Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu keadaan klinis yang terdiri dari proteinuria
masif, hipoalbuminemia, edema generalisata dan hiperlipidemia Proteinuria masif adalah
apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kgBB/hari atau lebih. Albumin dalam
darah biasanya menurun hingga < 2,5 gram/dl.1
SN pada anak dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi pada
usia 1-2 tahun dan 8 tahun. Pada anak-anak yang onsetnya dibawah usia 8 tahun, ratio antara
anak laki-laki dan perempuan bervariasi dari 2 : 1 hingga 3 : 2. Pada anak yang lebih tua,
remaja dan dewasa, prevalensi antara laki-laki dan perempuan kira-kira sama. Data
dari International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menunjukkan bahwa 66%
pasien

dengan minimal

glomerulosclerosis

change

nephrotic

(FSGS) adalah

syndrome

laki-laki

dan

(MCNS) dan focal

segmental

untuk membranoproliferative

glomerulonephritis (MPGN) 65 % nya adalah perempuan . Kejadian SN idiopatik 2-3


kasus/100.000 anak/tahun sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun.1,2,4,6
Penyebab SN belum pasti diketahui dan dianggap sebagai penyakit autoimun.
Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Secara klinis SN dibagi menjadi tiga golongan
yaitu sindroma nefrotik primer, sindroma nefrotik sekunder, dan sindroma nefrotik idiopatik.
Pada sindroma nefrotik primer terjadi kelainan pada glomerulus, paling dijumpai pada anak,
ditemukan sejak lahir atau usia di bawah 1 tahun disebut sebagai sindroma nefrotik
kongenital. Sedangkan pada sindroma nefrotik sekunder timbul sebagai akibat dari suatu
penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti misalnya efek
samping obat. Penyebab yang sering dijumpai adalah penyakit metabolik atau kongenital,
infeksi, toksim dan alergen, penyakit sistemuk bermediasi imunologik serta neoplasma. 1,2,4,7
BAB III
LAPORAN KASUS

Gambar 1. Pasien SN
I.

IDENTITAS
1.

Identitas Penderita :
Nama

: An. M. T

Tanggal Lahit/Umur

: 3 Januari 2007/ 8 tahun 1 bulan

Jenis Kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

2.

: Jl. Lasinrang No.234 Kec Lakesi, Soreang, Parepare

Suku/Bangsa

: Bugis/INA

MRS

: 26 Februari 2015

No.RM

: 05 22 77

Ruang Perawatan

: Melati Kls III Bed 4

Identitas Orang Tua/Wali :


Ayah :
Nama

: Tn. A.R

Umur

: 43 tahun

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan Terakhir

: SMA

Nama

: Ny. S. R

Umur

: 33 tahun

Ibu :

II.

Pekerjaan

: Honorer

Pendidikan Terakhir

: SMA

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Bengkak seluruh badan

Perjalanan Penyakit

Dialami sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS. Menurut ibu pasien, awalnya
bengkak pada kedua mata seperti sehabis menangis tiap bangun pagi, kemudian bengkak di
kaki dan perutnya membesar. Demam (+) dialami sejak 1 hari yang lalu, tidak terus menerus,
menggigil (-), kejang (-). Batuk berdahak (sulit mengeluarkan lendir), agak sesak, mual (-),
muntah (-), nyeri perut (-), nafsu makan baik, BAB biasa, BAK kurang (1x BAK 50 cc
keruh warna teh tua, sering diukur dengan botol). Riwayat keluhan yang sama sebelumnya
(-). Riwayat demam 3 hari yang lalu. Riwayat kejang bila demam saat umur < 1 tahun
dan sempat di rawat di RS. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal. Riwayat
berobat ke dokter praktek (+).
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
RIwayat Antenatal

Ibu rajin memeriksakan kehamilan ke bidan Puskesmas tiap bulan sekali dan
mendapatkan suntikan TT sebanyak 2 kali.
Riwayat Natal

Lahir Spontan/Tidak Spontan

: Spontan

Tempat/Penolong

: RS/Bidan

Segera Menangis

: Ya

Berat Badan Lahir

: 2.100 kg

Panjang Lahir

: ibu lupa

Riwayat Neonatal

Menurut Ibu pasien, setelah lahir anak langsung menangis, kulit kemerahan, gerak aktif,
tidak biru dan one day care.
Riwayat Perkembangan
Tengkurap

: 4 bulan

Merangkak

: 6 bulan

Bicara

: 6 bulan

Duduk

: 8 bulan

Berdiri

: 9 bulan

Berjalan

: 10 bulan
Riwayat Imunisasi

BCG

: umur 0 bulan

Polio

: umur 0 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan

Hepatitis

: Umur 0, 2, 4, 6 bulan

DPT

: Umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan

Campak

: Umur 9 bulan

Makanan :
Anak mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun. Saat usia 1 tahun anak mulai
makan bubur SUN sampai usia 1,5 tahun. Pada usia 1,5-2 tahun anak makan bubur. Usia 2
tahun sampai sekarang anak makan nasi biasa, dengan frekuensi 3 kali sehari. Anak suka
makan ikan, telur, daging dan jarang makan sayur.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
1.

2.

3.

4.

Keadaan umum

: Tampak sakit berat

Kesadaran

: Komposmentis

GCS

: E4V5M6

Tanda-tanda vital

Status Gizi

Tekanan Darah : 170/90 mmHg

P : 32 x/m

Nadi

S : 38,3oC

: 90 x/m

Berat Badan (BB)

: 18 kg

BB Koreksi

: 20% dari !8 kg : 15 kg

Tinggi Badan (TB)

: 120 cm

TB Baku utk umur

: 130 cm

BB ideal

: 23 kg

BB/TB

: Gizi buruk (66%)

TB / U%

: 92 % (Mild Stunting)

Kulit

Warna

: kecokelatan

Sianosis

: tidak ada

5.

Hemangiom

: tidak ada

Turgor

: cepat kembali

Kelembaban

: cukup

Pucat

: tidak ada

Kepala

Bentuk

: normosefal

UUB

: datar, sudah menutup

UUK

: datar, sudah menutup

Rambut

: hitam, tidak jarang, tidak mudah dicabut, pendek

Lingkar Kepala

: 48 cm

6.

Wajah

a.

Mata

Palpebra

: edema +/+

Alis & bulu mata

: tidak mudah dicabut

Konjungtiva

: Anemis -/-

Sklera

:Ikterik -/-

Produksi air mata

: cukup

Pupil

: Diameter

: 3 mm/3 mm
Simetris

: isokor, normal

Reflek cahaya : +/+


Kornea
b.

c.

d.

Telinga

: jernih
:

Bentuk

: simetris

Sekret

: tidak ada

Serumen

: ada

Nyeri

: tidak ada

Hidung

Bentuk

: simetris

Pernafasan cuping hidung

: tidak ada

Epistaksis

: tidak ada

Sekret

: tidak ada

Mulut
Bentuk

:
: normal

Bibir

: mukosa bibir basah, sianosis tidak ada

Gusi

: - tidak mudah berdarah


- pembengkakan tidak

ada
Gigi
e.

f.

Lidah
Bentuk

: normal

Pucat/tidak

: tidak pucat

Tremor/tidak

: tidak tremor

Kotor/tidak

: tidak kotor

Warna

: kemerahan

Faring
Hiperemi

: tidak ada

Edema

: tidak ada

Membran/pseudomembran : (-)
g.

Tonsil

Warna

: kemerahan

Pembesaran

: tidak ada

Abses/tidak

: tidak ada

Membran/pseudomembran : (-)
7.

Leher :
Vena Jugularis : Pulsasi
Tekanan

: tidak terlihat

: tidak meningkat

Pembesaran kelenjar leher

: tidak ada

Kaku kuduk

: tidak ada

Masa

: tidak ada

Tortikolis

: tidak ada

8.

Thoraks :

a.

Dinding dada/paru :
Inspeksi

: Bentuk

: simetris

Retraksi

: tidak ada

Dispnea

: tidak ada

Pernafasan : thorakal
Palpasi

: Fremitus fokal : simetris, nyeri tekan -/-

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

: Bunyi Dasar : Suara napas vesikuler


Bunyi Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

b.

Jantung :
Inspeksi

: Iktus

: tidak terlihat

Palpasi

: Apeks

: tidak teraba

Thrill

: tidak ada

Perkusi

Auskultasi

: Batas kanan
Batas kiri

: ICS V Linea Midklavikula sinistra

Batas atas

: ICS II Linea Parasternal dextra

: BJ 1 11 murni reguler
Bising

9.

: ICS IV Linea Parasternal dextra

: tidak ada

Abdomen
Inspeksi

: Bentuk

: cembung

Auskultasi : bising usus (+) normal


Perkusi

: timpani, shifting dullness (+), ascites (+)

Palpasi

: Hati

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Ginjal

: Nyeri ketok (-)

Masa

: tidak ada

Undulasi : (+)
Lingkar Perut : 60, 5 cm
10. Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT<2, edema (+) pitting di pretibia dan dorsum
pedis dextra dan sinistra
11. Neurologis
Tanda

Tungkai

Lengan
Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Gerakan
Tonus
Trofi
Klonus
Refleks
Fisiologis
Refleks
patologis
Sensibilitas
Tanda
meningeal

normal
normal
BPR (+)
TPR (+)
Hoffman
Tromner (-),
Leri
(-),
Meyer (-)
normal

Normal
Normal
BPR (+)
TPR (+)
Hoffman
Tromner (-),
Leri
(-),
Meyer (-)
Normal

normal
normal
KPR (+)
APR (+)
Babinsky
(-),
Chaddok
(-),
Oppenheim (-)

normal
normal
KPR (+)
APR (+)
Babinsky
(-),
Chaddok
(-),
Oppenheim (-)

normal

normal

12. Susunan saraf

: N.Cranialis I XII normal

13. Genitalia

: edema scrotum (+)

14. Anus

: tidak ada kelainan

IV.

RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun 1 bulan diantar oleh ibunya dengan keluhan bengkak
pada seluruh badan yang dialami sejak 3 hari yang lalu Terdapat bengkak pada kedua mata,
lebih bengkak tiap bangun pagi hari, kemudian bengkak di kedua kaki dan perut membesar.
Demam (+), batuk berdahak, agak sesak, nafsu makan baik, BAK kurang berwarna teh tua
keruh dengan volume 50 cc (sering ditampung di botol). Keadaan umum pasien tampak
sakit berat dan komposmentis, TD 170/90 mmHg, P 32 x/m, S 38,3 oC, BB 18 kg, BB koreksi
15 kg, TB 120 cm, TB Baku untuk Umur 130 cm, status gizi buruk (66 %), TB/U% yaitu
92% (Mild Stunting). Pada pemeriksaan fisik ditemukan edema palpabrae +/+, perut tampak
cembung membesar dengan lingkar perut 60,5 cm, tes undulasi (+), shifting dullness (+),
edema scrotum (+), edema pitting pretibial (+/+), edema pitting dorsum pedis (+/+).

V.

DIAGNOSA

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

: DD/ Sindroma Nefrotik, Glomerulonefritis Akut

Pemeriksaan darah rutin di UGD tanggal 26 Februari 2015


Pemeriksaan
26/03/2013
HB
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

12,9 g/dl
9.100
456.000

Nilai Rujukan
L: 14-16 g/dl
L: 5000-10.000
L: 150.000- 400.000
L : 4,06.106 4,69.106

Hitung Jenis :
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
HT

2.

VII.

117
365
2
76
3,18
1,03
38,2

0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
40-48%

Pemeriksaan darah kimia di UGD tanggal 26 Februari 2015


Pemeriksaan
26/02/2015

Nilai Rujukan

Kolesterol total

343 g/dl

<200mg/dl

Albumin

1,0 g/dl

3,8-1 g/dll

PENATALAKSANAAN

1.

Tirah Baring

2.

O2 2 3 Lpm

3.

IVFD RL 8 tpm, jika tidak sesak aff infuse conecta

4.

Cefotaxime 900 mg/ 12 jam/iv

5.

Sanmol 180 mg/ 8 jam/iv

6.

Ambroxol syr 3 x 1 cth

7.

Nifedipine tab sublingual selama 5 menit cek tekanan darah, jika turun stop.

8.

Captopril 2 x 12,5 mg tab

VIII.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

IX.

FOLLOW UP
Tanggal/
HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA, DAN TINDAK LANJUT
jam
CATATAN PERKEMBANGAN
S (subjective) O (objective) A Hasil Laboratorium
P (Planning)
(assessment)
27 02 S : bengkak (+) batuk berlendir
Kimia Darah
R/
15
O : KU lemah, composmentis
Ur/Cr : 10/0,31 mg/dL - Tirah baring
TD : 100/80 mmHg P : 26x/ Urinalisa
- Diet TKTPRG (Tinggi
menit
SG/pH
: 1.015/6,5
Kalori Tinggi Protein
N : 98 x/ menit
S: 36,60 c
BIL/KET : -/Rendah Garam)
Urine : 100 cc kuningtua
UBG
: NORM
- Terpasang conecta
Mata : CA (-/-), SI (-/-) BLD
: 10 Ery/L - Cefotaxime
900
edema palpabrae +/+
1+
mg/12 jam via conecta
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal PRO
: 500 mg/dl - Sanmol 180 mg/ 8
fremitus /
3+
jam/iv via conecta
Cor : BJ I-II murni regular, BT LEU/GLU : -/- Gentamycin 4 mg/12
murmur (-) gallop (-)
NIT
:jam
Abd : Supel, BU (+) , Undulasi Sedimen Urine
- Nifedipine STOP
(+), Shifting dullness (+), NT (-), Epitel sel : + 2
- Captopril 2 x tab
hipertimpani
Eritrosit : 3 - 5
- Prednison
tab
2
Eks : Edema pretibialis +/+, Edema Leukosit : 10- 15
mg/kgBB/hr 2-3-3 tab
dorsum pedis +/+
Selinder granula : +
- Ambroxol syr 3 x
Genital : Edema Scrotum (+)
cth
A : Sindroma Nefrotik
- Takar urin/24 jam
- Observasi/3 jam
28 03 S : bengkak (+) batuk berlendir
Urinalisa
R/
15
O : KU lemah, composmentis
Protein Urine +3
- Tirah baring
TD : 100/80 mmHg P : 26x/
- Diet TKTPRG
menit
- Terpasang conecta
N : 98 x/ menit
S: 36,60 c
- Cefotaxime
900
Urine : 100 cc kuningtua
mg/12 jam via conecta
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
- Sanmol 180 mg/ 8
edema palpabrae +/+
jam/iv via conecta
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
- Gentamycin 4 mg/12
fremitus /
jam
Cor : BJ I-II murni regular, BT
- Captopril 2 x tab
murmur (-) gallop (-)
- Prednison
tab
2
Abd : Supel, BU (+) , Undulasi
mg/kgBB/hr 2-3-3 tab
(+), Shifting dullness (+), NT (-),
- Takar urin/24 jam
hipertimpani
- Cek urin/hari
Eks : Edema pretibialis +/+, Edema
- Observasi/3 jam
dorsum pedis +/+
Genital : Edema Scrotum (+)

A : Sindroma Nefrotik

02-03-15 S : bengkak (+) batuk berlendir


O : KU lemah, composmentis
TD : 100/60 mmHg P : 24x/
menit
N : 94 x/ menit
S: 36,50 c
Urine : 200 cc kuningtua
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae +/+
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, BU (+) , Undulasi
(+), Shifting dullness (+), NT (-),
hipertimpani
Eks : Edema pretibialis +/+, Edema
dorsum pedis +/+
Genital : Edema Scrotum (+)
A : Sindroma Nefrotik
03-05-15 S : bengkak
O : KU baik, composmentis
TD : 100/70 mmHg P : 24x/
menit
N : 94 x/ menit
S: 36,80 c
Urine : 1500 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae +/+
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, BU (+) , Undulasi
(+), Shifting dullness (+), NT (-),
hipertimpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)

Urinalisa
Protein Urine +2

R/
- Tirah baring
- Diet TKTPRG
- Terpasang conecta
- Cefotaxime
900
mg/12 jam via conecta
- Sanmol 180 mg/ 8
jam/iv via conecta
- Gentamycin 4 mg/12
jam
- Captopril 2 x tab
- Prednison
tab
2
mg/kgBB/hr 2-3-3 tab
- Takar urin/24 jam
- Cek urin/hari
- Observasi/3 jam

Urinalisa
SG/pH
: 1.010/7
BIL/KET : -/UBG
: NORM
BLD
:PRO
:LEU/GLU : -/NIT
:-

R/
- Terapi Lanjut, obat
ganti oral
- Antibiotik diganti dgn
Cefadroxil 2 x 250 mg

A : Sindroma Nefrotik

05-03-14 S : Batuk (+)


O : KU lemah, composmentis
TD : 100/60 mmHg P : 26x/
menit
N : 98 x/ menit
S: 36,80 c
Urine : 2200 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae +/+
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, cembung, BU (+) N,
Undulasi (-), Shifting dullness (-),
NT (-), timpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)
A : Sindroma Nefrotik
06-03-15 S : batuk
O : KU baik, composmentis
TD : 100/70 mmHg P : 24x/
menit
N : 100 x/ menit
S: 36,70 c
Urine : 2000 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae -/Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, cembung, BU (+) N,
Undulasi (-), Shifting dullness (-),
NT (-), timpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)

Urinalisa
Protein Urine -

Urinalisa
Protein Urine +1

R/
- Terapi Lanjut

R/
Tirah baring
Diet TKTPRG
Cefadroxil 2 x 1 cth
Ambroxol 3 x cth
Elcana cl 1 x 1 cth
Prednison 2 3 3
Captopril 2 x tab
Urin rutin/hr
Tamping urin/24 j
Timbang BB

A : Sindroma Nefrotik

07-03-15 S : (-)
O : KU baik, composmentis
TD : 100/70 mmHg P : 24x/
menit
N : 86x/ menit
S: 36,80 c
Urine : 2000 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae -/Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, cembung, BU (+) N,
Undulasi (-), Shifting dullness (-),
NT (-), timpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)
A : Sindroma Nefrotik
08-03-15 S : bengkak (-)
O : KU lemah, composmentis
TD : 100/60 mmHg P : 22x/
menit
N : 88 x/ menit
S: 36,70 c
Urine : 2200 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae -/Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, cembung, BU (+) N,
Undulasi (-), Shifting dullness (-),
NT (-), timpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)

Urinalisa
Protein Urine -

R/
- Terapi lanjut

Urinalisa
R/
SG/pH
: 1.030/6
- Terapi lanjut
BIL/KET : -/UBG
: NORM
BLD
: 30 mg/dl
(+1)
PRO
:LEU/GLU : -/NIT
:-

A : Sindroma Nefrotik

09-03-15 S : bengkak (-)


Urinalisa
O : KU lemah, composmentis
Protein Urine TD : 100/70 mmHg P : 24x/
menit
N : 92 x/ menit
S: 36,70 c
Urine : 2000 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae -/Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, cembung, BU (+) N,
Undulasi (-), Shifting dullness (-),
NT (-), timpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)
A : Sindroma Nefrotik

R/
- Diet TKTPRG
- Cefadroxil 2 x 1 cth
- Ambroxol 3 x cth
- Elcana cl 1 x 1 cth
- Prednison 2 3 3
- Captopril 2 x tab
- Cek Albumin,
- Cek
protein
urine jika
hasil
+! BLPL

BAB IV
DISKUSI

v
v
v
v
v

Pada kasus ini ada seorang anak laki-laki berusia 8 tahun 1 bulan datang ke rumah
sakit RSU A.Makkasau. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan setelah
dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan :
Keluhan utama berupa badan bengkak atau sembab.
Lokasi sembab pada daerah kelopak mata (puffy face) terutama tiap bangun pagi, perut, dan
tungkai.
Terdapat batuk berdahak,demam
Adanya oliguria (BAK 50 cc keruh warna teh tua)
Adanya hipertensi

Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah sindrom
nefrotik (SN) dan Glomerulonefritis Akut (GNA). Untuk lebih memastikannya maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan diperoleh hasil :
Kadar serum albumin 1,0 g/dl (hipoalbuminemia)
Kadar kolesterol darah 343 mg/dl (hiperkolesterolemia)
Protein dalam urin 500 mg/dl +3 (Proteinuria masif)
Dari hasil pemeriksaan tersebut, telah ditegakkan diagnosa yaitu Sindroma nefrotik.
Dimana keadaan klinik pasien sesuai dengan definisi dari SN yaitu kumpulan manifestasi
klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema generalisata (anarsarka)
dan hiperlipidemia Proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100
mg/kgBB/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga < 2,5 gram/dl.1,2,5,6
Etiologi sindroma nefrotik pada kasus ini adalah diduga dari infeksi di mana terdapat
batuk berdahak dan demam. Pada teori, kasus sindroma nefrotik yang penyebabnya adalah
proses infeksi yaitu sindroma nefrotik sekunder. Sindroma nefrotik sekunder timbul sebagai
akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti
misalnya efek samping obat. Penyebab infeksi yang sering dijumpai pada sindroma nefrotik
adalah hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.4,5,6
Terjadinya sembab atau edema pada kasus sindroma nefrotik karena adanya
penimbunan cairan dalam ruang interstitial di seluruh tubuh. Sembab atau edema sering
merupakan keluhan pertama pada pasien sindroma nefrotik. Mekanisme sembab seperti yang
terlihat pada skema ini dapat melalui sistem kapiler dan renal.2,3,4,8

Gambar 2. Mekanisme Sembab pada Sindroma nefrotik

Gambar 3 Permeabilitas Glomerulus Mieningkat pada SN

Selain tiu, pada kasus juga ditemukan adanya protein dalam urin sebesar 500 mg/dl
atau +3 yang mana sesuai dengan teori menunjukkan keadaan proteinuria masif. Proteinuria
masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kgBB/hari atau lebih. Protein
urin ini sebagian besar berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria glomerulus) dan hanya
sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubulus) yang pada dasarnya
mengakibatkan antara lain :
Jumlah serum protein yang difiltrasi glomerulus meningkat sehingga serum protein
tersebut masuk ke dalam lumen tubulus
Kapasitas faal tubulus ginjal menurun untuk mengabsorbsi serum protein yang telah
difiltasi glomerulus.
Selain itu, adanya reaksi antigen-antibodi menyebabkan permeabilitas membran
basalis glomerulus meningkat dan diikuti kebocoran sejumlah protein (albumin). Tubuh

kehilangan albumin > 3,5 gr/hr sehingga menyebabkan hipoalbuminemia. Albumin


merupakan serum protein yang mempunyai berat molekul kecil dan jumlahnya banyak
sehingga mudah keluar bila terdapat kerusakan basalis ginjal. Keadaan demikian sering
ditemukan pada pasien dengan kerusakan minimal. Sebagian besar pasien SN usia muda
dengan proteinuria selektif biasanya mempunyai lesi histopatologik minimal atau minimal
change lesion dan memperlihatkan respon yang baik terhadap kortikosteroid.2,3,4,8
SN pada kasus ini didiagnosa banding dengan GNA karena gejala klinis yang
ditimbulkan sama berupa edema. Pada anak ini ditemukan adanya hipertensi. Sesuai dengan
teori di atas hipertensi lebih sering terjadi pada GNA. Namun pada literatur lain dinyatakan
bahwa hipertensi ringan sedang sering ditemukan pada SN dan menjadi normotensi
bersamaan dengan peningkatan diuresis. Hal ini berbeda dengan hipertensi pada GNA,
dimana sering terjadi hipertensi berat sehingga memerlukan terapi anti hipertensi.
Penatalaksanaan pada kasus ini yakni secara non medikamentosa dengan bedrest
total ,diet TKTPRG (tinggi kalori tinggi protein dan rendah garam). Sedangkan secara
medikamentosa dengan pemberian antipiretik Sanmol 3 x 180 mg iv, ambroxol syr 3 x 1 cth,
cefotaxime 2 x 900 mg iv untuk mencegah beratnya penyebab infeksi sekunder pada anak
ini. Adanya hipertensi yang ditemukan pada pasien ini sehingga diberikan Nifedipine tab
secaran sublingual selama 5 menit kemudian cek tekanan darah dan jika turun maka
pemberiannya stop, dikontrol denganCaptopril 2x 6,25 mg. Pada perawatan di bangsal,
ditambahkan terapi prednison 2 mg/kgBB/hr dengan jumlah 2 3 3 tab.
Menurut Konsensus Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
tahun 2012, penatalaksanaan sindroma nefrotik dibagi menjadi dua yaitu :8,9
A.

Sindrom nefrotik serangan pertama


1.

Perbaiki keadaan umum penderita

a.

Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke bagian gizi
diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Batasi asupan natrium sampai 1 gram/hari, secara praktis dengan menggunakan garam
secukupnya dalam makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.

b.

Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau albumin
konsentrat

c.

Berantas infeksi

d.

Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi

e.

Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema anasarka. Diuretik
diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu aktivitas. biasanya furosemid 1
mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respons pengobatan. Bila edema

refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretic perlu
dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolic, atau kehilangan cairan intravascular
berat Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.
2.

Terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14 hari setelah diagnosis


sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan apakah penderita mengalami remisi spontan
atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari terjadi remisi spontan, prednison tidak perlu diberikan,
tetapi bila dalam waktu 14 hari atau kurang terjadi pemburukan keadaan, segera berikan
prednison tanpa menunggu waktu 14 hari. Dianjurkan untuk memulai dengan pemberian
prednison oral (induksi) sebesar 60 mg/m2/hari dengan dosis maksimal 80 mg/hari selama 4
minggu, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar 40 mg/m 2/hari secara selang
sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu setelah itu pengobatan
dihentikan.

B.

Sindrom nefrotik kambuh (relapse)


Dapat diberikan prednison sesuai protokol relapse, segera setelah diagnosis relapse
ditegakkan dan perbaiki keadaan umum penderita

a.

Sindrom nefrotik kambuh tidak sering


Adalah sindrom nefrotik yang kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan atau < 4 kali dalam
masa 12 bulan.
1.

Induksi

Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari, diberikan


dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu
2.

Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m2/48 jam, diberikan selang sehari dengan
dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, prednison dihentikan.

b.

Sindrom nefrotik kambuh sering


adalah sindrom nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan atau > 4 kali dalam
masa 12 bulan
1.

Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari, diberikan
dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu

2.

Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m2/48 jam, diberikan selang sehari dengan
dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, dosis prednison diturunkan

menjadi 40 mg/m2/48 jam diberikan selama 1 minggu, kemudian 30 mg/m2/48 jam selama 1
minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, akhirnya 10 mg/m2/48 jam selama 6
minggu, kemudian prednison dihentikan.
Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, siklofosfamid oral 2-3 mg/kg/hari
diberikan setiap pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu siklofosfamid dihentikan.
Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis nefrologi anak adalah bila pasien tidak respons
terhadap pengobatan awal, relapse frekuen, terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra
steroid, atau untuk biopsi ginjal.
Pada saat rawat jalan orang tua anak tetap dianjurkan untuk tidak memberikan
makanan yang banyak mengandung garam serta makanan yang berlemak kepada anaknya,
serta lebih banyak memberikan makanan yang mengandung protein seperti putih telur, tahu
dan tempe serta sayur dan buah-buahan.
Umumnya prognis kasus SN adalah baik, mkecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut
:
1.

Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.

2.

Jenis kelamin laki-laki.

3.

Disertai oleh hipertensi.

4.

Disertai hematuria

5.

Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder

6.

Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal


7.

Pengobatan yang terlambat, diberikan setelah 6 bulan dari timbulnyaa gambaran klinis
Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons
yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya akan
relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.
Kasus ini berprognosis dubia ad bonam karena pasien laki-laki dengan usia 8 tahun 1
bulan serangan pertama, di mana sesuai dengan teori bahwa dapat berprognosis buruk jika
menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, disertai oleh hipertensi. Dan termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.
Selain itu, kasus SN ini dapat relaps kembali. Oleh karena itu, penting dilakukan edukasi
pada orang tua tentang kondisi pasien seperti diet tinggi kalori tinggi protein rendah garam
yang mudah untuk diterapakan, rajin mengontrol keadaan pasien, sehingga secara tidak
langsung dapat mencegah terjadinya penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Luther
Travis,
M.D.
Nephrotic
Syndrome
2013;
(http://www.eMedicine.com/pediatrics/nephrologydiakses 11 Maret 2015)

2.

Rudolph M. Abraham, Hoffman Julien I.E, Rudolph Colin D. Sindrom Nefrotik. Dalam :
Buku Ajar Pediatri Vol 2. Edisi 20. Jakarta: EGC; 2007. h; 1503-08

3.

Nelson Waldo E, MD, Behrman Richard E, MD, Kliergman R, MD, Arvin Ann M, MD.
Sindrom Nefrotik. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Vol 3. Edisi 15. Jakarta; EGC;2000, h; 182831

4.

Abdoerrachman,M.H dkk. Sindrom Nefrotik. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1997; 832-835

5.

Y. C. Tsao. Some Recent Advances in The Investigation and Treatment of The Nephrotic
Syndrome in Children in The Bulletin of The Hongkong Medical Association . Departement
of Pediatrics, University of Hongkong. Vol.23, 1971.

6.

Mansjoer, A. Suprahaita. Sindrom Nefrotik. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2


Edisi III. Media Aesculapius FKUI. Jakarta : 2000

7.

William Wong ed PK. Nephrotic Syndrome in Childhood


(http://www.eMedicine.com/PaediatricsClinical diakses 11 Maret 2015)

8.

Ramirez Felix, et al. Congenital Nephrotic Syndrome. Clinical Article; (online)


(http://www.eMedicine.com/International diakses 11 Maret 2015)

9.

Partini Pudjiastuti Trihono,DR Dr. Sp.A(K), MM(Paed), Husein Alatas, Dr. Sp.A(K) Prof.
Taralan Tambunan, Prof Dr. Sp.A(K), Sudung O Pardede, Dr. Sp.A(K), Tatalaksana Sindroma
Nefrotik pada Anak. Dalam: Konsensus Unti Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Edisi kedua. Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.

2013;

(online)

(online)

Anda mungkin juga menyukai