PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu keadaan klinis yang terdiri dari proteinuria
masif, hipoalbuminemia, edema generalisata dan hiperlipidemia Proteinuria masif adalah
apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kgBB/hari atau lebih. Albumin dalam
darah biasanya menurun hingga < 2,5 gram/dl.1
SN pada anak dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih banyak terjadi pada
usia 1-2 tahun dan 8 tahun. Pada anak-anak yang onsetnya dibawah usia 8 tahun, ratio antara
anak laki-laki dan perempuan bervariasi dari 2 : 1 hingga 3 : 2. Pada anak yang lebih tua,
remaja dan dewasa, prevalensi antara laki-laki dan perempuan kira-kira sama. Data
dari International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menunjukkan bahwa 66%
pasien
dengan minimal
glomerulosclerosis
change
nephrotic
(FSGS) adalah
syndrome
laki-laki
dan
segmental
untuk membranoproliferative
Gambar 1. Pasien SN
I.
IDENTITAS
1.
Identitas Penderita :
Nama
: An. M. T
Tanggal Lahit/Umur
Jenis Kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
2.
Suku/Bangsa
: Bugis/INA
MRS
: 26 Februari 2015
No.RM
: 05 22 77
Ruang Perawatan
: Tn. A.R
Umur
: 43 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan Terakhir
: SMA
Nama
: Ny. S. R
Umur
: 33 tahun
Ibu :
II.
Pekerjaan
: Honorer
Pendidikan Terakhir
: SMA
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Perjalanan Penyakit
Dialami sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS. Menurut ibu pasien, awalnya
bengkak pada kedua mata seperti sehabis menangis tiap bangun pagi, kemudian bengkak di
kaki dan perutnya membesar. Demam (+) dialami sejak 1 hari yang lalu, tidak terus menerus,
menggigil (-), kejang (-). Batuk berdahak (sulit mengeluarkan lendir), agak sesak, mual (-),
muntah (-), nyeri perut (-), nafsu makan baik, BAB biasa, BAK kurang (1x BAK 50 cc
keruh warna teh tua, sering diukur dengan botol). Riwayat keluhan yang sama sebelumnya
(-). Riwayat demam 3 hari yang lalu. Riwayat kejang bila demam saat umur < 1 tahun
dan sempat di rawat di RS. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal. Riwayat
berobat ke dokter praktek (+).
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
RIwayat Antenatal
Ibu rajin memeriksakan kehamilan ke bidan Puskesmas tiap bulan sekali dan
mendapatkan suntikan TT sebanyak 2 kali.
Riwayat Natal
: Spontan
Tempat/Penolong
: RS/Bidan
Segera Menangis
: Ya
: 2.100 kg
Panjang Lahir
: ibu lupa
Riwayat Neonatal
Menurut Ibu pasien, setelah lahir anak langsung menangis, kulit kemerahan, gerak aktif,
tidak biru dan one day care.
Riwayat Perkembangan
Tengkurap
: 4 bulan
Merangkak
: 6 bulan
Bicara
: 6 bulan
Duduk
: 8 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 10 bulan
Riwayat Imunisasi
BCG
: umur 0 bulan
Polio
Hepatitis
: Umur 0, 2, 4, 6 bulan
DPT
Campak
: Umur 9 bulan
Makanan :
Anak mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun. Saat usia 1 tahun anak mulai
makan bubur SUN sampai usia 1,5 tahun. Pada usia 1,5-2 tahun anak makan bubur. Usia 2
tahun sampai sekarang anak makan nasi biasa, dengan frekuensi 3 kali sehari. Anak suka
makan ikan, telur, daging dan jarang makan sayur.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
2.
3.
4.
Keadaan umum
Kesadaran
: Komposmentis
GCS
: E4V5M6
Tanda-tanda vital
Status Gizi
P : 32 x/m
Nadi
S : 38,3oC
: 90 x/m
: 18 kg
BB Koreksi
: 20% dari !8 kg : 15 kg
: 120 cm
: 130 cm
BB ideal
: 23 kg
BB/TB
TB / U%
: 92 % (Mild Stunting)
Kulit
Warna
: kecokelatan
Sianosis
: tidak ada
5.
Hemangiom
: tidak ada
Turgor
: cepat kembali
Kelembaban
: cukup
Pucat
: tidak ada
Kepala
Bentuk
: normosefal
UUB
UUK
Rambut
Lingkar Kepala
: 48 cm
6.
Wajah
a.
Mata
Palpebra
: edema +/+
Konjungtiva
: Anemis -/-
Sklera
:Ikterik -/-
: cukup
Pupil
: Diameter
: 3 mm/3 mm
Simetris
: isokor, normal
c.
d.
Telinga
: jernih
:
Bentuk
: simetris
Sekret
: tidak ada
Serumen
: ada
Nyeri
: tidak ada
Hidung
Bentuk
: simetris
: tidak ada
Epistaksis
: tidak ada
Sekret
: tidak ada
Mulut
Bentuk
:
: normal
Bibir
Gusi
ada
Gigi
e.
f.
Lidah
Bentuk
: normal
Pucat/tidak
: tidak pucat
Tremor/tidak
: tidak tremor
Kotor/tidak
: tidak kotor
Warna
: kemerahan
Faring
Hiperemi
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Membran/pseudomembran : (-)
g.
Tonsil
Warna
: kemerahan
Pembesaran
: tidak ada
Abses/tidak
: tidak ada
Membran/pseudomembran : (-)
7.
Leher :
Vena Jugularis : Pulsasi
Tekanan
: tidak terlihat
: tidak meningkat
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Masa
: tidak ada
Tortikolis
: tidak ada
8.
Thoraks :
a.
Dinding dada/paru :
Inspeksi
: Bentuk
: simetris
Retraksi
: tidak ada
Dispnea
: tidak ada
Pernafasan : thorakal
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
b.
Jantung :
Inspeksi
: Iktus
: tidak terlihat
Palpasi
: Apeks
: tidak teraba
Thrill
: tidak ada
Perkusi
Auskultasi
: Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
: BJ 1 11 murni reguler
Bising
9.
: tidak ada
Abdomen
Inspeksi
: Bentuk
: cembung
Palpasi
: Hati
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
Masa
: tidak ada
Undulasi : (+)
Lingkar Perut : 60, 5 cm
10. Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT<2, edema (+) pitting di pretibia dan dorsum
pedis dextra dan sinistra
11. Neurologis
Tanda
Tungkai
Lengan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Tonus
Trofi
Klonus
Refleks
Fisiologis
Refleks
patologis
Sensibilitas
Tanda
meningeal
normal
normal
BPR (+)
TPR (+)
Hoffman
Tromner (-),
Leri
(-),
Meyer (-)
normal
Normal
Normal
BPR (+)
TPR (+)
Hoffman
Tromner (-),
Leri
(-),
Meyer (-)
Normal
normal
normal
KPR (+)
APR (+)
Babinsky
(-),
Chaddok
(-),
Oppenheim (-)
normal
normal
KPR (+)
APR (+)
Babinsky
(-),
Chaddok
(-),
Oppenheim (-)
normal
normal
13. Genitalia
14. Anus
IV.
RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun 1 bulan diantar oleh ibunya dengan keluhan bengkak
pada seluruh badan yang dialami sejak 3 hari yang lalu Terdapat bengkak pada kedua mata,
lebih bengkak tiap bangun pagi hari, kemudian bengkak di kedua kaki dan perut membesar.
Demam (+), batuk berdahak, agak sesak, nafsu makan baik, BAK kurang berwarna teh tua
keruh dengan volume 50 cc (sering ditampung di botol). Keadaan umum pasien tampak
sakit berat dan komposmentis, TD 170/90 mmHg, P 32 x/m, S 38,3 oC, BB 18 kg, BB koreksi
15 kg, TB 120 cm, TB Baku untuk Umur 130 cm, status gizi buruk (66 %), TB/U% yaitu
92% (Mild Stunting). Pada pemeriksaan fisik ditemukan edema palpabrae +/+, perut tampak
cembung membesar dengan lingkar perut 60,5 cm, tes undulasi (+), shifting dullness (+),
edema scrotum (+), edema pitting pretibial (+/+), edema pitting dorsum pedis (+/+).
V.
DIAGNOSA
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
12,9 g/dl
9.100
456.000
Nilai Rujukan
L: 14-16 g/dl
L: 5000-10.000
L: 150.000- 400.000
L : 4,06.106 4,69.106
Hitung Jenis :
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
HT
2.
VII.
117
365
2
76
3,18
1,03
38,2
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
40-48%
Nilai Rujukan
Kolesterol total
343 g/dl
<200mg/dl
Albumin
1,0 g/dl
3,8-1 g/dll
PENATALAKSANAAN
1.
Tirah Baring
2.
O2 2 3 Lpm
3.
4.
5.
6.
7.
Nifedipine tab sublingual selama 5 menit cek tekanan darah, jika turun stop.
8.
VIII.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
IX.
FOLLOW UP
Tanggal/
HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA, DAN TINDAK LANJUT
jam
CATATAN PERKEMBANGAN
S (subjective) O (objective) A Hasil Laboratorium
P (Planning)
(assessment)
27 02 S : bengkak (+) batuk berlendir
Kimia Darah
R/
15
O : KU lemah, composmentis
Ur/Cr : 10/0,31 mg/dL - Tirah baring
TD : 100/80 mmHg P : 26x/ Urinalisa
- Diet TKTPRG (Tinggi
menit
SG/pH
: 1.015/6,5
Kalori Tinggi Protein
N : 98 x/ menit
S: 36,60 c
BIL/KET : -/Rendah Garam)
Urine : 100 cc kuningtua
UBG
: NORM
- Terpasang conecta
Mata : CA (-/-), SI (-/-) BLD
: 10 Ery/L - Cefotaxime
900
edema palpabrae +/+
1+
mg/12 jam via conecta
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal PRO
: 500 mg/dl - Sanmol 180 mg/ 8
fremitus /
3+
jam/iv via conecta
Cor : BJ I-II murni regular, BT LEU/GLU : -/- Gentamycin 4 mg/12
murmur (-) gallop (-)
NIT
:jam
Abd : Supel, BU (+) , Undulasi Sedimen Urine
- Nifedipine STOP
(+), Shifting dullness (+), NT (-), Epitel sel : + 2
- Captopril 2 x tab
hipertimpani
Eritrosit : 3 - 5
- Prednison
tab
2
Eks : Edema pretibialis +/+, Edema Leukosit : 10- 15
mg/kgBB/hr 2-3-3 tab
dorsum pedis +/+
Selinder granula : +
- Ambroxol syr 3 x
Genital : Edema Scrotum (+)
cth
A : Sindroma Nefrotik
- Takar urin/24 jam
- Observasi/3 jam
28 03 S : bengkak (+) batuk berlendir
Urinalisa
R/
15
O : KU lemah, composmentis
Protein Urine +3
- Tirah baring
TD : 100/80 mmHg P : 26x/
- Diet TKTPRG
menit
- Terpasang conecta
N : 98 x/ menit
S: 36,60 c
- Cefotaxime
900
Urine : 100 cc kuningtua
mg/12 jam via conecta
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
- Sanmol 180 mg/ 8
edema palpabrae +/+
jam/iv via conecta
Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
- Gentamycin 4 mg/12
fremitus /
jam
Cor : BJ I-II murni regular, BT
- Captopril 2 x tab
murmur (-) gallop (-)
- Prednison
tab
2
Abd : Supel, BU (+) , Undulasi
mg/kgBB/hr 2-3-3 tab
(+), Shifting dullness (+), NT (-),
- Takar urin/24 jam
hipertimpani
- Cek urin/hari
Eks : Edema pretibialis +/+, Edema
- Observasi/3 jam
dorsum pedis +/+
Genital : Edema Scrotum (+)
A : Sindroma Nefrotik
Urinalisa
Protein Urine +2
R/
- Tirah baring
- Diet TKTPRG
- Terpasang conecta
- Cefotaxime
900
mg/12 jam via conecta
- Sanmol 180 mg/ 8
jam/iv via conecta
- Gentamycin 4 mg/12
jam
- Captopril 2 x tab
- Prednison
tab
2
mg/kgBB/hr 2-3-3 tab
- Takar urin/24 jam
- Cek urin/hari
- Observasi/3 jam
Urinalisa
SG/pH
: 1.010/7
BIL/KET : -/UBG
: NORM
BLD
:PRO
:LEU/GLU : -/NIT
:-
R/
- Terapi Lanjut, obat
ganti oral
- Antibiotik diganti dgn
Cefadroxil 2 x 250 mg
A : Sindroma Nefrotik
Urinalisa
Protein Urine -
Urinalisa
Protein Urine +1
R/
- Terapi Lanjut
R/
Tirah baring
Diet TKTPRG
Cefadroxil 2 x 1 cth
Ambroxol 3 x cth
Elcana cl 1 x 1 cth
Prednison 2 3 3
Captopril 2 x tab
Urin rutin/hr
Tamping urin/24 j
Timbang BB
A : Sindroma Nefrotik
07-03-15 S : (-)
O : KU baik, composmentis
TD : 100/70 mmHg P : 24x/
menit
N : 86x/ menit
S: 36,80 c
Urine : 2000 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae -/Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, cembung, BU (+) N,
Undulasi (-), Shifting dullness (-),
NT (-), timpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)
A : Sindroma Nefrotik
08-03-15 S : bengkak (-)
O : KU lemah, composmentis
TD : 100/60 mmHg P : 22x/
menit
N : 88 x/ menit
S: 36,70 c
Urine : 2200 cc kuningmuda
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
edema palpabrae -/Pulmo : Ves +/+, rh -/-, wh -/-, focal
fremitus /
Cor : BJ I-II murni regular, BT
murmur (-) gallop (-)
Abd : Supel, cembung, BU (+) N,
Undulasi (-), Shifting dullness (-),
NT (-), timpani
Eks : Edema pretibialis -/-, Edema
dorsum pedis -/Genital : Edema Scrotum (-)
Urinalisa
Protein Urine -
R/
- Terapi lanjut
Urinalisa
R/
SG/pH
: 1.030/6
- Terapi lanjut
BIL/KET : -/UBG
: NORM
BLD
: 30 mg/dl
(+1)
PRO
:LEU/GLU : -/NIT
:-
A : Sindroma Nefrotik
R/
- Diet TKTPRG
- Cefadroxil 2 x 1 cth
- Ambroxol 3 x cth
- Elcana cl 1 x 1 cth
- Prednison 2 3 3
- Captopril 2 x tab
- Cek Albumin,
- Cek
protein
urine jika
hasil
+! BLPL
BAB IV
DISKUSI
v
v
v
v
v
Pada kasus ini ada seorang anak laki-laki berusia 8 tahun 1 bulan datang ke rumah
sakit RSU A.Makkasau. Berdasarkan alloanamnesa dengan orangtua penderita, dan setelah
dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan :
Keluhan utama berupa badan bengkak atau sembab.
Lokasi sembab pada daerah kelopak mata (puffy face) terutama tiap bangun pagi, perut, dan
tungkai.
Terdapat batuk berdahak,demam
Adanya oliguria (BAK 50 cc keruh warna teh tua)
Adanya hipertensi
Berdasarkan hal diatas diagnosa sementara yang dapat ditegakkan adalah sindrom
nefrotik (SN) dan Glomerulonefritis Akut (GNA). Untuk lebih memastikannya maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan diperoleh hasil :
Kadar serum albumin 1,0 g/dl (hipoalbuminemia)
Kadar kolesterol darah 343 mg/dl (hiperkolesterolemia)
Protein dalam urin 500 mg/dl +3 (Proteinuria masif)
Dari hasil pemeriksaan tersebut, telah ditegakkan diagnosa yaitu Sindroma nefrotik.
Dimana keadaan klinik pasien sesuai dengan definisi dari SN yaitu kumpulan manifestasi
klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema generalisata (anarsarka)
dan hiperlipidemia Proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100
mg/kgBB/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga < 2,5 gram/dl.1,2,5,6
Etiologi sindroma nefrotik pada kasus ini adalah diduga dari infeksi di mana terdapat
batuk berdahak dan demam. Pada teori, kasus sindroma nefrotik yang penyebabnya adalah
proses infeksi yaitu sindroma nefrotik sekunder. Sindroma nefrotik sekunder timbul sebagai
akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata seperti
misalnya efek samping obat. Penyebab infeksi yang sering dijumpai pada sindroma nefrotik
adalah hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis, streptokokus, AIDS.4,5,6
Terjadinya sembab atau edema pada kasus sindroma nefrotik karena adanya
penimbunan cairan dalam ruang interstitial di seluruh tubuh. Sembab atau edema sering
merupakan keluhan pertama pada pasien sindroma nefrotik. Mekanisme sembab seperti yang
terlihat pada skema ini dapat melalui sistem kapiler dan renal.2,3,4,8
Selain tiu, pada kasus juga ditemukan adanya protein dalam urin sebesar 500 mg/dl
atau +3 yang mana sesuai dengan teori menunjukkan keadaan proteinuria masif. Proteinuria
masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kgBB/hari atau lebih. Protein
urin ini sebagian besar berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria glomerulus) dan hanya
sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubulus) yang pada dasarnya
mengakibatkan antara lain :
Jumlah serum protein yang difiltrasi glomerulus meningkat sehingga serum protein
tersebut masuk ke dalam lumen tubulus
Kapasitas faal tubulus ginjal menurun untuk mengabsorbsi serum protein yang telah
difiltasi glomerulus.
Selain itu, adanya reaksi antigen-antibodi menyebabkan permeabilitas membran
basalis glomerulus meningkat dan diikuti kebocoran sejumlah protein (albumin). Tubuh
a.
Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke bagian gizi
diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Batasi asupan natrium sampai 1 gram/hari, secara praktis dengan menggunakan garam
secukupnya dalam makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
b.
Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau albumin
konsentrat
c.
Berantas infeksi
d.
e.
Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema anasarka. Diuretik
diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu aktivitas. biasanya furosemid 1
mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respons pengobatan. Bila edema
refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretic perlu
dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolic, atau kehilangan cairan intravascular
berat Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.
2.
B.
a.
Induksi
Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m2/48 jam, diberikan selang sehari dengan
dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, prednison dihentikan.
b.
Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80 mg/hari, diberikan
dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu
2.
Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m2/48 jam, diberikan selang sehari dengan
dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, dosis prednison diturunkan
menjadi 40 mg/m2/48 jam diberikan selama 1 minggu, kemudian 30 mg/m2/48 jam selama 1
minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, akhirnya 10 mg/m2/48 jam selama 6
minggu, kemudian prednison dihentikan.
Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, siklofosfamid oral 2-3 mg/kg/hari
diberikan setiap pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu siklofosfamid dihentikan.
Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis nefrologi anak adalah bila pasien tidak respons
terhadap pengobatan awal, relapse frekuen, terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra
steroid, atau untuk biopsi ginjal.
Pada saat rawat jalan orang tua anak tetap dianjurkan untuk tidak memberikan
makanan yang banyak mengandung garam serta makanan yang berlemak kepada anaknya,
serta lebih banyak memberikan makanan yang mengandung protein seperti putih telur, tahu
dan tempe serta sayur dan buah-buahan.
Umumnya prognis kasus SN adalah baik, mkecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut
:
1.
Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun.
2.
3.
4.
Disertai hematuria
5.
6.
Pengobatan yang terlambat, diberikan setelah 6 bulan dari timbulnyaa gambaran klinis
Pada umumnya sebagian besar (+ 80%) sindrom nefrotik primer memberi respons
yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% di antaranya akan
relapse berulang dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi dengan pengobatan steroid.
Kasus ini berprognosis dubia ad bonam karena pasien laki-laki dengan usia 8 tahun 1
bulan serangan pertama, di mana sesuai dengan teori bahwa dapat berprognosis buruk jika
menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, disertai oleh hipertensi. Dan termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.
Selain itu, kasus SN ini dapat relaps kembali. Oleh karena itu, penting dilakukan edukasi
pada orang tua tentang kondisi pasien seperti diet tinggi kalori tinggi protein rendah garam
yang mudah untuk diterapakan, rajin mengontrol keadaan pasien, sehingga secara tidak
langsung dapat mencegah terjadinya penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Luther
Travis,
M.D.
Nephrotic
Syndrome
2013;
(http://www.eMedicine.com/pediatrics/nephrologydiakses 11 Maret 2015)
2.
Rudolph M. Abraham, Hoffman Julien I.E, Rudolph Colin D. Sindrom Nefrotik. Dalam :
Buku Ajar Pediatri Vol 2. Edisi 20. Jakarta: EGC; 2007. h; 1503-08
3.
Nelson Waldo E, MD, Behrman Richard E, MD, Kliergman R, MD, Arvin Ann M, MD.
Sindrom Nefrotik. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Vol 3. Edisi 15. Jakarta; EGC;2000, h; 182831
4.
Abdoerrachman,M.H dkk. Sindrom Nefrotik. Dalam : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1997; 832-835
5.
Y. C. Tsao. Some Recent Advances in The Investigation and Treatment of The Nephrotic
Syndrome in Children in The Bulletin of The Hongkong Medical Association . Departement
of Pediatrics, University of Hongkong. Vol.23, 1971.
6.
7.
8.
9.
Partini Pudjiastuti Trihono,DR Dr. Sp.A(K), MM(Paed), Husein Alatas, Dr. Sp.A(K) Prof.
Taralan Tambunan, Prof Dr. Sp.A(K), Sudung O Pardede, Dr. Sp.A(K), Tatalaksana Sindroma
Nefrotik pada Anak. Dalam: Konsensus Unti Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Edisi kedua. Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.
2013;
(online)
(online)