Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi pada sistem saraf diklasifikasikan berdasarkan jaringan yang terkena
infeksi; (1) infeksi pada selaput pembungkus otak (meningeal), yang melibatkan
lapisan
dura
secara
primer
(pachymeningitis)
atau
lapisan
pia-araknoid
(leptomenigitis) dan (2) infeksi pada parenkim serebral dan parenkim pada bagaian
spine (ensefalitis atau myelitis). Pada kebanyakan kasus didapatkan kedua dua
meninges dan parenkim otak terkena dengan pelbagai derajat infeksi.
Infeksi pada susunan saraf pusat (SSP) secara akut merupakan salah satu
penyakit yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Kerusakan sistem saraf
pusat sebenarnya tidak hanya karena adanya mikroorganisme, tetapi lebih diakibatkan
oleh proses inflamasi sebagai respon adanya mikroorganisme tersebut. Penyakit
meningitis dapat terjadi pada semua tingkat, usia, namun kalangan usia muda lebih
rentan terserang penyakit ini.(1)
BAB II
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Nn.A
Umur
: 17 tahun
Alamat
: Teluk Betung
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pelajar
Status
: Belum menikah
Suku Bangsa
: Lampung
Tanggal Masuk
: 21 Juli 2015
Tanggal pemeriksaan
: 28 Juli 2015
: Alloanamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien datang ke RSUDAM dengan keluhan demam tinggi sejak 7 hari yang lalu.
Demam dirasakan sepanjang hari, demam tidak turun walaupun sudah minum obat
penurun panas. Demam tidak disertai dengan kejang. Pasien juga sering mengeluhkan
nyeri kepala hebat yang dirasakan menetap sepanjang hari. Pasien juga mengatakan
nyeri kepala bertambah saat sedang batuk dan buang air besar. Pasien juga
mengeluhkan mual disertai dengan muntah, sehingga nafsu makannya menurun dan
lemas, karena apa yang dimakan dimuntahkan lagi.
Pasien memiliki riwayat sakit telinga sejak 4 tahun yang lalu, pasien sering keluar
cairan kental berwarna kuning dan berbau dari telinga kanannya, dan tidak bercampur
dengan darah. Selain itu, pasien merasa pendengarannya telinga kanannya berkurang
dan disertai dengan mendengung. Pasien menyangkal adanya riwayat jatuh.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien 1 bulan yang lalu juga pernah dirawat di Rumah Sakit Bumi Waras dengan
keluhan yang sama, pasien mengeluhkan demam tinggi dan nyeri kepala hebat
sepanjang hari, disertai dengan kejang dan mual muntah. Setelah 2 minggu dirawat
pasien mengalami perbaikan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
-
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
Vital sign
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 39,4 o C
Gizi
: cukup
Status Generalis
-
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
-
Leher
Pembesaran KGB
JVP
: Normal
Trakhea
: Di tengah
Toraks
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: BJA
Auskultasi
: ICS II parasternal
BJKa
BJKi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor / sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar, simetris
Palpasi
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
Extremitas
Superior
Inferior
Status Neurologis
-
Saraf Cranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung
: Normosmia
N.Opticus (N.II)
Tajam penglihatan
Lapang penglihatan
Tes warna
Tidak dilakukan
Fundus oculi
Tidak dilakukan
: (-/-)
- Endophtalmus
: (-/-)
- Exopthalmus
: (-/-)
Pupil
- Ukuran
: 3mm/ 3mm
- Bentuk
: Bulat / Bulat
- Isokor/anisokor
: Isokor
- Posisi
: Sentral / Sentral
+/+
+/+
Dekstra
Sinistra
- Medial
: Baik
Baik
- Lateral
: Baik
Baik
- Superior
: Baik
Baik
- Inferior
: Baik
Baik
- Obliqus superior
: Baik
Baik
- Obliqus inferior
: Baik
Baik
: +
: +
N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus
: Baik
- Ramus maksilaris
: Baik
- Ramus mandibularis
: Baik
Motorik
- M. masseter
- M. temporalis
- M. pterygoideus
Refleks
- Refleks kornea
: (+/+)
- Refleks bersin
: +
N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam
: Simetris
- Tertawa
: Simetris
- Meringis
: Simetris
- Bersiul
: Simetris
- Menutup mata
: Simetris
: Simetris
: Simetris
- Mengangkat alis
: Simetris
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah
: Baik
N. Vestibulocochlearis/ N. Acusticus(N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran
: Baik
- Tinitus
: + auricula dekstra
N.vestibularis
- Test vertigo
: tidak dilakukan
- Nistagmus
: tidak dilakuakan
: Tidak ada
- Posisi uvula
: Ditengah
- Palatum mole
: Simetris
- Arcus palatoglossus
: Simetris
- Arcus palatoparingeus
: Simetris
- Refleks batuk
: +
- Refleks muntah
: +
- Peristaltik usus
: Normal
- Bradikardi
: (-)
- Takikardi
: (-)
N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus
: Baik
- M.Trapezius
: Baik
N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi
: (-)
- Fasikulasi
: (-)
- Deviasi
: (-)
: (+)
Kernig test
: (-)
Laseque test
: (-)
Brudzinsky I
: (+)
Brudzinsky II
: (-)
Sistem Motorik
Gerak
Kekuatan otot
Tonus
Klonus
Superior ka/ki
Aktif/aktif
5/5
Normotonus/normotonus
-/-
Inferior ka/ki
Aktif/aktif
5/5
Normotons/normotonus
-/-
Atropi
-/-
Refleks fisiologis
Refleks patologis
-/-
Biceps (+/+)
Pattela (+/+)
Triceps (+/+)
Achiles (+/+)
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba
: Baik
- Rasa nyeri
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
- Rasa getar
: Baik
: Baik
: Tidak ada
Koordinasi
Tes telunjuk hidung
: Baik
: Baik
: Normal
Defekasi
: Normal
Salivasi
: Normal
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa
: Baik
Fungsi orientasi
: Baik
Fungsi memori
: Baik
Fungsi emosi
: Baik
: 12,2 gr/dl
Hematokrit
: 39%
Leukosit
: 16.100/ul
Hitung jenis
: 0/1/0/69/32/7
Trombosit
: 699.000/ul
10
Pasien memiliki riwayat sakit telinga sejak 4 tahun yang lalu, pasien sering
keluar cairan kental berwarna kuning dan berbau dari telinga kanannya, dan tidak
bercampur dengan darah. Selain itu, pasien merasa pendengarannya telinga
kanannya berkurang dan disertai dengan mendengung. Pasien menyangkal
adanya riwayat jatuh. Pasien 1 bulan yang lalu juga pernah dirawat di Rumah
Sakit Bumi Waras dengan keluhan yang sama, pasien mengeluhkan demam
tinggi dan nyeri kepala hebat sepanjang hari, disertai dengan kejang dan mual
muntah. Setelah 2 minggu dirawat pasien mengalami perbaikan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos, GCS E4V5M6 = 15. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84
x/menit, RR 20 x/menit, T 39,4oC. Pada status generalis didapatkan pemeriksaan
dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis, nervus cranial dalam batas
normal. Diitemukan gejala rangsang meningeal, yaitu kaku kuduk dan
brudzinsky I positif. Refleks fisiologis positif pada keempat ekstremitas, refleks
patologis negatif. Pemeriksaan motorik ditemukan lateralisasi ke kiri, kekuatan
otot pada ekstremitas atas 5/0, ekstremitas inferior 5/0. Sensibilitas baik,
koordinasi baik, saraf otonom baik, pemerikasaan fungsi baik. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis yaitu 16.100/ul. Pada pemeriksaan foto
rontgen mastoid dekstra ditemukan mastoiditis.
E. Diagnosis
Klinis
: Meningitis bakterial
Topis
: Meningen
Etiologi
F. Diagnosis Banding
Ensefalitis
11
G. Penatalaksanaan
1. Umum
2.
Tirah baring
Medikamentosa
-
Metronidazole 500mg/8jam
Paracetamol 3x500 mg
H2O2 3% 35 gtt AD
3. Rencana pemeriksaan
- Pemeriksaan kultur darah
- Pemeriksaan cairan serebrospinal
I.
Prognosa
Quo ad vitam
= Dubia ad bonam
Quo ad functionam
= Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
= Dubia ad malam
BAB III
12
TINJUAN PUSTAKA
Meningitis bakterial merupakan salah satu jenis penyakit infeksi pada selaput
pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang subarakhnoid.
Meningitis bakterial sering disertai dengan peradangan parenkim otak atau yang
disebut dengan meningoensefalitis. Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan agen lainnya. Meningitis bakterial merupakan penyakit yang serius atau
penyakit kedaruratan medik apabila tidak ditangani dengan baik dan tepat.4
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen,
dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan subarahnoid. Meningitis
bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian sekitar 25
%. Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat
akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai
meningitis purulen atau meningitis septik. Bakteri yang dapat mengakibatkan
serangan meningitis adalah; Streptococcus pneuemonia (pneumococcus), Neisseria
meningitides, Haemophilus influenza, (meningococcus), Staphylococcus aureus, dan
Mycobacterium tuberculosis.5
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Meninges terdiri daripada tiga jaringan ikat membran yang terletak di bagian luar organ
sistem saraf pusat. Fungsi dari lapisan selaput otak ini adalah:
1. Melapisi dan memberikan proteksi kepada struktur organ sistem saraf pusat (otak
dan medula spinalis).
2. Memberikan proteksi pembuluh darah yang terdapat di otak dan menutupi sinus
venosus.
3. Mengandungi likour serebrospinalis
4. Membentuk partisi/ bagian bagian dari otak.(3)
Struktur meninges dari luar adalah, dura mater, araknoid mater, dan pia mater.
13
a. Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan
darah untuk struktur-struktur ini.
b. Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter dan duramater.
c. Duramater
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan ikat
tebal dan kuat.(4)
II. EPIDEMIOLOGI
14
angka itu 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara kurang berkembang.
Meningitis akut bakterial merupakan salah satu dari 10 penyebab infeksi terkait
kematian di seluruh dunia dan 30-50% dari pasien yang selamat memiliki gejala sisa
neurologis permanen. Organisme penyebab meningitis akut bakterial
dapat
diperkirakan dari usia pasien, faktor predisposisi yang mendasari penyakit dan proses
imunologi. Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis adalah dua agen
etiologi yang paling umum. Meningitis akut bakterial pada bayi imunokompeten (> 4
minggu) dan anak-anak, serta pada orang dewasa, yang mencapai hampir 80% dari
semua kasus, diikuti oleh Listeria monocytogenes dan staphylococcus. Gram-negatif
bacilli (E. coli, Klebsiella, Enterobacter dan Pseudomonas aeruginosa) memberikan
kontribusi <10% dari kasus.2
Meningitis yang disebabkan oleh capsular Haemophilus influenzae strain b (Hib)
adalah penyebab utama meningitis pada bayi dan anak-anak. Pada pasien
immunocompromised, agen penyebab yang paling umum adalah S. Pneumoniae, L.
monocytogenes dan basil Gram-negatif, termasuk Ps. aeruginosa. Infeksi bakteri
lebih dari satu agen penyebab biasanya 1% dari semua kasus meningitis akut
bakterial dan terlihat pada pasien yang imunosupresif, patah tulang tengkorak atau
eksternal dural fistula, otitis, dan sinusitis.2
Meningitis bakteri nosokomial sering disebabkan oleh staphylococcus (aureus dan
albus,
termasuk
methicillinresistant
strain)
dan
basil
Gram-negatif.
Enterobacteriaceae adalah agen etiologi yang paling umum. Saat ini, S. pneumoniae
telah muncul sebagai penyebab tunggal paling umum dari community-acquired
meningitis bakterial bayi pasca natal di negara maju dan negara-negara berkembang.
Prevalensi meningitis bakterial sebesar > 2,5 kasus per 100.000 populasi di Amerika
Serikat. Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab utama (50%), diikuti oleh
Neisseria meningitidis
monocytogenes (10%).3
15
Data dari salah satu rumah sakit di Surabaya pada tahun 2000 hingga pertengahan
tahun 2001 menunjukkan jumlah 31 penderita meningitis. Usia kurang dari satu tahun
22,6%; usia 1-5 tahun 3,2%; usia 5-15 tahun 6,4%; usia 15-25 tahun 32%; usia 25-45
tahun 16,1%; usia 45-65 tahun 16;1%; usia lebih dari 65 tahun 3,2%. Dari 31
penderita tersebut sebanyak delapan orang (25,8%) meninggal dunia.1
III. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab dari meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri, dan
selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur. Dari hasil laporan kasus,
bakteri penyebab meningitis terbanyak disebabkan oleh: Hemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis.3
Tabel 1. Bakteri Penyebab Meningitis Bakterial Tersering Menurut Usia.3
Bakteri pathogen
<
Sreptococcus grup B
bln
+
E. coli
Listeria
3 3bln-<18
thn
18-
>50 thn
50thn
monocytogenes
Neisseria meningitidis
Streptococcus
pneumoniae
Hemophilus influenzae
Siapa pun bisa terkena meningitis bakterial. Namun ada beberapa kelompok
orang yang berisiko lebih tinggi. Ini termasuk orang-orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang rendah dan mereka yang baru menjalani operasi otak atau sinus
paranasalis dengan pengobatan yang buruk atau infeksi telinga. Hal ini
memungkinkan infeksi menyebar lebih mudah. Berbagai jenis bakteri dapat
16
menyebabkan meningitis bakterial pada bayi, anak-anak, dewasa muda, dan orang
tua.4 Meningitis paling sering menyerang anak-anak usia 1 bulan - 2 tahun. Wabah
meningitis meningokokus bisa terjadi dalam suatu lingkungan, misalnya perkemahan
militer, asrama mahasiswa atau sekumpulan orang yang berhubungan dekat.1
IV. PATOFISIOLOGI
Streptococcus pneumoniae dan neisseria meningitides mendahului meningitis dengan
kolonisasi di nasofaring. Bakteri-bakteri ini mampu melewati dinding epitel
nasofaring dan memasuki aliran darah melalui mekanisme endo-eksostitosis atau
melakukan invasi langsung yang merusak dinding sel vascular. Dalam aliran darah
bakteri mampu menghindari fagositosis karena memiliki kapsul polisakarida.6
Melalui aliran darah patogen ini mencapai sel-sel plexus choroid yang ada dalam
ventrikel otak dan mencapai cairan otak. Ketika berada dalam cairan otak (Cerebro
spinal fluid/CSF) bakteri mampu bermultiplikasi dengan cepat karena sel-sel
pendukung imunitas jumlahnya tidak memadai dalam CSF. Bakteri yang mengalami
lisis oleh fagositosis akan menyebabkan reaksi imun karena dinding selnya yang
bersifat toksin sehingga terjadi reaksi inflamasi purulenta. Komponen toksik ini
misalnya lippopolisakarida (LPS) dari bakteri gram negatif dan peptidoglikan dan
asam teikhoat dari S. Pneumoniae. Pelepasan komponen ini diikuti pelepasan sitokin
oleh sel microglia, endotel vascular, astrosit, dan monosit.6
Agen penyebab
Edema serebri peningkatan TIK gangguan sirkulasi darah otak6
Tabel 2
Early events
Fase 1
Fase 2
Fase 3
Pelepasan sitokin
Ensefalopati
Kerusakan
Gangguan
Cedera focal
pro-inflamasi dari
subpial yang
pada blood
CBF,
neuronal
diinduksi oleh
brain barrier,
naiknya
konsekuen
sitokin dan
emigrasi
tekanan
peradangan ruang
mediator kimia
leukosit
intracranial
subaraknoid
transendotheli dan
al
vaskulitis
dan proses
edema
serebral
Demam, sakit kepala Meningism,
kebingungan,
Gangguan
Obtundatio Kelumpuhan
kesadaran,
n, kejang,
, penurunan
18
kadar
glukosa peningkatan
CSF berkurang
tekanan CSF,
gejala
nilai
neurologis
kognitif,
meningkatnya focal
koma,
protein CSF,
gejala fokal
tanda
kematian
(misalnya
pada
cranial
kasus
nerve
tidak diobati
yang
palsies)
memperlihatkan
kemampuan
untuk
mempertahankan
proses
bakteremianya. Pada tahap akhir, bakteri dalam darah akan mencapai selaput
leptomening dan ruang subarakhnoid yang hingga saat ini belum diketahui secara
jelas prosesnya.1
Patologi dari meningitis sebagian besar terjadi akibat peningkatan kadar sitokin dan
kemokin. Sitokin yang berperan antara lain tumor necrotic factor (TNF) dan
interleukin-1 (IL-1) yang bekerja sinergis menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah otak sehingga terjadi edema vasogenik. Exudat yang berada di
ruangan subarachnoid dan berbagai secret berisi protein mampu menyumbat aliran
19
20
Tanda dan gejala lain yang tidak khas pada pasien meningitis adalah terjadi
hipersensitivitas kulit, hiperanalgesia, dan hipotonus otot, walaupun fungsi motorik
masih dapat dipertahankan. Efek toksin pada otak atau thrombus pada suplai vaskular
ke area serebral menyebabkan ketidakmampuan permanen fungsi serebral, jika terjadi
perubahan patologi, maka dapat terjadi hemiparesis, demensia, dan paralisis.5
Akut, fulminan, dengan tanda-tanda khas trias klasik (3 tanda klasik) yang berupa:
demam, kaku kuduk dan penurunan kesadaran. Tanda-tanda kaku kuduk biasanya
sulit ditemukan pada keadaan tertentu seperti pada orang tua, neutropenia, gangguan
imunologi serta pada neonatus.1
Selain tiga tanda diatas mual, muntah, kejang, fotofobia dan pada bayi sering
ditemukan bulging (benjolan) pada fontanela bayi atau neonatus. Apabila ditemukan
dalam keadaan koma, prognosinya akan buruk, dimana hal ini ditemukan pada 5-10
% kasus yang ada.1
Kecurigaan terhadap adanya meningitis akut bakterial sangat tergantung pada awal
diketahuinya sindrom meningitis. Dalam sebuah penelitian di Belanda pasien orang
dewasa dengan community-acquired meningitis bakterial, maka sensitivitas dari triad
klasik : Kaku kuduk, demam, dan perubahan status mental menjadi rendah, tapi
hampir semua pasien dengan meningitis akut bakterial memiliki setidaknya dua dari
empat gejala sakit kepala, demam, kaku kuduk dan perubahan status mental. Pada
anak-anak, lekas marah, menolak makan, muntah dan kejang sering merupakan
sebagai gejala awal. Tingkat kesadaran pada meningitis akut bakterial adalah variabel
dan dapat berkisar dari mengantuk, kebingungan, pingsan sampai koma.2
VI.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Awitan gejala akut (<24 jam) disertai trias meningitis : demam, nyeri kepala hebat,
dan kaku kuduk. Gejala lain yaitu : mual, muntah, fotofobia, kejang fokal atau umum,
21
22
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
e. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral. (7)
Pemeriksaan penunjang
PCR
Sensitivitas 100%, spesifisitas 98,2%
Deteksi asam nukleat bakteri pada CSS, tidak dipengaruhi terapi antimikroba
yang telah diberikan
Kultur darah
Dilakukan segera untuk mengidentifikasi organisme penyebab. 3
Pencitraan
CT scan kepala
Pada permulaan penyakit, CT scan tampak normal
23
MRI kepala
Lebih baik dibandingkan CT scan dalam menunjukkan daerah edema dan
iskemik di otak
Penambahan
kontras
gadolinium
menunjukkan
diffuse
meningeal
enhancement. 3
Pemeriksaan CSS pada pasien dengan meningitis bakteri akut menunjukkan
gambaran pleiositosis neutrophilic (biasanya ratusan hingga beberapa ribu, dengan>
80% PMN sel). Dalam beberapa kasus meningitis L -monocytogenes (25-30%),
dominasi lymphocytic mungkin terjadi. CSF jumlah WBC yang rendah (<20 sel / uL)
menandakan adanya jumlah bakteri yang tinggi dan prognosis yang buruk. Adapun
gambaran CSF pada kasus meningitis bakterial adalah sebagai berikut : Opening
pressure 200-300, dengan WBC count 100-5000/uL (>80% terdiri dari sel-sel PMN),
kadar glukosa <40mg/dL, kadar protein >100mg/dL, ditemukan patogen spesifik 60%
pada pewarnaan Gram dan 80% dari hasil kultur. Opening pressure (kisaran antara
80-200 mm H2O) mungkin meningkat, menunjukkan beberapa bentuk peningkatan
ICP dari edema serebral
24
VII.DIAGNOSIS BANDING
Diferensial diagnosis meningitis bakteri akut ialah penyakit infektif lainnya seperti
meningitis dan meningoencephalitis (virus, TBC, jamur, leptospiral dan amuba
primer), ensefalitis viral, abses otak abses epidural spinal (daerah servikal), infeksi
parameningeal (osteomyelitis kranial, empiema subdural), aseptic meningitis (SLE
misalnya, Behcet's, sarkoidosis), chemical meningitis (misalnya setelah terapi human
IVIg, perdarahan subaraknoid).6
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan antibiotik pertama kali yang direkomendasikan pada kasus meningitis
akut bakterial adalah melalui jalur parenteral. Terapi antibiotik empiris pada kasus
25
dugaan meningitis akut bakterial adalah Ceftriaxone 2 g 12-24 jam atau Cefotaxime 2
g 6-8 jam. Sebagai terapi alternatif dapat diberikan Meropenem 2 g 8 jam atau
Kloramfenikol 1 g 6 jam. Jika dicurigai penisilin atau sefalosporin-resistant
pneumococcus bisa digunakan Ceftriaxone atau Cefotaxime ditambah Vancomycin
60 mg/kg/24 per jam (disesuaikan dengan kreatinin clearance) setelah loading dosis
15 mg / kg. Ampisilin / Amoksisilin 2 g 4 jam jika curiga Listeria.2
Terapi antibiotik untuk bakteri patogen spesifik :
a. Penisilin-sensitif Pneumococcal meningitis (dan termasuk spesies streptococcus
lainnya yang sensitif) : Benzil Penisilin 250 000 U / kg / hari (setara dengan 2,4 g
4 jam) atau Ampisilin / Amoksisilin 2 g 4 jam atau Ceftriaxone 2 g 12 jam atau
Cefotaxime 2 g 6-8 jam.
Alternatif terapi : Meropenem 2 g 8 jam atau 60 mg/kg/24 jam atau Vancomycin
secara continuous infusion (disesuaikan dengan klirens kreatinin)setelah 15 mg /
kg dosis loading, dengan target level serum 15-25 mg / l) ditambah Rifampisin 600
mg 12 jam atau, Moksifloksasin 400 mg per hari.
b. Pneumococcus dengan kepekaan yang berkurang terhadap penisilin atau
sefalosporin : Ceftriaxone atau Cefotaxime plus Vancomycin Rifampisin.
Alternatif terapi : moksifloksasin, Meropenem atau Linezolid 600 mg
dikombinasikan dengan Rifampisin.
c. Menigococcal meningitis : Benzil Penisilin atau Ceftriaxone atau Cefotaxime.
Alternatif terapi : Meropenem atau Kloramfenikol atau moksifloksasin.
d. Haemophilus infuenzae tipe B : Ceftriaxone atau Cefotaxime
Alternatif terapi : Kloramfenikol-Ampisilin / Amoksisilin.
e. Listerial meningitis : Ampisilin atau Amoksisilin 2 g 4 jam Gentamisin 1-2 mg 8
jam selama 7 pertama - 10 hari.
Alternatif terapi : trimetoprim-sulfametoksazol 10-20 mg / kg 6-12 jam atau
Meropenem.
f. Stafilokokus spesies : Flukloksasilin 2 g 4 jam atau Vankomisin jika alergi
penisilin. Rifampisin juga harus dipertimbangkan dan Linezolid untuk methicillinresisten staphylococcal meningitis.
g. Gram-negatif Enterobacteriaceae : Ceftriaxone atau Cefotaxime atau Meropenem.
h. Pseudomonal meningitis : Meropenem Gentamisin.2
26
optimal
terapi
untuk
kasus
meningitis
akut
bakterial
tidak
Monitoring pengobatan
Secara umum, jika kondisi klinis tidak membaik dalam 48 jam setelah dimulai
antibiotik yang tepat dan sesuai (dan ada indikasi penggunaan deksametason),
pertimbangkan hal-hal berikut ini :
a. peningkatan
tekanan
intrakranial
dari
edema
serebral
atau
hidrosefalus obstruktif
b. komplikasi vaskular (arteritis atau vena sinus trombosis)
c. antibiotik yang tidak tepat
d. penetrasi antibiotik kurang kuat (vankomisin misalnya jika pasien juga
e.
f.
g.
h.
27
Pada semua pasien yang secara klinis dicurigai pneumokokus (atau Hib)
meningitis (tanda-tanda neurologis fokal awal), kami merekomendasikan
deksametason yang diberikan bersama dengan dosis pertama terapi antibiotik
empiris seperti yang telah disebutkan di atas.
Pada meningitis akut bakterial karena
penggunaan
rutin
deksametason
dosis
etiologi
tinggi
bakteri
untuk
saat
lainnya,
ini
tidak
direkomendasikan.
Jika terapi deksametason telah dimulai pada kecurigaan klinis meningitis akut
bakterial, yang kemudian terbukti tidak akurat oleh microbiolgy CSF, pengobatan
harus segera dihentikan.2
Terapi adjunctive dan simptomatik lainnya : sirkulasi shock sebagai bagian dari sepsis
berat atau dalam meningococcemia harus ditangani di neuro ICU. Pengobatan harus
terdiri dari posisi head up 30, head midline, suction minimal, deep sedation, normo
atau moderate hipotermia, dan menghindari hypercapnia. Kepala elevasi dan agen
hiperosmolar direkomendasikan untuk pengelolaan edema serebral, tetapi
belum
pernah dievaluasi secara sistematis dalam konteks bakteri meningitis. Sebagai agen
hiperosmolar manitol 20% dapat diberikan intravena baik sebagai injeksi bolus 1 g /
kg selama 10-15 menit, diulangi pada interval 4-6 jam, atau dalam dosis kecil tapi
sering (0,25 mg / kg setiap 2-3jam), untuk mempertahankan target osmolalitas serum
315 - 320 mOsm / l.
Kejang sering terjadi pada meningitis akut bakterial dan yang terkait dengan
peradangan berat, lesi struktural otak dan pneumococcal meningitis, dapat
meningkatkan angka kematian dan harus diobati dengan parenteral anticonvulsant,
seperti fenitoin (fosphenytoin).2
Antikoagulasi
profilaksis
untuk
mencegah
trombosis
vena
dalam
dapat
pengalaman dengan terapi antikoagulasi untuk trombosis sinus vena pada kasus
meningitis akut bakterial terbatas dan yang terbaik disediakan untuk pasien yang
status neurologisnya memburuk karena trombosis vena sinus dan membutuhkan
pemantauan ketat profil koagulasi dan pencitraan otak.2
IX. KOMPLIKASI
Kematian pada meningitis bakteri dapat terjadi dalam 48 jam pertama dan kadangkadang bahkan sebelum diagnosis dapat diduga. Dalam review data otopsi, dicatat
bahwa kematian karena N. meningitidis sering terjadi dalam waktu 12-24 jam dari
gejala pertama. Gejala sisa neurologis mungkin terjadi pada 20- 40% pasien.
Komplikasi audiologi telah dilaporkan pada lebih dari sepertiga anak-anak dengan
bakteri meningitis, terutama karena H. influenzae. Disfungsi kognitif, perubahan
perilaku, kejang dan penurunan motorik adalah komplikasi umum meningitis baik
pada orang dewasa dan pada anak-anak. Beberapa pasien telah mengalami komplikasi
berupa penurunan visual permanen, yang disebabkan oleh atrofi optik dari
arachnoiditis opticochiasmatic, hidrosefalus yang persisten atau sebagai akibat dari
kebutaan kortikal yang melibatkan infark arteri lobus oksipital. Kisaran defisit
motorik pasca-meningitis bisa sesisi atau bilateral hemiparesis, kelemahan gerakan
mata, paraparesis, dan kejang dengan sensori loss sesuai dengan kerusakan saraf
tulang belakang.2
Keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan mental yang tertunda merupakan
komplikasi meningitis bakteri yang terjadi pada anak-anak. Kisaran komplikasi pada
pneumokokus meningitis sangat parah. Austria sydrome adalah kondisi parah
pneumokokus invasif yang ditandai dengan meningitis, endokarditis dan pneumonia
yang membawa tingkat kematian yang tinggi. Sebuah studi baru-baru ini pada orang
dewasa telah menarik perhatian untuk
subaraknoid dan insiden lesi serebrovaskular lebih tinggi (22% arteri dan 9% vena
stroke)]. Kelelahan kronis, depresi dan gangguan tidur secara signifikan lebih tinggi
29
di antara yang selamat dari meningitis dan yang lebih kecil proporsi pasien yang
disertai dengan epilepsi di tahun-tahun kemudian.2
X. PROGNOSIS
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental
atau meninggal tergantung :
a. Umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan.
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.(9)
30
ALOGARITMA
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
31
: Meningitis bakterial
Topis
: Meningen
Etiologi
32
Kriteria untuk mendiagnosis meningitis dari anamnesis adalah awitan gejala akut
(<24 jam) disertai trias meningitis yaitu demam, nyeri kepala hebat, dan kaku kuduk.
Ketiga trias ini didapatkan pada pasien. Gejala lain yang ditemukan pada pasien
adalah mual muntah. Mungkin dapat ditemukan riwayat infeksi paru-paru, telinga,
sinus, atau katup jantung. Pada pasien didapatkan infeksi pada telinganya sejak 4
tahun yang lalu.
Pada pmeriksaan fisik dan neurologis, didapatkan :
Suhu tubuh 38C
Infeksi ekstrakranial : otitis media
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk dan brudzinski I
Pemeriksaan penunjang, didapatkan :
Serta dari foto rontgen mastoid, ditemukan mastoiditis yang menjadi sumber
infeksi
Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/mnt
- Ceftriaxone vial 1gr/12 jam
- Gentmisin amp 80mg/12 jam
- Metronidazole 500mg/8jam
- Inj. Ranitidin amp 50mg/12 jam
- Inj. Dexametason amp 5mg/8jam
- Paracetamol 3x500 mg
- H2O2 3% 35 gtt AD
- Tarivid 2x4 gtt AD
Seharusnya sebelum melakukan terapi harus dilakukan pemeriksaan penunjang kultur
darah dan lumbal pungsi untuk menentukan apa bakteri penyebab, agar terapi
antibiotik yang diberikan tepat. Namun karena belum dilakukan, maka dapat
diberikan beberapa golongan antibiotik. Disini diberikan ceftriaxone vial 1gr/12 jam,
gentamisin amp 80mg/12 jam, metronidazole 500mg/8jam. Terapi antibiotik empiris
pada kasus dugaan meningitis akut bakterial adalah ceftriaxone 2 g 12-24 jam atau
cefotaxime 2 g 6-8 jam, namun dosis yang diberikan pada pasien ini masih kurang.
Pemberian gentamisin diberikan dengan dosis 5mg/kgbb/hari, jika berat badan pasien
ini 40kg, maka pemberian gentamisin pada pasien ini seharusnya 200mg, artinya
dosis masih kurang. Pemberian gentamisin ini diindikasikan untuk bakteri gram
negatif. Metronidazole diindikasikan untuk amubiasis, trikomoniasis, serta bakteri
anaerob. Terapi dexametason direkomendasikan terutama pada pasien meningitis
dewasa dengan dosis 0,15 mg/kgbb setiap 6 jam selama 2-4 hari.
Seharusnya pada pasien ini dihilangkan sumber infeksinya, yaitu infeksi dari telinga
tengahnya (otitis media supuratif kronis). Jika sumber infeksi tidak dimusnahkan,
pasien besar kemungkinan untuk berulang mengalami penyakit meningitis ini. Terapi
OMSK tipe aman ialah dengan medikamentosa, diberikan obat pencuci telinga H2O2
34
3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
BAB V
KESIMPULAN
35
Meningitis bakterial merupakan salah satu jenis penyakit infeksi pada selaput
pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang subarakhnoid.
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan agen lainnya. Penegakkan
diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Trias meningitis yaitu demam, nyeri kepala hebat, dan kaku kuduk.
Pengobatan antibiotik pertama kali yang direkomendasikan pada kasus meningitis
akut bakterial adalah melalui jalur parenteral. Terapi antibiotik empiris pada kasus
dugaan meningitis akut bakterial adalah Ceftriaxone 2 g 12-24 jam atau Cefotaxime 2
g 6-8 jam.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
36
649659
Dewanto, G.,2009. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : Penerbit
4.
Buku Kedokteran.
Spencer, D., 2010. Changing treatments for bacterial meningitis. American
Academy of Neurology.
5. Shmaefsky,B. R. 2005. Deadly disease and epidemics meningitis (Online).
6.
http://www.gsc.mit.edu/index.php?com_pg=art-897636.htm
Van de Beek, Diedrik. 2010. Nosocomial Bacterial Meningitis. NEJM Journal of
Central
Nervous
System
37