Anda di halaman 1dari 18

Lo 1 SPM

DEFINISI

Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal... (http://www.spm.depkes.go.id/index3.php

Spm adalah Suatu sistem yang digunakan oleh manajemen/pemilik perusahaan untuk menjamin
bahwa organisasi melaksanakan strateginya secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam proses perencanaan stratejik

Fungsi Standar Pelayanan Minimal Puskesmas


Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara merata.
Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai pemerintah sebagai penyedia pelayanan
kepada masyarakat.
Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan.
Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang kesehatan dalam melakukan
pengevaluasian dan monitoring pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Tujuan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas


Pedoman bagi Puskesmas dalam penyelenggaraan layanan kepada masyarakat.
Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.
Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang dibutuhkan.
Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan layanannya.
Mendorong terwujudnya checks and balances.
Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan puskesmas.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman tentang definisi operasional,
indikator kinerja, ukuran atau satuan rujukan, target nasional tahunan, cara perhitungan, rumus, pembilangan,
penyebut, standar, satuan pencapaian kinerja, dan sumber data.

Prinsip Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Di dalam menyusun Standar Pelayanan Minimal
(SPM) telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Konsensus, Sederhana, Nyata,Terukur,Terbuka,Terjangkau,Akuntabel, Bertahap
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM SPM
Penyajian SPMKesesuaian SPM dengan perkembangan kebutuhan dan kemampuan SatkerRencana
Pencapaian SPMIndikator PelayananAdanya tandatangan pimpinan Satker dan Menteri terkait

PENYAJIAN SPM SPM harus disajikan secara sederhana,


realistis, mudah diukur, terbuka,Terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan

KESESUAIAN SPM DGN PERKEMBANGAN KEBUTUHAN DAN KEMAMPUAN SATKER


SPM disesuaikan dgn perkembangankebutuhan, prioritas, kemampuankeuangan, kelembagaan, danpersonil
instansi pemerintah

RENCANA PENCAPAIAN SPM


Satker menyusun rencana pencapaianSPM yang memuat target tahunanpencapaian SPM dengan mengacu
padabatas waktu pencapaian SPM sesuaidengan peraturan yang ada

INDIKATOR PELAYANAN SPM menetapkan jenis pelayanan dasar


Indikator SPM dan batas waktupencapaian SPM

PENYUSUNAN SPM PERLU MEMPERTIMBANGKAN


Keberadaan sistem informasi, pelaporan, dan evaluasi penyelenggaraan operasi sehingga pencapaian SPM
dapat dipantau dan mudah dievaluasi secara berkelanjutan;Standar pelayanan tertinggi yang telah dicapai
dalam bidang terkait;Keterkaitan antar SPM dalam satu bidang dan antara SPM suatu bidang dengan bidang
lainnya;Kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil pada bidang terkait;Pengalaman empiris tentang
tata cara penyediaan pelayanan dasar tertentu yang terbukti dapat menghasilkan mutu pelayanan yang ingin
dicapai.

ADANYA TANDATANGAN PIMPINAN SATKER DAN MENTERI TERKAIT


SPM yang disampaikan harus ditandatangani oleh Menteri terkait

Prinsip-prinsip dalam perencanaan dan penghitungan kebutuhan pemenuhan SPM bidang kesehatan adalah
sebagai berikut:

1. Dengan menerapkan SPM atau standar pelayanan akan mendorong perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanan publik yang berkelanjutan (continuous improvement).
2. Peraturan pemerintah/kementerian terkait SPM dan standar lainnya, dimaksudkan sebagai alat untuk
meningkatkan mutu pelayanan KIA secara merata dan terfokus.
3. Penghitungan SPM menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu ketersediaan data yang baik di
Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit menjadi persyaratan utama.
4. Penghitungan SPM berdasarkan pedoman peraturan regulasi Pemerintah yang berlaku dan mengacu
kepada kesenjangan (gap) antara capaian saat ini dengan sasaran yang ditetapkan secara nasional/ provinsi,
jadi bukan hanya apa yang diinginkan kepala dinas/puskesmas, kelompok warga, atau Bupati/ Walikota saja.
5. Penghitungan SPM dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri dengan membentuk Tim Penyusun SPM yang
terdiri dari berbagai unsur: eksekutif, legislatif, masyarakat (tokoh/ahli).
6. Memuat capaian sasaran SPM sehingga pendanaan/penganggaran bidang Kesehatan lebih diarahkan pada
peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu kesehatan ibu
dan anak yang semakin tinggi.
7. Didasarkan pada regulasi daerah (Surat Keputusan, Peraturan bupati/walikota atau Peraturan daerah). Hal
ini diperlukan untuk menjamin penerapan SPM dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program SPM secara periodik diperlukan agar penerapan SPM dapat
tepat sasaran dan terus disempurnakan,
9. Pengelolaan setiap masukan dan pengaduan masyarakat secara jujur, agar bisa menjadi sumber perbaikan
yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat pengguna layanan (customer oriented)

Program Perencanaan SPM dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:


