Anda di halaman 1dari 96

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya harapan dan keinginan masyarakat akan
adanya pelayanan yang baik dibidang kesehatan khususnya pelayanan pada tingkat
pertama, harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan dari Puskesmas
sebagai pemberi layanan kesehatan tingkat pertama.
Harus diakui, selama ini banyak pihak mengeluhkan pelayanan di Puskesmas
kurang lancar, karena permasalahan dana operasional. Hal ini terjadi karena
Puskesmas harus menyetorkan dahulu pendapatannya ke kas daerah, baru kas
daerah mengucurkan dana operasional setelah melalui proses penganggaran.
Kondisi ini memunculkan masalah karena kebutuhan dana operasional di Puskesmas
adalah harian, sedangkan pencairan anggaran dari kas daerah adalah bulanan.
Sehingga Puskesmas sering mengalami kekosongan dana dan layanan menjadi
terganggu. Kalaupun ada uang dari pendapatan jasa layanan, Puskesmas tidak
berani menggunakannya karena harus disetorkan terlebih dahulu ke kas daerah.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 23 tahun 2005 tentang


Pedoman Keuangan Badan Layanan Umum memberikan peluang bagi Puskesmas
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengembangkan Puskesmas
sebagai Badan Layanan Umum Daerah. Pengembangan Puskesmas sebagai BLUD
merupakan jawaban atas tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Dengan menjadi BLUD, Puskesmas akan lebih leluasa dalam
memaksimalkan layanannya kepada masyarakat. Tentu saja keleluasaan itu
mensyaratkan Puskesmas untuk menjalankan praktik-praktik bisnis yang sehat
sehingga diharapkan mampu bertahan bahkan bersaing , mandiri dan bertumbuh
dengan tetap sinergi dengan program-program pelayanan yang ditetapkan
pemerintah. Yang lebih penting adalah keleluasaan tersebut dilandasi semangat
perubahan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) Puskesmas: politisi,
birokrat, manajemen, tenaga medis, paramedis, maupun pegawai yang lain serta
masyarakat untuk merubah perilaku menuju ke arah kinerja pelayanan yang lebih
baik.

Dengan PPK-BLUD, Puskesmas masih tetap sebagai instansi dilingkungan


pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan jasa pelayanan kesehatan yang dijual tanpa mengutamakan mencari
1
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas. Implementasi praktek bisnis yang sehat sesuai prinsip efisiensi dan
produktivitas hanya jika, kinerja Puskesmas dapat diukur, dievaluasi dan dijadikan

umpan balik perencanaan berikutnya. Siklus tersebut membutuhkan suatu dokumen


standar tentang penyelenggaraan pelayanan yang minimum harus diselenggarakan
oleh Puskesmas atau Standar Pelayanan Minimum, yang selanjutnya akan dijadikan
target pembanding apakah pelayanan Puskesmas produktivitasnya bertumbuh
secara efesien sesuai dengan kualitas yang diharapkan dari waktu ke waktu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal BAB I ayat 6
menyatakan: Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.
Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan standar
pelayanan minimal adalah tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.
Peraturan Bupati no 61 tahun 2010 tentang rencana penerapan dana
pencapaian Standart Pelayanan Minimal bidang kesehatan pemerintah Kabupaten
Pati.
Puskesmas Juwanasebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pati merupakan lembaga pelayanan
publik yang telah berupaya menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam
pelayanannya kepada masyarakat.
B. Maksud dan Tujuan
1. Untuk panduan bagi manajemen dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta pengawasan danpertanggungjawaban dalam
penyelenggaraan stndar pelayanan minimal.
2. Menyamakan pemahaman tentang definisi operasional dan indikator kinerja..
C. Pengertian
1. Standar Pelayanan Minimal:
Adalah tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.
2. Jenis Pelayanan :

2
Adalah pelayanan publik yang mutlak dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan.
3. Pelayanan Dasar :
Adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.
4. Indikator SPM :
Adalah tolok ukur prestasi kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi berupa masukan,
proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.
5. Pengertian : dimaksudkan untuk menjelaskan istilah dalam indikator kinerja.
6. Definisi operasional: dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian unsur
standar pelayanan
7. Standar : adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa
dicapai.

8. Dimensi Mutu :
Adalah unsur atau aspek yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan.
9. Kriteria Keterterimaan :
Adalah serangkaian standar yang telah ditetapkan terkait dengan proses
pelayanan yang diberikan.
10. Catatan Mutu :
Adalah suatu bukti dari proses kerja yang telah dilakukan/dikerjakan.
11. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) adalah serangkaian petunjuk tertulis
yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintah
Daerah.
12. Hal- hal yang berkaitan denganStandar Operasional Prosedur (SOP) yaitu :
a. Format Standar Operasional Prosedur adalah bentuk penuangan SOP
berupa tulisan dan diagram alur.
b. Uraian Prosedur adalah langkah-langkah yang sistematis dalam
melaksanakan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil kerja tertentu.

3
c. Diagram alur adalah gambar yang menjelaskan alur proses , prosedur
atau
d. Dokumen suatu kegiatan yang menggunakan simbol-simbol atau
bentuk-bentuk bidang untuk mempermudah memperoleh informasi.
e. Hasil akhir adalah produk / out put dari suatu pekerjaan yang
dilaksanakan berupa barang dan jasa.
f. Penyempurnaan SOP adalah serangkaian kegiatan dalam rangka
meningkatkan kualitas standar operasional prosedur yang terdiri dari
melengkapi , membuat , menambah / mengurangi, menyusun dan
mengevaluasi standar operasional prosedur.
g. Pelaksana adalah pegawai yang melaksanakan SOP dalam
pekerjaannya.
h. Verifikasi SOP adalah proses memeriksa kebenaran dan kesesuaian
SOP.
13. Puskesmas Juwana adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Pati yang bertempat di Jl Ki Hajar Dewantara
Juwana, Pati.
D. Landasan Hukum:
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Peraturan Pemerinah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonom;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah,
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang


Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

4
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah;
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 Tentang Pedoman
Tehnis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
14. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2004
tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik;
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesahatan di Kabupaten/Kota;
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 Tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota.
17. Permenkes RI No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
18. Peraturan Bupati Pati no 61 tahun 2010 tentang Rencana Penerapan dan
Pencapaian Standart Pelayanan Minimal bidang Kesehatan Pemerintah
Kabupaten Pati.
19. Peraturan Bupati Pati Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Operasional
Prosedur di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pati.

5
BAB II
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS JUWANA

Standar Pelayanan Minimaladalah ketentuan mengenai jenis dan mutu


pelayanan dasar yang berhak diperoleh oleh warga secara minimal. Standar
Pelayanan Minimal memuat standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur
kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan
pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan
nilai.
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Juwana dalam pedoman ini terdiri dari
dua bagian yaitua). Jenis pelayanan yang memuat indikator dan targetnya dan b).
standar mutu pelayanan yang memuat tentang dimensi mutu, kriteria keterterimaan
dan catatan mutu yang harus disediakan saat proses pelayanan yang ada di
Puskesmas Juwana.
A. Jenis Pelayanan
Berdasarkan Peraturan Bupati Pati NO. 61 tahun 2010 tentang Rencana
Penerapan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Pemerintah Kabupaten
Pati: Puskesmas Juwana dalam penerapan SPM mengacu pada peraturan tersebut,
Jenis pelayanan yang wajib disediakan oleh Puskesmas Juwanameliputi Pelayanan
Kesehatan Dasar (14 indikator), Pelayanan Kesehatan Rujukan(2 indikator),
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa / KLB (1
indikator)Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (1 indikator) dan
Kesehatan Lingkungan (1 indikator), yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Jenis Pelayanan
Di Puskesmas Juwana

Tabel 2.1 Jenis Pelayanan dengan target 5 tahun


6
Standar Pelayanan Minimal
No Jenis Penang-
Pelayanan gung Jawab
Dasar Indikator Target
2015 2016 2017 2018 2019

1 Pelayanan Cakupan kunjungan Koordinator


Kesehatan Ibu hamil K4 85 % 90 % 95 % 100 % KIA
80 %
Dasar
Cakupan komplikasi
95 % 95 % 95 % 95 % 100 % Koordinator
kebidanan yang
KIA
ditangani
Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga
Koordinator
kesehatan yang 80% 85 % 90 % 95 % 100 %
KIA
memiliki kompetensi
kebidanan
Koordinator
Cakupan pelayanan 90% 95% 95% 100%
100% KIA
nifas
Cakupan neonatus Koordinator
dengan komplikasi 80% 85% 90 % 95% 100% KIA
yang ditangani Koordinator
Cakupan kunjungan 95% 95% 95% 100% KIA
100%
bayi
Cakupan Koordinator
Desa/Kelurah an 100% 100% 100% 100% Imunisani
100%
Universal Child
Immunization (UCI) Koordinator
Cakupan pelayanan 90 % 90 % 90 % 100 100 % KIA
anak balita %
Cakupan pemberian
makanan Petugas Gizi
pendamping ASI pada 90% 90% 95% 95% 100%
anak usia 6 - 24 bulan
keluarga miskin
Cakupan balita gizi Petugas Gizi
buruk mendapat 90% 90% 95% 95% 100%
perawatan
Cakupan Penjaringan
kesehatan siswa SD 90% 95% 95% 100% 100%
dan setingkat Koordinator
Cakupan peserta KB 80% 85% 90% 95% KB
100%
aktif
Cakupan
penemuan
dan
penanganan
penderita
penyakit
Jumlah kasus AFP 60%
7
non Folio yang 20% 30% 40% 50% Koordinator
dilaporkan P2P
Jumlah penderita
pneumonia balita
yang ditangani Petugas P2P
100%
disuatu wilayah 80% 85% 90% 95% Pneumonia
kerja pada kurun
waktu tertentu
Jumlah pasien baru
TB-BTA positif yang
ditemukan dan Petugas P2P TB
100% Paru
diobati dalam satu 80% 85% 90% 95%
wilayah selama satu
tahun
Jumlah penderita
DBD yang ditangani
sesuai SOP dalam 80% 85% 90% 95% 100% Petugas P2P
satu wilayah selama DBD
satu tahun
Jumlah penderita
diare yang datang dan
ditangani di sarana Petugas P2P
kesehatan dan kader 80% 85% 90% 95% 100% Diare
dalam satu wilayah
selama satu tahun
Cakupan pelayanan
kesehatan dasar 90% 90% 95% 95% 100% Koordinator
masyarakat miskin Yanmed
2 Pelayanan Cakupan pelayanan
Kesehatan kesehatan rujukan Koordinetor
100 % 100% 100% 100% 100%
Rujukan pasien masyarakat Yanmed
miskin

Cakupan pelayanan
gawat darurat level 1
100 % 100 % 100% 100% 100%
yang harus diberikan Koordinator
sarana kesehatan (RS) Yanmed
di Kabupaten/ Kota
3 Penyelidikan Cakupan Desa/
Epidemiologi Kelurahan mengalami
dan KLB yang dilakukan
Penanggulan penyelidikan 90% 90% 95% 95%
100% Koordinator
g an epidemiologi < 24 jam P2P
Kejadian
Luar Biasa /
KLB
4 Promosi Cakupan Desa Siaga 100%
Kesehatan Aktif Petugas
dan 90% 95% 95% 100% Promkes
Pemberdaya
an

8
Masyarakat
Rumah Cakupan rumah sehat
sehat
60 % 65 % 65 % 65 % 70 %
- Pedesaan

- Perkotaan Koordinator
Kesling

Penjelasannya lebih rinci adalah sebagai berikut :


1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
I. Cakupan kunjungan ibu Hamil K-4
a. Pengertian
1. Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yangmendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan
distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal
satu kali pada triwulan pertama,satu kali pada triwulan kedua
dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
2. Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang
mencakup minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan,
(2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus
(dan pemberian Tetanus Toksoid), (4) ukur tinggi fundus uteri,
(5) Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), (6) temu
wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7)
Test laboratorium sederhana (Hb, Protein urin) dan atau
berdasarkan indikasi (HbsAg,Sifilis< HIV,Malaria, TBC)
3. Jumlah sasaran ibu hamil dihitung melalui estimasi dengan
rumus : 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada
tahun yang sama). Angka CBR dan jumlah penduduk
Kabupaten didapat dari data BPS masing masing Kabupaten
pada kurun waktu tertentu. 1,1 adalah konstanta untuk
menghitung ibu hamil.
4. Indicator ini mengukur kemampuan manajeman program KIA
dalam melindungi ibu hamil sehingga kesehatan janin terjamin
melalui penyediaan pelayanan antenatal.

b. Definisi Operasional

9
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus

Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan


pelayanan antenatal K4 di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Cakupan
Kunjungan = ________________________________________ x100%
Ibu hamil k4 Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah dalam
Kurun waktu yang sama

2. Pembilang

Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal


sesuai standar minimal 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
3. Penyebut

Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun


waktu yang sama.
4. Ukuran / konstanta

Persentase (%)
5. Contoh Perhitungan

Jumlah Penduduk 500.000, Angka kelahiran Kasar (CBR) 2,3%.


Hasil pelayanan antenatal K4 = 12.000 Bumil Januari
Desember tahun 2003, Maka :

Persentase cakupan Jumlah kunjungan ibu hamil K4


K4 adalah = ____________________________________ x100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
12000
= _________________ x 100% = 94,86 %
1,1 x 2,3 % x 500.000
d. Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 80 % 85% 90% 95% 100%

e. Sumber Data
10
1. SIMPUS (LB 3 ) dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan
oleh swasta.
2. Kohort ibu.
3. Pemantauan Wilayah Setempat ( PWS ) KIA

f. Rujukan
1. Buku Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi ( P4K ) tahun 2008
2. Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal tahun 2002.
3. Standar Pelayanan Kebidanan ( SPK ) tahun 2003.
4. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis HAM dan
Keadilan Gender tahun 2004.
5. Pedoman Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi bagi
Petugas Depkes tahun 1999.
6. Booklet Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah untuk WUS.
7. Buku KIA tahun 2006
8. Pedoman Pelayanan IMS /ISR pada pelayanan Kespro Terpadu
Tahun 2006.
9. Pedoman PMTCT tahun 2006.
10. Pedoman Pencegahan dan Penanganan Malaria pada ibu hamil
tahun 2006.
11. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
g. Langkah Kegiatan :
1. Pengadaan Buku KIA ( dengan stiker P4K ).
2. Pendataan Bumil.
3. Pelayanan Antenatal sesuai standar
4. Kunjungan Rumah bagi yang Drop Out.
5. Pembuatan Kantong Persalinan
6. Pelatihan KIP / Konseling
7. Pencatatan dan Pelaporan.
8. Supervisi,Monitoring dan Evaluasi ( PWS-KIA Analisa
Manajemen Program KIA ).
h. SDM
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat

II Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani


a. Pengertian

11
1. Komplikasi yang dimaksud adalah keskitan pada ibu
hamil,bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu
dan/atau bayi;
a. *Komplikasi dalam kehamilan :
a) Abortus
b) Hiperemesis Gravidarum
c) Perdarahan per vaginam
d)Hipertensi dalam
kehamilan ( preeclampsia, eklampsia )
e) Kehamilan Lewat
Waktu , f) Ketuban Pecah
Dini .

*Komplikasi dalam Persalinan :


a) Kelainan Letak /presentasi Janin
, b) Partus Macet/ Distosia ,
c) Hipertensi dalam kehamilan ( preeclampsia,
eklampsia ), d) perdarahan pasca persalinan,
e) Infeksi Berat/Sepsis,
f) Kontraksi Dini
/Persalinan Prematur , g)
Kehamilan ganda.
*Komplikasi dalam Nifas :
a) Hipertensi dalam Kehamilan (preeclampsia,
eklampsia ), b) Infeksi Nifas ,
c) Perdarahan Nifas;
2. Ibu Hamil , ibu bersalin dan nifas dengan komplikasi yang
ditangani adalah ibu hamil, ibu bersalin dan nifas dengan
komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan ( Polindes, Puskesmas,
Puskesmas PONED, Rumah Bersalin , RSIA/RSB, RSU, RSU
PONEK);
3. PONED : Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar ,
meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk :
a) Hipertensi dalam kehamilan ( preeclampsia,

12
eklampsia ) b)Tindakan
Pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada
pertolongan persalinan.
c) Perdarahan Post Partum,
d) Infeksi Nifas,
e) BBLR dan Hipotermi, Hipoglikemia Ikterus ,
Hiperbilirubinemia , masalah pemberian minum pada bayi ,
f) Asfiksia pada bayi ,
g) gangguan nafas pada bayi ,
h) Kejang pada bayi baru lahir,
i) Infeksi Neonatal ,
j) Persiapan Umum sebelum tindakan kedaruratan obstetri
Neonatal antara lain Kewaspadaan Universal Standar;
4. Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang
memiliki kemampuan serta Fasilitas PONED siap 24 jam untuk
memberikan pelayanan terhadap ibu hamil , bersalin dan nifas
dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader/ masyarakat , bidan di desa ,
Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS PONEK pada kasus
yang tidak mampu ditangani;

5. PONEK adalah Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi


Komprehensif di Rumah Sakit , meliputi kemampuan untuk
melakukan tindakan :
a) Seksio Sesaria,
b) Histerektomi ,
c) Reparasi Ruptura Uteri, Cedera Kandung /saluran
kemih, d) Perawatan Intensif Ibu dan
Neonatal , e) Transfusi darah
6. RS PONEK 24 jam adalah RS yang memiliki kemampuan serta
fasilitas PONEK siap 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil , bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan
komplikasi bauk yang datang sendiri atau atas rujukan kader /

13
masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan Puskesmas
PONED;
7. Penanganan Definitif adalah penanganan/ pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
8. Perhitungan jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama;dihitung berdasar
angka estimasi 20 % dari total ibu hamil disatu wilayahpada
kurun waktu yang sama;
9. Total sasaran ibu hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus :

1,10 x Crude Bird Rate x jumlah penduduk ( pada tahun yang


sama ). Angka CBR dan jumlah penduduk Kabupaten didapat
dari data BPS masing-masing Kabupaten pada kurun waktu
tertentu . 1,1 adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil .
10. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
professional kepada ibu ( hamil, bersalin, nifas ) dengan
komplikasi.
b. Definisi Operasional

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan


komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang mendapat penanganan definitif sesuai dengan standar
oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan ( Polindes, Puskesmas , Puskesmas PONED, Rumah
Bersalin ,RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK).
c. Cara Perhitungan /Rumus
1. Rumus
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat
Penanganan definitif di satu wilayah kerja
Pada kurun waktu tertentu
Cakupan komplikasi = ______________________________________ x 100 %
Kebidanan yang Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan
Ditangani di satu wilayah dalam kurun waktu yang sama

2. Pembilang

14
Jumlah komplikasi kebidanan di satu wilayah tertentu yang
mendapat penanganan definitive pada kurun waktu tertentu.
3. Penyebut

Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan disatu wilayah kerja


pada kurun waktu yang sama.
4. Ukuran / Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah penduduk 500.000, Angka Kelahiran Kasar ( CBR ) 2,3


%. Hasil cakupan komplikasi kebidanan = 2.250 bayi periode
Januari Desember 2003 maka persentase cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani adalah :
2250 x 100 %
_______________________ x 88,93 %
20 x 1,1 x 2,3 % x 500.000

d. Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 95 % 95 % 95 % 100% 100%

e. Sumber Data
1. SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh
swasta .
2. Laporan Audit Maternal dan Perinatal ( AMP )
f. Rujukan :
1. Buku Acuan Pelatihan PONED tahun 2007;
2. Buku KIA tahun 2006;
3. Buku Pegangan Praktis Pelayanan Kesehatan maternal dan
neonatal tahun 2002 ;
4. Acuan Asuhan Persalinan Normal /APN tahun2007 ;
5. Standar Pelayanan Kebidanan th 2003;
6. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat ( PWS-KIA tahun
2004;
7. Pedoman Pengembangan PONED tahun 2004;
8. Pedoman Teknis Audit Maternal Perinatal di tingkat Kabupaten
tahun 2007

15
9. Buku Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar berbasis HAM dan
Keadilan Gender tahun 2004;
10. Buku Pedoman Manajemen PONEK 24 jam di Kabupaten tahun
2006;

11. Pedoman system rujukan maternal dan neonatal di RS


Kabupaten tahun 2006;
12. Buku Pedoman Penyelenggaraan Rumah sakit ;
13. Buku Pedoman Penyelenggaraan RS PONEK 24 jam;
14. Buku Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
g. Langkah kegiatan :
1. Deteksi Bumil, Bulin dan Bufas komplikasi
2. Rujukan kasus komplikasi kebidanan;
3. Pelayanan penanganan komplikasi kebidanan;
4. Penyediaan Pusat pelatihan klinis ;
5. Pelatihan PONED bagi bidan desa dan Tim Puskesmas;
6. Pelatihan Tim PONEK di RS Kabupaten;
7. Penyediaan peralatan PONED di Puskesmas dan PONEK di
Kabupaten;
8. Penyediaan Bank Darah Rumah Sakit ( BDRS );
9. Pelaksanaan PONED dan PONEK;
10. Pencatatan dan Pelaporan
11. Pemantauan dan Evaluasi.
h. SDM
1. Tim PONEK RS ( 1. Dr.SPOG,1.Dr.SPA, 1 Dr. Umum, 3 Bidan
dan 2 perawat ;
2. Tim PONED Puskesmas ( 1 dokter, 1 bidan, 1 perawat );
3. Bidan di desa.

III. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang


memiliki Kompetensi kebidanan.
a. Pengertian
1. Pertolongan Persalinan adalah proses pelayanan persalinan
dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan;
2. Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan
sesuai standar;
3. Jumlah seluruh ibu bersalin dihitung melalui estimasi dengan
rumus 1,05 x Crude Birth Rate x Jumlah penduduk . Angka CBR
dan jumlah penduduk Kabupaten didapat dari data BPS masing-

16
masing Kabupaten pada kurun waktu tertentu . 1,05 adalah
Konstanta untuk menghitung ibu bersalin.
4. Indukator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan persalinan yang
professional.

b. Definisi Operasional

Cakupan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang


memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
c. Cara Perhitungan/ Rumus
1. Rumus :

Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh


Tenaga kesehatan di satu wilayah kerja
Pada kurun waktu tertentu
Cakupan pertolongan = ______________________________________ x 100 %
Persalinan oleh Jumlah seluruh sasaran di satu wilayah
Tenaga kesehatan dalam kurun waktu yang sama
2. Pembilang

Jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan di satu


wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Penyebut

Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam


waktu yang sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah penduduk 500.000 , Angka Kelahiran Kasar ( CBR 2,3


%. Jumlah Ibu bersalin ditolong oleh Nakes Januari- Desember
tahun 2003 = 10.500 Maka persentase cakupan Pn adalah =

17
Jml persalinan oleh nakes
_____________________________________ x 100 %
Jml seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun

10.500
____________________ x 100 % = 86,96 %
1,05 x 2.3 % x 500.000

d. Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 100% 100% 100% 100% 100%

e. Sumber Data

SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta


.
f. Langkah Kegiatan :
1. Kemitraan Bidan-Dukun;
2. Perencanan Persalinan oleh Pencegahan Komplikasi ( P4K )
3. Pelayanan Persalinan;
4. Penyediaan /Penggantian Peralatan Persalinan ( Bidan Kit );
5. Pellatihan dan Magang ( APN );

6. Supervisi , Monitoring dan Evaluasi ( PWS-KIA dan Analisa


Manajemen Program KIA )
g. SDM
1. Dr. SPOG
2. Dokter Umum
3. Bidan

IV. Cakupan Pelayanan Nifas


a. Pengertian :
1. Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan.
2. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas
sedikitnya 3 kali , pada 6 jam pasca persalinan s.d 3 hari pada
minggu kedua dan pada mingu keenam termasuk pemberian vitamin
2 kali serta persiapan dan atau pemasangan KB Pasca Persalinan.
3. Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan rumus :
1,05 x Crude Birth Rate ( CBR ) x jumlah penduduk. Angka CBR
dan jumlah penduduk Kabupaten diddapat dari data BPS masing-

18
masing Kabupaten pada kurun waktu tertentu . 1,05 adalah
konstanta untuk menghitung ibu nifas.
4. Dalam pelaksanaan pelayanan ibu nifas dilakukan juga pelayanan
neonatus sesuai standar sedikitnya 3 kali pada 6-24 jam setelah
lahir, pada 3-7 hari dan pada 28 hari setelah lahir yang dilakukan di
fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
5. Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan
neonatal dasar ( ASI Eksklusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 injeksi bila tidak
diberikan pada saat lahir , pemberian imunisasi hepatitis B1( bila
tidak diberikan pada saat lahir), manajemen terpadu bayi muda.
6. Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari.
7. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan nifas yang profesional.
b. Definisi Operasional

Cakupan Pelayanan Nifas adalah pelayanan kepada ibu dan


neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
c. Cara Perhitungan/ Rumus
1. Rumus :

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali Pelayanan nifas


sesuai standar di satu wilayah kerja Pada kurun waktu tertentu
Cakupan pelayanan = ______________________________________ x 100 %
Nifas Jumlah seluruh ibu nifas di satu wilayah dalam kurun waktu yang
sama

2. Pembilang

Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali Pelayanan nifas


sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Penyebut

Jumlah seluruh ibu nifas disatu wilayah dalam kurun waktu yang
sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh perhitungan

19
Jumlah penduduk 500.000 , Angka kelahiran kasar( CBR ) 2,3
%. Hasil pelayanan nifas = 10.000 Januari- Desember tahun
2003. Maka Persentase cakupan pelayanan nifas adalah =
Jml ibu nifas yg telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas
Sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun wkt tertentu
__________________________________________________ x 100 %
Seluruh ibu nifas di satu wilayah pada kurun waktu tertentu

10.000
____________________ x 100 % = 82,82 %
1,05 x 2,3 % x 500.000

d. Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 90 % 95 % 95 % 100 % 100 %

e. Sumber Data
1. SIMPUS dan SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan swasta.
2. Kohort LB3 ibu PWS-KIA
f. Langkah Kegiatan
1. Pelayanan Nifas sesuai standar ( ibu dan neonatus )
2. Pelayanan KB pasca persalinan
3. Pelatihan/magang klinis kesehatan maternal dan neonatal
4. Pelayanan rujukan nifas
5. Kunjungan rumah bagi yang Drop Out.
6. Pencatatan dan Pelaporan
7. Supervisi, monitoring dan evaluasi ( PWS-KIA,Analisis
Manajemen Prog.KIA ).

g. SDM
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat

V.Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani

a.Pengertian :
1. Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari.
2. Neonatus dengan komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan
Kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian .
Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia ,ikterus , hipotermia,
20
tetanus neonatorum, infeksi/ sepsis, trauma lahir, BBLR < 2500 gr ,
sindroma gangguan pernafasan , kelainan congenital.
3.Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus komplikasi
yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih ,dokter
dan bidan di sarana pelayanan kesehatan.
4.Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi : dihitung berdasarkan
15 % dari jumlah bayi baru lahir . Jika tidak diketahui jumlah bayi baru
lahir maka dapat dihitung dari Crude Birth Rate x jumlah penduduk .
Angka CBR dan jumlah penduduk Kabupaten didapat dari data BPS
Kabupaten.
5.Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada
neonatus dengan komplikasi.
6.Sarana pelayanan kesehatan adalah polindes, praktek bidan, puskesmas,
Puskesmas perawatan / PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemeriksaan / swasta.
7. Penanganan definitive adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus.

b. Definisi Operasional
Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani adalah neonatus
dengan komplikasi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana
pelayanan kesehatan
c. Cara Perhitungan/ Rumus
1. Rumus :

Jumlah neonatus dengan komplikasi Yang tertangani


Cakupan neonatus = ______________________________________ x 100 %
Dengan komplikasi Jumlah seluruh neonatus dengan
Yang ditangani komplikasi yang ada

2. Pembilang

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang tertangani dari satu


wilayah kerja pada kurun waktu tertentu di sarana pelayanan
kesehatan .
3. Penyebut

21
Neonatus dengan komplikasi yang ada dengan perkiraan 15 %
bayi baru lahir dari satu wilayah kerja pada kurun waktu yang
sama di sarana pelayanan kesehatan.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah seluruh neonatus di kec. A tahun 2003 = 300 neonatus.


Jumlah perkiraan neonatus dengan komplikasi di kec.A adalah
15 % x 300 = 45 neonatus. Jumlah neonatus komplikasi yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar : 20 neonatus.
Cakupan neonatus yang tertangani = 20/45 x 100 % = 44 %

d. Target Capaian
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 80 % 85% 90% 95% 100%

e. Sumber Data
1. SIMPUS
2. SIRS
3. Laporan pelaksanaan audit Maternal dan Perinatal
f. Langkah kegiatan
1. Deteksi dini bumil ,bulin, dan bufas komplikasi
2. Pelayanan kesehatan pasca persalinan untuk ibu dan neonatal
sesuai standar.
3. Penyediaan saran, peralatan, laboratorium, obat esensial yang
memadai dan transport.
4. Pelatihan manajemen BBLR bagi bidan , manajemen asfiksia
bayi baru lahir , MTBS, PONED bagi Tim Puskesmas , PONEK
bagi Tim RSUD.
5. Pelaksanaan PONED dan PONEK
6. Pemantauan untuk asuhan tindak lanjut bagi neonatus yang
dirujuk.
7. Pencatatan dan Pelaporan
8. Pemantauan pasca pelatihan dan evaluasi
9. Pelaksanaan dan pemantapan Audit Maternal Perinatal (AMP)
10. Rujukan pasien, tenaga medis dan spesimen
g. SDM
1. Tim PONEK RS ( 1 dr.SpOG,1 dr.SpA,1 dr.umum,3 bidan, 2
perawat.
2. Tim PONED Puskesmas ( 1 dokter,1 bidan, 1 perawat )
22
3. Dokter Umum
4. Perawat
5. Bidan

VI. Cakupan kunjungan bayi.


a. Pengertian
1. Bayi adalah anak berumur 29 hari 11 bulan.
2. Cakupan kunjungan bayi adalah Cakupan kunjungan bayi
berumur 29 hari 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan
( polindes,pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit )
maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti
asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas.
3. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali
yaitu satu kali pada umur 29 hari 3 bulan, 1 kali pada umur 3
6 bulan, 1 kali pada umur 5 9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 -11
bulan.
4. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi
dasar ( BCG. DPT/ HB 1-3, Polio 1-4, Campak), stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan
perawatan kesehatan bayi.
5. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi : konseling ASI
eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6
bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS),
pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru
pada usia 6 -11 bulan.
6. Indicator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam melidungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui
penyediaan pelayanan kesehatan.
b. Definisi Operasional

Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh


pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, dan
perawat yang memiliki kopetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4
kali disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
c. Cara Perhitungan Rumus :
1. Rumus
23
Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan Kesehatan sesuai standar
disatu wilayah Kerja pada kurun waktu tertentu
Cakupan kunjungan = ______________________________________ x 100 %
Bayi Jumlah seluruh bayi lahir hidup di satu
Wilayah dalam kurun waktu yg sama

2. Pembilang

Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai


dengan standar , paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

3. Penyebut

Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja dalam kurun waktu
yang sama.
Catatan : Jika tidak ada data dapat digunakan angka estimasi
jumlah bayi lahir hidup berdasarkan data BPS atau perhitungan
CBR dikalikan jumlah penduduk.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah seluruh bayi lahir hidup di desa A tahun 2003 = 75 bayi


Jumlah bayi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar ,
4 kali oleh bidan : 40 bayi . Cakupan kunjungan bayi = 40/ 75 x
100 % = 53,33 %

Jumlah penduduk Kabupaten B : 270.000 jiwa.


CBR : 2,3 %.
Rekapitulasi jumlah bayi yang memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar 4 kali , se- kabupaten B :
5.000 bayi . Estimasi jumlah bayi lahir hidup : 2,3 % x 270.000 =

24
6210 bayi . Persentase cakupan kunjungan bayi 5.000/6.210 x
100 % =80,52 %
d.Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 95 % 95 % 95 % 100 % 100 %

e.Sumber Data
SIMPUS ( Kohort bayi ,SIRS dan klinik )
f.Langkah Kegiatan
1. Peningkatan kompetensi klinis kesehatan bayi meliputi SDIDTK,
Stimulasi perkembangan bayi dan MTBS.
2. Pemantapan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK
3. Pelayanan kesehatan bayi sesuai standar di fasilitas kesehatan
4. Pelayanan Rujukan
5. Pembahasan Audit kematian dan kesakitan bayi
6. Pelayanan kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas
Kesehatan.
g.SDM
1. Dokter SpA
2. Dokter Umum
3. Bidan
4. Perawat terlatih

VII. Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization ( UCI )


a. Pengertian
1. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah senagai perangkat daerah
Kabupaten dan /atau daerah kota dibawah kecamatan ( UU
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah).
2. Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam system pemerintahan nasional dan
berada dibawah Kabupaten.

25
3. UCI (Universal Child Immunization ) adalah tercapainya imunisasi
dasar secara lengkap pada bayi 0-11 bulan , ibu hamil, WUS dan
anak sekolah tingkat dasar.
4. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 Dosis BCG, 3
dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak.
Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat
dasar meliputi 1 dosis DT , 1 dosis campak dan 2 dosis TT.
5. Imunisasi Rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan
terus menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang
telah ditetapkan , berdasarkan kelompok usia sasaran dan
tempat pelayanan.
6. Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak rutin
dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya
masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi . Yang termasuk
dalam kegiatan imunisasi tambahan meliputi Backlog Fighting
dan Crash Program.
7. Imunisasi dalam penanganan KLB adalah kegiatan imunisasi
yang disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit.

b. Definisi Operasional

Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization ( UCI )


adalah Desa/ Kelurahan dimana > 80 % dari jumlah bayi yang ada di
desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam
waktu satu tahun.
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus :

Jumlah Desa/ Kelurahan UCI


Desa /Kelurahan = ________________________________ x 100 %
UCI Seluruh desa / Kelurahan

2. Pembilang

Jumlah Desa / Kelurahan UCI di satu wilayah kerja pada waktu


tertentu.

3. Penyebut

26
Seluruh desa / kelurahan di satu wilayah kerja dalam waktu yang
sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah desa/ kelurahan UCI di Kabupaten X sebanyak 75 desa .


Jumlah desa di Kabupaten X sebanyak 90 desa. Persentase
desa / Kelurahan UCI di wilayah Kabupaten X = 75/90 x 100 % =
83,3 %.
d.Target Capaian
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 100 % 100% 100% 100% 100%

e.Sumber Data
SIMPUS, SIRS dan Klinik
f.Langkah kegiatan
1. Imunisasi rutin
2. Imunisasi Tambahan ( Backlog Fighting, crass program )
3. Imunisasi dalam penanggulangan KLB ( Outbreak Response )
4. Kegiatan Imuisasi tambahan untuk penyakit tertentu dalam
Wilayah yang luas dan waktu tertentu ( PIN, Sub PIN, Catch Up
Campaing Campak).
g.SDM
1. Dokter
2. Perawat
3. Bidan
VIII. Cakupan Pelayanan Anak Balita
a. Pengertian
1. Anak balita adalah anak berumur 12-59 bulan.
2. Setiap anak berumur 12-59 bulan memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan setiap bulan , minimal 8 kali dalam
setahun yang tercatat di Kohort anak balita dan Pra Sekolah ,
Buku KIA / KMS atau Buku pencatatan dan pelaporan lainnya.
3. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran Berat Badan
pertinggi / panjang badan ( BB/ TB ). Di tingkat masyarakat

27
pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran Berat Badan per
Umur ( BB/ U ) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain , Pos
PAUD , Taman Penitipan Anak , Taman Kanak-kanak dan
Raudatul Athfal dll. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah
harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk menentukan
status gizinya dan upaya tindak lanjut.
4. Pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan
gerak kasar , gerak halus , bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian , pemeriksaan daya dengar dan daya lihat. Jika
ada keluhan dan Kecurigaan terhadap anak dilakukan
pemeriksaan untuk gangguan mental emosional , autism serta
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Bila
ditemukan penyimpangan atau ganggun perkembangan harus
dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki
kompetensi.
5. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan setiap anak usia
12-59 bulan dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2
kali per tahun ( setiap 6 bulan ) dan tercatat pada Kohort anak
balita dan pra sekolah atau pencatatan pelaporan lainnya.
Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga tenaga kesehatan ,
ahli gizi , penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor
lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan
deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak.
6. Suplementasi vitamin A dosis tinggi( 200.000 IU )diberikan pada
anak umur 12-59 bulan 2 kali pertahun (bulan Februari dan
Agustus).
7. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam melindungi anak balita sehingga kesehatannya terjamin
melalui penyediaan pelayanan kesehatan.
b. Definisi Operasional

Cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita ( 12-59 bulan )


yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan .
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus :
28
Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali
Cakupan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
pelayanan = ___________________________________________ x 100 %
anak balita Jumlah seluruh anak balita di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama

2. Pembilang

Jumlah anak balita ( 12-59 bulan ) yang memperoleh pelayanan


pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
3. Penyebut

Jumlah seluruh anak balita ( 12-59 bulan ) di satu wilayah kerja


dalam kurun waktu tertentu.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )

5. Contoh Perhitungan

Jumlah anak balita di Kabupaten A tahun 2003 adalah 6.000


orang. Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan
kesehatan 3.000 orang . Persentase cakupan = 3.000 / 6.000 x
100 % = 50 %
d.Target Capaian
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 90 % 90 % 90 % 100 % 100 %

e.Sumber Data
1. Kohort balita
2. Laporan rutin SKDN
3. Buku KIA , KMS

4. Pencatatan pada Pos PAUD , Taman Bermain, Taman Penitipan


Anak, Taman kanak-kanak Raudatul Athfal.
f. Langkah Kegiatan
1. Pendataan sasaran anak usia 12-59 bulan
29
2. Pemantauan pertumbuhan anak usia 12-59 bulan min.8 X setahun

3. Pemantauan perkembangan anak usia 12-59 bulan min.6 bulan


Sekali.
4. Melakukan intervensi bila ditemukan gangguan pertumbuhan dan
Kelainan Perkembangan
5. Melakukan rujukan bila tidak ada perbaikan setelah dilakukan
Intervensi.
6.Penyediaan skrining Kit SDIDTK
7.Pengadaan Vitamin A dosis tinggi ( 200.000 iu ) sesuai sasaran
8.Pengadaan formulir pendukung pencatatan dan pelaporan
9. Monitoring dan evaluasi
10.Pelatihan

IX. Cakupan Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-


24 bulan keluarga miskin.
a. Pengertian
1. Anak usia 6-24 bulan keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan
dan anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin ( GAKIN ).
2. Kriteria dan keluarga miskin ditetapkan oleh pemerintah setempat
( Kabupaten )
3. MP ASI Pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 6-11 bulan
dan biscuit untuk anak usia 12-24 bulan
b. Definisi Operasional

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24


bulan keluarga miskin adalah pemberian makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus :

Jumlah anak usia 6-24 bulan keluarga


Cakupan pemberian miskin yang mendapat MP- ASI
Makanan pendamping = _________________________________ x 100 %
ASI Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan
Keluarga miskin

2. Pembilang

30
Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang
mendapat MP-ASI di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
3. Penyebut

Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang


mendapat MP-ASI di Kab.A dalam kurun waktu satu tahun :
5.000 anak. Jumalh seluruh anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin di Kab. A : 5.500 anak. Persentase cakupan pemberian
makanan pendamping ASI keluarga miskin =
5.000 x 100 % = 91 %
5.500
d.Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 90 % 900% 95% 95% 100%

X. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan.


a. Pengertian
1. Balita adalah anak usia dibawah 5 tahun ( anak usia 0 s/d 4
tahun 11 bulan ) yang ada di Kabupaten.
2. Gizi buruk adalah status gizi menurut Berat Badan ( BB ) dan
tinggi badan ( TB ) dengan Z Score < -3 dan atau dengan
tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor dan marasmus
kwashiorkor ) .
3. Perawatan adalah perawatan sesuai tata laksana gizi buruk.

b. Definisi Operasional

31
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi
buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tata
laksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan / Rumus


1. Rumus :

Jumlah balita gizi buruk


Cakupan yang dirawat
Balita = __________________________ x 100 %
Gizi buruk Jumlah balita gizi buruk
Yang ditemukan

2. Pembilang

Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana


pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
3. Penyebut

Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah


kerja pada kurun waktu yang sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan di sarkes di


Kab. A dalam kurun waktu satu tahun : 16 balita. Jumlah seluruh
balita gizi buruk yang ditemukan di Kab. A : 20 balita.
Persentase cakupan balita gizi buruk yg mendapat perawatan =
16 x 100 % = 80 %
20

d.Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 90 % 90% 95% 95% 100%

XI. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat.


32
a. Pengertian
1. Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah
pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut

Siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap


murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan bersama guru dan dokter kecil.
2. Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) adalah upaya terpadu Lintas
Program dan Lintas Sektor dalam rangka meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku
hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah .
3. Sekolah Dasar setingkat adalah Sekolah dasar Negeri , Sekolah
Dasar Swasta , Sekolah Dasar Luar Biasa , Madrasah Ibtidaiyah
serta satuan pendidikan keagamaan termasuk Ponpes baik jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
4. Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis, keperawatan atau
petugas Puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga
pelaksana UKS/ UKGS.
5. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas / guru yang ditunjuk sebagai
Pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih UKS/ UKGS.
6. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya
berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah
mendapatkan pelatihan dokter kecil.
7. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Usaha
Kesehatan Anak Sekolah dalam melindungi anak sekolah
sehingga kesehatannya terjamin melalui pelayanan kesehatan.
b. Definisi Operasional

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah


cakupan siswa SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih ( guru UKS/ dokter kecil )
melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan / Rumus


1. Rumus :

Jmh murid kelas 1 SD dan setingkat


Yg diperiksa kesehatannya oleh tenaga
33
Cakupan penjaringan terlatih di satu wil.kerja pd kurun wkt tertentu
Kesehatan siswa SD = _____________________________________ x 100 %
Dan setingkat Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat di
Satu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama

2. Pembilang

Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yang diperiksa


kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh tenaga
kesehatan atau tenaga terlatih ( guru UKS/ dokter kecil ) di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Penyebut

Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat di satu wilayah kerja


pada kurun waktu yang sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat di Kabupaten X pada


tahun 2003 adalah 12.000 orang . Jumlah murid kelas 1 SD dan
setingkat yang diperiksa kesehatannya melalui penjaringan
kesehatan 9.000 orang.
Persentase cakupan =
9.000 x 100 % = 75 %
12.000

d.Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 90 % 95% 95% 100% 100%

XIICakupan peserta KB aktif


a. Pengertian
1. Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang salah
satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi
dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut .
2. Pasanga Usia Subur ( PUS) adalah pasangan suami isteri,
yang isterinya berusia 15-49 tahun
34
3. Angka Cakupan Peserta KB aktif menunjukkan Tingkat
pemanfaatan kontrasepsi diantara para Pasangan Usia Subur
(PUS ).
b. Definisi Operasional
Cakupan peserta KB aktif adalah jumlah peserta KB aktif dibandingkan
dengan jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
c. Cara Perhitungan /Rumus
1. Rumus

Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

Cakupan
Pesrta KB = x 100%
aktif Seluruh pasangan usia subur
Disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama

2. Pembilang
Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.
3. Penyebut
Jumlah seluruh Pasangan Usia Subur di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama.
4. Ukuran /konstanta
Persentase (%)
5. Contoh Perhitungan
Jumlah PUS yang menggunakan kontrasepsi di Kabupaten A
= 12000 PUS.
Jumlah PUS di Kabupaten A= 15.000 PUS;
Persentase cakupan peserta aktifKB= 12.000 x 100% = 80%
15.000

d. Target
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 80% 85% 90% 95% 100%

35
XIII Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit :
a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun
1. Pengertian :
a) Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun
dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh) terjadi secara akut
(mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa.
b) Kasus AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan
spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP
yangditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan
criteria tertentu.
2. Definisi Operasional
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000
penduduk <15 tahun per tahun di satu wilayah kerja tertentu.
3. Cara Perhitungan Rumus
a).Rumus Jumlah kasus AFP non polio yang dilaporkan

Non polio AFP rate


per 100.000 x 100%
=
Penduduk Jumlah penduduk < 15 tahun

b).Pembilang
Jumlah kasus AFP non Polio pada penduduk <15 tahun disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
c).Penyebut
Jumlah Penduduk <15 tahun di satu wilayah kerja dalam kurun
waktu yang sama.
d). Ukuran konstanta
Proporsi per 100.000 penduduk
e). Contoh perhitungan :
Jumlah penduduk < 15 th di Kabupaten A th 2005 sebanyak
598. 000 jiwa,. Berarti target yang harus dicapai dalam 1 tahun
adalah 11 kasus. Selama th 2005 telah ditemukan 18 kasus AFP
dan hasil labnya tidak ditemukan virus polio, maka angka AFP
Non Polio ratenya sebesar :
18/598.000 x 100.000 = 3,01 (berarti target tercapai).

36
4. Target
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target
20 % 30 % 40 % 50 % 60 %

b. Penemuan Penderita Pneumonia Balita


1. Pengertian
A) Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai
nafas cepat dan/atau kesukaran bernafas.
B) Klasifikasi penyakit ISPA
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua
kelompok yaitu kelompok untuk umur @ bulan -< 5 tahun dan
kelompok umur <2 bulan
1) Untuk kelompok umur 2 bulan -< 5 tahun
klasifikasi dibagi atas Pneumonia Berat, Pneumonia, dan
batuk bukan Pneumonia;
2) Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi
dibagi atas: Pneumonia berat dan batuk bukan
Pneumonia. Dalam pendekatan manajemen terpadu balita
sakit (MTBS) klasifikasi pada kelompok umur < 2 bulan
adalah infeksi bakteri sistemik dan infeksi bakteri local;
3) Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan
pada adanya batuk dan/atau kesukaran bernafas disertai
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) pada
anak usia 2 bulan -< 5 tahun. Untuk kelompok umur <2
bulan klasifikasi Pneumonia berat ditandai dengan TDDK
kuat atau adanya nafas cepat lebih atau sama dengan 60
x per menit;
4) Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk
dan/atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat.

37
Batas nafas cepat pada anak usia 2 bulan -< 1 tahun
adalah 50 kali permenit untuk anak usia 1 - <5 tahun;
5) Klasifikasi batuk bukan Pneumonia
mencakup kelompok penderita Balita dengan batuk yang
tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan
tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam. Dengan demikian klasifikasi batuk bukan
Pneumonia mencakup penyakit- penyakit ISPA lain diluar
Pneumonia seperti batuk pilek (common cold, pharyngitis,
tonsillitis, otitis);

6) Diberikan tatalaksana adalah diberikan


pelayanan sesuai klasifikasinya, untuk Pneumonia
diberikan antibiotic dan Pneumonia berat dirujuk ke sarana
kesehatan yang lebih memadai;
7) Sarana Kesehatan adalah semua sarana
pelayanan kesehatan , baik pemerintah maupun swasta.
8) Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita adalah 10% dari jumlah balita disatu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun.
2. Definisi Operasional
Persentase balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan diberikan
tatalaksana sesuai standar di Sarana Kesehatan di satu wilayah
dalam waktu satu tahun.
3. Cara Perhitungan/Rumus
a).Rumus

Jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani di satu wilayah kerja


Pada kurun waktu satu tahun
Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani
= x 100%
Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama

38
b).Pembilang
Jumlah penderita Pneumonia balita yang ditangani di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
c).Penyebut
Jumlah perkiraan penderita Pneumonia Baliat di satu wilayah
kerja pada kurun waktu yang sama.
d).Contoh Perhitungan
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas X sebesar 30.000 jiwa,
jumlah balita di puskesmas X adalah 3000 balita. Perkiraan
jumlah penderita pneumonia balita tahun 2004 di puskesmas X
adalah !0% dari jumlah balita, maka:
Jumlah perkiraan penderita pneumonia balita = 10% x 3.000
balita = 300 balita
Jumlah p[endderita pneumonia yang ditangani di Puskesmas X
tahun 2004 adalah 250 balita. Cakupan balita dengan pneumonia
balita yang ditangani = 250/300 x 100% = 83%

4. Target
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 80% 85% 90% 95% 100%

c. Penemuan pasien baru TB BTA Positif


1. Pengertian
a). Penemuan pasien baru TB BTA positif adalah penemuan pasien
TB melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan
diobati di unit pelayanan kesehatan dalam suatu wilayah kerja pada
waktu tertentu.
b). Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis)
harian

39
c). Diobati adalah pemberian pengobatan pada pasien baru TB BTA
positif dengan OAT selama 6 bulan.
2. Definisi Operasional
Angka penemuan pasien baru TB BTA positif atau Case Detection
Rate (CDR) adalah persentase jumlah penderita baru TB BTA positif
yang ditemukan dibandingkan dengan jumlah perkiraan kasus baru TB
BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.
3. Cara Perhitungan/Rumus

a).Rumus

Jumlah pasien baru TB BTA positif yang ditemukan dan diobati dalam satu wilayah selama satu tahun

Presentase penemuan pasien brTB BTA positif


= x 100%
Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif dalam satu wilayah dalam waktu satu tahun

b).Pembilang
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang ditemukan dam diobati
dalam satu wilayah selama satu tahun.
c).Penyebut
Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA (+) dalam satu wilayah
pada waktu satu tahun.
Perkiraan pasien baru TB BTA positif adalah Insiden Rate TB
baru BTA positif per 100.000 x jumlah penduduk pada suatu
wilayah tertentu. Insiden rate Kabupaten mempergunakan hasil
survey nasional tentang prevalensi TB pada tahun terakhir.
d).Ukuran/Konstanta
Prosentase (%)

e).Contoh perhitungan
Perkiraan Jumlah penduduk di Puskesmas A 30.000 jiwa, Insiden
pada wilayah tersebut 107 per 100.000 x 30.000 =
32 jiwa.

40
Penemuan penderita baru TB BTA (+) di Puskesmas A dalam
setahun adalah 25 jiwa (maka penderita baru TB BTA (+) yang
ditemukan sama dengan 25/32 x 100% = 78%)
4. Target

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 40% 45% 50% 60% 70%

d. Penderita DBD yang ditangani


1. Pengertian
A). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yg ditandai
dengan :
1).Panas mendadak berlangsung terus menerus selama 2-7
hari tanpa sebab yang jelas.
2).Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji tournikuet positif)
3).Disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali)
4).Trombositopenia (Trombosit 100.000/l)
5).Peningkatan hematokrit 20%

B).Penderita DBD yang ditangani sesuai standar /SOP adalah :


1).Penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/dirawat sesuai
Standart.
2).Ditindaklanjuti dengan penanggulangan focus (PF).
(a) Penanggulangan focus (PF) terdiri dari Penyelidikan
Epidemiologi (PE) dan Penanggulangan Seperlunya berdasarkan
hasil PE tersebut.
(b) Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian
penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan
jentik nyamuk penular DBD disekitar tempat tinggal penderita
termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-
kurangnya 100 m.
(c) Penanggulangan seperlunya yaitu : (lihat rujukan )
(d) Diagnosis penderita DBD sesuai standar adalah : (lihat
rujukan )

41
C).Penderita DBD adalah :
Penderita penyakit yang memenuhi sekurang-kurangnya 2kriteria klinis
dan kriteria laboratorium di bawah ini :
1).Kriteria klinis :
a)Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
b)Tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Tournikuet
positif ).
c)Pembesaran hati
d)Syok
2).Kriteria laboratorium :
a)Trombositopenia (Trombosit 100.000/l)
b) Hematokrit naik > 20% Atau :
Penderita yang menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan HI test
atau hasil positif pada pemeriksaan antibody dengue Rapid Diagnostic
Test (RDT)/ ELISA.
D).Pelayanan penderita DBD ditingkat Puskesmas, adalah kegiatan
yang meliputi :
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik meliputi observasi tanda- tanda vital, observasi
kulit dan konjungtiva, penekanan ulu hati untuk mengetahui nyeri
ulu hati akibat adanya perdarahan lambung, perabaan hati.
3) Uji tournikuet
a) Pemeriksaan laboratorium atas rujukan pemeriksaan
laboratorium (sekurang-kurangnya pemeriksaan trombosit dan
hematokrit)
b) Memberi pengobatan simptomatis
c) Merujuk penderita ke rumah sakit
d) Melakukan pencatatan dan pelaporan (formulir SO) dan
disampaikan ke Dinkes Kabupaten.

42
E).Pelayanan penderita DBD di Rumah Sakit adalah kegiatan yang
meliputi :
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik meliputi observasi tanda-tanda vital, observasi
kulit dan konjungtiva, penekanan ulu hati untuk mengetahui nyeri
ulu hati akibat adanya perdarahan lambung,perabaan hati.
3) Uji Tourniquet
4) Pemeriksaan laboratorium (sekurang-kurangnya pemeriksaan
trombosit dan hematokrit)
5) Memberi perawatan
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan (formulir KDRS)dan
disampaikan ke Dinkes Kabupaten dengan tembusan ke
Puskesmas.

2. Definisi Operasional
Persentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di satu
wilayah dalam waktu 1 (satu) dibandingkan dengan jumlah tahun
yang sama.
3. Cara Perhitungan / Rumus
a.Rumus :
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah dalam satu tahun

Penderita DBD yang ditangani


= x 100%
Jumlah penderita DBD yang ditemukan disatu wilayah dalam waktu satu tahun yang sama

b.Pembilang
Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai standar operasional
prosedur (SOP) di satu wilayah dalam waktu satu tahun yang sama.
c.Penyebut
Jumlah penderita DBD yang ditemukan di suatu wilayah dalam waktu
satu tahun yang sama.
d.Ukuran/Konstanta :
Persentase (%)
e.Contoh perhitungan

43
Pada tahun 2007, di Kabupaten A dilaporkan 100 penderita yang
didiagnosis klinis DBD, 80 diantaranya ditangani sesuai SOP
(didiagnosis dan diobati/dirawat sesuai standar dan ditindaklanjuti
dengan penanggulangan focus ). Jadi persentase penderita DBD yang
ditangani di Kabupaten A tahun 2007 adalah 80/100 x 100% = 80%.
f.Target

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 80% 85% 90% 95% 100%

e. Penemuan penderita Diare


1. Pengertian
a).Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya.
b).Sarana Kesehatan adalah semua sarana pelayanan kesehatan,
baik pemerintah maupun swasta (Puskesmas, Pustu, RS,Balai
Pengobatan,Praktek Dokter).
c). Angka kesakitan adalah angka kesakitan Nasional Hasil Survei
Morbiditas Diare tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk.
d).Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke saranakesehatan
dan kader adalah 10% dari angka kesakitan x jumlah penduduk di
satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun.

2. Definisi Operasional
Penemuan penderita diare adalah jumlah penderita yang datang dan
dilayani di Sarana Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu
dalam waktu satu tahun.
3. Cara Perhitungan /Rumus
a. Rumus :
Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani disarana kesehatan dan kader di satu wilayah tertentu dalam
A) Pembilang
Penderita diare yang ditangani
Jumlah penderita diare yang datan
= x 100%
Jumlah perkiraan penderita diare pada satu wilayah tertentu dalam waktu yang sama (10% dari angka kes
b. Pembilang penduduk)

44
Jumlah penderita diare yang datang dan dilayani di sarana
Kesehatan dan Kader di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu
tahun.
c. Penyebut
Jumlah perkiraan penderita diare pada suatu wilayah tertentu dalam
waktu yang sama.
Catatan : 10% dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk)
d. Ukuran/Konstanta:
Persentase (%)
e. Contoh perhitungan
Apabila jumlah penduduk suatu wilayah 30.000 jiwa, angka
kesakitan diare pada tahun 2007 sebesar 423 per1000 penduduk,
maka perkiraan jumlah penderita diare semua umur adalah :
30.000 x 423/1000 = 12.690 penderita.
Perkiraan cakupan pelayanan di sarana kesehatan dan kader adalah
10%, maka jumlah penderita diare yang dilayani adalah : 10% x
12.690 penderita = 1269 penderita. Misal penderita diare yang
ditangani sesuai standar = 800 penderita, maka % penderita diare
yang ditangani = (800/1.269)x 100% = 63%.
f. Target
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 80% 85% 90% 95% 100%

g. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin


a. Pengertian
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi diagnosa pengobatan
rehabilitasi medic tanpa tinggal di ruang rawat inap di sarana
kesehatan strata pertama.

2. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan


perorangan yang meliputi observasi diagnose pengobatan
rehabilitasi medic tinggal di ruang rawat inap di sarana kesehatan
strata pertama.
45
3. Cakupan rawat jalan adalah jumlah kunjungan kasus ( baru dan
lama ) rawat jalan di sarana kesehatan strata pertama.
4. Kunjungan pasien baru adalah seseorang yang baru berkunjung
ke sarana kesehatan dengan kasus penyakit baru .
5. Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan
kesehatan meliputi antara lain : Puskesmas, Balai pengobatan
Pemerintah dan swasta , praktek bersama dan perorangan.
6. Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program
pengentasan kemiskinan yang memenuhi kriteria
tertentumenggunakan 14 variabel kemiskinan dalam satuan
Rumah Tangga Miskin ( RTM ).
b. Difinisi Operasional

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin


adalah Jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana
kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun
waktu tertentu.
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus :

Jumlah kunjungan pasien maskin


Cakupan pelayanan di Puskesmas dan Jaringannya
Kesehatan dasar = ____________________________________ x 100 %
maskin Jumlah seluruh maskin di Wilayah Puskesmas

2. Pembilang

Jumlah kunjungan pasien maskin selama 1 tahun ( lama dan


baru ).
3. Penyebut

Jumlah seluruh maskin di wilayah kerja dalam kurun waktu yang


sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )
5. Contoh Perhitungan

Jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap maskin yang


mendapat perawatan di Puskesmas dan klinik di kabupaten A =

46
12.000 orang . Jumlah seluruh maskin di Kabupaten A = 150.000
orang
Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar =
12.000 x 100 % = 8 %
150.000

d .Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 90 % 95% 95% 95% 100%

2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

I.Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin


a. Pengertian
1. Rawat Inap tingkat lanjut adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi , diagnose , pengobatan ,
keperawatan , rehabilitasi medic dengan menginap di ruang
rawat inap pada sarana kesehatan strata dua dn strata tiga
pemerintah dan swasta yang oleh karena penyakitnya penderita
harus menginap.
2. Rawat jalan tingkat lanjut adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi diagnose pengobatan
rehabilitasi medic tanpa tinggal di ruang rawat inap di sarana
kesehatan strata dua dan strata tiga Pemerintah dan swasta.
3. Sarana kesehatan strata dua dan strata tiga adalah balai
kesehatan mata masyarakat, balai pengobatan penyakit paru,
balai pengobatan indera masyarakat , balai besar kesehatan
paru masyarakat , rumah sakit baik milik Pemerntah maupun
swasta.

b. Definisi Operasional

47
Cakupan rujukan pasien maskin adalah jumlah kunjungan pasien
maskin di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun
waktu tertentu. ( lama dan baru ).
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus :

Jumlah pasien maskin di sarkes


Cakupan strata 2 dan strata 3
Rujukan = ____________________________ x 100 %
maskin Jumlah masy miskin di wilayah Puskesmas

2. Pembilang

Jumlah kunjungan pasien maskin selama 1 tahun ( lama dan


baru ).
3. Penyebut

Jumlah seluruh maskin di wilayah kerja dalam kurun waktu yang


sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )

5. Contoh Perhitungan

Jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap maskin yang


mendapat perawatan di RS di kabupaten A = 10.000 orang .
Jumlah seluruh maskin di Kabupaten A = 150.000 orang
Persentase cakupan pelayanan kesehatan dasar =
10.000 x 100 % = 6,66 %
150.000
d.Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 100 % 100% 100% 100% 100%

48
I. Cakupan Pelayanan Gawat darurat Level 1 yang harus diberikan
Sarana Kesehatan Strata 1 (Puskesmas).
a. Pengertian
1. Gawat Darurat level 1 adalah tempat pelayanan gawat darurat
yang memiliki dokte umum on site 24 jam dengan kualifikasi
GELS dan /atau ATLS + ACLS serta memiliki alat transportasi
dan komunikasi .
2. On site adalah berada di tempat.
3. GELS adalah General Emergency Life Support.
4. ATLS adalah Advance Trauma Life Support
5. ACLS adalah Advance Cardiac Life Support

b. Definisi Operasional

Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan di sarana


kesehatan Strata 1 ( Puskesmas)
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus :

Pelayanan gawat darurat


Pelayanan di Puskesmas
Gawat darurat = _________________________ x 100 %
Level 1 Jumlah Pelayanan Gawat Darurat dalam kurun waktu tertentu

2. Pembilang

Pelayanan Gawat Darurat level 1 di Puskesmas


3. Penyebut

Jumlah Pelayanan gawat darurat dalam kurun waktu tertentu


4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )

5. Contoh Perhitungan.

49
Jumlah kejadian gawat darurat dalam satu periode 20, Jumlah
pelayanan gawat darurat yang diberikan dalam satu periode
waktu 20.
Persentase pelayanan gawat darurat level 1 di Puskesmas =
20 x 100 % = 100 %
20
d.Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 100 % 100 % 100% 100% 100%

3. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB

I. Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang dilakukan


Penyelidikan Epidemiologi < 24 jam.
a. Pengertian
1. Desa/ kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan
kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB , penyakit
karantina atau keracunan makanan.
2. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu desa / kelurahan dalam waktu tertentu .

a).Ditangani adalah mencakup penyelidikan dan


penanggulangan KLB.
b).Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan W1
diterima sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan
selain formulir W1 dapat juga berupa fax atau telepon.
3. Penyelidikan KLB adalah rangkaian kegiatan berdasarkan cara-
cara epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB,
mengetahui gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber
dan cara-cara penanggulangannya.
4. Penanggulangan KLB adalah upaya untuk menemukan penderta
atau tersangka penderita , penatalaksanaan penderita ,
pencegahan , peningkatan , perluasan dan menghentikan suatu
KLB.
50
b. Definisi Operasional

Cakupan Desa/ Kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam


adalah Desa/ Kelurahan mengalami KLB yang ditangani < 24 jam
oleh Kabupaten terhadap Kejadian Luar Biasa ( KLB ) periode /
kurun waktu tertentu.

c. Cara Perhitungan / Rumus


1. Rumus :

Jml KLB di desa /kelurahan yg


Pelayanan KLB Desa/ ditangani < 24 jam dlm periode tertentu
Kelurahan yg ditangani = ________________________________ x 100 %
< 24 jam Jumlah KLB di desa/Kelurahan yg
Terjadi pada periode yg sama.

Catatan :
Bila dalam 1desa / kelurahan terjadi lebih dari 1 kali KLB pada
suatu periode , maka jml desa/ kelurahan yg mengalami KLB
dihitung sesuai dengan frekuensi KLB yang terjadi di desa/
kelurahan tersebut, dan ikut dimasukkan dalam penghitungan
pembilang dan penyebut.

2. Pembilang

Jumlah Kejadian Luar Biasa ( KLB ) di desa/ kelurahan yg


ditangani < 24 jam periode/ kurun waktu tertentu.
3. Penyebut

Jumlah Kejadian Luar Biasa ( KLB ) yang terjadi pada wilayah


Desa/ Kelurahan pada periode /kurun waktu yang sama.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )

51
5. Contoh Perhitungan

Data terjadinya KLB di Kabupaten X Januari s/d Desember th 2005


Kel/ Jan Feb Mar Dst Desa Frek. Jml KLB Jumlah
Des KLB ditangani KLB di Keterangan
a < 24 jam desa/
Kelurah
an
A X X X - - 3 3 3 Jml Ds/kelurahan
mengalami KLB dihitung 3
krn KLB di ds/kelurahan A
tjd 3 kali pd th tersebut.
B - - - - - 0 0 0 Tdk dihitung krn tdk tjd
KLB
C - X - - - 1 0 1 Jml ds/kelurahan
mengalami KLB dihitung 1
krn KLB di ds/kelurahan A
tjd 2 kali pd th tersebut.
D - - X - X 2 1 2 Jml ds/kelurahan
mengalami KLB dihitung 2
krn KLB di ds/kelurahan A
tjd 2 kali pd th tersebut.
E X X X - X 4 2 4 Jml ds/kelurahan
mengalami KLB dihitung 4
krn KLB di ds/kelurahan A
tjd 4 kali pd th tersebut.
Jml 2 3 3 0 2 10 6 10
Keterangan :
X : terjadi KLB
- :tdk terjadi KLB
HAsil penghitungan pencapaian target berdasarkan indicator di Kabupaten X th 2005 adalah :
( 6 : 10 ) x 100 % = 60 %

d.Target Capaian

52
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 90 % 90% 95% 95% 100%

4. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


I. Cakupan Desa Siaga Aktif
a. Pengertian
1. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan , bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri. Pengertian desa ini dapat berarti
kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain bagi satuan
administrasi pemerintahan setingkat desa.
2. Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan
Desa ( Poskesdes ) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari
dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar ,
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveillance
berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan
( gizi ), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

3. Poskesdes adalah Upaya kesehatan bersumber daya


masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa.Poskesdes dikelola oleh 1 orang Bidan dan minimal 2
orang kader dan merupakan coordinator dari UKBM yang ada.
4. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang
sesuai kewenangan bidan penanggungjawab poskesdes
selanjutnya dirujukl ke Pustu atau Puskesmas apabila tidak bisa
ditangani.
5. Surveilans penyaklit yang berbasis masyarakat adalah upaya
pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh masyarakat
( kader dan bidan/ perarawat ) tentang kejadian penyakit yang
dapat mengancam kesehatan penduduk / masyarakat .

53
6. Pemantauan pertumbuhan adalah suatu upaya yang dilakukan
oleh kader untuk mengetahui berat badan balita setiap bulan
untuk mendeteksi secara dini pertumbuhan balita ( D/S )
7. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) adalah
masyarakat dimana penduduknya menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
b. Definisi Operasional

Cakupan desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos


Kesehatan Desa ( Poskesdes ) atau UKBM lainnya yang buka
setiap harinya dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan
dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans
berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan Gizi ,
penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
dibandingkan dengan jumlah desa siaga yang dibentuk.
c. Cara Perhitungan / Rumus
1. Rumus :

Cakupan Jjumlah Desa Siaga yang aktif


Desa Siaga = ____________________________ x 100 %
Aktif Jumlah Desa Siaga yang dibentuk

2. Pembilang

Jumlah desa siaga aktif di satu wilayah pada kurun waktu


tertentu.
3. Penyebut

Jumlah desa siaga yang dibentuk di satu wilayah pada kurun


waktu tertentu.
4. Ukuran/Konstanta

Persentase ( % )

5. Contoh Perhitungan

Jumlah desa di wilayah Kab.A seluruhnya = 75 desa


54
Jumlah desa siaga yang dibentuk = 60 desa
Jumlah desa siaga yang aktif = 45 desa
Cakupan Desa siaga Aktif =
45 x 100 % = 75 %
60
d.Target Capaian
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target 85% 90% 95 % 100 % 100 %

5.PELAYANAN KESEHATAN PEMBINAAN LINGKUNGAN RUMAH SEHAT


I. Pengertian :
a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga.
b. Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu rumah yang memiiki jamban sehat , sarana air bersih ,
tempat pembuangan sampah sarana pembuangan air limbah , ventilasi
rumah yang baik kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah
yang tidak terbuat dari tanah.
c. Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat
kesehatan adalah :
1. Septik tank tidak tercemari air tanah dan atau air permukaan , jarak
dengan sumber air + 10 m.
2. Bila berbentuk leher angsa , harus dilengkapi dengan penutup
lubang tempat jongkok.
3. Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang
tempat jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga / binatang
lainnya.
d. Sarana Air Bersih adalah :
1. Sumur Gali ( SGL )
2. Sumur Pompa tangan ( SPT )
3. Penampungan Air Hujan ( PAH )
4. Perlindungan mata Air ( PMA )
5. Perlindungan Mata Air Perpipaan ( PP )
6. Tersedianya sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ hari/
orang.
e. Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara
setelah sampah dihasilkan , yang harus ada pada setiap sumber /
penghasil sampah , tempat sampah tidak menjaadi sarang / tempat

55
berkembangbiaknya serangga ataupun binatang penular penyakit /
vektor .
f. Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air
tergenang disekitar rumah sehingga tidak menjadi tempat perindukan
serangga ataupun dapat mencemari lingkungan / sumber air.
g. Ventilasi atau luas penghawaan yang permanen adalah minimal 10 %
dari luas lantai.
h. Kepadatan hunian ruang tidur minimal 8 meter persegi dan tidak
dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur ,
kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
i. Lantai rumah tidak boleh lembab dan berair.

II. Definisi Operasional


Prosentase Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan sesuai standar di suatu wilayah tertentu.
III.Cara Pengukuran / Perhitungan
a. Pembilang : Jumlah rumah sehat di suatu wilayah tertentu .
b. Penyebut : Jumlah seluruh rumah yang ada dii wilayah yang sama
c. Konstanta : Persentase ( % )
d. Rumus :

Jumlah rumah sehat di suatu wilayah tertentu


% Rumah sehat = _____________________________________________ X 100 %
Jumlah seluruh rumah yang ada di wilayah yang sama

IV.Target Capaian

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target Rumah 60 % 65 % 65 % 65 % 70 %
sehat Perdesaan
Target Rumah - - - - -
sehat Perkotaan

V.Sumber Data
Laporan Bulanan dari Puskesmas
VI.Pedoman
Buku teknis Penilaian Rumah Sehat untuk Puskesmas ( Tabel ).

VII.Langkah kegiatan :
1. Penyiapan formulir pemeriksaan rumah sehat

56
2. Pendataan sasaran
3. Pelatihan Kader kesling
4. Melakukan Inspeksi rumah / surveilans berbasis masyarakat
5. Analisa Data
6. Rekomendasi tindak lanjut
7. Monitoring Evaluasi

VIII. SDM
1. Kesmas/ Sanitarian
2. Bidan
3. Petugas Promkes
4. Petugas UKS
B. Standar Mutu Pelayanan
Untuk menjamin mutu pelayanan di Puskesmas Juwana, kami juga
menyusun standar mutu pelayanan sesuai pelayanan yang ada di Puskesmas
Juwana. Standar mutu pelayanan ini memuat tentang dimensi mutu, kriteria
keterterimaan dan catatan mutu dari proses pelayanan yang ada.Kalau pada
jenis pelayanan dititikberatkan kepada out put pelayanan berupa target
pencapaian dari masing-masing indikator, sedangkan pada standar mutu
pelayanan lebih dititikberatkan pada proses pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat pengguna layanan. Standar mutu pelayanan di Puskesmas Juwana
adalah sebagai berikut :

57
No Alur Proses Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan

1 Menerima pasien Keakuratan informasi Setiap pasien menerima informasi persyara


mencakup kartu berobat dibawa pada saat
jaminan, tarif, waktu pendaftaran serta persyarat

Kecepatan pelayanan Waktu pelayanan sesuai dengan standar yang dit

Keramahan Setiap pasien dipanggil dengan sebutan Bapak/ I


Pelanggan tidak mengeluh karena ketidakramah

Kerapihan petugas Pakaian bersih, rapi, seragam dan memakai tand

Kerapihan sarana dan Sarana dan prasarana di ruang pendaftaran bersi


prasarana

Ketepatan waktu buka Hari Senin- Kamis : jam 08.00- 12.00


pelayanan Poli Rawat Hari Jumat : jam 08.00- 11.00
Jalan Hari Sabtu : jam 08.00- 12.00

2 Rekam Medis Kelengkapan Identitas Identitas Rekam Medis terisi lengkap mencak
Rekam Medis Nama pasien, Umur/ tanggal lahir, Nama KK
Kelamin

58
No Alur Proses Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan

Ketepatan penyerahan Penyerahan Rekam Medis sesuai dengan pelaya


RM ke pelayanan yang
dituju.

3 UGD Ketepatan diagnosis Keluhan/ penderitaanpasien berkurang


dengan terapi Pasien mendapatkan obat sesuai dengan penyak

Empati dan ramah Pasien merasa nyaman


kepada pasien
Tidak ada pasien yang komplain karena, kur
ketidakramahan petugas

Ketepatan informasi Pasien mendapat informasi yang jelas sehu


penyakitnya serta terapi yang diberikan.
Pasien mendapat informasi tentang petugas jaga
Kerapian pakaian Pakaian sopan, bersih, rapi, seragam dan tanda p
petugas

Higienitas sarana Kelengkapan sarana, alat steril, alat berfung


bersih dan rapi
Higienitas prasarana Privacy pemeriksaan, aman, nyaman, bersih dan
Ketepatan waktu buka Waktu buka pelayanan 24 jam
pelayanan

4 Layanan Rawat Jalan Ketepatan diagnosis Keluhan/ penderitaanpasien berkurang


(Poli Umum, Poli Gigi, dengan terapi Pasien mendapatkan tindakan medis sesuai peny
KIA) Pasien mendapatkan obat sesuai dengan penyak

Empati dan ramah Pasien merasa nyaman.


kepada pasien Tidak ada pasien yang komplain karena, kur
ketidakramahan petugas
Ketepatan informasi Pasien mendapat informasi yang jelas sehu
penyakitnya serta terapi yang diberikan.

Kerapian pakaian Pakaian sopan, bersih, rapi, seragam dan tanda p


petugas
Higienitas sarana Kelengkapan sarana, alat steril, alat berfung
bersih dan rapi

Higienitas prasarana Privacy pemeriksaan, aman, nyaman, bersih dan

Ketepatan waktu buka Waktu buka pelayanan jam 08.00 - selesai


pelayanan

59
No Alur Proses Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan

5 Layanan Rawat Inap Ketepatan diagnosis Keluhan/ penderitaanpasien berkurang


dengan terapi Pasien mendapatkan tindakan medis sesuai peny
Pasien mendapatkan obat sesuai dengan penyak
Pasien merasa nyaman

Keakuratan pengisian Sesuai dengan kaidah SOAP (Subjective, Object


RM Plan)

Metode penulisan RM Tulisan dapat terbaca dengan jelas


Kelengkapan penulisan SOAP

60
No Alur Proses Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan

Apabila ada kesalahan penulisan RM dicoret dan


Tanda tangan/ paraf dan nama terang pemeriksa
Pembuatan Resep
Internal Kelengkapan pengisian resep yang mencakup: n
tanggal, nama obat, jumlah, aturan pakai, nama
alamat, unit pelayanan
Empati dan ramah
kepada pasien Tidak ada pasien yang komplain karena kurang
ketidakramahan petugas
Ketepatan informasi
Pasien mendapat informasi yangjelas sehubunga
penyakitnya serta terapi yang diberikan.
Kerapian pakaian
petugas Pakaian sopan, bersih, rapi, seragam dan tanda p

Higienitas sarana
Kelengkapan sarana, alat steril, alat berfungsi de
bersih dan rapi.
Higienitas prasarana
Privacy pemeriksaan, aman, nyaman, bersih dan
Ketepatan waktu
Waktu pemberian obatsesuai dengan instruksi ya
pemberian obat

6 Layanan Penunjang Ketepatan pemeriksaan Sesuai dengan permintaan pemeriksaan laborato


Medik (Laboratorium)
Kecepatan waktu Sesuai dengan tingkat mutu layanan yang diteta
penyelesaian
pemeriksaan

Ketepatan laporan hasil Laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan perm


pemeriksaan Angka normal sesuai dengan referensi

Ketepatan informasi Pasien menerima informasi terkait hasil pemeri


hasil pemeriksaan laboratorium

Empati dan ramah Tidak ada pasien yang komplain karena kurang
kepada pasien ketidakramahan

Higienitas petugas Pakaian yang digunakan sesuai dengan APD (A


Diri)

Higienitas sarana Kelengkapan sarana, berfungsi normal, bersih d

Higienitas prasarana Ruangan bersih, nyaman, rapi dan higiene

Ketepatan waktu buka Ketepatan buka pelayanan jam 08:00- selesai


pelayanan

61
No Alur Proses Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan

7 Konsultasi Gizi Ketepatan penanganan Kesesuaian penanganan dengan rujukan/ permi


kasus

Ketepatan penjelasan Pasien mendapat informasi yang jelas sehubung


Informasi kasusnya.
Klien mendapatkan informasi gizi yang jelas se
dengan kondisi klien

Ketepatan penggunaan Kesesuaian alat peraga (Food Model) dan leafl


alat peraga & leaflet kasusnya

Empati dan ramah Tidak ada pasien yang komplain karena kurang
kepada pasien ketidakramahan

Higienitas petugas Pakaian sopan, bersih dan rapi

Higienitas sarana Kelengkapan sarana, alat berfungsi baik, bersih

Higienitas prasarana Ruangan nyaman, bersih dan rapi

8 Klinik Sanitasi Ketepatan penanganan Kesesuaian penanganan dengan rujukan/ permi


kasus

Ketepatan penjelasan Klien mendapatkan informasi yang jelas sehubu


informasi kondisi klien
Pasien mendapat informasi yang jelas sehubung
kasusnya.

Ketepatan penggunaan Kesesuaian leaflet dengan kasusnya


Leaflet

Empati dan ramah Tidak ada pasien yang komplain karena kurang
kepada pasien ketidakramahan

Higienitas petugas Pakaian sopan, bersih dan rapi

Higienitas sarana Kelengkapan sarana, alat berfungsi baik, bersih

Higienitas prasarana Ruangan nyaman, bersih dan rapi

9 Proses Pembayaran Ketepatan informasi Pelanggan mendapat informasi yang jelas meng
Retribusi, Tindakan aturan yang ada
Medis dan Tindakan Pelanggan mendapat informasi yang jelas meng
Penunjang tindakan sesuai aturan yang ada

Ketepatan pembayaran Pembayaran sesuai dengan tarif tindakan yang


aturan yang ada
62
No Alur Proses Dimensi Mutu Kriteria Keterterimaan

10 Layanan Fasilitas Ketepatan obat yang Obat sesuai dengan resep medis/ paramedis
Kamar Obat diberikan
Ketepatan penyerahan Penyerahan obat sesuai resep
dan pemberian Ketepatan pemberian informasi pemakaian, efe
informasi obat ada) dan penyimpanan obat

Kecepatan pelayanan Waktu pelayanan obat sesuai dengan ketentuan


obat

Kelengkapan dan Etiket yang ditulis sesuai dengan resep medis/p


ketepatan penulisan Etiket yang ditulis harus bisa dibaca
etiket
Empati dan ramah Tidak ada pelanggan yang komplain karena kur
kepada pelanggan ketidakramahan

Kerapian pakaian Petugas berpakaian sopan, bersih, rapi, seragam


petugas menggunakan tanda pengenal

Higienitas sarana Kelengkapan sarana, alat berfungsi baik, bersih

Higienitas prasarana Ruangan rapi, bersih dan penyimpanan sesuai k


dipersyaratkan.

