Anda di halaman 1dari 27

Askep

Gangguan
parathyroid
Oleh kelompok 2
1. Lukman Hadi (G2A018009)

2. Luluk Hidayatul A (G2A018010)

3. Nurmelinia Mawar (G2A018011)

4. Laela Rizkiana (G2A018012)

5. Mega Dwi (G2A018013)

6. Silvi Erlanti (G2A018014)

7. Surya Aprillia (G2A018015)

8. Aqsal Fasholla adi (G2A018016)


Definisi
Kelenjar parathyroid

Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang terletak dileher, tepatnya dibelakang


kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid terdiri dari 4 kelenjar kecil yang ukurannya sebesar
kacang polong.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH ) atau


parathormon. Fungsi utama hormone paratiroid adalah mengatur kadar kalsium
fosfat dalam darah.
Fungsi utama hormon paratiroid
Mengatur kadar kalsium fosfat dalam darah

Tidak seimbangnya
kalsium dan fosfat
dalam darah akan
mengakibatkan
gangguan transmisi
impuls saraf,
kerusakan jaringan
tulang, dan gangguan
pertumbuhan tulang
Gangguan 01. Hipoparathyroid
parathyroid
Terjadi bila hormon paratiroid tidak mencukupi, atau bila
hormon itu tidak dapat berfungsi ditingkat jaringan. Jadi tidak
ada kalsium yang diambil dari tulang, ginjal, atau usus.
Akibatnya kadar kalsium serum rendah.

02. Hiperparathyroid
Berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai
dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang
mengandung kalsium.
Etiologi hiperparatiroid
Menurut Lawrence Kim MD. 2005
01.

Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.

02.
Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau
hyperplasiaBiasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin
lainnya.
03.
Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma. Etiologi
dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui

04.
Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang
multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 % pasien semua kelenjar
hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia.
Etiologi hipoparatiroid
01.
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
• Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi.
• Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).

02.
Hipomagnesemia.

03.

Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif

04.

Resistensi terhadap hormone paratiroid.


Patofisiologi hiperparathyroid

Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh hiperplasia atau
neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya berhubungan dengan
gagal ginjal kronis. Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi.
PTH terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan
resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi
kalsium dalam urine. PTH juga meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang
selanjutnya memudahkan ambilan kalsium dari makanan dalam usus.
Patofisiologi hipoparathyroid

Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5mgr%)dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-
12,5 mgr%). Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid
karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar
PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap
hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk
yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak
dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih
jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.
Manifestasi klinis hiperparathyroid

01.
Keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan
aritmia jantung.

02.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan
peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor.

03.
Nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri ketika
menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekkan badan.
Manifestasi klinis hipoparathyroid
Tetanus merupakan gejala utama yang sering terjadi

01.
tetanus laten terdapat gejala seperti kebas, kesemutan, dan
kram pada ekstermitas; kekakuan pada tangan dan kaki.

02.
tetanus nyata terdapat gejala spasme bronco, spasme laring, spasme
arpopedal, disfagia, fotofobia, disritmia jantung, dan konvulasi.

03.
Gejala lain yaitu ansietas, peka rangsang, depresi, dan delirium.
Komplikasi
a. Hiperparatiroid
 Peningkatan ekskresi kalsium dan
fosfor b. Hipoparatiroid
 Dehidrasi  Kalsium serum menurun
 Batu ginjal  Fosfat serum meninggi
 Hiperkalsemia
 Osteoklastik
 Osteitis fibrosa cystic
Pemeriksaan diagnostik
Hiperparatiroid
• Tes darah 5) Foto Rontgen:
• Pemeriksaan USG • Tulang menjadi tipis,
• MRI ada dekalsifikasi
• Pemindai thallium • Cystic-cystic dalam
• Serta biopsi jarum halus tulang.
• Sinar X • Trabeculae di tulang
• Laboratorium: • PA:osteoklas, osteo-
1) Kalsium serum meninggi blast,dan jaringan
2) Fosfat serum rendah fibreus bertambah.
3) Fosfatase alkali meninggi
4) Kalsium dan fosfat dalam
urin bertambah
Pemeriksaan diagnostik
hipoparatiroid
Hasil laboratorium :
• Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar
kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 -
1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
• Fosfat anorganik dalam serum tinggi
• Fosfatase alkali normal atau rendah
• Rontgen :
a. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada
ganglion basalis di tengkorak
b. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di
serebellum dan pleksus koroid
c. Density dari tulang bisa bertambah
D. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang
Penatalaksanaan

• Kausal: tindakan bedah


• Simptomatis: hiperkalsemia ringan (12 mgr%) dan hidrasi dengan infus
• Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid, atau mithramycin
• Pemberian obat natrium,kalium fosfat, kalsitonin, mihracin, atau bifosfonat
• Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
• Pemberian vitamin D
• Pemberian preparat hormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi
Hipoparatiroid disertai tetanus
Diagnosa keperawatan

Hiperparatiroid Hipoparatiroid

• Nyeri akut b.d agen cidera fisik • Pola napas tidak efektif b.d spasme jalan
• Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan unuk napas
mengabsorbsi nutrien • Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d
• Resiko cidera b.d kelemahan otot hipokalsemia
• Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot • Gangguan integritas kulit b.d perubahan
• Resiko ketidakseimbangan cairan b.d mual turgor
dan muntah • Resiko cidera b.d penurunan kesadaran
Contoh kasus

Tn. H, 50 tahun. Dibawa ke rumah sakit oleh


keluarganya karena mengeluh nyeri pinggang
sebelah kanan yang tidak tertahankan. Dokter
memutuskan untuk dilakukan ureterolithotomy
karena mengalami batu ureter. Setelah dianalisi
struktur batunya adalah phosphate. Sejak 7
tahun yang lalu sebetulnya Tn. H telah
mengeluh nyeri pinggang, nyeri sendi, lesu,
dan lelah. Telah diperiksakan ke dokter
didiagnosis hiperparathiroid.
Data subyektif
Klien mengatakan nyeri pinggang
sebelah kanan yang tidak
tertahankan

Klien mengatakan nyeri sendi

Klien mengatakan letih dan lesu


Data obyektif
Klien tampak kesakitan

Klien tampak lemah

Klien tidak mampu melakukan


aktivitas
Tumor, hiperplasia, genetik, kanker

Pathway Hiperparatiroid

kasus Produksi PTH Naik

CA Serum naik

Aktifitas saraf Hiperkalsemia


Simpatis meningkat

Peminiralis tulang
Sistem muskuloskletal

Keb. energi meningkat Pertumbuhan osteoklast

Pembongkaran glukosa Sel beningne

Glukosa jaringan menurun Nyeri sekelet

Kelemahan otot
Nyeri akut
Intoleransi aktivitas
Diagnosa
keperawatan

01.
Nyeri berhubungan dengan cidera fisik

02.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
otot
01. Observasi:
Observasi:
•• Identifikasi
Identifikasilokasi,
lokasi,karakteristik,
karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,
durasi,frekuensi,kualitas,
intensitas
intensitasnyeri.
nyeri.
•• Identifikasi
Identifikasiskala
skalanyeri.
nyeri.
•• Identifikasi
Identifikasifaktor
faktoryang
yangmemperberat
memperberatdandanmemperingan
memperingan
nyeri.
nyeri.
Intervensi
•• Monitor
Monitorefek
efeksamping
sampingpenggunaan
penggunaananalgetik
analgetik
Terapeutik:
Terapeutik:
•• Ajarkan
Ajarkan teknik
tekniknon
nonfarmakologis
farmakologisuntuk
untukmengurangi
mengurangirasa
rasa
nyeri.
nyeri.
•• Fasilitas
Fasilitasistirahat
istirahatdan
dantidur.
tidur.
•• Pertimbangkan
Pertimbangkanjenisjenisdan
dansumber
sumbernyeri
nyeridalam
dalampemilihan
pemilihan
strategi
strategimeredakan
meredakannyerinyeri
Edukasi:
Edukasi:
•• Jelaskan
Jelaskankepada
kepadapasien
pasienpenyebab,
penyebab,pemicu
pemicunyeri
nyeri
•• Jelaskan
Jelaskanstrategi
strategimeredakan
meredakannyeri
nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi:
•• Kolaborasi
Kolaborasipemberian
pemberiananalgetik.
analgetik.
02. Observasi:
Observasi:
•• Identifikasi
Identifikasigangguan
gangguanfungsi
fungsitubuh
tubuhyang
yangmengakibatkan
mengakibatkankelela-
kelela-
han
han
•• Identifikasi
Identifikasikemampuan
kemampuanpasien pasienberaktivitas
beraktivitas
Terapeutik:
Terapeutik:
•• Motivasi
Motivasiuntuk
untukmemulai
memulaiatauataumelanjutkan
melanjutkanaktivitas
aktivitasfisik
fisik
•• Libatkan
Intervensi Libatkankeluarga
program
keluargadalam
programaktivitas
aktivitasfisik
dalammerencanakan
fisik
merencanakandan danmemelihara
memelihara

•• Sediakan
Sediakanlingkungan
lingkungannyaman
nyamandan danrendah
rendahstimulus
stimulus
(mis.
(mis.Cahaya,
Cahaya,suara,
suara,kunjungan)
kunjungan)
Edukasi:
Edukasi:
•• Jelaskan
Jelaskanmanfaat
manfaataktivitas
aktivitasfisik
fisik
•• Anjurkan
Anjurkanlatihan
latihanrentang
rentanggerak
gerakpasif
pasifdan
danaktif.
aktif.
•• Ajarkan
Ajarkanteknik
tekniklatihan
latihansesuai
sesuaikemampuan
kemampuan
Kolaborasi:
Kolaborasi:
•• Kolaborasi
Kolaborasidengan
dengandengan
dengantenaga
tenagarehabilitasi
rehabilitasimedic
medicdalam
dalam
merencanakan
merencanakanprogramprogramterapi
terapiyang
yangtepat
tepat
• Tujuanpenelitian
Bertujuan untuk mengetahui hubungan terapi kalsitriol intravena
pada hiperparatiroidisme sekunder penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis rutin di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
Analisa • Metode penelitian
jurnal a. Responden
Penelitian dalam jurnal tersebut menggunakan uji klinik secara acak
buta ganda pada 32 penderita GGK dari 41 penderita hiperparatiroidisme
sekunder yang menjalani hemodialisis (HD) rutin dengan pemberian kalsitriol
intravena 1 g atau plasebo 2 kai seminggu sesudah dialisi 2 minggu.
b. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian dalam jurnal tersebut dilakukan dengan
metode uji-klinik acak buta ganda terkendali. Penderita yang diikutkan dalam penelitian
ini adalah penderita GGK yang telah menjalani HD rutin di Instalasi dialisis RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, yaitu penderita 15-73 tahun, telah menjalani HD selama 8 minggu
berturut-turut, 2 kali seminggu, masing-masing 4-5 jam dengan dialiset asetat,
penderita tidak menggunakan preparat vitamin D dan obat-obat antikonvulsan dan
steroid dalam 1 bulan sebelum penelitian
Analisa c. Hasil penelitian
jurnal Dalam penelitian tersebut didapatkan data karakteristik klinik (baseline)
Ditemukan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok terapi (kalsitriol) dan
kelompok kontrol (plasebo). Kelompok I ditemukan kesan nilai rata-rata iPTH lebih
tinggi dibandingkan kelompok II. Kedua kelompok semuanya dapat mengikuti penelitian
sampai selesai dan berhasil dipantau efek samping terapi. Selama penelitian maupun 1
minggu sesudah penelitian tidak ditemukan keluhan pada penderita seperti
kelemahan,sakit kepala, somnolen, mual, muntah, mulut kering, konstipasi, nyeri otot,
nyeri tulang, metallic taste.
• Pembahasan
Prevalensi hiperparatiroidisme sekunder dilaporkan sebesar 41% pada penderita
Analisa GGK yang menjalani hemodialisi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil uji acak
buta ganda pemberian kalsitriol 1% g dan plasebo, intravena, 2 x seminggu,
jurnal selama 2 minggu menunjukkan kalsitiol dan menurunkan kadar iPTH minimal
30% secara bermakna lebih banyak dibanding plasebo, kejadian hiperkalsemia,
hiperfosfatemia dan pengaruh samping pada kedua kelompok ditemukan tidak
berbeda . Kalsitriol intravena dapat diberikan sebagai salah satu alternatif terapi
pada hiperparatiroidisme sekunder penderita GGK yang menjalani HD rutin.
Thanks !

Anda mungkin juga menyukai