1. Lokakarya Peningkatan Pemahaman dan Kesadaran atas SPM dan Studi Komparatif penerapan Standar
Pelayanan bidang kesehatan: Menyelenggarakan lokakarya di kabupaten/kota untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran atas pentingnya SPM dan Standar Layanan/service standard.
2. Review Peraturan di Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Penerapan SPM serta peraturan
perundangan tentang SPM Kesehatan: Tim Penyusun SPM dan Dinas melakukan review peraturanperaturan
terkait SPM untuk mengkaji peraturan yang mendukung / menghambat
3. Identifikasi Status Pencapaian SPM dan Sasaran target SPM: Mengidentifikasi capaian masing-masing
indikator SPM bidang kesehatan pada tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya
4. Analisis Kesenjangan Capaian (gap) terhadap Target SPM, Prioritisasi Penyebab Kesenjangan, dan Strategi
Penanganan: Menganalisis kesenjangan (gap) masing-masing indikator SPM Kesehatan antara capaian dengan
target Nasional yang ditetapkan.
5. Penghitungan Kebutuhan Anggaran untuk Mengurangi Kesenjangan Capaian (gap) dan Pelaksanaan
Program/Kegiatan: Setelah ditentukan rangking program-kegiatan dan strateginya maka dilakukan
penghitungan kebutuhan biaya untuk melaksanakannya secara bertahap
6. Integrasi Target SPM dan Kebutuhan Anggaran Pencapaian Target SPM ke dalam Dokumen Perencanaan
dan Penganggaran Daerah dan Dinas
7. Monitoring dan Evaluasi Kemajuan Capaian SPM: Tim Penyusun SPM dan Dinas memantau/ monitoring
pelaksanaan program-kegiatan yang sedang diimplementasikan, mengevaluasi capaian
8. Adopsi praktek baik/inovasi dan Replikasi/Perluasan Penerapan SPM ke Puskesmas atau instansi

Lo2 pelayanan kesehatan

Prof Judit mengusulkan lima prinsip regulasi pelayanan kesehatan yang responsif sebagai berikut:
1. Aksi regulasi berupa model piramida mulai dari yang bawah (pendekatan dari lunak ke tegas)
2. Terdapat kapasitas untuk meningkatkan regulasi ke arah yang lebih tegas (lebih tinggi di piramidanya)
3. Menggunakan banyak aktor regulasi (satu seringkali tidak cukup)
4. Menggunakan banyak mekanisme regulasi (satu seringkali tidak cukup)
5. Membangun kekuatan menggunakan dukungan/reward serta sangsi

Mutu pelayanan kesehatan yang rendah dapat berupa:


Over use: ob t t d d tid k l bat, tes dan prosedur yang tidak perlu, seperti SC, tonsilektomi
Under use: untuk 30 kondisi medis, hanya 55% (11-79%) pasien di Amerika yang menerima pelayanan yang
sesuai rekomendasi (McGlynn et al 2003)
Misuse: misdiagnosis, obat dan prosedur yang tidak tepat

PRINSIP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN kesehatan

1). Memenuhi kebutuhan pasien


Memenuhi pelayanan yang di inginkan pasien.
Memenuhi apa yang dipikirkan pasien tentang pelayanan yang anda berikan.
Membangun kebersamaan antara pasien dan petugas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

2). Mengukur dan menilai pelayanan yang diberikan


Mengukur dan menilai apa yang dilakukan.
Mengukur pengaruh pelayanan yang diberikan terhadap kepuasan pasien.
Mengukur dan menilai variable yang penting guna perbaikan.

3). Memperbaiki proses pelayanan


Menyederhanakan memperbaiki proses terus menerus, sesuai standar pelayanan.
Mengurangi kesalahan dan hasil yang buruk.

4). Meningkatkan mutu pemberi pelayanan


Integrasi tim untuk mengurangiduplikasi hasil pekerjaan dan pemborosan sumberdaya.
Memberikan penghargaan, meningkatkan tanggung jawab, dan kerjasama dalam pelayanan kesehatan.
Membentuk dan mmberdayakan GKM atau kelompok budaya kerja.

5). Memenuhi (kuantitas) dan kualitas sarana dan prasarana yang digunakan untuk melakukan pelayanan
kesehatan. (Wijoyo, Djoko. 2008)

2 Syarat pokok pelayanan kesehatan


Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila:
1. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat
yang dibutuhkan.
2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
mesyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah dicapai (accessible)
Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan
pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan
didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4. Mudah dijangkau (affordable)
Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang
seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja
bukanlah kesehatan yang baik.
5. Bermutu (quality)
Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang
telah ditetapkan.

Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan


1. Mengutamakan pelanggan
Prosedur pelayanan disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan, bukan untuk memeperlancar
pekerjaan kita sendiri. Jika pelayanan kita memiliki pelanggan eksternal dan internal, maka harus ada prosedur
yang berbeda, dan terpisah untuk keduanya. Jika pelayanan kita juga memiliki pelanggan tak langsung maka
harus dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya dan utamakan pelanggan tak langsung.
2. System yang efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah system yang nyata (hard system), yaitu tatanan yang
memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam organisasi. Perpaduan tersebut harus terlihat sebagai
sebuah proses pelayanan yang berlangsung dengan tertib dan lancar dimata para pelanggan.
3. Melayani dengan hati nurani (soft system)
Dalam transaksi tatap muka dengan pelanggan, yang diutamakan keaslian sikap dan perilaku sesuai dengan
hati nurani, perilaku yang dibuat-buat sangat mudah dikenali pelanggan dan memperburuk citra pribadi
pelayan. Keaslian perilaku hanya dapat muncul pada pribadi yang sudah matang.
4. Perbaikan yang berkelanjutan
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses pelayanan. Semakin baik mutu
pelayanan akan menghasilkan pelanggan yang semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya juga
semakin tinggi, kebutuhannya juga semakin meluas dan beragam, maka sebagai pemberi jasa harus
mengadakan perbaikan terus menerus.
5. Memberdayakan pelanggan
Menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan sebagai sumberdaya atau perangkat tambahan oleh
pelanggan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari.

Langkah-langkah perencanaan kesehatan


1. Analisis situasi
Langkah analisis situasi dimulai dengan menganalisis data laporan yang telah dimiliki oleh organisasi
(data primer) atau mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya dibutuhkan, observasi dan
wawancara. Langkah analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan jenis data atau fakta yang berkaitan
dengan masalah kesehatan yang dijadikan dasar penyusunan perencanaan. Data yang diperlukan terdiri dari:
a. Data tentang penyakit dan kejadian sakit (diseases and illnesess).
b. Data kependudukan.
c. Data potensi organisasi kesehatan.
d. Keadaan lingkungan dan geografi.
e. Data sarana dan prasarana.

Proses pengumpulan data untuk analisis situasi dapat dilakukan dengn cara:
Mendengarkan keluhan masyarakat melalui pengamatan langsung kelapangan.
Membahas langsung masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang dikembangkan bersama
tokoh-tokoh formal dan informal masyarakat setempat.
Membahas program kesehatan masyarakat dilapangan bersama petugas lapangan kesehatan, petugas sektor
lain, atau bersama dukun bersalin yang ada diwilayah kerja puekesmas.
Membaca laporan kegiatan program kesehatan pada pusat0pusat pelayanan kesehatan di suatu wilayah.
Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, statistik kependudukan, laporan khusus, hasil survei, petunjuk
pelaksanaan (jutlak) program kesehatan, dan laporan tahunan
2. Identifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain:
a. Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada.
b. Survailance epidemilogi atau pemantauan penyebaran penyakit
c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan.
d. Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.
3. Menetapkan prioritas masalah
Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan banyak masalah kesehatan yang menunggu untuk ditangani.
Karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga dan teknologi, maka tidak semua masalah tersebut dapat
dipecahkansekaligus (direncanakan pemecahannya). Untuk itu maka harus dipilih masalah yang mana yang
feasible untuk dipecahkan. Proses pemilihan prioritas masalah dapat dilakukan melalui dua cara, yakni:

a. Melalui teknik skoring, yakni memberikan nilai (scor) terhadp masalah tersebut dengan menggunakan
ukuran (parameter) antara lain:
Prevelensi penyakit (prevelence) atau besarnya masalah.
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (severity).
Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of umeet need).
Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit).
Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility).
Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (reseources availability).
Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila masalahnya besar diberi 5 paling
tinggi, dan bila sangat kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Masalah yang mempunyai
nilai tertinggi (terbesar) adalah yang di prioritaskan, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua dan
selanjutnya.

b. Melalui teknik non skoring


Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu, juga disebut nominal
group technique (NGT). Ada dua NGT, yakni:
Delphi technique: yaitu masala-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang
sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.
Delbeg technique: menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah juga melalui dikusi kelompok,
namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya, maka sebelumnya dijelaskan
dulu, sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil
diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

4. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin
dicapai oeh perencanaan tersebut. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan maka akan semakin mudah
menentukan tujuan. Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secar kongkret dan dapat diukur.

Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus bersifat SMART: spesific (jelas sasarannya dan
mudah dipahami oleh staf pelaksana), measurable (dapat diukur kemajuannya), appropriate (sesuai dengan
strategi nasional, tujuan program dan visi/misi institusi, dan sebagainya), realistic (dapat dilaksanakan sesuai
dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang ada), time bound (sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan
dapat direncanakan untuk mencapai tujuan program seuai dengan target waktu yang telah ditetapkan).

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan program:


Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan.
Tujuan harus sesuai dengan masalah, terget ditetapkan sesuai dengan kemampuan organisasi, dan dapat
diukur.
Tujuan operasional basanya ditetapkan dengan batas waktu (batas pencapaiannya) dan hasil akhir yang ingi
dicapai pada akhir kegiatan program (dead line).
Berbagai macam kegiatan altrnatif dipilih untuk mencapai tujuan.
Masalah, faktor penyebab masalah, dan dampak masalah yang telah dan akan mungkin terjadi dimsa depan
sebaiknya dikaji terlebih dahulu.

Kriteria penyusunan masing-masing tujuan sesuai dengan hierarkinya adalah sebagai berikut:
Goal (tujuan umum): bersifat jangka panjang, masih umum, abstrak, dan tidak terpengaruh oleh perubahan
situasi.
Tujuan kebijaksanaan: merupakan bagian dari goal, sasaran populasinya belum ada. Tujuan ini sudah bersifat
spesifik karena bersifat sektoral dan ditujukan untuk masyarakat di desa.
Tujuan program: target populasinya sudah lebih jelas, ada identifikasi dampak khusus yang dapat diukur jika
tujuan program tercapai.
Tujuan pelayanan: tujuan ini sudah memiliki kejelasan atau spesialisasi jenis dan tingkat pelayanan yang perlu
dilaksanakan.
Tujuan sumber: tujuan di sini memerlukan identifikasi masukan spesifik (input atau sumber daya tertentu)
untuk mencapai tujuan pelayanan.
Tujuan implementasi: tujuan di sini menjelaskan produk spesifik yang ingin di capai dan juga dapat di ukur.

Pada umumnya tujuan dibagi menjadi dua, yakni:


Tujuan umum : suatu tujuan bersifat umum, dan masih dapat di jabarkan ke dalam tujuan-tujua khusus, dan
umumnya masih abstrak.
Tujuan khusus : tujuan-tujuan yng di jabarkan dari tujuan umum.

5. Mengkaji hambatan dan kelemahan program


Jenis hambatan atau kelemahan dapat di kategorikan ke dalam:
a. Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi
Motivasi kerja staf rendah.
Pengetahuan dan keterampilan kurang.
Arus informasi tentang pelaksaaan program lamban.
Peralatan belum tersedia.
Laporan kegiatan tidak di manfaatkan untuk menyusun rencana kegiatan.
Jumlah dana operasional kurang.
Waktu yang tersedia tidak digunakan untuk menyuun rencana kerja.
b. Hambatan yang terjadi pada lingkungan
Hambatan geografi (jalan rusak).
Iklim atau musim hujan.
Tingkat penddikan masyarakat rendah.
Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif.
Prilaku masyarakat yang kurang partisipatif.

6. Menyusun rencana kegiatan


Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya kegiatan mencakup 3 kegiatan pokok, yakni:
Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang di lakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan.
Misalnya: perizinan, rapat koordinasi.
Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program yang bersangkutan.
Kegiatan pada tahap penilaian yakni kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian
program tersebut.
Langkah-langkah sebelum menetapkan rencana kegiatan:
a. Alasan utama disusun rencana kegiatan.
b. Tujuan yang ingin dicapai.
c. Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya).
d. Pelaksana dan sasarannya (siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatan).
e. Sumber daya pendukung.
f. Tempat (dimana kegiatan akan dilaksanakan).
g. Waktu pelaksanaan (kapan kegiatan akan dikerjakan).

7. Menetapkan sasaran (target group).


Sasaran (target group) adalah kelopmpok mayarakat tertentu yang akan digarap oleh program yang
direncanakan tersebut. Sasaran progrm kesehatan biasanya dibagi dua, yakni:
a. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenal oleh program.
b. Sasaran tidak langsung, yakni kelompok yang menjadi sasaran antara program tersebut, namun
berpengaruh sekali terhadap sasaran langsung.

8. Menyusun jadwal pelaksanaan


Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat tergantung dengan jenis perencanaan yang
dibuat serta kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan.
9. Organisasi dan staf
Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi dan sekaligus staf yang akan melaksanakan
kegiatan atau program tersebut. Dismping itu juga diuraikan tugas (job description) masing-masing staf
pelaksana tersebut.

10. Rencana anggaran


Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan
sampai dengan evaluasi. Biasanya rincian rencana biaya ini dikelompokan menjadi:
a. Biaya personalia
b. Biaya operasianal
c. Biaya sarana dan fasilitas
d. Biaya penilaian

11. Pelaksanaan
Melaksanakan semua kegiatan yang sudah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati.

12. Evaluasi
Rencana evalusi adalah suatu uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh mana
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah dicapai.

Daftar Pustaka
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni.Jakarta. PT Rineka Cipta.
2. Muninjaya, Gde. 2004.Manajemen Kesehatan : Edisi 2.jakarta. EGC

Lo 3 manajemen kesehatan

Pengertian manajemen kesehatan


Manajemen berasal dari bahasa romawi kuno dengan dasar
Manage atau managiare yangberarti belajar melangkahkan kaki.Dalam bahasa inggris yaitu
management dengan asal kata to manage yang berartimengatur. Di dalam manejemen, proses pengaturan
berbagaisumber daya organisasi untukmencapai tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu.

Manjemen kesehatan adalah suatu proses untuk menggerakkan sumber daya manusiadalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi semua kegiatanpelayanan kesehatan
dalam organiasi dalam upaya untuk:

1) Mengetahui adanya persoalan pelayanan kesehatan


2) Mendefiniskan persoalan pelayanan kesehatan3) Mengumpulkan fakta-
fakta yang terkait dengan pelayanan kesehatan4) Data dan informasi yang timbul dalam pelayanan kesehatan
3) Mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan pelayanan kesehatan
4) Data dan informasi yang timbul dalam pelayanan kesehatan
5) Menyusun alternatif penyelesaian persoalan pelayanan kesehatan
6) Mengambil keputusan pelayanan kesehatan dengan memilih salah satu alternatifpenyelesaian dan
malaksanankan keputusan serta tidak lanjut untuk mencapai tujuan yangharus di capai

Ruang Lingkup Manajemen Kesehatan

1. manajemen personalia (mengurusi SDM)


2. manajemen keuangan
3. manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4. manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (mengurusipelayanan kesehatan)
Fungsi Manajemen Kesehatan
Fungsi manajemen menurut 4 pakar manajemen ilmiah adalah :
1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuanorganisasi sampai
dengan menetapkan alternative kegiatan untuk pencapaiannya.
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen untukmenghimpun semua sumber
daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi danmemanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau fungsipenggerakan pelaksanaan
adalah proses bimbingan kepada staff agar mereka mampubekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas
pokoknya sesuai dengan ketrampilan yangtelah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah prosesuntuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerjayang sudah disusun dan mengadakan
koreksi jika terjadi penyimpangan

Unsur-unsur manajemen
a. Manusia (Man)Pembangun organisasi kehesehatan seperti rumah sakit, Sumber daya
manusiamerupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terlaksanananya manajemen.
b. Uang (money)Uamga atau anggran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus dimiliki
organisasiuntuk melakukan pelayanan kesehatan, mulai dari perizinan, pembangunan
rumahsakit, peralatan, pembayaran tenaga kerja dan lain sebagainya.
c. Bahan baku (material)Meterial adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan
untuk melakukankegiatan pelayanan kesehatan secara efisien.
d. Mesin (machine) Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan sepertiperalatan untuk perawatan gigi, peralatan untuk persalinan, peralatan
radiologi dansebagainya
e. Metode (Method)Metode adalah cara yang ditempuh untuk melaksanakan sesuatu
yang telahdirancang dengan baik sehingga tujuan akan dapat dicapai dengan tepat
sesuaidengan perencanaan semula. Metode yang digunakan dalammelaksanakanpelayanan
kesehatan dengan berperdoman pada SOP.(Standar Operational Procedure)

Prinsip-prinsip manajemen kesehatan


Dalam SKN (2004) dikatakan bahwa manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpunberbagai upaya
administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi,pengembangan dan penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukumkesehatan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatanyang setinggi-tingginya. Perencanaan diperlukan karena
pembangunan lebih besar dari pada sumberdaya yang tersedia. Melalui perencanaan ingin dirumuskan
kegiantan pembangunan yang secaraefesien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam
memanfaatkan sumber daya yangtersedia dan mengembangkan potensi yang ada.Proyek-proyek
pembangunan harus memuat dengan jelas tujuannya (objective), sasaran yang akandicapai (target), cara
megukur keberhasilannya (performance evaluation), jangka waktupelaksanaannya, tempat pelaksanaan, cara
melaksanakan, kebijaksanaan untuk menjamin proyek itudapat dilaksanakan, biaya serta tenaga yang
diperlukan dan badan yang akan melaksanakan nya.

L0 4 penjaminan mutu pelayanan kesehatan


Penjaminan mutu adalah proses Penjaminan mutu adalah prosespenetapan dan pemenuhanpenetapan dan
pemenuhan standarstandarmutumutu pengelolaan secara konsisten danpengelolaan secara konsisten
danberkelanjutan, sehingga konsumen,berkelanjutan, sehingga konsumen,produsen, dan pihak lain
yangprodusen, dan pihak lain yangberkepentingan memperoleh kepuasan.berkepentingan memperoleh
kepuasan
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah, suatu proses upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan Standar yang telah ditetapkan serta menentukan dan
melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai
guna menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (terutama Pelayanan
Kesehatan).
Tujuan Program Jaminan Mutu secara Umum dapat dibedakan atas dua macam. Tujuan tersebut adalah:

Tujuan umum. Tujuan Program Jaminan Mutu adalah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Tujuan Khusus. Tujuan khusus Program Jaminan Mutu dapat dibedakan atas lima macam Yakni : 1)
Diketahui masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan; 2) Diketahuinya penyebab
munculnya masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan; 3) Tersusunnya upaya
penyelesaian masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang ditemukan; 4)
Terselenggaranya upaya penyeleaian masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
yang ditemukan; 5) Tersusunnya saran dan tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.

Manfaat Program Jaminan Mutu yaitu:

Pemahaman staf terhadap tingkat mutu pelayanan yang ingin dicapai.


Meningkatkan efektifitas pelayanan yang diberikan.
Mendorong serta meningkatkan efesiensi dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
Melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari gugatan hukum.
Semakin meningkatnya mutu pelayanan.

Pelayanan kesehatan dinyatakan bermutu atau berkualitas apabila :


1. Pelayanan kesehatan mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya
(aspek deduktif).
2. Pelayanan kesehatan mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (aspek induktif) berupa:
- Kebutuhan kemasyarakatan (societal needs)
- Kebutuhan dunia kerja (industrialneeds)
- Kebutuhan profesional needs)

e. Tujuan Penjaminan Mutu


Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara berkelanjutan (continuous
improvement), yang dijalankan oleh suatu sarana pelayanan kesehatan secara internal untuk
mewujudkan visi dan misinya, serta memenuhi kebtuhan stakeholdersnya).

f. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi mutu, ingat 9 M :


1. Men
2. Money
3. Materials
4. Machines and mechanization
5. Modern information method
6. Markets
7. Management
8. Motivation
9. Mounting product requirement

g. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan


Kompetensi teknis
Akses terhadap pelayanan
Kontiniutas
Efektifitas
Keamanan
Efisiensi
Hubungan antar manusia
Kenyamanan

h. Pelayanan Kesehatan Yang Baik


1) Praktek yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan
2) Menekankan pencegahan
3) Kerjasama yang baik antar pasien yang awam dengan praktisi yang ilmiah medis.
4) Memperlakukan individu sepenuhnya
5) Hubungan dokter pasien akrab dan berkesinambungan
6) Koordinasi denga pekerjaan kesejahteraan sosial
7) Koordinasi semua jenis pelayanan kesehatan
8) Pelayanan untuk kebutuhan semua orang

i. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu Produk


Cacat (defect)
Kerja ulang (rework)
Terbuang (scrap)
Item hilang (loss item)
Pekerjaan terlambat skedulnya (back logs)
Pekerjaan terlambat selesai (late deliveries)
Item lebih (surplus iem)

Jaminan Mutu layanan kesehatan mencakup kegiatan

Mengetahui kebutuhan dan harapan pasien /masyarakat yang menjadi pelanggan eksternal layanan
kesehatan.
Menggunakan semua kemampuan dan bakat orang yang terdapat dalam organisasi layanan kesehatan.
Membuat keputusan berdasarkan fakta atau data bukan perkiraan ataupun dugaan.
Bekerja dalam kelomok yang terdiri dari setiap orang yang terlibat dengan pengakuan bahwa semua
tenaga layanan kesehatan merupakan sumber daya mutu dan produktifitas sehingga setiap tenaga
kesehatan akan merasa bahwa kontribusinya kepada organisasi layanan kesehatan dihargai.
Menghindari pemborosan setiap bagian organisasi layanan kesehatan termasuk waktu, karena waktu
adalah uang.
Mengelola semua proses untuk menghasilkan apa yang dianggap penting mendorong orang jadi inovatif
dan kreatif.
Semua kegiatan haru dikerjakan.

Tahap-tahap pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan

Standar Mutu
Penyusunan standar
Mengukur apa yang tercapai
Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan
Melakukan peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan

Keberhasilan suatu upaya pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan perlu hal-hal berikut:

Komitmen dari pemimpin organisasi puncak


Komitmen dari semua personal
Bersedia melakukan perubahan sikap
Pencatatan yang akurat
komunikasi yang efektif pada setiap untuk organisasi

Standar Jaminan Mutu


Dalam pendekatan Jaminan Mutu dikenal dua macam standar, yaitu:
1. Standar Persyaratan Minimal, yaitu persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri atas:
a) Standar masukan
b) Standar proses
c) Standar lingkungan.
2. Standar Penampilan Minimal/Standar Penampilan/Standar Keluaran, adalah penampilan minimal
pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima.
Selain itu standr juga terdiri dari (Burill & Ledoster, Archieving Quality through Continual
Improvement):
a. Standar eksternal: disusun di luar organisasi pemberi pelayanan.
b. Standar internal: disusun oleh organisasi emberi pelayanan.
Prinsip Jaminan Mutu:
a. bekerja dalam tim;
b. memberikan fokus perubahan pada proses;
c. mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan;
d. pengambilan keputusan berdasarkan data;
e. adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam perbaikan proses pelayanan.

3 Bentuk Jaminan Mutu


Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraannya, maka Jaminan mutu dapat dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu:

a. Jaminan Mutu Prospektif, dilaksanakan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan, upayanya


terutama ditujukan pada unsur masukan dan lingkungan. Contoh:

Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditetapkan standarisasi
fasilitas pelayanan kesehatan
Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti dengan perizinan yang akan ditinjau secara
berkala.
Sertifikasi, tindaklanjut dari perizinan, memberikan sertifikat kepada fasilitas dan atau profesi
kesehatan yang telah memenuhi persyaratan tertentu
Akreditasi, berntuk lain dari sertifikasi, diberikan kepada fasilitas atau profesi kesehatan setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

b. . Jaminan Mutu Konkuren, dillaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.


Perhatian utama ditujukan kepada proses, dimana proses itu diukur dengan standar yang telah ditetapkan, jika
pelayanan kesehatan tidalk sesuai dengan standar maka pelayanan kesehatan tersebut kurang bermutu.
Jaminan mutu konkuren ini paling baik, tetapi sukar dilaksanakan, sering terjadi bias, untuk menghindarkan bias
dilakukan olehPeeratau tim.

c. Jaminan Mutu Retrospektif, dilaksanakan setelah pelayanan kesehatan diselenggarakan.


Contoh:

Telaah rekam medik (medical record review


Ulasbalik Jaringan (tissue review)
Survei pelanggan (costumer survey)
Ulasbalik penggunaan (obat, darah, tempat tidur),

LO5 prioritas pemecahan masalah


Prioritasi Masalah Kesehatan Masyarakat
Penetapan prioritas harus berdasarkan data atau fakta. Untuk masalah kesehatan pada umumnya
menggunakan pendekatan epidemiologi, pendekatan teknologi upaya kesehatan, pendekatan dari aspek
lingkungan dan pendekatan sistem.
Pertimbangan dalam memilih dan memprioritaskan masalah kesehatan masyarakat antara lain:
Kegawatan masalah kesehatan masyarakat, dapat diajukan beberapa analisis misalnya dari segi apakah
masalah tersebut telah mengancam secara jelas beberapa banyak nyawa.
Besar masalah kesehatan masyarakat yang ada, besar masalah dapat dilihat dari berapa banyak orang dalam
suatu populasi dalam wilayah dan periode tertentu menderita atau terkena dampak dari penyakit atau suatu
aktivitas yang merugikan.
Distribusi masalah, masalah kesehatan masyarakat yang ada apakah telah menjangkau seluruh wilayah secara
geografis atau secara administratif.
Kecepatan penyebaran, untuk penyakit menular mungkin bisa dijelaskan dengan asumsi banyaknya kejadian
penyakit menular per satuan waktu.
Ketersediaan sumber daya, sumber daya yang dimaksud bisa beberapa hal antara lain tenaga atau petugas
kesehatan, kader, jumantik, dana, teknologi (alat atau obat, metode), sarana prasaran.
Ada beberapa teknik atau pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu dalam memilih prioritas
masalah secara sederhana, antara lain adalah: histogram, pareto diagram, MCUA, delbecq, Delphi, hanlon,
voting atau voting terbobot, dsb.
Contoh: penggunaan matriks MCUA
Tata cara penggunaan matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah kesehatan masyarakat dilakukan
dengan langkah langkah sbb:
1. Menetapkan kriteria
2. Melakukan pembobotan kriteria
3. Membuat skor masing masing kriteria terhadap masing masing masalah
4. Mengalikan nilai skor dengan bobot (5x bobot)
5. Pemberian skor dan bobot tidak mencapai konsensus

Prioritas Masalah
Prioritas masalah merupakan tahap penetapan permasalahan yang ada di masyarakat yang telah
teridentifikasi pada tahap sebelumnya yaitu penyebaran kuesioner. Untuk menetapkan prioritas masalah ini
dilakukan melalui musyawarah masyarakat atau peserta yang berkecimpung didalam pembahasan masalah
tersebut. Prioritas masalah dapat ditentukan oleh :
Bila ada waktu tertentu (kejadian atau fenomena terjadi dalam batas waktu tertentu).
Berhubungan dengan masalah yang praktis.
Berhubungan dengan populasi yang secara luas.
Dapat mengisi kesenjangan yang terjadi sehingga menjawab atau memecahkan persoalan yang ada.
Dapat digeneralisasikan dan dimanfaatkan hasilnya.
Mempertajam definisi suatu konsep atau hubungan.
Mempunyai banyak implikasi pada masalah praktis yang luas.
Dapat memberikan kreasi untuk menyusun instrumen untuk observasi dan analisis.
Memberikan kesempatan untuk pengumpulan data.
Memberikan kemungkinan untuk eksplorasi.
Alternatif Pemecahan Masalah.
Setelah diketahui permasalahan yang paling prioritas dalam masyarakat, tahap selanjutnya adalah
menetukan pemecahan dari masalah yang ada pada masyarakat.
Alternatif pemecahan masalah ini dilakukan dengan menyampaikan beberapa penyelesaian masalah
yang nantinya akan dipilih berdasarkan kemampuan dan kemauan masyarakat setempat dan memperkirakan
efek atau akibat yang akan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Prioritasi masalah kesehatan masyarakat


Banyaknya masalah menyebabkan perlu adanya
penentuan prioritas karena tidak semua masalah dapat diselesaikan dalam waktu bersamaan. Penentuan prior
itas masalah ini berguna untuk mencari penyebab dan solusinya. Penetapan prioritas harus berdasarkan data a
taufakta secara kualitatif maupun kuantitatif, subyektif atau obyektif, sertaadanya wawasan dan
kebijaksanaan serta intuisi yang
dimiliki.Penetapan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik skoring dan pembobotan. Dalam me
mprioritaskan permasalah kesehatan masyarakatada berbagai macam pertimbangan yang dapat dikemukakan
antara lain :
- Kegawatan.

