Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

STOMATITIS
DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS

Disusun Oleh :

ENDAH FITRIANA SARI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
2018
TINJAUAN TEORI

2.1    Pengertian Stomatitis
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan
pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau
jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Menurut Donna
L.Wong dkk stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi
mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut.
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada
mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa
ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang
tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut,
dan palatum lunak dan mukosa orofaring.
SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda
adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling
menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan berbicara. Penyakit ini ringan
karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang-
orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa
sangat terganggu. Apalagi jika SAR dialami oleh bayi dan atau anak-anak dengan
frekuensi yang tinggi akan akan membuat bayi dan atau anak tersebut akan
mengalami komplikasi yang berbahaya. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR
bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran
beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama.
Klasifikasi Stomatitis:
1.        Stomatitis apthous Reccurent terjadi akibat tergigit atau luka benturan
dengan sikat gigi, stomatitis ini terdiri atas:
a.       Rekuren apthous stomatitis minor
b.       Rekuren Apthous Stomatitis Major
c.        Herpetiformis apthous stomatitis
2.        Oral thrush disebabkan jamur candida albicans, banyak dijumpai di lidah;
3.        Stomatitis Herpetik disebabkan virus herpes simpleks dan berlokasi di
bagian belakang tenggorokan.

2.2    Epidemiologi
Penyakit infeksi pencernaan pada anak yaitu stomatitis dialami 15-20 %
pada masyarakat dan 80% pada usia > 30 tahun, bila di atas usia  tersebut
kemungkinan besar penyebabnya merupakan suatu yang lebih kompleks. Di
Amerika terdapat 29,6 % dari perokok mengalami stomatitis. Sedangkan SAR
(Stomatitis Aftosa Rekuren ) lebih banyak terjadi pada wanita.
Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang
diteliti. Dari penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya,
prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi
tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran
gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis cenderung
meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan
dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-
jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan
individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.

2.3    Etiologi
Stomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak sariawan dapat
disebabkan oleh:
1.    daya tahan tubuh anak yang rendah;
2.    kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk;
3.    luka pada mulut karena tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu
panas;
4.    kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi;
5.    luka akibat menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah
mengembang;
6.    kekurangan vitamin c dan vitamin b;
7.    faktor psikologis (stress);
8.    pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari
sariawan. pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;
9.    disebabkan karena jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan
penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). berasal dari kadar imunoglobin
abnormal; gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi).
Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada
beberapa penderita wanita.

2.4    Tanda dan Gejala


Menurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis
berdasarkan tanda dan gejalanya, yaitu:
a.       Stomatitis hipertik akut
1)   Nyeri sperti terbakar di mulut
2)   Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
3)  Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya
menjadi lesi berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek,
dan membertuk sisik.
4)   Limfadenitis submaksilari
5)   Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhan
b.      Stomatitis aftosis
1)    Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak
2)    Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat
berwarna keputihan dan berbatas merah
3)   Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai
3 minggu.
1.      Stomatitis apthous Reccurent
Stomatitis yang sifatnya berulang atau Reccurent Apthous Stomatitis dapat
diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser major,
dan ulser herpetiform
a.        Rekuren apthous stomatitis minor
Sebagian besar klien (80%) yang menderita bentuk minor ditandai
dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter yang
kurang dari 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous. Ulserasi
bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima
dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas. Ulkus ini
mempunyai kecendrungan untuk terjadi pada mukosa bergerak yang terletak
pada kelenjar saliva minor
Ulkus yang berkelompok dapat menetap dalam jangka waktu beberapa
bulan. Ulserasi yang menetap seringkali sangat sakit dan biasanya mempunyai
gambaran tak teratur. Frekuensi SAR lebih sering pada laki-laki daripada
wanita dan mayoritas penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien
dengan ulser minor mengalami ulserasi yang berulang dan lesi individual dapat
terjadi dalam jangka waktu pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain.
Ulser ini sering muncul pada mukosa non keratin. Lesi ini didahului dengan
rasa terbakar, gatal dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus.
Ulserasi berdiameter  3-10 mm dan sembuh tanpa luka dalam  7-14 hari.

b.     Rekuren Apthous Stomatitis Major


Rekuren apthous stomatitis major diderita kira-kira 10% dari
penderita SAR dan lebih hebat dari bentuk minor. Secara sederhana, ulser ini
berdiameter kira-kira 1-3 cm dan berlangsung selama empat minggu atau lebih
dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut termasuk daerah-
daerah yang berkeratin. Dasar ulser lebih dalam, melebihi 0,5 cm dan seperti
ulser minor, hanya terbatas pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang.
Ulser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang rekuren
atau disebut juga penyakit Sutton. Penyebabnya belum diketahui secara pasti,
namun banyak bukti yang berhubungan dengan defek imun. Tanda adanya
ulser seringkali dilihat pada penderita bentuk mayor. Jaringan parut terbentuk
karena keparahan dan lamanya lesi terjadi. Awal dari ulser mayor terjadi
setelah masa puberti dan akan terus menerus tumbuh hingga 20 tahun atau
lebih.
c.           Herpetiformis apthous stomatitis
Istilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi
herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip
dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi virus-virus herpes tidak
mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi herpertiformis atau dalam setiap
bentuk ulserasi aptosa.
Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan
frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan
berdiameter rata-rata 1-3 mm. Gambaran dari ulser ini adalah erosi-erosi kelabu
putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar,
bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Pada awalnya ulkus-ulkus tersebut
berdiameter 1-2 mm dan timbul berkelompok terdiri atas 10-100. Mukosa
disekitar ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit.

2.      Oral thrush
Sariawan yang disebabkan jamur Candida Albican, biasanya banyak
dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat di dalam mulut.
Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah penggunaan obat
antibioka yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian,
jamur Candida Albican akan tumbuh lebih banyak lagi.

3.      Stomatitis Herpetik
Sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan beralokasi di bagian
belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan biasanya langsung terjadi jika
ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah
sehingga sistem imun tidak dapat menetralisir atau mengatasi virus yang masuk
sehingga terjadilah ulser.
2.5    Patofisiologi
Stomatitis yang disebabkan berbagai macam faktor, diantaranya bakteri,
jamur dan faktor traumatic seperti tergigit atau tergores sikat gigi. Penyebab oleh
Candida Albicans (monilia: thrush) banyak dijumpai pada bayi. Stomatitis terlihat
sebagai titik-titik putih kecil di bagian dalam pipi,lidah, dan atap mulut. Agak
mirip dadih susu namun memiliki ukuran yang lebih besar dan dapat dengan
mudah dilepaskan menggunakan spatula. Candida albicans dapat di kultur dalam
jumlah besar dari apusan namun sering dapat di kultur dari mulut atau
tenggorokan anak sehat. Stomatitis berupa reaksi inflamasi dan lesi ulseratif
dangkal yang terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring. Gingigo-
stomatitis herpetica (HGS) disebabkan oleh herpes virus simpleks dapat
menyebabkan infeksi primer atau kekambuhan yang tidak terlalu berat. Infeksi
primer di mulai dengan faring menjadi edema dan eritema, vesikula muncul pada
mukosa menyebabkan nyeri berat dan bau napas khas. Penyakit ini dapat
berlangsung 5 sampai 14 hari dengan berbagai keparahan.
PATWAY
2.6    Komplikasi dan Prognosis
2.6.1 Komplikasi
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia:
a.       Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak
teratur
b.      Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c.       Pola Hygine : kurang menjaga kebersihan mulut
d.      Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
Stomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita
diantaranya:
1. Komplikasi akibat kemoterapi
Karena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian
yang mirip dengan leukosit, periode kerusakan terparah pada mukosa oral
frekuensinya berhubungan dengan titik terendah dari sel darah putih. Mekanisme
dari toksisitas oral bertepatan dengan pulihnya granulosit. Bibir, lidah, dasar
mulut, mukosa bukal, dan palatum lunak lebih sering dan rentan terkena
komplikasi dibanding palatum keras dan gingiva; hal ini tergantung pada cepat
atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi
ketika agen kemoterapeutik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan
dalam dosis tinggi atau berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi.

2.    Komplikasi Akibat Radiasi


Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan
perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi
sitotoksik, tapi juga menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada
jaringan pendukung, termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi
pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hypoxia, berkurangnya
supplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang,
infeksi, dan nekrosis. Radiasi pada daerah kepala dan leher serta agen
antineoplastik merusak divisi sel, mengganggu mekanisme normal pergantian
mukosa oral. Kerusakan akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat kemoterapi,
pada volume jaringan yang terus teradiasi terus-menerus akan berbahaya bagi
pasien sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak oleh obat-obatan
toksik atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis normal
dapat mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen seluler.

3.      Komplikasi Akibat Pembedahan


Pasien dengan osteoradionekrosis yang melibatkan mandibula dan tulang
wajah, maka debridemen sisa pembedahan dapat merusak. Usaha rekonstruksi
akan menjadi sia-sia, kecuali jaringan oksigenasi berkembang pada pembedahan.
Terapi hiperbarik oksigen telah berhasil menunjukkan rangsangan terhadap
formasi kapiler baru terhadap jaringan yang rusak dan telah digunakan sebagai
tambahan pada debridemen pembedahan.

2.6.2 Prognosis
Prognosis stomatitis didasarkan pada masalah yang menyebabkan adanya
gangguan ini. Infeki pada stomatitis biasanya dapat disebabkan karena pengobatan
atau bila masalahnya disebabkan oleh obat-obatan maka yang harus dilakukan
adalah dengan mengganti obat. Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat
diatasi dengan oral hygene yang bagus, memeriksakan gigi secara teratur, diet
yang bermutu, dan pengobatan.

2.7    Pengobatan
Stomatitis akan sembuh sendiri dalam rentang waktu 10-14 hari. Stomatitis
umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang
menyebabkan pederita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat
menyebabkan demam. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa
jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang
rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Saat ini sudah banyak tersedia pasta
gigi yang dapat mengurangi terjadinya stomatitis. Jika stomatitis sudah terlanjur
parah maka dapat menggunakan antibiotic dan obat penurun panas (bila disertai
demam). Stomatitis umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari. Namun bila
stomatitis tidak kunjung sembuh, segera periksaan ke dokter karena hal itu dapat
menjadi gejala awal adanya kanker mulut.
Penatalaksanaan medis pasien dengan stomatitis adalah sebagai berikut.
1.    Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya
2.    Diet lunak atau halus
3.    Pemberian antibiotik
Antibiotik diberikan harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya. Selain
diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2–3
ulcersi minor, pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid,
seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari
setelah makan dan menjelang tidur. Tetrasiklin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada respon atau
perbaikan keadaan terhadap pemberian kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat
diberikan dakson atau talidomid.
4.    Terapi
Pengobatan stomatitis yang disebabkan oleh herpes bersifat konservatif. Pada
beberapa kasus diperlukan antivirus untuk menghilangkan faktor penyebab.
Gejala lokal yang terjadi dapat diatasi dengan berkumur air hangat dicampur
dengan air garam dan penghilang rasa sakit topikal. Penderita harus
menghindari penggunaan antiseptik karena dapat mengiritasi. Pada intinya,
pengobatan stomatitis ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit topikal.
Namun, apabila ingin mendapatkan hasil pengobatan jengka panjang yang
efektif maka penderita harus menghindari faktor pencetus stomatitis. Terapi
yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut.
a.    Injeksi vitamin B12 IM. Pengobatan diberikan 1000 mcg per minggu untuk
bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan untuk pasien dengan level
serum vitamin B12 di bawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropati peripheral
atau anemia makrocytik, dan pasien yang berasal dari golongan sosial
ekonomi kurang mampu.
b.    Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.

2.8    Pencegahan
Pencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor pencetus
yang dapat menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. hindari faktor etiologi;
2. pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup
terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi;
3. hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala;
4. usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak;
5. hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada
mulut;
6. hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan
makanan yang lembut dan mudah ditelan;
7. hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari karet
yang keras;
8. perbanyak makan yang mengandung B3 seperti serelia, hati, ayam, daging,
kacang-kacangan, apukat dan lain sebagainya;
9. anjurkan  anak makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan kususnya
bervitamin c;
aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak kekurangan gizi.
.

ASUHAN KEPERAWATAN
4.1    Pengkajian
1.      Anamnesa
a.       Data Demografi
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,
alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi). Stomatitis dapat menyerang semua umur, namun
mayoritas dapat menyerang pada usia antara 20-40 tahun yang lebih
cenderung terjadi pada wanita.
b.      Keluhan Utama: pasien dengan stomatitis biasanya nyeri karena
mukosaoral mengalami peradangan dan bibir pecah-pecah.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang: Klien biasanya dibawa atau meminta
bantuan ke rumah sakit setelah mengeluh nyeri seperti tertusuk-
tusuk, rasa terbakar, bengkak, anoreksia, sukar menelan. Stomatitis
bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang buruk,
intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan
stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan
yang berlemak, kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu: kline pernah menderita penyakit infeksi
yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih mudah
terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit yang
sama atau penyakit oral lainnya.
e.       Riwayat Penyakit Keluarga: Kaji apakah ada riwayat penyakit
keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya stomatitis. Karena ada
juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari stomatitis
atau sariawan adalah keturunan. Berdasarkan hasil beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya
menderita stomatitis lebih rentan untuk mengalami stomatitis juga.
f.       Pengkajian Psikososial : Kaji apakah keluarga tidak
memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di
lingkungan kumuh atau tidak, sosial stress psikologis, stress fisik,
misalnya penyakit sistemik yang berat, gata hidup (alkohol,
perokok), riwayat penggunaan serta pemberian obat penekan sistem
imun jangka panjang seperti steroid, obat antibiotik jangka panjang.
g.      Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas: lingkungan yang
panas, dan sanitasi yang buruk.
h.      Riwayat nutrisi : kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola
makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan
protein saja.
i.        Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :      Pasien yang
menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan
kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang
(energi/kalori yang diperlukan tidak mencukupi dalam proses
penyembuhan). Biasanya pasien yang menderita stomatitis
mengalami penurunan berat badan karena intake nutrisi yang kurang
sehingga mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan.

j.        Pengkajian 11 Pola Gordon


1.      Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Bagaimana pendapat pasien tentang penyakit yang
diderita. Apakahorang tua pasien mengetahui bahwa anaknya
terkena sariawan yang tidak kunjung sembuh, namun
keluarga pasien tidak mengetahui bagaimana cara
mengatasinya atau sebaliknya orang tua pasien langsung
meminta bantuan kepada petugas pelayanan kesehatan
terdekat.
2.      Pola Nutrisi/Metabolisme
Bagaimana diet yang dilakukan oleh pasien. Apa saja yang
dikonsumsi pasien setiap harinya. Apakah pasien kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C,
vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang
buruk
3.      Pola Eliminasi
Bagaimana pengeluaran urine dan feses pasien setiap harinya
4.      Pola Aktivitas
Bagaimana pasien melakukan aktivitas sehari-harinya.
Apakah dalam melakukan aktivitas, pasien mengalami
gangguan akibat nyeri yang di rasa sehingga pasien akan
rewel.
5.      Pola Istirahat Tidur
Apakah tidur pasien setiap harinya cukup. Apakah nyeri
akibat stomatitis yang diderita pasien mengganggu pola
tidurnya.
6.      Pola Kognitif-Persepsi
Apakah pasien mengalami gangguan dengan fungsi
indra. pasien merasa lebih tenang apabila berada ditengah
keluarga terutama ibu yang peduli pada kondisi pasien, dan
pasien sedih apabila ditinggal keluarga.
7.      Pola Peran Hubungan
Bagaimana pola dan peran pasien dalam keluarga dan
masyarakat disekitarnya. Apakah rasa nyeri yang dideritanya
mengganggu pola dan peran tersebut. Apakah pasien lebih
banyak menangis dan rewel.
8.      Pola Seksualitas/Reproduksi
Bagaimana respon seksualitas pasien.
9.      Pola Koping Toleransi Stress
Apakah pasien menkonsumsi obat untuk
menghilangkan nyeri danstres. Bagaimana keadaan emosi
pasien sehari-hari.
10.  Pola Keyakinan Nilai
Apa dan bagaimana keyakinan pasien. Apakah pasien
dan keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien.
11.  Pola Konsep diri
Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri. Apakah pasien
merasa ragu-ragu untuk berkomunikasi karena tidak dapat
berbicara dengan jelas akibat adanya ulserasi lokal.

2.      Pemeriksaan Fisik Fokus


a.       Keadaan umum       : lemah.
b.    TTV :    Tekanan Darah  : dalam batas normal
             Suhu                  : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C
(normal 36oC- 37o C)
             Nadi                  : takikardi
             RR                     : dalam batas normal (normal 20-50
x/mnt)
c.       Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1)      Kepala dan leher
Inspeksi : Wajah       :  simetris, dahi mengkerut 
                 Rambut    : lurus/keriting, distribusi
merata/tidak
                 Mata         : pupil miosis, konjungtiva anemis
                 Hidung     : tidak terdapat pernafasan cuping
hidung
                 Telinga     : bersih
                 Mulut       : mukosa bibir agak kering, terdapat
lesi pada rongga mulut, bercak
putih, warna lidah merah dan
keputihan karena peradangan.Kulit
didalam rongga mulut tampak
bengkak dan kemerahan
                 Lidah       : Mukosa mulut mengalami
peradangan dan ada lesi, bibir
pecah-pecah, rasa kering, suatu
sensasi rasa luka atau terbakar pada
daerah lidah, hipersarivasi.
Palpasi   : ada nyeri tekan (respon nyeri)
2)  Dada
Inspeksi      : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu
pernafasan
Palpasi        : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa
panas, nyeri tekan (-)
Perkusi       :  Jantung    : dullness
                      Paru         : sonor
Auskultasi  : tidak terdengar suara ronchi
                      tidak terdengar bunyi wheezing
3)  Abdomen
Inspeksi   : datar
Palpasi     : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi     : timpani
Auskultasi : ada bising usus
4)  Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan.
5)  Ekstremitas
Tidak terdapat udem pada pada daerah extremitas

2.      Analisa Data

No Masalah
Data Etiologi
. Keperawatan
1. DS: pasien Nyeri
mengatakan
bahwa
merasa nyeri Nyeri
di daerah ↑
rongga kerusakan dan inflamasi
mulut. membrane mukosa mulut

DO: terdapat Infeksi local pada mulut,
luka pada orofaring
daerah
rongga
mulut
2. DS: keluarga Gangguan pertumbuhan Gangguan
mengatakan dan perkembangan pertumbuhan dan
bahwa ↑ perkembangan
pasien tidak Nafsu makan turun
bisa
menghitung
padahal
mudah

Perubahan pola makan
DO: pasien
terlihat
bingung
pada saat
menghitung
3. DS: keluarga Gangguan pola
pasien eliminasi
mengatakan
pasien jarang
BAB karena
nutrisi yang
Gangguan pola eliminasi
di konsumsi

kurang dari
Konstipasi
kebutuhan

tubuh.
Perubahan pola makan

DO: paien
tampak
pucat,urin
keruh, dema
m
4. DS: keluarga Gangguan integritas kulit Gangguan
mengatakan ↑ integritas kulit
bahwa luka Infeksi local pada mulut
pasien orofaring
semakin ↑
meluas Agen infeksius: bakteri
traumatic: tergigit
DO: luka pasien
sedalam 5mm
5. DS: keluarga Gangguan pola
mengatakan tidur
Gangguan pola tidur
bahwa

pasien sering
Nyeri tak terkontrol
rewel pada

malam hari
Kerusakan dan inflamasi
membrane mukosa
DO: pasien tidak
mau tidur
6. DS: keluarga Resiko infeksi
mengatakan resiko infeksi
bahwa pasien ↑
jarang Imunitas menurun:
membersihkan kerentanan
daerah mulut. ↑
Agen infeksius: bakteri
DO: terlihat traumatic: tergigit
daerah mulut
yang kotor
7. DS: keluarga Resiko ketidakseimbangan Resiko
mengatakan nutrisi kurang dari ketidakseimbangan
bahwa kebutuhan tubuh nutrisi kurang dari
pasien jarang ↑ kebutuhan tubuh
makan Nafsu makan menurun
karena nyeri ↑
dan perih di Perubahan pola makan
daerah mulut

DO: pasien
terlihat lebih
kurus dari
sebelumnya.
8. DS: pasien Gangguan konsep
mengatakan diri
malu ketika
bicara sama
orang lain Gangguan konsep diri
karena bau ↑
mulut. citra dan harga
diri menurun
DO: pasien ↑
menjauh dari Sulit berkomunikasi
teman-
temannya

9. DS: keluarga Defisit perawatan


mengatakan diri
bahwa
defisit perawatan diri
pasien tidak

dapat mandi
tubuh lemah
sendiri.

Nafsu makan menurun
DO: pasien
terlihat kotor
tubuhnya
10. DS: keluarga Perubahan proses keluarga Perubahan proses
mengatakan ↑ keluarga
bahwa Isolasi proses perawatan
selama ↑
pasien sakit Infeksi local pada mulut
maka orofaring
anggota
keluarga
yang lain
tidak bekerja
karena harus
merawat
pasien.

DO: keluarga
pasien selalu
berada di
samping
pasien

11. DS: keluarga Hambatan interaksi


pasien sosial
mengatakan
pasien tidak
mau bermain
Hambatan interaksi sosial
sama teman

sebaya
Isolasi, proses perawatan

DO: terlihat
Infeksi local pada mulut
pasien
orofaring
menghindar
ketika diajak
bermain
sama teman
sebaya.
12. DS: keluarga Kurangnya pengetahuan Kurangnya
mengatakan ↑ pengetahuan
bahwa tidak Kurang informasi
mengerti ↑
harus Infeksi local pada mulut
bagaimana
mengatasi
sakitnya
pasien.

orofaring
DO: terlihat luka
pada daerah
mulut masih
belum ada
proses
perawatan

4.2    Diagnosa

No. Diagnosa Keperawatan


Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa),
1.        malaiseyang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa merasa nyeri di
daerah rongga mulut, terdapat luka pada daerah rongga mulut.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan intake
nutrisi kurang dan faktor psikologi yang ditandai dengan keluarga
2.       
mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah, pasien
terlihat bingung pada saat menghitung.
Gangguan pola eleminasi berhubungan dengan intake nitrisi kurang dan
stress yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak
3.       
bisa menghitung padahal mudah, pasien terlihat bingung pada saat
menghitung
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi mukosa mulut
4.        yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa luka pasien semakin
meluas, luka pada mukosa mulut pasien sedalam 5mm
5.        Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang tidak terkontrol
keluarga mengatakan bahwa pasien sering rewel pada malam
hari, pasien tidak mau tidur, cemas
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pejamu yang rentan dan agen
6.       
infeksius
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7.       
berhubungan dengan nyeri pada mukosa mulut
Gangguan konsep diri berhubungan dengan citra dan harga diri menurun
akibat bau mulut yang ditandai dengan pasien mengatakan malu ketika
8.       
bicara sama orang lain karena bau mulut, pasien menjauh dari teman-
temannya
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan tubuh yang
9.        ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak dapat mandi
sendiri,pasien terlihat kotor tubuhnya
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan anak yang
menderita penyakit yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa
10.    selama pasien sakit maka anggota keluarga yang lain tidak bekerja
karena harus merawat pasien, keluarga pasien selalu berada di samping
pasien
Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan isolasi dari teman
sebaya yang ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien tidak
11.   
mau bermain sama teman sebaya, terlihat pasien menghindar ketika
diajak bermain sama teman sebaya
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit stomatitis yang ditandai dengan keluarga mengatakan
12.    bahwa tidak mengerti harus bagaimana mengatasi sakitnya
pasien, terlihat luka pada daerah mulut masih belum ada proses
perawatan

4.3    Perencanaan

No. Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan 1.      Kaji tingkat nyeri pada
keperawatan selama 3x24 pasien
jam, nyeri pada klien dapat 2.      Berikan makanan yang
berkurang atau hilang dengan tidak merangsang, seperti
kriteria hasil: makanan yang mengandung
1.   Hilangnya rasa sakit dan zat kimia
perih di mukosa mulu 3.      Hindari makanan yang
2.   Lesi berkurang dan terlalu panas dan terlalu
berangsur sembuh dingin
3.   Membran mukosa oral 4.      Hindari pasta gigi yang
lembab merangsang timbulnya nyeri
4.   Tidak bengkak dan 5.      Hindari luka pada mulut
hiperemi saat menggosok gigi atau saat
5.   Suhu badan normal menggigit makan
6.      Anjurkan klien untuk
memperbanyak
mengkonsumsi
buah buah dan sayuran
terutama vitamin B12,
Vitamin C dan zat Besi
7.      Lakukan elaborasi
pemberian analgesik dan
kortikosteroid
2 Setelah dilakukan tindakan 1.      Kaji pemenuhan nutrisi
keperawatan selama 3x24 klien, pola makan dan jumlah
jam, nyeri pada klien dapat kalori yang didapat.
berkurang atau hilang dengan 2.      Ukur berat badan dan
kriteria hasil: tinggi badan klien.
6.        Hilangnya rasa sakit dan 3.      Kolaborasi dengan ahli gizi
perih di mukosa mulu dalam memenuhi kebutuhan
7.        Lesi berkurang dan nutrisi klien.
berangsur sembuh 4.      Berikan pengetahuan
8.        Membran mukosa oral nutrisi kepeda keluarga klien
lembab
9.        Tidak bengkak dan
hiperemi
10.    Suhu badan normal
Setelah dilakukan asuhan 1.      Identifikasi faktor
keperawatan 3x24 jam klien resikogangguan pola
terbebas dari resiko konstipasi. eleminasi
Kriteria hasil: 2.      Auskultasi abdomen
1.      Menunjukkan pola eliminasi meliputi jumlah dan lokasi
yang teratur bising usus
2.      Menunjukkan perubahan 3.      Evaluasi diet dan
3 perilaku, pola makan teratur pemenuhan cairan klien.
4.      Instruksikan konsumsi serat
yang cukup
5.      Anjurkan meningkatkan
pemenuhan cairan klien
6.      Berikan pendidikan tentang
pentingnya BAB secara
teratur
Setelah dilakukan tindakan 1.      Kaji Permukaan kulit pada
keperawatan selama 3x24 area mulut
jam, nyeri pada klien dapat 2.      Monitor adanya kemerahan
berkurang atau hilang dengan atau jejas lain
4
kriteria hasil: 3.      Berikan makanan yang
1. Integritas kulit menjadi baik tidak terlalu keras
2. Luka pada mulut menjadi 4.      Kolaborasi pemberian obat
hilang
5 Setelah dilakukan perawatan 2x 1.      Jelaskan pada klien dan
24 jam pasien Kebutuhan tidur keluarga penyebab gangguan
dan istirahat terpenuhi tidur
dengan kriteria hasil: 2.      Ciptakan suasana yang
1.    pasien yang rentan tidak mendukung, suasana tenang
mengalami penyakit Klien dengan mengurangi
mampu beristirahat / tidur kebisingan.
dalam waktu yang cukup. 3.      Beri kesempatan klien
2.    Pasien mengungkapan untuk mengungkapkan
sudah bisa tidur penyebab gangguan tidur
3.    Pasien mampu 4.      Kolaborasi dengan dokter
menjelaskan faktor untuk pemberian obat yang
penghambat tidur. dapat membuat klien tertidur
5.      Pantau kembali kondisi
pasien untuk asuhan
selanjutnya
6 Setelah dilakukan perawatan 2x 1.      Curigai adanya penyakit
24 jam pasien tidak mengalami infeksi, terutama pada anak
infeksi dengan kriteria hasil: yang rentan.
1.      Pasien yang rentan 2.      Identifikasi anak beresiko
tidak mengalami tinggi (misalnya anak yang
penyakit menderita imunodefisiensi
atau penyakit hemolitik) jika
penyakit menular dapat
membuat fatal bagi mereka,
pada kasus ledakan penyakit
anjurkan orang tua untuk
menjaga anaknya tetap di
dalam rumah
3.      Berpartisipasi dalam
program edukasi dan layanan
masyarakat mengenai
imunisasi profilaksis, cara
penyebaran penyakit
menular, penyiapan dan
penanganan pasokan
makanan dan air yang benar,
pengendalian vektor binatang
sebagai reservoir penyakit
(bukan faktor dalam penyakit
menular masa kanak-kanak
tetapi
Setelah dilakukan tindakan 1.      Kaji status nutrisi pasien
keperawatan selama 2x24 jam 2.      Beri nutrisi dalam keadaan
status nutrisi terpenuhi dengan lunak, porsi sedikit tapi
kriteria hasil: sering
1.    Status nutrisi terpenuhi 3.      Pantau berat badan tiap hari
7 2.    Nafsu makan klien timbul 4.      Kolaborasi dengan ahli gizi
kembali dalam pemberian nutrisi
5.      Berikan informasi tentang
zat-zat makanan yang sangat
penting bagi keseimbangan
metabolisme tubuh
Setelah dilakukan asuhan 1.    Berikan pendidikan tentang
keperawatan selama 1x24 jam asal bau mulut
gangguan konsep diri teratasi 2.    Berikan perawatan oral
dengan kriteria hasil: hygine
1.     Pasien mulai percaya diri 3.    Anjurkan klien untuk banyak
8 dan tidak menarik diri dari minum 8 gelas sehari
pergaulan 4.    Libatkan keluarga dalam
2.     Bau mulut pasien hilang meningkatkan percayadiri
klien
5.    Ajarkan keluarga dalam
perawatan oral hygine
9 Setelah dilakukan asuhan 1.    Pantau tingkat kekuatan dan
keperawatan selama 1x24 jam toleransi terhadap aktivitas
defisit perawatan diri teratasi, 2.    Bantu pasien hanya jika
dengan kriteria hasil: diperlukan
Pasien mampu merawat dirinya 3.    Berikan keamanan dengan
sendiri mempertahankan lingkungan
yang teratur dan pencahayaan
yang baik
4.    Ajarkan keluarga tentang
perawatan pada pasien.
Setelah dilakukan 2x 24 jam 1.      Informasikan kepada orang
tindakan keperawatan  klien tua mengenai pilihan
(keluarga) mendapatkan penatalaksanaan.
dukungan emosi yang adekuat 2.      Dorong upaya keluarga
untuk melaksanakan asuhan.
Berikan bantuan jika perlu,
10
seperti mendatangkan
perawat.
3.      Jaga agar keluarga tetap
mewaspadai kemajuan.
4.      Tekankan cepatnya
pemulihan
11 Setelah dilakukan tindakan 1.      Selalu perkenalkan diri
keperawatan 2 x 24 jam, pasien kepada anak biarkan melihat
memahami alas an wajah sebelum memberi
isolasi, pasien memiliki pakaian pelindung bila perlu
kesempatan untuk berikan aktivitas pengalihan
berpartisipasi dalam aktivitas perhatian
yang sesuai dengan kriteria 2.      Terangkan alasan
hasil: pengekangan dan penerapan
1.      anak bergabung dengan tindakan kewaspadaan
aktivitas dan interaksi khusus.
yang sesuai dan teman 3.      Perbolehkan anak bermain
sebaya dapat menerima dengan masker dan gaun
keadaan sakit anak (jika digunakan)
4.      Dorong orang tua untuk
selalu bersama anak selama
hospitalisasi
5.      Dorong kontak dengan
teman via telepon (di rumah
sakit bisa menggunakan
internet)
6.      Persiapkan teman sebaya
anak mengenai perubahan
penampilan fisik seperti
keadaan fisik akibat terkena
stomatitis
12 setelah dilakukan tindakan 1.      Validasi tingkat saat ini
keperawatan 2x24 jam pemahaman,
pengetahuan klien adekuat mengidentifikasi
kriteria Hasil: pembelajaran kebutuhan, dan
klien memahami informasi menyediakan basis
terkait penyakit stomatitis pengetahuan dari mana klien
adanya perubahan perilaku dan dapat membuat keputusan
berpartisipasi pada program 2.      Bantu identifikasi ide,
perawatan sikap, rasa takut,
identifikasi dangunakan sumber kesalahpahaman, dan
informasi yang tepat terkait kesenjangan dalam
penyakit pengetahuan tentang
stomatitis
3.      Tentukan persepsi klien
tentang perawatan stomatitis
4.      Tanyakan tentang sendiri
atau sebelumnya pengalaman
klien atau pengalaman
dengan orang lain yang
memiliki riwayat stomatitis .
5.      Berikan informasi yang
jelas dan akurat secara
faktual.
6.      Sediakan bahan-bahan
tertulis tentang stomatitis,
pengobatan, dan tersedia
sistem pendukung.

4.4    Pelaksanaan
No.
Implementasi
Diagnosa
1.      Mengkaji tingkat nyeri pada pasien
2.      Memerikan makanan yang tidak merangsang, seperti
makanan yang mengandung zat kimia
3.      Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
4.      Menghindari pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri
1 5.      Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat
menggigit makan
6.      Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi
buah buahdan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan
zat Besi
7.      Melakukan elaborasi pemberian analgesik dan kortikosteroid
1.      Mengkaji pemenuhan nutrisi klien, pola makan dan jumlah
kalori yang didapat.
2.      Mengukur berat badan dan tinggi badan klien.
2
3.      Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi klien.
4.      Memberikan pengetahuan nutrisi kepeda keluarga klien
1.      Mengidentifikasi faktor resiko gangguan pola eleminasi
2.      Melakukan auskultasi abdomen meliputi jumlah dan lokasi
bising usus
3.      Mengevaluasi diet dan pemenuhan cairan klien.
3
4.      Menginstruksikan konsumsi serat yang cukup
5.      Menganjurkan meningkatkan pemenuhan cairan klien
6.      Memberikan pendidikan tentang pentingnya BAB secara
teratur
1.      Mengkaji Permukaan kulit pada area mulut
2.      Memonitor adanya kemerahan atau jejas lain
4
3.      Memberikan makanan yang tidak terlalu keras
4.      Berkolaborasi pemberian obat
1.      Menjelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan
tidur
2.      Menciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang
dengan mengurangi kebisingan.
5 3.      Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab
gangguan tidur
4.      Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang
dapat membuat klien tertidur
5.      Memantau kembali kondisi pasien untuk asuhan selanjutnya
1.      Mencurigai adanya penyakit infeksi, terutama pada anak yang
rentan.
2.      Mengidentifikasi anak beresiko tinggi (misalnya anak yang
menderita imunodefisiensi atau penyakit hemolitik) jika
penyakit menular dapat membuat fatal bagi mereka, pada kasus
ledakan penyakit anjurkan orang tua untuk menjaga anaknya
6 tetap di dalam rumah
3.      Berpartisipasi dalam program edukasi dan layanan
masyarakat mengenai imunisasi profilaksis, cara penyebaran
penyakit menular, penyiapan dan penanganan pasokan
makanan dan air yang benar, pengendalian vektor binatang
sebagai reservoir penyakit (bukan faktor dalam penyakit
menular masa kanak-kanak tetapi
1.      Mengkaji status nutrisi pasien
2.      Memberi nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi
sering
7 3.      Memantau berat badan tiap hari
4.      Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
5.      Memberikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat
penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh
8 1.      Memberikan pendidikan tentang asal bau mulut
2.      Memberikan perawatan oral hygine
3.      Menganjurkan klien untuk banyak minum 8 gelas sehari
4.      Melibatkan keluarga dalam meningkatkan percayadiri klien
5.      Mengajarkan keluarga dalam perawatan oral hygine
1.      Memantau tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktivitas
2.      Membantu pasien hanya jika diperlukan
9 3.      Memberikan keamanan dengan mempertahankan lingkungan
yang teratur dan pencahayaan yang baik
4.      Mengajarkan keluarga tentang perawatan pada pasien.
1.      Menginformasikan kepada orang tua mengenai pilihan
penatalaksanaan.
2.      Mendorong upaya keluarga untuk melaksanakan asuhan.
10
Berikan bantuan jika perlu, seperti mendatangkan perawat.
3.      Menjaga agar keluarga tetap mewaspadai kemajuan.
4.      Menekankan cepatnya pemulihan
1.      Memperkenalkan diri kepada anak biarkan melihat wajah
sebelum memberi pakaian pelindung bila perlu berikan
aktivitas pengalihan perhatian
2.      Menerangkan alasan pengekangan dan penerapan tindakan
kewaspadaan khusus.
3.      Memperbolehkan anak bermain dengan masker dan gaun
11 (jika digunakan)
4.      Mendorong orang tua untuk selalu bersama anak selama
hospitalisasi
5.      Mendorong kontak dengan teman via telepon (di rumah sakit
bisa menggunakan internet)
6.      Mempersiapkan teman sebaya anak mengenai perubahan
penampilan fisik seperti keadaan fisik akibat terkena stomatitis
12 1.      Memvalidasi tingkat saat ini pemahaman, mengidentifikasi
pembelajaran kebutuhan, dan menyediakan basis pengetahuan
dari mana klien dapat membuat keputusan
2.      Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahpahaman,
dan kesenjangan dalam pengetahuan tentang stomatitis
3.      Menentukan persepsi klien tentang perawatan stomatitis
4.      Menanyakan tentang sendiri atau sebelumnya pengalaman
klien atau pengalaman dengan orang lain yang memiliki
riwayat stomatitis .
5.      Memberikan informasi yang jelas dan akurat secara faktual.
6.      Menyediakan bahan-bahan tertulis tentang stomatitis,
pengobatan, dan tersedia sistem pendukung.

4.5    Evaluasi
No.
Evaluasi
Diagnosa
S: klien mengatakan bahwa, nyeri yang di rasakan sudah agag
mendingan.
1 O: terlihat pada bibir klien sudah tidak terdapat lesi.
A: Masalah nyeri teratasi
P: tindakan di hentikan
S: keluarga klien mengatakan klien makan dengan baik
O: BB= 20 kg TB=120 cm
2
A: masalah teratasi
P: hentikan tindakan keperawatan
 S: keluarga klien mengatakan klien BAB setiap pagi
O: intake  cairan klien= 1500 ml/hari
3
A: masalah teratasi
P: tindakan keperawatan dihentikan
S: klien mengatakan bahwa, saya ketika makan sudah agak enakan
O: terlihat luka pada permukaan mulut klien sudah tidak ada
4
A: Masalah integritas kulit teratasi
P: tindakan dihentikan
S: klien mengatakan bahwa, saya sudah bisa tidur dengan tenang
dan nyaman
5 O: terlihat pasien tertidur pulas di ruang perawatan
A: Masalah pola tidur teratasi
P: tindakan di hentikan
S: Klien mengatakan tidak merasa nyerinya sudah hilang.
O: terlihat uji tes labnya tidak adanya bakteri dan virus
6
A: Masalah Resiko infeksi teratasi
P: tindakan dihentikan
S: Klien mengatakan nafsu makannya sudah kembali seperti sedia
kala.
O: pasien sudah menghabiskan makanan yang telah di berikan
7 perawat
A: Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan teratasi
P: tindakan dihentikan
S: keluarga mengatakan pasien sudah mau berbicara dengan
temannya lagi
O: bau mulut sudah tidak tercium lagi ketika pasien berbicara
8
A: gangguan konsep diri berhubungan dengan citra dan harga diri
menurun akibat bau mulut teratasi
P: asuhan keperawatan dihentikan
S: keluarga mengatakan pasien telah dapat merawat dirinya sendiri,
seperti berpakaian, dan menyikat giginya
O: pasien nampak dapat beraktivitas seperti semula, dan tidak
9
lemah
A: defisit perawatan diri teratasi
P: asuhan keperawatan dihentikan
S: Klien mengatakan sejak saya sakit ibu semakin perhatian
O: Selama di rumah sakit terlihat keluarga  selalu menemani klien
10
A: Masalah perubahan proses keluarga teratasi
P: tindakan dihentikan
S: Klien mengatakan ”teman sebayanya telah menjenguk saya hari
ini”
O: terlihat klien mulai percaya diri untuk berbicara dan bercanda
11
dengan teman sebayanya
A: Masalah Hambatan interaksi sosial teratasi
P: tindakan dihentikan
12 S: Klien mengatakan ”setelah perawat memberikan penyuluhan
saya jadi tahu penyakit yang saya alami dan cara
pencegahannya”
O: Terlihat klien sudah mulai mengkonsumsi buah-buahan yang
mengandung vitamin C
A: Masalah kurang pengetahuan teratasi
P: tindakan dihentikan

BAB 5. PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan
pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau
jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Stomatitis adalah
imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial
(bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut. Ada 4 klasifikasi stomatitis, yaitu
Mycotic stomatitis, Gingivostomatitis, Denture stomatitis, dan Aphthous
stomatitis. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien stomatitis adalah nyeri
atau pedih pada bagian yang terkena stomatitis. Penatalaksanaannya dengan cara
medis dan proses keperawatan, yang paling penting cara penanganannya adalah
dengan cara menjaga kebersihan oral klien.
Salah satu factor penyebab stomatitis yaitu perhatian yang kurang terhadap
rongga mulut. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis
obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa
sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Penyakit stomatitis dapat dihindari dengan
cara menjaga kebersihan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup
terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.

5.2    Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga
sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat. Pemberian asuhan keperawatan
harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan pasien, begitu pula dengan pasien
stomatitis terutama pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih
memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam akan perkembangan
penyakit stomatitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan tahap perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus
dipenuhi.
           
DAFTAR PUSTAKA

Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi
3. Jakarta : EGC
Ganong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit ed 5. Jakarta : EGC
Hayes, Peter C. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC
Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:
EGC
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel.2004.  Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai