Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG HIPERPARATIROID

DI SUSUN OLEH :
1. ANIFATUL FARIDA
2. DAIMATUN NIKMAH
3. FARADHIBA MAULINA U N
4. HANIFATUN NAJIBAH
5. SANIA AMELIA P.
6. SITI SHOFIANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2018/2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-
hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid mengalami gangguan dari
metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon
paratiroid yakni hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid
sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni
hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid. Parathormon yang
meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh
usus meningkat. Pada keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.Prevalensi
penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam.

setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat
penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam
setahun. Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme lebih besar dari
pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang tiap tahunnya.
Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.

Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap
tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun
keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer
merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah
keganasan. Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah pada
dekade ke-6 dan wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai
1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan endokrinopati
genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.

Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang membantu


memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang
terpenting hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh
sesorang. Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan atau
gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk lebih peka dan teliti
dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan menganalisa suatu respon tubuh pasien
terhadap penyakit, sehingga kelainan pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian hiperparatiroid ?
2. Apa penanda klinis hiperparatiroid ?
3. Bagaimana pathofisiologi hiperparatiroid ?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang pada penyakit hiperparatiroid ?
5. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan hiperparatirod ?

1.3 TUJUAN
1. Agar mampu memahami pengertian hiperparatiroid
2. Agar mampu memahami penanda klinis hiperparatiroid
3. Agar mampu memahami pathofisiologi hiperparatiroid
4. Agar mampu memahami pemeriksaan penunjang hiperparatiroid
5. Agar mampu memahami penatalaksanaan asuhan keperawatan
hiperparatiroid

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HIPERPARATIROD


Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi
lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari
keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi
tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi
hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena
kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroid sekunder.
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi
hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara
langsung oleh konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah
meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfat
dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan
produksi ginjal. Hormon paratiroid juga menyebabkan phosphaturia, jika kekurangan cairan
fosfat. hiperparatiroidisme biasanya terbagi menjadi primer, sekunder dan tersier. (Lawrence
Kim, MD, 2015).

2.2 PENANDA KLINIS

Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda – tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa
sistem organ.

1. Gejala apatis
2. keluhan mudah lelah
3. kelemahan otot
4. mual, muntah
5. hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan
peningkatan kadar kalsium dalam darah
6. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah
tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek
langsung kalsium pada otak serta sistem syaraf. Peningkatan kadar kalsium akan
menurunkan potensial eksitasi jaringan syaraf dan otot.
7. Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroid dapat terjadi akibat
demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel – sel raksasa
benigna akibat pertumbuhan osteoklas yang berlebihan. Pasien dapat mengalami
nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian; nyeri
ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekan badan.
Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroid merupakan faktor resiko
terjadinya fraktur.
8. Insidens ulukus peptikum dan pankeatis meningkat pada hiperparatiroid dan
dapat menyebabkan terjadinya gejala gastrointestinal.

2.3 PATHOFISIOLOGI
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) yang
bersama-sama dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar
kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, hormon tidak
akan di sintesis bila kadar kalsium tinggi dan akan dirangsang bila kadar kalsium rendah.
PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi
kalsium pada usus halus, sebaliknya mengurangkan reabsorbsi fosfat dan melepaskan
kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam
mengendalikan homeostasis kalsium iaitu di ginjal, tulang dan usus.
Hiperparatiroid primer terjadi akibat meningkatnya sekresi PTH, biasanya adanya suatu
edema paratiroid. Normalnya, kadar kalsium yang rendah menstimulasi sekresi PTH,
sedangkan kadar kalsium yang tinggi menghambat sekresi PTH. Pada hiperparatiroid primer,
PTH tidak tertekan dengan meningkatnya kadar kalsium, hal ini menimbulkan keadaan
hiperkalsemia. Dalam beberapa hal, peningkatan kalsium serum merupakan satu – satunya
tanda disfungsi paratiroid dan terdeteksi dengan pemeriksaan rutin. Akibat peningkatan
kalsium pada otot menimbulkan hipotonusitas otot – otot kerangka, reflek tendon dan otot –
otot gastrointestinal. Melemahnya otot dan timbulnya kelemahan sering dijumpai. Jika kadar
kalsium serum meningkat antara 16 sampai 18 mg/dl, krisis hiperkalsemia akut terjadi.
Muntah –muntah dengan hebat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
Hiperparatiroid sekunder timbul karena suatu keadaan hipokalsemi kronik, seperti pada
gagal ginjal. Hiperplasi kelenjar paratiroid terjadi dengan meningkatnya PTH. Pada beberapa
pasien dengan keadaan ini, kelenjar paratiroid memiliki sifat otonom dan kehilangan sifat
responsivitasnya terhadap kadar kalsium serum (hiperparatiroid tersier)
Hiperparatiroid menyebabkan hiperkalsemia dan hipofosfatemia. Terdapat peningkatan
ekresi baik kalsium maupun fosfat urin dengan efek sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin.
2. Poliuria
3. Peningkatan risiko terjadinya batu ginjal dengan akibat selanjutnya berupa
obstruksi saluran kencing maupun infeksi.
4. Kalsifikasi tubuli renalis.
Kehilangan kalsium dari jaringan tulang mengawali demineralisasi tulang, fraktur patologis,
atau penyakit kista tulang yang menyebabkan nyeri tulang.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan
saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Kalsium serum meninggi
5. Fosfat serum rendah
6. Fosfatase alkali meninggi
7. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
8. Rontgen:
 Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
 Cystic-cystic dalam tulang
 Trabeculae di tulang

2.5 PENATALAKSANAAN
1. Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
2. Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan Hidrasi
dengan infuse
3. Sodium chloride per os
4. Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr %
atau 3,75 mmol / L):
5. Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
6. Forced diuresis dengan furosemide
7. Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahn-lahan
(1-2 kali seminggu)
8. Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
9. Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroid dan hiperkalsemia


resultan. Kumpulkan riwayat kesehatan yang lengkap dari klien untuk mencari apakah
terdapat risiko. Klien mungkin menunjukan perubahan psikologis seperti letargi,
mengantuk, penurunan memori, dan labilitas emosional, semua manifestasi yang tampak
pada hiperkalsemia.
Pengkajian keperawatan yang reinci mencakup :
1. Riwayat kesehatan klien
2. Riwayat penyakit dalam keluarga
3. Keluhan utama antara lain :
 Sakit kepala, kelemahan, lethargi, dan kelelahan otot
 Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, obstipasi, dan nyeri
lambung yang akan disertai penurunan berat badan.
 Depresi
 Nyeri tulang dan sendiRiwayat trauma / fraktur tulang

4. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala


5. Pemeriksaan fisik yang mencakup
 Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang
 Amati warna kulit, apakah tampak pucat
 Perubahan tingkat kesadaran

6. Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik seperti
bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan mengancam.
7. Pemeriksaan diagnostik termasuk :
 Pemeriksaan laboratorium: dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam
plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakan kondisi
hiperparatiroid. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hperparatiroid. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroid primer akan ditemukan peningkatan
kadar kalsium serum; kadar serum posfat anorganik menurun sementara kadar
kalsium dan posfat urine meningkat.
 Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan
trabekula pada tulang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperparatiroid antara
lain :
1. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan
fraktur patologi.
2. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder
terhadap hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual
4. Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.

C. INTERVENSI

Dx I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan


fraktur patologi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami
cedera.
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil :
- Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan
- Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko
- Mempersiapkan lingkungan yang aman
- Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan reiko cedera
- Menghindari cedera fisik
Keterangan skala:
1: Tidak pernah menunjukan
2: Jarang menunjukan
3: Kadang menunjukan
4: Sering menunjukan
5: Selalu menunjukan
NIC : Mencegah jatuh
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan.
- Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh
- Periksa pasien apakah mengalami /terkena kontriksi karena bekuan darah tersayat, luka
bakar, atau memar.

DX II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder


terhadap hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan kembali pada
haluaran urine normal, seperti yang ditunjukan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran
urine 30 – 60 ml/jam
NOC: Eliminasi urine
Kriteria hasil:
- Mampu ke toilet secara mandiri
- Tidak ada infeksi saluran kemih
- Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan
- Eliminasi urine tidak terganggu
Keterangan skala:
1: Tidak pernah menunjukan
2: Jarang menunjukan
3: Kadang menunjukan
4: Sering menunjukan
5: Selalu menunjukan
NIC : Penatalaksanaan eliminasi urine
Intervensi :
- Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi,konsistensi, bau, volume, dan warna yang
tepat.
- Dapatkan spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis dengan tepat
- Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi urine.
- Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan saat makan diantara waktu makan dan
diawal petang.
- Informasikan pada pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
DX III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mendapat asupan
makanan yang adekuat, seperti yang dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada
atau dapat mempertahankan berat badan ideal.
NOC : Nutritional status : food and fluid intake
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
- Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
- Tidak ada tanda – tanda malnutrisi.
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Keterangan skala:
1: Tidak pernah menunjukan
2: Jarang menunjukan
3: Kadang menunjukan
4: Sering menunjukan
5: Selalu menunjukan
NIC : Nutrition management
Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi (diit rendah kalsium
untuk memperbaiki hiperkalsemia)

Dx IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran


gastrointestinal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan mempertahankan
pola BAB normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB setiap hari (sesuai dengan
kebiasaan pasien).

NOC : Eliminasi defekasi


Kriteria hasil :
- Mengeluarkan feses tanpa bantuan
- Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat
- Latihan dalam jumlah yang adekuat
- Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri.
Keterangan skala :
1 : ekstrim
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak
NIC : Penatalaksanaan konstipasi
- Kaji warna dan konsistensi feses
- Kaji adanya inpaksi
- Pantau adanya tanda dan gejala ruptur usus
- Ajarkan pada pasien tentang efek diet (misal : cairan dan serat ) pada eliminasi.
- Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk mencegah perubahan pada
tanda vital.

D. EVALUASI

Dx I : Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan


fraktur patologi.
Kriteria hasil : skala
- Pantau faktor resiko perilaku pribadi dan lingkungan (5)
- Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko(5)
- Mempersiapkan lingkungan yang aman(5)
- Mengidentifikasikan yang dapat meningkatkan reiko cedera(5)
- Menghindari cedera fisik(5)
DX II : Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder
terhadap hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia.
Kriteria hasil: skala
- Mampu ke toilet secara mandiri(5)
- Tidak ada infeksi saluran kemih(5)
- Pola pengeluaran urine yang dapat diperkirakan(5)
- Eliminasi urine tidak terganggu(5)
DX III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia dan mual
Kriteria hasil : skala
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.(5)
- Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan. (5)
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.(5)
- Tidak ada tanda – tanda malnutrisi.(5)
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.(5)
Dx IV : Konstipasi berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal.
Kriteria hasil :skala
- Mengeluarkan feses tanpa bantuan(5)
- Mengkonsumsi cairan dan serat yang adekuat(5)
- Latihan dalam jumlah yang adekuat(5)
- Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri.(5)
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh manusia. Efek
utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh. Kelainan hormon paratiroid
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid
carsinoma, dan hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan terjadinya
hiperparatiroidisme. Dikatakan hiperparatiroidisme apabila kelenjar paratiroid memproduksi
hormon paratiroid lebih banyak dari biasanya. Sedangkan hipoparatiroidisme sendiri
merupakan kebalikan dari hiperparatiroidisme.

Adapun klasifikasi dari hiperparatiroid yaitu hiperparatiroid primer, hiperparatiroid


sekunder, dan hiperparatiroid tersier. Perbedaan dari ketiga klasifikasi tersebut yakni pada
hasil laboratoriumnya. Pada hiperparatiroid primer kadar kalsium meningkat/hiperkalsemia
dan kadar PTH juga menigkat, sedangkan hiperparatiroidisme sekunder terlihat adanya
hipersekresi hormon paratiroid sebagai respon terhadap penurunan kadar kalsium yang
terionisasi dalam darah. Keadaan hipokalsemia yang lama akan menyebabkan perubahan
pada kelenjar paratiroid menjadi otonom dan berkembang menjadi keadaan sepertri
hiperparatiroidisme primer, dan pada keadaan ini disebut hiperparatiroidisme tersier.
3.2 SARAN

Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan para tenaga medis
dan perawat harus lebih profesional dan berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem
metabolisme yang mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid.
Karena penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan penatalaksanaan
pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan kelenjar paratiroid

Anda mungkin juga menyukai