63
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PUSKESMAS JUWANA

Standar Operasional Prosedur ( SOP ) adalah serangkaian petunjuk tertulis


yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintah
Daerah. Puskesmas Juwana sebagai bagian dari Pemerintah Kabupaten Pati
maka dalam pelaksanaan kegiatan harus memiliki pedoman serta menjalankan
pedoman pada Standart Operasional Prosedur yang telah ditetapkan.
Tujuan dari penerapan SOP adalah untuk memberikan panduan bagi seluruh
SKPD dalam mengidentifikasi , mengembangkan , memonitor serta
mengevaluasi SOP sesuai dengan tugas dan fungsi aparatur pemerintah.
Sasaran yang ingin dicapai melalui pedoman SOP ini adalah :
1. Setiap instansi pemerintah sampai dengan unit yang terkecil memiliki SOP
2. Penyempurnaan proses penyelenggaraan pemerintahan
3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pemerintahan
4. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Persyaratan dalam penyusunan SOP diantaranya harus mengacu pada


peraturan perundang-undangan, ditulis dengan jelasrinci dan benar,
memperhatikan SOP lainnya, dapat dipertanggungjawabkan. Selain persyaratan
tersebut kriteria kegiatan yang memerlukan SOP sebagai berikut :
1. Kegiatannya dilaksanakan secara rutin atau berulang-ulang
2. Menghasilkan Output tertentu
3. Kegiatannya melibatkan sekurang-kurangnya dua orang/ pihak.
Berdasarkan Peraturan Bupati Pati Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar
Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pati, Maka
Puskesmas Juwana menyusun Standart Operasional Prosedur yang
berpedoman pada Peraturan Bupati tersebut.
Tahapan penyusunan SOP sesuai Perbup Pati No.35 tahun 2014 :
1. Persiapan : dengan membentuk tim, pembekalan tim, menyusun rencana
tindak lanjut dan sosialisasi. Tim yang terbentuk mengkoordinasikan semua
tahapan penyusunan SOP , menyusun rencana pelaksanaan dan sosialisasi
dan sosialisasi kegiatan penyusunan SOP pada masing-masing SKPD.
2. Identifikasi kebutuhan SOP : mengacu pada tugas dan fungsi SKPD, disusun
menurut tingkatan unit kerja dan hasil identifikasi dirumuskan dalam dokumen
inventarisasi judul SOP.
3. Analisis Kebutuhan SOP : yang dijadikan bahan analisis kebutuhan SOP
adalah Dokumen inventarisasi judul SOP. Hasil analisis dibuat dalam format
nama dan kode nomor SOP yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
4. Penulisan SOP : SOP disusun berdasarkan nama dan kode nomor SOP ,
SOP dibuat dalam bentuk tabel , tertulis dan diagram alur.
5. Verifikasi dan Uji coba SOP : Rancangan SOP yang dibuat pelaksana
dilakukan verifikasi oleh atasan secara berjenjang dan pejabat yang
menangani SOP . Rancangan SOP hasil verifikasi dilakukan uji coba secara
mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dengan disaksikan oleh atasan
secara berjenjang. SOP yang telah dilakukan verifikasi dan uji coba
ditetapkan menjadi SOP dengan Keputusan Kepala SKPD yang
ditandatangani Pimpinan SKPD.
6. Pelaksanaan : telah melalui proses verifikasi ,uji coba dan penetapan, adanya
dukungan dari sarana dan prasarana yang memadai , sumber daya manusia
yang memiliki kualifikasi yang sesuai, telah disosialisasikan dan
didistribusikan kepada seluruh pegawai di lingkungan pemerintah daerah
serta mudah diakses dan dilihat.
7. Sosialisasi : Pelaksanaan SOP harus terlebih dahulu disosialisasikan dan
didistribusikan kepada seluruh pegawai di lingkungan unit kerja. SOP harus
diintegrasikan dengan pengaturan pengaturan lainnya di dalam organisasi.
8. Pelatihan dan pemahaman : dilakukan dalam bentuk rapat , bimbingan
teknis , pendampingan ataupun pada pelaksanaan sehari-hari.
9. Monitoring dan evaluasi : monitoring dilakukan dengan cara observasi,
interview , dengan pelaksana diskusi kelompok kerja. Evaluasi pelaksanaan
SOP dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dan kualitas SOP , Evaluasi
sebagai bahan penyempurnaan SOP, dilakukan setiap akhir tahun. Evaluasi
dilakukan oleh atasan secara berjenjang dan berkoordinasi dengan Bagian
Organisasi dan kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten Pati.
Untuk memberikan pelayanan yang bermutu, Puskesmas Juwana
memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur yang ada diantaranya yaitu :
A. Prosedur Kerja Pelayanan Medis (Yanmed) Puskesmas Juwana
Meliputi:

1. Prosedur di Ruang Pendaftaran / Rekam Medis :


Alur pelayanan pasien di Ruang Pendaftaran / Rekam Medis :
a. Pelanggan mengambil nomor urut pendaftaran
b. Petugas menerima pendaftaran
c. Pembuatan kartu status rekam medis untuk pasien baru
d. Untuk pasien lama mengambil kartu status rekam medis di rak
penyimpanan
e. Entry data pasien dalam komputer sesuai dengan tempat periksa pasien
f. Petugas pendaftaran mengantar kartu status rekam medis pasien ketempat

pemeriksaan
g. Petugas pendaftaran mengambil kartu status rekam medis pasien yang
sudah dilakukan pemeriksaan untuk di simpan kembali di rak
penyimpanan

Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

2. Prosedur pembayaran:

Prosedur Pembayaran, ini meliputi :


a. Petugas menerima pembayaran retribusi dari pasien yang
memerlukan pelayanan kesehatan ( surat keterangan berbadan sehat /
kir dokter, pendaftaran calon haji, imunisasi calon pengantin / capeng,
tindakan penunjang) dan menerima pembayaran retribusi pasien umum
b. Petugas memeriksa form jenis pelayanan kesehatan / tindakan penunjang
c. Petugas menjelaskan kepada pasien / keluarga tentang tarif retribusi
yang harus dibayar
d. Petugas memberikan tanda bukti pembayaran
e. Petugas mencatat dan melaporkan / menyetorkan
Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

3. Prosedur Unit Poli Umum :


Mencakup pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan rujukan untuk
keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan dan pemulihan.
Prosedur pelayanan non rujukan di poli umum :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Pemeriksaan pasien
e. Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
f. Penulisan resep
Target waktu pelayanan yaitu : 3 menit

Prosedur pelayanan rujukan di poli umum :


a, Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Pemeriksaan pasien
e. Penulisan surat rujukan
Target waktu pelayanan yaitu : 3 menit

4. Prosedur Unit Gawat Darurat


Mencakup pelayanan kegawat daruratan dan pelayanan rujukan untuk
keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan dan pemulihan
Prosedur pelayanan di unit gawat darurat :
a. Menerima pasien
b. Anamnese
c. Pemeriksaan pasien
d. Pemberian tindakan perawatan / tindakan medis
e. Pengobatan
f. Pemeriksaan kartu status rekam medis

g. Pencatatan hasil pemeriksaan dan


h. Tindakan medis
i. Penulisan resep
j. Surat rujukan bila pasien di rujuk
Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

5. Prosedur Unit Rawat Inap


Mencakup pelayanan kegawat daruratan dan pelayanan rujukan untuk
keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan dan pemulihan
Prosedur pelayanan di unit rawat inap :
a. Menyiapkan ruangan pasien
b. Menerima pasien
c. Melakukan Operan dengan petugas UGD
d. Pemberian tindakan perawatan / tindakan medis
e. Pengobatan
f. Pemeriksaan kartu status rekam medis
g. Pencatatan hasil pemeriksaan dan
h. Tindakan medis
i. Penulisan resep
j. Surat rujukan bila pasien di rujuk
Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

6. Prosedur Unit Poli Gigi:


Mencakup pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi dan pelayanan
rujukan untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan dan pemulihan.
Mekanisme :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Pemeriksaan
e. Penulisan hasil pemeriksaan dan tindakan
f. Pemberian pengobatan / tindakan perawatan gigi / tindakan medis
g. Penulisan resep
h. Penulisan surat rujukan bila diperlukan
Target waktu pelayanan yaitu : tanpa tindakan :5-10 menit.
Tindakan : 10-20 menit.

7. Prosedur Unit KIA/KB/IMUNISASI :


Mencakup pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan,keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, balita dan imunisasi. Sedangkan alur pelayanan di Unit
KIA/KB/Imunisasi sebagai berikut :
Mekanisme pelayanan di Unit KIA / KB :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Pemeriksaan pasien
e. Penyuluhan
f. Pemberian tindakan
g. Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
h. Penulisan resep
Mekanisme pelayanan di Unit Imunisasi :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis / kartu menuju sehat (KMS)
c. Anamnese
d. Menyiapkan alat / bahan untuk imunisasi
e. Pemberian imunisasi
f. Penyuluhan
g. Pencatatan di KMS
h. Pemberian resep / terapi bila diperlukan
Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

8. Prosedur Unit Persalinan / Rawat Bersalin


Mekanisme pelayanan di Unit Persalinan / Rawat Bersalin, antara lain :
Pelayanan non rujukan :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Pemeriksaan pasien
e. Pemberian terapi
f. Pengawasan, tindakan persalinan
g. Merawat bayi baru lahir
h. Pencatatan hasil tindakan dan perawatan pasca persalinan
Pelayanan rujukan :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Pemeriksaan pasien
e. Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
serta tindakan yang harus diberikan / rujukan
f. Memberikan tindakan pra rujukan
g. Pendampingan pasien ke rumah sakit
h. Pencatatan hasil tindakan
Target waktu pelayanan yaitu : 30 menit.

9. Prosedur Unit Konsultasi Gizi :


Pelayanan gizi ditujukan bagi masyarakat yang membutuhkan
pelayanan gizi setingkat Puskesmas, diberikan oleh tenaga gizi berupa
konsultasi gizi, terapi dietetik, pemberian intervensi gizi serta terintegrasi
dengan pelayanan kesehatan dasar.Mekanisme pelayanan di Unit
Konsultasi Gizi meliputi :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Intervensi tindakan
e. Penyuluhan
f. Penulisan hasil konseling dan tindakan
Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

10. Prosedur Unit Klinik Sanitasi :


Pasien dari BP Umum atau MTBS yang menderita penyakit berbasis
lingkungan seperti diare, pneumoni, ISPA, TB Paru, dirujuk ke klinik sanitasi
untuk konseling tentang faktor resiko dan cara pencegahan, kemudian
ditindak lanjuti kunjungan rumah pasien sesuai kesepakatan. Mekanisme
pelayanan di Unit Klinik Sanitasi meliputi :
a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Intervensi tindakan
e. Penyuluhan / konseling
f. Penulisan hasil konseling dan tindakan.
g. Tindaklanjut kunjungan rumah sesuai kesepakatan

Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

11. Prosedur Unit Laboratorium:

Prosedur pelayanan mencakup mulai dari proses menerima surat


rujukan dari dalam dan luar Puskesmas sampai proses penyerahan hasil
pemeriksaan laboratorium kepada pasien dan memintanya kembali ke
pengirim atau perujuk sampai pada pencatatan semua data.
Mekanisme :

a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan form laboratorium pasien
c. Pengambilan sample untuk pemeriksaan
d. Pemeriksaan sample
e. Penulisan hasil pemeriksaan laboratorium
f. Memberikan hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien atau unit terkait

Untuk pemeriksaan laborat bumil rutin , target waktu pelayanan : 20 menit.


Pemeriksaan GDS, target waktu pelayanan : 5 menit.
Pemeriksaan Kimia Darah / Kimia Klinik , pakai alat Spektro fotometer, target
waktu pelayanan maksimal 1 jam .

12. Prosedur Unit Farmasi / Kamar Obat :

Proses pelayanan di Unit Farmasi / Kamar Obat dimulai dari :


a. Menerima resep dari unit pelayanan
b. Meracik obat
c. Pemberian etiket
d. Penyerahan obat
e. Memberikan informasi kepada pasien tentang obat

Target waktu pelayanan yaitu : 3-5 menit.

13. Prosedur Unit Klinik IMS

Proses pelayanan di Unit Klinik IMS dimulai dari :


a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis
c. Anamnese
d. Pemeriksaan
e. Penulisan hasil pemeriksaan dan tindakan
f. Pemberian tindakan medis / pengobatan
g. Penulisan resep
h. Penulisan surat rujukan bila diperlukan

Target waktu pelayanan yaitu : 15-25 menit.

14. Prosedur Unit PKD

Proses pelayanan di Unit PKD dimulai dari :


a. Pelanggan mengambil nomor urut pendaftaran
b. Petugas menerima pendaftaran
c. Pembuatan status rekam medis untuk pasien baru
d. Untuk pasien lama mengambil status rekam medis di rak penyimpanan
e. Anamnese
f. Pemeriksaan pasien
g. Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
h. Penulisan resep
i. Pengambilan obat
j. Surat rujukan bila di perlukan
k. Entry data pasien dalam komputer
l. Penyimpanan status rekam medis pasien ke tempat rak penyimpana

Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

15. Prosedur Unit Pustu / Puskesmas Pembantu

Proses pelayanan di Unit Pustu / Puskesmas Pembantu dimulai dari :


a. Pelanggan mengambil nomor urut pendaftaran
b. Petugas menerima pendaftaran
c. Pembuatan status rekam medis untuk pasien baru
d. Untuk pasien lama mengambil status rekam medis di rak penyimpanan
e. Anamnese
f. Pemeriksaan pasien
g. Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
h. Penulisan resep
i. Pengambilan obat
j. Surat rujukan bila di perlukan
k. Entry data pasien dalam komputer
l. Penyimpanan status rekam medis pasien ke tempat rak penyimpanan

Target waktu pelayanan yaitu : 10-15 menit.

16. Prosedur Puskesmas Keliling

Proses pelayanan di Puskesmas Keliling :


a. Pelayanan puskesling sesuai jadwal di desa
b. Menyiapkan mobil puskesling
c. Menyiapkan register pasien, obat-obatan sesuai kebutuhan,
alkes, etiket dan lain-lain yang diperlukan
d. Petugas puskesling berangkat menuju desa terjadwal

Target waktu pelayanan yaitu : 2 3 jam


e. Pelayanan puskesling antara lain :
Pelanggan mengambil nomor urut pendaftaran
Petugas menerima pendaftaran
Pembuatan status rekam medis untuk pasien baru
Untuk pasien lama mengambil status rekam medis di tempat
penyimpanan
Anamnese
Pemeriksaan pasien
Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
Penulisan resep
Pengambilan obat
Surat rujukan bila di perlukan
Entry data pasien dalam komputer
Penyimpanan status rekam medis pasien ke tempat penyimpanan

Target waktu pelayanan yaitu : 5-10 menit.

17. Prosedur Unit Pelayanan Pengobatan Kusta

Proses pelayanan di Unit Pelayanan Pengobatan Kusta dimulai dari :


a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis

c. Anamnese
d. Pemeriksaan pasien
e. Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
f. Penulisan resep
g. Pengambilan obat

h. Surat rujukan bila diperlukan


Target waktu pelayanan yaitu : Pasien baru : 1-2 jam
Pasien lama : 30-15 menit

18. Prosedur Unit Pelayanan Pengobatan TB Paru

Proses pelayanan di Unit Pelayanan pengobatan TB Paru di mulai dari :


a. Menerima pasien
b. Pemeriksaan kartu status rekam medis

c. Anamnese
d. Pemeriksaan pasien
e. Rujukan ke unit laboratorium untuk pemeriksaan BTA (pasien baru)
f. Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
g. Penulisan resep
h. Pengambilan obat
i. Surat rujukan bila di perlukan
Target waktu pelayanan yaitu : 10-15 menit.

B. Prosedur Kerja Pelayanan Penunjang

Prosedur Unit Sanitasi / Kebersihan


Mekanisme kegiatan Unit sanitasi / Kebersihan meliputi :
a. Mengepel Lantai : Menyiapkan alat / bahan, Menyapu semua lantai
ruangan, membasahi lantai dengan cairan pembersih lantai, mengepel
lantai, mengeringkan lantai.
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 60 menit.
b. Membersihkan Kaca Jendela : Menyiapkan alat / bahan, membasahi
kaca dengan cairan pembersih kaca, mengelap kaca, mengeringkan
kaca.

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 60 menit.


c. Membersihkan halaman dan taman Puskesmas : menyiapkan alat /
bahan, menyapu halaman da taman, mengumpulkan sampah,
membuang sampah pada tempat yang sudah ditentukan.

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 30 menit.


d. Membersihkan alat kantor : Menyiapkan alat / bahan, mengelap alat-
alat kantor dengan kain lap / alat pembersih, merapikan alat-alat kantor
yang habis dibersihkan.

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 30 menit.


e. Membersihkan kamar mandi : Menyiapkan alat / bahan, menguras bak
mandi, mengelap dinding, bak mandi, lantai kamar mandi dengan
pembersih dan membersihkan kloset dengan pembersih kloset,
membilas dengan air bersih, dan menutup pembuangan bak
mandi kemudian bak mandi diisi air.
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 30 menit.

C. Prosedur Kerja Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas


Juwana,
Prosedur Kerja Pelayanan Kesehatan Masyarakat Meliputi :

1. Prosedur P2M :

Dimulai dari pelaporan baik internal maupun eksternal, registrasi


penanganan kesehatan masyarakat, identifikasi kasus penyakit menular,
melakukan PE, melakukan PHN, melakukan pengolahan data hasil PE dan
PHN, Laporan W1/W2, melakukan tindak lanjut (Oralitisasi, PSN, abatisasi,
Fogging focus, Mencari kontak penyakit Kusta dan TBC, Mengambil slide
malaria, Pengambilaan sample tinja, Pengambilan sample untuk
pemeriksaan IMS) dan atau penyuluhan sampai laporan ke Dinas
Kesehatan dan laporan ke lintas sektor, pembinaan atau penyuluhan di
masyarakat terhadap keluarga rawan penyakit menular dan tidak menular.
Mekanisme :
a). Penyelidikan Epidemiologi :
Menerima umpan balik dari program terkait / masyarakat / sarana
kesehatan terkait
Pencatatan hasil umpan balik
Menentukan jadwal survailens
Menyiapkan alat / bahan untuk kegiatan survailens
Koordinasi lintas program / lintas sektor
Survailens aktif dan pasif melalui kegiatan mencari informasi di
sarana kesehatan terkait
Kunjungan rumah penderita dan lingkungan sekitar
Penyuluhan
Pencatatan hasil penyelidikan epidemiologi
Pemetaan dan pemantauan wilayah setempat
Pelaporan kasus ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
Rencana tindak lanjut terhadap kasus yang ditemukan sesuai prosedur

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 24 jam.


b). PHN / Penyuluhan :
Kunjungan rumah
Menjelaskan identitas diri
Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan
Melaksanakan penyuluhan sesuai masalah kesehatan / kasus penyakit
Tanya jawab
Rencana tindak lanjut

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.

c). Pengolahan data hasil Penyelidikan Epidemiologi dan PHN


Mekanisme pengolahan data hasil Penyelidikan Epidemiologi dan PHN
Pengumpulan data
Analisa data
Pengolahan data
Pencatatan dan pelaporan
Rencana tindak lanjut
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 60 menit.
d). Abatisasi Selektif
Mekanisme kegiatan abatisasi selektif :
PE Demam Dengue / Demam Berdarah Dengue atau Chikungunya
Pemberian abate pada rumah tersangka dan rumah sekitar radius 100
meter
Menjelaskan cara pemakaian abate yaitu 10 gr setiap 100 liter air (di
bak mandi, tempat-tempat penampungan air)
Menjelaskan manfaat penggunaan abate
Pencatatan dan pelaporan
Monitoring wilayah setempat
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.
e). Fogging Focus
Mekanisme pelaksanaan kegiatan fogging focus :
Koordinasi dengan petugas P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
Menentukan jadwal fogging
Surat pemberitahuan fogging ke desa
Pelaksanaan fogging
Pengawasan fogging
Monitoring wilayah setempat pasca fogging

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 180 menit.


f). Laporan W1 (Kejadian Luar Biasa)
Mekanisme laporan kejadian luar biasa (W1) di mulai dari :
Menerima umpan balik dari program terkait / masyarakat atau sarana
kesehatan
Pencatatan hasil umpan balik
Menyiapkan alat / bahan untuk kegiatan survailens
Koordinasi lintas program / lintas sektor
Kegiatan survailen
Pencatatan hasil survailen dan pemantauan kasus
Pengambilan sample bila diperlukan
Pemetaan wilayah setempat
Koordinasi dan Pelaporan kasus 1 kali 24 jam ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati
Rencana tindak lanjut penanganan kasus kejadian luar biasa sesuai
prosedur

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.


g). Laporan Mingguan (W2)
Mekanisme laporan mingguan (W1) di mulai dari :
Unit pelayanan kesehatan melaporkan penemuan kasus penyakit sesuai
format W2 melalui SMS kepada petugas survailens Puskesmas setiap
hari sabtu setelah pelayanan
Hari senin pagi petugas survailens Puskesmas melakukan analisa data,
pengolahan data, pencatatan dan pelaporan format mingguan
Hari Senin siang atau hari selasa pagi petugas survailens Puskesmas
melaporkan hasil pengolahan data W2 ( laporan mingguan ) ke petugas
survailens Dinas Kesehatan Kabupaten Pati melalui SMS (format
mingguan menyusul bersamaan dengan laporan bulanan P2M
Puskesmas).
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari
h). Laporan Bulanan
Mekanisme laporan bulanan di mulai dari :
Petugas survailens Puskesmas mengumpulkan data penyakit melalui
kegiatan survailen pasif / aktif
Analisa data
Pengolahan data
Pencatatan dan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pati sesuai
format penyakit sebelum tanggal 5 setiap bulan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.
i). Pelacakan Kontak Penyakit Kusta
Mekanisme pelacakan kontak penyakit kusta meliputi :
Menentukan jadwal kunjungan
Koordinasi lintas program / lintas sektor
Kegiatan pemeriksaan anggota keluarga / lingkungan sekitar rumah
penderita
Penyuluhan
Motivasi untuk berobat ke Puskesmas bila ditemukan tanda-tanda
penyakit kusta
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : Pasien baru : 1-2 jam
Pasien lama : 15-30 menit.
j). Pelacakan Kontak Penyakit TB Paru
Mekanisme pelacakan kontak penyakit TB Paru meliputi :
Menentukan jadwal kunjungan
Koordinasi lintas program / lintas sektor
Kegiatan pemeriksaan anggota keluarga / lingkungan sekitar rumah
penderita
Penyuluhan
Motivasi untuk pemeriksaan BTA / pengobatan ke Puskesmas bila
ditemukan tanda-tanda penyakit TB paru

Pencatatan dan pelaporan


Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.
k) Pengambilan Sample Darah Malaria
Mekanisme pengambilan sample malaria di desa :
Menentukan jadwal pengambilan sample
Menyiapkan alat / bahan
Pengambilan sample darah
Penyimpanan sample darah di Slide Box
Pemeriksaan darah di laboratorium Puskesmas
Pencatatan hasil pemeriksaan
Pemberian hasil pemeriksaan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari
l). Pengambilan Sample Tinja
Mekanisme pengambilan sample tinja di desa
Menentukan jadwal pengambilan sample
Menyiapkan alat / bahan
Pengambilan sample tinja
Penyimpanan sample tinja di Cool Box
Pemeriksaan tinja di laboratorium Puskesmas / di rujuk
Pencatatan hasil pemeriksaan
Pemberian hasil pemeriksaan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari
m). Pengambilan Sample IMS
Mekanisme pengambilan sample IMS di Lorong Indah
Petugas menentukan jadwal pengambilan sample
Menyiapkan alat / bahan dan sarana transportasi
Petugas IMS mengambil sample
Petugas laborat menerima sample
Petugas laborat melakukan pemeriksaan sample
Pencatatan hasil pemeriksaan sample
Pemberian hasil pemeriksaan (bila diperlukan)
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 20 menit.
2. Prosedur KIA :
Dimulai dari pendataaan sasaran, pengumpulan data, pelaporan baik
internal maupun eksternal, registrasi penanganan kesehatan ibu dan anak,
identifikasi risiko tinggi kesehatan ibu dan anak, melakukan pengolahan data
sasaran KIA ( Kohort, PWS KIA ), pelaporan ke dinas Kesehatan dan
melakukan tindak lanjut : Pemetaan sasaran KIA (bumil, bulin, bufas, bayi,
balita, remaja dan lansia), kunjungan rumah sasaran KIA Resti, kerjasama
LP/LS, pembinaan LP/LS, penyuluhan terhadap sasaran KIA melalui
posyandu, polindes, PKD, Bina Keluarga Balita ( BKB ), posyandu lansia dan
kemitraan dukun bayi.
a). Pendataan Sasaran :
Membuat jadwal / disesuaikan kegiatan posyandu
Koordinasi dengan bidan desa
Pendataan KIA
Merekapitulasi hasil pendataan KIA
Pencatatan dan pelaporan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari
b). Pengumpulan Data :
Koordinasi dengan bidan desa
Menentukan batas pelaporan data program KIA ke petugas KIA
Puskesmas
Pembagian dan penjelasan pengisian format laporan data
Rekapitulasi data perdesa
Pencatatan dan pelaporan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 60 menit.
c). Pelaporan :
Pelaksana program mencatat semua hasil kegiatan di buku kegiatan
Pelaksana program merekap hasil kegiatan
Pelaksana program membuat grafik/spot map, PWS
Pelaksana program membuat grafik/spot map, PWS
Pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari
d). Pengolahan Data KIA (Kohort, PWS KIA) :
Pengumpulan data
Analisa data
Pengolahan data
Pencatatan dan pelaporan
Rencana tindak lanjut
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.
e). Identifikasi Risiko Tinggi ( Risti ) KIA :
Petugas KIA mendapatkan laporan dari bidan / bidan desa
masyarakat
Bidan Puskesmas melakukan pemeriksaan
Bidan Puskesmas konsultasikan dengan dokter Puskesmas
Dokter Puskesmas melakukan pemeriksaan
Dokter Puskesmas menentukan hasil pemeriksaan
Pencatatan hasil pemeriksaan
Rencana tindak lanjut
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 30 menit.
f). Kunjungan Rumah :
Membuat jadwal
Koordinasi dengan lintas program / lintas sektor
Menentukan materi penyuluhan
Kegiatan penyuluhan
Evaluasi kegiatan
Pencatatan dan pelaporan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu :120 menit.
g). Posyandu Balita :
Pendaftaran
Penimbangan
Pencatatan
Penyuluhan
Pelayanan / imunisasi
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 10-15 menit.
h). Bina Keluarga Balita (BKB) :
Membuat jadwal
Undangan
Daftar hadir
Menyiapkan media penyuluhan / alat peraga
KMS pertumbuhan dan perkembangan
Penyuluhan
Tanya jawab
Evaluasi
Rencana tindak lanjut
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari
i). Kemitraan Dukun Bayi :
Membuat jadwal
Undangan
Daftar hadir
Penyuluhan
Tanya jawab
Evaluasi
Rencana tindak lanjut
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari
j). Polindes / PKD :
Menerima pasien
Pemeriksaan kartu status rekam medis
Anamnese
Pemeriksaan
Penulisan hasil pemeriksaan dan terapi
Penulisan resep
Pengambilan obat
Penulisan surat rujukan bila diperlukan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 5-10 menit.
k). Posyandu Lansia
Pendaftaran
Pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan penunjang bila dibutuhkan
Pengobatan bila dibutuhkan
Penyuluhan
Kegiatan lain / senam lansia
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 60 menit.

3. Prosedur Gizi :

Dimulai dari pendataan sasaran,pengumpulan data, pelaporan baik


internal maupun eksternal, registrasi penanganan kesehatan gizi
masyarakat, melakukan identifikasi masalah gizi resti, melakukan PWS Gizi,
melakukan kunjungan rumah, melakukan pengolahan data penyuluhan
sampai laporan ke Dinas Kesehatan dan laporan ke lintas sektoral,
pembinaan atau penyuluhan di masyarakat terhadap keluarga rawan gizi,
upaya perbaikan gizi: posyandu, keluarga sadar gizi.
a).Pendataan sasaran
Membuat jadwal / disesuaikan kegiatan posyandu
Koordinasi dengan bidan desa / lintas program
Pendataan bayi dan balita sesuai KMS
Merekapitulasi hasil pendataan bayi dan balita di setiap desa
Pencatatan dan pelaporan

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari


b).Pengumpulan Data
Koordinasi dengan lintas program / bidan desa
Menentukan batas pelaporan data program gizi ke petugas gizi Pusksemas
Pembagian dan penjelasan pengisian format laporan data
Rekapitulasi data perdesa
Pencatatan dan pelaporan

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit


c).Identifikasi Masalah Gizi Resiko Tinggi
Petugas mendapatkan laporan dari masyarakat atau posyandu
Bidan desa memeriksa ada tanda-tanda klinis dan atau BB/TB<3 SD
Bila hasilnya tidak, bides memberi konseling dan PMT, penyuluhan, bila ya
balita di rujuk ke Puskesmas
Dokter Puskesmas melakukan pemeriksaan bila ada tanda-tanda infeksi
rujuk ke rumah sakit, bila tidak ada infeksi diberi PMT, pemulihan, konseling
Petugas membuat laporan, monitoring dan evaluasi

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari


d).PWS Gizi
Petugas berkoordinasi dengan bidan desa
Petugas melaksanakan deteksi dan pemantauan lewat posyandu atau
kunjungan rumah
Petugas mendokumentasikan hasil kegiatan
Pencatatan dan pelaporan

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.


e).Penyuluhan
Membuat jadwal
Koordinasi dengan lintas program / lintas sektor
Menentukan media penyuluhan
Menentukan materi penyuluhan
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan tanya jawab
Evaluasi kegiatan
Pencatatan dan pelaporan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.
f).Pelaporan
Pelaksana program mencatat semua hasil kegiatan di buku kegiatan
Pelaksana program merekap hasil kegiatan
Pelaksana program membuat grafik/spot map, PWS
Pelaksana program membuat grafik/spot map, PWS
Pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.

g).Upaya Perbaikan Gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar


gizi.
Penimbangan balita
Penyuluhan gizi
Pemberian makanan tambahan
Pemberian paket pertolongan gizi (kapsul vit A dosis tinggi, oralit, tablet
tambah darah)

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.


h).Kunjungan Rumah
Membuat jadwal
Koordinasi dengan lintas program / lintas sektor
Menentukan materi penyuluhan
Kegiatan penyuluh
Evaluasi kegiatan
Pencatatan dan pelaporan

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 60 menit


.
4. Prosedur Kesehatan Lingkungan :

Dimulai dari pelaporan baik internal maupun eksternal, registrasi


penanganan kesehatan masyarakat, identifikasi sarana sanitasi masyarakat,
melakukan Inspeksi Sanitasi, melakukan PWS sarana sanitasi, melakukan
kunjungan rumah, melakukan pengolahan data hasil Inspeksi sanitasi dan
Kunjungan rumah, melakukan tindak lanjut ( kaporisasi, setting lingkungan
sanitasi, dan pembudayaan cuci tangan pakai sabun) dan atau penyuluhan
sampai laporan ke Dinas Kesehatan dan laporan ke lintas sektoral,
Pembinaan atau penyuluhan di masyarakat terhadap keluarga rawan
sanitasi, Pemberdayaan kelompok pemakai air ( Pokmair), Pembentukan
desa percontohan kesehatan lingkungan ( DPKL );
a). Mekanisme Pemberdayaan Kelompok Pemakai Air (POKMAIR)
Desa membentuk team penglola BP. SPAM (Badan Pengelola sarana
penyediaan Air Minum dan Sanitasi) yang terdiri dari :

Ketua, Sekretaris, Bendahara, Bagian Teknisi, Bagian humas/ kesehatan,


Penanggung jawab : Kades

Ketua sebaga koordinator dalam penyelesaian permasalahan yang


berkaitan dengan pelayanan masyarakat
Sekretaris : Mengurus semua administrasi yang berkitan dengan surat
menyurat, pendaftaran sebagai anggota dll
Bendahara : Mencatat dan mengelola keuangan BP.SPAM
Teknisi : Melaksanakan penjaringan terhadap calon konsumen,
pelayanan teknisi, mengawasi dan memantau jaringan perpipaan untuk
fisik PAM
Bagian Kesehatan : Penyuluhan PHBS, mengecek lingkungan dan
kesehatan serta sanitasi masyarakat
Petugas kesling bersama-sama dengan petugas dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Pati mengambil sample air bersih untuk diperiksakan ke
laboratorium kesehatan daerah dan hasilnya akan dikirim ke desa

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari.

b). Mekanisme Pembinaan / Penyuluhan di Masyarakat terhadap Keluarga


Rawan Sanitasi
Petugas kesling melakukan kunjungan rumah pasien dengan penyakit
berbasis lingkungan
Petugas kesling memberikan pengarahan pada keluarga rawan sanitasi
Petugas kesling membuat laporan hasil kunjungan rumah dan laporan ke
desa

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.

c). Mekanisme Kunjungan Rumah


Petugas kesling membuat jadwal kunjungan
Petugas kesling melaksanakan kunjungan rumah
Petugas kesling memberikan pengarahan pada pasien dan keluarga
Petugas kesling membuat laporan hasil kunjungan rumah dan laporan ke
desa
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 120 menit.

5. Prosedur Promosi Kesehatan :

Dimulai dari pendataaan sasaran, pengumpulan data, pelaporan baik


internal maupun eksternal, Melakukan pembinaan usaha kesehatan
sekolah : pelatihan dan pendampingan dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua atau wali murid, pembinaan , Pos kesehatan pesantren
( Poskestren ), Upaya Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja ( Pos
UKK ) Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Desa Siaga. Sosialisasi program
lintas program.
a). Pendataan Sasaran
Menyiapkan format pendataan sasaran
Kerajasama lintas program / lintas sektor
Melakukan pencatatan masalah kesehatan di masyarakat oleh kader /

tenaga kesehatan
Merekapitulasi hasil pendataan sasaran perdesa
Pencatatan dan pelaporan

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari

b). Pengumpukan Data


Koordinasi dengan lintas program / bidan desa
Memberikan format data
Menentukan batas pelaporan data program promosi kesehatan ke

petugas promkes Pusksemas


Pembagian dan penjelasan pengisian format laporan data
Rekapitulasi data perdesa
Pencatatan dan pelaporan

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari


c). Pelaporan
Pelaksana program mencatat semua hasil kegiatan di buku kegiatan
Pelaksana program merekap hasil kegiatan
Pelaksana program membuat grafik/spot map, PWS
Pelaksana program membuat grafik/spot map, PWS
Pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 2 hari

d). Pembinaan Upaya Kesehatan Sekolah / UKS


Koordinasi dengan lintas sektor / Dinas Pendidikan Kecamatan
Menentukan jadwal kegiatan
Pelaksanaan kegiatan
Evaluasi kegiatan
Pencatatan dan pelaporan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari

e). Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren / Poskestren


Menentukan jadwal
Membuat surat pemberitahuan kegiatan
Melaksanakan kegiatan
Evaluasi kegiatan
Rencana tindak lanjut
Pencatatan dan pelaporan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari

f). Pembinaan Posyandu Balita / Lansia


Menentukan jadwal
Membuat surat pemberitahuan kegiatan
Melaksanakan kegiatan
Evaluasi kegiatan
Rencana tindak lanjut
Pencatatan dan pelaporan
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari

g). Pembinaan PosUpaya Kesehatan Kerja ( UKK )


Menentukan jadwal
Membuat surat pemberitahuan kegiatan
Melaksanakan kegiatan
Evaluasi kegiatan
Rencana tindak lanjut
Pencatatan dan pelaporan

Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari


h). Pelatihan dan Pendampingan Dokter Kecil
Konsolidasi TP UKS
Melaksanakan advokasi kebijakan dengan melaksanakan koordinasi

lintas sektor
Melaksankan koordinasi lintas program
Menentukan jadwal pelatihan
Menginformasikan jadwal pelatihan ke sekolah, TP UKS, unit terkait
Melaksanakan pelatihan dan pendampingan dokter kecil
Pelaporan dan dokumentasi
Target waktu yang dibutuhkan yaitu : 3 hari.
D.Prosedur Kepegawaian Umum
1. Prosedur Kalibrasi Alat Medis di Puskesmas Margorejo :
Prosedur Kalibrasi Alat Medis, ini mencakup :
i. Menginventarisasi peralatan medis secara rutin dan berkala
ii. Melakukan evaluasi pengecekan dan dokumentasi peralatan medis secara
rutin
iii. Dilakukan pengujian dan Kalibrasi secara berkala peralatan medis oleh
petugas BMKG dengan persetujuan Kepala Puskesmas
iv. Menginventaris dan mencatat peralatan medis yang sudah di Kalibrasi
v. Peralatan medis yang sudah di Kalibrasi digunakan kembali untuk
pelayanan kesehatan sesuai dengan indikasi medis
2. Prosedur Pemeliharaan Sarana dan Prasarana: mencakup dari
identifikasi sarana dan prasarana, membuat jadwal pemeliharaan,
pelaksanaan pemeliharaan yang dilakukan oleh sendiri, verifikasi dan
laporan hasil pemeriksaan. Sarana dan prasarana mencakup: alat
kesehatan, sistem informasi, alat transportasi, dan sebagainya.
3. Prosedur Pengadaan Barang: Merupakan mekanisme pengadaan
barang di Puskesmas Margorejo yang meliputi identifikasi kebutuhan
barang, pembelian, penerimaan, pendistribusian dan penyimpanan
untuk mencegah kerusakan dan kehilangan serta kesesuaian dengan
spesifikasi.
4. Prosedur Penempatan SDM: Ini mencakup Proses Penempatan Sumber
Daya Manusia (SDM), sehingga dapat menjamin SDM yang mampu dan
profesional dalam menjalankan tugas dan memberikan pelayanan yang
sesuai dengan bidangnya.
5. Prosedur Pelatihan SDM: Prosedur ini ditetapkan sebagai Panduan
Proses Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM), mencakup pelatihan
yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, sehingga dapat
menjamin SDM yang mampu dan profesional dalam memberikan
pelayanan kesehatan.

E. Prosedur PengendalianMutu Pelayanan Puskesmas Juwana


a). Prosedur Pengendalian Mutu Puskesmas meliputi :
1, Prosedur Penanganan Keluhan Pelanggan, ini mencakup mulai dari
Mengidentifikasi keluhan pelanggan
Analisa penyebab
Pelaksanaan perbaikan sampai menginformasikan hasil penanganan
kepada pelanggan (kontak person harus jelas).
Persiapan kuesioner / instrument
Membagikan Kuesioner / instrument
Mengumpulkan data dan gagasan pelanggan sesuai instrument kajian
peluang perbaikan pelayanan
Melakukan pengolahan data hasil kajian peluang pelaksanaan
pelayanan
Menganalisa kajian peluang perbaikan pelaksanaan pelayanan
Mempresentasikan hasil, Membahas hasil dengan pihak terkait
Menyusun rencana tindak lanjut (RTL)

Mendokumentasikan semua hasil kajian perbaikan pelaksanaan


pelayanan
2. Prosedur Tinjauan Manajemen ini bertujuan untuk menerapkan proses
tinjauan manajemen di Puskesmas Margorejo supaya setiap tinjauan
manajemen dapat dilakukan tepat waktu dan memberikan rekomendasi
untuk melakukan peningkatan sistem dan pelayanan. Prosedur Tinjauan
Manajemen, ini mencakup mulai dari :
Petugas menyiapkan materi konsultasi dan kegiatan konsultasi
Petugas melakukan penulisan keperluan konsultasi dalam buku kegiatan
konsultasi
Petugas mengajukan materi konsultasi pada pimpinan
Petugas menindaklanjuti hasil konsultasi pimpinan
3. Prosedur Pengendalian Layanan Tidak Sesuai, dimaksudkan untuk
memastikan bahwa layanan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan dapat dikendalikan. Prosedur Pengendalian Layanan Tidak
Sesuai, ini mencakup mulai dari :
Menetapkan target kegiatan Puskesmas sesuai dengan SPM
Mengumpulkan data-data hasil kegiatan
Melakukan pengolahan data kegiatan
Melakukan analisa hasil pengolahan data
Menyimpulkan hasil analisa data
Melakukan pemecahan masalah bila terjadi penyimpangan pelayanan
Rencana tindak lanjut
4. Prosedur Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Prosedur Pengukuran Kepuasan pelanggan, ini mencakup mulai dari :
Persiapan kuesioner / instrument
Membagikan Kuesioner / instrument
Rekap hasil kuesioner
Analisis hasil kuesioner
Rencana tindak lanjut (RTL) dan tindak lanjut
Umpan balik ke pelanggan

5. Prosedur Audit Internal


Prosedur Audit Internal, ini mencakup mulai dari :
Kepala Puskesmas mengkaji data pelaksanaan kegiatan sesuai
kewenangan pengelola pelayanan
Kepala Puskesmas mengkaji data pelaksanaan tupoksi pengelola
pelayanan
Kepala Puskesmas menganalisa hasil kajian pengelola pelayanan
Kepala Puskesmas menyampaikan hasil kajian sebagai evaluasi
Kepala Puskesmas mengganti dan menunjuk pengelola pelayanan
baru bila diperlukan
6. Prosedur Tindakan Pencegahan
Prosedur Tindakan Pencegahan, ini mencakup mulai dari :
Petugas mengumpulkan informasi masalah dan keluhan pelanggan
Petugas mengkoordinasikan keluhan - keluhan pelanggan
Petugas menindaklanjuti masalah-masalah dan keluhan pelanggan
Petugas menjaga kerahasiaan pemberi informasi

7. Prosedur Tindakan Perbaikan


Prosedur Tindakan perbaikan, ini mencakup mulai dari :
Mengumpulkan data dan gagasan pelanggan sesuai instrument kajian
peluang perbaikan pelayanan
Melakukan pengolahan data hasil kajian peluang pelaksanaan pelayanan
Menganalisa kajian peluang perbaikan pelaksanaan pelayanan
Mempresentasikan hasil
Membahas hasil dengan pihak terkait
Menyusun rencana tindak lanjut (RTL)
Mendokumentasikan semua hasil kajian perbaikan pelaksanaan
pelayanan
b). Monitoring dan Evaluasi Kerja
Forum tertinggi dalam melakukan monitoring dan evaluasi
adalah lokakarya mini (lokmin) Puskesmas. Monitoring dan evaluasi
dilakukan bertahap dan berkesinambungan untuk menjamin pelaksanaan
operasional berjalan sesuai dengan tujuan program, dan pencapaian
target sehingga dapat untuk mengevaluasi capaian kinerja. Sedangkan
prosedur pelaksanaan lokakarya mini (lokmin) lintas program / lintas sektor
di Puskesmas meliputi :
1. Tahap Persiapan Sasaran
Petugas kesehatan Puskesmas
Tokoh Agama
Tokoh Masyarakat
Kader kesehatan
Pengelola layanan kesehatan swasta
Aparat Pemerintahan Desa / Kelurahan
Unsur Departemen terkait
2. Tahap Persiapan Sarana, Media dan Tenaga
Tempat pertemuan
Pengeras suara
Data yang akan disajikan
ATK
Daftar hadir
Buku Notulen
Petugas (penyaji, moderator, notulis, dll)
3. Tahap Pelaksanaan
Moderator mengawali pertemuan dengan mengucapkan salam
Moderator menjelaskan tujuan lokakarya mini
Moderator menyampaikan susunan acara
Moderator membuka lokakarya mini dengan bacaan basmallah
Moderator memberikan kesempatan pada penyaji untuk pemaparan
data / permasalahan

Penyaji menyampaikan pemaparan data / permasalahan


Penyaji memberikan kesempatan kepada peserta lokmin untuk tanya
jawab
Penyaji dan peserta lokmin menetapkan prioritas masalah kesehatan
Penyaji dan peserta lokmin menetapkan rencana tindakan yang akan
Dilakukuan
Penyaji menyimpulkan hasil kesepakatan dari lokmin
Moderator menutup lokakarya mini dengan bacaan hamdallah / atau
diawali dengan pembacaan doa.
Berdasarkan pedoman Peraturan Bupati Pati tersebut maka
Puskesmas Juwana menyusun Standart Operasional Prosedur yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan.
Standart Operasional Prosedur(SOP) di Puskesmas Juwana meliputi :
1. SOP Administrasi Manajemen ( Admen) : ada SOP.
2. SOP Pelayanan Klinis ( Yan klinis) : ada SOP.
3. SOP Program : ada SOP
SOP tersebut bisa mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi
di Puskesmas.
BAB IV
PERAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Peran Pemerintah Kabupaten Pati dalam pelaksanaan Standar Pelayanan


Minimal Puskesmas Juwana Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:

1. Pengorganisasian:
a. Bupati Pati bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan
sesuai Standar Pelayanan Minimal yang dilaksanakan oleh Puskesmas
Juwana Kabupaten Pati
b. Penyelenggaraan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal
sebagaimana dimaksud dalam butir a secara operasional dikoordinasikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
c. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai SPM Bidang
Kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kualifikasi dan
kompetensi yang dibutuhkan.
2. Pelaksanaan dan Pembinaan
a. Puskesmas Juwana Kabupaten Pati wajib menyelenggarakan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang
disusun dan disahkan oleh Bupati Pati
b. Pemerintah Kabupaten Pati wajib menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal
c. Pemerintah Kabupaten Pati dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
memfasilitasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan minimal dan mekanisme kerjasama antar daerah kabupaten/kota
d. Fasilitasi dimaksud butir c dalam bentuk pemberian standar teknis,
pedoman, bimbingan teknis, pelatihan, meliputi:
1). Perhitungan kebutuhan pelayanan Puskesmas Juwana sesuai Standar
Pelayanan Minimal
2). Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja pencapaian target SPM
3). Penilaian pengukuran kinerja
4). Penyusunan laporan kinerja dalam menyelenggarakan pemenuhan
standar pelayanan minimal Puskesmas Juwana Kabupaten Pati
3. Pengawasan
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Pati melaksanakan pengawasan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal
Puskesmas Juwana Kabupaten
Pati
b. Dinas Kesehatan Kabupaten Pati menyampaikan laporan pencapaian
kinerja pelayanan Puskesmas sesuai standar pelayanan minimal yang
ditetapkan
BAB V
PENUTUP

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun


2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layaman
Umum Daerah bahwa suatu instansi yang akan menjadi Badan Layanan
Umum salah satu persyaratan yang harus dipenuhi yaitu adanya Standar
Pelayanan Minimal.
Standar Pelayanan pada hakekatnya merupakan jenis-jenis
pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah/ pemerintah
provinsi/pemerintah kabupaten/kota dengan standar kinerja yang
ditetapkan. Namun demikian mengingat kondisi masing-masing daerah
yang terkait dengan sumber daya yang tidak merata maka diperlukan
pentahapan dalam pelaksanaan oleh masing-masing daerah sesuai dengan
kondisi/perkembangan kapasitas daerah
Untuk itu telah kami susun Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Juwana
Kabupaten Pati ini. Standar Pelayanan Minimal ini terdiri atas dua bagian
yaitu jenis pelayanan dan standar mutu pelayanan.
Sesuai dengan semangat Badan Layanan Umum Daerah yaitu untuk
meningkatkan pelayanan agar menjadi lebih bermutu dan sesuai dengan
harapan dan keinginan pelanggan, maka standar pelayanan ini diharapkan
dapat digunakan sebagai pedoman bagi manajemen untuk perencanaan,
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan program, maupun sebagai
pedoman kami dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai