Anda di halaman 1dari 20

BAB I

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RN
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pelimau
Tanggal periksa : 13 Agustus 2017

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan aloanamnesis.

Keluhan Utama
Benjolan pada leher sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang

 Sejak 4 tahun SMRS, pasien mengeluhkan ada benjolan di leher sebelah kiri yang semakin
lama dirasakan pasien semakin membesar, keras,bisa digerakkan atau tidak melekat pada
dasarnya, tidak kemerahan maupun tidak teraba hangat, pasien tidak merasakan sakit pada
benjolan di lehernya namun pasien merasa kurang nyaman dengan benjolan yang semakin
membesar, Pasien kemudian dibawa orang tua nya ke RSUD Kabupaten Kepulauan
Meranti.
 Pasien menyangkal memijat benjolannya
 Mual dan muntah tidak ada
 Tidak ada keluhan pada BAK dan BAB.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Diabetes Melitus (-)
- Hipertensi (-)
- Penyakit Jantung dan Ginjal (-)

1
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama dengan pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Tekanan darah : 122/74 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,1 0C

Kepala
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, diameter 3
mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+.
 Bibir : kering
 Leher : pembesaran KGB (+), terlihat massa di regio submandibular bilateral,
diameter ± 3 cm, nyeri (-), nyeri tekan (+), tidak teraba hangat dan warna benjolan
sama dengan sekitarnya, konsistensi kenyal (+), berbatas tegas (+), permukaan rata
(+), dapat digerakkan (mobile)
 Kulit : Turgor kulit baik
 Telinga, hidung dan tenggerokkan: tidak ada kelainan

Thorax
 Paru
o Inspeksi : gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris saat statis dan
dinamis
o Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
o Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
o Auskultasi : Bronkovesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/-

2
 Jantung
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis tidak teraba
o Perkusi : batas jantung kanan : Linea parasternalis dextra
batas jantung kiri : Linea midclavicularis sinistra
o Auskultasi : S1 dan S2 normal, bunyi jantung tambahan (-), murmur (-),
gallop (-).

Abdomen
 Inspeksi : datar, benjolan (-), venektasi (-)
 Palpasi : soepel, defens muscular (-), nyeri tekan (-), massa (-), pembesaran
hepar (-)
 Perkusi : timpani pada seluruh abdomen, nyeri ketok (-) pada seluruh
abdomen
 auskultasi : BU (+) N, kesan normal

Ekstremitas Superior et Inferior


Inspeksi : edema (-)
Palpasi : akral teraba hangat
Range of Movement : bebas ke segala arah

IV. DIAGNOSIS BANDING


1. STT c/ jinak c/KGB (limfadenopati)
2. Limfangioma
V. DIAGNOSIS KERJA
STT c/jinak c/KGB (limfadenopati)

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Hematologi (13 Agustus 2017)
Hb : 12 gr%
Eritrosit : 4.44 jt/mm3
Leukosit : 6260/mm3

3
Trombosit : 295.000/mm3
Ht : 36.7 vol%
MCV : 83 fl
MCH : 27 PG
MCHC : 33 %
Gol. Darah : (A+)
GDS : 80 mg/dl
Ureum :10 mg/dl
Creatinin : 0,65 mg/dl
SGOT : 48 u/l
SGPT : 38 u/l
Natrium : 139,31 mmol
Kalium : 4,08 mmol
Clorida : 106,69 mmol

VII. TERAPI
 IVFD RL 20 tetes/menit
 Konsul Bedah, Instruksi :
 Rawat di ruangan zaal anak
 Puasa Pra Operasi

4
VIII. FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning
Minggu Nyeri pada Kesadaran : composmentis Pro eksisi STT  IVFD RL 20 tetes/menit
13-08-17 benjolan di KU : tampak sakit ringan c/jinak c/KGB  Injeksi Cefazolin 1 x 1 gr
Pukul leher Vital sign (limfadenopati 30 menit pre op
14.00 wib sebelah kiri  TD : 118/75 mmHg )  Puasa 5jampre op
 Nadi : 90 x/menit  Rencana operasi eksisi
 RR : 18 x/menit tanggal 14-08-17, pukul
 T : 36,5 C 08.00 wib

Senin Nyeri pada Kesadaran : composmentis  IVFD RL 20 tetes/menit


Pro eksisi STT
14-08-17 benjolan di KU : tampak sakit ringan  Injeksi Cefazolin1 x 1 gr
c/jinak c/KGB
Pukul leher Vital sign : pukul 07.30 wib
(limfadenopati
07.00 wib sebelah kiri  TD : 110/60 mmHg )
 Nadi : 80 x/menit
 RR : 20 x/menit
 T 36,3 C

Senin Post eksisi  Bed rest


Nyeri luka Kesadaran : composmentis
14-08-17 STT c/jinak  IVFD RL 30 tetes/menit
operasi KU : baik, BU(+), mual (-)
Pukul c/KGB  Injeksi Cefriaxone 1 x
Vital sign : (limfadenopati
13.30 wib 2 gr (IV)
 TD : 110/800 mmHg )
 Nadi : 90 x/menit  Injeksi Ketorolac 3x30
mg (IV)
 RR : 22 x/menit
 Injeksi ranitidin 2x 50
 T 36,6 C
mg (IV)
 Diet biasa

Selasa Nyeri Luka Post eksisi  STOP injeksi


15-08-17 Kesadaran : composmentis
Operasi STT  AFF infus
Pukul KU : baik, BU(+), mual (-)
 Diet biasa
08.00 wib Vital sign :
 Pasien direncanakan
 TD : 120/80 mmHg
pulang
 Nadi : 70 x/menit
 Obat pulang :
 RR : 22 x/menit - Cefadroxil tab
 T 36,8 C 500 mg, 2x1
- Paracetamol tab
500 mg, 3x1

5
IX. LAPORAN OPERASI

- Pasien berbaring supine, kepala menoleh kekanan, dalam anastesi


- Lakukan antisepsis dan sepsis lapangan operasi + insisi kulit regio colli diatas
tumor, perdalam insisi kulit lapis demi lapis hingga tumor :
I. ± 3,5 cm
II. ±2 cm
- Bebaskan tumor dari jaringan sekitar, angkat dan kirim ke LAB PA
- Cuci luka operasi, sebersih mungkin dengan NaCl 0,9%
- Rekonstruksi jaringan lunak
- Operasi selesai

6
BAB II

PENDAHULUAN

Kelenjar getah bening (KGB) terdapat diberberapa tempat dalam tubuh kita. Sering
timbul benjolan-benjolan didaerah tempat KGB berada dan sering pula hal itu menimbulkan
kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien. Apakah pembesaran ini merupakan
hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari pembesaran
KGB tersebut dan dikenali pula gambaran klinisnya sehingga mengetahui tatalaksana yang
akan dilakukan.

Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita
memiliki kurang lebih 600 KGB, namun hanya di daerah submandibula, aksila atau inguinal
yang normal teraba pada orang sehat. Sekitar 55% pembesaran KGB terjadi pada daerah
kepala dan leher.

Limfadenopati merujuk pada KGB yang abnormal, baik ukuran, konsistensi dan
jumlahnya. Ada beberapa klasifikasi limfadenopati, tetapi yang sederhana dan yang biasa
digunakan klinisi adalah limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata.
Limfadenopati generalisata jika KGB membesar pada dua atau lebih daerah yang tidak
berdekatan, sedangkan limfadenopati lokalisata apabila pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja.

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KGB

Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati


lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati
lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi
terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut.

Gambar Lokasi kelenjar getah bening


(KGB) di daerah kepala dan leher.

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai
(kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening
eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui
lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di
dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel.

8
Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubung-kan simpai
dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh
darah dan syaraf.
Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang
juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui
hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus
cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.

Gambar Skema kelenjar getah bening (KGB).

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan
sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel
plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit
berperan terutama pada cell-mediated immunity.
Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,
ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medula merupakan daerah yang
mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T.
Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal,
biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal
centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya
dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins
(1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar
berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas,, diluar germinal center, dan
berkembang didalam sel plasma.

9
2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai mikroorganisme
asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme.

2.2. EPIDEMIOLOGI

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada
anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu
masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan
sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.

Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun
bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan
infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan
infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.

Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limfadenopati yang
tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2%
kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati
usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita
limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%.

2.3. ETIOLOGI

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah :


 INFEKSI
- Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus,
Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus,
Adenovirus ataupun Retrovirus.

10
Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola,

Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human

Immunodeficiency Virus (HIV).

Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah satu

gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami

oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain

termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu

(influenza like illness).

Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian

melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di

KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem

limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak.

Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung immunoblas yang sangat

banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi,

pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi

banyak dijumpai sel-sel plasma.

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized

lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang

berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul

pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan

oleh infeksi HIV-nya itu sendiri.

PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di

atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih

30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali.

11
Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening

b. Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap

kelompok

c. Berlangsung lebih dari satu bulan

d. Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya

Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan

terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di

tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena

PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat,

dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran

sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur.

- Infeksi bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup

A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan

penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.

 Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit

Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch,

penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus

erithematosus (SLE).

 Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat

timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan


12
lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas,

hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).

 Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti

setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari

pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai

pembesaran KGB tersebut.

2.4. DIAGNOSIS
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.

2.4.1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat
penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki
umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat
disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau
Citomegalovirus.
Gejala penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah
dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum
(serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-
tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi
juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat
mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

13
Riwayat pemakaian obat
Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan
seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine,
sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati
generalisata).
Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi
saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang
yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.

2.4.2. Pemeriksaan fisik


Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada
penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh.
Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur
untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat
pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi,
konsistensi apakah keras atau kenyal.
a. Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.

b. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

c. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet

mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif

mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

d. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan

bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela dan

mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko

keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior.

14
Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh

infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan

pembesaran KGB generalisata.

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat

digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik

satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan

suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif

menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda

peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan

jaringan di bawahnya.

Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-minggu

sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit

diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya.

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah

pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding

tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan

pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri.

Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus

(EBV).

15
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan

penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa

mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam,

kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada

tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan kaki) dan limfadenopati

satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki.

2.4.3. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis

limfadenopati. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity,

gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi.

USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis

limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan

spesivisitas 95%.

Gambar Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya


hypoechoic, round, tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya
nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).

16
2.5 . PENGOBATAN
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus
dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.

17
BAB III
KESIMPULAN

Limfadenopati merujuk pada KGB yang abnormal, baik ukuran, konsistensi dan
jumlahnya. Ada beberapa klasifikasi limfadenopati, tetapi yang sederhana dan yang biasa
digunakan klinisi adalah limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata.
Limfadenopati generalisata jika KGB membesar pada dua atau lebih daerah yang tidak
berdekatan, sedangkan limfadenopati lokalisata apabila pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja.

Indikasi klinis yang penting dari biopsi aspirasi jarum halus pada limfadenopati
adalah untuk mengetahui apakah lesi tersebut disebabkan infeksi, metastasis atau suatu
keganasan primer. Biopsi aspirasi jarum halus mudah dilakukan pada sebagian penderita.
Meskipun demikian tindakan ini tidak boleh dilakukan pada penderita dengan gangguan
koagulasi yang parah.

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus


dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandrasoma P, Taylor CR. The Lymphoid System: Structure and Function; Infection
and Proliferation. In: Concise Pathology, Singapore, McGraw-Hill, 2001(3):433-43

2. Buku-ajar ilmu bedah/editor, R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. -Ed.2.- Jakarta: EGC, 2004.
3. Sjamsuhidajat R, Limfadenopati-bab 19, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,EGC, Jakarta:
2004,
4. Koss LG, Melamed MR. Granulomatous lymphadenitis. In: Koss’ Diagnostic Cytology
and Its Histopathologic Bases. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2006(5):1193-
97
5. Frable. Thin-Needle Aspiration Biopsy: Major Problem in Pathology. Lymph Node,
(14):74-75, 106-11

6. Superficial cervical lymph nodes. (2007 Feb 12]. Available from: http://en.wikipedia.org

7. Chandrasoma P, Taylor CR. The Lymphoid System: Structure and Function; Infection
and Proliferation. In: Concise Pathology, Singapore, McGraw-Hill, 2001(3):433-43

8. Cousar JB, Casey TT, Macon WR, McCurley TL, Swerdlow SH. Lymph Nodes. In: Mills
SE, et al. Sternberg’s Diagnostic Surgical pathology. Philadelphia; Lippincott Williams &
Wilkins, 2004(4):788-90

9. Aster JC. White Blood Cell and Lymph Nodes. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N,
Mitchell RN. Robbins and Cotaran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia; Elsevier
Saunders, 2005(7):661-702

10. Aster JC. Haemophoetic and Lymphoid system. In: Kumar V, Abbas AK,

Fausto N, Mitchell RN. Robbins basic pathology. Philadelphia: Saunders Elsevier,


2007(8):421-41

11. Mitchell RN, Kumar V, Abbas K, Fausto N. Sel Darah Putih, Limfonodi, Limfa, dan
Timus. Robbin & Cotran Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC, 2009(7):386-
428

12. Stevens A, Lowe J. Lymphoid and hemopoietic tissues, Pathology, London, Mosby
Harcourt Publisher Limited, 2000(2):305-27

19
13. Ying MTC, Ahuja AT. Ultrasonography of cervical lymph nodes. Available from:
www.droid.cuhk.edu.hk/lymph_nodes.htm

14. Warren JS, Bennett DP, Pomerantz RJ. Immunopathology In: Rubin E,

Strayer DS. Farber. Rubin’s Pathology: Clinicopathologyc Fondation of Medicine.


Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins, 1999(5):100-10

15. Cervical (neck) lymph node enlargment. 2009 [cited 2010 Feb 12]. Available from:
http://www.doctorslounge.com/

16. Kanwar VS. Lymphadenopathy. 2009 [cited 2010 Jan 23]. Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/

20

Anda mungkin juga menyukai