DI SUSUN OLEH :
1. ANIFATUL FARIDA
2. DAIMATUN NIKMAH
3. FARADHIBA MAULINA U N
4. HANIFATUN NAJIBAH
5. SANIA AMELIA P.
6. SITI SHOFIANA
BAB I
PENDAHULUAN
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-
hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid
sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni
hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang
meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh
usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.Prevalensi
penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam.
setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat
penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam
setahun. Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari
pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya.
Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap
tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun
keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer
merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah
keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah pada
dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai
1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan endokrinopati
genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.
1.3 TUJUAN
1. Agar mampu memahami pengertian hiperparatiroid
2. Agar mampu memahami penanda klinis hiperparatiroid
3. Agar mampu memahami pathofisiologi hiperparatiroid
4. Agar mampu memahami pemeriksaan penunjang hiperparatiroid
5. Agar mampu memahami penatalaksanaan asuhan keperawatan
hiperparatiroid
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda – tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa
sistem organ.
1. Gejala apatis
2. keluhan mudah lelah
3. kelemahan otot
4. mual, muntah
5. hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan
peningkatan kadar kalsium dalam darah
6. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah
tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek
langsung kalsium pada otak serta sistem syaraf. Peningkatan kadar kalsium akan
menurunkan potensial eksitasi jaringan syaraf dan otot.
7. Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroid dapat terjadi akibat
demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel – sel raksasa
benigna akibat pertumbuhan osteoklas yang berlebihan. Pasien dapat mengalami
nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri
ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekan badan.
Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroid merupakan faktor resiko
terjadinya fraktur.
8. Insidens ulukus peptikum dan pankeatis meningkat pada hiperparatiroid dan
dapat menyebabkan terjadinya gejala gastrointestinal.
2.3 PATHOFISIOLOGI
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) yang
bersama-sama dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar
kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, hormon tidak
akan di sintesis bila kadar kalsium tinggi dan akan dirangsang bila kadar kalsium rendah.
PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi
kalsium pada usus halus, sebaliknya mengurangkan reabsorbsi fosfat dan melepaskan
kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam
mengendalikan homeostasis kalsium iaitu di ginjal, tulang dan usus.
Hiperparatiroid primer terjadi akibat meningkatnya sekresi PTH, biasanya adanya suatu
edema paratiroid. Normalnya, kadar kalsium yang rendah menstimulasi sekresi PTH,
sedangkan kadar kalsium yang tinggi menghambat sekresi PTH. Pada hiperparatiroid primer,
PTH tidak tertekan dengan meningkatnya kadar kalsium, hal ini menimbulkan keadaan
hiperkalsemia. Dalam beberapa hal, peningkatan kalsium serum merupakan satu – satunya
tanda disfungsi paratiroid dan terdeteksi dengan pemeriksaan rutin. Akibat peningkatan
kalsium pada otot menimbulkan hipotonusitas otot – otot kerangka, reflek tendon dan otot –
otot gastrointestinal. Melemahnya otot dan timbulnya kelemahan sering dijumpai. Jika kadar
kalsium serum meningkat antara 16 sampai 18 mg/dl, krisis hiperkalsemia akut terjadi.
Muntah –muntah dengan hebat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Hiperparatiroid sekunder timbul karena suatu keadaan hipokalsemi kronik, seperti pada
gagal ginjal. Hiperplasi kelenjar paratiroid terjadi dengan meningkatnya PTH. Pada beberapa
pasien dengan keadaan ini, kelenjar paratiroid memiliki sifat otonom dan kehilangan sifat
responsivitasnya terhadap kadar kalsium serum (hiperparatiroid tersier)
Hiperparatiroid menyebabkan hiperkalsemia dan hipofosfatemia. Terdapat peningkatan
ekresi baik kalsium maupun fosfat urin dengan efek sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin.
2. Poliuria
3. Peningkatan risiko terjadinya batu ginjal dengan akibat selanjutnya berupa
obstruksi saluran kencing maupun infeksi.
4. Kalsifikasi tubuli renalis.
Kehilangan kalsium dari jaringan tulang mengawali demineralisasi tulang, fraktur patologis,
atau penyakit kista tulang yang menyebabkan nyeri tulang.
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
2. Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan Hidrasi
dengan infuse
3. Sodium chloride per os
4. Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr %
atau 3,75 mmol / L):
5. Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
6. Forced diuresis dengan furosemide
7. Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahn-lahan
(1-2 kali seminggu)
8. Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
9. Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
6. Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik seperti
bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan mengancam.
7. Pemeriksaan diagnostik termasuk :
Pemeriksaan laboratorium: dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam
plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakan kondisi
hiperparatiroid. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hperparatiroid. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroid primer akan ditemukan peningkatan
kadar kalsium serum; kadar serum posfat anorganik menurun sementara kadar
kalsium dan posfat urine meningkat.
Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan
trabekula pada tulang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperparatiroid antara
lain :
1. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan
fraktur patologi.
2. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder
terhadap hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual
4. Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
C. INTERVENSI
D. EVALUASI
3.1 KESIMPULAN
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek
utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid
carsinoma, dan hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperparatiroidisme. Dikatakan hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi
hormon paratiroid lebih banyak dari biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri
merupakan kebalikan dari hiperparatiroidisme.
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga medis
dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem
metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid.
Karena penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan
pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan kelenjar paratiroid