PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama sekresi hormone paratiroid, kelenjar paratirid bertanggung jawab mempertahankan
kadar kalsium dalam ekstraseluler, hiperparatiroid adalah karakter penyakit yang disebabkan
kelebihan sekresi hormone paratiroid. Hormone paratiroid di atur secara langsung oleh konsentresi
ion calcium , efek utama paratiroid peningkatan konsentrasi kalsium dengan peningkatan kalsium
dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal dan meningkatakn
produksi ginjal hormone paratiroid menyebabkan postpaturia jika kekurangan fosfat biasanya
terjadi hiperparatiroiisme primer, sekunder dan tersier
Hipoparatiroid adalah gabungna gejala dari paratiroid yang tidak adekuat keadaan ini
jarang ditemukan dan umumnya di sebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar tiroid
pada saat operasi.yang lebih parah lagi adalah tidak ada kelenjar paratiroid secara kongenital
kadang kadang penyebab tidak diketahui.Insiden pada hiperparatiroid terjadi pada 60 tahunan.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
2) Apa etiologi dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
3) Bagaimana manifestasi klinis dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
4) Bagaimana prosen terjadi nya hiperparatiroid hipoparatiroid ?
5) Apa saja komplikasi dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
6) Bagimana penatalaksanaan dari hiperparatiroid hipoparatiroid ?
7) Bagaiman konsep dasar asuhan keperawatan pada penyakit hiperparatiroid hipoparatiroid ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatn pada pasien gangguan paratiroid
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiwa mampu memahami pengertian dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
2) Mahasiwa mampu memahami etilogi dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
3) Mahasiwa mampu memahami manifestasi klinis dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
4) Mahasiwa mampu memahami proses terjadi nya hiperparatiroid dan hipoparatiroid
5) Mahasiwa mampu memahami komplikasi dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
6) Mahasiwa mampu memahami penatalaksanaan dari hiperparatiroid dan hipoparatiroid
7) Mahasiwa mampu memahami konsep daar asuhan keperawatan dari hiperparatiroid dan
hipoparatiroid
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Hiperparatiroid primer terjadi ketika hubungan normal antara kadar kalsium dan sekresi paratiroid
hormone terganggu. Interupsi terjadi pada adenoma atau hiperplasi kelenjar tanpa adanya cedera.
Hiperparatiroid sekunder terjadi pada kelenjar yang hyperplasia akibat malfungsi sistem organ
lainnya. Keadaan ini biasanya akibat gagal ginjal tetapi dapat juga terjadi akibat kanker seperti
myeloma multiple, atau metastasis kanker tulang.
Hiperparatiroid tersier terjadi jika produksi PTH adalah ireversibel (autonom) pada penderita
dengan kadar kalsium yang normal atau rendah.
3. Patofisiologi
Hiperparatiroid ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH terutama bekerja pada
tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkat resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal.
Dengan demikian mengurangi ekresi kalsium dalam urine. PTH juga meningkatkan bentuk
vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkan ambilan kalsium dari makanan
dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofostmia kompensatori adalah abnormalitas biokimia
yang dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH serum juga meningkat.
Produksi hormone paratiroid yang berlebihan disertai dengan gagal ginjal dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulang yang sering terjadi adalah osteitis fibrosa cytica,
suatu penyakit meningkatkan kadar hormone paratiroid penyakit tulang lainnya.
Kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hipekalsemia yang langsung bisa menimbulkan
efek pada reseptor di tulang, traktus serum. Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan adenoma, atau
hyperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung bersamaan dengan hiperkalsemia.
Reabsorpsi kalsium dari tulang dan peningkatan absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari
peningkatan PTH.
Pada saat kedar kasium serum mendeteksi 12mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi kalsium secra
berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat meningkatkan nefrolithiasis, yang
mana dapat menimbulkan penurunan kreanini klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar
kalsium ekstraseluler dapat mengendap pada jaruingan halus. Rasa sakit timbul akibat klasifikasi
berbentuk nodul pada kulit .vitamin D meningkatkan peranan penting dalam metabolism kalsium
sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di target organ.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis hiperparatiroid primer bervariasi mulai dari asimptomatik sampai yang
menunjukan gejala seperti kelemahan otot,fatigue, nyeri kepala, penurunan berat badan, atau
mungkin juga dapat depresi. Gambaran klinis dapat dibagi dalam tiga kategori. Yang paling ringan
adalah tidak di dapatkan tanda atau gejala, dan hanya ditemukan dari pemeriksaan rutin kadar
kalsium serum. Tingkat kedua ditandai dengan kolik ginjal, sedangkan pada tingkat ketiga, interval
antara timbulnya gejala dengan penegakan diagnose lebih pendek,yaitu ditemukan
hiperperkalsemia, debilitas, nyeri tulang, dan kadang-kadang terjadi fraktur patologis. Bila
didapatkan penurunan berat badan , anemia, peningkatan laju endap darah maka hal ini
menunjukan kemungkinan proses keganasan. Gejala lain mungkin timbul adalah polidipsi,
poliurin, pruritus, anoreksia, mual, dan muntah.
Kolik ginjal merupakan manifestasi klinis tersering hiperparatiroid pada ginjal. Dapat terjadi juga
nefrokalsinosis dan asidosis metabolik. Kelainan tulang seperti nyeri tulang fraktur patologis,
kista, pembengkakan pada tulang yang terlokalisir dan epulis pada rahang atau tumor coklat
menunjukan tanda adanya hiperparatiroid.
Pada hiperparatiroid terjadi kelainan neurologis seperti emosi labil, adanya daya ingat lemah,
depresi dan abnormal neuromuscular yang terutama menyerang otot bagian proksimal, tanda yang
paling sering adalah ditemukan mudah lelah. Kadang pasien juga mengeluh pendengaran
berkurang, disfasia dan disestesia.
5. Pemeriksaan penunjuang
· Pemeriksaan urine
· Kimia darah
· CT scan
· Ultrasonografi
· Radioimmunoassay
6. Komplikasi
· Dehidrasi
· Batu ginjal
· Hiperkalsemia
· Osteoklastik
· Osteitis fibrosa cystic
7. Penatalaksanaan
1. Terapi obat :
2. Paratiroidektomi
Tindakan bedah untuk mengangkat kelenjar yang menyabakan hipersekresi PTH. Pada waktu
oprasi pemeriksaan hormone paratiroid memastikan keberhasilan pengangkatan jaringan
paratiroid yang hiperfungsi.
3. Autotrasplantasi kelenjar paratiroid modalitas yang sangat berguna pada manajemen
hiperparatiroidisme sangat mungkin untuk mentrasplatasikan jaringan paratiroid yang sehat pada
lokasi yang aman seperti muskulus brakioradialis di lengan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hiperparatiroidisme antara
lain:
1) Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan
fraktur patologi
2) Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder terhadap
hiperkalsemia dan hiperfosfatemia
3) Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual
4) Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada saluran
gastrointestinal
c. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Risiko terhadap Klien tidak -Lindungi klien Klien rentan untuk
cedera yang menderita dari kecelakaan mengalami fraktur
berhubungan cedera, seperti jatuh. patologis bahkan
dengan ditunjukkan Bila mengalami oleh benturan
demineralisasi dengan tidak penurunan ringan sekalipun.
tulang yang terdapatnya kesadaran Pemasangan hack
mengakibatkan fraktur patologis pasang tirai akan mencegah
fraktur patologi. tempat tidur. klien jatuh dan
meningkatkan
keamanan.
Perubahan posisi
-Hindari klien memberi rasa tidak
dari satu posisi nyaman, namun
yang menetap, dibutuhkan agar
ubah posisi klien tidak kaku pada
dengan hati-hati otot serta tulang
klien.
Meningkatkan
-Bantu klien keamanan dan
memenuhi kenyamanan
kebutuhan selama terjadi
sehari-hari kelemahan fisik.
selama terjadi
kelemahan fisik
Meminimalisir
-Atur aktivitas terjadinya fraktur
yang tidak patologis dan
melelahkan klien mencegah
kelelahan
Memberi
-Ajarkan cara gambaran pada
melindungi diri klien untuk lebih
dari trauma fisik, hati-hati dan
seperti cara mencegah
mengubah posisi terjadinya fraktur
tubuh dan cara patologis karena
berjalan serta perubahan posisi
menghindari yang tiba-tiba.
perubahan posisi
yang tiba-tiba.
Meningkatkan
-Ajarkan klien kemandirian klien
cara dan mencegah klien
menggunakan jatuh
alat bantu
berjalan bila
dibutuhkan.
Anjurkan klien
agar berjalan
secara perlahan-
lahan.
2. Perubahan Klien kembali -Perbanyak Dehidrasi
eliminasi urine pada output urine asupan klien merupakan hal
yang normal, seperti sampai 2500ml yang berbahaya
berhubungan yang ditunjukkan cairan per hari. bagi klien dengan
dengan dengan tidak hiperparatiroidisme
keterlibatan terbentuknya karena akan
ginjal sekunder batu dan output meningkatkan
terhadap urine 30-60 kadar kalsium
hiperkalsemia ml/jam serum dan
dan memudahkan
hiperfosfatemia. terbentuknya batu
-Berikan sari ginjal.
buah canberry
atau prune untuk Keasaman urine
membantu agar yang tinggi
urine lebih membantu
bersifat asam. mencegah
pembentukan batu
ginjal, karena
kalsium lebih larut
dalam urine yang
asam dibandingkan
dengan urine yang
basa.
3. Perubahan Klien mendapat -Berikan Produk susu
nutrisi asupan makanan dorongan pada mengandung
berhubungan yang mencukupi klien untuk kalsium yang akan
dengan anoreksi ditunjukkan mengonsumsi merangsang
dan mual dengan tidak diet rendah pengeluaran
adanya mual dan kalsium untuk hormone paratiroid
kembali pada memperbaiki sehingga tidak
berat badan ideal hiperkalsemia. dapat mengatasi
hiperkalsemia
Perencanaan diet
-Rujuk klien ke yang baik akan
ahli gizi untuk memberikan
membantu indikasi nutrisi
perencanaan diet yang baik untuk
klien perkembangan
kesembuhan klien.
4. Konstipasi Klien dapat -Upayakan Tindakan
berhubungan mempertahankan tindakan yang pencegahan lebih
dengan efek pola BAB norma, dapat mencegah baik dilakukan
merugikan dari seperti yang konstipasi dan segera untuk
hiperkalsemia dibuktikan pergeseran fekal mencegah
pada saluran dengen BAB yang diakibatkan komplikasi dan
gastrointestinal. setiap hari oleh menghindari rasa
(sesuai dengan hiperkalsemia. tidak nyaman pada
kebiasaan klien) klien.
-Bantu klien
untuk tetap dapat Klien yang aktif
aktif sesuai akan membuat
dengan kondisi pergerakan
yang peristaltik tidak
memungkinkan. kaku sehingga
dapat melancarkan
pencernaan dan
mencegah
konstipasi.
-Tingkatkan
asupan cairan Serat akan
dan serat dalam melancarkan proses
diet. Klien harus pencernaan dan
minum mencegah
sedikitnya 6-8 konstipasi.
gelas air per hari,
kecuali bila ada Minum 6-8 gelas
kontra indikasi. untuk menghindari
klien dehidrasi.
-Jika konstipasi
menetap
walaupun sudah Pelunak feses atau
dilakukan laksatif akan
tindakan, maka memudahkan
mintakan pada pengeluaran feses.
dokter pelunak
feses atau
laksatif.
C. Hipoparatiroidisme
1. Pengertian
Hipoparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana sekresi kelenjar paratiroid berkurang
sehingga terjadi hipokalsemi dan peninggian fosfor dalam darah. (Smeltzer, 2002).
Hipoparatiroidisme adalah hiposekresi kelenjar paratiroid dimana kadar kalsium serum
menurun, sedangkan fosfat serum meninggi. (Elsevier, 2009).
Hipoparatiroidisme adalah defisisensi hormon paratiroid akibat dari defisiensi absolut HPT
, abnormalitas molekul HPT, atau resistensi terhadap HPT. Manifestasi sangat bervariasi mulai
dari gejala ringan sampai berat bahkan dapat mengakibatkan kematian. (Jose DKK, 2010).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipoparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana terjadi
hiposekresi kelenjar paratiroid akibat dari defisiensi absolut HPT dapat terjadi hipokalsemi dan
menyebabkan kematian.
2. Etiologi
b) Kematian kelenjar paratiroid karena tidak cukup mendapat aliran darah ketika pembedahan.
c) Strangulasi pada satu atau lebih kelenjar oleh jaringan ikat pascaoperasi.
3. Klasifikasi
Hipoparatiroid dapat dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan kadar kalsium serum sebagai
berikut :
a. Derajat 1 : tanpa hipokalsemia
Hipoparatiroidisme Akut
Hipoparatiroidisme akut dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan paratiroid akibat
operasi tiroidektomi. Ditandai oleh peningkatan iritabilitas neuromuskuler yang berakibat tetani.
Dibeberapa kasus, tetani berlangsung berat dan tindakan trakeostomi diperlukan untuk mengoreksi
obstruksi jalan napas akibat laringospasme. Hipoparatirodisme derajat 3 termasuk dalam
hipoparatiroidisme akut.
Hipoparatiroidisme Kronis
Hipoparatiroidisme kronis biasanya bersifat idiopatik. kalsifikasi ektopik dapat terjadi di
mata dan basal ganglia. Ktarak dan kerusakan permanen ganglia diikuti psikosis dapat terjadi.
Sebagai tambahan hipokalsemia persisten yang berat dapat merusak jantung berakibat disritmia
dan terkadang gagal jantung. Hipoparatiroidisme derajat 4 dan 5 termasuk dalam
hipoparatiroidisme kronis.
4. Manifestasi Klinis
Pada hipoparatiroidisme dapat ditemukan gejala seperti :
Hipoparatiroidisme Akut
b. kejang
c. Spasme otot
e. Laringospasme
f. Disritmia
Hipoparatiroidisme Kronis
a. Letargi
c. Kuku rapu
Manifestasi pada gigi meliputi kelainan pembentukan gigi, hipoplasia gigi, tidak adanya erupsi
gigi dan defek pembentukan akar gigi.
5. Patofisiologi
Hipoparatiroidisme lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Insidenya terkait
tindakan bedah tiroid. Insiden hipoparatiroidisme sementara setelah tiroidektomi totalis bervariasi
mulai dari 6,9% sampai 25%. Insiden setelah paratiroidektomi subtotal adalah 1,6% sampai 9%.
7. Test Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan hipokalsemia, hipofosfatemia, kadar kalsium ion dalam serum juga rendah
(biasanya sekitar 45% dari kalsium total). kadar HPT rendah kecuali pseudohipoparatiroid, pada
pseudohipoparatiroid kadar HPT dapat normal atau tinggi sehingga perlu dilakukan pengukuran
kadar cAMP dan fosfat.
2) Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen atau CT Scan tulang dapat menunjukkan adanya kalsifikasi pada ganglia basalis.
3) Electroensefalografi
Terdapat perlambatan umum yang akan normal kembali dalam beberapa minggu setelah
hipokalsemia terkoleksi, kecuali telah terjadi kerusakan otak yang ireversibel atau insufisiensi
paratiroid yang terjadi berhubungan dengan epilepsi.
4) Elektromielografi ?
8. Komplikasi
1) Hiperkalsemia
2) Hiperkalsiuria, terjadi karena hormon paratiroid tidak lagi mempertahankan reabsorbsi kalsium
yang normal pada tubulus ginjal.
3) Batu ginjal
9. Penatalaksanaan
Terapi ini digunakan untuk mencegah spasme laring dan kejang, setelah jalan napas dipastikan
bebas, berikan 10-20 ml larutan glukonas 10% secara intravena perlahan-lahan, sampai gejala
hilang dan kadar kalsium serum diatas 7 mg/dl. Namun , harus dicegah kadar kalsium serum antara
7,5-9 mg/dl.
Dimulai denganpemberian 200mg kalsium elemental setiap 2 jam, bila diperlukan dapat
ditambahkan secara bertahap sampai 500mg setiap 2 jam. Obat anti kejang mungkin dapat
membantu klien kejang yang resisten terhadap terapi kalsium dan harus diberikan segera setelah
dicurigai keadaan resistensi.
Hipoparatiroidisme Akut
Pada klien dengan hipoparatioidisme derajat 3 memerlukan suplementasi kalsium 1-5 gram
per hari dan retriksi fosfat sedang (digabung dengan gel alumunium hidroksida) untuk
mempertahankan kalsium serum dalam rentang 8-9,5 mg/dl.
Hipoparatiroidisme Kronis
Pada klien dengan hipoparatiroidisme derajat 4 dan 5 membutuhkan terapi Vitamin D
jangka panjang, dengan memberikan dihidrotakisterol 4mg/hari dengan dosis tunggal selama 2
hari. Kemudian 1mg/hari, lalu dosis disesuaikan dengan kadar kalsium serum yang idealnya
dipertahankan antara 8,5-9 mg/dl.
Kalsium
Suplemen dapat diberikan dalam bentuk kalsium glukonas, laktat, klorida, atau garam
karbonat. Kalsium dalam bentuk glukonas dan laktat menfandung sedikit kalsium elemental,
sehingga harus diberikan dengan dosis yang lebih besar. Kalsium klorida mengandung kalsium
dalam jumlah yang cukup besar. Kalsium sitrat dirokemendasikan untuk klien dengan
hiperkalsiuria karena ion sitrat dalam urinbersifat profilaktik terhadap pembentukan batu ginjal.
· Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya angkatan kelenjar paratiroid atau
kelenjar tiroid
· Tetani
· Rambut jarang dan tipis; pertumbuha kuku buruk, deformitas dan mudah patah; kulit kering dan
kasar
4) Pemeriksaan penunjang :
· Pemerikasaan kadar kalsium serum
· Pemerikasaan radiologi
b. Diagnosa Keperawatan
Klien dengan hipoparatiroidisme rentan terhadap hipokalsemia, yang dapat mengarah pada
masalah kolaborasi tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. Dan
karena hipoparatiroidisme dapat menjadi kondisi yang kronis, klien harus dapat melakukan
perawatan diri, sehingga membuat diagnosa keperawatan risiko terhadap inefktif penatalaksanaan
egimen terapetik yang berhubungan dengan regimen diet dan medikasi menjadi penting untuk
klien ini. Secara umum diagnosa keperawatan utama pada klien ini adalah:
1) Masalah kolaboratif : tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum
2) Risiko terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapetik yang berhubungan dengan kerang
pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.
c. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Tetani otot yang Klien tidak -Saat merawat Agar jalan nafas
berhubungan akan klien dengan tetap efektif dan
dengan penurunan menderita hipoparatiroidisme tidak terjadi
kadar kalsium cedera, hebat, selalu obtruksi jalan nafas
serum. seperti yang waspadalah
dibuktikan terhadap spasme
oleh kadar laring dan
kalsium obstruksi
kembali pernapasan
kebatas siapkan selalu set
normal, selang endotrakeal,
frekuensi laringoskop dan
pernapasan trakeostomi saat
normal, dan merawat klien
gas darah dengan tetani akut.
dalam batas
-Jika klien berisiko
normal. Menjaga
terhadap
kesetabilan cairan
hipokalsemia
kalsium
mendadak, seperti
setelah
tiroidektomi,
selalu disiapkan
cairan infus
kalsium karbonat
didekat tempat
tidur klien untuk
segera digunakan
jika diperlukan. Untuk
memperlancar
- Jika selang infus aliran darah vena
harus dilepas,
biasanya hanya di
klem dulu untuk
beberapa waktu
sehingga selalu
tersedia akses vena
yang cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperparatiroidisme ,penyakit yang disebabkan oleh aktivitas berlebihsatu atau lebih kelenjar
paratiroid. Terbagi atas primer, sekunder, atau tersier. Keadaan ini terjadi pada usia lebih dari 60
tahun dan mengenai perempuan dua kali lebih banyak dari pada laki-laki, serta penderita dengan
gagal ginjal.
Hipoparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana terjadi hiposekresi kelenjar paratiroid akibat
dari defiseinsi absolut HPT dapat terjadi hipokalsemi dan menyebabkan kematian.
B. Saran
Menjaga pola hidup itu sangatlah penting, hiperparatiroid dan hipoparatiroid dapat terjadi
karena pola hidup yang tidak sehat dan kurang menjaga kesehatan diri. Maka dari itu sebagai
perawat atau tenaga medis harus meningkatkan Health educationkepada masyarakat mengenai
bahaya dari komplikasi kedua penyakit.