et al. (2015). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA.
Jakarta Selatan. Salemba Medika.
Yusuf, A, Fitryasari, R, and Nihayati, H. 2015. Bahan Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika