Oleh :
Lind Octaviani Irawan, S. Ked
0818011086
1018011076
10180110
1018011020
1018011086
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Quality assurance(program menjaga mutu internal & eksternal).
Dalam penyusunan Penulisan makalah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga Makalah
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanyaoleh orang
perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan olehseluruh anggota
masyarakat. Menurut Undang-undang No.23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan keadaan
sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, di antaranya mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan dan pemahaman terhadap pentingnya kesehatan (PKMK FK UGM, 2014).
Secara nasional proporsi RT mengetahui keberadaan RS pemerintah sebanyak 69,6
persen, sedangkan RS swasta 53,9 persen. RT yang mengetahui keberadaan RS
pemerintah tertinggi Bali (88,6%) sedangkan terendah Nusa Tenggara Timur (39,6%).
Pengetahuan RT tentang keberadaan RS swasta tertinggi DI Yogyakarta (82,4%) dan
terendah Sulawesi Barat (15,1%). Pengetahuan RT tentang keberadaan praktek bidan
atau rumah bersalin secara nasional adalah 66,3 persen, tertinggi di Bali (85,2%) dan
terendah di Papua (9,9%). Pengetahuan tentang keberadaan posyandu sebanyak 65,2
persen, tertinggi di Jawa Barat (78,2%) dan terendah di Bengkulu (26,0%) (Riskesdas,
2013).
Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan untuk
mempertahankan kualitas hidup, maka pasien akan semakin kritis dalam menerima
produk jasa. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu
banyak upaya yang dapat dilaksanakan. Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah
dan terencana, dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama program
menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance Program ) (PKMK FK UGM,
2014).
B. Rumusan Masalah
3.
rumah sakit?
Bagaimana program menjaga mutu kesehatan di fasilitas kesehatan primer?
C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip program menjaga mutu pelayanan kesehatan.
2. Mengetahui program menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Akreditasi
rumah sakit).
3. Mengetahui program menjaga mutu kesehatan di fasilitas kesehatan primer.
A. Pengertian
masalah
yang
ditemukan
untuk
memperbaiki
mutu
pelayanan (Maltos & Keller, 1989). Program ini adalah suatu proses untuk
memperkecil kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan
keluaran yang diinginkan dari suatu sistem, sesuai dengan batas-batas
teknologi yang dimiliki oleh sistem tersebut, dan
merupakan program
berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematis dalam memantau dan
menilai mutu dan kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang
yang tersedia untuk meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta
menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan (Ruels & Frank, 1988;
Joint Commission on Acreditation of Hospitals, 1988).
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan
masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang
telah
ditetapkan,
menetapkan
dan melaksanakan
cara penyelesaian
masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang
dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan.
a. Bersifat khas
Prinsip pertama yang harus dipenuhi adalah harus bersifat khas, dalam arti
jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan hanya
untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Dengan adanya prinsip seperti ini,
maka jelaslah untuk dapat melakukan program menjaga mutu yang baik
perlu disusun dahulu rencana kerja program menjaga mutu.
b. Mampu melaporkan setiap penyimpangan
Prinsip kedua yang harus dipenuhi ialah kemampuan untuk melaporkan
setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar. Untuk ini disebut
bahwa suatu program menjaga mutu yang baik seyogianya mempunyai
mekanisme umpan balik yang baik.
c. Fleksibel dan berorientasi pada masa depan
Prinsip ketiga yang harus dipenuhi ialah sifatnya yang fleksibel dan
berorientasi pada masa depan. Program menjaga mutu yang terlau kaku
dalam arti tidak tanggap terhadap setiap perubahan, bukanlah program
menjaga mutu yang baik.
d. Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi
Prinsip keempat yang harus dipenuhi ialah harus mencerminkan dan sesuai
dengan keadaan organisasi. Program menjaga mutu yang berlebihan,
terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
tidak akan ekonomis dan karena itu bukanlah suatu program yang baik.
e. Mudah dilaksanakan
Prinsip kelima adalah tentang kemudahan pelaksanaannya, inilah sebabnya
sering dikembangkan program menjaga mutu mandiri (Self assesment). Ada
6
baiknya
program
tersebut
dilakukan
secara
langsung,
dalam
arti
Mudah dimengerti
Prinsip
keenam
yang
harus
dipenuhi
ialah
tentang
kemudahan
banyak
(Standardization),
peraturan
perizinan
perundang-undangan,
(Licensure),
di
Sertifikasi
antaranya
Standardisasi
(Certification),
akreditasi
(Accreditation).
2. Program menjaga mutu konkuren (Concurent quality assurance)
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu konkuren adalah yang diselenggarakan
bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih
ditujukan pada standar proses, yakni memantau dan menilai tindakan medis,
keperawatan dan non medis yang dilakukan.
3. Program Menjaga Mutu Restrospektif (Retrospective Quality Assurance)
Yang dimaksud dengan
program menjaga
mutu
diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih
ditujukan pada standar keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan
kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai bersifat tidak langsung, dapat berupa
hasil kerja pelaksana pelayanan .atau berupa pandangan pemakai jasa kesehatan.
Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah : Record review, tissue review,
survei klien dan lain-lain.
D. Program Menjaga Mutu Pelayanan di Rumah Sakit
Program menjaga mutu merupakan salah satu faktor penting dan fundamental,
khususnya bagi manajemen Rumah Sakit (RS), sebab menentukan hidup matinya
pelayanan di RS. Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia antara lain adalah
terselenggaranya pelayanan kesehatan dan semakin bermutu dan merata. Dalam upaya
mencapai sasaran ini, maka ditetapkan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
sebagai bagian dari tujuan program pembangunan kesehatan. Pelayanan rumah sakit di
Indonesia secara umum cenderung belum mencapai kualitas optimal. Fenomena ini
merupakan faktor mendasar yang mendorong pemerintah untuk melaksanakan
akreditasi rumah sakit (redaksi jendela rumah sakit, 1996).
Tujuan akreditasi, antara lain adalah memberikan jaminan dan kepuasan kepada
customer dan masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit kelak
diselenggarakan sebaik mungkin (redaksi jendela rumah sakit, 1996). Kualitas
pelayanan kesehatan seperti dirumah sakit, merupakan suatu fenomena yang unik,
sebab dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara orang-orang yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan. Menurut Azwar (1996), untuk mengatasi perbedaan diatas
seyogiaya yang dipakai sebagai pedoman adalah hakikat dasar dari penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa
pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntuan setiap pasien.
Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang berfungsi mewujudkan pranata upaya
pelayanan kesehatan terbesar pada masyarakat dijaman moderen ini. Menurut Lumenta
(1987), rumah sakit didirikan sebagai suatu tempat untuk memenuhi berbagai
permintaan pasien dan dokter, agar penyelesaian masalah kesehatan dapat
melaksanakan dengan baik.
Keberhasilan rumah sakit untuk memecahkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat harus diakui. Berbagai keberhasilan yang dicapai telah pula menyebabkan
tingginya tingkat ketergantungan sebagian masyarakat terhadap rumah sakit untuk
mengatasi berbagai keluhan kesehatannya (Foster and Anderson, 1986; Jhonson and
Sargent, 1990). Berbagai keberhasilan yang telah dibuktikan, tidak berarti rumah sakit
telah sepenuhnya dapat mengatasi masalah pelayanan kesehatannya. Selaras
perkembangan masyarakat, tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan terhadap
kualitas pelayanan kesehatan di Rumah sakit cenderung semakin meningkat.
10
Indikator pelayanan kesehatan yang dipilih pasien sebagai prioritas ukuran kualitas
pelayanan kesehatan, cenderung akan menjadi sumber utama terbentuknya tingkat
kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah hasil penilaian pasien berdasarkan
perasaanya, terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang telah
menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit; atau dapat
dinyatakan sebagai cara pasien rumah sakit mengevaluasi sampai seberapa besar
tingkat kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga dapat menimbulkan tingkat rasa
kepuasan.
Tingkat kepuasan pasien menunjuk pada prioritas indikator kualitas pelayanan
kesehatan. Selaras bahwa kepuasan merupakan hasil penilaian perasaan yang lebih
bersifat subjektif, maka hal ini menunjuk pada dimensi abstrak yang relatif abstrak atau
kurang eksak, para ahli telah banyak mengembangkan model pengukuran yang dapat
digunakan untuk mengkuantifikasi dimensi abstrak dari suatu penomena (dimensi
keperibadian, sikap, atau perilaku) agar lebih mudah dipahami.
11
Berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan Likert (dikenal dengan istilah
skala Likert), kepuasan pasien dapat dikategorikan dan dikuantifikasi, seperti:
a.
Sangat puas, diartikan sebagai ukuran subjektif hasil hasil penilaian perasaan pasien
yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai
kebutuhan atau keinginan pasien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah
(untuk hubungan dengan dokter atau perawat), atau sangat cepat (untuk proses
administrasi); yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang paling tinggi.
b.
