ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RN
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pelimau
Tanggal periksa : 13 Agustus 2017
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan aloanamnesis.
Keluhan Utama
Benjolan pada leher sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 tahun SMRS, pasien mengeluhkan ada benjolan di leher sebelah kiri yang semakin
lama dirasakan pasien semakin membesar, keras,bisa digerakkan atau tidak melekat pada
dasarnya, tidak kemerahan maupun tidak teraba hangat, pasien tidak merasakan sakit pada
benjolan di lehernya namun pasien merasa kurang nyaman dengan benjolan yang semakin
membesar, Pasien kemudian dibawa orang tua nya ke RSUD Kabupaten Kepulauan
Meranti.
Pasien menyangkal memijat benjolannya
Mual dan muntah tidak ada
Tidak ada keluhan pada BAK dan BAB.
1
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama dengan pasien.
Kepala
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, diameter 3
mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+.
Bibir : kering
Leher : pembesaran KGB (+), terlihat massa di regio submandibular bilateral,
diameter ± 3 cm, nyeri (-), nyeri tekan (+), tidak teraba hangat dan warna benjolan
sama dengan sekitarnya, konsistensi kenyal (+), berbatas tegas (+), permukaan rata
(+), dapat digerakkan (mobile)
Kulit : Turgor kulit baik
Telinga, hidung dan tenggerokkan: tidak ada kelainan
Thorax
Paru
o Inspeksi : gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris saat statis dan
dinamis
o Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
o Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
o Auskultasi : Bronkovesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/-
2
Jantung
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis tidak teraba
o Perkusi : batas jantung kanan : Linea parasternalis dextra
batas jantung kiri : Linea midclavicularis sinistra
o Auskultasi : S1 dan S2 normal, bunyi jantung tambahan (-), murmur (-),
gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : datar, benjolan (-), venektasi (-)
Palpasi : soepel, defens muscular (-), nyeri tekan (-), massa (-), pembesaran
hepar (-)
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen, nyeri ketok (-) pada seluruh
abdomen
auskultasi : BU (+) N, kesan normal
3
Trombosit : 295.000/mm3
Ht : 36.7 vol%
MCV : 83 fl
MCH : 27 PG
MCHC : 33 %
Gol. Darah : (A+)
GDS : 80 mg/dl
Ureum :10 mg/dl
Creatinin : 0,65 mg/dl
SGOT : 48 u/l
SGPT : 38 u/l
Natrium : 139,31 mmol
Kalium : 4,08 mmol
Clorida : 106,69 mmol
VII. TERAPI
IVFD RL 20 tetes/menit
Konsul Bedah, Instruksi :
Rawat di ruangan zaal anak
Puasa Pra Operasi
4
VIII. FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning
Minggu Nyeri pada Kesadaran : composmentis Pro eksisi STT IVFD RL 20 tetes/menit
13-08-17 benjolan di KU : tampak sakit ringan c/jinak c/KGB Injeksi Cefazolin 1 x 1 gr
Pukul leher Vital sign (limfadenopati 30 menit pre op
14.00 wib sebelah kiri TD : 118/75 mmHg ) Puasa 5jampre op
Nadi : 90 x/menit Rencana operasi eksisi
RR : 18 x/menit tanggal 14-08-17, pukul
T : 36,5 C 08.00 wib
5
IX. LAPORAN OPERASI
6
BAB II
PENDAHULUAN
Kelenjar getah bening (KGB) terdapat diberberapa tempat dalam tubuh kita. Sering
timbul benjolan-benjolan didaerah tempat KGB berada dan sering pula hal itu menimbulkan
kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien. Apakah pembesaran ini merupakan
hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari pembesaran
KGB tersebut dan dikenali pula gambaran klinisnya sehingga mengetahui tatalaksana yang
akan dilakukan.
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita
memiliki kurang lebih 600 KGB, namun hanya di daerah submandibula, aksila atau inguinal
yang normal teraba pada orang sehat. Sekitar 55% pembesaran KGB terjadi pada daerah
kepala dan leher.
Limfadenopati merujuk pada KGB yang abnormal, baik ukuran, konsistensi dan
jumlahnya. Ada beberapa klasifikasi limfadenopati, tetapi yang sederhana dan yang biasa
digunakan klinisi adalah limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata.
Limfadenopati generalisata jika KGB membesar pada dua atau lebih daerah yang tidak
berdekatan, sedangkan limfadenopati lokalisata apabila pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai
(kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening
eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui
lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di
dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel.
8
Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubung-kan simpai
dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh
darah dan syaraf.
Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang
juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui
hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus
cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.
Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan
sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel
plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit
berperan terutama pada cell-mediated immunity.
Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,
ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medula merupakan daerah yang
mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T.
Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal,
biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal
centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya
dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins
(1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar
berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas,, diluar germinal center, dan
berkembang didalam sel plasma.
9
2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening
Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai mikroorganisme
asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme.
2.2. EPIDEMIOLOGI
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada
anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu
masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan
sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun
bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan
infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan
infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.
Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limfadenopati yang
tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2%
kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati
usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita
limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%.
2.3. ETIOLOGI
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus,
Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus,
Adenovirus ataupun Retrovirus.
10
Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola,
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan salah satu
gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami
oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain
termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian
melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di
KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem
Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung immunoblas yang sangat
banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi,
pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi
lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang
berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul
pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan
PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di
atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih
11
Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
b. Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap
kelompok
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan
terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di
tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena
PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat,
dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran
- Infeksi bakteri
A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit
erithematosus (SLE).
2.4. DIAGNOSIS
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.
2.4.1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat
penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.
Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki
umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat
disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau
Citomegalovirus.
Gejala penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah
dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum
(serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-
tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi
juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat
mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.
13
Riwayat pemakaian obat
Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan
seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine,
sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati
generalisata).
Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi
saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang
yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.
c. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela dan
14
Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat
digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik
satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan
suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif
peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan
jaringan di bawahnya.
sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit
diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintik-bintik merah
pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding
tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan
pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri.
Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus
(EBV).
15
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.
Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan
penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa
mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam,
kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada
tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan kaki) dan limfadenopati
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis
limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan
spesivisitas 95%.
16
2.5 . PENGOBATAN
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus
dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan
oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik
dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
17
BAB III
KESIMPULAN
Limfadenopati merujuk pada KGB yang abnormal, baik ukuran, konsistensi dan
jumlahnya. Ada beberapa klasifikasi limfadenopati, tetapi yang sederhana dan yang biasa
digunakan klinisi adalah limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata.
Limfadenopati generalisata jika KGB membesar pada dua atau lebih daerah yang tidak
berdekatan, sedangkan limfadenopati lokalisata apabila pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja.
Indikasi klinis yang penting dari biopsi aspirasi jarum halus pada limfadenopati
adalah untuk mengetahui apakah lesi tersebut disebabkan infeksi, metastasis atau suatu
keganasan primer. Biopsi aspirasi jarum halus mudah dilakukan pada sebagian penderita.
Meskipun demikian tindakan ini tidak boleh dilakukan pada penderita dengan gangguan
koagulasi yang parah.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandrasoma P, Taylor CR. The Lymphoid System: Structure and Function; Infection
and Proliferation. In: Concise Pathology, Singapore, McGraw-Hill, 2001(3):433-43
2. Buku-ajar ilmu bedah/editor, R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. -Ed.2.- Jakarta: EGC, 2004.
3. Sjamsuhidajat R, Limfadenopati-bab 19, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,EGC, Jakarta:
2004,
4. Koss LG, Melamed MR. Granulomatous lymphadenitis. In: Koss’ Diagnostic Cytology
and Its Histopathologic Bases. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 2006(5):1193-
97
5. Frable. Thin-Needle Aspiration Biopsy: Major Problem in Pathology. Lymph Node,
(14):74-75, 106-11
6. Superficial cervical lymph nodes. (2007 Feb 12]. Available from: http://en.wikipedia.org
7. Chandrasoma P, Taylor CR. The Lymphoid System: Structure and Function; Infection
and Proliferation. In: Concise Pathology, Singapore, McGraw-Hill, 2001(3):433-43
8. Cousar JB, Casey TT, Macon WR, McCurley TL, Swerdlow SH. Lymph Nodes. In: Mills
SE, et al. Sternberg’s Diagnostic Surgical pathology. Philadelphia; Lippincott Williams &
Wilkins, 2004(4):788-90
9. Aster JC. White Blood Cell and Lymph Nodes. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N,
Mitchell RN. Robbins and Cotaran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia; Elsevier
Saunders, 2005(7):661-702
10. Aster JC. Haemophoetic and Lymphoid system. In: Kumar V, Abbas AK,
11. Mitchell RN, Kumar V, Abbas K, Fausto N. Sel Darah Putih, Limfonodi, Limfa, dan
Timus. Robbin & Cotran Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC, 2009(7):386-
428
12. Stevens A, Lowe J. Lymphoid and hemopoietic tissues, Pathology, London, Mosby
Harcourt Publisher Limited, 2000(2):305-27
19
13. Ying MTC, Ahuja AT. Ultrasonography of cervical lymph nodes. Available from:
www.droid.cuhk.edu.hk/lymph_nodes.htm
14. Warren JS, Bennett DP, Pomerantz RJ. Immunopathology In: Rubin E,
15. Cervical (neck) lymph node enlargment. 2009 [cited 2010 Feb 12]. Available from:
http://www.doctorslounge.com/
16. Kanwar VS. Lymphadenopathy. 2009 [cited 2010 Jan 23]. Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/
20