Dapat dianalisis dari segi apakah masalah tersebut telahmengancam secara jelas berapa banyak nyawa, jenis
penyakit yangmenyerang masyarakat (misalkan : penyakit SARS lebih berbahayadari penyakit panu), dan segi
keparahan atau kerusakan yang dapatmengindikasikan kegawatan

- Besar Masalah. Dilihat dari berapa banyak orang dalam suatu populasidalam wilayah dan
periode tertentu menderita atau terkena dampakdari penyakit atau suatu aktivitas yang
merugikan

- Distribusi Masalah. Masalah kesehatan masyarakat yang ada apakahtelah menjangkau


seluruh wilayah secara geografis atau secaraadministratif, semakin luas jangkauannya maka
akan menjadikan masalah lebih berat. Secara epidemiologi dapat digunakan agar
lebihkomplit

- Kecepatan penyebaran. Untuk penyakit menular bisa diasumsikan banyaknya kejadian


penyakit menular per satuan waktu

- Ketersediaan Sumber Daya. Sumber daya dapat berupa tenaga,


kader, jumantik, dana, alat, sarana dan prasarana. Semakin tersedia sumberdaya , maka
masalah kesehatan masyarakat semakin dapatditanggulangi

Langkah-langkah Merumuskan Prioritas Masalah

Memilih masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting dalam melakukan penelitian, karena
pada hakikatnya seluruh proses penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan yang sudah
ditentukan sebelumnya. Memilih masalah juga merupakan hal yang tdiak mudah karena tidak adanya panduan
yang baku. Sekalipun demikian dengan latihan dan kepekaan ilmiah, pemilihan masalah yang tepat dapat
dilakukan. Menurut Abraham. L Bagaimana peneliti mencari masalah yang akan dikaji, beberapa panduan
pokok di bawah ini akan mempermudah bagi kita menemukan masalah:
a. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar dua variable atau lebih
b. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan pada umumnya
diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
c. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris, yaitu dimungkinkan adanya
pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab masalah yang sedang
dikaji.
d. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan etika.
. Cara Menetapkan Prioritas Masalah
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yakni :
1. Melakukan pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup. Untuk itu
perlulah dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan
lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk keadaan geografis, keadan pemerintahan,
kependudukan, pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya, dan keadaan kesehatan.
2. Pengolahan Data
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang lazim dipergunakan yakni
secara tekstular, tabular dan grafikal.
4. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua masalah dapat diselesaikan.
Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai
dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada
kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Scoring Technique
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk pelbagai parameter
tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :
1. Besarnya masalah
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
3. Kenaikan prevalensi masalah
4. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
5. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan.
6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
7. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.

2. Non Scoring Technique


Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data
yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah :
a. Delphin Technique
Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang
sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama
keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak
dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.
b. Delbech Technique
Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama
keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman
peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang
banyak dikemukakan adalah prioritas.
LO8 intervensi pemecahan masalah penilaian mutu dengan pdca

Siklus PDCA
1. Plan (Perencanaan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang dibutuhkan untuk menentukan
hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan
per sub-sistem
Tahapan yang dilakukan :
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanan
tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut.
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses
Teknik yang digunakan : observasi
Mengunakan alat ukur seperti wawancara
4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan
Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanyagap antara kenyataan dengan yang diinginkan,
spesifik, dapat diukur.
5.Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Menyimpulkan penyebab
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa
6.Menemukan dan memilih penyelesaian
Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
Judul rencana kerja (topic),
Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and
target),
Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
Biaya yang diperlukan (budget),
Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

2. Do (Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya. Ukuran-ukuran proses ini
juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam konsep DO ini kita harus benar-benar menghindari penundaan,
semakin kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin terbuang dan yang pasti kerjaan akan bertambah
banyak.
Tahapan yang dilakukan :
1. Merencanakan suatu proyek uji coba
Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
2. Melaksanakan Pilot Project
Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat ( 2 minggu)

3. Check (Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan apa saja hasilnya. Kita
mengecek kembali apa yang sudah kita kerjaan, sudahkan sesuai dengan standar yang ada atau masih ada
kekurangan.
Tahapan yang dilakukan
1. Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan data
harus sama)
Target yang ingin dicapai 80%
Teknik yang digunakan: observasi dan survei
Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner
2. Membuat kesimpulan proyek
Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :


Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan
yakni

4. Action (Tindak lanjut)


Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan menindaklanjuti dengan
perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjaan masih ada yang kurang atau belum sempurnya,
segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah
lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya.
Tahapan yang dilakukan :
1. Standarisasi perubahan
Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
Revisi proses yang sudah diperbaiki
Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.
Lakukan pelatihan bila perlu
Mengembangkan rencana yang jelas
Dokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan(Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur)

Anda mungkin juga menyukai