Agak puas, diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien, yang
menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan
atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak kurang cepat (proses
administrasi), atau agak kurang ramah, yang seluruhnya hal ini menggambarkan tingkat
kualitas yang kategori sedang.
c.
Tidak puas, diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasienyang
rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau
keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk proses
administasi), atau tidak ramah, yang seluruhnya hal ini menggambarkan tingkat kualitas
yang kategori paling rendah.
Penilaian baik buruknya mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari 4 komponen,
yaitu :
a.
Aspek klinis, yaitu pelayanan medis dokter, perawat, dan terkait teknis medis.
b.
Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien dari hal-hal yang dapat
membahayakan keselamatan pasien, seperti jatuh, kebakaran, dll
12
c.
Efisiensi dan efektifitas, yaitu pelayanan yang murah, tepat guna.tepat terapi dan
diagnosa.
d.
dan
Keperawatan.
13
b.
Pelayanan Publik.
h.
Melaksanakan Akuntabilitas Publik.
i.
Pemanfaatan SIK dg TI untuk peningkatan pelayanan dan surveilans epidemiologi
(dalam taraf proses pengembangan)
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah penting dan sudah merupakan
tuntutan karena adanya berbagai faktor penyebab. Untuk mencapai hasil yang baik
maka upaya tersebut harus dilaksanakan secara terpadu, multi disiplin, melibatkan
seluruh karyawan terkait, pasien/keluarganya, serta hendaknya menjadi bagian yang
tidak terpisahkan (built-in) dari pelayanan itu sendiri, yang harus dilaksanakan secara
terus menerus dan berkesinambungan.
2.
Langkah pelaksanaan
15
Tim ini haruslah mendapat surat keputusan, minimal dari Kepala Puskesmas, dan
mendapat dukungan sepenuhnya dari Kepala Puskesmas dan petugas puskesmas
lainnya.
Adanya prosedur kerja dan adanya standar pelayanan profesi akan memperkecil variasi,
baik dalam komponen masukan (input) maupun dalam proses, sehingga akhirnya akan
didapatkan keluaran (output) yang sama dan konsisten. Oleh sebab itu, kerja tim
jaminan mutu Puskesmas dapat dimulai dari pembuatan alur kerja seluruh komponen
kegiatan Puskesmas: mulai dari alur kerja loket, alur kerja pelayanan, laboratorium,
pengambilan obat, dan lain sebagainya.
Penilaian tingkat kepatuhan terhadap standar ini dapat dilakukan oleh rekan kerja dari
puskesmas lain, atau rekan kerja dari puskesmas yang sama tetapi harus dijaga
kerahasiaan rekan yang ditunjuk sebagai penilai. Untuk menilai tingkat kepatuhan,
digunakan daftar tilik penilaian yang telah dikembangkan lebih dahulu. Daftar tilik
adalah suatu instrument yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh
pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sesuai dengan
kegunaannya, daftar tilik dapat digunakan untuk mengukur kelengkapan sarana dan
16
Tim Jaminan mutu Puskesmas mempunyai tanggung jawab untuk mengolah data dan
menyajikan data temuan dalam salah satu rapat bulanan Puskesmas. Umpan balik atas
data yang dikumpulkan sangat penting mengingat informasi ini akan digunakan sebagai
dasar penentuan masalah dan dasar untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Jika nilai
tingkat kepatuhan terhadap standar mencapai angka di bawah 80 %, maka keadaan ini
perlu diperbaiaki dengan melakukan intervensi terhadap penyebab rendahnya tingkat
kepatuhan terhadap standar itu.
Tim jaminan mutu Puskesmas secara pararel diharapkan dapat membuat prosedur atau
kegiatan agar tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diterima dapat
diketahui. Survey kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan secara sederhana, misalnya
hanya dengan mengetahui persentase pasien yang tidak puas dengan pelayanan yang
diterima melalui penyediaan dua kotak, yang satu bertuliskan puas dan satunya tidak
puas. Survei ini dapat dilakukan selama 1 minggu atau laebih. Jika ditemukan lebih
17
dari 5% pasien tidak puas, perlu dilakukan tindakan segera untuk mengetahui sebabsebab ketidakpuasan pasien.
a. Identifikasi masalah
b. Penentuan prioritas masalah
c. Mencari penyebab masalah
d. Mencari alternative pemecahan masalah
e. Menetapkan pemecahan masalah
f.
18
Langkah 9: Evaluasi
Pada akhir bulan kegiatan, tim jaminan mutu puskesmas hendaknya melakukan
penyajian hasil kegiatan yang telah dilakukan bertempat di dinas kesehatan
kabupaten/kota. Kegiatan ini sekaligus merupakan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan
yang telah berjalan.
F.
19
Yang dimaksud dengan Program menjaga mutu internal adalah bentuk kedudukan
organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu berada
di dalam institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Untuk ini di dalam
institusi pelayanan kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi secara khusus
diserahkan tanggung jawab akan menyelenggarakan Program Menjaga Mutu internal.
Jika ditinjau dari peranan para pelaksananya, secara umum dapat dibedakan atas dua
macam:
Para pelaksana Program Menjaga Mutu adalah para ahli yang tidak terlibat
dalam pelayanan kesehatan (expert group) yang secara khusus diberikan
Dari dua bentuk organisasi yang dapat dibentuk ini, yang dinilai paling baik adalah
bentuk yang kedua, karena sesungguhnya yang paling bertanggung jawab
menyelenggarakan Program Menjaga Mutu seyogyanya bukan orang lain melainkan
adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan itu sendiri.
2.Program Menjaga Mutu Eksternal(Eksternal Quality Assurance)
Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan
program menjaga mutu berada diluar institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Untuk ini, biasanya untuk suatu wilayah kerja tertentu dan/atau untuk
kepentingan
tertentu,
dibentuklah
suatu
organisasi,
diluar
institusi
yang
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan,
yang
diserahkan
tanggung
jawab
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan,
yang
diserahkan
tanggung
jawab
20
petugas kesehatan.
Dengan mendengar keluahan pasien dan keluarganya, masyarakat, serta
petugas kesehatan.
Dengan membaca serta memeriksa catatan dan laporan serta rekam medik.
Inventarisasi masalah mutu layanan kesehatan dasar akan dilakukan oleh kelompok.
Jaminan mutu layanan kesehatan melalui curah pendapat atau teknik kelompok
nominal. Setiap anggota kelompok diminta mengemukakan sebanyak mungkin masalah
21
mutu layanan kesehatan. Setelah terkumpul, masalah mutu tersebut harus diseleksi
untuk membedakan mana yang benar-benar masalah mutu atau bukan. Seleksi
dilakukan melalui klarifikasi dan konfirmasi terhadap masalah yang terkumpul.
Klarifikasi di sini ditujukan untuk menghilangkan atau memperjelas masalah yang
belum atau tidak jelas dan untuk menghindari terjadinya masalah mutu layanan
kesehatan yang tumpang tindih. Konfirmasi maksudnya adalah terdapatnya dukungan
data untuk setiap masalah yang telah diklarifikasikan sebagai bukti bahwa masalah
mutu layanan kesehatan memang ada. Setelah dilakukan klarifikasi dan konfirmasi,
maka yang bukan masalah mutu akan disingkirkan, sementara masalah mutu yang
tersisa akan ditentukan prioritasnya. Masalah mutu yang baik dapat digunakan sebagai
bahan ajar untuk mencari pengalaman dalam memecahkan masalah mutu layanan
kesehatan.
Karakteristik
masalah
mutu
semacam
ini
antara
lain
1.Mudah dikenali, karena biasanya dapat dipecahkan dengan mudah dan cepat.
2.Masalah mutu layanan kesehatan, yang menurut petugas layanan penting;.
3.Masalah mutu layanan kesehatan yang mempunyai hubungan emosional dengan
petugas layanan. Program Menjaga Mutu Eksternal (External Quality Assurance
Program
Menjaga Mutu Eksternal adalah kegiatan program menjaga mutu diselenggarakan oleh
suatu organisasi khususnya yang dibentuk diluar institusi kesehatan seperti halnya
professionl standar review organization (PSRO) di Amerika Serikat atau di Indonesia.
Tim penjaga mutu pelayanan kontrasepsi mantap provinsi yang dikoordinir oleh
perkumpulan kontrasepsi mantap Indonesia (PKMI) untuk memantau, menilai serta
22
membantu
meningkatkan
mutu
pelayanan
vasektomi
dan
tubektomi
yang
23
DAFTAR PUSTAKA
Pelayanan
Kesehatan
&
Service
Recovery.
Laksono Trisantoro, Good Governance dan Sistem Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan,
Surabaya, 2005.
Pendukung Untuk Mahasiswa, Akademik, Pimpinan, organisasi, dan Praktisi Kesehatan.
www.USU digital library.com
PKMK
FK
UGM.
Mutu
Pelayanan
Kesehatan.
http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/1516
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Siswianti, Valentina. 2006. Badan mutu pelayanan kesehatan Forum mutu Pelayanan
Kesehatan (IHQN).
Utama, Surya. 2003. Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit, Referensi
24