Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Stomatitis” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.

Penulis, Tomohon 2017


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1.2 Tujuan………………………………………………………………….
BAB 2 TINJAUAN TEORI…………………………………………………….
2.1 Pengertian Stomatitis…………………………………………………..
2.2 Etiologi………………………..……………………………………….
2.3 Tanda dan Gejala………………………………………………………
2.4 Patofisiologi…..……………………………………………………….
2.5 Pengobatan…………………………………………………………….
2.6 Pencegahan……………………………………………………………
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN…………….………………………….
3.1 Pengkajian…………………………………………………………….
3.2 Diagnosa………….……………………………………………………
3.3 Perencanaan……………………………………………………………
3.4 Pelaksanaan…………………………………………………………….
BAB 4. PENUTUP……………………………………………………………..
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….
4.2 Saran……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan
yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu
penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam rongga mulut
terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada flora mulut dan tidak
menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh
menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan
atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena
gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan
darah (anemi).
Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari
itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan
kesejahteraan seseorang. Orang tua dan anak-anak akan sadar pentingnya kesehatan gigi dan
mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan gigi dan
mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Jika rongga mulut kotor, maka
sistem pencernaan juga akan terganggu.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor psikis
dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut stomatitis.
Stomatitis atau sariawan dapat menyerang segala usia termasuk pada anak. Kesadaran anak
dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya tentu masih sangat rendah, dimana faktor peran
orangtua merupakan hal yang dominan.

1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu stomatitis
2. Dapat mengetahui apa saja penyebab terjadinya penyakit stomatitis
3. Dapat mengetahui apa saja tanda dan gejala penyakit stomatitis
4. Dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penyakit
stomatitis
5. Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit stomatitis.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Stomatitis


Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi
seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan
obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Menurut Donna L.Wong dkk stomatitis adalah imflamasi
mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit
dan dasar mulut.
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa
mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun
lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal,
labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, dan palatum lunak dan mukosa orofaring.
Klasifikasi Stomatitis:
1. Stomatitis apthous Reccurent terjadi akibat tergigit atau luka benturan dengan sikat gigi,
stomatitis ini terdiri atas:
a. Rekuren apthous stomatitis minor
b. Rekuren Apthous Stomatitis Major
c. Herpetiformis apthous stomatitis
2. Oral thrush disebabkan jamur candida albicans, banyak dijumpai di lidah;
3. Stomatitis Herpetik disebabkan virus herpes simpleks dan berlokasi di bagian belakang
tenggorokan.

2.2 Etiologi
Stomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak sariawan dapat disebabkan oleh:
1. daya tahan tubuh anak yang rendah;
2. kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk;
3. luka pada mulut karena tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu panas;
4. kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi;
5. luka akibat menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang;
6. kekurangan vitamin c dan vitamin b;
7. faktor psikologis (stress);
8. pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan.
pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;
2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis berdasarkan tanda
dan gejalanya, yaitu:
a. Stomatitis hipertik akut
1) Nyeri sperti terbakar di mulut
2) Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
3) Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya menjadi lesi berkantung
keluar disertai areloa ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.
4) Limfadenitis submaksilari
5) Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhan

b. Stomatitis aftosis
1) Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak
2) Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat berwarna keputihan dan
berbatas merah
3) Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai 3 minggu.

2.4 Patofisiologi
Stomatitis yang disebabkan berbagai macam faktor, diantaranya bakteri, jamur dan
faktor traumatic seperti tergigit atau tergores sikat gigi. Penyebab oleh Candida Albicans
(monilia: thrush) banyak dijumpai pada bayi. Stomatitis terlihat sebagai titik-titik putih kecil di
bagian dalam pipi,lidah, dan atap mulut. Agak mirip dadih susu namun memiliki ukuran yang
lebih besar dan dapat dengan mudah dilepaskan menggunakan spatula. Candida albicans
dapat di kultur dalam jumlah besar dari apusan namun sering dapat di kultur dari mulut atau
tenggorokan anak sehat. Stomatitis berupa reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang
terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring. Infeksi primer di mulai dengan faring
menjadi edema dan eritema, vesikula muncul pada mukosa menyebabkan nyeri berat dan bau
napas khas. Penyakit ini dapat berlangsung 5 sampai 14 hari dengan berbagai keparahan.

2.5 Pengobatan
Stomatitis akan sembuh sendiri dalam rentang waktu 10-14 hari. Stomatitis umumnya
ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan pederita sulit untuk
menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam. Stomatitis dapat
diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang
mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Saat ini
sudah banyak tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya stomatitis. Jika stomatitis
sudah terlanjur parah maka dapat menggunakan antibiotic dan obat penurun panas (bila
disertai demam). Stomatitis umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari. Penatalaksanaan
medis pasien dengan stomatitis adalah sebagai berikut.
1. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
2. Diet lunak atau halus
3. Pemberian antibiotik
Antibiotik diberikan harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya. Selain diberikan
emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2–3 ulcersi minor, pada kasus
yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal,
sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Tetrasiklin dapat diberikan
untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada respon atau perbaikan keadaan
terhadap pemberian kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson atau talidomid.
4. Terapi
Pengobatan stomatitis yang disebabkan oleh herpes bersifat konservatif. Pada
beberapa kasus diperlukan antivirus untuk menghilangkan faktor penyebab. Pada intinya,
pengobatan stomatitis ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit topikal. Namun, apabila ingin
mendapatkan hasil pengobatan jengka panjang yang efektif maka penderita harus menghindari
faktor pencetus stomatitis. Terapi yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut.
a. Injeksi vitamin B12 IM. Pengobatan diberikan 1000 mcg per minggu untuk bulan pertama
dan kemudian 1000 mcg per bulan untuk pasien dengan level serum vitamin B12 di bawah 100
pg/ml, pasien dengan neuropati peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien yang berasal
dari golongan sosial ekonomi kurang mampu.
b. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.

2.6 Pencegahan
Pencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor pencetus yang dapat
menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. hindari faktor etiologi;
2. pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama
makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi;
3. hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala;
4. usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak;
5. hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada mulut;
6. hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan makanan yang
lembut dan mudah ditelan;
7. hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari karet yang keras;
8. anjurkan anak makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan kususnya bervitamin c;
aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak kekurangan gizi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan
sumber informasi). Stomatitis dapat menyerang semua umur, namun mayoritas dapat
menyerang pada usia antara 20-40 tahun yang lebih cenderung terjadi pada wanita.
b. Keluhan Utama: pasien dengan stomatitis biasanya nyeri karena mukosaoral mengalami
peradangan dan bibir pecah-pecah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien biasanya dibawa atau meminta bantuan ke rumah sakit
setelah mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk, rasa terbakar, bengkak, anoreksia, sukar
menelan. Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang buruk,
intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya
faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak, kurang vitamin C, vitamin B12
dan mineral.
d. Riwayat Penyakit Dahulu: kline pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
sistem imun menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita
penyakit yang sama atau penyakit oral lainnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga: Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa
menyebabkan terjadinya stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab
utama dari stomatitis atau sariawan adalah keturunan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita stomatitis lebih rentan untuk
mengalami stomatitis juga.

2. Pemeriksaan Fisik Fokus


a. Keadaan umum : lemah.
b. TTV : Tekanan Darah : dalam batas normal
Suhu : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36oC- 37o C)
Nadi : takikardi
RR : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1) Kepala dan leher
Inspeksi : Wajah : simetris, dahi mengkerut
Rambut : lurus/keriting, distribusi merata/tidak
Mata : pupil miosis, konjungtiva anemis
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Telinga : bersih
Mulut : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada rongga mulut, bercak putih,
warna lidah merah dan keputihan karena peradangan.Kulit didalam rongga mulut tampak
bengkak dan kemerahan
Lidah : Mukosa mulut mengalami peradangan dan ada lesi, bibir pecah-pecah,
rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar pada daerah lidah, hipersarivasi.
Palpasi : ada nyeri tekan (respon nyeri)
2) Dada
Inspeksi : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung : dullness
Paru : sonor
Auskultasi : tidak terdengar suara ronchi
tidak terdengar bunyi wheezing
3) Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : ada bising usus
4) Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
5) Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas
2. Analisa Data

Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan

1. DS: pasien Nyeri


mengatakan bahwa Nyeri
merasa nyeri di

daerah rongga
mulut. kerusakan dan inflamasi
membrane mukosa mulut

DO: terdapat luka
pada daerah rongga Infeksi local pada mulut, orofaring
mulut
2. DS: keluarga pasien Gangguan pola
mengatakan pasien eliminasi
jarang BAB karena Gangguan pola eliminasi
nutrisi yang di
konsumsi kurang ↑
dari kebutuhan
tubuh. Konstipasi

DO: paien tampak Perubahan pola makan


pucat, urin
keruh,demam
3. DS: keluarga Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur
mengatakan bahwa
pasien sering rewel ↑
pada malam hari Nyeri tak terkontrol

DO: pasien tidak Kerusakan dan inflamasi
mau tidur membrane mukosa
4. DS: keluarga Resiko
mengatakan bahwa Resiko ketidakseimbangan nutrisi ketidakseimbangan
pasien jarang kurang dari kebutuhan tubuh nutrisi kurang dari
makan karena nyeri kebutuhan tubuh
dan perih di daerah ↑
mulut
Nafsu makan menurun

DO: pasien terlihat
lebih kurus dari Perubahan pola makan
sebelumnya.
3.2 Diagnosa

No. Diagnosa Keperawatan

Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa),


1. malaiseyang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa merasa nyeri
di daerah rongga mulut, terdapat luka pada daerah rongga mulut.
Gangguan pola eleminasi berhubungan dengan intake nitrisi kurang
dan stress yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien
2.
tidak bisa menghitung padahal mudah, pasien terlihat bingung pada
saat menghitung
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang tidak terkontrol
3. keluarga mengatakan bahwa pasien sering rewel pada malam
hari, pasien tidak mau tidur, cemas
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4.
berhubungan dengan nyeri pada mukosa mulut

3.3 Perencanaan

No. Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri pada pasien
keperawatan selama 3x24
jam, nyeri pada klien dapat 2. Berikan makanan yang tidak
berkurang atau hilang dengan merangsang, seperti makanan yang
kriteria hasil: mengandung zat kimia

1. Hilangnya rasa sakit dan perih 3. Hindari makanan yang terlalu


di mukosa mulu panas dan terlalu dingin

2. Lesi berkurang dan berangsur 4. Hindari pasta gigi yang


sembuh merangsang timbulnya nyeri
1
3. Membran mukosa oral 5. Hindari luka pada mulut saat
lembab menggosok gigi atau saat menggigit
makan
4. Tidak bengkak dan hiperemi
6. Anjurkan klien untuk
5. Suhu badan normal memperbanyak mengkonsumsi
buah buah dan sayuran terutama
vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi
7. Lakukan elaborasi pemberian
analgesik dan kortikosteroid
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi faktor
keperawatan 3x24 jam klien resikogangguan pola eleminasi
terbebas dari resiko konstipasi.
2. Auskultasi abdomen meliputi
Kriteria hasil: jumlah dan lokasi bising usus
1. Menunjukkan pola eliminasi 3. Evaluasi diet dan pemenuhan
yang teratur cairan klien.
2
2. Menunjukkan perubahan 4. Instruksikan konsumsi serat
perilaku, pola makan teratur yang cukup
5. Anjurkan meningkatkan
pemenuhan cairan klien
6. Berikan pendidikan tentang
pentingnya BAB secara teratur
Setelah dilakukan perawatan 2x 1. Jelaskan pada klien dan
24 jam pasien Kebutuhan tidur keluarga penyebab gangguan tidur
dan istirahat terpenuhi
2. Ciptakan suasana yang
dengan kriteria hasil: mendukung, suasana tenang dengan
mengurangi kebisingan.
1. pasien yang rentan tidak
mengalami penyakit Klien mampu 3. Beri kesempatan klien untuk
3 beristirahat / tidur dalam waktu mengungkapkan penyebab gangguan
yang cukup. tidur
2. Pasien mengungkapan 4. Kolaborasi dengan dokter untuk
sudah bisa tidur pemberian obat yang dapat membuat
klien tertidur
3. Pasien mampu menjelaskan
faktor penghambat tidur. 5. Pantau kembali kondisi pasien
untuk asuhan selanjutnya

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi pasien


keperawatan selama 2x24 jam
status nutrisi terpenuhi dengan 2. Beri nutrisi dalam keadaan
lunak, porsi sedikit tapi sering
kriteria hasil:
3. Pantau berat badan tiap hari
1. Status nutrisi terpenuhi
4 4. Kolaborasi dengan ahli gizi
2. Nafsu makan klien timbul dalam pemberian nutrisi
kembali
5. Berikan informasi tentang zat-
zat makanan yang sangat penting
bagi keseimbangan metabolisme
tubuh
3.4 Pelaksanaan
No.
Implementasi
Diagnosa
1. Mengkaji tingkat nyeri pada pasien
2. Memerikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang
mengandung zat kimia
3. Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
4. Menghindari pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri
1
5. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat
menggigit makan
6. Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi
buah buahdan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi
7. Melakukan elaborasi pemberian analgesik dan kortikosteroid
1. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan pola eleminasi
2. Melakukan auskultasi abdomen meliputi jumlah dan lokasi bising
usus

2 3. Mengevaluasi diet dan pemenuhan cairan klien.


4. Menginstruksikan konsumsi serat yang cukup
5. Menganjurkan meningkatkan pemenuhan cairan klien
6. Memberikan pendidikan tentang pentingnya BAB secara teratur
1. Menjelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur
2. Menciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan
mengurangi kebisingan.
3. Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab
3
gangguan tidur
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat
membuat klien tertidur
5. Memantau kembali kondisi pasien untuk asuhan selanjutnya
1. Mengkaji status nutrisi pasien
2. Memberi nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
3. Memantau berat badan tiap hari
4
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
5. Memberikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting
bagi keseimbangan metabolisme tubuh
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi
seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan
obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat
meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut. Ada 4
klasifikasi stomatitis, yaitu Mycotic stomatitis, Gingivostomatitis, Denture stomatitis, dan
Aphthous stomatitis. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien stomatitis adalah nyeri
atau pedih pada bagian yang terkena stomatitis. Penatalaksanaannya dengan cara medis dan
proses keperawatan, yang paling penting cara penanganannya adalah dengan cara menjaga
kebersihan oral klien.
Salah satu factor penyebab stomatitis yaitu perhatian yang kurang terhadap rongga
mulut. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam
bentuk salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat
kumur. Penyakit stomatitis dapat dihindari dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut
serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan
zat besi.

4.2 Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga sangat perlu dilakukan oleh
seorang perawat. Pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan pasien, begitu pula dengan pasien stomatitis terutama pada anak. Maka diharapkan
bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam akan
perkembangan penyakit stomatitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan tahap perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Ganong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit ed 5. Jakarta : EGC
Hayes, Peter C. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC
Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai